Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PERALATAN BEDAH DAN ANASTESI

“ESU(electrosurgery unit)”

OLEH

NAMA :ERWIN EDUARD UMBU LADO

NIM : 1704030

PRODI : DIII TEKNIK ELECTROMEDIK

STIKES WIDYA HUSADA SEMARANG

2017/2018
PEMBAHASAN ALAT

ELECTROSURGERY UNIT

ESU Force FX - hwp

1. Spesifikasi Alat

Nama Alat : Electrosurgical Unit (ESU)

Merk : Covidien Valley Lab

No. Seri : FIF 68063 AX

Ruang : IBS OK 9

Type : Force FX

Lebar : 35,6 cm

Panjang : 45,7 cm

Tinggi : 11,1 cm

Berat : 8,2 Kg

Kelembaban : 30 % - 75 %

Volt : 220 – 240V

Frekuensi : 50/60Hz

2. Pengertian Alat

Salah satu alat penunjang alat kesehatan adalah ESU (electro surgery unit), yang digunakan pada
saat tindakan pembedahan. Pada zaman dulu, pembedahan dilakukan dengan cara biasa, yaitu
dengan pisau bedah. Pembedahan konvensional ini terkadang menyebabkan pasien banyak
mengeluarkan darah. Dengan menggunakan ESU, pendarahan yang terjadi pada saat tindakan
pembedahan dapat diminimalisir, karena pembuluh darah yang tebuka disekitar luka dapat langsung
menutup.

Alat ini memiliki prinsip kerja merusak jaringan tubuh tertentu dengan memanaskan jaringan
tersebut. Panas didapat dengan cara pemusatan arus listrik frekuensi tinggi pada jaringan tubuh
tertentu dengan menggunakan elektroda sebagai medianya. Adapun jangkauan frekuensi yang biasa
dipakai berkisar antara 500 kHz sampai dengan 2,5 MHz.

Pengoperasian ESU dibagi menjadi 2 (dua) mode, yaitu bipolar dan monopolar. Mode bipolar biasa
digunakan pada bedah minor untuk proses koagulasi (pembekuan). Sebuah elektroda berbentuk
pinset digunakan untuk menjepit jaringan yang tidak diinginkan, kemudian arus listrik frekuensi
tinggi mengalir dari ujung elektroda melewati jaringan tadi kemudian menuju ujung elektroda yang
lain. Pada mode monopolar digunakan dua elektroda terpisah, yaitu elektroda aktif dan elektroda
pasif/ netral dengan permukaan yang lebih luas yang ditempatkan dekat dengan lokasi yang akan
dibedah. Arus listrik akan terpusat pada elektroda aktif dan elektroda netral didesain untuk
mendistribusikan arus listrik dengan tujuan mencegah kerusakan jaringan. Mode monopolar
lazimnya digunakan pada bedah mayor dengan metode pemotongan/ cutting. Oleh karena itu, mode
bipolar lebih banyak digunakan untuk melakukan pembedahan minor.

Pada umumnya, pesawat electrosurgery unit bisa menghasilkan berbagai bentuk gelombang listrik.
Perubahan dari bentuk gelombang tersebut akan menghasilkan efek yang berbeda terhadap
jaringan. Penggunaan suatu bentuk gelombang yang kontinyu menyebabkan terjadinya penguapan
atau pemotongan jaringan. Bentuk gelombang kontinyu menyebabkan terjadinya pemanasan yang
sangat cepat. Dengan menggunakan suatu bentuk gelombang intermitten (terpotong-potong) maka
akan dihasilkan panas lebih.

Karena hal tersebut maka pada jaringan akan terjadi pengentalan atau koagulasi. Bentuk gelombang
campuran (blend 1,2 dan 3) bukanlah pencampuran dari gelombang kontinyu dan intermitten,
melainkan modifikasi pada siklus tugas dari gelombang utama. Dari blend 1 sampai blend 3 siklus
tugasnya semakin dikurangi. Semakin rendah siklus tugasnya maka panas yang dihasilkan juga
semakin berkurang. Pada blend 1 memiliki efek pemanasan yang tinggi dengan efek hemostasis yang
rendah. Sedangkan pada Blend 3 memiliki efek pemanasan yang rendah dengan efek hemostasis
tinggi.

Tubuh manusia mempunyai suatu tahanan atau resistansi dari elemen-elemen di dalam tubuh yang
berbeda-beda, namun besarnya relatif sama dengan kadar air yang dikandung dari masing-masing
elemen: otot berkadar air 72%, hingga 75%, otak berkadar air sekitar 68%, lemak 14%, semakin
banyak kadar air yang dimiliki jaringan maka semakin baik daya hantar listriknya. Apabila tahanan ini
dialirkan arus listrik, maka akan ada energi listrik yang hilang dan berubah menjadi panas. Semakin
besar arus listrik yang dihasilkan maka semakin besar pula panas yang dihasilkan, serta makin besar
juga efek perusakan pada jaringan tubuh

Electro Surgery Unit (ESU) mempunyai prinsip kerja memusatkan arus listrik bolak balik (alternating
current) berfrekuensi tinggi ke salah satu jaringan pada tubuh pasien. Pengaliran arus listrik
frekuensi tinggi melalui jaringan biologi ini bertujuan untuk mencapai efek bedah seperti
pemotongan (cutting), penggumpalan (coagulating), atau pengawetan melalui proses pengeringan
(dessication). Meskipun secara lengkap tidak dimengerti bagaimana bedah listrik bekerja, namun
alat ini sudah digunakan sejak tahun 1920-an untuk memotong jaringan secara efektif dimana pada
saat yang sama dapat mengontrol jumlah pendarahan. Pemotongan dicapai dengan gelombang
sinusoidal yang terus menerus, sementara koagulasi dicapai dengan sekumpulan paket gelombang
sinusoidal. Arus listrik frekuensi tinggi yang dihasilkan oleh electrosurgery unit yang melewati tubuh
pasien memiliki tahanan yang berbeda-beda tergantung jenis jaringan yang dilewati oleh arus
tersebut. Berikut nilai tahanan pada masing-masing jaringan ketika dilakukan pembedahan.

Tabel 3.6Nilai Tahanan Jaringan

Aplikasi Mode Pemotongan Skala Tahanan (Ω)

Jaringan Prostat 400 – 1700

Kavitas Oral 1000 – 2000

Kantong Empedu 1500 – 2400

Jaringan Kulit 1700 – 2500

Jaringan Usus Besar 2500 – 3000

Mesentery 3000 – 4200

Jaringan Lemak 3500 – 4500

Pada penggunaan pesawat Electrosurgery Unit, dipakai arus listrik dengan frekuensi tinggi yang
berguna untuk memaksimalkan efek panas (thermal) dan meredam terjadinya efek faradik dan efek
elektrolitik, oleh karena itu dipergunakan frekuensi diatas 300 kHz.

Arus frekuensi tinggi yang dihasilkan oleh rangkaian ossilator akan terjadi apabila saat tombol
elektoda aktif atau foot switch ditekan, sehingga arus listrik frekuensi tinggi akan mengalir dari
elektroda aktif ke jaringan tubuh dan tersalur menuju elektroda netral. Maksud dari penggunaan
arus listrik didalam pembedahan adalah untuk mengurangi perdarahan karena darah pada jaringan
yang terpotong dapat dengan segera membeku serta mengurangi kontaminasi bakteri.

Kerugian penggunaan arus listrik frekuensi tinggi dalam pembedahan yaitu mengakibatkan sel-sel
yang ada disekitarnya menjadi mati, terjadinya luka bakar, sehingga penyembuhan luka relatif lama
dan dapat menimbulkan bekas luka yang menganga dan kemungkinan terjadi ledakan dalam
ruangan jika terdapat gas aesthesi yang bersifat mudah terbakar.

Dalam penggunaan pesawat ESU terdapat beberapa efek yang dapat mempengaruhi jaringan-
jaringan biologis pada tubuh yang diakibatkan karena frekuensi tinggi. Dampak yang ditimbulkan dari
frekuensi tinggi itu antara lain:

a. Efek Thermal

Efek Thermal yaitu terjadinya panas pada jaringan tubuh yang disebabkan oleh aliran frekuensi
tinggi yang masuk ke dalam tubuh.

b. Efek Faradik
Efek Faradik ini dapat timbul karena bila suatu otot pada tubuh diberikan arus dengan frekuensi
tertentu maka secara refleks otot akan bergerak akibat rangsangan yang diterimanya. Untuk
menghindari terjadinya efek faradik itu maka frekuensi yang digunakan sekurang-kurangnya 300KHz,

c. Efek Elektrolitik

Efek Elektrolitik adalah efek yang ditimbulkan karena mengalirnya arus listrik di dalam jaringan
biologis sehingga mengakibatkan terjadinya pergerakan ion-ion dalam tubuh.

3. Fungsi Alat

ESU berfungsi sebagai alat bedah dengan memanfaatkan arus listrik frekwensi tinggi.Dimana arus
listrik frekuensi tinggi digunakan untuk memotong, menggumpal, mengeringkanatau jaringan
berkilat.Saat pembedahan dilakukan, sering terjadi kehilangan darah saat jaringan dan pembuluh
darah dipotong dan mengakibatkan pendarahan.Untuk menghindariatau mengurangi kehilangan
darah.

4. Blok Diagram

Blok Diagram ESU - hwp

· Cara Kerja Blok Diagram :

Power supply mendapat inputan dari jala – jala PLN, kemudian power supply akan memberikan
tegangan kesemua rangkaian, pada rangkaian osilator sebagai pembangkit frekuensi dan akan diatur
penggunaannya oleh rangkaian kontrol yang kemudian akan masuk ke rangkaian modulator untuk
dimodulasikan dan akan dikuatkan oleh pre amp dan kemudian dikuatkan lagi oleh rangkaian power
amp yang akan menghasilkan frekuensi tinggi dan akan dikeluarkan melalui patient plate (elektroda
pasif). Sedangkan untuk arus dari supply yang masuk ke generator akan diisolasikan, sehingga
mengahasilkan frekuensi tinggi dengan pulsa yang berbeda untuk cutting, berbentuk sinus yang
terendam. Setelah itu rangkaian akan mengendalikan dalam penggunaannya, bentuk dapat dipilih
sesuai kebutuhan baik untuk cutting maupun untuk coagulasi. Output dari generator akan
dikeluarkan melalui elektroda aktif.

1. Bagian – Bagian Alat

a) Power Supply

Power Supply adalah pembangkit arus searah dimana arus bolak balik diubah menjadi arus searah.
Pada blok ini terdiri dari saklar penghubung (ON/OFF switch) dilengkapi dengan transformator step
down, serta penyearah yang menyalurkan tegangan listrik ke rangkaian yang membutuhkan.

b) Pembangkit Frekuensi Tinggi (HF)

Pembangkit HF adalah bagian yang membangkitan frekuensi tinggi melalui rangkaian Oscillator,
kemudian diperkuat oleh rangkaian Amplifier. HF filter merupakan penyaring terhadap frekuensi
tinggi yang dihasilkan oscillator ke rangkaian catu daya (power supply).

c) Interface

Interface terdiri dari berbagai tombol dan display setting mulai dari pemilihan mode, tingkat daya
cutting monopolar 1 dan 2, tingkat daya cutting bipolar dan tingkat daya coagulating.

d) Elektroda

1) Elektroda aktif

Elektroda aktif terbuat dari bahan yang bersifat konduktor dengan bentuk fisik mempunyai
permukaan yang sempit. Hal ini bertujuan agar arus listrik frekuensi tinggi akan lebih terpusat hingga
panas yang dicapai pada tubuh merupakan panas yang maksimum. Jenis elektroda aktif yang
digunakan pada proses pembedahan dibedakan menurut fungsinya antara lain:

a) Elektroda jarum ( Needle Electrode ) Elektroda ini sesuai dengan namanya berbentuk jaring
dengan luas permukaan yang sangat sempit, dan digunakan pada pembedahan jaringan tubuh yang
kecil.

b) Elektroda pisau ( Knife Electrode )

Elektroda aktif ini berbentuk pipih seperti pisau dan digunakan pada proses pemotongan/cutting.

c) Elektroda lingkar pita ( Band Loop Electrode )

Elektroda aktif yang berbentuk lingkaran yang digunakan untuk mengambil bagian yang menonjol
pada bagian kulit.

d) Elektroda bola ( Ball Electrode )

Elektroda aktif yang bentuknya menyerupai bola. Pada penggunaannya, elektroda bola digunakan
untuk penggumpalan darah atau coagulasi, dapat juga untuk pembakaran jaringan kulit yang tidak
dikehendaki atau fulgurasi dengan cara memberikan cara memberikan jarak antara elektroda
terhadap permukaan kulit yang akan diterapi.
2) Elektroda pasif

Elektroda pasif biasanya juga disebut dengan :

· Netral Electrode

· Dispersive Electrode

· Indifferent Electrode

· Ground Electrode

2. Standar Operasional Prosedur Alat (SOP)

a. Lepaskan penutup debu.

b. Periksa kondisi eksternal alat.

c. Hubungkan alat dengan terminal pembumian.

d. Hubungkan alat dengan catu daya.

e. Hidupkan alat dengan menekan tombol ON/OFF ke posisi ON.

f. Lakukan pemanasan secukupnya minimal: 5 – 15 menit.

g. Cek fungsi-fungsi selector pemilihan cutting, coagulating, dan bipolar

h. Periksa sistem alarm.

i. Pasang elektrode (loop elektrode, ball electrode, atau bipolar electrode) sesuai keperluan
pelayanan.

j. Atur selektor pemilihan (cutting, coagilating atau bipolar) sesuai keperluan.

k. Atur intensitas output sesuai keperluan.

l. Lakukan tindakan pembedahan.

m. Setelah selesai digunakan, matikan alat dengan menekan tombol ON/OFF ke posisi OFF dan
pastikan output selector keposisi minimum / nol.

n. Lepaskan kabel elektroda (active dan neutral) serta foot switch dari alat.

o. Lepaskan hubungan alat dengan catu daya.

p. Bersihkan alat. Pastikan alat dalam kondisi baik dan siap difungsikan pada pemakaian
berikutnya.

q. Pasang penutup debu.

3. Pemeliharaan Alat

a. Jadwal pemeliharaan ESU : 6 bulan sekali


a. Alat dan bahan yang digunakan :

1) Multimeter

2) Tool set

3) Satu set cairan semprot (contact cleaner / CRC, pelumas semprot, dan cairan pembersih semprot
khusus alat elektronik)

4) Alat pengaman ( hand scone, masker )

5) Kain untuk membersihkan

6) Sticker Maintenance

b. Prosedur Pemeliharaan

1) Berkomunikasi dengan user atau penanggung jawab ruangan sebelum melakukan tindakan
pemeliharaan.

2) Tindakan pemeliharaan ESU dapat dilakukan sebagai berikut :

a) Cekdanbersihkanbagian – bagianalatmenggunakan kain dan cairan pembersih semprot khusus


alat elektrik.

b) Cek kabel power dan kontak supply dengan multimeter, kemudian bersihkan jack kabel power
dengan contact cleaner ( CRC )

c) Cek tombol On – Off dan fuse power.

d) Cek semua accessoris.

e) Cek kondisi fisik tombol.

f) Test fungsi elektroda neutral

g) Test fungsi elektroda aktif

h) Test fungsi mode operasi CUT

i) Test fungsi mode operasi COAG

j) Tes fungsi mode operasi bipolar

3) Tempel sticker maintenance

4) Apabila ditemukan kerusakan yang dapat ditangani di lapangan dalam proses maintenance,
selesaikan dilapangan. Apabila ditemukan kerusakan yang tidak dapat ditangani dilapangan maka
dapat dibawa keruang IPS-workshop untuk di tindak lanjuti hingga selesai.

5) Isi lembar checklist maintenance lalu mintalah tanda tangan user sebagai bukti bahwa alat
selesai di maintenance.

4. Troubleshooting
Tabel 3.7Troubleshooting ESU

Kerusakan Analisa Tindakan

Pastikan jika kabel power


terhubung dari stop kontak
Unit tidak bekerja ketika tombol dan adaptor. Pastikan Periksa keluaran
power sudah pada posisi ON kabel terhubung ke unit kabel power

Kesalahan
Ada tegangan HF pada sensor Periksa
tegangan HF dalam generator HF Generator HF

Kesalahan
Periksa
Tegangan keluaran HF terlalu tinggi dalam generator HF Generator HF

Modus unit power supply pasokan Periksa kembali


tegangan tidak beralih selama Kesalahan dalam beralih sambungan
aktivasi modus power supply power supply

Periksa
Kebocoran arus LF adalah >50 mA
Periksa posisi pasien peralatan yang
dan mengalir ke unit melalui
,apakah ada kontak terhubung ke
elektroda netral
dengan infus berdiri , atau pasien, apakah
sejenisnya ada yang rusak

Batas waktu monitor fitur


keamanan umumnya
hanya akan meningkat
dengan indikasi yang ketat
dengan menggunakan Hanya aktifkan
Batas waktu kontinu maksimum program pengujian di set unit yang
terlampaui up diperlukan

Anda mungkin juga menyukai