Kista Odontogen Dan Non Odontogen Rongga Mulut
Kista Odontogen Dan Non Odontogen Rongga Mulut
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kista
Sebuah kista adalah kavitas patologis yang berisi cairan, yang dibatasi
oleh epitelium, dan dikelilingi oleh dinding jaringan pengikat. Cairan kista
disekresi oleh batasan sel pada kavitas atau dari cairan di sekitar jaringan (White,
2004). Kista pada tulang rahang dengan dinding epitel dikelompokkan ke dalam
kista odontogenik (berhubungan dengan elemen pembentukan gigi) dan kista non-
odontogenik.
Gambaran klinis
Kista terjadi lebih sering pada rahang daripada tulang lain karena
kebanyakan kista berasal dari sisa-sisa epitelial odontogenik dari pembentukan
gigi. Kista adalah lesi yang radiolusen, dan prevalensi klinisnya adalh
pembengkakan, rasa nyeri yang tidak terlalu parah (kecuali kista terkena infeksi
sekunder atau terkait dengan gigi non-vital), dan berhubungan dengan gigi yang
belum erupsi, terutama molar ketiga (White, 2004).
Gambaran radiografik
Lokasi
Kista dapat terjadi diantara tulang pada tempat manapun pada maksila dan
mandibula tetapi jarang pada kondilus dan prosesus koronoideus. Kista
odontogenik ditemukan paling sering pda regio dengan gigi. Pada mandibula,
kista bermula diatas kanalis nervus alveolaris inferior. Kista odontogenik dapat
tumbuh ke antrum maksilaris. Beberapa kista juga berasal dari antrum. Beberapa
kista timbul dari jaringan lunak regio orofasial (White, 2004).
Periferal
Kista yang berasal dari tulang biasanya mempunyai batasan yang jelas dan
terkortikasi (dilihat dari garis uniform, tipis, dan radiopak). Meski begitu, infeksi
sekunder atau pada fase kronis dapat mengubah bentukan ini menjadi lebih tebal,
menghasilkan batasan yang sklerotik, atau membuat korteks tidak terlalu terlihat
(White, 2004).
Bentuk
3
Kista biasanya berbentuk bundar atau oval, tampak seperti balon yang
berisi air. Beberapa kista juga mempunyai batasan scalloped (White, 2004).
Struktur internal
Bentukan kista adalah radiolusen yang sangat jelas. Meski begitu, kista
yang berlangsung lama dapat mengalami kalsifikasi distropik. Beberapa kista
memiliki septa, yang menghasilkan lokulasi multipel yang dipisahkan oleh
dinding bertulang atau septa. Kista yang mempunyai batasan scalloped dapat
terlihat mempunyai bentukan septa internal. Terkadang gambaran ridge tulang
yang dihasilkan oleh batasan scalloped diposisikan hingga gambarannya
melampaui aspek internal dari kista, memberikan impresi yang semu mengenai
septa internal (White, 2004).
Dampak pada struktur sekitar
Kista tumbuh secara lambat, terkadang menyebabkan dislokasi dan
resorpsi dari gigi. Resorpsi gigi mempunyai bentukan yang tajam dan
melengkung. Kista dapat mengekspansi mandibula, biasanya pada bentukan yang
halus dan melengkung, dan mengubah cortical plate bagian bukal atau lingual
menjadi batasan kortikal yang tipis. Kista dapat menggeser kanalis nervus
alveolaris inferior pada arah inferior atau menginvaginasi ke antrum maksila,
menjaga lapisan tipis dari tulang yang memisahkan aspek internal dari kista
terhadap antrum (White, 2004).
2.1 Kista Odontogen
Menurut Whaites, 2003, klasifikasi kista odontogen berdasarkan WHO
adalah sebagai berikut:
1. Kista Radikuler
2. Kista Residual Radikuler
3. Kista Dentigerous
4. Kista Lateral Periodontal
5. Odontogenic Keratocyst
1. Kista radikuler
Kista radikuler dapat disebut juga kista periapikal, kista periodontal apikal,
atau kista dental. Kista radikuler merupakan kista yang berasal dari sel epitel pada
ligamen periodontal yang terstimulasi oleh keradangan dari gigi non-vital (gigi
yang telah hilang vitalitasnya dikarenakan karies yang dalam, restorasi yang
4
terlalu luas, dan trauma). Kista ini paling sering dijumpai pada rahang pada
umumnya (White, 2004).
Etiologi umumnya adalah sebuah gigi non-vital yang terinfeksi sehingga
memicu nekrosis pulpa. Toksin keluar dari akar gigi kemudian memicu inflamasi
periapikal. Inflamasi ini merangsang sisa epitel Malassez yang ditemukan dalam
ligamen periodontal untuk menghasilkan pembentukan granuloma periapikal yang
bisa menimbulkan infeksi (Whaites, 2003).
Gambaran klinis
Menurut Rajendran, 2009, beberapa gambaran klinis kista radikuler, yaitu:
Terjadi pada bagian periapikal gigi non-vital, dapat terjadi pada gigi mana
saja (60% pada maksila insisive dan kaninus) dan dapat terjadi pada segala
usia
Asimptomatik
Jarang terjadi rasa sakit
Gambaran radiografik
Kista radikuler pada gambaran radiografik dapat ditemukan pada bagian
apeks gigi non-vital yang berbentuk bulat atau oval tampak radiolusen dengan
ukuran yang bervariasi, pada umumnya berbatas radiopak. Adanya kista radikuler
jarang sekali ditemukan dampak resorbsi akar pada gigi geligi yang terlibat
(Rajendran, 2009).
Pada kasus tertentu, kista radikuler berada pada bagian mesial atau distal
akar gigi yang terdapat kanal yang terbuka dan dapat juga ditemukan pada
penderita dengan pocket periodontal yang cukup dalam. Sekitar 60% kista
radikuler ditemukan pada maksila terutama pada apeks insisive dan kaninus.
Dikarenakan inklinasi pada akar gigi bagian distal, kista yang muncul dari lateral
insisive maksila dapat menginvaginasi antrum (Whaites, 2003).
Bentuk dan periferal
Bentukan tepi biasanya mempunyai batas kortikal yang terlihat dengan
jelas (well-defined). Apabila terjadi infeksi sekunder, reaksi inflamasi dari tulang
disekitarnya dapat berakibat kehilangan korteks ini atau alterasi dari korteks
menjadi batas yang lebih sklerotik. Outline dari kista radikuler biasanya
melengkung atau sirkuler kecuali dipengaruhi oleh struktur yang mengelilinginya
seperti batas kortikal (White, 2004).
5
Struktur internal
Pada kebanyakan kasus struktur internal dari kista radikuler adalah
radiolusen. Kalsifikasi distrofik terkadang terjadi pada kista yang berlangsung
lama, yang terlihat sebagai bentukan yang terdistribusikan, berbentuk kecil dan
radiopak (White, 2004).
Differential Diagnosis
Diferensiasi dari kista radikuler yang kecil terhadap granuloma apikal
dapat sulit dilakukan dan terkadang tidak mungkin dapat dibedakan. Bentukan
yang bulat, dengan tampilan radiografik dari daerah periapikal yang terlihat jelas
dari gigi yang dirawat secara endodontik seharusnya diperiksa secara periodis
untuk memastikan bahwa penyembuhan yang normal sedang terjadi. Biasanya,
tulang yang baru akan tumbuh ke arah defek dari arah periferal, terkadang
menghasilkan pola radiasi yang menyerupai jeruji roda. Tetapi pada beberapa
kasus, tulang yang normal tidak menutupi defek secara total, apalagi apabila
terdapat infeksi sekunder atau derusakan tulang yang cukup besar, termasuk
piringan kortikal dari bagian bukal dan lingual telah terjadi. Kekambuhan kista
radikuler jarang terjadi apabila telah diangkat secara total (White, 2004).
Efek terhadap struktur sekitar
Apabila kista radikuler besar, perubahan tempat dan resorpsi dari akar gigi
berlawanan dapat terjadi. Pola resorpsi dapat berbentuk outline yang melengkung.
Pada kasus-kasus yang jarang kista dapat menyerap akar dari gigi yang nonvital
tersebut. Kista dapat menginvaginasi antrum, tetapi akan tampak batas kortikal
antara isi dari kista dan struktur internal dari antrum. Cortical plate bagian luar
dari maksila atau mandibula dapat berekspansi dalam bentuk yang melengkung
atau melingkar. Kista dapat merubah nervus alveolaris mandibularis ke arah
inferior (White, 2004).
6
Gambar 2. Kista radikuler multi-chambered pada apeks gigi molar pertama dan kedua pada
mandibular (Pasler, 2007).
Gambaran klinis
Menurut Whaites, 2003, gambaran klinis kista residual, yaitu:
Kista residual terjadi pada penderita dnegan riwayat pencabutan gigi
7
Gambar 4. Dua kista residual yang terdapat pada maksila dan mandibula
DD dari kista ini adalah kista primodial, keratocyst, kista traumatik, dan ameloblastoma
(Ghom, 2008).
3. Kista dentigerous
Kista dentigerous atau yang disebut juga kita folikular, adalah kista yang
terbentuk mengelilingi mahkota dari gigi yang tidak erupsi. Kista ini mulai ketika
cairan berakumulasi pada lapisan dari reduced enamel epithelium atau diantara
epite dan mahkota dari gigi yang tidak erupsi. Kista erupsi merupakan
counterpart jaringan lunak dari kista dentigerous (White, 2004).
Gambaran klinis:
Menurut Ghom, 2005, gambaran klinis dari kista dentigerous, yaitu:
9
Gambar 5. (A) Kista dentigerous pada molar ketiga mandibula yang belum erupsi. (B) Kista
dentogerous yang meresorbsi akar molar kedua mandibula (White, 2000).
Gambar 6. Kista dentigerous yang meluar ke arah distal pada molar ketiga mandibula (White,
2000).
Gambar 7. Kista lateral periodontal di antara kaninus dan premolar mandibula (Whaites, 2003)
5. Odontogenic keratocyst
Odontogenic keratocyst termasuk dalam developmental odontogenic cyst
yang berasal dari sisa jaringan dental lamina. Kista ini memiliki tingkat tertinggi
kekambuhan setelah intervensi bedah. Kista ini terjadi sekitar 3-11% dari
keseluruhan kista odontogenik. Kista ini menunjukkan bentuk yang berbeda
karena memiliki karakteristik berupa keratinisasi dan lapisan kista berbentuk bud
yang menjadikannya memiliki tingkat kekambuhan yang tinggi (Ghom, 2008).
Gambaran klinis
13
Odontogenic keratocyst terjadi pada rentang umur yang cukup lebar, dari
bayi hingga umur dewasa tua, akan tetapi 60% dari kasus dilaporkan sering terjadi
pada rentang umur 10-40 tahun dengan dominan penderita berjenis kelamin laki-
laki. Mandibula adalah yang paling sering terpengaruh dengan kecenderungan
yang leih besar untuk tubuh posterior dan ascending ramus. Kista terkadang dapat
berhubungan dengan gigi yang belum erupsi, biasanya asimptomatik kecuali telah
mengalami sekunder infeksi. Lesi yang besar dapat mengakibatkan rasa nyeri dan
bengkak. Hal ini terkadang menyebabkan perluasan pada tulang yang dapat
memicu terjadinya fraktur patologis. Gigi-gigi dapat mengalami displacement.
Pada aspirasi, terdapat bahan creamy tebal tidak berbau (Ghom, 2008).
Gambaran radiografik
Tidak seperti kista lainnya, odontogenic keratocyst terlihat radiolusen
berhubugan dengan gigi baik dalam perikoronal, inter-radikular, atau periapikal,
atau berhubungan dengan gigi yang hilang. Pada umumnya terletak pada molar
daerah ramus pada mandibula. Secara radiografi kista ini terlihat radiolusen
sebagai bulatan atau bentukan oval uniokular atau multilokular (Ghom, 2008).
Kista ini disebut juga kista nasoalveolaris. Asal mula dari kista
nasolabialis ini tidak diketahui. Kista ini dapat pula merupakan kista fisura yang
timbul dari sisa epitelial pada garis fusi dari globular, nasalis lateral, dan prosesus
maksilaris. Sumber dari epitelium dapat juga datang dari duktus embrionik
nasolakrimal, yang asal mulanya terdapat pada permukaan tulang.
Gambaran klinis
Bila lesi langka ini kecil, kista ini dapat menghasilkan pembengkakan
yang sangat halus dan unilateral dari lipatan nasolabial dan dapat menimbulkan
rasa sakit atau ketidaknyamanan. Ketika membesar, tonjolan ke lantai rongga
hidung, menyebabkan beberapa halangan, sensasi terbakar dari alae, distorsi
lubang hidung, dan rasa penuh pada bibir atas. Jika terinfeksi, maka akan masuk
ke rongga hidung. Kista ini biasanya unilateral, tetapi lesi bilateral juga dapat
terjadi. Usia deteksi berkisar dari 12 sampai 75 tahun, dengan usia rata-rata 44
tahun. Sekitar 75% dari lesi ini terjadi pada wanita (White, 2004).
Gambaran radiografis
Kista nasolabial adalah lesi jaringan lunak yang terletak berdekatan
dengan proses alveolar atas apeks dari gigi insisif. Karena kista ini adalah lesi
jaringan lunak, gambaran radiografi biasa mungkin tidak menunjukkan perubahan
15
kista duktus nasopalatinus ditutupi oleh mukosa yang tampak normal kecuali
apabila terulserasi dari trauma mastikatori. Apabila kista membesar, maka kista
akan berpenestrasi ke labial plate dan mengakibatkan terjadinya pembengkakan
dibawah frenum labial maksila atau pada satu sisi. Lesi juga dapat keluar ke
kavitas nasal dan mendistorsi septum nasal. Tekanan dari kista pada nervus
nasopalatinus yang berdekatan dapat menyebabkan sensasi rasa terbakar atau rasa
numbness pada mukosa palatal. Di beberapa kasus cairan kistik dapat masuk ke
kavitas oral melalui jalur sinus atau sisa dari duktus nasopalatinus. Penderita
biasanya mendeteksi cairan tersebut dan melaporkannya sebagai rasa asin (White,
2004).
Gambaran radiografik
Lokasi
Kebanyakan kista duktus nasopalatinus ditemukan di foramen
nasopalatinal atau kanal nasopalatinal. Namun, jika kista ini meluas ke posterior
melibatkan palatum keras, yang sering disebut sebagai kista palatal median. Jika
berkembang ke anterior antara gigi insisif tengah, menghancurkan atau
memperluas lempeng labial tulang dan menyebabkan gigi menyimpang, kadang-
kadang disebut sebagai kista rahang atas anterior median. Kista ini tidak selalu
diposisikan secara simetris (White, 2004).
Bentuk dan periferal
Bagian periferal dari kista biasanya didefinisikan dengan baik dan
bentuknya corticated dan melingkar atau oval. Bayangan tulang belakang hidung
kadang-kadang ditumpangkan pada kista, memberikan bentuk hati.
Struktur internal
Kebanyakan kista duktus nasopalatinus benar-benar radiolusen. Beberapa
kista langka mungkin memiliki kalsifikasi dystrophic internal, yang mungkin
muncul sebagai tidak jelas, amorf, dan radioopasitasnya tersebar.
Efek pada struktur sekitar
Umumnya kista ini menyebabkan akar gigi seri tengah menyimpang, dan
kadang-kadang terjadi resorpsi akar. Dilihat dari perspektif lateral, kista dapat
memperluas korteks labial dan korteks palatal. Lantai fosa hidung dapat
terdislokasi ke arah superior.
Differential Diagnosis
Differential diagnosis yang paling sering adalah foramen insicivus yang
besar. Foramen lebih besar dari 6 mm dapat mensimulasikan adanya sebuah kista.
Namun, pemeriksaan klinis harus mengungkapkan sifat ekspansi, sifat dari kista
18
Gambar 12. Kista duktus nasopalatinus kecil (atas) dan kista duktus nasopalatinus besar (bawah)
(Shear Mervyn. The Oral Region, 2002: 97)
Gambar 13. Kista duktus nasopalatinus yang menyebabkan pembengkakan di garis tengah pada
sisi labial alveolar ridge (Shear Mervyn. The Oral Region, 2002: 98)
20
3. Kista dermoid
Kista dermoid adalah bentuk kistik teratoma yang dianggap berasal dari
sel-sel embrio terperangkap yang totipotensial. Kista yang dihasilkan dilapisi
dengan epidermis dan pelengkap kulit dan diisi dengan keratin atau materid
sebaceous (dan dalam kasus yang jarang dengan tulang, gigi, otot, atau rambut,
dalam hal ini mereka disebut benar teratoma) (White, 2004).
21
Gambaran klinis
Kista dermoid dapat berkembang pada jaringan lunak pada setiap saat
sejak lahir, tetapi kista ini biasanya terlihat secara klinis antara 12 dan 25 tahun
dengan proporsi yang sama antara pria dan wanita. Pembengkakan, yang lambat
dan menyakitkan, dapat tumbuh sampai beberapa sentimeter dengan diameter, dan
ketika berada di leher atau lidah, dapat mengganggu pernapasan, berbicara, dan
cara makan. Tergantung pada seberapa dalam kista diposisikan di leher, kista ini
dapat merusak daerah submental. Pada palpasi kista ini mungkin berfluktuasi atau
pucat, menurut isinya. Karena kista ini biasanya berada di garis tengah, mereka
tidak mempengaruhi gigi.
Gambaran radiografik
Karena kista dermoid adalah kista jaringan lunak, diagnostik terbaik
dicapai dengan menggunakan CT atau MRI. Kista dermoid adalah anomali
perkembangan langka yang mungkin terjadi di mana saja pada tubuh. Sekitar 10%
atau lebih sedikit muncul di kepala dan leher, dan hanya 1% hingga 2% yang
berkembang di rongga mulut. Dari jumlah tersebut, sekitar 25% terjadi di dasar
mulut dan lidah. Lokasinya dapat berada di garis tengah maupuun lateral.
Bentuk dan periferal
Pinggiran lesi biasanya didefinisikan dengan baik oleh lebih jaringan
lunak radiopak kista ini dibandingkan dengan sekitar jaringan lunak, seperti yang
terlihat dalam Struktur lnternal CT scan.
Struktur internal
Kista dermoid jarang memiliki struktur internal yang termineralisasi ketika
terjadi di rongga mulut; oleh karena itu mereka radiolusen pada radiografi
konvensional. Namun, CT scan pada daerah tersebut dapat mengungkapkan
penampilan multilokular jaringan lunak. Jika gigi atau tulang terbentuk pada kista,
gambar radiopak terlihat secara jelas pada pemeriksaan radiografik.
Differential Diagnosis
Lesi yang secara klinis mirip dengan kista dermoid adalah ranula
(penyumbat saluran Wharton, baik secara unilateral maupun multilateral), kista
saluran tiroglosus, kista hygroma, kista branchial cleft, selulitis, tumor (lipoma
dan liposarcoma), dan massa lemak normal di daerah submental (White, 2004).
22
Manajemen
Kista dermoid tidak akan muncul kembali setelah diambil.
BAB III
PENUTUP
23
3.1 Kesimpulan
1. Menurut WHO, klasifikasi kista odontogen antara lain adalah kista
radikuler, kista residual radikuler, kista dentigerous, kista lateral
periodontal, dan odontogenic keratocyst.
2. Kista radikuler merupakan kista yang berasal dari sel epitel pada ligamen
periodontal yang terstimulasi oleh keradangan dari gigi non-vital (gigi
yang telah hilang vitalitasnya dikarenakan karies yang dalam, restorasi
yang terlalu luas, dan trauma). Kista ini paling sering dijumpai pada
rahang pada umumnya. Kista radikuler pada gambaran radiografik dapat
ditemukan pada bagian apeks gigi non-vital yang berbentuk bulat atau oval
tampak radiolusen dengan ukuran yang bervariasi, pada umumnya
berbatas radiopak.
3. Kista residual merupakan kista yang berkembang setelah proses
pengambilan kista awal yang tidak sempurna. Kista yang tersisa ini
biasanya merupakan kista radikuler yang masih tersisa maupun kista
radikuler yang berkembang setelah pencabutan gigi. Pada gambaran
radiografi terlihat gambaran radiolusen pada daerah periapikal gigi yang
diekstraksi. Gambaran terlihat berbatas jelas, unilokular dan dikelilingi
oleh garis hiperostotik. Kista ini dapat mengakibatkan displacement pada
kanal mandibula atau gigi yang berdekatan.
4. Kista dentigerous merupakan kista odontogenik yang terjadi akibat
pembentukan cairan antara lapisan sisa epitel enamel luar dan dalam atau
antara lapisan sisa epitel enamel organ dan mahkota gigi yang telah
terbentuk sempurna yang belum erupsi. Pada gambaran radiografisnya,
kista dentigerous ini unilokuler, berbatas jelas berbentuk sirkular dengan
bagian dalam terlihat radiolusen dan batas radiopak mengelilingi mahkota
gigi impaksi yang terlibat.
5. Kista lateral periodontal termasuk kista odontogen yang terjadi dari celah
membran periodontal dari gigi vital. Kista ini biasanya terlihat sebagai
bentukan unilokular raduolusen yang terbentuk dari celah ligamen
periodontal. Kista terlihat berbatas jelas radiopak dan terkadang terlihat
sklerotik.
24
DAFTAR PUSTAKA