Definisi Genu Valgum Dan Genu Varum
Definisi Genu Valgum Dan Genu Varum
Deformitas varus dan valgus merujuk kepada angulasi abnormal dari suatu
ekstremitas. Deformitas angulasi tersebut dapat terjadi pada sendi, atau pada tulang di
dekat sendi, namun dapat juga terjadi pada tangkai tulang.
Varus adalah angulasi yang mengikuti pola lingkaran imaginer dimana klien berada
1. Cubitus varus adalah berkurangnya sudut lipat siku (carrying angle).
2. Coxa vara adalah berkurangnya sudut leher-tangkai femoral (<130°).
3. Genu varum atau bow leg (kaki O) adalah kondisi dimana lutut berjauhan saat kaki
disatukan.
4. Heel varus adalah berkurangnya sudut antara aksis kaki dengan tumit, seperti pada
posisi inversi.
5. Talipes equinovarus adalah deformitas inversi dari kaki, biasa disertai dengan
equinus (deformitas fleksi plantar) dari sendi pergelangan kaki (sering ditemukan
pada kelainan kongenital clubfoot).
6. Metatarsus varus atau metatarsus aduktus (istilah yang lebih tepat) adalah
deformitas aduktus dari bagian kaki depan (forefoot) terhadap bagian kaki belakang
(hind foot).
7. Hallux varus adalah deformitas aduksi ibu jari kaki melalui sendi metatarsofalangeal
(Salter 1999).
Menurut Wong (2009) genu varum adalah melengkungnya tulang tibia ke arah
lateral. Keadaan ini terlihat pada saat anak berdiri. Usia toddler biasanya memiliki kaki
lengkung seperti busur setelas mulai berjalan sampai punggung bawah, sedangkan otot-otot
kaki mereka berkembang dengan baik. Kaki melengkung seperti busur unilateral atau
asimetris yang terjadi setelah anak mencapai usia 2 sampai 3 tahun, terutama pada anak
kulit hitam (genetik) dapat menunjukkan kondisi patologis sehingga membutuhkan
pemeriksaan lebih lanjut.
Genu varum adalah istilah Latin yang digunakan untuk menggambarkan kaki busur
(bentuk O). Kondisi ini mungkin terjadi pada bayi sampai dewasa dan memiliki berbagai
macam penyebab. Apabila menjadi parah, klien mungkin menunjukkan lutut lateral yang
terdorong dan gaya berjalan waddling (Steven 2013).
Hal ini diakui bahwa bayi sampai usia 2 tahun mungkin mengalami proses
membungkuknya ekstremitas bawah secara fisiologis. Ciri dari kondisi ini adalah simetris
dan tanpa rasa sakit membungkuk, biasanya berhubungan dengan kecenderungan untuk
tersandung. Masalah ini akan sembuh secara spontan tanpa pengobatan, sebagai akibat dari
pertumbuhan normal (Steven 2013).
Valgus adalah angulasi yang tidak mengikuti pola lingkaran imaginer dimana klien
berada. (Salter 1999).
1. Cubitus valgus adalah sudut lipat siku meningkat (carrying angle).
2. Coxa valga adalah sudut leher-tangkai femoral meningkat (>130°).
3. Genu valgum atau knock knee (kaki X) adalah kondisi pada saat lutut disatukan kaki
akan berjauhan.
4. Heel valgus adalah meningkatnya sudut antara aksis kaki dengan tumit, seperti pada
posisi eversi.
5. Talipes calcaneovalgus adalah deformitas eversi dari kaki dengan kombinasi dengan
calcaneus (deformitas fleksi dorsal) dari sendi pergelangan kaki.
6. Hallux valgus adalah deformitas abduksi ibu jari kaki melalui sendi
metatarsofalangeal
Menurut Wong (2009), genu valgum atau knock knees adalah keadaan dimana lutut
saling mendekat satu sama lain tapi kaki terpisah satu sama lain. Secara klinis dapat
ditentukan dengan metode yang sama dengan metode genu varum, tetapi dengan mengukur
jarak diantara maleolus, yang normalnya kurang dari 7,5 cm. Genu valgum biasanya terjadi
pada anka usia 2 sampai 7 tahun.
Genu valgum adalah istilah latin yang digunakan untuk menggambarkan knock-knee
deformitas. Sementara banyak anak-anak yang sehat memiliki kelainan knock-knee sebagai
sifat yang lewat, beberapa orang mempertahankan atau mengembangkan kelainan ini
sebagai akibat dari gangguan herediter atau keturunan atau penyakit tulang metabolik
(Steven 2013).
Genu Valgum
Hal ini juga diakui bahwa balita berusia 2-6 tahun mungkin memiliki
fisiologis yang genu valgum. Untuk kelompok usia ini, fitur khas termasuk
kelemahan ligamen, simetri, dan kurangnya rasa sakit atau keterbatasan
fungsional. Meskipun cacat kadang-mengesankan, tidak ada perawatan yang
diperlukan untuk kondisi pembatasan diri ini. Riwayat alami dari kondisi ini
adalah tumor jinak. Oleh karena itu, orang tua hanya perlu dididik mengenai apa
yang akan terjadi dan kapan (Stevens, 2014).
Genu Varum
Etiologi yang diakui untuk genu varum meliputi berikut ini (Stevens, 2013):
a. Tibia vara (penyakit Blount) - Infantile, remaja, remaja (lihat gambar pertama di
bawah ini)
b. Rakitis - Hypophosphatemic, gizi, penyakit ginjal (lihat gambar kedua di bawah)
c. displasia Skeletal - Achondroplasia, pseudoachondroplasia, beberapa epifisis
displasia, displasia metaphyseal
d. sariawan Celiac dan gangguan pencernaan lainnya
e. Tibia vara (penyakit Blount) adalah gangguan pertumbuhan proksimal tibia medial
yang dapat hadir setiap saat dari bayi sampai remaja. Sejarah alam merupakan
salah satu perkembangan yang tak terhindarkan, penutupan dini medial tibia fisis
atas, dorong lateral, kelemahan ligamen, dan, pada akhirnya, ketidakstabilan sendi
dan degenerasi. Pada usia 5 tahun, pertumbuhan dipandu sudah cukup. Setelah
penutupan physeal, osteotomi kompleks diperlukan. Hypophosphatemic rickets
gangguan dalam metabolisme vitamin D yang melemahkan physes melalui
pengerasan tertunda. Cacat konsekuen dapat berkembang meskipun manajemen
medis berhati-hati dan bracing. Cacat biasanya bilateral, yang melibatkan kedua
femur dan tibia. Terlepas dari etiologi patologis genu varum dan terlepas dari usia
pasien, koreksi bedah malalignment signifikan dan gejala dibenarkan.
Gambar Hypophosphatemic rickets (Stevens, 2013)
Genu Varum
Keselarasan normal artinya adalah panjang ekstremitas bawah sama (satu dengan
yang lainnya) dan axis mekanik (pusat gravitasi) membagi lutut dalam dua bagian besar
saat pasien berdiri tegak dengan patella menghadap ke depan. Posisi posisi ini
memberikan tekanan yang relatif seimbang pada kompartemen medial dan lateral,
sementara patella tetap stabil dan berpusat pada sulkus femoral (Stevens, 2013).
Pada anak beruia kurang dari dua tahun, genu varum fisiologis sering terjadi,
tetapi dapat membaik dengan sendirinya dan tidak berbahaya. Pada anak yang lebih tua
dengan varus patologis, dengan lutut bergeser ke lateral, aksis mekanik jatuh pada
kuadran dalam sendi lutut. Pada kasus yang lebih buruk, aksis tersebut bahkan tidak
berpotongan pada lutut (lihat gambar di bawah). Sebagai akibatnya, kondilus femoral
medial dan plateau medial dari tibia mendapat beban patologis. Efek Heuter-Volkmann
aan menekan fisis dan bagian kartilaginosa struktur ini dan menghambat osifikasi normal
dari epifisis (Stevens, 2013).
Faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya genu varum yaitu varus femur,
kelemahan ligamen, dan varus tibia. Aksis mekanik selnjutnya menyimpang dari medial.
Ligamen kolateral lateral membentang, terkadang melebihi kemampuannya, yang
memungkinkan adanya dorongan lateralis mekanik pada lutut saat berjalan. Ketika aksis
mekanik menyimpang ke dalam atau di luar kuadran medial lutut, terlepas dari etiologi,
sejumlah masalah klinis mungkin terjadi (Stevens, 2013).
Genu Valgum
Pada genu valgum, aksis mekanik bergeser ke lateral, stress patologis memberi
beban pada femur dan tibia lateral serta menghambat pertumbuhan. Tidak hanya
pertumbuhan fisis terhambat, tetapi juga terjadi efek Heuter-Volkmann, tekanan
berkelanjutan atau berlebih pada epifisis memberi efek inhibisi terhadap pertumbuhan.
Akibatnya, pertumbuhan kondilus lateral femur secara keseluruhan ditekan, sehingga
sulkus femoral menjadi dangkal dan patela cenderung untuk miring (Stevens, 2013).
Anak harus diperhatikan cara berjalannya, dengan perhatian tertuju pada lutut
ketika fase melangkah untuk menentukan adanya pembentukan sudut ke lateral (lateral
thrust) atau medial (medial thrust). Anak dengan varum atau valgum fisiologis pada
lutut umumnya tidak terjadi pembentukan sudut. Namun pada kondisi patologis,
pembentukan sudut biasanya menunjukkan kelemahan ligamen lutut yang bisa
meningkatkan potensi untuk bertambahnya keparahan deformitas.
Pada posisi prone/supinasi dapat dinilai rotasi pinggul interna dan eksterna (torsi
femoral) dan aksis paha-kaki (torsi tibia). Pada pemeriksaan fisik, diperiksa juga adanya
diskrepansi panjang ekstremitas dengan pengukuran true length dan apparent length.
2. Pemeriksaan laboratorium
Anak dengan deformitas secara umum, maka diperlukan pemeriksaan untuk
mengetahui adanya kelainan pada sistem metabolik yang meliputi (Allison 2012):
1) Kalsium, fosfat, alkaline fosfat, kreatinin, dan hematokrit.
2) PTH
3) 25-hidroksi vitamin D
4) I‐25-dehidroksi vitamin D
3. Radiografi
Menurut Peter (2013) Plain radiography merupakan satu prosedur diagnostik
utama yang diperlukan dalam berbagai kasus terutama pada kasus deformitas bentuk
tulang. Gold standart pemeriksaan ini adalah full-length anteroposterior (AP)
ekstremitas bawah. Indikasi pemeriksaan ini dilakukan jika anak memiliki tinggi badan
di bawah persentil 25 (berdasarkan kurva tinggi badan terhadap umur). Pada kondisi
genu varum maupun genu valgum, pemeriksaan radiologis dilakukan dengan
mengambil foto antero-posterior (AP) paha hingga pergelangan kaki untuk kedua
esktremitas. Aksis mekanikal dan juga aksis anatomik dari ekstremitas bawah diukur
untuk penentuan diagnosis.
Pada anak dengan suspek genu varum, dapat dilakukan penilaian sudut
metafisis-diafisis (MDA) untuk membedakan antara genu varum dan tibia vara, pada
genu varum sudut yang dibentuk biasanya < 110, sedangkan pada tibia vara sudut yang
dibentuk >110. Berbeda dengan genu valgum, pemeriksaan yang dilakukan adalah
pengukuran aksis mekanikal (aksis yang digambar dari tengah kepala femur hingga
pada pertengahan dari sendi pergelangan kaki). Pada kondisi normal garis ini akan
tepat membagi dua dari sendi pergelangan kaki atau masih berada pada 50% bagian
tengah dari sendi pergelangan kaki.
Genu valgum didefinisikan sebagai deviasi lateral dari aksis atau deviasi diluar
dari margin sendi kruris. Deformitas mungkin terjadi pada femur, tibia, atau keduanya.
Sudut normal dari femoralis distal (LDFA) adalah 84° (6° dari valgus), dan sudut
proksimal tibial medial (PMTA) adalah 87° (3° dari varus).
Gambar 2.1 Sudut anatomi diukur antara permukaan sendi setiap tulang dan poros masing-masing.
Lateral distal sudut femoralis (LDFA) biasanya 84 °, dan proksimal medial sudut tibialis (MPTA)
adalah 87 °. Pada tampilan close-up, seseorang dapat mengukur sudut konvergensi bersama (biasanya
0 °); ini didefinisikan oleh garis permukaan artikular femur dan tibia. Lateral kelemahan ligamen
dapat berkontribusi untuk varus malalignment.
(Peter 2013)
Ketika kelainan physeal dicurigai, memperoleh AP dan radiografi lateral pinggul
atau lutut (atau fluoroskopi) agar memiliki visualisasi yang lebih baik dari fisis. Selain
pemeriksaan klinis terdokumentasi dengan baik dan observasi cara berjalan (diulang
seperlunya untuk mendokumentasikan perkembangan) dan radiografi standar yang telah
disebutkan; tes lain umumnya tidak diindikasikan. Kecuali bar physeal dicurigai (yang
tidak biasa), tidak perlu untuk menggunakan computed tomography (CT) scan atau
magnetic resonance imaging (MRI).
4. Temuan histologis
Tergantung pada etiologi yang mendasari genu varum, epifisis, physeal, atau
kelainan histologis metafisis mungkin ada, serta kepadatan tulang dapat berkurang.
Namun, biopsi tulang jarang diperlukan atau membantu. Prosedur invasif tersebut dapat
memiliki efek buruk pada pertumbuhan physeal dan hasil pengobatan.
2. Pengobatan Operatif
Jika deformitas tidak membaik dengan pengobatan ortotik dan penyakit berlanjut
ke tahap berikutnya maka koreksi bedah harus dilakukan. Operasi dianjurkan untuk
cacat yang semakin parah dan bisa melumpuhkan anak, atau jika anak tersebut memiliki
sudut metaphyseal-diaphyseal lebih besar dari 14°. Indikasi mutlak untuk operasi adalah
depresi tibialis dataran tinggi (Langenskold tahap IV), dan kelemahan ligamen lutut.
1) Persiapan pre-operasi
Pemeriksaan klinis yang diperlukan harus mencakup pengukuran jarak
interkondilaris, panjang tungkai, profil torsi, dan observasi gaya berjalan;
dokumentasi radiografi pra operasi yang meliputi pengukuran deviasi sumbu
mekanik dan sudut sendi-poros femoralis dan tibialis juga sangat penting. Jika ada
keraguan pada etiologi genu varum maka akan dilakukan pemeriksaan ulang pada
interval waktu 3 atau 6 bulan dengan perbandingan radiografi sesuai kebutuhan,
sebelum merumuskan rencana perawatan (Peter 2013).
Kelainan unilateral atau asimetris juga harus diwaspadai karena sulit untuk
merasionalisasi kasus ini sebagai contoh varus fisiologis. Hal ini membantu untuk
mendokumentasikan perpindahan medial sumbu mekanik; perkembangan
perpindahan ini setelah usia 2 tahun berfungsi sebagai indikasi relatif untuk
intervensi bedah. Secara umum (kecuali dalam kasus varus fisiologis), ketika sumbu
mekanik di medial zona 2, ada indikasi relatif untuk intervensi, dan ketika itu di zona
3, ada indikasi mutlak. Lihat gambar di bawah.
Gambar 2.4 Jika lutut dibagi menjadi kuadran, dan variasi normal yang diperbolehkan untuk,
sumbu mekanik harus netral atau setidaknya masuk dalam medial atau lateral zona 1. Deviasi
ke zona 2 relatif terindikasi untuk intervensi bedah, dan zona 3 adalah panggilan yang jelas
untuk tindakan. Jika physes terbuka, koreksi dapat diperoleh dengan guided growth , setelah
tulang matur, satu-satunya pilihan adalah osteotomy korektif.
(Peter 2013)
2) Operasi
(1) Guide growth
Guide growth (hemiepiphysiodesis sementara) dapat menjadi terapi
alternatif bagi sebagian besar anak dengan progresifitas genu varum atau
valgum, bahkan mereka dengan “physes disease”. Teknik ini dapat dilakukan
pada anak usia 18 bulan sampai 18 tahun, asalkan dengan physes terbuka.
Tujuan dari tindakan ini adalah untuk mengembalikan sumbu mekanik
menjadi netral, sehingga mengurangi dampak kumulatif dari gravitasi pada
struktur kelebihan beban, mengurangi rasa sakit, serta membantu melindungi
lutut yang tumbuh selama bertahun-tahun. Ketika teknik reversibel seperti
penempatan delapan-plate digunakan, fisis akan terus tumbuh selama guide
growth, dan pertumbuhan fisis ini akan terus berlanjut setelah implan dilepas.
Ketika sumbu mekanik telah dikembalikan ke netral, implan akan dihapus.
Pertumbuhan selanjutnya harus dimonitoring. Monitoring tersebut tergantung
pada etiologi seperti adanya deformitas berulang karena growth rebound. Oleh
karena itu haru dilakukan ulang prosedur guide growth.
Menurut Métaizeau et al. (1998); Peter (2013) Waktu untuk memonitoring
tindakan tersebut berkisar selama 6-24 bulan, tetapi biasanya sumbu mekanik
diperbaiki dalam waktu 12 bulan dari penyisipan (Peter 2013).
Guide growth dengan delapan-plate (Gambar 2.5) menawarkan tingkat
keberhasilan yang tinggi, dengan sedikit dan minor komplikasi.
Gambar 2.5 Pada usia 5 tahun, anak ini disajikan dengan asimetris tibia vara (penyakit
Blount). Ahli bedah bekerja dengan menggunakan guide growth di kanan dan
osteotomy tibia / fibula di sebelah kiri
(Peter 2013)
Gambar 2.6 Pada 14 bulan follow-up, sumbu mekanik netral di sebelah kanan, dan
plate telah dihapus. Sumbu mekanik berada di medial zona 2; ini ditangani oleh
penyisipan lateral delapan-plate
(Peter 2013)
Gambar 2.7 Setelah tambahan 8 bulan guide growth, kaki diluruskan, dan plate telah
dihapus. Panjang tungkai klien tetap sama, dan belum ada kekambuhan deformitas
sudut. Pemantauan tahunan akan berlanjut sampai jatuh tempo: jika ada pergeseran
sumbu mekanik, guide growth akan terulang.
(Peter 2013)
Gambar 2.8 Pada 1 tahun setelah tibia proksimal stapel untuk memperbaiki
ketimpangan tungkai panjang, scanogram ini menunjukkan longgarnya staples lateral
dengan varus iatrogenik akibat dari tibia. Physes masih terbuka.
(Peter 2013)
Gambar 2.9 Tampilan utuh panjang menunjukkan deviasi aksis mekanik menjadi
medial zona 2; ini tidak dapat dibuktikan di scanogram. Staples telah dihapus dan
diganti dengan yang lateral yang delapan-plate.
(Peter 2013)
(2) Osteotomi
Osteotomi merupakan tindakan bedah yang paling sering digunakan.
Tujuannya adalah untuk meluruskan ekstremitas dan memberikan sumbu
mekanik netral sementara untuk mengoreksi malrotasi serta memulihkan panjang
tungkai yang sama (Peter 2013).
Osteotomi adalah operasi bedah dimana tulang dipotong untuk
memperpendek, memperpanjang, atau bahkan mengubah keselarasannya dari
tulang. Dalam osteotomi, sepotong tulang berbentuk baji akan dihilangkan dari
sisi medial femur. Setelah itu potongan tulang dimasukkan ke tibia kemudian
dilakukan fiksasi. Jika fiksasi digunakan di dalam kaki, maka hal ini disebut
osteotomi fiksasi internal. Sebaliknya jika menggambarkan frame kawat khusus
melingkar di bagian luar kaki dengan pin untuk memegang perangkat di tempat
maka disebut dengan osteotomi fiksasi eksternal.
Phemister (1933); Mycoskie (1981) dalam Peter (2013) menyatakan
bahwa tindakan ini relatif invasif dan penuh dengan potensial komplikasi
(misalnya, kegagalan fiksasi, kerusakan physeal, infeksi, kekakuan sendi,
sindrom kompartemen, cedera neurovaskular, bahkan deformitas berulang).
Apabila deformitas berulang terjadi maka penataan ulang menjadi lebih sulit
pada setiap usaha selanjutnya.
Selama periode penyembuhan, menahan beban harus ditangguhkan, dan
rentang gerak mungkin terbatas. Terapi fisik mungkin berguna dalam
memobilisasi klien. Perlu diingat bahwa semua klien akan memiliki 1 atau lebih
osteotomies jika mereka tidak menjalani guide growth (Peter 2013).
Pada genu varum, dimana terjadi angulasi medial dari pergelangan kaki dengan
hubungannya ke paha, femur biasanya menjadi vertika secara abnormal dan sebagai
akibatnya akan terjadi ketidakseimbangan berat tubuh, titik imbang berat tubuh akan
jatuh secara medial ke bagian tengah atau pusat dari lutut. Kondisi ini akan
mengakibatkan tekanan berlebih yang terjadi pada bagian medial dari sendi lutut, dimana
dapat menyebabkan artrosis (penghancuran dari kartilago pada lutut), dan stress berlebih
pada ligamen kolateral fibular. Sedangkan pada genu valgum terjadi angulasi lateral dari
pergelangan kaki terhadap hubungannya dengan paha. Karena adanya sudut berlebihan
yang dibentuk oleh lutut ini pada genu valgum, maka titik tumpu berat tubuh akan berada
pada bagian lateral dari pusat sendi lutut. Konsekuensinya, ligamen kolatteral tibial akan
mengalami stretching berlebihan, dan juga terjadi stress berlebihan pada menicus lateralis
dan kartilago dari femoralis lateralis, serta stress berlebih pada kondilus tibial. Patela
yang pada normalnya terdorong ke arah lateral oleh tendon dari vastus lateralis, pada
individu dengan genu valgum akan terdorong lebih jauh ke arah lateral ketika
pergelangan kaki ekstensi, sehingga artikulasi dengan femur akan menjadi abnormal.
Kondisi keabnormalan sendi ini akan dapat menyebabkan terjadinya artrosis dari
kartilago artikular (Moore, Dalley, & Arthur, 2006).
Jika genu varum atau genu valgum menetap dan tidak dilakukan koreksi, maka
osteoarthritis dapat berkembang saat usia dewasa sebagai akibat dari stress intraartikular
abnormal. Genu varum dapat menyebabkan gangguan pola jalan dan dapat meningkatkan
resiko untuk terjadinya sprain dan fraktur. Genu valgum yang tidak dikoreksi dapat
subluksasi dan dislokasi berulang pada patela dengan meningkatkan presdiposisi untuk
kemunculan kondromalasia dan nyeri serta fatigu pada sendi.
Komplikasi yang bisa terjadi pada genu valgum dan genu varum adalah:
1. Komplikasi post-op seperti infeksi, sindrom kompartmen, deformitas berulang, dan
gangguan pertumbuhan.
2. Artritis degeneratif patellofemoral
Pada genuvalgum yang parah tanpa diobati, dapat menimbulkan radang sendi
degeneratif patellofemoral.
3. Artritis dini sendi lutut
Pada genuvarum yang tidak diobati dapat menyebabkan sakit pada medial lutut dan
memungkinkan adanya arthritis (nyeri) pada saat dewasa. Deformitas angulasi dapat
terjadi pada sendi, atau pada tulang di dekat sendi, namun dapat juga terjadi pada
tangkai tulang (Sabharwal 2009).
4. Deviasi gaya berjalan (gait)
Hal ini terkait dengan deformitas yang terjadi pada tibia, seperti pada blount
disease/tibia vara (Aird 2009).
H. Prognosis Genu Valgum dan Genu Varum
Prognosis untuk remaja dengan kondisi genu valgum baik jika deformitas diobati
sebelum tulang matur. Jika kondisi ini tetap tidak diobati, bisa terjadi kerusakan meniscus,
dan keterbelakangan dari kondilus lateral femur, sehingga terjadi masalah kompartemen
lateral dari lutut (Lescher 2011).
Sebagian penyebab genu varum pada bayi kembali baik dengan sendirinya. Pada
kasus genuvarum patologis, penyebab masalah tesebut harus segera ditangani. Beberapa
kasus yang lebih ringan, kembali baik dengan sendirinya pada usia 9 tahun tanpa
intervensi. Namun, pada kasus yang lebih berat, Bowing tibia dan femur mungkin menetap
sampai remaja sehingga dapat menyebabkan kelainan gaya berjalan (gait) (Lescher 2011).
Penataksanaan medis yang tepat, dialisis dan transplantasi renal juga dapat
meningkatkan kemungkinan hidup klien.
Sumber: