RPM Laporan Observasi Piren 18081101
RPM Laporan Observasi Piren 18081101
Observer:
Piren Septianmar
18081101
BAB I
Kemampuan kognitif dan bahasa anak dipengaruhi oleh perkembangan otak dan
pengalaman belajar. Sepanjang masa kanak-kanak, otak tidak tumbuh secepat masa bayi.
Meskipun demikian, otak dan kepala masih tumbuh lebih cepat daripada anggota tubuh
lainnya. Perkembangan dan kematangan otak anak akan mempengaruhi kemampuan dan
keterampilan motorik, bahasa, kognitif, dan psikososial.
Selain itu, konsentrasi dopamine dalam otak anak biasanya meningkat secara
signifikan di masa kanak-kanak awal, dihubungkan dengan keterampilan kognitif anak
yang sedang berkembang.
1
pemahaman ini memiliki akar dalam masa bayi dan baduta; yang lain berkembang
penuh hingga masa kanak-kanak tengah.
a. Fungsi Simbolis
b. Kausalitas
2
d. Angka
3
waktu. Sentrasi dapat membatasi pemikiran anak tentang hubungan fisik dan
sosial.
a. Konservasi
b. Egosentrisme
Perkembangan bahasa anak ditempuh dengan cara yang sistematis mengikuti arah
perkembangan usianya. Kematangan otak dan pengalaman belajar bahasa yang diperoleh
4
anak menjadi faktor penting perkembangan bahasa anak. Setiap anak memiliki periode
perkembangan bahasa yang berbeda-beda, tetapi masih dalam pola perkembangan yang
sama.
Periode linguistik terjadi pada anak-anak usia satu tahun keatas. Pada periode ini
anak sudah dapat mengeluarkan kata pertama, dan terus semakin kompleks sesuai
kematangan dan pertambahan usianya. Jalongo (1992, dalam Zubaidah) menguraikan
tahapan perkembangan bahasa menjadi lima tahap perkembangan. Tahap pertama yaitu
usia sejak lahir sampai 11 bulan yang merupakan periode pralinguistik. Tahap kedua
sampai kelima termasuk kedalam periode linguistik. Tahap-tahap perkembangan bahasa
pada periode linguistik diuraikan sebagai berikut:
Tahap Kedua
5
Tahap Ketiga
Tahap Keempat
6
Tahap Kelima
7
BAB II
Identitas Subjek
0 Tiri/angkat
Pemeriksaan Fisik
Berat badan 15 Kg
Lingkar kepala 54 Cm
8
Lingkar perut 60 Cm
B. Hasil Observasi
1. Kemajuan Kognitif Anak
Menggunakan Anak tidak harus berada dalam Subjek bermain playpretend menjadi
simbol kondisi kontak sensorimotorik ultramen menunjukan telah
dengan objek, orang, atau berkembangnya fungsi simbolik pada
peristiwa untuk memikirkan subjek (Tanggal obsevasi: 3 Juni 2019)
hal tersebut
9
Memahami angka Anak dapat menghitung dan Subjek dapat berhitung dengan baik
bekerja dengan angka dan konsisten sampai angka tiga
(Tanggal observasi: 3 Juni 2019)
Teori pikiran Anak menjadi lebih sadar akan Subjek menunjukan kemampuan
aktifitas mental dan fungsi berfikir, ketika ditanya sesuatu yang
pikiran akan dibeli subjek berfikir sejenak
memikirkan apa yang dia mau (Tanggal
observasi: 3 Juni 2019)
10
Sentrasi: Anak fokus pada satu aspek Subjek lebih memilih membeli susu
ketidakmampuan dari situasi dan mengabaikan kotak yang lebih tinggi dari pada
untuk desenter yang lain membeli susu kota yang lebih lebar
(Tanggal observasi: 3 Juni 2019)
Ireversibilitas Anak gagal memahami bahwa Ketika pakaian subjek basah, ia lebih
beberapa operasi atau tindakan memilih mengganti pakaiannya, hal ini
dapat dibalik, dikembalikan ke menunjukan bahwa ia belum
situasi semula menyadari bahwa pakaian basah dapat
kering kembali (Tanggal observasi: 4
Juni 2019)
Fokus pada situasi, Anak gagal memahami nilai Subjek belum dapat memahami
bukan pada penting transformasi antar kenapa dua gelas air yang sama banyak
transformasi pernyataan menjadi kelihatan lebih banyak ketika
dituangkan kedalam mangkuk
(Tanggal observasi: 3 Juni 2019)
Penalaran Anak tidak menggunakan Ketika orang tua subjek sakit, subjek
transduktif penalaran deduktif atau terlihat melamun dan sepertinya ia
induktif, mereka malah berpikir bahwa ia banyak bermain
melompat dari satu penalaran sehingga ibunya sakit (Tanggal
ke yang lain dan mencari observasi: 6 Juni 2019)
sebab ketika mereka tidak
menemukannya
Egosentrisme Anak berasumsi bahwa orang Ketika hari raya, subjek memaksa
lain berfikir, menerima, dan orang tuanya untuk membeli mainan
merasa sebagaimana yang padahal toto mainan tutup di hari raya
mereka lakukan (Tanggal obsevasi: 5 Juni 2019)
11
Angka 10 koin Meletakkan “Baris mana “baris satu Ini (sambil menunjuk
yang dibagi koin-koin yang memiliki baris satu)
menjadi dua pada baris memiliki lebih banyak
baris satu lebih lebih banyak koin”
dengan renggang koin?”
jumlah yang dari pada
sama baris dua
12
Daerah Dua kelinci Mengatur “Apakah tiap “Yang (Subjek tidak mengerti)
mainan, dua kembali kelinci memiliki
lembar balok pada memiliki balok lebih
kertas salah satu jumlah dekat satu
karton lembar rumput yang sama lain
(rumput), kertas sama memiliki
dengan banyaknya?” jumlah
balok rumput yang
(gudang) lebih
dengan banyak”
jumlah
gudang
yang sama
13
di setiap
lembar
Analisis: Subjek dapat memahami informasi yang didapatnya, namun cenderung sulit untuk
memberikan respon dalam bahasa yang baik. Subjek masih mengembangkan bahasanya secara
sederhana, belum dapat membuat kalimat kompleks seperti seharusnya anak-anak seusianya.
Belum dapat dipastikan penyebab terhambatnya subjek dalam mngembangkan kemampuan
bahasanya, karena belum ada intervensi/diagnosa dari psikolog/dokter anak.
Observer mencoba memberikan beberapa pertanyaan sederhana yang harus dijawab subjek,
antara lain: 1) Siapa nama adik?; 2)Mamahnya mana?; 3) Adek lagi main apa sekarang?; 4)
Mau beli susu gak?; 5) Coba hitung mainannya?; dll. Namun, subjek hanya memberikan
respon sederhana seperi hmmm, mengangguk, menoleh, menunjuk, dan gerakan non-verbal
iannya. Subjek lebih sering memberikan respon dalam bentuk non verbal ataupun verbal
sederhana. Hal tersebut yang membuat observer penasaran apakah subjek pemalas (dalam arti
malas untuk berbicara) atau memang ada penyebab lain yang mempengaruhi.
14
C. Hasil Wawancara
Identitas Narasumber
Usia 42 tahun
Tidak ada pola makan dan asupan gizi khusus. Subjek termasuk anak yang sulit makan
sehingga pernah dikasih vitamin untuk meningkatkan nafsu makan anak.
Ibu Entik Atikah sepertinya merapkan pola asuh otoritatif namun cenderung permisif. Hal ini
mungkin terjadi karena orang tua subjek merupakan wirausaha spare part m otor sehingga
beliau lebih memberikan fokus terhadap pekerjaannya. Meskipun begitu, Ibu Entik atikah
memiliki rambu-rambu/aturan tersendiri untuk anaknya, yang sifatnya tidak terlalu saklek. Jadi
pada beberapa kasus mungkin subjek akan melanggar aturan tersebut karena aturan yang
diterapkan kurang tegas.
Poin-poin berkaitan dengan harapan & persepsi orang tua terhadap anak
15
Orang tua subjek memiliki harapan baik untuk anaknya, namun tidak visioner. Beliau tidak
memiliki harapan khusus untuk anak kedepannya, seperti pendidikan, prestasi, ataupun karir
masa depan anak.
Ibu Entik atikah menunjukan rasa kasih sayang yang begitu hangat kepada subjek, mengingat
Subjek merupakan anak terakhir setelah ia mengalami dua kali keguguran. Rasa sayang inilah
yang mungkin membuat beliau tidak terlalu menuntut banyak kepada anaknya.
Subjek masih cenderung bermain di zona aman, yaitu disekitar rumah. Sehingga belum terlalu
terlibat dengan teman sebayanya. Kecenderungan bermain dengan subjek yang sama (Reza)
menunjukan tingginya tingkat kelekatan anak dengan lingkungan sekitar terutama orang tua.
16
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian, observasi, dan wawancara, dapat disimpulkan beberapa hal
berkaitan dengan perkembangan kognitif subjek:
1. Subjek telah berkembang pada tahap praoperasional sesuai dengan teori perkembangan
kognitif Piaget;
2. Perkembangan kognitif subjek dapat digolongkan lambat dibandingkan dengan standar
pencapaian perkembangan kognitif Piaget; Hal ini didasarkan pada pemahaman fungsi
simbolik yang masih sederhana, kurangnya pemahaman angka dan jumlah, kausalitas;
3. Berdasarkan skala batasan pemikiran praoperasional, subjek terbukti belum dapat
mengembangkan pemikiran konversi, ireversibilitas, penalaran deduktif dan induktif, dan
masih tingginya tingkat egosentrisme.
4. Kurang optimalnya perkembangan bahasa pada Subjek dapat disebabkan beberapa faktor,
antara lain: 1) pola asuh orang tua yang otoritatif tetapi cenderung permisif, sehingga
anak tidak ada pemicu dalam mengembangkan keterampilan kognitifnya; 2) Pola makan
dan asupan gizi yang tidak terkontrol; 3) Lingkungan bermain dan belajar yang terbatas
hanya sekitar rumah.
Berdasarkan hasil observasi perkembangan bahasa, dapat disimpulkan beberapa hal berkaitan
dengan perkembangan bahasa subjek:
1. Subjek mengalami hambatan perkembangan bahasa, sehingga pada usianya subjek belum
dapat mencapai standar perkembangan bahasa yang seharusnya;
2. Kurangnya eksplorasi kebahasaan dapat menjadi faktor utama subjek mengalami
hambatan dalam mengembangkan keterampilan bahasa;
17
3. Rusaknya gigi seri central d an lateral m
enghambat subjek dalam mengembangkan
kemampuan berbicara sehingga menghambat perkembangan bahasanya;
4. Tidak adanya intervensi dari pihak psikolog/dokter anak yang menyulitkan diagnosis
lanjut penyebab terhambatnya perkembangan bahasa pada subjek.
18
LAMPIRAN
19
VERBATIM WAWANCARA
P: Pewawancara
P: Mohon maaf mengganggu waktunya. Saya disini mau mewawancarai Ibu mengenai
perkembangan anak Ibu?
N: Ya, silahkan.
N: Entik Atikah.
N: 42 tahun.
P: Punya berapa anak? dan yang paling kecil umur berapa tahun?
N: 3 bersaudara, yang paling kecil nopember tahun ini usianya lima tahun.
P: Namanya?
P: Apa pekerjaan Ibu saat ini selain menjadi Ibu rumah tangga?
N: Jualan onderdil (spare part) motor didepan rumah rumah, Ibu yang nyediain onderdilnya,
adek Ibu yang jadi montirnya.
P: Mengenai asupan gizi dan kesehatan anak, apakah Ibu menerapkan pola makanan
tertentu atau multivitamin tambahan untuk anak?
20
N: Kalau pola makan anak sih, gak terlalu dipikirin, yang penting anaknya mau makan, jadi Ibu
terserah anaknya mau makan apa. Kalau anaknya mau makan sama bakso ya Ibu belikan, kalau
pas lagi pengen telor Ibu gorengkan, karena anaknya susah makan, jadi Ibu terserah dia
makannya pengen sama apa aja, yang penting mau makan aja alhamdulillah. Pernah saking
keselnya karena susah makan, Ibu belikan vitamin biar nafsu makan, tapi lupa namanya apa.
P: Begitu ya, kalau pola asuh yang Ibu terapkan seperti apa?
N: Ibu gak terlalu banyak ngelarang anak, yang penting anaknya gak rewel aja. Ibu kasih tau
kalau dia salah, Ibu jawab kalau dia nanya-nanya, Ibu juga kadang keras sama anak Ibu kalau
seandainya dia rewel atau lagi pengen sesuatu. Gak ibu manjain, karena biar gak keras kepala
juga. Ibu kan dirumah sibuk sama bengkel, jadi dia sering main sama reza (sepupunya) yang
seumuran, yang penting gak keluyuran diluar, kalaupun main ya dirumah atau disekirar sini aja.
P: Apakah Ibu sering mengajarkan anak Ibu membaca, berhitung, atau belajar baca iqro?
N: Ibu juga ajarin kalau malam. Cuman anaknya males buat belajar, kalau dipaksa juga malah
Ibu yang pusing. Ibu ajak belajar Iqro, kalau dia mau ya belajar, cuman kalau dipaksa tetep gak
mau ya udah Ibu biarin aja. Kalau belajar baca tulisan siah belum, Ibu pikir nanti di TK pun
diajarkan.
N: paling satu, dua, tiga. kesananya kadang ngaco. favoritnya angka dua, kalau ditanya mau
berapa, pasti jawabnya dua. belum bisa banyak sih. Yah, kalau Ibu yang penting anak sehat dulu,
kalau masalah belajar nanti di TK pun dia dapet.
B: Berharapnya, jadi anak soleh, nurut sama orang tua, rajin belajar, yang baik-baik aja
pokoknya.
21
N: Maksudya?
P: Maksud saya, setiap orang tua kan pasti punya pendapat sendiri mengenai anaknya,
bagaimana pendapat Ibu mengenai anak Ibu?
N: Alhamdulillah, Ibu bersyukur punya Noval. Sebenarnya Ibu harusnya punya lima anak,
meninggal dua pas dalam kandungan. Noval anak terkahir Ibu setelah dua kali keguguran. Ibu
seneng punya Noval karena dirumah jadi lebih rame, meskipun agak nakal dan rewel, Ibu sayang
sama anak Ibu.
N: Dia mainnya dirumah terus, jarang keluar juga. Paling ada Reza yang main kesini (kerumah
subjek). Reza kan agak nakal jadi mungkin noval kebawa-bawa juga. hahaha(tertawa). Yah, yang
penting sih, anaknya udah gede gampang diatur aja.
N: Sama-sama dek.
P: Assalamualaikum.
N: Waalaikumsalam.
22