tekanan onkotik plasma menurun. Cairan berpindah dari intravaskuler ke jaringan interstisial
sehingga terjadi edema dan hipovolemia. Hipovolemia merangsang sistem saraf simpatis,
di tubulus ginjal, dengan tujuan menambah volume cairan intravaskular, tetapi karena
tekanan onkotik plasma tetap rendah maka cairan di kapiler akan berpindah lagi ke interstisial
sehingga edema makin bertambah. Dalam proses ini akibat adanya hipovolemia juga terjadi
perangsangan terhadap hormon antidiuretik (ADH) dan peptida natriuretik atrial (ANP =
Atrial Natriuretic peptide). ADH meningkat hingga menambah retensi air, ANP menurun
Hipotesis “OVERFILL”
Pada hipotesis ini mekanisme utama adalah defek tubulus primer di ginjal (intra renal). Di
tubulus distal terjadi restensi natrium (primer) dengan akibat terjadi hipervolemia dan edema.
Jadi edema terjadi akibat overfilling cairan ke jaringan interstisial. Pada hipotesis overfill
karena terjadi hipervolemia, sistem RAAS (aldosteron) akan menurun. Demikian pula ADH
tetapi kadar ANP meningkat karena tubulus resisten terhadap ANP. Akibatnya retensi Na
Kelompok pertama (underfill) disebut juga tipe nefrotik dan yang paling sering terjadi SN
kelainan minimal. Pada keadaan ini retensi Na dan air bersifat sekunder, terhadap
hipovolemia dan kadar renin dan aldosteron menurun, ANP rendah atau normal. Kelompok
kedua (overfill) disebut tipe Nefritik biasanya dijumpai pada SN bukan kelainan (BKM) atau
glomerulonefritis kronik.
SN BKM pada dasarnya memang suatu glomerulonefritis kronik. Selain adanya hipervolemia
juga sering dijumpai hipertensi, kadar renin dan aldosteron rendah atau normal dan ANP
tinggi.5