Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIK MANAJEMEN KEPERAWATAN

FUNGSI PENGARAHAN DAN PENGAWASAN

( SUPERVISI)

DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

OLEH :

SUJATMIKO

070117A031

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

UNGARAN

2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Manajemen keperawatan pada dasarnya berfokus pada perilaku manusia untuk

mencapai produktivitas pada pelayanan keperawatan, pasien membutuhkan manajer perawat

yang terdidik dalam pengetahuan dan keterampilan tentang perilaku manusia untuk

mengelola perawat profesional serta pekerja keperawatan non profesional. Mc. Gregor

menyatakan bahwa setiap manusia merupakan kehidupan individu secara keseluruhan yang

selalu mengadakan interaksi dengan dunia individu lainnya. Keperawatan Indonesia sampai

saat ini masih berada dalam proses mewujudkan keperawatan sebagai profesi, maka akan

terjadi beberapa perubahaan dalam aspek keperawatan yaitu: penataan pendidikan tinggi

keperawatan, pelayanan dan asuhan keperawatan, pembinaan dan kehidupan keprofesian, dan

penataan lingkungan untuk perkembangan keperawatan. Oleh karena itu manajemen

keperawatan di Indonesia di masa depan perlu mendapatkan prioritas utama dalam

pengembangan Keperawatan di masa depan (FIK UI, 2011).

Tenaga perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar bagi

pelayanan kesehatan, mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan. Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, seorang perawat harus

mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, yaitu dari mulai pengkajian sampai

dengan evaluasi dan yang sangat penting adalah disertai dengan sistem pendokumentasian

yang baik. Namun pada realitanya di lapangan, asuhan keperawatan yang dilakukan belum

disertai dengan sistem pendokumentasian yang baik, sehingga perawat mempunyai potensi

yang besar terhadap proses terjadinya kelalaian dalam praktek. Dengan adanya kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi, maka sangat dimungkinkan bagi perawat untuk

memiliki sistem pendokumentasian asuhan keperawatan yang lebih baik dengan

menggunakan Sistem Informasi Manajemen.

Manajemen didefenisikan sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain

untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu lingkungan yang berubah. Manajemen juga

merupakan proses pengumpulan dan mengorganisasi sumber-sumber dalam mencapai tujuan

(melalui kerja orang lain) yang mencerminkan dinamika suatu organisasi (Arwani & Heru,

2005).

Manajemen keperawatan merupakan suatu proses yang dilaksanakan sesuai dengan

pendekatan system terbuka. Oleh karena itu, manajemen keperawatan terdiri dari atas

beberapa komponen yang tiap-tiap komponen saling berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem

dicirikan oleh lima elemen, yaitu input, proses, output, control dan mekanisme umpan-balik.

Manajemen keperawatan dimasa depan perlu mendapatkan prioritas utama dalam

pengembangan keperawatan di masa depan. Hal ini berkaitan dengan tuntutan profesi dan

global bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara

profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi.

Manajemen keperawatan harus diaplikasikan dalam tatanan pelayanan keperawatan nyata

yaitu Rumah Sakit dan komunitas sehingga perawat perlu memahami konsep dan aplikasinya.

Konsep yang harus dikuasai adalah konsep manajemen keperawatan, perencanaan yang

berupa strategi melalui pengumpulan data, analisa SWOT dan penyusunan langkah-langkah

perencanaan, pelaksanaan model keperawatan profesional dan melakukan pengawasan serta

pengendalian.
Era globalisasi dan perkembangan ilmu serta teknologi kesehatan menuntut perawat,

sebagai suatu profesi, memberi pelayanan kesehatan yang optimal. Salah satu upaya yang

dilakukan adalah dengan mengembangkan model praktik keperawatan profesional (MPKP).

Akan tetapi untuk memujudkan MPKP rumah sakit harus mencari strategi untuk

meningkatkan mutu pelayanan di masyarakat dan setiap ruangan harusnya memiliki strategi

untuk mencapai ruangan MPKP yang diharapkan. Dilihat dari kegiatan sehari-hari

pelaksanaan supervise yang efektif dan efesien untuk meningkatkan mutu pelayanan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan selama 4 minggu di ruang

Abimanyu RSJD Arif Zaenudin Surakarta, mahasiswa dapat menerapkan pengelolaan

ruangan dengan pendekatan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)

berdasarkan langkah-langkah penyelesaian masalah (problem solving cycle).

2. Tujuan khusus
Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan, mahasiswa dapat:

a. Melakukan pengkajian manajemen keperawatan sesuai


pendekatan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) tentang pengelolaan
ruang Abimanyu RSJD Arif Zaenudin Surakarta.
b. Terlaksananya kegiatan sosialisasi pentingnya supervisi di ruang
Abimanyu RSJD Arif Zaenudin Surakarta.
c. Mengidentifikasi masalah yang ada ruangan dengan pendekatan
penyelesaian masalah (problemsolving cycle) di ruang Abimanyu RSJD Arif Zaenudin
Surakarta.
d. Bersama perawat menentukan prioritas masalah yang terkait
dengan masalah-masalah yang dijumpai dalam pengelolaan ruangan di ruang
Abimanyu RSJD Arif Zaenudin Surakarta.
e. Bersama perawat menyusun perencanaan untuk menyelesaikan
masalah yang ditemukan berdasarkan prioritas masalah yang sudah dipilih dengan
pendekatan MPKP dan sesuai fungsi manajemen di ruang Abimanyu RSJD Arif
Zaenudin Surakarta.
f. Bersama perawat melakukan implementasi sesuai dengan
perencanaan yang telah dibuat di ruang Abimanyu RSJD Arif Zaenudin Surakarta.
g. Melakukan evaluasi proses dan hasil terhadap implementasi yang
sudah dilakukan di ruang Abimanyu RSJD Arif Zaenudin Surakarta.
h. Menyusun rencana tindak lanjut berdasarkan hasil evalusinasi
proses maupun hasil di ruang Abimanyu RSJD Arif Zaenudin Surakarta.

C. Manfaat
1. Institusi pendidikan
Membantu dalam proses belajar mengajar terutama penerapan manajemen

keperawatan di ruang perawatan dan memberikan informasi bagi mahasiswa maupun

dosen terutaama mengenai pelaksanaan manajemen asuhan dan manajemen pelayanan

dalam melakukan pengelolaan ruangan.

2. Mahasiswa
Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dengan menerapkan teori manajemen

keperawatan secara langsung dan dapat mencari alternatif pemecahan masalah ketika

menghadapi hambatan dan kesulitan selama penerapan manajemen asuhan dan pelayanan

di ruang perawatan.

3. Rumah sakit
Sebagai bahan masukan untuk perencanaan pengembangan bangsal Model Praktik

Keperawatan Profesional dan sebagai bahan informasi untuk melakukan evaluasi terhadap

pelaksanaan supervise di ruang Abimanyu RSJD Arif Zaenudin Surakarta.

4. Ruang Abimanyu RSJD Arif Zaenudin Surakarta


Sebagai informasi tentang keadaan terbaru mengenai pelaksanaan MPKP sehingga

dapat mengadakan perbaikan secara bertahap dan terencana.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Supervisi berasal dari kata super (bahasa Latin yang berarti diatas) dan videre
(bahasa Latin yang berarti melihat). Bila dilihat dari asal kata aslinya,supervisi berarti
“melihat dari atas”. Pengertian supervisi secara umum adalah melakukan pengamatan secara
langsung dan berkala oleh “atasan” terhadap pekerjaan yang dilakukan “bawahan” untuk
kemudian bila ditemukan masalah segera diberikan bantuan yang bersifat langsung guna
mengatasinya (Suarli, 2009).
Supervisi adalah suatu aktivitas pengawasan yang biasa dilakukan untuk memastikan
bahwa suatu proses pekerjaan dilakukan sesuai dengan yang seharusnnya. Dalam aktivitas
supervisi ini pihak yang melakukan supervisi disebut supervisior. Seorang supervisior
dituntut untuk dapat menguasai paling tidak dua hal penting agar proses supervisi menjadi
bernilai tambah, yaitu kemampuan teknis sesuai proses pekerjaan yang ditangani dan
kemampuan managemen (Simamora,2013).
Supervisi merupakan bagian yang penting dalam menejemen serta keseluruhan
tanggung jawab pemimpin. Pemahaman ini juga ada dalam manajemen keperawatan.
Sehingga untuk mengelola asuhan keperawatan dibutuhkan kemampuan supervisi dari
seorang manajer keperawatan. Swansburg 1999 dalam Suyanto, 2009 mengatakan bahwa,
supervisi adalah suatu proses kemudahan untuk penyelesaiam tugas-tugas keperawatan.
Dimana supervisor merencanakan, mengarahkan, membimbing, mengajar seta mengevaluasi
secara terus menerus pada setiap perawat.
Supervisi atau pengawasan adalah proses pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan
untuk memastikan apakah kegiatan tersebut berjalan sesuai tujuan organisasi dan standar
yang telah ditetapkan (Keliat Anna,2006).
Supervisi dilaksanakan oleh orang yang memiliki kemampuan yang cakap dalam
bidang yang disupervisi. Dalam struktur organisasi,supervisi biasanya dilakukan oleh atasan
terhadap bawahan atau konsultan terhadap pelaksana. Dengan supervisi,kegiatan yang
dilakukan diharapkan sesuai dengan tujuan organisasi,tidak menyimpang,dan menciptakan
hasil seperti yang diinginkan (Keliat Anna,2006).
Supervisi tidak diartikan sebagai pemeriksaan atau mencari kesalahan,tapi lebih
diartikan sebagai pengawasan partisipatif, yaitu mendahulukan penghargaan terhadap
pencapaian atau hal positif yang dilakukan dan memberikan jalan keluar untuk hal yang
masih belum dapat dilakukan. Dengan demikian,bawahan tidak merasakan bahwa ia sedang
dinilai. Namun,ia juga dibimbing untuk melakukan pekerjaaannya dengan benar (Keliat
Anna,2006).

B. Fungsi Supervisi
1 Dalam keperawatan fungsi supervisi adalah untuk mengatur dan mengorganisir proses
pemberian pelayanan keperawatan yang menyangkut pelaksanaan kebijakan pelayanan
keperawatan tentang standar asuhan yang telah disepakati.
2 Fungsi utama supervisi modern adalah menilai dalam memperbaiki factor-factor yang
mempengaruhi proses pemberian pelayanan asuhan keperawatan.
3 Fungsi utama supervisi dalam keperawatan adalah mengkoordinasikan, menstimuli, dan
mendorong ke arah peningkatan kualitas asuhan keperawatan.
4 Fungsi supervisi adalah membantu (assisting), memberi support (supporting) dan
mangajak untuk diikutsertakan (sharing), (Nurachmah, 2000).
C. Penerapan Supervisi di ruang MPKP
Di MPKP kegiatan supervisi dilaksanakan secara optimal untuk menjamin kegiatan
pelayanan di MPKP sesuai standar mutu professional yang telah ditetapkan. Supervisi
dilakukan oleh perawat yang memiliki kompetensi baik dalam manajemen maupun asuhan
keperawatan serta menguasai pilar-pilar profesionalisme yang diterapkan di MPKP. Untuk
itu pengawasan berjenjang dilakukan sebagai berikut :
1 Kepala Seksi Keperawatan atau konsultan melakukan pengawasan terhadap Kepala
ruang
2 Kepala ruang melakukan pengawasan terhadap Ketua Tim dan Perawat Pelaksana
3 Ketua Tim melakukan pengawasan terhadap Perawat Pelaksana
Materi supervisi atau pengawasan disesuaikan dengan uraian tugas dari masing-masing
staf perawat yang disupervisi. Materi supervisi untuk kepala ruangan berkaitan dengan
kemampuan managerial dan kemampuan asuhan keperawatan. Ketua tim disupervisi terkait
dengan kemampuan pengelolaan di timnya dan kemampuan asuhan kperawatan. Dilain pihak,
perawat pelaksana disupervisi terkait dengan kemampuan asuhan keperawatan yang
dilaksanakan.
Agar supervisi dapat menjadi alat pembinaan dan tidak menjadi mo-mok bagi staf, perlu
disusun jadwal supervisi dan standar kinerja masing-masing staf. Contoh jadwal supervisi
Ruang MPKP dapat dilihat di tabel:

Contoh jadwal supervisi ruang MPKP


Waktu Disupervisor Yang Materi supervise
Disupervisi
6/3-06 Karu Katim I Memimpin pre
conference
7/3-06 Karu Katim II Memimpin pre
conference
7/3-06 Katim I PA Askep :Halusinasi

7/3-06 Katim II PA Askep:Perilaku


kekerasan

D. Unsur Pokok Supervisi


Unsur-unsur pokok dalam supervisi adalah sebagai berikut:
1. Pelaksana
Yang bertanggung jawab melaksanakan supervisi adalah atasan (supervi-sor) yang
memiliki “kelebihan” dalam organisasi, karena fungsi supervisi memang banyak
terdapat pada tugas atasan. Namun,untuk keberhasilan supervisi, yang lebih diutamakan
adalah kelebihan dalam hal pengetahuan dan ketrampilan. Bertitik tolak dari ciri
tersebut, sering dikatakan bahwa keberhasilan supervisi lebih ditentukan oleh tingkat
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki atasan untuk pekerjaan yang tidak
disupervisi, bukan oleh wewenangnya.
2. Sasaran
Sasaran atau objek dari supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan,
serta bawahan yang melakukan pekerjaan. Jika supervisi mempunyai sasaran berupa
pekerjaan yang dilakukan, maka disebut supervisi langsung, sedangkan jika sasaran
berupa bawahan yang melakukan pekerjaan yang disebut supervisi tidak langsung.
Di sini terlihat lebih jelas bahwa bawahan yang melaksanakan pekerjaan akan
disupervisi, tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kinerja pekerjaan yang
dilakukan oleh bawahan.
3. Frekuensi
Supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang berkala. Supervisi yang
dilakukan hanya sekali, bisa dikatakan bukan supervisi yang baik, karena
organisasi/lingkungan selalu berkembang. Oleh sebab itu, agar organisasi selalu dapat
mengikuti berbagai perkembangan dan perubahan, perlu dilakukan berbagai
penyesuaian. Supervisi dapat membantu penyesuain tersebut, yaitu melalui peningkatan
pengetahuan dan ketrampilan bawahan.
Tidak ada pedoman yang pasti mengenai berapa kali supervisi harus dilakukan.
Yang digunakan sebagai pegangan umum, supervisi biasanya bergantung dari derajat
kesulitan pekerjaan yang dilakukan. Jika derajat kesulitannya tinggi serta sifat
penyesuaiannya mendasar, maka supervisi harus lebih sering dilakukan.
4. Tujuan
Tujuan dari supervisi adalah memberikan bantuan kepada bawahan secara
langsung sehingga dengan bantuan tersebut bawahan akan memiliki bekal yang cukup
untuk dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil yang baik.
Pemahaman seperti ini sangat penting, karena tujuan dari supervisi bukan semata-
mata untuk mencapai hasil yang baik. Supervisi seharusnya memberikan “bekal”
kepada bawahan, sehingga dengan bekal tersebut, bawahan seterusnya dapat
melaksanakan tugas dan pekerjaannya dengan baik.
5. Teknik
Teknik pokok supervisi pada dasarnya mencangkup empat hal, yaitu:
a. Menetapkan masalah dan prioritasnya
b. Menetapkan penyebab masalah,prioritas, dan jalan keluarnya
c. Melaksanakan jalan keluar
d. Menilai hasil yang dicapai untuk tindal lanjut

E. Prinsip Pokok Dalam Supervisi


Prinsip pokok supervisi secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Tujuan utama supervisi ialah untuk lebih meningkatkan kinerja bawahan, bukan untuk
mencari kesalahan. Peningkatan kinerja ini dilakukan dengan melakukan pengamatan
langsung terhadap pekerjaan bawahan, untuk kemudian apabila ditemukan masalah,
segera diberikan petunjuk atau bantuan untuk mengatasinnya.
2. Sejalan dengan tujuan utama yang ingin dicapai, sifat supervisi harus edukatif dan
suportif, bukan otoriter.
3. Supervisi harus dilakukan secara teratur dan berkala. Supervisi yang hanya dilakukan
sekali, bukan supervisi yang baik.
4. Supervisi harus dapat dilaksanakan sedemikian rupa sehingga terjalin kerjasama yang
baik antara atasan dan bawahan, terutama pada saat proses penyelesaian masalah,dan
untuk lebih mengutamakan kepentingan bawahan
5. Strategi dan tata cara supervisi yang akan dilakukan harus sesuai dengan kebutuhan
masing-masing bawahan secara individu. Penerapan strategi dan tata cara yang sama
untuk semua kategori bawahan, bukan merupakan supervisi yang baik.
6. Supervisi harus dilaksanakan secara fleksibel dan selalu disesuaikan dengan
perkembangan.

F. Pelaksana Supervisi

Yang bertanggung jawab untuk melaksanakan supervisi adalah atasan yang memiliki
“kelebihan” dalam organisasi. Idealnya, kelebihan tersebut tidak hanya aspek status dan
kedudukan, tetapi juga pengetahuan dan keterampilan berdasarkan hal tersebut serta prinsip-
prinsip pokok supervisi, maka untuk dapat melaksanakan supervisi dengan baik, ada
beberapa syarat atau karakteristik yang harus dimiliki oleh pelaksana supervis (supervisior).
Karakteristik yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1. Sebaiknya pelaksana supervisi adalah atasan langsung dari yang disupervisi. Atau
apabila hal ini tidak mungkin dapat ditunjuk staf khusus dengan batas-batas wewenang
dan tanggung jawab yang jelas.
2. Pelaksana supervisi harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang cukup untuk
jenis pekerjaan yang akan disupervisi.
3. Pelaksana supervisi harus memiliki ketrampilan melakukan supervisi, artinya
memahami prinsip-prinsip pokok serta teknik supervisi.
4. Pelaksana supervisi harus memiliki sifat edukatif dan suportif,bukan otoriter.
5. Pelaksana supervisi harus mempunyai waktu yang cukup,sabar, dan selalu berupaya
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku bawahan yang disupervisi.

Karena karakteristik-karakteristik tersebut, terutama karakteristik yang ke tiga yaitu


memahami prinsip-prinsip serta teknik supervisi, maka untuk dapat menjadi pelaksana
supervisi yang baik manajer pula mengikuti pendidikan dan pelatihan yang bersifatkhusus.
Pelaksana supervisi yang baik membutuhkan bekal yang banyak, termasuk bekal dalam
melakukan komunikasi, motivasi, pengarahan, bimbingan dan juga kepemimpinan.

Pelaksana Supervisi
1. Kepala ruangan
Bertanggung jawab untuk melakukan supervisi pelayanan keperawatan yang diberikan
pada pasien di ruang perawatan yang dipimpinnya. Kepala ruangan mengawasi perawat
pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan baik secara langsung maupun tidak
langsung disesuaikan dengan metode penugasan yang diterapkan di ruang perawatan
tersebut. Sebagai contoh ruang perawatan yang menerapkan metode TIM, maka kepala
ruangan dapat melakukan supervisi secara tidak langsung melalui ketua tim masing-masing
(Suarli dan Bahtiar , 2009).
2. Pengawas perawatan (supervisor)
Ruang perawatan dan unit pelayanan yang berada di bawah unit pelaksana fungisional
(UPF) mempunyai pengawas yang bertanggung jawab mengawasi jalannya pelayanan
keperawatan.
3. Kepala bidang keperawatan
Mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang aman dan nyaman, efektif dan
efesien. Oleh karena itu tugas dari seorang supervisor adalah mengorientasikan staf dan
pelaksana keperawatan terutama pegawai baru, melatih staf dan pelaksana staf
keperawatan, memberikan pengarahan dalam pelaksanaan tugas agar menyadari, mengerti
terhadap peran, fungsi sebagai staf dan pelaksana asuhan keperawatan, memberikan
pelayanan bimbingan pada pelaksana keperawatan dalam memberikan asuahan
keperawatan.
Sebagai top manager dalam keperawatan, kepala bidang keperawatan, kepala bidang
keperawatan bertanggung jawab melakukan supervisi baik secara langsung atau tidak
langsung melalui para pengawas keperawatan.

G. Sasaran Supervisi Keperawatan


Setiap sasaran dan target dilaksanakan sesuai dengan pola yang disepakati berdasarkan
struktur dan hirearki tugas. Sasaran atau objek dari supervisi adalah pekerjaan yang
dilakukan oleh bawahan, serta bawahan yang melakukan pekerjaan. Jika supervisi
mempunyai sasaran berupa pekerjaan yang dilakukan, maka disebut supervisi langsung,
sedangkan jika sasaran berupa bawahan yang melakukan pekerjaan disebut supervisi tidak
langsung. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kinerja pekerjaan yang dilakukan
oleh bawahan (Suarli dan Bachtiar, 2009)
Sasaran yang harus dicapai dalam pelaksanaan supervisi antara lain: pelaksanaan tugas
keperawatan, penggunaan alat yang efektif dan ekonomis, system dan prosedur yang tidak
menyimpang, pembagian tugas dan wewenang, penyimpangan/penyeleengan kekuasaan,
kedudukan dan keuangan (Suyanto, 2008).

H. Teknik Supervisi

Teknik pokok supervisi pada dasarnya identik dengan teknik penyelesaian masalah
(problem solving). Bedanya, pada supervisi, teknik pengumpulan data untuk menetapkan
masalah dan penyebab masalah menggunakan teknik pengamatan lansung (direct
observation) oleh pelaksana supervisi terhadap sasaran supervisi, serta pelaksanaan jalan
keluar. Dalam mengatasi masalah, tindakan dapat dilakukan oleh pelaksana supervisi,
bersama-sama dengan sasaran supervisi secara langsung ditempat (on the spot). Dengan
perbedaan seperti ini, jelaslah bahwa untuk dapat melaksanakan supervisi yang baik, ada dua
hal yang perlu diperhatikan:
1. Pengamatan langsung
Pengamatan langsung harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Untuk itu, ada
beberapa hal lain yang harus diperhatikan.
a. Sasaran pengamatan
Pengamatan langsung yang tidak jelas sasarannya dapat menimbulkan
kebingungan, karena pelaksana supervisi dapat terperangkap pada sesuatu yang
bersifat detail. Untuk mencegah keadaan yang seperti ini, maka pada pengamatan
langsung perlu ditetapkan sasaran pengamatan, yakni hanya ditunjukkan pada
sesuatu yang bersifat pokok dan strategis saja (selective supervision).
b. Objektivitas pengamatan
Pengamatan langsung yang tidak terstandarisasi dapat menganggu
objektifitas. Untuk mencegah keadaan yang seperti ini, maka pengamatan langsung
perlu dibantu dengan suatu daftar isi (check list) yang telah dipersiapkan. Daftar isi
tersebut ditunjukkan untuk setiap sasaran pengamatan secara lengkap dan apa
adanya.
c. Pendekatan pengamatan
Pengamatan langsung sering menimbulkan berbagai dampak dan kesan
negative, misalnya rasa takut, tidak senang , atau kesan menganggu kelancaran
pekerjaan. Untuk mencegah keadaan ini,pengamatan langsung tersebut harus
dilakukan sedemikian rupa sehingga berbagai dampak atau kesan negative tersebut
tidak sampai muncul. Sangat dianjurkan pengamatan tersebut dapat dilakukan
secara edukatif dan suportif,bukan menunjukkan kekuasaan atau otoritas.
2. Kerjasama
Tujuan pokok supervisi adalah meningkatkan kinerja bawahan dengan
memberikan bantuan secara langsung ditempat,sesuai dengan kebutuhannya. Untuk
mengatasi masalah yang ditemukan, diperlukan kerjasama antara pelaksana supervisi
dan yang disupervisi. Kerjasama ini akan berhasil apabila ada komunikasi yang baik
antara pelaksana supervisi dan yang disupervisi, serta mereka yang disupervisi
merasakan masalah yang dihadapi juga merupakan masalah mereka sendiri (sense of
belonging).
Agar komunikasi yang baik dan rasa memiliki ini dapat muncul, pelaksana
supervisi dan yang disupervisi perlu bekerjasama dalam penyelesaian masalah,
sehingga prinsip-prinsip kerja sama kelompok (team work) dapat diterapkan. Masalah,
penyebab masalah, serta upaya alternative penyelesaian masalah harus dibahas secara
bersama-sama. Kemudian, upaya penyelesaian masalah tersebut dilaksanakan secara
bersama-sama pula (Suarli & Bahtiar,2009).
3. Supervisi Keperawatan
Dalam bidang keperawatan supervisi mempunyai pengertian yang sangat luas,
yaitu meliputi segala bantuan dari pemimpin/penanggung jawab kepada perawat yang
ditujukan untuk perkembangan para perawat dan staf lainnya dalam mencapai tujuan
asuhan keperawatan kegiatan supervisi semacam ini merupakan dorongan bimbingan
dan kesempatan bagi pertumbuhan dan perkembangan keahlian dan kecakapan para
perawat (Suyanto, 2008). Supervisi terhadap kinerja perawat pelaksana dalam
pendokumentasian asuhan keperawatan dapat dilakukan dengan memberikan
bimbingan, pengarahan, observasi dan pemberian motivasi serta evaluasi terhadap
pendokumentasian tiap-tiap tahap proses keperawatan. Kelengkapan dan kesesuaian
dengan standar merupakan variabel yang harus disupervisi (wiyana, 2008).

I. Pelaksanaan Supervisi Keperawatan


Tehnik Supervisi keperawatan
Supervisi keperawatan merupakan suatu proses pemberian sumber-sumber yang
dibutuhkan perawat untuk menyelesaiakan tugas dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan. Dengan supervisi memungkinkan seorang manajer keperawatan dapat
menemukan berbagai kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan asuahan keperawatan di
ruang yang bersangkutan melalui analisis secara komprehensif bersama-sama dengan
anggota perawat secara efektif dan efesien. Melalui kegiatan supervisi seharusnya kualitas
dan mutu pelayanan keperawatan menjadi fokus dan menjadi tujuan utama bukan malah
menyibukkan diri mencari kesalahan atau penyimpangan (Arwani, 2006). Teknik supervisi
dibedakan menjadi dua, supervisi langsung dan tak langsung:
1. Teknik Supervisi Secara Langsung.
Supervisi yang dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang dilaksanakan.
Pada waktu supervisi diharapkan supervisor terlibat dalam kegiatan agar pengarahan
dan pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai perintah Bittel, 1987 (dalam Wiyana,
2008). Cara memberikan supervisi efektif adalah :1) pengarahan harus lengkap dan
mudah dipahami; 2) menggunakan kata-kata yang tepat; 3) berbicara dengan jelas dan
lambat; 4) berikan arahan yang logis; 5) Hindari banyak memberikan arahan pada satu
waktu; 7) pastikan arahan yang diberikan dapat dipahami; 8) Pastikan bahwa arahan
yang diberikan dilaksanakn atau perlu tindak lanjut Supervisi langsung dilakukan pada
saat perawat sedang melaksanakan pengisian formulir dokumentasi asuhan
keperawatan. Supervisi dilakukan pada kinerja pendokumentasian dengan
mendampingi perawat dalam pengisian setiap komponen dalam proses keperawatan
mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi.

Langkah-langkah yang digunakan dalam supervisi langsung (Wiyana, 2008):


a) Informasikan kepada perawat yang akan disupervisi bahwa pendokumentasiannya
akan disupervisi.
b) Lakukan supervisi asuhan keperawatan pada saat perawat melakukan
pendokumentasian. Supervisor melihat hasil pendokumentasian secara langsung
dihadapan perawat yang mendokumentasikan.
c) Supervisor menilai setiap dokumentasi sesuai standar dengan asuhan keperawatan
pakai yaitu menggunakan form A Depkes 2005.
d) Supervisor menjelaskan, mengarahkan dan membimbing perawat yang disupervisi
komponen pendokumentasian mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi kepada perawat yang sedang menjalankan
pencacatan dokumentasi asuhan keperawatan sesuai form A dari Depkes.
e) Mencatat hasil supervisi dan menyimpan dalam dokumen supervisi.
2. Secara Tidak Langsung.
Supervisi tidak langsung adalah supervisi yang dilakukan melalui laporan baik
tertulis maupun lisan. Perawat supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di
lapangan sehingga memungkinkan terjadinya kesenjangan fakta. Umpan balik dapat
diberikan secara tertulis (Bittel, 1987) dalam Wiyana, 2008.

Langkah-langkah Supervisi tak langsung:


a) Lakukan supervisi secara tak langsung dengan melihat hasil dokumentasi pada
buku rekam medik perawat.
b) Pilih salah satu dokumen asuhan keperawatan.
c) Periksa kelengkapan dokumentasi sesuai dengan standar dokumentasi asuhan
keperawatan yang ditetapkan rumah sakit yaitu form A dari Depkes.
d) Memberikan penilaian atas dokumentasi yang di supervisi dengan memberikan
tanda bila ada yang masih kurang dan berikan cacatan tertulis pada perawat yang
mendokumentasikan.
e) Memberikan catatan pada lembar dokumentasi yang tidak lengkap atau sesuai
standar.

J. Kompetensi Supervisor Keperawatan


Tanggung jawab utama seorang supervisor adalah mencapai hasil sebaik mungkin
dengan mengkoordinasikan system kerjanya.Para supervisor mengkoordinasikan pekerjaan
karyawan dengan mengarahkan, melancarkan, membimbingan, memotivasi, dan
mengendalikan (Dharma, 2003). Seorang keperawatan dalam menjalankan tugasnya sehari-
hari harus memiliki kemampuan dalam (Suyanto, 2008):
a. Memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas, sehingga dapat dimengerti oleh staf
dan pelaksana keperawatan.

b. Memberikan saran, nasehat dan bantuan kepada staf dan pelaksanan keperawatan.

c. Memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja kepada staf dan pelaksanan
keperawatan.

d. Mampu memahami proses kelompok (dinamika kelompok).

e. Memberikan latihan dan bimbingan yang diperlukan oleh staf dan pelaksana
keperawatan.

f. Melakukan penilaian terhadap penampilan kinerja perawat.

g. Mengadakan pengawasan agar asuhan keperawatan yang diberikan lebih baik.

K. Model-model Supervisi Keperawatan


Selain cara supervisi yang telah diuraikan, beberapa model supervisi dapat diterapkan dalam
kegiatan supervisi antara lain (Suyanto, 2008):
a. Model konvensional
Model supervisi dilakukan melalui inspeksi langsung untuk menemukan masalah
dan kesalahan dalam pemberian asuhan keperawatan. Supervisi dilakukan untuk
mengoreksi kesalahan dan memata-matai staf dalam mengerjakan tugas. Model ini sering
tidak adil karena hanya melihat sisi negatif dari pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan
para perawat pelaksana sehingga sulit terungkap sisi positif, hal-hal yang baik ataupun
keberhasilan yang telah dilakukan
b. Model ilmiah
Supervisi dilakukan dengan pendekatan yang sudah direncanakan sehingga tidak
hanya mencari kealahan atau masalah saja. Oleh karena itu supervisi yang dilakukan
dengan model ini memilki karasteristik sebagai berikut yaitu, dilakukan secara
berkesinambungan, dilakukan dengan prosedur, instrument dan standar supervisi yang
baku, menggunakan data yang objektif sehingga dapat diberikan umpan balik dan
bimbingan.
c. Model klinis
Supervisi model klinis bertujuan untuk membantu perawat pelaksana dalam
mengembangkan profesionalisme sehingga penampilan dan kinerjanya dalam pemberian
asuahn keperawatan meningkat. Supervisi dilakukan secara sistematis melalui
pengamatan pelayanan keperawatan yang diberikan oleh seorang perawat selanjutnya
dibandingkan dengan standar keperawatan.

d. Model artistic
Supervisi model artistic dilakukan dengan pendekatan personal untuk
menciptakan rasa aman sehingga supervisor dapat diterima oleh perawat pelaksana yang
disupervisi. Dengan demikian akan tercipta hubungan saling percaya sehingga hubungna
antara perawat dan supervisor akan terbuka dam mempermudah proses supervisi.
BAB III
ANALISA MASALAH

HASIL PENGKAJIAN

A. Pengkajian

1. Supervisi
Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara bahwa supervisi sudah dilakukan
oleh kepala ruang baik dari karu kepada katim dan perawat pelaksana
maupun dari katim ke perawat pelaksanaan. Supervisi dilakukan secara
berkala namun belum didokumentasikan di buku laporan.

Observasi
Berdasarkan hasil observasi bahwa supervisi yang berjalan selama
ini baru bersifat lisan dan belum terdokumentasi. Dari hasil observasi
asuhan keperawatan terdapat 5 asuhan keperawatan yang dikerjakan
tidak sesuai rencana yang dibuat katim (perawat primer).
A. ANALISIS SWOT

Aspek yang STRENGTH WEAKNESS OPPORTUNITY THREAT


dikaji (Kekuatan) (Kelemahan) (Kesempatan) (Ancaman)

1. Supervisi sudah dilakukan 1. Supervisi yang


Sistem 1. Berdasarkan hasil observasi, 1. Sudah adanya supervise
berdasarkan SOP tapi dilakukan tidak sesuai
supervise di sudah ada di dalam SPO yang dilakukan oleh
kurang efektif. dengan SOP
ruang tentang supervisi. KARU dan KATIM.
2. Dari hasil observasi laporan 2. Jika sipervisi tidak
2. Berdasarkan hasil wawancara
Abimanyu 2. Pengadaan laporan
kegiatan supervisi di dilakukan sesuai SOP,
bahwa supervisi sudah
RSJD Supervisi
ruangan Abimanyu belum makan akan
dilakukan oleh KARU baik
Surakarta 3. Penyuluahn pentingnya
tersedia. berpengaruh pada mutu
dari KARU kepada KATIM
3. Berdasarkan hasil observasi adanya laporan buku
pelayanan asuhan
dan KATIM ke perawat
bahwa supervisi yang supervise
keperawatan pada
pelaksana
berjalan selama ini baru Penyuluhan tentang
3. Supervise dilakukan oleh DMN pasien.
bersifat lisan dan belum dampak dan kerugian jika 3. Tidak tercapainya
terdokumentasi tidak adanya buku laporan ruangan MPKP yang
supervisi baik.

B. IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA DATA


No Data Fokus Masalah
1.  Data Subjektif Kurang optimalnya pelaksanaan
Berdasarkan hasil wawancara bahwa supervisi sudah dilakukan oleh kepala kegiatan supervisi.
ruang baik dari karu kepada katim dan perawat pelaksana maupun dari katim ke
perawat pelaksana
Supervisi dilakukan secara berkala namun belum didokumentasikan di buku
laporan

 Data Objektif
Berdasarkan hasil observasi bahwa supervisi yang berjalan selama ini baru
bersifat lisan dan belum terdokumentasi
Dari hasil observasi asuhan keperawatan terdapat 5 asuhan keperawatan yang
dikerjakan tidak sesuai rencana yang dibuat katim (perawat primer).

C. ALTERNATIF CARA PENYELESAIAN MASALAH


Penyebab Masalah Rencana Penyelesaian Masalah
1. Kesibukan kepala ruang untuk melakukan 1. Pengadaan laporan Supervisi
supervise kepada katim. 2. Penyuluahn pentingnya adanya laporan buku supervise
2. Kepala ruang jarang melakukan supervise karena
3. Penyuluhan tentang dampak dan kerugian jika tidak adanya buku
ada bagian DMN yang melakukan supervise.
laporan supervisi

MAN
Kurangnya motivasi
dalam pelaksanaan
supervisi

Kurang
optimalnya
Kurang optimalnya
pelaksanaan
pelaksanaan
kegiatan
kegiatan supervise
supervise
1. Kurang optimalnya pelaksanaan kegiatan supervise

METODE MATERIAL
Supervisi yang dilakukan Belum adanya buku laporan
menggunakan metode lisan supervisi yang jelas
belum terdokumentasi
D. POA (Planning Of Action)
RENCANA BAHAN DAN
NO. METODE SASARAN WAKTU TEMPAT PELAKSANA
TINDAKAN ALAT
1 1. Penyuluahn Diskusi dan KARU, Materi Sabtu, 02, Ruang Sujatmiko
Materi KATIM, PA Desember Abimanyu
pentingnya adanya
2017
laporan buku
supervise
2. Penyuluhan Diskusi dan KARU, Materi Supervisi Sabtu, 02, Ruang Sujatmiko
Materi KATIM, PA Desember Abimanyu
tentang dampak
2017
dan kerugian jika
tidak adanya buku
laporan supervise
3. Pengadaan laporan
Diskusi KARU, Materi, Buku Selasa, 05 Ruang
Supervisi KATIM, PA laporan Desember, Abimanyu Sujatmiko
supervise 2017

E. TINDAKAN YANG SUDAH DI LAKUKAN


No Tindakan Waktu Tempat Peserta Hasil Pelaksana

1. Melakukan Penyuluhan Sabtu, 02, Ruang Karu, Katim dan Membahas materi Sujatmko
Desember
tentang dampak dan Abimanyu Perawat
2017
kerugian jika tidak
adanya buku laporan
supervisi
2. Melakukn Penyuluahan Sabtu, 02, Ruang Karu, Katim dan 1. Mensosialisasi materi supervise Sujatmko
Desember 2. Pembuatan format supervise
pentingnya adanya Abimanyu perawat
2017 3. Pembuatan jadwal supervisi
laporan buku supervise

3. Melakukan kegiatan Selasa, 05 Ruang Karu 1. Karu melakukan supervise Sujatmko


2. Kegiatan supervise di
supervise dan Pengadaan Desember, Abimanyu
dokumentasikan di buku laporan
laporan Supervisi 2017
F. EVALUASI
1. Faktor Pendukung dan Penghambat
a. Pendukung
 Karu dan Katim kooperatif
 Karu dan Katim mengikuti kegiatan sosialisasi supervisi sampai
selesai
b. Penghambat
 Tidak semua Katim bisa di hadir saat pelaksana sosialisasi tentang
supervise.
 Kesibukan kepala ruang untuk melakukan supervise kepada katim.
 Kepala ruang jarang melakukan supervise karena ada bagian DMN
yang melakukan supervise.
2. Evaluasi
a. Evaluasi Struktural
- Ters
- Tersedia laporan pre planning penyusunan jadwal predan post
conference bagi perawat di Ruang Abimanyu
- Tersedia cukup waktu untuk penyusunan jadwal pre dan post
conference bagi perawat di Ruang Abimanyu RSJD dr. Arif
Zainudin Surakarta
- Tersedia tempat untuk diskusi dan sharing tentang penyusunan
jadwal pre dan post conference bagi perawat di Ruang Abimanyu
RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta
b. Evaluasi Proses
Karu melakukan supervise kepada Katim sesuai dengan jadwal dan
mengisi buku laporan kegiatan supervise yang telah dibuat.
c. Evaluasi Hasil
- Terdapat jadwal supervise di logbook harian kepala ruang.
- Dilakukan role play supervisi sesuai dengan SPO yang berlaku di
Ruang Abimanyu RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta

A. RENCANA TINDAK LANJUT


1. Motivasi Karu untuk pelaksanaan supervisi ruangan berkala dan mengisi
buku laporan pelaksanaan supervise.
2. Anjurkan karu untuk pelaksanaan supervise terhadap pelaksanaan proses
kepeawatan di ruangan.
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, N. 2006. Manajemen bangsal keperawatan. Jakarta: EGC

Arwani. (2006), Manajemen bangsal keperawatan. Jakarta: EGC


Goziyan, Elsye Maria Roza, Efektifitas penerapan supervisi kepala ruang
terhadap pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang
inap rumah sakit pku muhammadiyah bantul. Yogyakarta.
Http://journal.umy.ac.id/index.php/mrs/article/download/942/1037
Keliat, Budi Anna, Dkk. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2.
Jakarta: EGC.
Nurachmah, E. 2000. Prinsip keperawatan dan berfikir kritis. Jakarta. Salemba
medika
Nursalam. 2014. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan . Jakarta: Salemba Medika Sitorus


Ratna. 2006. Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit. EGC,

Jakarta Sitorus

Simamora, R. (2013). Buku ajar manajemen keperawatan. Jakarta: EGC.


Suarli, S. & Bahtiar. (2009). Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan
Praktik. Jakarta: Erlangga.
Suyanto. (2008). Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan di
Rumah Sakit. Jogjakarta : Mitra Cendikia Jogjakarta
Wiyana. M. (2008).Supervisi dalam keperawatan. Diambil pada 17 juli 2013.

Anda mungkin juga menyukai