Anda di halaman 1dari 9

PELAYANAN GIZI PENYAKIT

DEGENERATIF
Posted by Anna Auliyanah at 9:15 am

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia, penyakit degeneratif saat ini banyak terjadi di kalangan masyarakat perkotaan.
Penyebab utamanya adalah perubahan gaya hidup akibat urbanisasi dan modernisasi. Perubahan gaya
hidup ini dapat dilihat secara jelas antara lain dengan munculnya tempat-tempat makan junk food di
hampir seluruh sudut kota. Junk food adalah makanan tidak sehat karena memiliki nilai nutrisi rendah.
Jenis makanan ini mengandung lemak jenuh (saturated fat), garam dan gula, serta bermacam-macam
additive seperti monosodium glutamate dan tartrazine dengan kadar yang tinggi. Junk food hampir tidak
mengandung protein, vitamin serta serat yang sangat dibutuhkan tubuh.
Di kota-kota besar di Indonesia junk food dijual di berbagai pusat perbelanjaan dan pusat
jajanan. Bahkan restoran jenis makanan yang memiliki kadar kolesterol tinggi ini sudah merambah kota-
kota kecil di hampir seluruh pelosok tanah air. Pola makan makanan yang serba instan saat ini memang
sangat digemari oleh sebagian masyarakat perkotaan. Sebagai contoh, gorengan jenis makanan murah
meriah dan mudah didapat karena banyak dijual di pinggir jalan ini rasanya memang enak.
Jajanan seperti pisang goreng, tahu isi, ubi goreng, pisang coklat (piscok), serta banyak yang
lain dengan rasanya yang gurih, renyah, dan berharga murah, membuat orang menyukai makanan
gorengan. Namun banyak orang yang tidak tahu bahwa makanan gorengan adalah makanan yang
memiliki risiko tinggi sebagai pemicu penyakit degeneratif seperti penyakit diabetes melitus,
kardiovaskular, serta stroke. Di Indonesia, angka kematian akibat penyakit ini terus meningkat. Hasil
Survei Kesehatan Rumah Tangga (National Household Health Survey) tahun 2001 menunjukkan bahwa
penyakit kardiovaskular telah menjadi penyebab kematian paling tinggi di tahun 1992, 1995, dan 2001,
padahal pada tahun 1972 baru menempati urutan ke-11.
Penyakit kardiovaskular disebabkan oleh tingginya kadar kolesterol total, LDL, dan trigliserida
serta penurunan kadar HDL dalam darah. Peningkatan ini diakibatkan oleh dampak modernisasi yang
mengubah perilaku sebagian masyarakat Indonesia menjadi pengonsumsi makanan yang rendah serat
dan tinggi lemak. Lebih lanjut hasil penelitian Dr. Rustika menunjukkan bahwa dari 29,70 gram per hari
asam lemak jenuh yang dikonsumsi oleh masyarakat, hanya 20% di antaranya atau 5,93 gram per hari
yang berasal dari makanan non-gorengan.
Sementara 80% lainnya atau 23,77 gram per hari berasal dari makanan gorengan, setara
dengan tiga potong jenis makanan gorengan lauk dan lima potong makanan selingan atau dua potong
lauk dan delapan potong makanan selingan. Penyakit degeneratif yang tidak menular ini sejak beberapa
dasawarsa silam telah menjadi permasalahan yang cukup serius bagi banyak negara di seluruh dunia.
World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa penyakit degeneratif ini telah menambah peliknya
kondisi kesehatan sebagian negara di dunia, yang selama ini telah dihimpit permasalahan banyaknya
kasus penyakit menular dan infeksi yang tergolong non degeneratif.
Lembaga ini juga mengatakan bahwa banyak negara mengalami kerugian hingga miliaran
dolar akibat penyakit degeneratif. Oleh karena itu dibutuhkan langkah konkret untuk menanggulanginya.
Masih menurut WHO, hingga akhir tahun 2005 saja penyakit degeneratif telah menyebabkan kematian
hampir 17 juta orang di seluruh dunia. Jumlah ini menempatkan penyakit degeneratif menjadi penyakit
pembunuh manusia terbesar. Jumlah terbesar kematian ada di negara-negara dengan pendapatan
nasional rendah hingga tinggi. Seperti masalah kesehatan pada umumnya, penyakit degeneratif juga
sangat mempengaruhi banyak faktor dalam kehidupan manusia. Sektor yang paling dipengaruhi adalah
sektor ekonomi, karena penyakit ini sangat mempengaruhi produktivitas kerja seseorang.
Laporan terbaru WHO mengatakan bahwa pendapatan tiga negara yang memiliki penderita
penyakit degeneratif terbesar yaitu China, India dan Rusia, hingga 10 tahun ke depan diperkirakan dapat
mengalami kerugian hingga ratusan miliar dolar. Ini baru dari empat jenis penyakit saja, yaitu stroke,
jantung, kanker dan diabetes. WHO Lebih lanjut menyatakan sebanyak satu miliar orang di seluruh dunia
saat ini menderita kegemukan, suatu keadaan yang bisa memicu berbagai penyakit degeneratif. Jumlah
ini diperkirakan naik menjadi 1,5 miliar pada tahun 2015.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apakah tujuan diet dari penyakit degeneratif?
2. Apa saja syarat diet dari penyakit degeneratif?
3. Apa saja jenis diet penyakit degeneratif?
4. Bagaiman pemberian makanan pada penderita penyakit degeneratif?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui tujuan diet dari penyakit degeneratif
2. Mengetahui syarat-syarat diet penyakit degeneratif
3. Mengetahui jenis diet penyakit degeneratif
4. Mengetahui indikasi pemberian makanan pada penderita penyakit degeneratif

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Penyakit Degeneratif


Penyakit degeneratif adalah istilah yang secara medis digunakan untuk menerangkan adanya
suatu proses kemunduran fungsi sel saraf tanpa sebab yang diketahui, yaitu dari keadaan normal
sebelumnya ke keadaan yang lebih buruk. Penyebab penyakit sering tidak diketahui, termasuk
diantaranya kelompok penyakit yang dipengaruhi oleh faktor genetik atau paling sedikit terjadi pada
salah satu anggota keluarga (faktor familial) sehingga sering disebut penyakit heredodegeneratif. Cowers
tahun 1902 menekankan adanya istilah abiotrophy untuk penyakit degenerative yang artinya
menunjukkan adanya penurunan daya tahan sel neuron dan mengakibatkan kematian dini. Konsep di
atas mewujudkan hipotesa bahwa proses penuaan (usia) dan penyakit degeneratif dari sel mempunyai
proses dasar yang sama.

Gambaran klinis umum penyakit degeneratif:


a) Perjalanan penyakit lambat, setelah waktu yang lama dari fungsi saraf yang normal, kemudian diikuti
kemunduran fungsi susunan saraf tertentu yang bersifat progresif lambat yang dapat berlanjut sampai
beberapa tahun atau puluhan tahun. Pasien sulit menentukan kapan penyakit mulai timbul. Adanya
riwayat kejadian yang dapat mempresipitasi terjadinya penyakit degeneratif, misalnya kecelakaan, infeksi
atau kejadian lain yang diingat sebagai penyakit.
b) Kejadian penyakit yang sama dalam keluarga (bersifat familial)
c) Pada umumnya penyakit degeneratif pada sistem saraf akan terjadi terus menerus, tidak dapat diperbaiki
oleh tindakan medis atau bedah, kadangkadang penyakit ini ditandai dengan periode yang stabil untuk
beberapa lama. Beberapa gejala dapat dikurangi dengan penatalaksanaan yang baik, tetapi penyakitnya
sendiri tetap progresif.
d) Bilateral simetris. Meskipun kadang-kadang misalnya pada Amyotrophic lateral skelerosis mula-mula
hanya mengenai satu anggota gerak atau salah satu sisi tubuh, tapi dalam proses selanjutnya menjadi
simetris.
e) Hanya mengenai daerah anatomis/fisiologi susunan saraf pusat secara selektif. Misalnya ALS yang
termasuk dalam Motor Neuron Disease yang terkena adalah motor neuron di kortek serebral, batang otak
dan medulla spinalis dan terjadi ataksia yang progresif dimana hanya sel purkinye yang terkena.
f) Secara histologis bukan hanya sel-sel neuron saja yang hilang tapi juga dendrit, axon, selubung mielin
yang tidak berhubungan dengan reaksi jaringan dan respon selular.
g) Pada likuor serebrospinalis kadang-kadang terdapat sedikit peningkatan protein, tetapi pada umumnya
tidak menunjukkan kelainan yang berarti.
h) Karena menyebabkan kehilangan jaringan secara radiologis terdapat pengecilan volume disertai
perluasan ruang likuor serebrospinalis. Permeabilitas sawar darah otak tidak berubah.
i) Laboratorium atau pemeriksaan penunjang lain sering memberikan hasil yang negatif. Berbeda dengan
penyakit susunan saraf pusat progresif lain seperti tumor, infeksi, proses inflamasi lain.
j) Pemeriksaan neuroimaging dapat menunjukkan kelainan tertentu, sehingga dapat membantu
menyingkirkan golongan penyakit lain.

2.2 Faktor Resiko Penyakit Degeneratif


Factor resiko merupaka factor-faktor yang keberadaannya berkedudukan sebelum
terjadinya penyakit. Factor resiko dapat berupa semua factor penyebab (etiologi) ditambah dengan factor
epidemiologis yang berhubungan secara independen dengan penyakit. Dikenal berbagai macam factor
resiko penyakit degenerative, namun secara garis besar dapat dibagi 2, yaitu:
a. Factor resiko yang manetap atau tidak dapat diubah
Seperti:
 Umur
Resiko penyakit meningkat seiring dengan pertambahan umur. Penyakit degeneratif memiliki korelasi
yang cukup kuat dengan bertambahnya proses penuaan usia seseorang.
 Jenis kelamin
Ada beberapa jenis penyakit degenerative yang lebih banyak dialami oleh pria atau wanita saja.
 Ras/suku
Orang kulit putih lebih beresiko dari pada orang kulit putih, contohnya pada kasus hipertensi
 Geografis
Lebih banyak penderita yang tinggal didaerah pantai dari pada pegunungan. Di Indonesia, penyakit
degeneratif saat ini banyak terjadi di kalangan masyarakat perkotaan. Penyebab utamanya adalah
perubahan gaya hidup akibat urbanisasi dan modernisasi. Perubahan gaya hidup ini dapat dilihat secara
jelas antara lain dengan munculnya tempat-tempat makan junk food di hampir seluruh sudut kota
 Genetic
Memiliki resiko jika salah satu anggota keluarganya memiliki riwayat penyakit tertentu.
b. Factor resiko yang dapat diperbaiki atau bisa diubah
Seperti :
 Makanan
Pola makan makanan yang serba instan saat ini memang sangat digemari oleh sebagian masyarakat.
banyak orang yang tidak tahu bahwa makanan instan adalah makanan yang memiliki risiko tinggi sebagai
pemicu penyakit degeneratif
 Kebiasaan merokok
 Alkohol (minuman keras)
Konsumsi alcohol diperkirakan punya efek protektif
 Obesitas
Obesitas merupakan keadaan berlebihnya lemak tubuh secara absolute maupun relative. Kelebihan lemak
tubuh umumnya mengakibatkan peningkatan berat badan dan indeks massa tubuh (IMT)
 Kurang berolahraga.
 Pencemaran lingkungan
Munculnya penderita hipertensi disebabkan keracunan Pb yang ditemukan di dalam darah penderita.
Penyakit hipertensi ini bisa berkomplikasi dengan jantung, ginjal maupun gula darah.

2.3 Makanan yang Sehat Menurut Rasulullah


Dalam Hadis Rasulullah disebutkan beberapa jenis makanan dan minuman, berdasarkan
nilai gizinya dan faedahnya yang penting. Makanan dalam system pengobatan yang diteladankan oleh
Rasulullah kepada kita, sekaligus merupakan sumber gizi dan obat. Bila kita usahakan untuk meneliti
apa-apa yang dimakan oleh Rasulullah, akan kita temukan beberapa macam contoh yang membuktikan
bahwa Rasulullah benar-benar mengetahui hakikat zat-zat yang terkandung dalam makanan. Misyalnya,
kita mendapatkan Rasulullah minum madau bercampur air sebelum sarapan pagi. Rasulullah juga biasa
makan daging, dan mengenai daging beliau memberi komentar:
“Daging adalah makanan utama penghuni dunia dan penghuni akhirat.”
(Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan selainnya).

Prinsip-prinsip hygienis mengenai makanan secara umum dalam system pengobatan Rasulullah, sebagai
berikut:
a. Makanan harus mengandung berbagai jenis unsure-unsur organic yang penting, seperti protein, vitamin,
lemak, gula, dan mineral-mineral.
b. Penekanan atas pentingnya beberapa jenis makanan tertentu secara khusus, seperti susu, daging, madu,
kurma dan buah-buahan. Susu, sebagaimana kita ketahui, merupakan bahan makanan ideal karena
mengandung berbagai jenis zat organic utama dengan komposisi yang logis; terdiri darinprotein, lemak,
gula, mineral-mineral dan aneka macam vitamin. Oleh karena itu, Allah menjadikan susu sebagai satu-
satunya makanan bagi bayi yang baru dilahirkan. Susu mengandung unsur-unsur penyusun yang dinilai
paling mudah dicerna, mudah diserap dan paling besar khasiatnya.
Sedangkan daging dengan aneka macam jenisnya, adalah bahan makanan yang kaya dengan protein dan
gugus asam amino. Daging menjadi bahan makanan yang penting dan mendasar dikarenakan juga
memiliki kandungan lemak hewani yang cukup besar, yang kadarnya memang berbeda antara jenis
daging yang satu dengan yang lain. Dikarenakan mengandung unsure-unsur mineral penting, beberapa
jenis vitamin, daging juga merupakan sumber protein utama yang berperan sangat esensial dalam proses
pertumbuhan jaringan tubuh dan penggantian jaringan yang rusak, terutama sesudah menderita sakit
keras, kekurangan gizi dan berbagai jenis kecelakaan dan penderitaan.
Mengenai madu, sudah dapat diketahui memiliki nilai gizi bagi orang yang sehat dan nilai medisnya
sebagai obat bagi berbagai jenis penyakit. Hal ini dikarenakan madu mengandung beberapa unsure yang
sangat bermanfaat serta memiliki berbagai keutamaan. Madu mampu menyediakan kalori yang cukup
tinggi kepada tubuh.
Adapun kurma, nilai gizinya terletak pada kandungan kadar gula yang tinggi dan teristimewa memiliki
berbagai jenis unsure mineral dan zat makanan yang sangat cocok bagi rahim guna menghalangi
pendarahan. Kurma juga mengandung zat-zat yang membuat awet muda dan vitamin-vitamin dengan
komposisi dan jenis yang cocok untuk berbagai keadaan.
Zat-zat yang terkandung didalam buah-buahan dan sayur-sayuran sangat berpengaruh terhadap vitalitas
dan potensi tubuh, serta penjagaan dari berbagai jenis penyakit. Diriwayatkan dari Rasulullah,
bahwasanya beliau senantiasa makan, dan tidak pernah menolak, buah-buahan yang dihasilkan oleh
daerah setempat pada musimnya. Sesungguhnya Allah SWT telah menjadikan pada setiap daerah jenis
buah-buahan yang dapat dipetik serta diambil manfaatnya oleh penduduk setempat, hal ini diungkapkan
oleh Ibnul Qayyim Al-Jauziah, agar mereka sehat dan segar tanpa banyak membutuhkan obat-obatan.
c. Penekanan tentang perlunya spesifikasi makanan bagi orang yang sakit, dengan pengertian bahwa
makanan yang cocok bagi orang yang sehat kadang-kadang justru membahayakan bagi orang yang sakit.
Dalam hal ini, ada dua hal yang mendapat perhatian Rasulullah, yaitu:
 Larangan memaksakan si sakit atas makan makanan tertentu dan bila dipentingkan memanfaatkan
diet bagi pengobatan.
 Pemberian makanan yang mudah dicerna kepada si sakit, yaitu jenis makanan yang tidak
membahayakan ataupun memberatkan lambung.
Rasulullah telah menegaskan masalah ini yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan Ibnu Majah:
“Janganlah kalian memaksakan orang-orang yang sakit kepada makanan, sesungguhnya Allah
memberi mereka makan dan minum.”
d. Rasulullah menekankan kebersihan makanan dan makanan sedapat mungkin langsung dimakan setelah
dihidangkan
e. Larangan makan secara berlebih-lebihan, atau upaya menghindar dari sifat rakus dan tamak.
f. Rasulullah senantiasa makan dan meminta daging panggang.
Daging panggang lebih sedikit mengandung lemak daripada yang di goring.
g. Rasulullah senantiasa mengkombinasikan antara makanan yang segar (mentah) dan makanan yang
dimasak, dalam menghidangkan makanan.
h. Meletakkan norma-norma social dan tingkah laku dalam hal makan, seperti agar orang mengambil
makanan yang dekat dengannya, mengunyah makanan perlahan-lahan tanpa terburu-buru, serta tidak
makan secara berlebih-lebihan.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Tujuan Diet Penyakit Degeneratif


Tujuan diet disesuaikan dengan jenis penyakitnya, anatara lain:

a. Tujuan diet penyakit diabetes mellitus

- Mengendalikan kadar glukosa darah dan tekanan darah


- Mencegah menurunnya fungsi ginjal
- Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

b. Tujuan diet penyakit jantung

- Energy cukup, untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal


- Protein cukup yaitu 0,8 g/kgBB
- Lemak sedang, yaitu 25-30% dari kebutuhan energy total, 10% berasal dari lemak jenuh, dan 10-15%
lemak tidaj jenuh
- Kolestrol rendah, terutama jika disertai dengan dislipidemia
- Vitamin dan mineral cukup
- Garam rendah, 2-3 g/hari, jika disertai hipertensi atau edema
- Makanan mudah cerna dan tidak menimbulkan gas
- Serat cukup untuk menghindari konstipasi
- Cairan cukup, ± 2 l/hari sesuai dengan kebutuhan
- Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit, diberikan dalam porsi kecil
- Bila kebutuhan gizi tidak dapat dipenuhi melalui makanan dapat diberikan tambahan berupa makanan
enteral, parenteral, atau suplemen gizi.

c. Tujuan diet penyakit stroke

- Memberikan makanan secukupnya untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien dengan memperhatikan
keadaan dan komplikasi penyakit
- Memperbaiki keadaan stroke
- Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
Intervensi diet dimaksudkan untuk mencapai pola makan yang sehat. Perlu ditekankan bahwa tujuan diet
ini bukan untuk sementara, tetapi secara berangsur melakukan perubahan permanen pada perilaku
penderita penyakit degeneraatif.

3.2 Syarat Diet Penyakit Degeneratif


Untuk mencapai tujuan diet di atas diperlukan syarat-syarat sebagai berikut:
a. Syarat diet penyakit diabetes mellitus
- Energy cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal
- Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15% dari kebutuhan energy total
- Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energy total
- Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energy total, yaitu 60-70%
- Penggunaan gula murni dalam makanan dan minuman tidak diperbolehkan kecuali jumlahnya sedikit
sebagai bumbu
- Penggunaan gula alternative dalam jumlah terbatas. Gula alternative adalah bahan pemanis selain
sakrosa
- Asupan serat dianjurkan 25 g/hari dengan mengutamakan serat larut air yang terdapat di dalam sayur
dan buah
- Paasien DM dengan tekanan darah normal diperbolehkan mengkonsumsi natrium dalam bentuk garam
dapur seperti orang sehat, yaitu 3000 mg/hari
- Cukup vitamin dan mineral
b. Syarat diet penyakit jantung
- Energy cukup, untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal
- Protein cukup yaitu 0,8 g/kgBB
- Lemak sedang, yaitu 25-30% dari kebutuhan energy total
- Kolestrol rendah
- Vitamin dan mineral cukup
- Garam rendah, 2-3 g/hari, jika disertai hipertensi atau edema
- Makanan mudah cerna dan tidak menimbulkan gas
- Serat cukup untuk menghindari konstipasi
- Cairan cukup, ± 2 l/hari sesuai dengan kebutuhan
- Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit, diberikan dalam porsi kecil
- Bila kebutuhan gizi tidak dapat dipenuhi melalui makanan dapat diberikan tambahan berupa makanan
enteral, parenteral, atau suplemen gizi
c. Syarat diet penyakit stroke
- Energy cukup, yaitu 25-45 kkal/kgBB. Pada fase akut energy diberikan 1100-1500 kkal/hari
- Protein cukup, yaitu 0,8-1 g/kgBB. Apabila pasien berada dalam keadaan gizi kurang, protein diberikan
1,2-1,5 g/kgBB
- Lemak cukup, yaitu20-25% dari kebutuhan energy total. Utamakan sumber lemak tidak jenuh ganda,
batasi sumber lemak jenuh
- Karbohidrat cukup, yaitu 60-70% dari kebutuhan energy total
- Vitamin cukup
- Mineral cukup
- Serat cukup, untuk membantu menurunkan kadar kolestrol darah dan mencegah konstipasi
- Cairan cukup, yaitu 6-8 gelas/hari, kecuali pada keadaan edema, cairan dibatasi
- Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan pasien
- Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering

3.3 Jenis Diet Penyakit Degeneratif


Penetapan diet ditentukan oleh jenis penyakit, keadaan pasien dan program pengobatan,
dimana tiap penyakit memiliki ciri khas atau diet tersendiri.

a. Diet pada penatalaksanaan Diabetes Mellitus (DM) dikontrol berdasarkan kandungan energy,
protein, lemak, dan karbohidrat.
b. Diet penyakit jantung terdiri atas:

- Diet jantung I, diberikan pada pasien penyakit jantung akut. Diet diberikan berupa 1-1,5 l cairan/hari
selama 1-2 hari pertama bila pasien dapat menerimanya.
- Diet jantung II, diberikan dalam bentuk makanan saring atau lunak. Diet diberikan sebagai perpindahan
dari diet jantung I, atau setelah fase akut dapat diatasi. Jika disertai hipertensi dan/atau edema, diberikan
sebagai diet jantung II garam rendah. Diet ini rendah energy, protein, kalsium, dan tiamin.
- Diet jantung III, diberikan dalam bentuk makanan lunak atau biasa. Diet diberikan sebagai perpindahan
dari diet jantung II atau kepada pasien jantung dengan kondisi yang tidak terlalu berat. Jika disertai
hipertensi dan/atau edema, diberikan sebagai diet jantung III garam rendah. Diet ini rendah energy dan
kalsium, tetapi cukup zat gizi lain
- Diet jantung IV, diberikan dalam bentuk makanan biasa. Diet diberikan sebagai perpindahan dari diet
jantung III atau kepada pasien jantung dengan keadaan ringan. Jika disertai hipertensi dan/atau edema,
diberikan sebagai diet jantung IV garam rendah. Diet ini cukup energy dan zat gizi lain, kecuali kalsium.

c. Diet penyakit stroke

- Energy cukup, yaitu 25-45 kkal/kgBB. Pada fase akut energy diberikan 1100-1500 kkal/hari
- Protein cukup, yaitu 0,8-1 g/kgBB. Apabila pasien berada dalam keadaan gizi kurang, pprotein diberikan
1,2-1,5 g/kgBB. Apabila penyakit disertai komplikasi gagal ginjal kronik, protein diberikan rendah yaitu
0,6 g/kgBB
- Lemak cukup, yaitu 20-25% dari kebutuhan energy total. Utamakan sumber tidak jenuh ganda, batasi
sumber lemak jenuh yaitu <10% dari kebutuhan energy total. Kolestrol dibatasi <300 mg
- Karbohidrat cukup, yaitu 60-70% dari kebutuhan energy total
- Vitamin cukup
- Mineral cukup
- Serat cukup, untuk membantu menurunkan kadar kolestrol darah
- Cairan cukup. Minuman hendaknya diberikan setelah selesai makan agar porsi makanan dapat
dihabiskan
- Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan pasien
- Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil pembahasan mengenai pelayanan gizi penyakit
degeneratif, adalah:
1. Penyebab utama timbulnya penyakit degenerative adalah perubahan gaya hidup (merokok, minuman
keras, makan makanan yang berlemak, dan lain-lain)
2. Penyakit degeneratif adalah istilah yang secara medis digunakan untuk menerangkan adanya suatu
proses kemunduran fungsi sel saraf tanpa sebab yang diketahui, yaitu dari keadaan normal sebelumnya
ke keadaan yang lebih buruk.
3. Factor resiko penyakit degenerative dapat digolongkan atas dua bagian; 1). Factor resiko yang tetap atau
tidak dapat diubah, dan 2). Factor resiko yang tidak menetap atau dapat diubah
4. Rasulullah Saw sangat mengedepankan prinsip hygiene dalam hal makanan
5. Tujuan, syarat dan jenis diet disesuaikan dengan keadaan pasien dan penyakit yang diderita

B. Saran
Diperlukan keahlian khusus dan tenaga yang terampil dibidang gizi untuk menangani pasien
yang menderita penyakit degenerative. Dalam menyusun menu untuk pasien penyakit degenerative harus
memperhatikan syarat, tujuan, dan jenis diet

Anda mungkin juga menyukai