Anda di halaman 1dari 64

http://gifted-

disinkroni.blogspot.co.id/2007/04/kisah-mark-
gifted-child-yang-menderita.html

MARK - GIFTED CHILD YANG MENDERITA

Di bawah ini kutempelkan kisah Mark yang kuambil dari buku Student with both gifts and learning
disabilities yang dieditori oleh Tina M Newman dan Robert J Sternberg (2004). Dalam buku ada
introduksi yang ditulis oleh Susan Baum, seorang psikolog ahli gifted children.

KISAH MARK

Adalah kasus Mark, seorang anak yang sangat cerdas, 11 tahun, yang selalu
berpikir sangat dalam, dan mampu mengekspresikan ide-idenya melalui sebuah
puisi. Total skor IQnya 137; Verbal IQ-nya 128, dan Performance IQ-nya 140.
Mark mempunyai kemampuan spasial yang luar biasa. Ia sangat mahir dalam
bidang struktur bangunan, dan mampu membuat puzzle di usianya yang kedua.
Sekalipun begitu ia tidak bisa menghapal hitungan perkalian, dan selalu
berhitung dengan menggunakan jari-jarinya. Kemampuan pengorganisasiannya
sangat buruk, dan mempunyai kesulitan dalam hal tulis menulis dengan tangan.
Karena itu ia selalu menolak menuliskan ide-idenya dalam bentuk tulisan. Puisi
di bawah ini adalah salah satu contoh kemampuan abstraksinya dan
keluarbiasaannya dengan berbagai kata-kata.

di sekolah regular. Ia relatif bisa berprestasi, setelah bertahun-tahun mengalami


kesalahan berbagai diagnosa, pengobatan yang merugikan, dan lingkungan
pendidikan serta intervensi yang tidak menunjang. Sayangnya, sebetulnya ia
bisa sukses, terlihat dari laporan orang tuanya yang mengatakan bahwa ia
kehilangan rasa cintanya untuk belajar.
Begitu menyedihkan memang, sebab Mark menjadi kehilangan begitu banyak
motivasinya untuk belajar. Sebab saat ia berusia lima tahun, saat menjelang
tidur ia sering membawa buku pekerjaannya membuat cerita-cerita yang penuh
masalah, atau berbuat hal-hal lain sejenisnya. Sekarang buatnya segala sesuatu
tidak ada bedanya lagi, tidak perduli. Ia menjadi semakin lelah dengan adanya
intervensi dari orang-orang dewasa, menjadi terdesak, dan diperlakukan secara
berbeda. Ia juga tidak ingin mendengar adanya istilah “gifted” ataupun “twice
exceptional.” Ia ingin menyendiri dan menginginkan sebagaimana adanya
seperti halnya anak-anak lain. Ia sudah jenuh dengan yang menginginkan agar
ia bisa cocok di dalamnya, juga kepada orang-orang disekitarnya yang sebagian
hari-harinya menjauhinya, dan menuding apa saja yang diperbuatnya sebagai
suatu kesalahan.

Tahun-tahun pertama.
Gangguan atau kesulitan Mark tak pernah menjadi perhatian fihak sekolah..
Hanya perilakunya saja yang menjadi perhatian dalam penegakan diagnosa.
Saat duduk di pra sekolah, ia seringkali frustrasi dengan berbagai peraturan dan
kurikulum yang tersedia. Bila bermain dengan teman-temannya ia menginginkan
agar ia menjadi anak yang diperhitungkan – yang merupakan khas perilaku
kebanyakan anak cerdas di pra sekolah. Ia mudah menangis jika apa yang
diinginkan tidak didapatkan. Para guru menduga bahwa ia menyandang ADHD
(Attention Deficit Hyperactivity Disorder). Orang tuanya memeriksakannya saat
ia baru saja menginjak usia empat tahun. Pada waktu itu ia sangat tidak
kooperatif, misalnya ia hanya ingin memberi jawaban yang berbeda dalam cara
yang kreatif untuk berbagai pertanyaan yang diajukan. Para psikolog
melaporkan bahwa hasilnya tidak bisa ditarik kesimpulannya, dan juga belum
bisa dipercaya sebagai suatu asesmen inteligensianya yang akurat. “Masih
belum jelas, apakah gayanya itu adalah sebuah pola dari bentuk perilaku
oposisional terhadap pengambilan tes, ataukah sebagai gejala dari kreativitas.
Rekomendasi berupa, perilaku Mark baik di rumah maupun di sekolah harus
dimonitor apakah perilaku ini muncul sebagai akibat toleransi yang rendah
terhadap kefrustrasian, kreativitas, ataukah karena kebosanan.”

Benturan dari sekolah.


Saat Mark berada di taman kanak-kanak, mulailah segalanya memburuk. Ia
menolak untuk mengerjakan tugas2 yang diberikan, dan ia tantrum di kelas.
Guru melaporkan bahwa ia adalah anak yang cerdas, dan sangat senang
mengikuti diskusi kelompok, tetapi ia tidak mau mengerjakan tugasnya: paket
matematika dan lembar tugas yang tersedia lainnya. Ia mengganggu, membuat
gaduh mengesalkan anak-anak lain, dan sangat mudah frustrasi. Orang tua
Mark membawanya ke pekerja sosial, yang memberikan opini bahwa mungkin
perilakunya sebagiannya akibat dari kebosanan. Guru melihat ini dengan
perasaan tak percaya: “Bagaimana ia bisa bosan, sedangkan dia tak
mengerjakan apa-apa?” pekerja sosial ini memberikan pengertian dengan
menunjuk pada personalitas Mark, berikan ia kesempatan untuk memilih yang
kemungkinan dapat meningkatkan kondisi belajar dan keinginannya untuk
menepatinya. Namun guru telah salah mengerti terhadap saran tadi, dan saat
Mark menolak mengerjakan tugas, guru mengatakan:”Kamu boleh mengerjakan
paket matematika itu, atau kamu boleh duduk di kamar kepala sekolah.”
Modifikasi strategi untuk melakukan pengontrolan terhadap perilaku Mark yang
tidak pada tempatnya itu, tidak mengalami keberhasilan. Kemampuan akademis
yang tinggi itu telah terelakkan akibat perilakunya yang merusak itu. “kami tidak
perlu membicarakan bagaimana Mark harus mengerjakan tugas-tugas secara
akademik, yang kami perlukan adalah membicarakan bagaimana perilakunya”
adalah komentar yang sangat khas dalam pertemuan dengan orang tua.

Saat situasi semakin parah, orang tua Mark melakukan konsultasi kepada
psikiater. Sekalipun skor tes dengan menggunakan WPPSI (Wechsler Preschool
& Primary Scale of Intelligence) hasilnya sangat tinggi atau superior yaitu 148,
namun situasinya juga diikuti dengan keadaan tertekan akibat anxiety-nya
selama ia menjalankan tes tersebut. Psikolog berpendapat bahwa ia mempunyai
masalah emosi yang mengganggu kinerjanya. Ia menjelaskan dengan
perumpamaan: “Ia mempunyai taman Ferari di jalan rayanya, tetapi ia tetap
harus mengunakan sepeda roda tiga.” Namun ia juga mempunyai perhatian
terhadap beberapa kesulitan yang menurutnya kemungkinan ada hubungannya
dengan epilepsinya, dan menempatkan Mark untuk pengobatan.

Sepanjang adanya berbagai masalah di sekolah dan meningkatnya perilaku


merusaknya menyebabkan psikiater menegakkan diagnosa, dari diagnosa
epilepsi yang sudah diberikan padanya, ia juga masih menambahkan: ADHD
(Attention Deficit Hyperactivity Disorder), ODD (Oppotitional Deviant Disorder),
OCD (Obsessive Complsive Disorder), tic dan bi-polar disorder, serta psikotik (
dari Tegretol untuk pengobatan epilepsi, ia juga menambahkan mikro-dosis
koktail dari: Neurontin, Seroquel, Risperdal, Eskalith, dan Thorazine). Tetapi
perilaku Mark semakin memburuk dan ia pun mendapatkan Dexedrine dan
Clonodine. Orang tua Mark merasakan bahwa pengobatan ini justru merugikan
Mark, dan mereka mempertanyakan diagnosa tersebut. Mereka memperkirakan
bahwa kefrustrasiannya, ketidak-nurutannya, dan peledakannya disebabkan
karena serangan axiety-nya, bukan karena seizures atau episode psikotiknya,
mereka kemudian menanyakan kepada dokter untuk menghentikan semua
pengobatan tersebut. Hampir semua pengobatan itu dihentikan, kemudian
semuanya berlangsung nampak lebih stabil.

Fihak sekolah mengidentifikasi bahwa Mark mempunyai gangguan kesehatan


lainnya (Other Health Impairment = OHI) dan mengirimkannya ke sekolah lain
yang dikhususkan untuk anak-anak yang berfungsi rendah (lower functioning)
serta mempunyai problem emosional yang berat. Kelasnya dengan jumlah murid
yang kecil, memang menolong, namun sekalipun demikian tidak adanya teman
yang mempunyai tingkat intelektual yang sama serta model peran yang positip,
isyu sosial dan perilakunya tetap menjadi masalah. Salah seorang guru
memperhatikan bahwa jika akademiknya diakselerasi, maka ia tak mengalami
kesulitan dan tetap bekerja menyelesaikan tugasnya. Namun dari observasi itu
menunjukkan bahwa fihak sekolah tidak mendorong agar Mark mempunyai
kesempatan untuk berinteraksi dengan teman sebaya yang mempunyai
kesamaan tingkat intelektual, ataupun teman sebaya yang “normal”.
Kenyataannya, karena Mark selalu membaca jauh kedepan sementara teman-
temannya masih berjuang untuk melakukan decoding dan comprehension, guru
menetapkan halaman bacaan apa yang saat itu tengah didiskusikan. Guru
menginterpretasi apa yang dilakukan oleh Mark adalah sebagai perilaku
membangkangnya dan ketidak mauannya untuk mengikuti peraturan. Hal ini
menunjukkan adanya ketidak mengertian guru akan kebutuhan anak gifted, dan
meletakkan peranannya dalam kehidupan Mark yang maksudnya agar
menjadikan ia lebih menurut.

Di samping itu, Individual Educational Plan (IEP) dari Mark memperlihatkan


ketidak pekaan terhadap potensi akademik dan kinerjanya yang tingkatannya
tinggi. Sebaliknya, banyak tujuan pendidikan, persiapan materi dan tugas yang
lebih menekankan pada penguasaan yang berada di bawah tingkatan
kemampuannya, sekalipun hasil tes menunjukkan bahwa ia mempunyai fungsi
kemampuan dengan tingkatan yang tinggi. Begitu pula dengan dokumentasi
tertulis, ada di tangan guru, yang semuanya menunjukkan bahwa ia sudah lebih
dari siap untuk belajar di dalam kelas tersebut.

Perubahan agar lebih baik.


Akhirnya, saat Mark berada di grup empat, keluarga Mark mendapatkan seorang
psikolog yang telah mengenal murid-murid yang disamping gifted tetapi juga
sekaligus mempunyai kesulitan belajar. Ia mendapatkan suatu deskrepansi atau
perbedaan yang besar antara kemampuannya yang tinggi di beberapa bidang
namun juga adanya permasalahan sebagai kelemahannya di sisi lain, misalnya
saja dalam hal kemampuan melihat pola-pola orthographic, kesulitan menulis,
dan ketakmampuannya dalam menghapal matematika dan alogaritma, terutama
jika tidak disertai dengan pengertian konsep. Ia melihat juga lingkungan yang
ketat justru sangat merugikan Mark. Diantara daftar lengkap rekomendasinya
adalah bahwa Mark membutuhkan perhatian terhadap keberbakatan dan
talentanya, serta perlu mendapatkan strategi khusus agar ia mampu mengatasi
kesulitannya.

“Di atas itu semua, Mark membutuhkan kurikulum yang kaya dengan berbagai
kemungkinan agar ia mampu mengeksplorasi serta memanfaatkan kemampuan
intelektualnya untuk memahami segalanya. Belajar dengan cara menghapal
sudah menekan kemampuan Mark yang tinggi untuk melakukan pemecahan
masalah dan melakukan sintesa berbagai informasi.” Psikolog memberikan
gambaran, bahwa perlawanannya terhadap semua ini adalah dikarenakan ia
dipaksa untuk mengerjakan sesuatu yang tanpa makna baginya.
“Kurikulum yang cocok baginya adalah yang dirancang secara intensif yang
mampu memberikan kemungkinan baginya untuk mengembangkan minatnya.
Hal ini sangatlah penting, agar bisa mengembalikan kepercayaannya terhadap
lingkungan sekolahnya agar ia juga mau mentaati peraturan sekolah tanpa
harus menunjukkan untuk mengalahkannya.”

Pada dasarnya, terhadap murid seperti kasus Mark ini, sudah terlalu sering
terjadi bahwa pendidikan justru menjadi sebuah peperangan antara kontrol dan
pengalahan. Seperti halnya kasus Mark ini, tak satu pun yang mengenal atau
memilih untuk memfokuskan pada giftedess-nya, atau memahami apa
kebutuhan anak-anak gifted ini. Seringkali terjadi justru bahwa tim pendidik
menggunakan strategi hanya untuk anak-anak yang mengalami kesulitan belajar
yang tidak juga mengalami “penderitaan” dari giftedness dan talentanya yang
luarbiasa. Medikasi professional dan strategi seperti ini memang sangat khas
sekali. Sebenarnya adalah, perilaku merusaknya Mark, merupakan kompensasi
kesulitan akademiknya guna menutupi kenyataan akan kesulitan belajarnya. Jika
saja tim pendidik memperluas perspektifnya dengan cara mempertimbangkan
berbagai informasi yang ada, maka perjalanan Mark bisa dihindarkan dari
berbagai kerawanan, kelokan-kelokan, serta berbagai resiko di sepanjang
perjalanannya. 0000000

diposkan oleh Julia van Tiel @ 10:36 PM


Rabu, 01 April 2015

Keberbakatan/Anak Cerdas Istimewa (Gifted)


Berikut adalah Contoh Kasus anak dengan Gifted/Keberbakatan

Dengan contoh kasus yang telah disediakan, akan jauh lebih mudah memahami
bagaimana pola-pola karakteristik anak cerdas istimewa ini.

Identitas subjek
Nama : BN
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 8 Tahun
Urutan Kelahiran : Anak pertama dari dua bersaudara

Identitas orangtua
Ayah Ibu

Nama ER MT
Usia 36 tahun 35 tahun
Pendidikan Terakhir S2 S1
Pekerjaan Dosen Ibu rumah tangga
Agama Katholik Katholik
Suku/etnis Tionghoa Tionghoa

Masalah:
Subjek dibawa orangtuanya ke psikolog karena emosinya yang meledak-ledak. subyek
kurang mampu mengontrol emosi terutama pada kondisi yang menjadikannya tertekan
(stresfull). Kondisi-kondisi itu misalnya ketika subjek menganggap orang lain tidak
mampu memahaminya, keinginannya tidak dituruti, diharuskan melakukan aktivitas
yang tidak disukai, ditegur saat melakukan aktivitas yang disukai dan gagal
menyelesaikan tugas atau gagal mendapatkan nilai sempurna. Hal ini berpengaruh pada
hubungan sosial anak dengan teman-temannya dan saudaranya. Tetapi di sisi yang lain
subjek sangat menonjol di bidang kognitifnya. Subjek dilaporkan orangtuanya telah
mampu membaca sejak usia 5 tahun dengan bacaan kesukaannya Koran kompas.
Subjek memiliki ketertarikan pada bidang sains khususnya segala hal yang berkaitan
dengan pesawat terbang.

Data hasil asesmen


I. Observasi
Observasi di rumah
Berdasarkan hasil observasi di rumah terlihat subyek adalah anak yang supel dan ramah
terhadap orang baru. Subyek cepat akrab dengan observer. Dalam interaksi dengan
adiknya, terlihat bahwa subyek menjaga jarak.Keinginan subyek agar adiknya
berperilaku seperti yang diharapkannya menjadikan dia sering terlibat konflik dengan
adiknya. Biasanya subyek akan mengungkapkan kata-kata ancaman. Terlihat subyek
sangat dekat dengan mamanya. Sebelum mamanya pergi, subyek sempat berbicara
dengan mamanya. Dan ketika masuk kembali ke dalam kamar, subyek masih sempat
berteriak “oke mah..hati-hati yah. I love you”.

Observasi di sekolah
Berdasarkan observasi di sekolah subyek terlihat aktif dalam mengikuti pelajaran.
Subyek sering mengacungkan jari untuk menjawab pertanyaan dari guru. Dalam diskusi
kelompokpun, subyek aktif dan menjadi center bagi teman-temannya. Subyek juga tidak
segan untuk membantu teman-temannya yang belum dapat menyelesaikan
tugasnya. Subyek juga memiliki daya imajinasi yang baik sehingga mampu
menerjemahkan tugas yang diberikan guru menjadi hasil pekerjaan yang memuaskan
dan berbeda dari teman-temannya, misalnya saat pelajaran agama diperintahkan untuk
menggambar air, udara dan api, kebanyakan teman-temannya menggambar ketiga hal
tersebut terpisah-pisah namun subyek berhasil menggabungkan tiga unsur tersebut
dalam satu setting / kondisi tertentu (kebakaran pesawat terbang di bandara). Dalam
mengikuti pelajaran, subyek akan berusaha untuk mampu menyerap materi dan
menyelesaikan tugasnya dengan baik. Namun, bila subyek gagal menyelesaikan
tugasnya atau dikomentari temannya subyek akan kesal dan pernah terlihat matanya
berkaca-kaca. Terkadang dalam mengikuti pelajaran, subyek sempat ditegur guru
karena bercanda dengan teman di sebelahnya. Bila subyek jengkel karena teman-
temannya tidak memperhatikannya, biasanya subyek akan melontarkan kata-kata
dengan intonasi yang keras. Misalnya ketika subyek maju ke depan kelas dan teman-
temannya ramai sendiri, subyek berkata dengan nada keras “ semuanya tidak
memperhatikan.....terutama kamu ”, sambil menunjukkan jarinya ke depan wajah salah
satu temannya. Selain itu saat diskusi kelompok, subyek mendapat giliran untuk
berbicara namun temannya tidak memperhatikan subyek dengan berteriak berkata
“akuu..”, sambil menunjukkan jarinya ke arah temannya.

II. Wawancara
Wawancara dengan orangtua
Menurut orangtua, subyek mudah mengerti dan paham dengan materi pelajaran.
Pengetahuannya luas karena suka membaca buku-buku, bahkan sudah mulai membaca
koran sejak TK. Subyek memiliki kemampuan akademis yang menonjol kecuali
pelajaran art. Subyek juga memiliki penguasaan bahasa yang bagus. Potensi yang
menonjol dari dalam diri subyek adalah di bidang sains. Subyek memiliki ketertarikan
yang tinggi pada komputerdan pesawat. Ketertarikan ini membawa subyek untuk rajin
mengumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang pesawat. Biasanya subyek
mendapatkan informasi dengan browsing di internet atau dari buku. Subyek suka
membuat gambar pesawat di komputer, bermain gameyang mengasah otak dan mulai
tertarik juga dengan pemrograman komputer.
Ada keinginan orangtua untuk mengarahkan ke bidang lain dengan tujuan agar subyek
tidak fokus pada satu hal saja (komputer) karena kesukaan subyek bermain komputer
menyita waktunya di rumah sehingga subyek sulit memulai mengerjakan tugas sekolah
atau belajar, sulit untuk diajak makan sehingga harus diperingatkan dan terkadang
dengan cara keras. Namun meskipun sulit memulai mengerjakan tugas, subyek tetap
punya tanggungjawab menyelesaikannya dan meskipun tidak belajar, saat ditunggui
orangtua untuk mengerjakan tugas-tugas, subyek mampu menyelesaikannya dengan
cepat. Namun, kadang-kadang bila kesulitan menyelesaikan tugasnya, subyek agak
jengkel dan reaksi yang muncul adalah cemberut, meremas-remas kertasnya,
selanjutnya subyek akan mencari pendampingan orangtua untuk diajari.
Menurut orangtuanya, subyek orangnya keras, kalau punya keinginan dan tidak dituruti
akan cemberut,mengomel. Subyek orangnya juga terlalu serius, marah bila diajak
bercanda namun suka menggoda orang lain.Keluhan yang disampaikan orangtua adalah
emosi subyek yang masih meledak-ledak. Bila tidak cocok dengan teman, subyek akan
marah-marah, menangis atau teriak-teriak. Pernah juga subyek mengambil pisau dan
mengarahkan ke adiknya karena dia tidak mau diganggu
Wawancara dengan guru
Subyek memiliki minat yang sangat tinggi dengan teknologi. Selain itu penguasaan
kosakatanya sangat kaya, tidak seperti kata-kata yang biasa diucapkan anak-anak
seusianya. Subyek terbiasa menggunakan kalimatdengan kosa kata kompleks. Subyek
juga suka mengemukakan pendapat dan ide-idenya. Prestasi akademiknya biasa saja,
dalam artian nilainya memang bagus namun bukan yang paling menonjol di kelasnya.
Sejak kelas 1, subyek sudah menunjukkan keinginannya untuk menyelesaikan tugasnya
dengan sempurna. Misalnya saat mengerjakan tugas bila tidak mampu
menyelesaikannya subyek menjadi gelisah, mengacak-acak rambutnya sampai
menangis. Pada awalnya interaksi subyek dengan teman-temannya masih kurang
karena dia sibuk dengan minatnya sendiri. Namun lama kelamaan sosialisasinya sudah
baik. Emosi subyek masih meledak-ledak. Kondisi ini mempengaruhi hubungannya
dengan oranglain. Misalnya saat berkonflik dengan temannya subyek akan
mengeluarkan argumentasi panjang lebar untuk mempertahankan pendiriannya,
mengomel, sampai akhirnya menangis. Begitu juga saat diperingatkan guru subyek akan
menunjukkan reaksi emosionalnya. Perilaku yang biasanya muncul adalah menyilangkan
tangan di dada, cemberut, mengomel panjang lebar sampai mata berkaca-kaca dan
akhirnya menangis.

III. Tes Psikologi


WISC
Skor IQ adalah 153
Grafis
Berdasarkan hasil tes grafis terlihat bahwa subyek memiliki kapasitas intellektual dan
imajinasi yang berkembang baik. Dilihat dari aspek emosinya, terkesan ada jarak
emosional dengan ayah namun memiliki ketergantungan emosi yang tinggi dengan ibu.
Subyek lebih dikuasai emosi sehingga pada kondisi-kondisi tertekan subyek cenderung
menghadapinya dengan reaksi emosional. Kecenderungan agresif dan impulsif dalam
dirinya semakin memperkuat reaksi emosi yang muncul. Pada aspek sosial subyek
memiliki kemampuan menjalin relasi interpersonal ada kesan menarik diri pada kondisi
adanya tekanan, kritik, perasaan curiga dan perasaan bersalah.
Diagnosa

cerdas istimewa (gifted).

Apa alasan memilih diagnosis tersebut?


Sebelum menjabarkan alasan mengapa diagnosis tersebut ditegakkan, berikut adalah
penjelasan tentang cerdas istimewa atau keberbakatan (gifted.) Ormrod (2008) menjelaskan
keberbakatan adalah sebuah kemampuan atau bakat yang sangat tinggi di satu atau lebih
bidang (matematika, sains, menulis kreatif, seni, atau musik) sedemikian rupa sehingga siswa
membutuhkan layanan pendidikan khusus agar dapat mengembangkan potensinya itu
sepenuhnya. Anak berbakat memiliki inteligensi diatas rata-rata (IQ-120 atau lebih). Menurut
klasifikasi Terman, anak cerdas istimewa memiliki IQ di atas 140. Dalam lingkungan sosial,
umumnya, anak cerdas istimewa ini memiliki kesulitan besar dalam penyesuain diri dengan
lingkungan yang di dominasi oleh anak yang jauh kurang cerdas (Semium, 2006). Hingga
saat ini keberbakatan dan masalah emosional dianggap sebaai dua hal yang saling berkaitan
walaupun kondisi ini tidak selalu ada (Santrock, 2003).

Karateristik umum.

Secara garis besar Ormrod (2008) juga menjelaskan karakteristik umum anak cerdas
istimewa sebagai berikut:
1. Perbendaharaan yang kaya, kemampuan berbahasa yang tinggi, dan ketrampilan membaca
diatas rata-rata.
2. Pengetahuan umum yang kaya mengenai dunia
3. Kemampuan belajar, mudah, dan mandiri dibandingkan teman-teman sebayanya.
4. Proses kognitif dan strategi belajar yang canggih dan efisien.
5. Fleksibilitas yang lebih besar dalam gagasan dan pendekatan terhadap tugas.
6. Standar performa yang terlalu tinggi (kadang perfeksionis).
7. Konsep diri yang positif, khususnya dalam kaitan dengan usaha-usaha akademis.
8. Perkembangan sosial dan penyesuaian emosi di atas rata-rata (meskipun beberapa siswa
berbakat yang ekstrem mengalami kesulitan karena mereka sangat berbeda dari teman-teman
sebayanya).
Selain itu, The Columbus Group (dalam Silverman, 1993) menyatakan bahwa anak
berbakat memiliki kepekaan sistem syaraf otak yang sangat tinggi, yang berperan dalam
belajar tingkat lanjut maupun dalam peningkatan kepekaan, intensitas, dan responsivitas
emosinya. Hal ini menunjukkan bahwa secara biologis mereka memiliki kondisi fisik dan
emosi yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Dasar teori mengenai Anak berbakat
atau gifted tersebut sangat berkaitan dengan ciri-ciri yang ditunjukkan oleh BN. Selain itu,
Brown & Mizuno, 1990; Hettinger & Knapp, 2001 dalam Ormrod (2008) mengemukakan
bahwa siswa memang mungkin berbakat dengan memiliki inteligensi di atas rata-rata dengan
kemampuan luar biasa di bidang akademis, namun mereka juga memiliki hambatan-
hambatan seperti kesulitan belajar, ADHD, serta gangguan emosi dan perilaku. Dalam kasus
ini, BN menunjukkan simpton yang terkahir, dimana hambatan terletak pada bagaimana
kemampuan BN meregulasi emosi dan perilakunya.
Berikut gambaran umum BN:
Kemampuan Kemampuan yang tampak dari YA TIDAK
hasil asesmen
Perbendaharaan yang kaya, -Memiliki perbendaharaan kata yang
kemampuan berbahasa yang tinggi, luas
dan ketrampilan membaca diatas rata- -Pengetahuan kosa kata sangat luas
rata. (menggunakan kosa kata kompleks) √

Pengetahuan umum yang kaya Pengetahuan luas karena sudak mulai √


mengenai dunia membaca Koran sejak TK
Kemampuan belajar, mudah, dan -Mudah mengkap pelajaran √
mandiri dibandingkan teman-teman -Mudah mengingat kembali tugas
sebayanya. yang diberikan

Proses kognitif dan strategi belajar Kemampuan kognitif sangat √


yang canggih dan efisien. menonjol, sudah mampu membaa
sejak usia 5 tahun, bacaan kesukaan
adalah Koran kompas.

Fleksibilitas yang lebih besar dalam -Aktif, sering bertanya, menajadi √


gagasan dan pendekatan terhadap pusat bagi teman-temannya
tugas. -Mudah menangkap tugas dengan
hasil memuaskan dan berbeda dari
teman-teman

Standar performa yang terlalu tinggi -Emosi meledak-ledak ketika gagal √


(kadang perfeksionis). menyelesaikan tugas, atau gagal
mendapatkan nilai sempurna
-Tidak suka bila tidak diperhatikan
sungguh-sungguh
-Keinginan mengerjakan tugas
dengan sempurna
Konsep diri yang positif, khususnya Berusaha menyerap materi dan √
dalam kaitan dengan usaha-usaha menyelesaikan tugas dengan baik
akademis.
Perkembangan sosial dan penyesuaian -Supel dan ramah √
emosi di atas rata-rata (meskipun -Terganggu pada hubungan sosial
beberapa siswa berbakat yang ekstrem dengan teman-teman dan saudaranya
mengalami kesulitan karena mereka (karena perfeksionis)
sangat berbeda dari teman-teman
sebayanya).
IQ diatas rata-rata (lebih dari 140) 153 √
Mengalami gangguan emosi dan Kurang mampu mengontrol emosi √
perilaku (umumnya) saat kondisi menekan atau situasi
yang tidak dikehendaki

Landasan Teori

Ormrod (2008) menjelaskan keberbakatan adalah sebuah kemampuan atau bakat yang sangat
tinggi di satu atau lebih bidang (matematika, sains, menulis kreatif, seni, atau musik)
sedemikian rupa sehingga siswa membutuhkan layanan pendidikan khusus agar dapat
mengembangkan potensinya itu sepenuhnya. Menurut Munandar (1999) anak yang mendapat
predikat gifted dan talented adalah mereka yang didefinisikan oleh orang-orang yang benar-
benar professional atas dasar kemampuan mereka yang luar biasa dan kecakapan mereka
dalam mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang berkualitas tinggi. Dengan demikian mereka
akan dapat mewujudkan atau memberi sumbangan baik terhadap dirinya maupun masyarakat.
Keberbakatan tidak semata-mata merujuk kepada fungsi kognitif, melainkan merujuk
kepada totalitas dan keterpaduan fungsi otak. Cattell (dalam Barbara Clark, 1998:8)
mengartikan intelligensi adalah perpaduan sifat manusia yang memadukan kapasitas untuk
memahami hubungan secara keseluruhan, mampu memahami proses termasuk berfikir
abstrak, kemampuan memecahkan masalah, dan kemampuan untuk memperoleh kecakapan
baru. Keberbakatan sendiri mencakup anak yang memiliki kecakapan intelektual superior,
yang secara potensial dan fungsional mampu mencapai keunggulan akademik di dalam
kelompok dan/atau berbakat tinggi dalam bidang tertentu, seperti matematika, IPA, seni,
musik, kepemimpinan sosial, dan perilaku kreatif tertentu dalam interaksi dengan lingkungan
dimana kecakapan dan memperlihatkan hasil kerjanya itu ditampilkan secara konsisten.
(Soemantri, 2006), Sehingga anak dengan kemampuan cerdas istimewa memperlihatkan
talenta yang luar biasa di salah satu bidang dapat saja menunjukkan kemampuan yang rata-
rata dibidang-bidang yang lainnya (Ormrod, 2008).
Karateristik umum.
Setiap anak memiliki bakat yang berbeda-beda dengan talenta mereka yang unik. Namun
secara umum mereka memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Menunjukkan daya nalar yang luar biasa dan kemampuan yang tinggi untuk menangani
ideide; dapat menggeneralisasikan dengan mudah dari fakta-fakta spesifik dan dapat melihat
hubungan-hubungan yang tersirat; memiliki kemampuan yang menonjol dalam memecahkan
masalah.
2. Menunjukkan rasa ingin tahu intelektual yang gigih; mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang meneliti; menunjukkan minat yang luar biasa terhadap hakikat manusia dan jagat raya.
3. Mempunyai banyak minat, sering berupa minat intelektual; mengembangkan satu atau lebih
dari minat-minat itu secara mendalam.
4. Sangat baik dalam kualitas maupun kuantitas kosa katanya, baik lisan maupun tulisan;
berminat menelaah makna kata-kata dan penggunaannya.
5. Keranjingan membaca dan mampu menyerap isi buku untuk orang jauh di atas usianya.
6. Belajar dengan cepat dan mudah, dan mempertahankan apa yang sudah dipelajarinya; ingat
berbagai rincian, konsep dan prinsip yang penting; mudah paham.
7. Menunjukkan pemahaman tentang soal-soal aretmatik yang membutuhkan penalaran yang
seksama dan mudah menangkap konsep-konsep matematik.
8. Menunjukkan kemampuan yang kreatif atau ungkapan yang imaginatif dalam bidang musik,
seni rupa, tari, drama; menunjukkan kepekaan dan kehalusan dalam ritme, gerakan, dan
pengendalian tubuh.
9. Dapat menahan konsentrasi untuk waktu yang lama dan menunjukkan tanggung jawab dan
kemandirian yang tinggi dalam pengerjaan tugas-tugas sekolah.
10. Menetapkan tujuan yang tinggi tetapi realistis untuk diri sendiri; kritis diri dalam
mengevaluasi dan mengoreksi pekerjaan sendiri.
11. Menunjukkan inisiatif dan orisinalitas dalam karya intelektual; menunjukkan fleksibilitas
dalam berpikir dan mempertimbangkan permasalahan dari berbagai sudut pandang.
12. Tajam dalam pengamatan dan responsif terhadap gagasan-gagasan baru.
13. Menunjukkan keseimbangan sosial dan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang
dewasa secara matang.
14. Mendapatkan kegairahan dan kesenangan dalam menghadapi tantangan intelektual;
menunjukkan rasa humor yang halus.
Secara garis besar Ormrod (2008) juga menjelaskan karakteristik umum anak cerdas
istimewa sebagai berikut:
1. Perbendaharaan yang kaya, kemampuan berbahasa yang tinggi, dan ketrampilan membaca
diatas rata-rata.
2. Pengetahuan umum yang kaya mengenai dunia
3. Kemampuan belajar, mudah, dan mandiri dibandingkan teman-teman sebayanya.
4. Proses kognitif dan strategi belajar yang canggih dan efisien.
5. Fleksibilitas yang lebih besar dalam gagasan dan pendekatan terhadap tugas.
6. Standar performa yang terlalu tinggi (kadang perfeksionis).
7. Konsep diri yang positif, khususnya dalam kaitan dengan usaha-usaha akademis.
8. Perkembangan sosial dan penyesuaian emosi di atas rata-rata (meskipun beberapa siswa
berbakat yang ekstrem mengalami kesulitan karena mereka sangat berbeda dari teman-teman
sebayanya).
Anak berbakat memiliki inteligensi diatas rata-rata (IQ-120 atau lebih). Menurut
klasifikasi Terman, anak cerdas istimewa memiliki IQ di atas 140. Dalam lingkungan sosial,
umumnya, anak cerdas istimewa ini memiliki kesulitan besar dalam penyesuain diri dengan
lingkungan yang di dominasi oleh anak yang jauh kurang cerdas (Semium, 2006). Hingga
saat ini keberbakatan dan masalah emosional dianggap sebaai dua hal yang saling berkaitan
walaupun kondisi ini tidak selalu ada (Santrock, 2003). Selain itu, The Columbus
Group (dalam Silverman, 1993) menyatakan bahwa anak berbakat memiliki kepekaan sistem
syaraf otak yang sangat tinggi, yang berperan dalam belajar tingkat lanjut maupun dalam
peningkatan kepekaan, intensitas, dan responsivitas emosinya. Hal ini menunjukkan bahwa
secara biologis mereka memiliki kondisi fisik dan emosi yang berbeda dengan anak-anak
pada umumnya. Dasar teori mengenai Anak berbakat atau gifted tersebut sangat berkaitan
dengan ciri-ciri yang ditunjukkan oleh BN. Selain itu, Brown & Mizuno, 1990; Hettinger &
Knapp, 2001 dalam Ormrod (2008) mengemukakan bahwa siswa memang mungkin berbakat
dengan memiliki inteligensi di atas rata-rata dengan kemampuan luar biasa di bidang
akademis, namun mereka juga memiliki hambatan-hambatan seperti kesulitan belajar,
ADHD, serta gangguan emosi dan perilaku.

Anak berbakat memiliki karakteristik-karakteristik dasar, beberapa diantaranya


diungkapkan dari hasil penelitian anak berbakat di Amerika oleh MR Sumption yang berjudul
“Three Hundred Gifted Karakteristik-karakteristik anak berbakat tersebut antara lain dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1. Memiliki rasa kepribadian yang dikembangkan, demikian pula rasa
pertanggung jawaban pada kelompok kepemimpinan.
2. Menyukai dan lebih banyak meluangkan kesempatan untuk menambah
ilmu pengetahuan dan membaca buku, inovatif, dan kreatif.
3. Meluangan kesempatan mengembangkan sikap pribadi dan ekspresi diri
4. Memiliki cara berpikir yang sanagt kritis.
5. Memiliki perkembangan intelek dan kecakapan yang baik sehingga tugas dan
kerja berat tidak terlalu mengganggu.

Keberbakatan itu sendiri sangatlah kompleks, bukan hanya ditentukan oleh Nilai IQ-nya
saja, akan tetapi merupakan faktor multidimensi dan dinamis (van Tiel). Carpenter (2001) &
Lyth (2003), Membagi anak berbakat atas:
a. Ringan (mild) IQ = 115-129;
b. Sedang (moderate) IQ = 130-144;
c. Tinggi (high) IQ = 145-159;
d. Kekecualian (exceptional ) IQ = 160-179;
e. Amat sangat (Profound) IQ = 180 +
Sedangkan IQ normal berkisar antara 85-115, dengan normal absolute 100.
Diposkan oleh Paramita Esti
http://mitaestikasari.blogspot.co.id/2015/04/keberbakatananak-cerdas-istimewa-gifted.htm

tugas kuliahku
Minggu, 21 Februari 2016
ANAK BERBAKAT (GIFTED/TALENTED)
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Setiap anak memilki anugrah tersendiri yang diberikan dari sang maha pencipta kepadanya
melalui berbagai cara salah satunya adalah sperti anak yang berbakat. Anugrah yang diberikan bukan
hanya saja berupa kelebihan namun terkadang kekuranganpun termasuk anugrah dari tuhan yang
diberikan kepada umatnya. Setiap kelebihan dan kekurangan pada manusia pada dasarnya harus di
syukuri dan cara yang mensyukuri yang paling baik adalah dengan mengembangkan kekurangan
menjadi suatu kelebihan dan menjadikan kelebihan sebagai sebagai perantara untuk membantu
orang lain dalam hal kebaikan.

Dalam makalah ini juga akan di bahas menegenai anak berbakat dan anak retradasi mental

Keberbakatan hingga kini masih menjadi wacana yang sangat menarik, baik bagi yang terlibat
langsung dengan persoalan keberbakatan maupun yang tidak. Bahkan menjadi lebih menarik lagi,
karena banyak terjadi miskonsepsi terhadap keberbakatan. Secara umum “Keberbakatan dapat
diartikan sebagai kemampuan unggul yang memungkinkan seseorang berinteraksi dengan
lingkungan dengan tingkat prestasi dan kreativitas yang sangat tinggi.”

Dari peranyataan tersebut dapat dipahami bahwa pertama, keberbakatan merupakan suatu
kualitas yang dibawa sejak lahir (dengan kata lain keberbakatan itu bersifat alamiah), dan kedua,
bahwa lingkungan keberbakatan adalah arena di mana anak berbakat memainkan peran
didalamnya). Karena itulah dapat dikatakan bahwa tingkat prestasi dan kreativitas yang tinggi
dihasilkan dari interaksi yang terus menerus dan fungsional antara kemampuan dan karakteristik
yang dibawa seseorang dari lahir dan yang diperoleh selama dalam kehidupannya.

Perhatian terhadap pendidikan anak berbakat sebenarnya sudah dikenal sejak 2000 tahun yang
lalu. Misalnya, Plato pernah menyerukan agar anak-anak berbakat dikumpulkan dan dididik secara
khusus karena mereka ini diharapkan bakal menjadi pemimpin negara dalam segala
bidang pemerintahan. Oleh karena itu, mereka dibekali ilmu pengetahuan yang dapat menunjang
tugas mereka (Rohman Natawijaya, 1979).

Demikian pula di Indonesia, kehadiran mereka sudah dikenal sejak dulu. Banyak sekolah yang
menerapkan sistem loncat kelas atau dapat naik ke kelas berikutnya lebih cepat meskipun waktu
kenaikan kelas belum saatnya. Perhatian yang lebih serius dan formal tersurat dalam UUSPN No. 2
Tahun 1989 bahwa peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak
memperoleh pendidikan khusus untuk mengembangkan potensi anak-anak tersebut secara optimal.

Anak berbakat tidak mengalami kecacatan, seperti anak tunanetra, tunarungu, dan tunagrahita.
Walaupun diantara anak berbakat ada yang menyandang kelainan, tetapi kelainan itu bukan pada
terhambatnya kecerdasan. Agar anak berbakat yang mempunyai potensi unggul tersebut
dapat mengembangkan potensinya dibutuhkan program dan layanan pendidikan secara khusus.
Mereka lahir dengan membawa potensi luar biasa yang berarti telah membawa kebermaknaan
hidup. Oleh karena itu, tugas pendidikan adalah mengembangkan kebermaknaan tersebut secara
optimal sehingga mereka dapat berkiprah dalam memajukan bangsa dan negara.

B. RUMUSAN MASALAH

 Apakah pengertian anak berbakat?


 Bagaimana klasifikasi anak berbakat?

 Bagaimana karakteristik anak berbakat?

 Apa faktor yang memengaruhi anak berbakat?

 Bagaimanakah perkembangan anak berbakat?

 Masalah dan dampak apa saja yang timbul dari keberbakatan?

 Bagaimana cara mengidentifikasi keberbakatan

 Kebutuhan pendidikan apa yang dibutuhkan anak anak berbakat?

 Bagaimana bentuk layanan pendidikan bagi anak berbakat?

 Berapakah persentase anak dengan cerdas istimewa/berbakat istimewa di indonesia saat ini?

C. TUJUAN PENULISAN

 Untuk memahami pengertian anak berbakat

 Untuk memahami klasifikasi anak berbakat

 Untuk memahami karakteristik anak berbakat

 Untuk memahami faktor yang memengaruhi anak berbakat

 Untuk memahami perkembangan anak berbakat

 Untuk memahami masalah dan dampak yang timbul dari keberbakatan

 Untuk memahami cara identifikasi anak berbakat

 Untuk memahami kebutuhan pendidikan anak berbakat

 Untuk memahami bentuk layanan pendidikan bagi anak berbakat

 Untuk mengetahui persentase anak dengan cerdas istimewa/berbakat istimewa di indonesia

BAB II

PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ANAK BERBAKAT

Anak yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa (gifted) adalah anak yang
secara significant memiliki mempunyai IQ 140 atau lebih, potensi diatas rata-rata dalam bidang
kemampuan umum, akademik khusus, kreativitas, kepemimpinan, seni dan/atau olahraga. Anak
berkebutuhan khusus gifted (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda
dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau
fisik.

Banyak istilah yang dapat dipakai untuk menyebut anak berbakat, diantaranya: anak unggul,
anak berkemampuan istimewa, anak superior, anak genius, dan masih banyak lagi sebutan lainnya.
Secara konseptual pengertian anak berbakat juga berkembang dari tahun ke tahun. Pertama, anak
berbakat adalah anak yang ditunjukkan dengan kemampuan tingkat kecerdasaan atau kemampuan
umum (g factor) di atas rata-rata. Konsep ini diperkuat dengan teori faktor, bahwa kemampuan
individu dapat dikatagorikan menjadi dua, yaitu kemampuan khusus (s factor) dan kemampuan
umum (g factor).

Berdasarkan konsep ini Komisi Pendidikan AS, Sidney P. Marland (1972) menetapkan definisi
anak berbakat sebagai "Gifted and talented children are those identified by professionally qualified
persons who by virtue of outstanding abilities are capable of high performance. These are children
who require differentiated educational programs and/or services beyond those normally provided
by the regular school program in order to realize their contribution to self and society" Artinya
kurang lebih: “Anak berbakat adalah anak yang diidentifikasi oleh orang-orang yang berkualifikasi
profesional sebagai anak yang memiliki kemampuan luar biasa. Mereka menghendaki program
pendidikan yang sesuai atau layanan melebihi sebagaimana diberikan secara normal oleh program
sekolah regular, sehingga dapat merealisasikan kontribusi secara bermakna bagi diri dan
masyarakatnya.

Kemampuan anak dengan kinerja tinggi yang dapat merupakan prestasi dan atau kemampuan
potensial dalam beberapa bidang, baik yang sifatnya kemampuan tunggal maupun kemampuan jamak,
atau kombinasi di antara bidang-bidang itu di antaranya: kemampuan intelektual umum, bakat
akademik spesifik, kemampuan produktif atau kreatif, kemampuan kepemimpinan, kemampuan
bidang seni visual dan pertunjukan, dan kemampuan motorik. Dengan menggunakan definisi
keberbakatan yang lebih luas, suatu sistem sekolah diharapkan mampu mengidentifikasi 10% s.d.
15% atau lebih dari populasi dapat disebut anak berbakat. Untuk memahami definisi tersebut di atas
secara lebih mendalam, maka dipandang perlu melakukan deskripsi masing-masing bidang
keberbakatan.
1. Kemampuan intelektual umum, bahwa orang umum seperti juga pendidik selalu mendefinisikan
ini berkenaan dengan skor tes inteligensi yang tinggi – yang biasanya di atas 2 standar deviasi.
Orangtua dan guru sering mengenal siswa yang memiliki kemampuan intelektual umum di atas rata-
rata yang diindikasikan dengan tingkat perbendahaan kata yang tinggi, ingatan, dan penguasaan kata-
kata abstrak, dan pemikiran abstrak.
2. Bakat akademik khusus, bahwa siswa dengan bakat akademik khusus diidentifikasi dengan
penampilan yang unggul pada tes prestasi atau tes bakat dalam satu atau lebih dari satu bidang,
seperti: prestasi matematika, sains. Pengelola pencarian bakat sering kali disponsori oleh sejumlah
universitas dan institut dengan mengidentifikasi siswa yang berbakat akademik yang skornya 97 %
atau lebih tinggi berdasarkan hasil tes prestasi terstandar dan tes bakat skolastik.
3. Kemampuan berpikir kreatif dan produktif, bahwa bakat ini merupakan kemampuan
menghasilkan ide-ide baru dengan menyatukan elemen-elemen yang ada dan bakat untuk
mengembangkan makna-makna baru yang berarti bagi masyarakat. Karakteristik suswa kreatif dan
produktif mencakup keterbukaan terhadap pengalaman, menetapkan standar personal untuk evaluasi,
kemampuan memainkan ide-ide, keinginan untuk menghadapi resiko, kesukaan terhadap
kompleksitas, toleran terhadap ambiguitas, image diri yang positif, dan kemampuan menyatu dengan
tugas. Siswa kreatif dan produktif diiedntifikasi melalu penggunaan tes seperti Torrance Test of
Creative Thinking atau melalui penampilan kreatif.
4. Kemampuan kepemimpinan, bahwa kepemimpinan dapat diidentifikasi sebagai kemampuan
untuk mengarahkan individu atau kelompok untuk sampai kepada keputusan atau tindakan bersama.
Siswa yang menampilkan kemampuan keberbakatan bidang kepemimpinan menggunakan
keterampilan kelompok dan bernegosiasi dalam situasi yang sulit. Beberapa guru mengenal
kepemimpinan melalui minat yang sungguh-sungguh dan keterampilan dalam pemecahan masalah.
Karakteristik kepemimpinan mencakup kepercayaan diri, tanggung jawab, kerjasama, kecenderungan
untuk mendominasi, dan kemampuan beradaptasi dengan mudahnya terhadap situasi yang baru. Siswa
siswa ini dapat diidentifikasi melalui instrumen seperti the Fundamental Interpersonal Realtions
Orientation Behavior.
5. Seni visual dan pertunjukan, bahwa siswa berbakat bidang seni menunjukkan keberbakatan
khususnya bidang seni visual, musik, tari, drama atau bidang bidang terkait lainnya. Siswa-siswa ini
dapat diidentifikasi dengan menggunakan deskripsi tugas seperti skala produk kreatif (the Creative
Product Scale), yang dikembangkan untuk Sekolah Negeri Detroit oleh Patrik Byrons dan Beverley
Ness Parke, Wayne State University.
6. Kemampuan psikomotorik, bahwa kemampuan ini mencakup kemampuan motorik kinestetik,
seperti keterampilan praktik, spasial, mekanikal, dan fisikal. Kemampuan ini jarang digunakan
sebagai suatu kriteria dalam program bagi anak berbakat.

Selain daripada pandangan tersebut di atas, ada pandangan-pandangan lain


tentang keberbakatan. Pertama, Robert Sternberg dan Robert Wagner (1982) menyarankan bahwa
keberbakatan adalah suatu jenis mental selfmanagement. Manajemen mental kehidupan seseorang
dalam suatu cara yang konstruktif dan bertjuan memiliki tiga elemen dasar: mengadaptasikan dengan
lingkungan, menyeleksi lingkungan baru, dan membentuk lingkungan. Sternberg dan Wagner
menegaskan bahwa dasar psikologis yang sangat penting dari keberbakatan intelektual yang tersisa
dalam kecakapan intuitif mencakup tiga proses utama, yaitu (1) memisahkan informasi yang relevan
dan tak relevan, (2) mengkombinasikan informasi yang terpisah ke dalam keseluruhan yang utuh, dan
(3) mengaitkan insformasi yang diperoleh pada saat ini dengan informasi yang diperoleh pada masa
lalu.
Kedua, Howard Gardner (1983) juga menyarankan suatu konsep multiple intelligences, bahwa ada
beberapa cara untuk memandang dunia, yaitu : kecerdasan linguistik, logikal/matematik, spasial,
musikal, kinestetik, interpersonal, dan intrapersonal. Belakangan ini dilengkapi dengan kecerdasan
naturalistik.
Ketiga, Joseph Renzulli (1986) menyatakan bahwa perilaku keberbakatan merefleksikan suatui
interaksi antara tiga kluster dasar dari sifat-sifat manusia, yaitu kemampuan di atas rata, tingkat
komitmen akan tugas yang tinggi, dan tingkat kreativitas yang tinggi. Menurut Renzulli, anak-anak
berbakat adalah anak yang memiliki atau mampu mengembangkan kesatuan dari sifat-sifat itu dan
menerapkannya untuk bidang-bidang apa yang bermakna dari kinerja manusia. Selain daripada itu
juga dikatakan bahwa mereka adalah anak yang mampu mengembangkan suatu interaksi di antara tiga
kluster, jika diberikan berbagai kesempatan dan layanan pendidikan yang tidak biasanya diberikan
melalui program intsruksional pada umumnya.
Gambar 1:

Apa yang Membuat Keberbakatan

(Renzulli, 1979)

Berdasarkan beberapa definisi tersebut di atas, maka ABA merupakan salah satu unsur
keberbakatan yang sangat penting, di antara jenis keberbakatan lainnya. Artinya bahwa ABA
merupakan salah satu katagori dari definisi Marland Report, dan juga salah satu sub katagori dari
kemampuan di atas rata-rata, terutama kemampuan khusus, dari definisi Renzulli. Memang pada
awalnya konsep keberbakatan yang diperkenalkan Renzulli, bahwa kemampuan yang dimaksudkan
sebagai salah satu klusternya itu hanya menunjukkan kemampuan umum. Namun pada
perkembangan lebih lanjut Renzulli (Sterndberg dan Davidson, 1986) menegaskan bahwa
kemampuan di atas rata dipahami sebagai kemampuan umum dan khusus. Kemampuan khusus
terdiri dari kemampuan memperoleh pengetahuan, keterampilan atau kemampuan untuk
menampilkan satu keahlian atau lebih, misalnya kemampuan khusus bidang akademik, seni (musik,
lukis, pahat), kepemimpinan, dan lain sebagainya.

Selanjutnya ditegaskan oleh Kitano dan Kirby (1985) bahwa ABA adalah individu yang memiliki
kemampuan potensial dan aktual di bidang akademik tertentu seperti: sains, matematika, ilmu
pengetahuan sosial, dan humaniora. Keunggulan bidang akademik yang ditunjukkan dapat juga
hanya satu bidang

atau dua bidang, bahkan dapat juga semua bidang.

Roe (Kitano dan Kirby, 1985) menegaskan bahwa individu di sekolah yang mampu menunjukkan
prestasi akademik unggul, ternyata tidak selamanya dia memiliki kecerdasan tinggi, padahal mereka
yang memiliki bakat akademik pada umumnya berkecerdasan tinggi. Selain daripada itu individu
yang sukses dalam karirnya lebih disebabkan oleh fungsi kerja keras daripada kecemerlangan potensi
yang dimilikinya.

Selain daripada itu disadari bahwa ABA tidak selamanya mampu menunjukkan prestasi akademik
yang unggul, karena boleh jadi disebabkan oleh beberapa faktor. Di antara mereka, ada yang tidak
mampu menampilkan potensi akademiknya secara optimal. Mereka itulah yang disebut sebagai anak
berprestasi kurang (underachieving children). Kelompok inilah yang cenderung sebagai populasi
yang lebih banyak terjadi di Indonesia, karena model pendidikan yang diselenggarakannya
cenderung lebih bersifat klasikal, dan belum memberikan perhatian dan layanan berdasarkan
potensi dan kebutuhan peserta didik. Untuk menyelamatkan potensi ABA yang lebih banyak menjadi
tumpuan masa dapan bangsa, maka diperlukan layanan pendidikan dan bimbingan yang relevan.

B. KARAKTERISTIK ANAK BERBAKAT

Bila dikaitkan dengan definisi Renzulli, maka karakteristik Anak Berbakat, diantaranya sebagai
berikut:

1. Menunjukkan kemampuan di atas rata-rata, terutama di bidang:

a. Kemampuan Umum

 Tingkat berpikir abstrak yang tinggi, penalaran verbal dan numerikal, hubungan spasial, ingatan,
kelancaran kata.

 Adaptasi terhadap dan pembentukan situasi baru dalam lingkungan eksternal.

 Automatisasi pemrosesan informasi.

b. Kemampuan Khusus:

 Aplikasi berbagai kombinasi kemampuan umum di atas terhadap bidang-bidang yang lebih spesifik
(misalnya Matematika, Sain, Seni, kepemimpinan)

 Kemampuan memperoleh dan membuat penggunaan yang tepat sejumlah pengetahuan formal,
teknik, dan strategi di dalam menyelesaikan masalah-masalah tertentu.

 Kemampuan untuk memilih informasi yang relevan dan tak relevan dengan problem atau bidang
studi tertentu

2. Menunjukkan Komitmen yang terhadap tugas, yang diindikasikan dengan:

a. Kemampuan yang tinggi terhadap minat, antusiasme, dan keterlibatan dengan suatu problem atau
bidang tertentu.
b. Ketekunan, daya tahan, ketetapan hati, kerja keras, dan pengabdian.

c. Kepercayaan diri, adanya keyakinan mampu melaksanakan pekerjaan yang penting, bebas dari
perasaan inferior, keinginan yang kuat untuk berprestasi.

d. Kemampuan mengidentifikasi masalah-masalah di bidang-bidang tertentu.

e. Menetapkan standar yang tinggi terhadap pekerjaan; memelihara keterbukaan diri dan kritik
eksternal; mengembangkan rasa estetis, kualitas dan keunggulan tentang pekerjaannya sendiri dan
pekerjaan orang lain.

3. Menunjukkan kreativitas yang tinggi, yang diindikasikan dengan:

a. Kelancaran, keluwesan, dan keaslian dalam berpikir.

b. Keterbukaan terhadap pengalaman; Reseptif terhadap apa yang baru dan berbeda dalam pikiran,
tindakan, dan produk dirinya sendiri dan orang lain.

c. Ingin tahu, spekulatif, dan berpetualangan, keinginan untuk menghadapi resiko baik dalam pikiran
maupun tindakan.

d. Sensitif terhadap karakteristik ide dan sesuatu yang rinci dan estetik; keinginan untuk bertindak dan
bereaksi terhadap stimulasi elsternal, ide-ide dan perasaannya sendiri.

e. Sikap berani mengambil langkah atau keputusan menurut orang awam berisiko tinggi.

Selain daripada itu perlu dipahami bahwa di balik karakteristik AB, ada perilaku positif dan
negatif yang muncul, sebagaimana yang dinyatakan oleh Little (2003), pada Tabel 1.

Tabel 1

Karakteristik AB Dan Konsekuensi Perilakunya

Karakteristik Perilaku Positif Perilaku Negatif

Belajar dengan cepat Mengingat dan Mudah bosan, suka


dan mudah menguasai fakta-fakta mengganggu anak lain
dasar secara cepat.

Membaca secara Membaca banyak buku Menolak


intensif dan menggunakan tanggungjawab orang
perpustakaan sendiri lain

Perbendaharaan kata Mengkomunikasikan ide- Menimbulkan


sangat maju idenya baik sekali kemarahan
Tetap menjaga banyak Siap mengingat dan Memonopoli diskusi
informasi merespon

Rentang perhatiannya Komitmen tinggi terhadap Bertahan dengan


sangat lama tugas atau proyek kegiatan rutin kelas,
tidak suka diganggu

Memiliki keingintahuan Suka bertanya dan puas Gampang marah


yang tinggi, punya dengan ide-idenya
banyak minat

Bekerja mandiri Menciptakan dan Menolak kerja dengan


menemukan diluar tugas orang lain
yang diberikan

Cermat dan jeli dalam Mengenal masalah Mengoreksi orang


mengamati sesuatu dewasa secara kurang
respon

Memiliki rasa humor Mampu mentertawakan Membuat joke yang


dirinya sendiri kejam atau trick
terhadap orang lain

Memahami dan Mampu memecahkan Melakukan intervensi


mengenal hubungan problem-problem sosial orang lain

Prestasi akademik tinggi Mengerjakan tugas Sombong, tidak sabar


sekolah dengan baik terhadap orang lain

Lancar dalam ekspresi Kuat dibidang verbal dan Mengarahkan teman


verbal angka-angka, sebaya dengan cara-
mengarahkan teman cara yang negative
sebaya dengan cara yang
positif

Individualistik Memiliki teman sedikit, Bertahan terhadap apa


memiliki rasa keunikan yang diyakini
sendiri

Memiliki dorongan diri Menghendaki arah dan Agresif dan menantang


yang kuat bantuan guru yang orang lain
minimal
Karakteristik anak berbakat ditinjau dari segi akademik, sosial/emosi, fisik/kesehatan,
intelektual, persepsi, motivasi, dan aktivitas.

1. Karakteristik Akademik

Roe, seperti dikutip oleh Zaenal Alimin (1996) mengidentifikasikan karakteristik keberbakatan
akademik adalah:

a. memiliki ketekunan dan rasa ingin tahu yang benar,

b. keranjingan membaca,

c. menikmati sekolah dan belajar.

Sedangkan Kitano dan Kirby (1986) yang dikutip oleh Mulyono Abdurrahman (1994)
mengemukakan karakteristik keberbakatan bidang akademik adalah:

a. memiliki perhatian yang lama terhadap suatu bidang akademik khusus,

b. memiliki pemahaman yang sangat maju tentang konsep, metode, dan terminologi dari bidang
akademik khusus,

c. mampu mengaplikasikan berbagai konsep dari bidang akademik khusus yang dipelajari pada
aktivitas-aktivitas bidang lain,

d. kesediaan mencurahkan sejumlah besar perhatian dan usaha untuk mencapai standar yang lebih
tinggi dalam suatu bidang akademik,

e. memiliki sifat kompetitif yang tinggi dalam suatu bidang akademik dan motivasi yang tinggi untuk
berbuat yang terbaik, dan

f. belajar dengan cepat dalam suatu bidang akademik khusus.

Salah satu contoh yang digambarkan oleh Kirk (1986) bahwa seorang anak berbakat berusia 10
tahun, ia memiliki kemampuan akademik dalam hal membaca sama dengan anak normal usia 14
tahun, dan berhitung sama dengan usia 11 tahun, anak ini memiliki keberbakatan dalam membaca.

2. Karakteristik Sosial/Emosi

Ada beberapa ciri individu yang memiliki keberbakatan sosial, yaitu:

a. diterima oleh mayoritas dari teman-teman sebaya dan orang dewasa,

b. keterlibatan mereka dalam berbagai kegiatan sosial, mereka memberikan sumbangan positif dan
konstruktif,
c. kecenderungan dipandang sebagai juru pemisah dalam pertengkaran dan pengambil kebijakan oleh
teman sebayanya,

d. memiliki kepercayaan tentang kesamaan derajat semua orang dan jujur,

e. perilakunya tidak defensif dan memiliki tenggang rasa,

f. bebas dari tekanan emosi dan mampu mengontrol ekspresi emosional sehingga relevan
dengan situasi,

g. mampu mempertahankan hubungan abadi dengan teman sebaya dan orang dewasa,

h. mampu merangsang perilaku produktif bagi orang lain, dan

i. memiliki kapasitas yang luar biasa untuk menanggulangi situasi sosial dengan cerdas, dan humor.

Dicontohkan pula oleh Kirk bahwa anak yang berbakat dalam hal social dan emosi, bahwa
seorang anak berusia 10 tahun memperlihatkan kemampuan penyesuaian sosial dan emosi (sikap
periang, bersemangat, kooperatif, bertanggung jawab, mengerjakan tugasnya dengan baik,
membantu temannya yang kurang mampu dan akrab dalam bermain). Sikap-sikap yang
diperlihatkannya itu sama dengan sikap anak normal usia 16 tahun.

3. Karakteristik Fisik/Kesehatan

Dalam segi fisik, anak berbakat memperlihatkan (a) memiliki penampilan yang menarik dan
rapi, (b) kesehatannya berada lebih baik atau di atas rata-rata, (studi longitudinal Terman dalam
Samuel A. Kirk, 1986).

Dicontohkan pula oleh Kirk bahwa seorang anak berbakat usia 10 tahun memiliki tinggi dan
berat badan sama dengan usianya. Yang menunjukkan perbedaan adalah koordinasi geraknya sama
dengan anak normal usia 12 tahun. Mereka juga memperlihatkan sifat rapi.

4. Karakteristik Intelektual-Kognitif

a. Menunjukkan atau memiliki ide-ide yang orisinal, gagasan-gagasan yang tidak lazim, pikiran-pikiran
kreatif.

b. Mampu menghubungkan ide-ide yang nampak tidak berkaitan menjadi suatu konsep yang utuh.

c. Menunjukkan kemampuan bernalar yang sangat tinggi.

d. Mampu menggeneralisir suatu masalah yang rumit menjadi suatu hal yang sederhana dan mudah
dipahami.

e. Memiliki kecepatan yang sangat tinggi dalam memecahkan masalah.


f. Menunjukkan daya imajinasi yang luar biasa.

g. Memiliki perbendaharaan kosakata yang sangat kaya dan mampu mengartikulasikannya dengan
baik.

h. Biasanya fasih dalam berkomunikasi lisan, senang bermain atau merangkai kata-kata.

i. Sangat cepat dalam memahami pembicaraan atau pelajaran yang diberikan.

j. Memiliki daya ingat jangka panjang (long term memory) yang kuat.

k. Mampu menangkap ide-ide abstrak dalam konsep matematika dan/atau sains.

l. Memiliki kemampuan membaca yang sangat cepat.

m. Banyak gagasan dan mampu menginspirasi orang lain.

n. Memikirkan sesuatu secara kompleks, abstrak, dan dalam.

o. Mampu memikirkan tentang beragam gagasan atau persoalan dalam waktu yang bersamaan dan
cepat mengaitkan satu dengan yang lainnya.

5. Karakteristik Persepsi/Emosi

a. Sangat peka perasaannya.

b. Menunjukkan gaya bercanda atau humor yang tidak lazim (sinis, tepat sasaran dalam menertawakan
sesuatu hal tapi tanpa terasa dapat menyakiti perasaan orang lain).

c. Sangat perseptif dengan beragam bentuk emosi orang lain (peka dengan sesuatu yang tidak
dirasakan oleh orang-orang lain).

d. Memiliki perasaan yang dalam atas sesuatu.

e. Peka dengan adanya perubahan kecil dalam lingkungan sekitar (suara, aroma, cahaya).

f. Pada umumnya introvert.

g. Memandang suatu persoalan dari berbagai macam sudut pandang.

h. Sangat terbuka dengan pengalaman atau hal-hal baru

i. Alaminya memiliki ketulusan hati yang lebih dalam dibanding anak lain.

6. Karakteristik Motivasi dan Nilai-Nilai Hidup

a. Menuntut kesempurnaan dalam melakukan sesuatu (perfectionistic).


b. Memiliki dan menetapkan standar yang sangat tinggi bagi diri sendiri dan orang lain.

c. Memiliki rasa ingin tahu dan kepenasaran yang sangat tinggi.

d. Sangat mandiri, sering merasa tidak perlu bantuan orang lain, tidak terpengaruh oleh hadiah atau
pujian dari luar untuk melakukan sesuatu (self driven).

e. Selalu berusaha mencari kebenaran, mempertanyakan dogma, mencari makna hidup.

f. Melakukan sesuatu atas dasar nilai-nilai filsafat yang seringkali sulit dipahami orang lain.

g. Senang menghadapi tantangan, pengambil risiko, menunjukkan perilaku yang dianggap “nyerempet-
nyerempet bahaya” .

h. Sangat peduli dengan moralitas dan nilai-nilai keadilan, kejujuran, integritas.

i. Memiliki minat yang beragam dan terentang luas.

7. Karakteristik Aktifitas

a. Punya energi yang seolah tak pernah habis, selalu aktif beraktifitas dari satu hal ke hal lain tanpa
terlihat lelah.

b. Sulit memulai tidur tapi cepat terbangun, waktu tidur yang lebih sedikit dibanding anak normal.

c. Sangat waspada.

d. Rentang perhatian yang panjang, mampu berkonsentrasi pada satu persoalan dalam waktu yang
sangat lama.

e. Tekun, gigih, pantang menyerah.

f. Cepat bosan dengan situasi rutin, pikiran yang tidak pernah diam, selalu memunculkan hal-hal baru
untuk dilakukan.

g. Spontanitas yang tinggi.

C. KLASIFIKASI ANAK BERBAKAT

Anak yang mempunyai kecerdasan di atas rata-rata dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok,
seperti dikemukakan oleh Sutratinah Tirtonegoro (1984; 29) yaitu; Superior, Gifted dan Genius.
Ketiga kelompok anak tersebut memiliki peringkat ketinggian intellegnsi yang berbeda.

1. Genius
Genius ialah anak yang memiliki kecerdasan luar biasa, sehingga dapat menciptakan sesuatu
yang sangat tinggi nilainya. Intelligence Quotien-nya (IQ) berkisar antara 140 sampai 200. Anak
genius memiliki sifat-sifat positif sebagai berikut; daya abstraksinya baik sekali, mempunyai banyak
ide, sangat kritis, sangat kreatif, suka menganalisis, dan sebagainya. Di samping memiliki sifat-sifat
positif juga memiliki sifat negatif, diantaranya; cenderung hanya mementingkan dirinya sendiri
(egois), temperamennya tinggi sehingga cepat bereaksi (emosional), tidak mudah bergaul, senang
menyendiri karena sibuk melakukan penelitian, dan tidak mudah menerima pendapat orang lain.

2. Gifted

Anak ini disebut juga gifted and talented adalah anak yang tingkat kecerdasannya (IQ) antara
125 sampai dengan 140. Di samping memiliki IQ tinggi, juga bakatnya yang sangat menonjol, seperti
; bakat seni musik, drama, dan ahli dalam memimpin masyarakat. Anak gifted diantaranya memiliki
karakteristik; mempunyai perhatian terhadap sains, serba ingin tahu, imajinasinya kuat, senang
membaca, dan senang akan koleksi.

3. Superior

Anak superior tingkat kecerdasannya berkisar antara 110 sampai dengan 125 sehingga prestasi
belajarnya cukup tinggi. Anak superior memiliki karakteristik sebagai berikut; dapat berbicara lebih
dini, dapat membaca lebih awal, dapat mengerjakan pekerjaan sekolah dengan mudah dan dapat
perhatian dari teman-temannya.

D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANAK BERBAKAT

1. Hereditas

Hereditas adalah faktor yang diwariskan dari orang tua, meliputi kecerdasan, kreatif produktif,
kemampuan memimpin, kemampuan seni dan psikomotor. Dalam diri seseorang telah ditentukan
adanya faktor bawaan yang ada setiap orang, dan bakat bawaan tersebut juga berbeda setiap
orangnya. Namun U. Branfenbrenner dan Scarr Salaptek menyatakan secara tegas bahwa sekarang
tidak ada kesangsian mengenai faktor genetika mempunyai andil yang besar terhadap kemampuan
mental seseorang.

2. Lingkungan
Lingkungan, hal-hal yang mempengaruhi perkembangan anak berbakat ditinjau dari segi
lingkungannya (keluarga, sekolah dan masyarakat). Lingkungan mempunyai peran yang sangat besar
dalam mempengaruhi keberbakatan seorang anak. Walaupun seorang anak mempunyai bakat yang
tinggi terhadap suatu bidang, tanpa adanya dukungan dan perhatian dari lingkungannya seperti,
masyarakat tempat dia bersosialisasi, keluarga tempat ia menjalani kehidupan berkeluarga, tempat
dia menjalani kehidupan dan mengembangkan keberbakatan itu dapat membantunya dalam
mencapai ataupun memaksimalkan bakatnya tersebut.

E. PERKEMBANGAN ANAK BERBAKAT

1. Perkembangan Fisik Anak Berbakat

 Pola perkembangan fisik anak pada umumnya terjadi pula pada anak berbakat

 Reaksi-reaksi fisik terjadi lebih cepat dan lebih awal dari anak-anak biasa karena secara
intelektual dia lebih mampu menyerap informasi dan stimulus dari luar.

 Perkembangan psikomotorik dan kemampuan koordinasi anak berbakat cenderung baik


cepat dari rata-rata

 Karena sensitifitas intelektual yang cukup tinggi, anak berbakat cenderung menunjukan
karakteristik (sensasi) fisik seperti; menerima masukan (stimulus) yang luar biasa dari
lingkungan melalui kesadaran sensoris yang amat tinggi, kesenjangan antara
perkembangan fisik dan intelektual, kurang toleran terhadap kesenjangan antara
standar dan keterampilan fisik.

 Melihat karakteristik dan kebutuhan (sensasi) fisik anak berbakat, maka program
pendidikan bagi mereka sepatutnya mempertimbangkan kebutuhan untuk :

o Melakukan aktifitas yang memungkinkan terjadinya integrasi dan asimiliasi data sensoris

o Apresiasi kapasitas fisik

o Menjelajahi aktifitas fisik yang menimbulkan kesenangan dan kepuasan

o Menjelajahi aktifitas yang mengarah kepada keterpaduan antara pikiran dan badan

2. Perkembangan Kognitif Anak Berbakat

Menurut beberapa ahli, ciri/karakteristik perkembangan kognitif anak berbakat,


adalah sebagai berikut :
a. Ada perbedaan struktur otak sehingga mampu menfungsikan kedua belahan otak
secara terintegrasi sehingga mewujudkan perilaku kreatif.

b. Memiliki kemampuan berpikir analitis, integratif, dan evaluatif.

c. Memiliki Curiosity (rasa ingin tahu), imagination, persistence, commitment to solving


problems, dan concern with the future.

d. Memiliki kemampuan berpikir superior, berpikir abstrak, menggeneralisasi fakta,


memahami makna, dan memahami hubungan

e. Memiliki kesiapan belajar lebih awal.

f. Memiliki minat luas terhadap masalah manusia dan dunia.

g. Memiliki minat baca dalam berbagai bidang pengetahuan.

h. Menunjukkan kemampuan tinggi dalam matematika, terutama dalam memecahkan


masalah.

Semua ciri perkembangan kognitif anak berbakat menunjukkan kemudahan yang


dimilikinya dalam belajar. Apabila karakteristik tersebut tidak tersalurkan sebagaimana
mestinya tak mustahil muncul masalah sbb :

 Kebosanan terhadap pengajaran reguler

 Kesulitan hubungan sosial dalam kelompok seusia

 Dipandang sombong oleh kawan sebayanya

 Sulit berkonformitas pada kelompok

 Frustasi karena dia harus menjadi “penunggu”

Perkembangan kognitif anak berbakat juga disertari dengan perkembangan


kemampuan intuitif. Kaitan intuisi dengan kreatifitas, bahwa fungsi intuitif berperan
dalam pemunculan kreatifitas seseorang. Kreatifitas merupakan integrasi fisik maupun
psikis dan bukan semata-mata perilaku intelektual. Keunikan intuisi anak berbakat
ditandai dengan kecenderungan untuk :

 Terlibat dan peduli terhadap pengetahuan intuitif dan fenomena-fenomena metafisik

 Terbuka terhadap pengalaman-pengalaman metafisis

 Menunjukkan perilaku kreatif dalam banyak hal

Kebutuhan program pendidikan bagi anak berbakat dalam mengembangkan aspek


kognitif yaitu :
a. Pengkajian informasi baru dan menantang

b. Akses terhadap kurikulum dan kehidupan intelektual yang menantang

c. Pengkajian berbagai mata ajaran dan kepedulian

d. Pemecahan masalah dalam berbagai cara

e. Penyediaan pengalaman dan dukungan bagi proses percepatan pencapaian tingkat


perkembangan kognitif yang lebih tinggi

f. Kesempatan melakukan dialog bermakna tentang fenomena, memahami energi dan


kecakupan intuitif, pengembangan kegiatan kreatif secara berkelanjutan.

3. Perkembangan Emosi Anak Berbakat

Perkembangan emosi anak berbakat cenderung menunjukkan kekukuhan dalam


pendirian sebagai manifesasi adanya kepercayaan diri yang kuat dalam upaya
mencapai hasil, peka terhadap keadaan sekitar, dan senang terhadap hal-hal baru.
Kecenderungan negatif emosi anak berbakat adalah sebagai berikut :

 Mudah tersinggung

 Sikap egois

 Kesulitan dalam penyesuaian diri

Kecenderungan negatif emosi ini terjadi karena karakteristik yang tinggi belum tentu
disertai dengan terjadinya perkembangan emosi yang tinggi pula. Perkembangan emosi
dalam pendidikan anak berbakat seyogyanya terakomodasikan kebutuhan yang
berkenaan dengan :

a. Proses-proses kognitif yang memberikan pengalaman emosional yang bermakna

b. Klarifikasi perasaan dan harapan diri maupun orang lain

c. Pemahaman perwujudan komitmen ke dalam tindakan nyata

d. Pengembangan tujuan dan arah perilaku untuk realistik atas dasar nilai-nilai pribadi

e. Validasi timbangan moral yang berbeda di atas rata-rata


4. Perkembangan Sosial Anak Berbakat

Menurut Clark (1988), perkembangan sosial dan emosional anak berbakat adalah
sebagai berikut :

a. Anak berbakat, jika dibandingkan dengan teman sebayanya, merasa lebih senang dan
puas dengan keadaan dirinya sendiri dan hubungan antar pribadinya

b. Anak berbakat cenderung menunjukkan penyesuaian emosional yang lebih baik


daripada anak rata-rata walaupun kecenderungan ini lebih erat kaitannya dengan latar
belakang sosial ekonomi daripada dengan kecerdasan

c. Anak berbakat cenderung lebih mandiri dan kurang berkonformitas terhadap pendapat
sebaya, lebih dominan, lebih mampu mengendalikan lingkungan, dan lebih kompetitif

d. Anak berbakat menunjukkan kecakapan kepemimpinan dan menjadi terlibat dalam


kegiatan dan kepedulian sosial

e. Anak berbakat lebih cenderung memilih kawan yang memiliki kesebayaan usia
intelektual daripada memilih kawan yang secara kronologis berada pada usia yang
sama.

Program pendidikan bagi anak berbakat hendaknya mengakomodasikan kebutuhan


akan :

 Pemahaman tuntutan aktualisasi diri

 Penyaluran dorongan-dorongan yang divergent

 Keterlibatan dalam masalah sosial-sosial

 Pemahaman kepemimpinan

 Eksplorasi tataran berpikir tingkat tinggi

F. MASALAH DAN DAMPAK KEBERBAKATAN

Anak keberbakatan mengandung atau memunculkan masalah bagi :

1. Individu sendiri,

2. Keluarga,

3. Masyarakat,

4. Penyelenggara pendidikan.
Secara singkat masalah tersebut adalah :

1. Masalah dan dampak bagi individu

Anak berbakat memiliki kemungkinan masalah-masalah individu yang dirumuskan dalam


kecenderungan-kecenderungan.

a. Kecepatan perkembangan kognitif yang tidak sesuai dengan kekuatan fisik, sehingga
terjadi kesenjangan diantara keduanya, dapat menimbulkan perasaan tidak ade kuat pada
diri anak. Perasaan semacam ini dapat mendorong anak tidak peduli terhadap kegiatan fisik
kelompok, sehingga dapat menimbulkan frustasi, kecewa dan tidak puas terhadap
kehidupan kelompok sebaya.

b. Perkembangan kognitif anak berbakat lebih cepat dari teman sebaya akan menimbulkan
kebosanan terhadap pengajaran reguler, kesulitan hubungan sosial dalam kelompok seusia,
sulit berkonfirmasi dalam kelompok, frustasi karena harus “menunggu” kelompok. Kondisi
semacam ini menimbulkan kesulitan penyesuaian diri anak berbakat.

c. Kemampuan anak berbakat untuk menyerap dan menghimpun informasi yang tidak
diimbangi dengan perkembangan emosi dan kesadaran dapat menimbulkan ketidakstabilan
perkembangan emosi. Kondisi semacam ini akan membuat individu rawan terhadap kritik,
bersikap serius, dan menentang, menentukan nilai sendiri dan tujuan yang mungkin tidak
realistis.

d. Kematangan sosial dan kecakapan kepemimpinan yang tumbuh lebih awal pada anak
berbakat dapat menimbulkan masalah penyesuaian diri. Kondisi semacam ini akan
menumbuhkan perasaan tidak tertantang dan dapat mendorong individu untuk mengambil
pemecahan masalah melalui jalan pintas.

2. Masalah dan dampak bagi keluarga

Keberbakatan akan membawa dampak iklim dan perlakuan keluarga. Orang tua
yang tidak memahami dan menyadari akan potensi yang dimiliki anaknya bisa jadi tidak
peduli dan merespon perilaku anak tadi. Orang tua berupaya supaya anaknya patuh dan
mengikuti pola interaksi sebagaimana layaknya anak pada umumnya. Kecenderungan orang
tua untuk menghardik anaknya kalau anak itu melibatkan diri dalam urusan orang tuanya,
memaksakannya untuk bermain dengan teman seusianya.

Sikap orang tua tersebut akan menimbulkan letak beruntung dalam keberbakatan
(disadvantages child). Dalam menghadapai anak berbakat orang tua harus menunjukkan
sikap memahami, peduli terhadap pikiran dan perasaan anak, bersikap terbuka dan
memberi peluang kepada anak untuk mengekspresikan dirinya.

Peran orang tua adalah guru bagi anak berbakat dalam lingkungan. Beberapa hal
yang perlu dilakukan orang tua di dalam membantu dan membimbing anak berbakat ialah :

a) Ciptakan komunikasi terbuka antara orang tua-anak dan antar anak dengan disertai
kasih sayang

b) Berikan kesempatan seluas-luasnya kepada anak untuk menghadapi dan memecahkan


masalah

c) Sertakan anak dalam kegiatan orang tua sehingga anak memperoleh wawasan yang
lebih luas dan mendalam

d) Perhatikan kebutuhan utama anak dan upayakan untuk memenuhinya secara wajar

e) Berikan anak kepercayaan untuk melakukan sesuatu yang dipikirkan dan disenangi

f) Hargai upaya dan hasil kerja anak dan ikuti perkembangannya

g) Bantulah anak untuk mengembangkan, memahami dan menyesuaikan kebutuhan-


kebutuhannya

h) Bantulah anak menyusun skala prioritas kegiatan

i) Sediakan fasilitas dan sumber informasi yang dapat dimanfaatkan oleh anak untuk
memenuhi hasrat keinginan tahunya

j) Berilah anak untuk memahami perbedaan individu melalui pembentukan pengertian

k) Perhatikan kebutuhan gizi dan kesehatan anak

l) Tanyakan rasa bahagia dalam hidup bersama dia

3. Masalah dan dampak bagi masyarakat

Masalah dan dampak keberbakatan bagi kehidupan masyarakat terlebih pada isu sosial
maupun politis bagaimana perlakuan terhadap anak berbakat diberikan terutama layanan
pendidikan yang mungkin diperolehnya. Contoh, pendidikan khusus yang diperoleh anak
berbakat mungkin akan menimbulkan sikap elitisme dan ekslusif atau dintegrasikan ke
dalam sistem persekolahan biasa yang mungkin akan menimbulkan masalah-masalah bagi
anak itu sendiri. Masalah keberbakatan membawa dampak terhadap pengambilan kebijakan
pendidikan.
4. Masalah dan dampak bagi penyelenggara pendidikan

Perbedaan program pendidikan bagi anak berbakat bukan sekedar berbeda, tetapi
secara kualitatif memang menghendaki perbedaan walaupun tidak berarti harus terpisah
dari anak-anak biasa. Perbedaan kualitatif perlu karena anak berbakat memiliki karakteristik
dan kebutuhan suatu permasalahan yang berbeda dari anak-anak pada umumnya.

G. IDENTIFIKASI ANAK BERBAKAT

1. Konsep identifikasi

Bradwein (1980 dalam Feldhusen dan Baska, 1989) menulis bahwa identifikasi anak berbakat
adalah suatu proses mengenali anak-anak yang memiliki kemampuan motivasi, konsep diri, dan
potensi kreativitas berada jauh di atas rata-rata sehingga harus di perlukan layanan kurikulum yang
berdiferesiansi agar mereka dapat berkembang secara penuh seperti potensi yang dimiliki. Ada tiga
konsep yang terdapat dalam rumusan definisi tersebut, ialah:

a) Proses mengenali,

Artinya bahwa setelah identifikasi dilakukan maka orang di luar anak itu, baik guru, orang tua,
maupun orang lain dapat mengetahui atau mengenali anak yang memiliki potensi unggul.

b) Konsep kedua adalah perlunya kurikulum yang berdiferensiasi

Artinya bahwa anak-anak berbakat ini memerlukan layanan pembelajaran yang berbeda dengan
anak-anak yang berkemampuan rata-rata.

c) Konsep ketiga bahwa dengan kurikulum yang berdiferensiasi ini maka potensi anak unggul akan
berkembang secara optimal dalam bentuk kemajuan belajar yang sangat pesat dan berkualitas yang
pada akhirnya secara akumulatif mencapai hasil belajar yang unggul pula.

Menurut swassing (1985) identifikasi memiliki dua konsep yaitu konsep penyaringan (screening)
dan identifikasi actual (actual identification). produk dari proses penyaringan adalah pemisahan
antara anak-anak yang berbakat dengan yang bukan berbakat. Dan proses identifikasi actual ialah
proses penelitian lebih mendalam lagi tentang karakteristik dari anak yangt berbakat tersebut.

2. Perlunya identifikasi terhadap anak berbakat.

Identifikasi anak berbakat harus dibedakan antara bakat sebagai potensi yang mungkin
belum terwujud dan bakat yang sudah terwujud dan nyata dalam prestasi yang unggul.Kita harus
menghargai potensi atau bibit unggul dan dikembangkan menjadi prestasi yang luar biasa.Potensi
anak berbakat merupakan sumber daya manusia yang berkualitas. Hal ini berarti bahwa anak
berbakat yang “ underachiever” ( yaitu yang belum berprestasi sesuai dengan potensinya yang
unggul)juga diidentifikasi sebagai anak berbakat. Selain itu anak berbakat memerlukan pelayanan
dan program pendidikan khusus sesuai dengan potensi, minat dan kemampuannya: hal ini sesuai
dengan UU No. 2 pasal 24 Ayat (1). Mengidentifikasi anak berbakat yang berumur 6 tahun yaitu :

a. Anak ini lebih cepat dan lancar berbicara dibandingkan anak-anak di usianya.

b. Memiliki daya tangkap yang tinggi

c. Rasa ingin tahunya tinggi

d. Kepercayaan diri yang tinggi.

Identifikasi dini terhadap anak yang berbakat perlu di laksanakan baik oleh orang tua, guru dan
orang disekitarnya. Itu merupakan langkah yang strategis karena dengan data yang bukan hanya
sekedar informasi guru nantinya akan dapat melayani kebutuhan anak yang pada dasarnya memang
memiliki kemampuan yang berbeda- beda. Dengan data ini guru akan dapat mencapai tujuan
pembelajaran, melakukan analisis intruksional, menyusun strategi pembelajaran, memilih media
yang akan dipakai, dan merancang evaluasi yang tepat dengan langkah yang mantap.

Selama ini tujuan pembelajaran disamakan untuk semua anak, padahal mereka dating kesekolah
membawa berbagai perbedaan termasuk perbedaan potensi.Oleh karena itu, tujuan pembelajaran
pun harus berbeda antara anak yang berbakat dengan anak yang memiliki potensi biasa atau
normal. Adapun tujuan pembelajaran anak adalah optimalisasi potensi unggul menjadi prestasi
unggul sehingga pada gilirannya anak berbakat ini akan dapat memberikan sumbangan yang luar
biasa tinggi kualitasnya terhadap masyarakat.

Selain itu, proses pengidentifikasian akan mempermudah konselor untuk segera melaksanakan
langkah-langkah pedagogis yang sifatnya operasional. Langkah-langkah itu adalah:

1. Konselor dapat mengadakan koordinasi dengan ahli lain untuk meneruskan mengumpulkan data
sehingga hasil identifikasi nanti akan dapat lebih konfrehensif.

2. Mengemas pembelajaran agar sesuai dengan keberbakatan anak.

3. Prosedur Identifikasi Anak Berbakat Dengan Tes

Prosedur yang digunakan dalam proses identifikasi bersifat nondiskriminatif dikaitkan


dengan ras, latar belakang ekonomik, suku, dan kondisi kecacatan. Dalam rangka identifikasi ABA,
ada dua langkah penting, yaitu penjaringan (screening) dan assessmen.

A. Penjaringan (Screening)

 Nominasi guru
Observasi guru memungkinkan evaluasi perkembangan sepanjang waktu. Guru dapat
mempertimbangkan cara siswa memecahkan masalah, seperti juga mempertimbangkan
jawabannya. Guru-guru dapat juga melihat bagaimana siswa menggunakan waktunya, dan
bagaimana beberapa indikator keberbakatan yang telah dikutip untuk diterapkannya. Juga, meminta
siswa menjawab siapa yang paling pintar dan paling membantu di antara mereka dapat membantu
guru dalam melakukan identifkasi.

 Nominasi orangtua

Orangtua dapat memungkinkan pemberian rekomendasi berdasarkan pengamatannya yang


lama terhadap bakat yang dimiliki anak. Berkaitan dengan itu, orangtua dapat memperhatikan
tingkat penguasaan anak dalam tugas intelektual dan minat dan keingintahuan yang bervariasi. Pada
kenyataannya, menyuruh orangtua untuk mempertimbangkan bakat anak adalah suatu cara yang
baik untuk melibatkan orangtua dalam memberikan informasi yang sangat berharga bagi
pemahaman anak yang lebih komprehensif.

 Nominasi teman sebaya (peer nomination)

Penunjukkan teman sebaya dapat memberikan informasi tentang keunggulan anak berbakat
dalam sekolah, baik berkenaan dengan keunggulan bidang akademik maupun bidang non-akademik,
terutama kemampuan anak memecahkan masalah, kemampuan kepemimpinan, dan sikap kejujuran
anak.

 Prestasi akademik anak

Posisi anak pada saat diidentifikasi memiliki nilai informasi yang sangat penting, terutama
berkenaan dengan kedudukan prestasi terakhir siswa, di samping sejarah prestasi akademiknya,
maupun non akademiknya yang sangat terkait dengan keunggulan anak dalam kinerjanya.

 Portofolio

Kemajuan sepanjang waktu, yang disertai dengan prestasi keseluruhannya, dapat dinilai oleh
pemantau bahan-bahan yang tersimpan dalam portofolionya. Ini memungkinkan evaluasi dalam
berbagai bidang, seperti belajar yang memiliki gaya tertentu dan penggunaan pengetahuan. Selain
itu bahwa portofolio memungkinkan kegiatan asessmen kreativitas siswa melalui unjuk kinerja
dalam berbagai even yang telah terdokumentasikan. Untuk membantu dalam membakukan evaluasi
portofolio, sekolah dapat mengembangkan suatu daftar kriteria untuk dipertimbangkan, seperti:
kompleksitas penyajian.

 Produk kerja atau Kinerja yang bagus sekali

Selama dalam sejarah kehidupan anak, perlu terus ditelusuri produk-produk karya siswa
berbakat, baik yang dihasilkan secara voluntir maupun hasil lomba, yang dibuktikan dengan piala
atau piagam penghargaan. Karya-karya mereka dapat didokumentasikan dengan baik, sehingga
dapat dijadikan bukti sebagai karya-karya yang berprestasi untuk melengkapi bukti-bukti lainnya.
 Observasi

Pengamatan terhadap perilaku anak berbakat, baik dalam kelas, maupun di luar kelas, terutama
berkenaan dengan perilaku-perilaku yang menunjukkan kinerja baik sebagai pribadi maupun
anggota kelompok, keluarga, atau masyarakat. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh konselor atau wali
kelas yang memang bertanggung jawab dalam mendampingi kehidupan anak di sekolah

 Mereviu catatan siswa

Siswa biasanya memiliki catatan pribadi. Melalui cara ini, dapat dilihat bagaimana catatan
pribadi siswa tentang kegiatan di luar sekolah, misalnya, keanggotaan dalam suatu drama club,
peran dalam kegiatan keluarga, dan serta peran di masyarakat. Yang juga sangat penting adala.
Bagaimana dengan konsistensi prestasi di sekolah.

 Tes kelompok (group test).

Tes kelompok ini dilakukan untuk menambah informasi tentang anak, baik berkenaan
dengan informasi inteligensi maupun bakat skolastik dan prestasi belajarnya. Untuk itu perlu
dilakukan tes inteligensi, tes bakat skolastik, maupun tes prestasi belajar

B. Assesment

Berdasarkan hasil screening, maka selanjutnya dilakukan assessmen baik terkait dengan
kemampuan kecerdasan umum, bakat skolastik dan bakat lainnya, maupun tingkat kreativitas dan
komitmen akan tugas. Untuk melakukan assessmen tersebut, digunakan tes dan instrumen
terstandar, di antaranya digunakan tes inteligensi, tes bakat skolastik, tes bakat, tes kreativitas, dan
inventory komitmen akan tugas. Sebagian besar tes tersebut lebih bersifat individual.

4. Prosedur Identifikasi Anak Berbakat Dengan Tes

Pendekatan non tes adalah identifikasi melalui studi kasus, yaitu memperoleh sebanyak
mungkin keterangan tentang anak yang diperkirakan berbakat dari sumber-sumber yang berbeda,
misalnya dari guru, orang tua, teman sebaya atau dari anak itu sendiri. Dan bisa juga dari angggota
masyarakat yang mengenal baik anak tersebut. Jadi disini tidak perlu memakai alat-alat tes, tetapi
misalnya dengan menggunakan suatu daftar pertanyaan kuesioner.

Prosedur mana yang akan digunakan tidak dapat dilihat lepas dari suatu pertimbangan
pelaksanaannya, sejauh mana mudah digunakan serta pertimbangan dari segi ekonomis dan
efisiensi. Dengan penunjukan oleh guru tidak diperlukan tenaga ahli khusus. Jadi guru di anggap
sebagai tokoh yang tepat untuk mengidentifikasi murid berbakat, karena ia yang paling mengenal
kemampuan murid-muridnya.
Jadi kesimpulannya bahwa banyak sekali metode atau cara yang dapat dipakai untuk
mengidentifikasi anak berbakat, bahwa prosedurnya bervariasi dari yang sangat sederhana sampai
dengan yang sangat rumit. Yang mana dipilih tergantung dari kebijakan setempat, maupun dari
fasilitas-fasilitas yang tersedia.

Bagaimanapun setiap metode dan prosedur bertujuan untuk memberi kesempatan


sebaiknya pada anak-anak berbakat untuk dapat mengembangkan potensinya dan demikian
mewujudkan dirinya.

H. KEBUTUHAN PENDIDIKAN ANAK ANAK BERBAKAT

Keanekaragaman yang ditemui diantara anak-anak termasuk anak berbakat mencerminkan jenis
dan jumlah adaptasi yang perlu diadakan sekolah untuk memenuhi kebutuhan khusus mereka.
Kebutuhan pendidikan anak berbakat dapat ditinjau dari 2 kepentingan berikut.

1. Kebutuhan Pendidikan dari Segi Anak Berbakat itu Sendiri

Oleh karena potensi yang dimiliki anak berbakat sedemikian hebatnya jika dibandingkan
dengan anak biasa maka untuk mengembangkan potensinya mereka membutuhkan hal-hal berikut
ini.

a) Anak berbakat membutuhkan peluang untuk mencapai aktualisasi potensinya melalui penggunaan
fungsi otak yang efektif dan efisien. Mereka tetap membutuhkan pengembangan fungsi otaknya
walaupun telah memiliki otak yang hebat. Apalagi penggunaan kapasitas otak itu hanya 5% dari
fungsi keseluruhannya (Conny Semiawan, 1995). Melalui pendidikan terjadi interaksi antara potensi
bawaan individu dengan lingkungannya.

b) Membutuhkan peluang untuk dapat berinteraksi dengan anak-anak lainnya sehingga mereka tidak
menjadi manusia yang memiliki superioritas intelektual saja tetapi merupakan manusia yang
mempunyai tingkat penyesuaian yang tinggi pula.

c) Membutuhkan peluang untuk mengembangkan kreativitas dan motivasi internal untuk belajar
berprestasi karena usaha pengembangan anak berbakat tidak semata-mata hanya pada aspek
kecerdasan saja.

Dengan memenuhi kebutuhan tersebut diharapkan anak berbakat tidak hanya menjadi insan
yang superior karena gagasan dan pemikirannya yang cemerlang, tetapi ia juga dapat menjadi
manusia harmonis dalam bergaul. Anak berbakat adalah individu yang utuh yang dalam
kesehariannya membutuhkan orang lain.

2. Kebutuhan Pendidikan yang Berkaitan dengan Kepentingan Masyarakat


Kehadiran anak berbakat dengan potensinya yang bermakna sangatlah merugikan jika
potensi yang dimiliki anak tersebut tidak diakomodasi dan didorong untuk berkembang sehingga
dapat berguna dalam pengembangan bangsa dan negara. Oleh karena itu, pendidikan anak berbakat
membutuhkan dukungan dari masyarakat, antara lain sebagai berikut.

a) Membutuhkan kepedulian dari masyarakat terhadap pengembangan potensi anak berbakat. Apabila
kepedulian ini kurang atau tidak ada maka potensi anak tersebut menjadi mubazir, maksudnya anak
berbakat berada di bawah potensi kemampuannya. Kepedulian ini digambarkan oleh Moh. Amin
(1996) dengan mengatakan bahwa sejak dahulu Plato telah menyerukan agar anak-anak berbakat
dididik secara khusus karena mereka ini diharapkan akan menjadi pemimpin dalam segala bidang.

b) Membutuhkan pengembangan sumber daya manusia berbakat. Usaha pengembangan sumber daya
manusia berbakat merupakan pengakomodasian serta pengembangan aset bangsa karena anak-
berbakat ini dapat menjadi penopang dan pendorong kemajuan bangsa karena potensi yang
dimilikinya berkembang secara optimal.

c) Anak berbakat membutuhkan keserasian antara kemampuannya dengan pengalaman belajar. Oleh
karena itu, pendidikan perlu mewujudkan lingkungan yang kaya pengalaman sehingga dapat
memenuhi perkembangan anak berbakat. Anak-anak berbakat memiliki perspektif masa depan yang
jauh berbeda dengan orang lain.

d) Membutuhkan usaha untuk mewujudkan kemampuan anak berbakat secara nyata (rill) melalui
latihan yang sesuai dengan segi keberbakatan anak berbakat itu sendiri.

I. LAYANAN PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT

Beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam memberi layanan kepada anak berbakat
adalah sebagai berikut.

a. Komponen sebagai Persiapan Penentuan Jenis Layanan

Sebelum menentukan jenis layanan pendidikan bagi anak berbakat, perlu memperhatikan
beberapa hal yang penting, antara lain sebagai berikut.

 Pengidentifikasian anak berbakat

Mengidentifikasi anak berbakat bukanlah hal yang mudah. Oleh karena banyak anak-anak
berbakat di sekolah tidak menampakkan bakat mereka dan tidak dipupuk. Banyak diantara mereka
berasal dari golongan ekonomi rendah, mengalami masalah emosional yang menyamarkan
kemampuan intelektualnya atau subkultur yang menekan kemampuan bicara. Langkah pertama
dalam pengenalan anak berbakat adalah menentukan alasan atau sebab untuk mencari mereka. Jika
kita memilih kelompok matematika maka pendekatan akan berlainan kalau kita mencari siswa yang
mempunyai keterampilan menulis kreatif atau untuk kemampuan seni pementasan, kepemimpinan,
dan lain-lain.
Alat-alat yang digunakan dalam identifikasi berfokus pada beberapa hal, seperti yang
dikemukakan oleh Kirk (1986), yaitu kelancaran (kemampuan untuk memberikan jawaban bagi
pertanyaan yang diberikan), kelenturan (kemampuan untuk memberikan berbagai macam jawaban
atau beralih dari satu macam respons ke respons yang lain), dan kemurnian (kemampuan untuk
memberikan respons yang unik dan layak). Namun, hal-hal yang ditemukan oleh guru, orang tua,
perlu dicek dengan tes standar dan pengukuran kemampuan objektif lainnya oleh para ahli dalam
bidang tersebut.

Selanjutnya Renzulli, dkk., seperti dikutip Conny Semiawan (1995) mengemukakan bahwa
identifikasi anak berbakat harus mewakili kawasan-kawasan kemampuan intelektual umum,
komitmen terhadap tugas, dan kreativitas. Menurutnya kinerja seseorang secara khusus dipengaruhi
oleh motivasi yang muncul dalam menyelesaikan tugasnya dan ketiga dimensi itu saling
berhubungan. Prosedur identifikasi dengan sendirinya memperhatikan faktor intelektual dan non
intelektual. Pendekatan Renzulli ini penting karena dapat membedakan anak-anak berbakat dari
mereka yang biasa-biasa saja terutama dilihat dari faktor motivasi dan kreativitas.

 Tujuan umum pendidikan anak berbakat

Tujuan program pendidikan anak berbakat adalah (1) anak-anak berbakat harus menguasai
sistem konseptual yang penting ada pada tingkat kemampuan mereka dalam berbagai bidang mata
pelajaran, (2) anak-anak berbakat harus mengembangkan keterampilan dan strategi yang
memungkinkan mereka menjadi mandiri, kreatif, dan memenuhi kebutuhan dirinya, dan (3) anak-
anak berbakat harus mengembangkan suatu kesenangan dan kegairahan tentang belajar yang akan
membawa mereka melalui kerja keras dan kerutinan yang merupakan bagian proses yang tidak
dapat dihindarkan (Samuel A. Kirk, 1986).

 Kebutuhan pendidikan anak berbakat baik itu kepentingan individu anak berbakat itu sendiri
maupun untuk kepentingan masyarakat. Dari analisis komponen-komponen tersebut diciptakan
jenis layanan pendidikan yang merupakan alternatif dalam implementasi pendidikannya.

b. Komponen sebagai Alternatif Implementasi Jenis Layanan

Berikut ini akan dikemukakan hal-hal yang berkaitan dengan implementasi layanan
pendidikan anak berbakat.

 Ciri Khas Layanan yang sesuai dengan Kebutuhan Anak Berbakat

1) Adaptasi lingkungan belajar

Ada beberapa alasan dalam mengadaptasi lingkungan belajar, yaitu (a) untuk memberi
kesempatan anak berbakat dalam berinteraksi dengan teman yang seusia, (b) untuk memudahkan
guru dalam mengajar karena berkurangnya keanekaragaman siswa, dan (c) untuk menempatkan
siswa berbakat dengan pengajar yang yang mempunyai keahlian khusus dalam menangani anak
berbakat. Sehubungan dengan adaptasi lingkungan belajar ini Gallagher, dkk. (1983)
mengemukakan ada beberapa cara sebagai berikut.

a) Kelas pengayaan, guru kelas melaksanakan suatu program tanpa bantuan petugas dari luar.

b) Guru konsultan, pelaksanaan program pengajaran dalam kelas biasa dengan bantuan konsultan
khusus yang terlatih.

c) Ruangan sumber belajar, siswa berbakat meninggalkan ruang kelas biasa ke ruangan sumber untuk
menerima pengajaran dari guru yang terlatih.

d) Studi mandiri, siswa memilih proyek-proyek dan mengerjakannya di bawah pengawasan seorang
guru yang berwewenang.

e) Kelas khusus, siswa berbakat dikelompokkan bersama-sama disekolah dan diajar oleh guru yang
dilatih khusus.

f) Sekolah khusus, siswa berbakat menerima pengajaran disekolah khusus dengan staf guru yang
dilatih secara khusus.

Selanjutnya, Utami Munandar (1996) mengemukakan bahwa alternative lingkungan


belajar/tempat belajar anak berbakat dapat berupa sekolah unggulan yang dapat menampung anak-
anak berprestasi tinggi dari daerah sekitarnya. Disekolah unggulan itu mereka dihadapkan dengan
program yang memungkinkan akselerasi dan pengayaaan.

2) Adaptasi Program

Adaptasi program dilakukan dalam beberapa cara, diantaranya sebagai berikut.

a) Melalui percepatan/akselerasi siswa

Stanley (1979) mengemukakan beberapa cara percepatan, yaitu:

(1) pemasukan ke sekolah pada usia dini, anak yang memperlihatkan kematangan sosial dan intelektual
diperbolehkan memasuki Taman Kanak-kanak pada usia lebih muda dari anak pada umumnya;

(2) pelompatan tingkat/kelas, anak dengan cepat naik kelas pada kelas/tingkat berikutnya walaupun
belum saatnya kenaikan kelas.

(3) percepatan materi, anak mengikuti materi standar dengan waktu yang lebih
singkat, misalnya belajar di Sekolah Menengah Pertama hanya dua tahun;

(4) penempatan yang maju, siswa mengambil pelajaran di Perguruan Tinggi sementara ia masih di
Sekolah Menengah Atas;
(5) pemasukan ke Perguruan Tinggi yang lebih awal, seorang siswa yang sangat maju bisa masuk
Perguruan Tinggi dalam usia 13, 14 atau 15 tahun.

b) Melalui pengayaan

Pengayaan isi (mata pelajaran) memberi kesempatan pada siswa untuk mempelajari materi
secara luas, seperti menggunakan ilustrasi khusus, membuat contoh-contoh, memperkaya
pandangan, dan menemukan sesuatu.

c) Pencanggihan materi pelajaran

Materi pelajaran harus menantang anak berbakat untuk menggunakan pemikiran yang tinggi
agar mengerti ide, dan memiliki abstraksi yang tinggi. Materi pencanggihan ini tidak terdapat dalam
kurikulum/program pendidikan biasa.

d) Pembaruan

Pembaruan isi pelajaran adalah pengenalan materi yang biasanya tak akan muncul dalam
kurikulum umum karena keterbatasan waktu atau abstraknya sifat isi pelajaran. Tujuan pembaruan
ini ialah untuk membantu anak-anak berbakat menguasai ide-ide yang penting. Jenis pembaruan
materi pelajaran, misalnya guru mengajak siswa untuk memikirkan konsekuensi kemajuan teknologi
(AC, komputer, TV, dan lain-lain).

e) Modifikasi kurikulum sebagai alternatif

(1) Kurikulum plus

Herry Widyastono (1996) mengemukakan bahwa kurikulum plus dikembangkan dari kurikulum
umum (nasional) yang diperluas dan diperdalam (pengayaan horizontal dan vertikal), agar siswa
mampu memanifestasikan (mewujudkan) potensi proses berpikir tingkat tinggi (analisis, sintesis,
evaluasi, dan pemecahan masalah) yang dimiliki, tidak sekadar proses berpikir tingkat rendah
(ingatan/pengetahuan, pemahaman, dan penerapan), seperti anak pada umumnya yang sebaya
dengannya.

(2) Kurikulum berdiferensiasi

Conny Semiawan (1995) mengemukakan bahwa kurikulum berdiferensiasi dirancang dengan


mengacu pada penanjakan kehidupan mental melalui berbagai program yang akan menumbuhkan
kreativitas serta mencakup berbagai pengalaman belajar intelektual tingkat tinggi. Kurikulum
ini tidak memerlukan sekolah khusus anak berbakat. Dalam model ini, anak berbakat yang
menonjol dalam bidang tertentu bisa memperoleh materi yang lebih banyak sehingga bakatnya
menonjol. Dalam pengayaan, bukan materi dan jam pelajarannya yang ditambah secara kuantitatif
tetapi yang paling penting adalah suatu desain yang secara kualitatif berbeda dengan anak normal.
Kurikulum ini memungkinkan guru untuk mendiferensiasi kurikulum tanpa mengganggu
kelancaran pembelajaran di dalam kelas.

 Strategi Pembelajaran dan Model Layanan

1) Strategi pembelajaran

Strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak berbakat sangat mendorong anak
tersebut untuk berprestasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan strategi
pembelajaran adalah sebagai berikut.

a) Pembelajaran anak berbakat harus diwarnai dengan kecepatan dan tingkat kompleksitas yang lebih
sesuai dengan kemampuannya yang lebih tinggi dari anak normal.

b) Pembelajaran pada anak berbakat tidak saja mengembangkan kecerdasan intelektual semata, tetapi
pengembangan kecerdasan emosional juga patut mendapat perhatian. Utami Munandar (1996)
mengemukakan bahwa kreativitas dan motivasi internal anak berbakat perlu dikembangkan untuk
belajar berprestasi.

c) Pembelajaran anak berbakat berorientasi pada modifikasi proses,


isi/content, dan produk. Sehubungan dengan itu, M. Soleh YAI (1996) mengemukakan 3 jenis
modifikasi sebagai berikut, modifikasi proses adalah metodologi atau cara guru mengajar termasuk
cara mempresentasikan isi materi kepada siswa yang berorientasi kepada berpikir tingkat tinggi,
banyak pilihan, mengupayakan penemuan, mendukung penalaran atau argumentasi, kebebasan
memilih, interaksi kelompok dan simulasi serta kecepatan dan variasi proses. Modifikasi isi adalah
modifikasi dalam materi pembelajaran baik berupa ide, konsep, maupun fakta. Pembelajaran
dimulai dari hal yang konkret menuju ke hal yang kompleks, abstrak dan bervariasi. Modifikasi
produk atau hasil adalah produk kurikulum yang tidak dapat dipisahkan dari isi materi dan proses
pembelajaran yang dikembangkan dan merupakan hasil dari proses yang dievaluasi untuk
menentukan efektivitas satu program.

2) Model-model layanan

Model-model layanan yang dimaksud adalah model yang mengarah pada perkembangan
anak berbakat diantaranya layanan perkembangan kognitif, nilai, moral, kreativitas dan bidang
khusus. Berikut ini akan dikemukakan apa dan bagaimana implementasi dari model-model tersebut
(adaptasi dari Conny Semiawan, 1995) :

a) Model layanan kognitif-afektif

Sasaran akhir dari model ini adalah pengembangan bakat. Oleh karena itu, dalam proses
pembelajaran sangat memperhitungkan kreativitas dan sisi kognitif afektif yang merupakan
dinamika dari proses perkembangan bakat tersebut. Metode atau cara dalam melaksanakan model
tersebut, yaitu dengan cara pemberian stimulus langsung pada belahan otak kanan, dan metode tak
langsung dengan menghayati pengalaman belajar atau percakapan tertentu secara mendalam.

b) Model layanan perkembangan moral

Sasaran model ini adalah tercapainya kemandirian moral atau tanggung jawab moral yang
diperoleh melalui sosialisasi dan individualisasi dalam kaitan manusia sebagai makhluk individu dan
makhluk social. Sebagai makhluk individu ia berhak mencipta, menyatakan diri secara mandiri,
namun sebagai makhluk social ia harus dapat meletakkan kepentingannya dalam kepentingan
masyarakat. Pendidikan moral anak berbakat seyogyanya harus jauh lebih luas dari yang diperoleh
dikelas. Usaha mengimplementasikan model ini adalah sekolah harus menciptakan suasana dengan
mengacu pada kemampuan berpikir, yang dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip dan kepedulian
terhadap yang lain.

Oleh karena itu Vare dalam Khatana 1992 mengusulkan strategi untuk mengembangkan moral
dengan mengadakan diskusi dengan teman sebaya mengenai dilemma atau klarifikasi nilai,
membaca hasil penelitian tentang moral, bermain peran, simulasi, drama kreatif dan permainan,
penelitian kelompok atau kelas mengenai ketentuan hokum (strategi yurisprudensial) dan diskusi
dengan lingkungan masyarakat tentang isu-isu sekolah.

c) Model perkembangan nilai

Model ini memerhatikan peranan kehidupan afektif (emosional) sehari-hari, seperti rasa senang,
sedih, takut, bangga, malu, rasa bersalah, dan bosan. Perasaan-perasaan ini membentuk sikap
seseorang dan sebaliknya perkembangan nilai erat hubungannya dengan perkembangan sikap dan
merupakan kerangka pembentukan moral seseorang. Oleh karena itu, strategi pengembangan nilai
erat kaitannya dengan strategi perkembangan moral.

d) Layanan berbagai bidang khusus

Bidang-bidang khusus ini adalah kepemimpinan, seni rupa dan seni pertunjukan.

1) Kepemimpinan

Kepemimpinan menurut Stogdill (1977) adalah kemampuan, hasil belajar, tanggung jawab,
partisipasi, status, dan situasi.

 Kemampuan kepemimpinan terkait dengan inteligensia, kepekaan dan penilaian. Sifat-sifat ini dapat
diamati dalam kegiatan ekstrakurikuler (bagi anak remaja).
 Hasil belajar, terkait dengan pengetahuan, kemajuan
persekolahan atau data authentic. Hal ini dapat dilatih dibangku sekolah melalui berbagai pen
galaman belajar dan dapat dilihat dari kinerja pesertanya.

 Tanggung jawab, terkait dengan prakarsa, percaya diri dan keinginan melebihi teman-temannya. Ini
dapat dilatih melalui tugas kelompok, dan tugas konstruksi tertentu yang dapat menampilkan
keinginan untuk melebihi, dan mudah dapat diciptakan.

 Partisipasi, menunjuk pada keaktifan, keluwesan, bergaul, kerja sama, kemampuan menyesuaikan
diri dan humor. Kemampuan itu dapat dilatihkan melalui berbagai permainan, seperti penugasan
membuat karangan tentang diri sendiri yang dapat menampilkan sifat kepemimpinan tersebut.

 Status, terkait dengan potensi sosial ekonomis dan popularitas. Hal ini dapat diamati dalam
pergaulan sehari-hari.

 Situasi, terkait dengan tingkat mental, keterampilan, kebutuhan, dan interest. Biasanya informasi
tentang kualitas situasi ini diperoleh melalui analisis sosiometrik.

2) Kelompok seni dan pertunjukan

Seni rupa dan pertunjukan adalah sifat-sifat pribadi khusus dan produktivitas. Pendekatan
biasanya dilakukan melalui pengamatan dan layanan bersifat khusus melalui kinerja atau
pertunjukan. Layanan perilaku musik dapat diadakan dengan menyelesaikan melodi musik menurut
fantasinya sendiri, meniru langsung tanpa tanda baca not balok di alat music tertentu, latihan irama,
mengingat lagu atau melodi tertentu tersebut.

 Layanan perkembangan kreativitas

Pengembangan kreativitas terdiri dari beberapa tingkat, seperti berikut.

1) Tingkat kreativitas pertama, ditandai oleh fleksibilitas, originalitas, serta keterbukaan terhadap
masalah yang disertai keberanian mengambil risiko. Latihannya adalah berilah secarik kertas kepada
anak dengan pertanyaan “siapa anda”. Tugasilah anak menulis Sembilan jawaban tentang dirinya
yang tidak boleh dilihat oleh temannya. Suruhlah mereka periksa secara cermat. Barangkali ada
jawaban yang ingin diubahnya karena dirasakannya tidak sesuai dengan dirinya. Setelah selesai
bagilah murid menjadi 5 atau 8 orang per kelompok dan suruhlah mereka saling membicarakan
jawabannya. Tujuannya adalah untuk saling menghayati keunikan dirinya. Selanjutnya dapat diberi
pertanyaan secara terbuka.

2) Tingkat kreativitas kedua, ditandai oleh adanya pemetaan masalah dengan mencari pemecahan
masalah secara teratur (organized). Misalnya, “lima hari sekolah” dapat dipetakan dalam kelompok
masalah dan bagaimana perlakukan subjek terhadap masalah tersebut. Kemudian, guru dapat
memberikan beberapa pertanyaan yang menuntut pemikiran evaluative atau aneh seperti
persamaan dan perbedaan raksasa dan orang kerdil.

3) Tingkat kreativitas ketiga, dengan mengadakan perumusan masalah berdasarkan asumsi tertentu,
seperti mencari berbagai informasi tentang hal tertentu, analisis desain yang sistemik serta
meramalkan sesuatu (hipotesis), membutuhkan kebenaran suatu ramalan, dan membuat projek
mandiri tentang topic tersebut. Selanjutnya, dapat dibuka berbagai pusat kegiatan, misalnya pusat
sains dan pusat pengembangan pengabdian pada masyarakat.

 Stimulasi imajinasi dan proses inkubasi

Hal lain yang perlu dilakukan adalah mengembangkan stimulasi imajinasi kreatif dan proses
inkubasi.

1) Stimulasi imajinasi kreatif adalah proses mental manusiawi yang menjadikan semua kekuatan
motif berprestasi untuk menstimulasi dan member energy pada tindakan kreatif. Hal ini dapat
dilakukan dengan mengembangkan fungsi otak kiri dan factor khusus, seperti kualitas suasana
rumah, pola asuh ibu-anak atau bapak-anak, komunikasi antar keluarga sehingga terjadi interaksi
anak dengan lingkungannya.

2) Proses inkubasi adalah tahap berpikir kreatif dan pengatasan masalah (problem solving) dimana
fungs mental yang tadinya digerakkan oleh persiapan yang direncanakan secara intensif sehingga
tercapai pemahaman yang mengarah pada pemecahan masalah.

 Desain pembelajaran

Sebagaimana kita ketahui bahwa anak berbakat terus-menerus


memerlukan stimulus untuk mencapai perkembangan yang optimal.Oleh karena itu, kita perlu
merencanakan desain pembelajaran yang khusus. Renzulli mengemukakan bahwa langkah-langkah
penting untuk diperhatikan dalam mendesain pembelajaran adalah sebagai berikut : seleksi dan
latihan guru, pengembangan kurikulum untuk memenuhi kebutuhan belajar dalam segi akademik
maupun seni, prosedur identifikasi jamak, pematokan saasaran program, orientasi kerja sama antar
personel, rencana evaluasi, dan peningkatan administratif.

Hal-hal tersebut dapat dikelompokkan menjadi karakteristik dan kebutuhan belajar anak,
persiapan tenaga guru, pengembangan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan anak, adanya
kerjasama antarpersonel, pola administrasi, dan rencana evaluasi yang digunakan.

Selanjutnya dalam menentukan alternatif pembelajaran M. Soleh (1996) mengemukakan bahwa


ada pilihan khusus, seperti (1) mengemas materi bidang studi tertentu agar sesuai dengan
kebutuhan belajar anak berbakat, kemudian berangsur-angsur ke bidang studi lain, (2) melatih
teknik mengajar tertentu kepada guru bidang studi seperti teknik pembelajaran pengembangan
kreativitas, dan (3) mencobakan beberapa model pembelajaran di sekolah atau daerah tertentu dan
jika diperoleh hasil yang baik, kemudian menyebarluaskannya ke sekolah lain.

 Evaluasi

Proses evaluasi pada anak berbakat tidak berbeda dengan anakpada umumnya, namun
karena kurikulum atau program pelajaran anak berbakat dalam cakupan dan tujuannya maka
dibutuhkan penerapan evaluasi yang sesuai dengan keadaan tersebut.

Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui ketuntasan belajar anak berbakat. Sehubungan
dengan hal itu Conny Semiawan (1987, 1992) mengemukakan bahwa instrumen dan prosedur yang
digunakan mengacu pada ketuntasan belajar adalah pengejawantahan dari kekhususan layanan
pendidikan anak berbakat, hasil umpan balik untuk keperluan tertentu, pemantulan tingkat
kemantapan penguasaan suatu materi sesuai dengan sifat, keterampilan, dan kemampuan maupun
kecepatan belajar seseorang. Model pengukuran seperti tersebut di atas adalah pengukuran acuan
kriteria (criterion-reference). Sebaliknya ada pengukuran acuan norma yang membandingkan
keberbakatan seseorang dengan temannya. Kedua cara tersebut tidak selalu menunjuk hasil akhir
yang diinginkan, melainkan merupakan petunjuk bidang mana yang sudah dikuasai individu sehingga
memberikan keterangan mengenai taraf kemampuan yang dicapai tanpa tergantung pada kinerja
temannya. Penting untuk diperhatikan bahwa sebaiknya disertai dengan saran mengenai model
evaluasi yang perlu diterapkan, apakah tes atau nontes.

J. PERSENTASE ANAK DENGAN CERDAS ISTIMEWA/BERBAKAT ISTIMEWA DI INDONESIA

Diperkirakan terdapat sekitar 2,2% anak usia sekolah memiliki kualifikasi Cerdas
Istimewa/Berbakat Istimewa. Artinya terdapat sekitar 1.059.796 anak Cerdas Istimewa/Berbakat
Istimewa di Indonesia. Berdasarkan data Asossiasi Cerdas Istimewa/Berbakat Istimewa tahun
2008/9, Jumlah siswa Cerdas Istimewa/Berbakat Istimewa yang sudah terlayani di sekolah akselerasi
masih sangat kecil, yaitu 9551 orang yang berarti baru 0,9% siswa Cerdas Istimewa/Berbakat
Istimewa yang terlayani. Ditinjau dari segi kelembagaan, dari 260.471 sekolah, baru 311 sekolah
yang memiliki program layanan bagi anak Cerdas Istimewa/Berbakat Istimewa. Itupun baru terbatas
program yang berbentuk akselerasi. Sedangkan di madrasah, dari 42.756 madrasah, baru ada 7
madrasah yang menyelenggarakan program aksel. Ini berarti masih sangat rendah sekali jumlah
sekolah/madrasah yang memberikan layanan pendidikan kepada siswa Cerdas Istimewa/Berbakat
Istimewa, serta keterbatasan dari ragam pelayanan.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Anak berbakat adalah anak yang diidentifikasi oleh orang-orang yang berkualifikasi profesional
sebagai anak yang memiliki kemampuan luar biasa. Mereka menghendaki program pendidikan yang
sesuai atau layanan melebihi sebagaimana diberikan secara normal oleh program sekolah regular,
sehingga dapat merealisasikan kontribusi secara bermakna bagi diri dan masyarakatnya.
Karakteristik anak berbakat, diantaranya menunjukkan kemampuan di atas rata-rata, terutama di
bidang kemampuan umum, kemampuan khusus, dan menunjukkan komitmen yang terhadap tugas,
serta menunjukkan kreativitas yang tinggi

Anak yang mempunyai kecerdasan di atas rata-rata dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok,
seperti dikemukakan oleh Sutratinah Tirtonegoro (1984; 29) yaitu; Superior, Gifted dan Genius.
Faktor yang mempengaruhi anak berbakat meliputi hereditas, yaitu faktor yang diwariskan dari
orang tua dan lingkunganyang ditinjau dari segi keluarga, sekolah dan masyarakat. Perkembangan
anak berbakat meliputi perkembangan fisik, perkembangan kognitif, perkembangan emosi, dan
perkembangan social.

Anak keberbakatan mengandung atau memunculkan masalah bagi : individu sendiri, keluarga,
masyarakat, dan penyelenggara pendidikan. Identifikasi anak berbakat perlu dilakukan sejak dini.
Prosedur yang digunakan dalam proses identifikasi bersifat nondiskriminatif dikaitkan dengan ras,
latar belakang ekonomik, suku, dan kondisi kecacatan. Dalam rangka identifikasi ABA, ada dua
langkah penting, yaitu penjaringan (screening) dan assessmen. Penjaringan (Screening) meliputi
nominasi guru, nominasi orangtua, nominasi teman sebaya (peer nomination), prestasi akademik
anak, portofolio, produk kerja atau kinerja siswa, observasi, mereviu catatan siswa, dan tes
kelompok (group test). Sedangkan untuk melakukan assessmen, digunakan tes dan instrumen
terstandar, di antaranya digunakan tes inteligensi, tes bakat skolastik, tes bakat, tes kreativitas, dan
inventory komitmen akan tugas.

Berikut ini akan dikemukakan hal-hal yang berkaitan dengan implementasi layanan pendidikan
anak berbakat yaitu ciri khas layanan yang sesuai dengan kebutuhan anak berbakat yang meliputi
adaptasi lingkungan belajar, adaptasi program, kurikulum berdiferensiasi. Kita juga perlu
memperhatikan strategi pembelajaran dan model layanan, stimulasi imajinasi dan proses inkubasi,
desain pembelajaran, serta evaluasi. Diperkirakan terdapat sekitar 2,2% anak usia sekolah memiliki
kualifikasi Cerdas Istimewa/Berbakat Istimewa. Artinya terdapat sekitar 1.059.796 anak Cerdas
Istimewa/Berbakat Istimewa di Indonesia

B. SARAN
Agar anak-anak berbakat dapat mengembangkan potensinya secara maksimal, hendaknya guru-
guru di Sekolah Dasar memahami ciri-ciri dan karanteristik anak berbakat dalam belajar, selanjutnya
diharapkan para guru selalu memperhatikan murid-muridnya pada saat belajar. Jika guru
menemukan anak dan memiliki ciri-ciri seperti anak berbakat, maka guru harus melakukan
identifikasi secara dini, sehingga peserta didiknya dapat ditangani lebih dini lagi dan potensi yang
dimiliki anak bisa berkembang secara maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Semiawan, Conny. 1994. Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan.

Tirtonegoro, Sutratinah. 1984. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya. Jakarta: PT. Bina aksara.

Munandar, Utami. 1982. Pemanduan Anak Berbakat. Jakarta: CV Rajawali.

Sholeh, Moch., Ichrom. 1996. Identifikasi dan Pendidikan Dini Anak Berbakat. Jakarta: Ditjen Dikti-
PPTA.

Wardani, dkk. 2008. Materi Pokok Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Universitas Terbuka.
MAKALAH ANAK BERBAKAT (GIFTED) IAIN IB
PADANG
MAKALAH
KONSELING POPULASI KHUSUS

Tentang

ANAK BERBAKAT (GIFTED)

Disusun Oleh :

KELOMPOK I

M. Rusdi 409.272

Boy
Dafrimadona 409.

Pentri Jamal 409.131

Yulia Amelda 409.383

Dosen Pembimbing :

JULIANA BTR, M.Pd. Kons.

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI)


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
IMAM BONJOL PADANG
1433 H / 2012 M

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur sepenuhnya hanya untuk Allah Swt.,
yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan
makalah ini. Dan salawat beserta salam buat junjungan nabi Muhammad Saw., beliau merupakan
suri tauladan yang telah berhasil menegakkan kalimat tauhid di muka bumi ini hingga perjuangan
terakhir.

Selanjutnya pemakalah mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing Mata Kuliah
Konseling Populasi Khusus yang telah memberi kesempatan kepada pemakalah untuk menyelesaikan
penulisan makalah ini, serta terima kasih juga kepada seluruh pihak yang telah membantu
pemakalah dalam meminjamkan buku sebagai referensi dan juga laptopnya sehingga selesai
penulisan makalah ini mulai dari awal sampai akhir.

Kemudian pemakalah juga merasakan masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan
dalam penulisan makalah ini. Untuk itu pemakalah mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca seluruhnya, terutama dari Dosen Pembimbing agar tercipta
kesempurnaan terhadap penulisan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Padang, 09
Maret 2012

Pemakalah

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………. 1

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Anak Berbakat ………………………………………….... 2

2. Karakteristik Anak Berbakat ……...………………………………….

3. Identifikasi Anak Berbakat …………………………………………...

BAB III PENUTUP ………………………………………………………..

1. Kesimpulan............................................................................................

2. Saran......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2258020-karakteristik-anak-berbakat/#ixzz1ofLpWacN

Munandar,S.C.U.Pemanduan Anak Berbakat: Suatu Studi Penjajakan.(Jakarta: C.V.Rajawali, 1982)


Semiawan,Conny, et.al. ,Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah, Petunjuk bagi Guru dan
Orang Tua.(Jakarta: Gramedia, 1984)

Sobur Alex.Psikologi Umum.(Bandung: Pustaka Setia, 2003)

_________..Anak Masa Depan.(Bandung: Angkasa, 1991)

BAB I
PENDAHULUAN

Isu menarik berkaitan dengan layanan pendidikan bagi anak berbakat (gifted) yang dalam
bahasa undang - undang disebut dengan peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa atau lebih popular di masyarakat dengan cerdas istimewa (CI) dan bakat istimewa (BI)
adalah adanya beragam motivasi dan implementasinya.

Dalam perspektif global, penyelenggaraan program akselerasi memberikan nilai positif,


karena tidak dapat dipungkiri bahwa tantangan global dan persaingan antar bangsa dalam berbagai
aspek kehidupan semakin nyata. Sehingga dengan penyelengaraan program akselerasi diharapkan
lahir sumber daya manusia unggul yang dapat bersaing dalam lingkup nasional dan global.

Pada dasarnya, setiap individu atau setiap anak memiliki bakat yang berbeda – beda.
Perbedaan itu terletak pada jenis bakat yang dimiliki. Anna Pavlova misalnya, sangat berbakat
sebagai penari ballet. Rembrandt, Van Gogh, Leonardo da Vinci, Affandi, Basuki Abdullah, S.Sudjono,
Barly, dan Ahmad Sadali, sanggup mempesonakan dunia dengan lukisan – lukisan mereka. Rocky
Marciano, Joe Louis, dan Muhammad Ali adalah beberapa nama yang kini melegenda karena bakat
tinju mereka. Boby Fisher, Anatoly Karpov dan Garry Kasparov menjadi sangat terkenal karena bakat
mereka dalam bidang catur.

Darimana datangnya kejeniusan mereka dalam masing – masing bidang itu? Karena bakat
atau dari pembawaan? Untuk menjawab beberapa pertanyaan tersebut, kami pemakalah dari
kelompok I akan mengupas pembahasan seputar masalah bakat atau anak berbakat ini, dengan
batasan masalah mulai dari pengertian, karakteristik, serta identifikasi anak berbakat yang akan kami
bahas pada bagian pembahasan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Anak Berbakat

Banyak istilah keberbakatan (anak berbakat) yang digunakan dalam psikologi


seperti gifted, talented,genius dan prodigy ternyata tidak memiliki satu definisi atau batasan yang
sama, hanya saja memiliki pengertian yang saling melengkapi antara satu istilah dengan istilah
lainnya.

Istilah gifted ditujukan untuk orang, anak didik atau siswa yang memiliki kemampuan akademis
(secara umum) yang tinggi, yang ditandai dengan didapatkannya skor IQ yang tinggi pada pengerjaan
tes kecerdasan/intelegensi, sedangkan talented adalah kebalikannya, ditujukan untuk orang yang
memiliki kemampuan unggul dalam bidang akademis yang khusus (seperti matematika, bahasa),
juga bidang seni, musik, dan drama. Jadi kalau gifted itu ditujukan untuk kemampuan akademis
secara umum, sedangkantalented ditujukan untuk dua kemampuan unggul:

 Bidang akademis khusus

 Bidang non-akademis

Bakat (aptitude) biasanya diartikan sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi
(potential ability) yang masih perlu dikembangkan atau dilatih agar dapat terwujud. Dalam referensi
lain dijelaskan bahwa bakat ialah kemampuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan atau
keterampilan, yang relatif bisa bersifat umum (minsalnya, bakat intelektual umum) atau khusus
(bakat akademis khusus), maka bakat khusus disebut juga talent.

Contoh orang yang talented bisa diwakili oleh Bung Karno yang sangat jago dalam berpidato dan
jago menguasai massa. Presiden Soekarno (EYD: Sukarno) dapat berpidato berjam-jam tanpa jeda
dan tanpa teks, dan anehnya pendengarnya tidak jenuh-jenuh dan tetap serius mendengarkan
beliau. Mengenai betapa berbakatnya Bung Karno dalam kemampuan berpidato dan mempersuasi
massa dapat dibaca pada artikelKeajaiban-keajaiban Pidato Bung Karno.

Ada faktor-faktor yang menentukan sejauh mana bakat seseorang dapat terwujud. Faktor-faktor
itu sebagian ditentukan oleh keadaan lingkungan seseorang, seperti kesempatan, sarana dan
prasarana yang tersedia, dukungan dan dorongan orang tua, taraf sosial ekonomi orang tua, arah
kota atau tempat tinggal, didaerah perkotaan atau didaerah pedesaan, dan sebagainya.
Undang – undang tentang Pendidikan untuk Anak Berbakat Amerika Serikat menyebutkan
bahwa anak – anak berbakat adalah anak – anak yang di tingkat prasekolah, sekolah dasar, dan
sekolah menengah yang diidentifikasi memiliki kemamuan yang tinggi, baik yang sudah nyata
maupun yang potensial dalam bidang – bidang seperti intelektual, kreatif, kepandaian khusus,
kepemimpinan ataupun seni.[1]

Anak berbakat menurut definisi U.S. Office of Education (1971), ialah anak – anak yang
diidentifikasi oleh orang – orang profesional, yang karena kemampuannya sangat menonjol, dapat
memberikan prestasi yang tinggi. Anak – anak ini membutuhkan program pendidikan yang
berdiferensiasi dan atau pelayan di luar jangkauan program sekolah yang biasa, untuk mewujudkan
sumbangan terhadap diri sendiri maupun terhadap masyarakat. Kemampuan – kemampuan
tersebut, baik secara potensial maupun yang sudah nyata, meliputi, kemampuan intelektual umum,
kemampuan akademik khusus, kemampuan berpikir kreatif dan produktif, kemampuan dalam salah
satu bidang seni, dan kemampuan psikomotor.[2]

Keuntungan definisi U.S. Office of Education tersebut ialah:

1. Menekankan pada multidimensionalitas dari konsep anak berbakat;

2. Menekankan bahwa bakat-bakat kemampuan pada anak bisa secara potensial dimiliki atau bisa
sudah menjadi nyata.

Jadi, berdasarkan dari berbagai definisi yang diungkapkan di atas, dapat pemakalah simpulkan
bahwaanak berbakat ialah mereka yang karena memiliki kemampuan-kemampuan yang unggul, mampu memberikan
prestasi yang tinggi meliputi bermacam-macam bidang; dapat bersifat umum ataupun bersifat khusus.

B. Karakteristik Anak Berbakat

Banyak di antara para ahli telah menyusun daftar ciri – ciri anak berbakat yang bervariasi, baik
dalam jumlah maupun isi. Ini tidak berarti bahwa setiap anak berbakat memiliki semua ciri – ciri
tersebut, sebab setiap individu itu unik dan tidak ada dua kepribadian yang persis sama. Walaupun
demikian, ada beberapa kecenderungan atau ciri – ciri umum yang sama pada mereka. Vernon
(1997) misalnya berpendapat, meskipun perkembangan fisik dan motorik tidak jelas merupakan
tanda dari keunggulan mental, Anak – anak yang berbakat sekurang – kurangnya normal dalam
perkembangan fisik dan motorik. Parker (1975) menjelaskan, anak – anak berbakat sejak kecil lebih
aktif dan lebih menaruh perhatian terhadap lingkungannya.

Renzulli dan kawan – kawan (1981), dari hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa yang
menentukan bakat seseorang pada pokoknya merujuk pada tiga kelompok ciri - ciri, yakni :[3]

1. Kemampuan di atas rata – rata


Kemampuan di atas rata – rata tidak berarti bahwa kemampuan itu harus unggul. Yang
pokok ialah kemampuan itu harus cukup diimbangi oleh kreativitas dan tanggung jawab terhadap
tugas. Selain itu, yang dimaksud dengan kemampuan umum ialah suatu bidang – bidang
kemampuan umum yang biasanya diukur dengan tes intelegensi, tes prestasi (achievement test), tes
bakat (aptitude test), atau tes kemampuan mental.

2. Kreativitas

Kreativitas ialah kemampuan untuk memberikan gagasan – gagasan baru dan


menerapkannya dalam pemecahan masalah. Kreativitas meliputi, baik ciri – ciri aptitude seperti
kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan keaslian (orisinalitas) dalam pemikiran maupun ciri – ciri
(non-aptitude) seperti; rasa ingin tahu, senang mengajukan pertanyaan, dan selalu ingin mencari
pengalaman baru.

3. Tanggung jawab atau pengikatan diri terhadap tugas

Tanggung jawab atau pengikatan diri terhadap tugas menunjuk pada semangat dan motivasi
untuk mengerjakan dan menyelesaikan suatu tugas, suatu pengikatan diri dari dalam. Jadi, bukan
tanggung jawab yang diterima dari luar.

Ellen Winner (1996) mendeskripsikan tiga kriteria yang mencirikan anak-anak berbakat, baik dari
bisang seni, musik ataupun akademik.[4]

Lebih Maju

Anak yang berbakat lebih cepat matang. Mereka menguasai suatu bidang lebih awal dari rekan-
rekan sebayanya. Dari bidang yang mereka minati, mereka belajar dengan mudah, hampir tanpa
usaha, dibandingkan anak-anak pada umumnya. Dalam banyak hal, anak-anak yang berbakat ini
lebih cepat matang karena mereka dilahirkan dengan kemampuan yang tinggi.

Memiliki Irama Sendiri

Anak berbakat belajar dengan cara yang secara kualitatif berbeda dengan anak-anak pada
umumnya. Mereka hanya butuh bantuan minimal dari orang dewasa dalam belajar. Dalam banyak
hal mereka menolak instruksi-instruksi eksplisit. Mereka juga seringkali melakukan penemuan-
penemuan mereka sendiri dan menyelesaikan masalah dengan cara-cara yang unik.

Hasrat untuk Menjadi Seorang Ahli

Anak-anak yang berbakat memiliki ambisi memahami bidang dimana mereka memiliki
kemampuan yang tinggi. Mereka menunjukkan minat yang kuat dan obsesif, serta ketertarikan dan
kemampuan untuk berfokus. Mereka tidak perlu didorong oleh orang tuanya. Mereka akan
memotivasi diri mereka sendiri.

R.A. Martison dalam bukunya The Identification of the Gifted and Talented (1974), merinci anak-
anak berbakat sebagai berikut:

 Membaca pada usia yang relatif lebih muda.

 Membaca lebih cepat dan lebih banyak.


 Memiliki perbendaharaan kata yang luas.

 Memiliki rasa ingin tahu yang kuat.

 Mempunyai minat yang luas, juga pada persoalan “dewasa”.

 Mempunyai inisiatif, dapat bekerja sendiri.

 Menunjukkan keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan verbal.

 Memberikan berbagai jawaban yang baik.

 Bisa membeikan banyak gagasan.

 Luwes dalam berfikir,

 Terbuka untuk ransangan-ransangan dari lingkungan.

 Memiliki pengalaman yang tajam.

 Bisa berkonsentrasi untuk waktu yang lebih panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang
diminati.

 Berfikir kritis, juga terhadap diri sendiri.

 Senang mencoba hal-hal baru.

 Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sisntesis yang tinggi.

 Sedang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan masalah.

 Cepat mendapat hubungan hubungan-hubungan (sebab akibat).

 Berperilaku terarah pada tujuan.

 Mempunyai daya imajinasi yang kuat.

 Mempunyai banyak kegemaran (hobi).

 Memiliki daya ingat yang kuat.

 Tidak cepat puas dengan prestasinya.

 Sensitif dan mengunakan intuisi (firasat).

 Mengingatkan kebebasan dalam gerakkan dan tindakkan.

C. Identifikasi Anak Berbakat

Dalam mengidentifikasikan keberbakatan seorang anak, Renzulli menyarankan beberapa cara


berikut :[5]

a. Pendekatan Psikometri
Pendekatan psikometri yaitu suatu teknik yang dipakai untuk melakukan penilaian dan
pengukuran aspek psikis, antara lain dengan tes intelegensi, tes prestasi belajar, tes bakat dan
kemampuan khusus yang meliputi kreativitas, penalaran, bakat mekanik, angka – angka dan
kemampuan – kemampuan verbal. Penyusunan alat harus melalui uji coba dan penelitian yang
cermat, sehingga validitas dan reliabilitas alat tersebut cukup mantap, serta digunakan secara benar,
bertanggung jawab oleh ahli – ahli yang sudah terdidik dan berwenang untuk melakukan itu.

b. Hal – Hal Yang Terlihat Dalam Perkembangan

Identifikasi bisa dilakukan oleh guru atau orang tua yang mengamati dan mencatat adanya
perkembangan yang berbeda dibanding pada umumnya, karena lebih cepat. Dalam perkembangan,
ada tempo perkembangan dengan akselerasi sesuai dengan keadaan dan kematangannya.

Akselerasi perkembangan pada mereka yang berbakat luar biasa lebih cepat dibanding pada
umumnya, ini dikenal dengan terminologi prekositas. Prekositas ini meliputi banyak aspek
perkembangan, bahkan banyak ahli menghubungkan antara prekositas ada aspek fisik (seperti tinggi
dan berat badan) dan prekositas pada aspek mentalnya.

c. Penampilan Yang Meliputi Prestasi dan Perilaku

Pengamatan terhadap perilaku keberbakatan yang luar biasa, bisa dilakukan terhadap
ekspresi, minat, dan perhatiannya yang besar terhadap suatu hal yang khusus atau suatu bidang
studi, aktivitas, ekstrakurikuler, kesenian, tulisan, mengarang, dan kejadian – kejadian di
lingkungannya. Ini disertai oleh keinginan – keinginan untuk melakukan atau memperoleh sesuatu
lebih dari porsi pada umumnya, serta untuk mendapat hasil sebaik – baiknya dan setinggi –
tingginya.

d. Pendekatan Sosiometri

Identifikasi bakat dapat pula dilakukan melalui cara tidak formal oleh lingkungan sosial,
lingkungan permainan, pergaulan, maupun organisasi, yang mengamati dan menilai adanya bakat
anak yang luar biasa, dan karena itu bisa pula memperlakukan mereka secara khusus, misalnya
sebagai tempat bertanya, atau kalau kapasitas kepemimpinannya menonjol, bisa dimanfaatkan oleh
lingkungannya.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada pembahasan topik diatas mengenai anak berbakat, maka dapat diambil
beberapa inti sarinya yaitu sebagai berikut:

a. Pengertian Anak Berbakat

Dari beberapa pengertian tentang anak berbakat, maka dapat disimpulkan secara sederhana,
yakni anak berbakat ialah mereka yang karena memiliki kemampuan-kemampuan yang unggul,
mampu memberikan prestasi yang tinggi meliputi bermacam-macam bidang; dapat bersifat umum
ataupun bersifat khusus.

b. Karakteristik Anak Berbakat

Renzulli menyimpulkan bahwa yang menentukan bakat seseorang pada pokoknya merujuk pada
tiga kelompok ciri - ciri, yakni :

a) Kemampuan di atas rata – rata

b) Kreativitas

c) Tanggung jawab atau pengikatan diri terhadap tugas

Ellen Winner mendeskripsikan tiga kriteria yang mencirikan anak-anak berbakat yaitu, baik dari
bidang seni, musik ataupun akademik.

c. Identifikasi Anak Berbakat

Dalam mengidentifikasikan keberbakatan seorang anak, Renzulli menyarankan beberapa


cara berikut :

a) Pendekatan Psikometri

b) Hal – Hal Yang Terlihat Dalam Perkembangan

c) Penampilan Yang Meliputi Prestasi dan Perilaku

d) Pendekatan Sosiometri

B. Saran

Demikianlah makalah ini dapat kami susun, mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kami sepenuhnya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami membutuhkan kritik
dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Demi perbaikan untuk masa yang akan datang.

[1] Sobur,Alex. Anak Masa Depan.(Bandung: Angkasa, 1991). h.62

[2] Munandar,S.C.U.Pemanduan Anak Berbakat: Suatu Studi Penjajakan.(Jakarta: C.V.Rajawali, 1982). h.182
[3] Semiawan,Conny,et al.,Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah, Petunjuk bagi Guru dan Orang
Tua.(Jakarta: Gramedia, 1984).h.6-7

[4] http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2258020-karakteristik-anak-

berbakat/#ix zz1ofLpWacN

[5] Sobur Alex.Psikologi Umum.(Bandung: Pustaka Setia, 2003).h.182


http://www.psikologmalang.com/2015/11/kisah-anak-gifted-indonesia-
satrio.html
KISAH ANAK GIFTED INDONESIA: SATRIO WIBOWO
Orangnya pendiam, jarang gaul dan pengalah. Ia mempunyai masa lalu yang pahit. Saat usia
sekolah, ia dianggap pemalas dan Autis. Ejekan, kekerasan mental, baik dari teman maupun
guru sekolah sering dirasakannya. Namun, Satrio Wibowo mampu bangkit. Di usia 12
tahun ia menulis sebuah novel berbahasa Inggris dengan tebal 450 halaman. Ia juga
mempunyai bakat melukis. Dunia sekolah formal baginya adalah sebuah monster.

Melihat raut wajah Satrio Wibowo terlihat seperti seorang yang tidak banyak bicara. Namun
ketika ditanya soal sistem pendidikan, ia begitu tajam mengkritiknya. Padahal usianya
masih 17 tahun. Satrio baru menjadi mahasiswa semester pertama di InstitutKesenian
Jakarta jurusan Perfilman. Bicara tajam soal sistem pendidikan tidak terlepas dari
pengalamannya selaman mengenyam pendidikan di bangku sekolah. Ia mengalami
pengalaman pahit sejak usia TK sampai SMP. di sekolahnya Ia seriang di Bully baik fisik
maupun mental. Satrio sering dianggap sebagai anak bodoh, tak bisa mengikuti pelajaran.
Ejekan didapatnya hampir setiap hari baik dari teman maupun gurunya. Tak pelak ini
membuat dirinya tidak mau sekolah. Setiap pekerjaan rumah yang diberikan guru juga tidak
dikerjakan.

Itulah sekilas kisah Satrio Wibowo, ketika belum ada siapapun yang memahami dan
mengerti tentang kecerdasannya yang istimewa. Ya! Dia adalah putra dari ibu Yeni Sahnaz,
penulis buku inspiratif Best Seller berjudul, "GIFTED" yang ditulisnya untuk membantu,
menemani dan mensuport orangtua-orangtua lain yang memiliki anak dengan situasi hidup
serupa, yang salah teridentifikasi, yang pernah sedih, kecewa dan merasa gagal sebagai
orangtua. Bahwa jangan-jangan anak anda bukanlah anak bermasalah yang dicap negatif
oleh lingkungan seperti yang terjadi pada putra beliau, Satrio Wibowo. Bahwa, jangan-
jangan anak anda adalah anak Gifted dengan kapasitas kecerdasan istimewa?

L
anak berbakat
Kasus Anak Berbakat Kreatif seni yang Bermasalah kesulitan belajar

1. “Nilai – nilai Ari di sekolah menunjukkan prestasi di bawah rata – rata, meskipun taraf inteligensinya
cukup tinggi. Nampaknya dia tidak bermotivasi untuk berprestasi. Namun ia memiliki banyak minat
dan hobi, dan dalam diskusi kelas sering memaparkan gagasan yang orisinal. Dalam kegiatan diluar
kelas dengan teman sebaya sering tampil sebagai pemimpin. Sebetulnya ia memiliki dasar
pengetahuan yang cukup luas, tetapi ia kurang tekun dan rajin dalam membuat tugas – tugas di
dalam kelas dan pekerjaan rumah. Ia ingin masuk perguruan tinggi, tetapi melihat keadaan sekarang,
walaupun memiliki potensi intelektual dan kreatif yang tinggi, sulit diharapkan bahwa ia dapat
diterima.

2. “Elisa siswa kelas lima SD. IQ-nya tinggi dan prestasinya baik. Guru kelas menyukainya, tetapi Elisa
mengatakan kepada ibunya bahwa ia membenci sekolah. Ketika ditanya lebih lanjut, Elisa
menunjukkan laci meja tulisannya yang penuh dengan cerita karangannya. Ia menulis cerita – cerita
tersebut dalam waktu luangnya dan agaknya kurang mendapat persetujuan dari gurunya yang
menginginkannya untuk menggunakan waktunya untuk hal – hal yang “lebih bermanfaat”.

3. “Ramli duduk di kelas 2 SD dan ia gemar membaca. Keterampilan dan minat membacanya jau
melebihi teman – temannya sekelasnya. Tingkat energinya tinggi dan imajinasinya kuat, tetapi
kurang sabar melakukan tugas – tugas rutin di kelas. Ia kurang memahami matematika yang
menurutnya membosankan. Guru mengamati bahwa selama pelajaran matematika Ramli diam –
diam membaca buku dan tidak mendengarkan pelajaran matematika. Ia sering gagal dalam tugas
matematika tetapi hal itu tidak mengganggunya, namun orangtuanya dan guru mempermasalahkan
minatnya yang “tidak seimbang”.

Contoh kasus ini dapat terjadi jika anak berbakat kreatif tidak didukung oleh lingkungan rumah
dan/atau sekolah. Lingkungan yang paling sering menimbulkan masalah bagi anak – anak ini
menurut Davis dan Rimm (dalam Colangelo dan Zaffrann, 1979) adalah yang ekstrem “terlalu
membatasi” (otoriter) atau “terlalu permisif”, orang tua dan guru memberikan anak – anak ini kreatif
dan memberi sistem dukungan yang memupuk produktivitas kreatifnya.

Kadang-kadang pihak pendidik memberikan label bahwa anak yang daya serapnya baik, mudah
memahami dan mengerti bila materi pelajaran dijelaskan sebagai siswa yang cerdas. Sedangkan
siswa yang lamban, sulit dalam belajar dan susah dalam memahami pelajaran, dikategorikan bodoh,
ber-IQ rendah dan sebutan lainnya.

Persepsi terhadap label di atas, patut dicermati secara mendalam, sebab kesulitan belajar pada
anak adalah salah-satu aspek yang tampak, dan memungkinkan potensi yang dimiliki tidak
berkembang secara optimal dan sinergi. Banyak kasus dimana anak yang memiliki kesulitan belajar
justru mereka amat unggul dalam bidang tertentu melebihi yang lainnya. Kelebihan dan bakat inilah
yang harus menjadi pertimbangan mendasar dalam dunia pendidikan.

Gifted adalah sebutan bagi anak yang memiliki bakat, memiliki kemampuan yang luar biasa pada
hampir semua bidang maupun bidang-bidang tertentu, kreativitas tinggi dan bertanggungjawab
pada tugas. Memiliki anak gifted merupakan anugerah yang besar. Namun yang menjadi kendala
bila mereka mengalami learning disability atau mengalami kesulitan dalam belajar.

ada tiga kelompok anak gifted dengan ciri-ciri sebagai berikut:


1. Anak berbakat tetapi menampakkan kesulitan belajar di sekolah, rendahnya prestasi belajar,
konsep diri yang lemah, tidak adanya motivasi, dan cenderung malas (Silverman, 1989; Rosenblum,
1987; Whitmore, 1980)

2. Anak yang mengalami kesulitan belajar kadang-kadang perbuatannya menjengkelkan, terutama


bagi yang belum mengenalnya. Biasanya kemampuan yang dimilikinya di atas kemampuan rata-rata
anak lain, diidentifikasi 33 % mengalami kesulitan belajar, tetapi mengalami kemampuan intelektual
superior (Baum,1994:8). Adanya penilaian yang tidak menyeluruh pada anak gifted, mengakibatkan
potensi IQ dan kemampuan intelegensia tidak mendapatkan perhatian dari guru dan pengelola
pendidikan. Untuk itu butuh keahlian khusus untuk mengakomodasi perbedaan-perbedaan dengan
siswa lain, sehingga potensi-potensinya benar-benar dapat dikenali.

3. Anak gifted memiliki sosial dan emosional yang relatif konsekuen untuk diperhatikan. Ia
tergolong exceptional student dalam kesulitan belajarnya, dapat menyerap materi dengan baik
tetapi kadang-kadang sangat sukar daya serapnya, ini ditunjukkan dengan hasil diagnosa dan tidak
pernah berlangsung satu program yang sesuai sampai dewasanya (Baum dkk,1991; Brody dkk 1993).
Namun ketika anak gifted dengan kesulitan belajarnya, ditangani secara serius akan menghasilkan
potensi intelektual yang tinggi (Siegel, 1989 : 470).

Swanson’s (dalam Millis 1997:11) mereview beberapa konsep operasional dari hasil perdebatan dan
beberapa issu dari para ahli, bahwa learning disability itu terutama menyangkut; concepts of
specifity dimana terdapat ketegasan konsep bahwa anak gifted mengalami rendahnya kemampuan
akademis dan lemahnya teoritis, discrepancy (pertentangan) bahwa prestasi anak tidak sesuai
dengan potensi yang dimiliki, exclution (pengeluaran); dengan kesulitan belajar yang dihadapi dapat
dibedakan beberapa kondisi yang menghalanginya.

Gifted disebut juga dengan talent adalah gambaran untuk menyebutkan tingkat kecerdasan atau
tingkat inteligensi yang dimiliki oleh anak yang pada umumnya tinggi. Memiliki kemampuan spesifik
pada bidang akademis tertentu yang tidak dimiliki oleh anak lain, memiliki kemamampuan interaksi
yang tinggi, komitmen pada tugas dan kreativitas, kemampuan intelegensinya terus berkembang
dan pendekatan pengolahan informasi yang ditawarkan berlawanan dengan sudut pandang dari
kebanyakan orang

Identifikasi anak berbakat

Perlu adanya program khusus untuk mengidentifikasi anak-anak yang gifted dan harus
ada program pendidikan yang khusus untuk menangani anak-anak yang mengalami kesulitan
belajar. Terlalu rumit untuk mengidentifikasi bahwa anak yang mengalami learning disability adalah
anak yang gifted atau sebaliknya. Riset membuktikan bahwa guru lebih mungkin menunjukkan
bahwa anak non disability lebih sesuai ditempatkan sebagai gifted (Minner, 1990:38). Untuk
mengidentifikasi anak gifted biasanya dapat dilihat dari ciri khasnya dengan bukti underachievement
atau dengan memperlihatkan permasalahan dengan tingkah lakunya (Senf, 1983:40).

Silvermen memberikan pedoman identifikasi untuk anak gifted yang mengalami kesulitan
belajar (Tjahyono, 2002:287), sebagai berikut :

1. Menggunakan daftar isian tentang karakteristik anak berbakat dengan kesulitan belajar untuk orang
tua dan guru.
2. Sebagai bagian dari evaluasi diagnostik, semua anak yang ditengarai mengalami masalah emosiaonal
ataupun mengalami kesulitan belajar perlu dicari tanda-tanda adanya kemampuan khusus,
terutama adanya talenta verbal ataupun spasial.

3. Perlu dilakukan wawancara terhadap orang tua tentang talenta, minat, kecepatan perkembangan,
dan riwayat kesehatan anak.

4. Menggunakan baterai tes (serangkaian tes, seperti tes prestasi, tes kemampuan khusus, dan tes
kepribadian), termasuk di dalamnya tes inteligensi individual.

5. Memperhatikan kesenjangan dalam performance (misalmya antar-skor tes yang berbeda; antar-skor
pada sub tes yang berbeda atau antar-butir dalam tes; antara perilaku di rumah dan di sekolah).
Apakah anak gagal pada tugas yang lebih mudah dan berhasil pada tugas-tugas yang sulit.

6. Keharusan untuk yakin bahwa skor yang lebih tinggi mencerminkan kemampuan anak dan perlu
dilakukan pengujian lebih lanjut untuk menentukan apakah skor yang lebih rendah merupakan
indikasi dari ketidakmampuan belajar.

7. Perlu dilakukan pemeriksaan pemahaman materi yang disampaikan secara lisan dan bandingkan
dengan yang menggunakan mekanisme membaca. Periksa juga kemampuan analisis matematika dan
bandingkan dengan keterampilan berhitung. Periksa kemampuan mengulang urutan angka-
angka yang ditampilkan secara visual dan auditori. Perhatikan bagaimana kinerja anak pada kondisi
yang dibatasi waktu dan yang tidak.

8. Mengamati aktivitas anak selama mengisi waktu luangnya. Persiapkan observasi terstruktur untuk
memeriksa kelebihan-kelebihan khusus dan kesulitan yang dihadapi. Amati bagaimana anak
berespon terhadap berbagai perubahan situasi, presentasi visual, strategi induktif, materi yang
bermakna, aktivitas yang diminati, komputer dan kurikulum yang lebih menantang.

Program Pembinaan Bagi Anak berbakat

Program pembinaan yang dilakukan dengan cara membedakan kelas mulai dari yang umum
sampai small-group, independent instruction, self-contained Menyatukan kelas dimana siswanya
terdiri dari yang memiliki kemampuan tinggi dengan kelompok lain untuk belajar bersama dan part-
time pullout program. Perioritas materi untuk siswa yang lebih tua satu atau lebih dari pokok materi
yang disajikan. Durasi pemberian materi kadang lebih cepat atau lebih ditingkatkan. Mengabaikan
jenis program dengan tujuan studi dibedakan untuk anak gifted disediakan pokok materi yang lebih
menantang sedang anak normal berdasarkan kurikulum regular yang ada. Adakalanya anak-anak
gifted dikelompokkan dengan kelompok anak gifted yang lainnya agar terjadi interaksi yang
membantu dalam proses belajar mereka (Maryland Task Force of Gifted and Talented Education,
1994; U.S. Departement of Education, 1993).

Selain hal di atas, pengayaan dan akselerasi adalah dua pendekatan yang dapat digunakan
untuk memenuhi dan menyalurkan kemampuan atau kebutuhan anak gifted (Southern & Jones,
1991). Sebagai contoh anak yang memiliki kemampuan matematika tinggi melebihi ukuran
sekelasnya dapat dipindahkan ke kelas yang lebih tinggi agar kemampuan matematikanya terus
berkembang. Sedangkan dalam program pengayaan, dalam menyediakan fasilitas pendidikan bagi
anak gifted dapat dilakukan dengan memvariasikan pengalaman pendidikan dan dapat pula
memodifikasi kurikulum dengan cara meluaskan atau memperdalam materi yang ada, ini yang
disebut dengan The Schoolwide Enrichment Model (Renzulli & Reis, 1985).
Referensi :

 Mills C. J.Journal of Learning Disabilities. Gifted Children with Learning Disabilities. (1997:10).

 http://kulpulan-materi.blogspot.com/2012/12/kebutuhan-dan-masalah-anak-berbakat.htmldi
unduh 18 november 2013

 http://ivapsychologylovers.blogspot.com/2011/10/gifteds-learning-disability-analisa.htmldi
unduh 18 novembepr 2013
Di

Anda mungkin juga menyukai