Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN TOF

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah

KEPERAWATAN ANAK
Dosen Pengampu : Ns. Herlina, M.Kep, Sp.Kep.An

Disusun Oleh:

Leily Muhafilah 1610711030


Mei Diana Arminiarti 1610711033
Chalvin Aprianto 1610711041
Trisna Irawati Sianturi 1610711106

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada penyusun sehingga akhirnya penyusun dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.

Makalah yang berjudul Konsep Penyakit Anak Kronis ini ditulis untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak II.

Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penyusun menyampaikan rasa hormat dan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah memberikan bantuan
dan dorongan kepada penyusun dalam menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.

Depok, 27 Agustus 2018

Penyusun
BAB I

A. PENDAHULUHAN

Tetralogy of fallot (ToF) merupakan penyakit jantung bawaan sianotik yang terdiri dari
empat kelainan khas, yaitu defek septum ventrikel (ventricular septal defect, VSD), stenosis
infundibulum ventrikel kanan atau biasa disebut stenosis pulmonal, hipertrofi ventrikel kanan,
dan overriding aorta. ToF merupakan jenis penyakit jantung bawaan tersering. Sekitar 3-5%
bayi yang lahir dengan penyakit jantung bawaan menderita jenis ToF. Di AS, 10% kasus
penyakit jantung kongenital adalah ToF, sedikit lebih banyak pada laki-laki dibandingkan
perempuan. Seiring dengan meningkatnya angka kelahiran di Indonesia, jumlah bayi yang lahir
dengan penyakit jantung juga meningkat. Dua per tiga kasus penyakit jantung bawaan di
Indonesia memperlihatkan gejala pada masa neonatus. Sebanyak 25-30% penderita penyakit
jantung bawaan yang memperlihatkan gejala pada masa neonatus meninggal pada bulan
pertama usianya jika tanpa penanganan yang baik. Sekitar 25% pasien ToF yang tidak diterapi
akan meninggal dalam 1 tahun pertama kehidupan, 40% meninggal sampai usia 4 tahun, 70%
meninggal sampai usia 10 tahun, dan 95% meninggal sampai usia 40 tahun. Penyakit jantung
bawaan sering dapat dideteksi dengan USG pada masa kehamilan. Pemeriksaan fetal
echocardiography juga baik dilakukan pada pelayanan antenatal sebagai salah satu cara deteksi
dini penyakit jantung bawaan. Diagnosis dini ToF dapat menentukan langkah selanjutnya harus
diambil. Penetapan langkah yang tepat setelah deteksi dini penyakit jantung bawaan ToF pada
anak dapat mengurangi mortalitas dan morbiditas.Dengan penegakan diagnosis yang tepat dan
cepat, komplikasi penyakit jantung bawaan ToF dapat diminimalkan.

B. Rumusa Masalah
1. Mengetahui definisi tentang TOF
2. Memahamin Pathway
3. Asuhan Keperawatan TOF
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Pengertian TOF Tetralogi fallot (TF) adalah kelainan jantung bawaan dengan gangguan sianosis yang
ditandai dengan kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi defek septum ventrikel, stenosis pulmonal, over
riding aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan.Tetralogi of Fallot (TOF) adalah kelainan jantung kongenital
dengan gangguan sianosis yang ditandai dengan kombinasi empat hal yang abnormal meliputi Defek Septum
Ventrikel, Stenosis Pulmonal, Over riding Aorta dan Hipertrofi Ventrikel Kanan. (Buku Ajar Kardiologi
Anak, 2002).
Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat beratnya penyakit adalah stenosis
pulmonal dari sangat ringan sampai berat. Stenosis pulmonal bersifat progresif , makin lama makin
berat.Frekuensi TF lebih kurang 10 %. Derajat stenosis pulmonal sangat menentukan gambaran kelainan;
pada obstruksi ringan tidak terdapat sianosis, sedangkan pada obstruksi berat sianosis terlihat sangat nyata.
Pada klien dengan TF, stenosis pulmonal menghalangi aliran darah ke paru-paru dan mengakibatkan
peningkatan ventrikel kanansehingga terjadi hipertropi ventrikel kanan. Sehingga darah kaya CO2 yang
harusnya dipompakan ke paru-paru berpindah ke ventrikel kiri karena adanya celah antara ventrikel kanan
akibat VSD (ventrikel septum defek), akibatnya darah yang ada di ventrikel kiri yang kaya akan O2 dan akan
dipompakan ke sirkulasi sistemik bercampur dengan darah yang berasal dari ventrikel kanan yang kaya akan
CO2. Sehingga percampuran ini mengakibatkan darah yang akan dipompakan ke sirkulasi
sistemik mengalami penurunan kadar O2 Empat kelainan anatomi sebagai berikut

1. Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara kedua rongga ventrikel.
2. Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep pembuluh darah yang keluar dari bilik kanan
menuju paru, bagian otot dibawah klep juga menebal dan menimbulkan penyempitan
3. Aorta over riding dimana pembuluh darah utama yang keluar dari ventrikel kiri mengangkang sekat
bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta keluar dari bilik kanan
4. Hipertrofi ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan karena peningkatan tekanan di
ventrikel kanan akibat dari stenosis pulmonal.

B. Prevalensi
Data dari the nothern region paediatric cardiology data base memperkirakan insiden PJB di
UK sebesar 6,9/1000 kelahiran, atau 1 di antara 145 kelahiran bayi. Penelitian di Beijing,
Cina mendapatkan insiden PJB 8,2/1000 dari total kelahiran, dimana 168,9/1000 lahir mati
dan 6,7/1000 lahir hidup. Ras Asia memiliki angka yang lebih besar dibandingkan non Asia
karena pengaruh perkawinan konsanguinus yang tinggi. World health organization (WHO)
berturut-turut melaporkan di antara penyakit kardiovaskular, insidens PJB di Bangladesh
(6%), India (15%), Burma (6%), dan Srilangka (10%). Di Indonesia belum terdapat angka
yang pasti, namun penelitian di RS. Dr.Sutomo pada tahun 2004-2006 sudah mendapatkan
angka kematian yang tinggi dari pasien PJB setiap tahunnya, berturut-turut 11,64%, 11,35%,
dan 13,44%.
Di negara maju hampir semua pasien telah dapat dideteksi dalam masa bayi, sedangkan di
negara berkembang masih banyak yang dibawa berobat setelah anak besar, hal tersebut berarti
bahwa banyak neonatus dan bayi muda dengan penyakit jantung bawaan berat telah
meninggal sebelum diperiksa oleh dokter atau pun PJB ringan tidak sampai di diagnosis secara
adekuat

C. Etiologi
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui secara pasti. diduga karena
adanya faktor endogen dan eksogen.Faktor – faktor tersebut antara lain :
1. Faktor endogen
a. Berbagai jenis penyakit genetik: kelainan kromosom, contohnya down syndrome, marfan
syndrome.
b. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan misalnya VSD, pulmonary
stenosis, and overriding aorta.
c. Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi, kolesterol
tinggi, penyakit jantung atau kelainan bawaan.
2. Faktor eksogena.
a. Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obat-obatan
tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine. aminopterin, amethopterin, jamu).
b. Ibu menderita penyakit infeksi : rubella.
c. Efek radiologi (paparan sinar X).
d. Ibu mengonsumsi alcohol dan merokok saat mengandung.

D. Manifestasi klinis
1. Murmur mungkin merupakan tanda pertama yang biasa ditemukanoleh dokter. Ia merupakan
suara tambahan atau tidak biasa yangdapat didengar pada denyut jantung si bayi. Kebanyakan
bayiyang menderita tetaralogy of fallot mempunyai suara murmur jantung.
2. Cyanosis juga merupakan pertanda umum pada tetralogy of fallot.Cyanosis adalah suatu
keadaan di mana pada sirkulasi bayikekurangan darah yang telah mengalami oksigenasi
sehinggadapat timbul dengan kulit, kuku, serta bibir yang pucat.
3. Warna kulit pucat
4. Frekuensi pernafasan yang meninggi
5. Kulit terasa dingin
6. BB yang rendah

Trisna Irawati Sianturi

1610711106

ETIOLOGI

Genetik Kehamilan Gizi Gaya Hidup Usia >40 DM


thn

Kromosom Infeksi gg.proses Merokok & Cenderung Glukosa


pertumbuhan Alkohol mengalami gg
saat melahirkan kehamilan
Syndrome
Rubella Aliran darah
Resiko bayi TFO
down
Jantung
mengeluarkan
tekanan tinggi

KELAINAN JANTUNG
KENGINITAL/

TETROLOGY OF
FALLOT(TOF)

STENOSIS PULMONAL VSD Darah dari ventrikel kiri dan


kanan mengalir keaorta
Obstruksi aliran
Obstruksi pada
darah dari
katup pulmonalis Pencampuran
ventrikel kanan
darah dari Overiding aorta
Penurunan aliran ventrikel kanan
Kerja ventrikel dan ventrikel kiri
darah keparu
kanan berlebih

Penurunan pertukan
Hipertrofi Darah mengandung O2
gas keparu
ventrikel kanan dan CO2 bercampur

gg.pertukaran Penurunan
gas O2 dalam Hipoksemia Nutrisi ke sel (-) gg.pertumbuhan
darah

Hipoksia

Jaringan periiifer Oksigen tidak Sesak Penurunan O2


mencukupu untuk pada sel otak
Clubbing pembentukan ATP
Sianosis
finger Pola napas Penurunan
tidak efektif kesadaran
Penurunan energy
gg. perfusi Kelemahan
gg.citra Leily Muhafilah
jaringan Perubahan
tubuh
1610711030 perfusi jaringan
serebral
TETRALOGI Intolerasi aktivitas OF FALLOT
Anak yang menderita tetralogi of fallot biasanya tampak kemerahan pada masa
neonatus, meskipun mungkin terdengar bising jantung akibat aliran darah melalui
infundibulum atau katup pulmonal yang menyempit. Sianosis timbul dan bertambah berat
setelah beberapa minggu atau beberapa bulan kemudian. Kadangkala bayi mungkin terlihat
kemerahan saat istirahat, dan hanya terlihat sianosis pada saat memeras tenaga seperti saat
menangis atau minum susu. Kadang-kadang terjadi serangan sianosis. Bayi yang menderita
tetralogi of fallot hampir sepanjang waktu tampak relatif sehat, namun rentan terhadap
serangan, yaitu pada saat bayi menjadi amat sianosis dan pucat serta seringkali disertai
penurunan kesadaran. Serangan demikian terjadi karena penurunan resistensi pembuluh darah
sistemik, sehingga meningkatkan pirau kanan ke kiri dan mencegah darah mengalir ke paru-
paru. Ketika anak bertambah usia, sianosis saat istirahat menjadi bertambah nyata, toleransi
aktivitas menurun dan dapat timbul squatting (jongkok) yang khas. Yang disebut terakhir ini
adalah sesuatu manuver untuk meringankan gejala setelah aktivitas, yaitu berjongkok pada
pangkal paha dengan lutut menghadap keatas menekan dada. Tindakan ini dapat menahan
darah vena yang tidak tersaturasi oksigen pada tungkai bawah, mencegah aliran kembali ke
jantung dan juga menaikkan tekanan aorta dengan menghambat arteri femoralis, sehingga
terjadi penurunan besar pirau kanan ke kiri.

Gagal jntung amat jarang terjadi pada tetralogi of fallot tetapi komplikasi tromboemboli
akibat polisitemia, endokarditis bakterialis dan abses serebri dapat terjadi.

Pemeriksaan fisik

Anak dengan tetralogi of fallot mungkin tampak sianosis saat istirahat disertai
jari tubuh. Jantung secara klinis tidak membesar tetapi aktivitas ventrikel kanan mudah teraba
dan mungkin terdapat thrill sistolik pada daerah pulmonal. Pada auskultasi, terdengar bising
ejeksi sistolik pada daerah pulmonal dan terdengar bunyi jantung dua tunggal. Tidak ada bising
yang terdengar akibat aliran darah melalui defek septum karena tekanan kdua ventrikel tersebut
hampir sama.

Pemeriksaan penunjang

Rontgen toraks memperlihatkan besar jantung yang normal dengan aspeks diatas
diafragma kiri, tetapi pinggir jantung kiri berbentuk konkaf karena arteri pulmonalis utama
berukuran kecil. Jantung dikatakan tampak seperti sepatu. Lapang paru oligemis.
Elektrokardiogram menunjukkan deviasi aksis ke kanan, hipertrofi artrium kanan dan
hipertrofi ventrikel kanan. Diagnosis ditegakkan dengan ekokardiografi.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi
oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit
antara 50-65%. nilai AGD menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2),
penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan pH.

b. Radiologis
Sinar-X pada thoraks didapat gambaran penurunan aliran darah pulmonal, gambaran
penurunan aliran darah pulmonal, gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat
sehingga seperti sepatu boot (boot shape). Tidak ada bukti-bukti pembesaran jantung.
Cardio thoracic ratio pasien tetralogi fallot biasanya normal atau sedikit membesar. Akibat
terjadinya pembesaran ventrikel kanan dengan konus pulmonalis yang hilang, maka tampak
apeks jantung terangkat sehingga tampak seperti sepatu kayu (coer en sabot). Pada 25% kasus
arkus aorta terletak di kanan yang seharusnya di kiri, dapat berakibat terjadinya suatu tarik
bayangan trakeobronkial berisi udara di sebelah kiri, yang terdapat pada pandangan antero-
posterior atau dapat dipastikan oleh pergeseran esofagusyang berisi barium ke kiri Corakan
vascular paru berkurang dan lapangan paru relatif bersih, mungkin disebabkan oleh aliran darah
paru paru yang berkurang dan merupakan suatu tanda diagnostik yang penting. Bila terdapat
kolateral yang banyak mungkin corakan vascular paru tampak normal, atau bahkan bertambah.
Pada proyeksi lateral, ruangan depan yang bersih atau kosong dapat atau tidak dipenuhi oleh
ventrikel kanan yang hipertrofi.

c. Elektrokardiogram
- Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan.
- Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan, kadang terdapat juga hipertrofi atrium kanan.
- Pada anak yang sudah besar dijumpai P pulmonal
- Menunjukkan hipertrofi vebtrikel kanan-kiri, ataupun keduanya.

d. Ekokardiogram
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel kanan, penurunan
ukuran arteri pulmonalis dan penurunan aliran darah ke paru-paru. Mendeteksi defek septum,
posisi aorta dan stenosis pulmoner

e. Kateterisasi jantung
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui Defek Septum Ventrikel
multiple, mendeteksi kelainan arteri koronaria dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer.
Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan
tekanan pulmonalis normal atau rendah. Peningkatan tekanan sistemik dalam ventrikel kanan,
penurunan tekanan arteri pulmoner dengan penurunan saturasi hemoglobin arteri.
Kateterisasi jantung dan angiokardiografi merupakan metode pemeriksaan utama untuk
menerangkan abnormalitas anatomis tersebut dan untuk menyingkirkan cacat lainnya, yang
menyerupai gambaran suatu tetralogi falot, terutama ventrikel kanan dengan saluran keluar
ganda disertai stenosis pulmonal serta tranposisi arteri dengan stenosis pulmonal. Kateterisasi
jantung akan mengungkapkan hipertensi sistolik dalam ventrikel kanan yang sama besarnya
dengan tekanan darah sistemik disertai penurunan tekanan yang mencolok ketika kateter
tersebut memasuki ruangan infundibulum atau arteri pulmonalis. Tekanan darah rata rata dalam
arteri pulmonal biasanya sebesar 5-10 mmHg, tekanan darah di dalam atrium biasanya normal.
Aorta mungkin dengan mudah dapat dimasuki dari bilik kanan melalui cacar septum ventrikel
tersebut. Tingkat kejenuhan oksigen arteri tergantung atas pintasan dari kanan ke kiri; pada
waktu istirahat besarnya 75-85%. Contoh contoh darah dari kedua pembuluh vena kava, atrium
kanan, ventrikel kanan dan arteri pulmonalis seringkali mengandung kadar oksigen yang sama,
sehingga memberikan indikasi mengenai tidak adanya pintasan dari kiri ke kanan dapat
diperlihatkan pada tingkat ventrikel. Angiografi dan atau kurva pengenceran indikator dapat
melokalisasikan tempat pintasan dari kanan ke kiri atau yang berarah ganda pada tingkat
ventrikel tersebut.

f. Hematokrit atau hemoglobin memantau viskositas darah dan mendeteksi adanya anemia
defisiensi besi.
( buku ajar keperawatan pedriatik, 2005 )
PENATALAKSANAAN

Pada penderita yang mengalami serangan stenosis maka terapi ditujukan untuk memutus
patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara:
a. Posisi lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah karena peningkatan afterload aorta
akibat penekukan arteri femoralis. Selain itu untuk mengurangi aliran darah balik ke jantung
(venous).

b. Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kgBB SC, IM, atau IV atau dapat pula diberi Diazepam
(Stesolid) per rektal untuk menekan pusat pernafasan dan mengatasi takipneu.

c. Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian di sini tidak begitu tepat karena permasalahan
bukan kerena kekurangan oksigen, tetapi karena aliran darah ke paru menurun. Dengan usaha
di atas diharapkan anak tidak lagi takipneu, sianosis berkurang dan anak menjadi tenang. Bila
hal ini tidak terjadi dapat dilanjutkan dengan pemberian :
- Propanolol 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan denyut jantung sehingga
serangan dapat diatasi. Dosis total dilarutkan dngan 10 ml cairan dalam spuit, dosis awal/bolus
diberikan separuhnya, bila serangan belum teratasi sisanyadiberikan perlahan dalam 5-10
menit berikutnya.
- Penambahan volume cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif dalam penanganan
serangan sianotik. Penambahan volume darah juga dapat meningkatkan curah jantung,
sehingga aliran darah ke paru bertambah dan aliran darah sistemik membawa oksigen ke
seluruh tubuh juga meningkat.

Tindakan operasi dianjurkan untuk semua pasien TOF. Tindakan operasi yang dilakukan, yaitu
:
a. Aastomosis Blalock-Taussig Shunt (BT-Shunt)
Yaitu merupakan posedur shunt yang dianastomosis sisi sama sisi dari arteri subklavia
ke arteri pulmonal. Anastomose sub clavia pulmoner dari Blalock – Taussig adalah intervensi
palliative yang umumnya dianjurkan bagi anak yang tidak sesuai bedah korektif. Arteri
subklavia yang berhadapan dengan sisi lengkung aorta diikat,dibelah dan dianastomosekan ke
arteria pulmoner kolateral. Keuntungan pirau ini adalah kemampuannya membuat pirau yang
sangat kecil,yang tumbuh bersama anak dan kenyataannya mudah mengangkatnya selama
perbaikan definitive.Anastomosis Blalock- Taussig yang dimodifikasi pada dasarnya sama ,
namun memakai bahan prostetik,umumnya politetrafluoroetilen. Dengan pirau ini ukurannya
dapat lebih dikendalikan, dan lebih mudah diangkat karena kebanyakan seluruh perbaikan
tuntas dilakukan pada saat anak masih sangat muda. Konsekuensi hemodinamik dari pirau
Blalockn- Taussig adalah untuk memungkinkan darah sistemik memasuki sirkulasi pulmoner
melalui arteria subklavia, sehingga meningkatkan aliran darah pulmoner dengan tekanan
rendah, sehingga menghindari kongesti paru. Aliran darah ini memungkinkan stabilisasi status
jantung dan paru sampai anak itu cukup besar untuk menghadapi pembedahan korektif dengan
aman. Sirkulasi kolateral akan muncul untuk menjamin aliran darah arterial yang memadai ke
lengan,meskipun tekanan darah tidak dapat diukur pada lengan itu.

b. Anastomosis Waterston-cooly
Adalah prosedur paliatif yang digunakan untuk bayi dengan defek yang menurunkan
aliran darah paru, seperti tetralogi fallot (TF). Prosedur ini merupakan prosedur jantung
tertutup, yaitu aorta desendens posterior secara langsung di jahit pada bagian anteroir arteri
pulmoner kanan, membentuk sebuah fistula. Walaupun pirau ini sulit di angkat selama
perbaikan defrinitif, prau ini pada umumnya telah menggantikan cara anastomosis Potts-Smith-
Gibson, atau potts, yang merupakan pirau sisi ke sisi antara aorta desendens dan arteri
pulmoner kiri, karena secara teknis paling mudah di lakukan. Pada tipe ini ahli bedah harus
hati-hati untuk menentukan ukuran anastomosis yang dibuat antara bagian aorta asending
dengan bagian anterior arteri pulmonal kanan. Jika anastomosis terlalu kecil maka akan
mengakibatkan hipoksia berat. Jika anastomosis terlalu besar akan terjadi pletora dan edema
pulmonal.
Respons hemodinamik yang di harapkan adalah agar darah dari aorta mengalir ke dalam arteri
pulmoner dan dengan demikian meningkatkan aliran darah pulmoner. Prosedur ini akan
mengurabgi terjadinya anoksia, sianosis, dan jari tabuh. Dalam prosedur ini di hasilkan murmur
yang mirip dengan bunyi mesin.

c. Total Korektif
terdiri atas penutupan VSD, valvotomi pulmonal dan reseksi infundibulum yang mengalami
hipertrofi.
d. Perbaikan Definitif
Dulu perbaikan tyuntas tetralogi fallot di tunda penatalaksanaanya sampai anak-anak
masuk usia pra-sekolah, tapi sekarang perbaikan tersebut dapat dengan aman dikerjakan pada
anak-anak berusia 1 dan 2 tahun. Indikasi pembedahan pada usia yang sangat muda ini adalah
polisitemiaberat (hematokrit di atas 60%). Hipersianosis, hipoksia, dan penurunan kualitas
hidup. Pada pembedahan tersebut di buat insisi sternotomi median, dan bypass
kardiopulmoner, dengan hipotermia profunda pada beberapa bayi. Jika sebelumnya sudah
terpasang pirau, pirau tersebut harus di angkat. Kecuali perbaikan ini tidak dapat dilakukan
melalui atrium kanan, hendaknya di hindariventrikulotomi kanan karena berpotensi
mengganggu fungsi ventrikel. Obstruksialiran keluar dari ventrikel kanan di hilangkan dan di
lebarkan menggunakan Dacron dengan dukungan pertikard. Hindari isufisiensi paru, katub
pulmoner di insisi. Defek septum ventrikuli di tutup dengan tambalan Dacron untuk
melengkapi pembedahan. Pada kasusu obstruksi saluran keluar ventrikel kanan, dapat di pasng
sebuah pipa.
( buku ajar keperawatan pedriatik, 2005 )

Berikut ini adalah obat-obatan yang dapat digunakan :


a. Antibiotik
Pemilihan jenisnya tergantung dari hasil krultur dan uji sensitivitas. Kadang-kadang digunakan
untuk profilaksis.
b. Diuretk (misalnya: furosemid (lasix))
Digunakan untuk meningkatkan diuresisi, menurangi kelebihan cairan, digunkan selama
pengobatan edema yang berhubungan dengan gagal jantung kongestif.
c. Digitalis
Meningkatkan kekuatan kontraksi jantung, isi sekuncup, dan curah jantung serta menurunkan
tekanan vena jantung. Digunakan untuk mengobati gagal jantung kongesti dan aritmia jantung
tertentu ( jarang diberi sebelum koreksi, kecuali jika pirau terlalu besar)
d. Besi
Untuk mengatasi anemia
e. Propanolol (inderal), sebuah beta boker
Menurunkan denyut jantung dan kekuatan kontraksi serta iritabilitas miokard, dipakai untuk
mencegah atau mengobati serangan hipersianosis.
f. Morfin ( sebuah analgesik)
Meningkatkan ambang rasa sakit, juga digunakan untuk mengobati serangan hipersianosis
dengan menghambat pusat pernafasan dan refleks batuk.
g. NaHCO_3
Sebuah pengalkali sistemik kuat-dipakai untuk mengobati asidosis dengan mengganti ion
bikarbonat dan memulihkan kapasitas buffer tubuh.
( buku ajar keperawatan pedriatik, 2005 )

KOMPLIKASI

a. Komplikasi dari gangguan ini antara lain :


- Penyakit vaskuler pulmonel : Deformitas arteri pulmoner kanan
b. Komplikasi berikut dapat terjadi setelah anastomosis Blalock-Taussing:
- Perdarahan hebat terutama pada anak dengan polistemia
- Emboli atau thrombosis serebri, resiko lebih tinggi pada polisistemia, anemia, atau sepsis
- Gagal jantung kongestif jika piraunya terlalau besar
- Oklusi dini pada pirau
- Hemotoraks
- Sianosis persisten
- Efusi pleura
- Pirau kanan-ke-kiri persisten pada tingkat atrium, terutrama pada bayi.
- Kerusakan nervus frenikus
( buku ajar keperawatan pedriatik, 2005 )

MEI DIANA ARMINIATI

1610711033

No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


1 Ketidakefektifan Pola napas b/d Setelah dilakukan asuhan keperawatan A NIC 577
Hiperventilasi selama 3 x 24 jam, diharapkan pola
manajemen jalan napas (hal
(Nanda hal 243) napas menjadi efektif dengan kriteria
186)
hasil : 1. Buka jalan nafas, guanakan
NOC hal 657 teknik chin lift atau jaw
thrust bila perlu
Status pernapasan : ventilasi (hal
2. Posisikan pasien untuk
560) memaksimalkan ventilasi
1. Frekuensi nafas normal 3. Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas
2. irama pernapasam normal
buatan
4. Pasang mayo bila perlu
3. suara perkusi napas normal 5. Lakukan fisioterapi dada
4. tidak menggunakan otot bantu jika perlu
6. Keluarkan sekret dengan
napas batuk atau suction
5. tidak ada suara napas tambahan 7. Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan
6. dinding dada simetris
8. Lakukan suction pada mayo
9. Berikan bronkodilator bila
perlu
10. Berikan pelembab udara
Kassa basah NaCl Lembab
11. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
12. Monitor respirasi dan status
O2

O Terapi Oksigen 444


1. Bersihkan mulut, hidung
dan secret trakea
2. Pertahankan jalan nafas
yang paten
3. Atur peralatan oksigenasi
4. Monitor aliran oksigen
5. Pertahankan posisi pasien
6. Onservasi adanya tanda
tanda hipoventilasi
7. Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi

2 Gangguan pertukaran gas b/d Setelah dilakukan asuhan keperawatan NIC hal 575
ketidakseimbangan ventilasi dan selama 3x24 jam diharapkan
perfus gangguan pertukaran gas klien dapat Manajemen Jalan Nafas (hal.186)
teratasi dengan kriteria hasil : 1. Buka jalan nafas, guanakan
teknik chin lift atau jaw thrust
Nanda hal 220 NOC 656 bila perlu
2. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
Status pernapasan : pertukaran gas 3. Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas
(hal 559) buatan
1. saturasi oksigen normal 4. Pasang mayo bila perlu
5. Lakukan fisioterapi dada jika
perlu
2. hasil rogten dada baik
6. Keluarkan sekret dengan batuk
atau suction
3. keseimbangan ventilasi dan perfusi 7. Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan
normal
8. Lakukan suction pada mayo
9. Berika bronkodilator bial perlu
4. tidur dengan nyaman 10. Barikan pelembab udara
11. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
12. Monitor respirasi dan status
O2

Monitor Pernapasan (hal 236)


1. Monitor rata – rata,
kedalaman, irama dan
usaha respirasi
2. Catat pergerakan
dada,amati kesimetrisan,
penggunaan otot tambahan,
retraksi otot supraclavicular
dan intercostal
3. Monitor suara nafas, seperti
dengkur
4. Monitor pola nafas :
bradipena, takipenia,
kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
5. Catat lokasi trakea
6. Monitor kelelahan otot
diagfragma (gerakan
paradoksis)
7. Auskultasi suara nafas,
catat area penurunan / tidak
adanya ventilasi dan suara
tambahan
8. Tentukankebutuhan
suctiondengan
mengauskultasi crakles dan
ronkhi pada jalan napas
utama
9. -Auskultasi suara paru
setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya

3 Resiko ketidakefektifan perfusi Setelah dilakukan asuhan keperawatan NIC hal 569
jaringan otak selama 3x24 jam diharapkan Resiko
Manajemen Edema Serebral (hal
ketidakefektifan perfusi jaringan otak 165)
Nanda 252 klien dapat teratasi dengan kriteria
1. monitor status neurologi dengan
hasil : kett dan dibandingkan dengan nilai
NOC hal 692 normal.

2. monitor ttv
Perfusi Jaringan : serebral
(hal 451) 3. monitor karakteristik cairan
1. Mendemonstrasikan status serebrospinalis : warna, kejernihan
sirkulasi yang ditandai dengan : 4. monitor status pernapasan :
2. Tekanan systole dan
frekuensi irama, kedalaman
diastole dalam rentang yang
pernapasan, PaO2, PCO2
diharapkan
3. Tidak ada ortostatik 5. Kurangi stimulus dalam
hipertensi lingkungan pasien
4. Tidak ada tanda-tanda
peningkatan tekanan intrakranial 6. rencanakan asuhan keperawatan
(tidak lebih dari 15 mmHg) untuk memberi periode istirahat
5. Mendemonstrasikan
kemampuan kognitif yang 7.
ditandai dengan:
6. Berkomunikasi dengan
jelas dan sesuai dengan
kemampuan

Anda mungkin juga menyukai