BM Operkulektomi
BM Operkulektomi
OPERKULEKTOMI
Dosen Penanggungjawab:
drg. Inneke C. Sp. Perio
Disusun Oleh :
Suci Nourmaliza
G4B017044
2019
OPERKULEKTOMI
B. Operkulektomi
1. Pengertian
Operkulektemi adalah pembuangan operkulum secara bedah.
Operkulektomi merupakan perawatan dari perikoronitis yang bertujuan
untuk mempertahankan gigi molar yang masih memiliki tempat untuk
erupsi tetapi tertutup oleh sebagian operkulum (Newman, dkk., 2012).
Operkulektomi dapat dilakukan menggunakan scalpel bedah,
elektrokauter, laser atau dengan agen kausatik seperti asam trikloroasetik
(Indrasari, 2016).
2. Indikasi dan Kontraindikasi
a. Indikasi
Menurut Indrasari (2016), indikasi operkulektomi yaitu :
- Terdapat ruang yang cukup untuk gigi molar ketiga erupsi
- Gigi molar ketiga erupsi pada lengkung rahang yang tepat dengan
angulasi vertikal
- Gigi antagonis pada angulasi dan posisi yang tepat
- Apabila gigi molar ketiga akan digunakan sebagai gigi abutment
dari gigi tiruan cekat
- Apabila pasien tidak ingin giginya dilakukan ekstraksi.
b. Kontraindikasi
- Gigi molar ketiga antagonis overeruption
- Apabila tidak cukup ruang untuk molar ketiga erupsi
- Gigi molar ketiga tumbuh dengan angulasi horizontal (Balaji,
2009).
3. Penyembuhan Jaringan Post-Operkulektomi
Permukaan dalam flap yang berkontak dengan tulang dan gigi akan
mengalami inflamasi, demolasi, organisasi, dan pemulihan. Beku darah
yang tipis, digantikan oleh jaringan granulasi dalam waktu satu minggu.
Jaringan akan menjadi jaringan ikat kolagen dalam waktu 2 – 5 minggu.
Permukaan dalam flap akan bergabung dengan tulang untuk membentuk
mukoperiosteum yang menambah lebar daerah perlekatan gingival. Kira-
kira 2 hari setelah operasi, epithelium akan mulai berproliferasi dari tepi
flap ke atas luka jaringan ikat. Epitelium akan bergeser ke apical dengan
kecepatan 0,5 mm perhari untuk membentuk pertautan epithelium yang
baru. Perlekatan epithelium yang masak terbentuk dalam waktu 4 minggu.
Perlekatan jaringan ikat akan terbentuk kembali antara jaringan marginal
dan sementum akar dari tepi tulang sampai ke dasar epithelium jungsional.
Dengan cara ini epithelium jungsional tidak akan bermigrasi lebih apical
lagi. Kebersihan mulut yang baik sangat diperlukan selama periode
pemulihan ini (Suryono, 2014).
.
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
1. Nama : Nn. EWK
2. Usia : 23 tahun
3. Alamat : PBumi Arca Indah
B. Pemeriksaan Subyektif
1. Chief complaint (CC) : pasien mengeluhkan gigi bungsu belakang
kirinya tumbuh dan terdapat gusi yang menutupi permukaannya.
2. Present illness (PI) : pasien tidak merasakan keluhan sakit.
3. Past dental history (PDH) : pasien pernah ke dokter gigi 3 minggu yang
lalu untuk bedah gigi bungsu sebelah kiri
4. Past medical history (PMH) : . Pasien memiliki alergi obat
methampiron dan cataflam.
5. Family history (FH) : tidak terdapat kelainan.
6. Social history (SH) : pasien seorang mahasiswa.
C. Pemeriksaan Obyektif
1. Vital sign :
- Tekanan darah : 120/80 mmHg normal
- Pulse : 80x/ menit normal
- Respirasi : 16x/menit normal
2. Pemeriksaan Ekstraoral : t.a.k
3. Pemeriksaan Intraoral
- Inspeksi : gingiva menutupi setengah disto oklusal gigi 48
- palpasi (-), perkusi (-) vitalitas (+)
Gambar 2. Kondisi Operkulum Gigi 48 pada Pasien
D. Diagnosa
Diagnosa pada pasien tersebut adalah perikoronitis gigi 48
E. Rencana Perawatan
Rencana perawatan perikoronitis pada pasien yaitu operkulektomi gingiva
gigi 48.
F. Prosedur Perawatan
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
- Alat dasar: kaca mulut, sonde, pinset - Aquades steril
- Pinset chirurgis - Cotton roll
- Glass plate - cotton pellet
- Semen spatel - Povidone
- Periodontal pack - Tampon
- Gunting - Tampon
- Scalpel dan blade no. 15 - Spuit dan pehacaine
2. Asepsis dengan mengusapkan antiseptik pada area pembedahan dengan
kapas dan povidone iodine.
3. Melakukan anastesi infiltrasi pada area operkulum Anastesi tidak perlu
mencapai sampai tulang, hanya sampai periosteal kemudian cek
anastesi.
4. Melakukan pemotongan gingiva yang menutup permukaan mahkota
gigi 48. Jaringan di bagian distal M3 (retromolar pad) perlu dipotong
untuk menghindari terjadinya kekambuhan perikoronitis. Ambil
seadekuat mungkin. Penjahitan dilakukan jika trauma terlalu besar atau
bleeding terlalu banyak.
5. Melakukan irigasi dengan povidone iodine kemudian pasien diminta
menggigit tampon.
6. Periodontal pack diaplikasikan jangan melebihi batas epitel bergerak
dan epitel tak bergerak dan mengikuti kontur. Pada daerah koronal
jangan sampai mengganggu oklusi.
7. Instruksikan pasien untuk kembali lagi setelah 7 hari (Bathla, 2011).
Akpata O., 2007, Acute Pericoronitis and the Position of the Mandibular Third
Molar in Nigerians, Journal of Biomedical Science, 1-2:4.
Balaji, S. M., 2007, Textbook of oral and maxillofacial surgery, Elsevier, New
Delhi.
Bathla, S., 2011, Periodontics revisited, 1st ed, Jaypee Brothers Medical Publishers
Ltd, New Delhi.
Dhonge RP. Zade RM. Gopinath V., 2015, Amirisetty R. An insight of pericoronitis
: A Review Article, International Journal Dental Medicine Research, 1(6)
:172-175.
Pedersen, G.W., 2013, Buku Ajar Praktis Bedah Mulut, EGC, Jakarta.