Proposal Skripsi Gagal Ginjal
Proposal Skripsi Gagal Ginjal
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu kondisi kerusakan ginjal yang
struktur atau fungsional ginjal, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi
atau urin serta ada atau tidaknya gangguan hasil pemeriksaan pencitraan
bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal (Dep-Kes RI 2008). Penyakit ginjal
kronik terdiri dari beberapa tahap, dimana tahap akhir dari penyakit ginjal
kronik disebut dengan penyakit ginjal tahap akhir (End State Renal
Insiden dan prevalensi penyakit ginjal kronik pada beberapa tahun terakhir
dari United Stated Renal Data System (URSDS) tahun 2005 diketahui bahwa
Amerika individu dengan ESRD terus bertambah dari 261,3 per 1000
2
penduduk pada tahun 1994 menjadi 348,6 per 1000 penduduk pada tahun
2004 (Kring & Crane, 2009). Individu dengan ESRD meningkat rata-rata
pasien gagal ginjal kronik,lebih dari 53% nya dibawah 54 tahun. Saat ini
terdapat sekitar 400 orang dari sejuta penduduk Indonesia harus menjalani
terapi dengan ginjal pengganti sebagi akibat ginjalnya tidak berfungsi lagi
penyakit ginjal tahap akhir untuk mempertahankan fungsi tubuh (Lemone &
Burke, 2008). Terapi pengganti ginjal dapat berupa transplantasi atau dialisis,
menyebutkan bahwa di Amerika Serikat lebih dari 65% klien dengan ESRD
ini tindakan rutin hemodialisa pada tahun 2007 adalah 140 972 ribu pasien
dan terus menerus meningkat menjadi 694 007 ribu pada tahun 2013 (IRR,
2013).
metabolisme berupa zat terlarut (solut) dan air yang berada dalam darah
3
Price & Wilson, 2005), dimana proses dialisis tergantung pada prinsip
fisiologis, yaitu difusi dan ultrafiltrasi. Tujuan utama dari hemodialisis adalah
2005).
Dalam hal ini tindakan terapi hemodialisa pada penyakit gagal kronik
akan memerlukan waktu yang panjang yang tentunya harus ditentukan oleh
banyak faktor untuk mencapai kwalitas yang optimal. Di Amerika dan Afrika
kualitas hidup pasien gagal ginjal akan baik dan efektif jika pemenuhan
ras, tranportasi dan keyakinan pada Tuhan (Jean Babtiste, 2002). Kepatuhan
(Am J Kidney Dis, 2010). Menurut jurnal keperawatan soedirman tahun 2009
bahwa pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis rutin di RSU
4
Panti Rapih 64,29% penderita gagal ginjal kronik tidah patuh dalam
dan keyakinan, Derajat penyakit, dan yang lebih penting adalah dukungan
dalam hal ini untuk mendapatkan kesehatan yang optimal melalui terapi
pada awalnya sudah memiliki cara pandang yang negatif, tidak memiliki
keyakianan untuk hidup lebih baik cenderung tidak menjalani terapi dengan
sungguh, bahkan sering absen atau tidak mau datang lagi untuk menjalani
kondisi sakitnya dan gangguan dalam hidupnya. Seorang pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani cuci darah (hemodialisa) dalam kurun waktu yang
akibat sakit yang kronis dan ketakutan terhadap kematian. Gaya hidup
peristiwa yang menekan dan perilaku menolong yang diberikan pada individu
membuat dirinya lebih berarti dan dapat mengoptimalkan potensi yang ada
sosial sangat berpengaruh pada pasien gagal ginjal kronik untuk bertahan
dukungan sosial pada pasien gagal ginjal kronik selama ini sebagian besar
Di RSUD Kota Salatiga dalam tahun 2015 ini dari bulan Januari sampai
dikarenakan jarak yang jauh dan tak ada yang mengantar. Sedangkan 35
pendahuluan penulis bertemu dengan tiga orang pasien penyakit gagal ginjal
jauh, merasa membebani keluarga dan keadaan sosial ekonomi keluarga yang
kurang.
setiap tahunnya disebabkan karena pola hidupnya yang tidak sehat . Menurut
Berdasar latar belakang dan fenomena yang ada saat ini terutama di unit
1.3.1.Tujuan Umum
Salatiga.
Salatiga.
pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodalisa rutin
dukungan sosial dengan kepatuhan pada pasien gagal ginjal kronis yang
dukungan sosial dengan kepatuhan pada pasien gagal ginjal kronis yang
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.1. Pengertian
Penyakit gagal ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal
keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium
ginjal kurang dari 60% ginjal normal bersifat progresif dan irreversibel,
sisa dari darah serta tidak dapat berfungsi secara maksimal, dimana
urine per gram dari creatin urine), Glomerular Filtration Rate (GFR)
2.1.2. Penyebab
2.1.3. Klasifikasi
(stage) dan atas dasar diagnosa etiologi (Suwitra, 2006) seperti berikut
ini:
berikut:
Tabel 2.1.
12
GFR
Derajat Deskripsi Nama Lain
(ml/menit/1,73 m2)
End-Stage Renal
V Gagal Ginjal <15
Disease (ESDR)
Tabel 2.2.
transplant glomerulopathy
Sumber (Suwitra dalam Sudoyo, et al, 2006, KPIG XIV Cikini, 2008)
dan Workman (2006) menyebutkan bahwa penyakit gagal ginjal kronik terjadi
ginjal, insifisiensi ginjal, penyakit ginjal tahap akhir. Perjalanan penyakit gagal
ginjal kronik biasanya diawali dengan pengurangan cadangan ginjal yaitu fungsi
metabolik dalam darah sebab nefron yang tidak rusak akan mengkompensasi
nefro yang rusak. Walaupun tidak ada manifestasi gagal ginjal pada tahap ini, jika
terjadi infeksi atau kelebihan (overload) cairan atau dehidrasi, fungsi renal pada
Proses kegagalan ginjal selanjutnya masuk pada tahap insufisiensi ginjal. Sisa
akhir metabolisme mulai terakumulasi dalam darah sebab nefron sehat yang
tersisa tidak cukup untuk mengkompensasi nefron yang tidak berfungsi. Kadar
14
ureum nitrogen darah, kreatinin serum, asam urea dan fosfor mengalami
Smeltzer at al, 2008). Apabila penanganan tidak adekuat, proses gagal ginjal
berlanjut hingga klien berada pada tahap akhir. Klien penyakit ginjal tahap akhir
sekitar 90% nefronnya hancur, dan GFR hanya 10% yang normal sehingga fungsi
homeostasis sehingga terjadi peningkatan kadar ureum dan kreatinin dalam darah,
terjadi penimbunan cairan tubuh dan ketidak seimbangan elektrolit serta asam
klinik dan komplikasi pada seluruh sistem tubuh. Semakin banyak tertimbun sisa
akhir metabolisme, maka gejala akan semakin berat. Klien akan mengalami
2.1.5. Penatalaksanaan
fungsi ginjal dan homeostasis. Penatalaksanaan dibagi menjadi dua tahap. Tahap
Tahap kedua dilakukan ketika tindakan konservatf tidak lagi efektif (Lemone &
Burke, 2008). Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal tahap akhir,
(KPIG XIV Cikini, 2008). Ada 2 terapi pengganti ginjal yaitu: 1) dialysis
merupakan terapi ginjal yang paling banyak dilakukan didunia dan jumlahnya dari
2.2. Hemodialisa
metabolisme berupa larutan (ureum, creatinin) dan air yang berada dalam
Hemodialisis adalah proses dimana terjadi difusi partikel terlarut (solut) dan air
secara pasif melalui suatu kompartemen cair yaitu darah menuju kompartemen
dialiser.
16
terjadi pada pasien penyakit ginjal tahap akhir (KPIG XIV Cikini, 2008).
terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) atau klien
hemodialisis pada gagal ginjal kronis adalah: 1) LFG kurang dari15 ml/mnt; 2)
dari 200 mg/dL dan kreatinin lebih dari 6 mEq/L; 6) kelebihan cairan; 7) anuria
prosedur dialisis dan komplikasi yang berhubungan dengan penyakit ginjal kronik
(KPIG XIV Cikini, 2008). Komplikasi yang behubungan dengan prosedur dialisis
menurut KPIG XIV Cikini, 2008 adalah : 1) hipotensi; 2) headache (sakit kepala);
2.3. Kepatuhan
atau patuh pada ajaran atau aturan. Kepatuhan adalah melakukan sesuatu dengan
kepatuhan dan kesinambungan berobat yang melibatkan peran pasien, dokter atau
Smeltzer & Bare (2002), mengatakan bahwa kepatuhan dipengaruhi oleh faktor
Faktor internal disini, tiada lain merupakan merupakan karakteristik pasien itu
(umur, jenis kelamin, ras, suku bangsa, dan tingkat pendidikan), kemampuan,
mempengaruhi ketaatan misal: jenis kelamin wanita, ras kulit putih dan orang tua
kepatuhan dalam pelaksanaan aturan kerja akan semakin baik (Emet, 2004).
2.3.2.1.b. Kemampuan
telah dijumpai sebagai peramal yang kuat dari kinerja, kemampuan intelektual
memiliki makna yang penting untuk menerima program yang telah diputuskan
menjalani program pengobatan, maka wajar-wajar saja kalau ada pasien yang
mampu secara rutin menjalani program, dan ada juga yang tidak dapat secara rutin
patuh untuk melaksanakan sesuai dengan yang telah digariskan dalam protap
2.3.2.1.c. Persepsi
kemudian diberi makna secara selektif dan terakhir diingat secara selektif oleh
protap yang telah dirancang, sehingga kepatuhan pasien dalam pelaksanaan protap
2.3.2.1.d. Motivasi
dimiliki sesorang atau kelompok masyarakat yang mau berbuat dan bekerjasama
aspek dalam komunikasi ini yang berpengaruh pada kepatuhan pasien adalah
(Arumi, 2002).
menjadi:
2.3.3.1. Pengetahuan
merupakan hasil dari “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan
raba. Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang
penelitian yang dilakukan Bart (2004) cit Notoatmojo (2007) dapat dikatakan
bahwa perilaku yang dilakuka Berdasarkan n atas dasar pengetahuan akan lebih
bertahan dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Jadi
2.3.3.2. Sikap
Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu
stimulus atau objek (Machfoedz & Suryani, 2009). Sikap adalah tanggapan atau
persepsi seseorang terhadap apa yang diketahuinya. Jadi sikap tidak dapat
langsung dilihat secara nyata, tetapi hanya dapat ditafsirkan sebagai perilaku yang
tertutup. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, tetapi merupakan
predisposisi tindakan. Allport (1954), seprti yang dikutip dari Notoatmojo (2007),
utuh (total attitude). Penentuan sikap yang utuh ini pengetahuan berpikir,
2.3.3.3. Tindakan
Tindakan adalah realisasi dari pengetahuan dan sikap menjadi suatu perbuatan
bentuk nyata atau terbuka (Notoatmojo, 2007). Respon terhadap stimulus tersebut
sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah
dapat diamati atau dilihat dari orang lain. Oleh karena itu disebut juga over
yang diambil.
tindakan tersebut.
organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal) dan
menghadapi bahwa perilaku sehat yang baru tersebur merupakan hal penting.
secara terus menerus memberikan penghargaan yang positif bagi pasien yang
2.4.1. Pengertian
24
Dukungan sosial adalah bantuan psikologis dan nyata yang diberikan oleh
jaringan sosial (Carpenito, 2006). Menurut Smeltzer dan Bare (2002), dukungan
lebih. Dukungan sosial dianggap melemahkan dampak stres dan secara langsung
pada sifat interaksi yang berlangsung dalam berbagi hubungan sosial sebagaimana
individu atau keluarga, apakah interaksi tersebut bermanfaat dan sejauh mana
oleh sosial terhadap seseorang sebagai rasa memiliki. Dalam hal ini orang yang
Smeltzer dan Bare (2002) membagi dukungan sosial menjadi empat kategori,
meliputi:
Dukungan ini sering muncul dalam hubungan antara dua orang (seseorang
sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta
dihargai. Dukungan ini paling efektif saat ada pengumuman publik mengenai
sumber dan validator identitas anggota. Dukungan ini berupa penghargaan positif
memberi nasihat, petunjuk, saran –saran atau umpan balik (Friedmann &
Sumber material adalah sumber dukungan eksternal lain yang meliputi barang
dan jasa yang dpat dibeli. Bagi individu yang mempunyai sumber finansial yang
merupakan sumber pertolongan praktis dan kongkrit. Baik berupa materi atau
pertolongan langsung.
sekitarnya. Namun perlu diketahui seberapa banyak sumber dukungan sosial ini
aspek penting untuk diketahui dan dipahami. Menurut Rook dan Dooley (1985)
ada dua sumber dukungan sosial yaitu sumber artificial dan sumber natural.
Dukungan sosial yang natural diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam
misalnya anggota keluarga. Dukungan sosial ini bersifat non formal. Sementara
itu yang dimaksud dengan dukungan sosial artificial adalah dukungan sosial yang
Para ahli berpendapat bahwa dukungan sosial dapat di bagi kedalam bebagai
Orang yang menerima dukunga sosial semacam ini merasa tentram, aman dan
damai yang ditunjukkan dengan sikap tenang dan bahagia. Sumber dukungan
sosial semacam ini yang paling sering dan umum adalah diperoleh dari pasangan
hidup, atau anggota keluarga /teman dekat/sanak keluarga yang akrab dan
serta memiliki dan dimiliki dalam kelompok. Adanya kepedulian oleh masyarakat
dan melakukan kegiatan bersama tanpa ada pamrih akan banyak memberikan
dukungan sosial.
28
Pada dukungan sosial jenis ini didapatkan pengakuan atas kemampuan atau
keahlian serta mendapatkan penghargaan dari orang lain atau lembaga. Sumber
dukungan sosial semacam ini didapatkan dari keluarga ataupun dari masyarakat.
Pada komponen ini didapatkan dukungan sosial berupa jaminan bahwa ada
Dukungan sosial jenis ini adalah berupa adanya hubungan kerja ataupun
yang dihadapi.
oleh orang lain. Jenis dukungan sosial ini memungkinkan untuk memperoleh
berikut:
29
penghargaan diri
menjalani hemodialisa
cross sectional
senam
restropective
31
cairan
32
2.6.Kerangka Teori
baik
DUKUNGAN SOSIAL
1. Dukungan Emosional
Kepatuhan
2. Dukungan Harga Diri
menjalani terapi
3. Dukungan Informasional
hemodialisa
4. Dukungan Material
33
2.8. Hipotesis
Ho: Tidak ada hubungan antara dukungan sosial dengan kepatuhan pada
pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa rutin di RSUD
Kota Salatiga
Ha: Ada hubungan antara dukungan sosial dengan kepatuhan pada pasien
gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa rutin di RSUD Kota
Salatiga
Ho: Tidak ada hubungan antara emosional dengan kepatuhan pada pasien
gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa rutin di RSUD Kota
Salatiga
Ha: Ada hubungan antara emosional dengan kepatuhan pada pasien gagal
ginjal kronis yang menjalani hemodialisa rutin di RSUD Kota Salatiga
Ho: Tidak ada hubungan antara harga diri dengan kepatuhan pada pasien
gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa rutin di RSUD Kota
Salatiga
Ha: Ada hubungan antara harga diri dengan kepatuhan pada pasien gagal
ginjal kronis yang menjalani hemodialisa rutin di RSUD Kota Salatiga
Ho: Tidak ada hubungan antara informasional dengan kepatuhan pada pasien
gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa rutin di RSUD Kota
Salatiga
Ha: Ada hubungan antara informasional dengan kepatuhan pada pasien gagal
ginjal kronis yang menjalani hemodialisa rutin di RSUD Kota Salatiga
Ho: Tidak ada hubungan antara materiil dengan kepatuhan pada pasien gagal
ginjal kronis yang menjalani hemodialisa rutin di RSUD Kota Salatiga
Ha: Ada hubungan antara materiil dengan kepatuhan pada pasien gagal ginjal
kronis yang menjalani hemodialisa rutin di RSUD Kota Salatiga
34
BAB III
METODE PENELITIAN
yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk mencari
dengan dengan pendekatan cross sectional, yaitu penelitian yang dilakukan dalam
Faktor Resiko+
Faktor Resiko-
Efek : Kepatuhan
35
3.2.1. Populasi
dalam penelitian ini adalah penderita gagal ginjal kronis yang menjalani
hemodialisa di RSUD Kota Salatiga tahun 2015 bulan Januari sejumlah 40 0rang.
3.2.2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006).
melibatkan seluruh populasi karena populasi kurang dari 100 orang (Notoatmojo,
2007). Sampel dalam penelitian ini sebanyak 40 orang. Kriteria inklusi merupakan
masuk dalam kriteria eksklusi (Saryono, 2008). Kriteria inklusi dalam penelitian
ini, yaitu:
2. Pasien kooperatif.
Kriteria eksklusi adalah sebagian subyek yang memenuhi kriteria inklusi, yang
Skala
Definis Alat Ukur Hasil Ukur
Variabel Pengukura
Operasional
n
Dukungan Dukungan Menggunaka
sosial sosial adalah n kuesioner
bantuan yang dengan 32
diberikan oleh item
orang lain yang pertanyaan
terdiri dari: jika jawaban
dukungan ya diberi
emosional, skor 1 dan
dukungan harga jawaban
diri, dukungan tidak diberi
informasional skor 0.
dan sumber
materi.
Sub variabel Dukungan Dukungan Nilai kemudian Ordinal
a. Dukungan untuk emosional dikategorikan
emosional kepercayaan diukur menjadi:
dan perhatian dengan item a. Baik 7-9
nomer 1 b. Cukup 4-6
sampai 9 c. Kurang 1-3
Menurut Saryono (2008), instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang
mudah dan hasilnya lebih baik (cermat , lengkap dan sistematis) sehingga lebih
penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri dari 32 buah pertanyaan tentang
hemodialisa.
pertanyaan.
(Sugiyono, 2009).
skor total .
𝑵(𝜮𝑿𝒀)−(𝜮𝑿.𝜮𝒀)
𝒓= -
√[𝑵𝜮𝑿𝟐 ]−(𝜮𝑿)𝟐 ] [𝑵𝜮𝒀𝟐 −(𝜮𝒀)𝟐 ]
Keterangan :
r = koefisiensi korelasi
N = jumlah responden
X = skor pernyataan
Lebih besar dari r tabel ( Sutanto, 2007). Uji validitas dilakukan di RST
dinyatakan valid.
2) Pada sub variabel dukungan harga diri didpat nilai r hitung: 0,398-
valid.
yaitu:
𝟐𝒙𝒓₁ˎ₂₁ˎ₂
r₁₁ =
(𝟏+𝒓₁ˎ₂₁ˎ₂)
keterangan :
penelitian.
responden.
yaitu pasien.
2015.
Data yang dikumpulkan dari kuesioner yang telah diisi responden dan
3.6.1.1. Editing
43
3.6.1.2. Coding
tidak patuh.
3.6.1.3. Tabulating
𝑋
P= 100%
𝑁
P = Proporsi
uji kai kuadrat (chi-square) dengan alasan uji kai kuadrat dilakukan
pada 2 variabel yang memiliki jenis data kategorik. Rumus uji Kai
Kuadrat adalah:
(ƒ˳—ƒℎ)²
X² = ∑
ƒ
Keterangan:
X² : chi square
45
atau perlakuan.
keperawatan meliputi :
penelitian serta dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Jika subyek
3.7.2. Anonimity
yang diisi oleh responden. Lembar tersebut hanya diberi kode tertentu.
3.7.3. Confidentiality