( SUPERVISI)
OLEH :
SUJATMIKO
070117A031
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNGARAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Manajemen keperawatan pada dasarnya berfokus pada perilaku manusia untuk
yang terdidik dalam pengetahuan dan keterampilan tentang perilaku manusia untuk
mengelola perawat profesional serta pekerja keperawatan non profesional. Mc. Gregor
menyatakan bahwa setiap manusia merupakan kehidupan individu secara keseluruhan yang
selalu mengadakan interaksi dengan dunia individu lainnya. Keperawatan Indonesia sampai
saat ini masih berada dalam proses mewujudkan keperawatan sebagai profesi, maka akan
terjadi beberapa perubahaan dalam aspek keperawatan yaitu: penataan pendidikan tinggi
keperawatan, pelayanan dan asuhan keperawatan, pembinaan dan kehidupan keprofesian, dan
Tenaga perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar bagi
kesehatan. Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, seorang perawat harus
mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, yaitu dari mulai pengkajian sampai
dengan evaluasi dan yang sangat penting adalah disertai dengan sistem pendokumentasian
yang baik. Namun pada realitanya di lapangan, asuhan keperawatan yang dilakukan belum
disertai dengan sistem pendokumentasian yang baik, sehingga perawat mempunyai potensi
yang besar terhadap proses terjadinya kelalaian dalam praktek. Dengan adanya kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi, maka sangat dimungkinkan bagi perawat untuk
untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu lingkungan yang berubah. Manajemen juga
(melalui kerja orang lain) yang mencerminkan dinamika suatu organisasi (Arwani & Heru,
2005).
pendekatan system terbuka. Oleh karena itu, manajemen keperawatan terdiri dari atas
beberapa komponen yang tiap-tiap komponen saling berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem
dicirikan oleh lima elemen, yaitu input, proses, output, control dan mekanisme umpan-balik.
pengembangan keperawatan di masa depan. Hal ini berkaitan dengan tuntutan profesi dan
yaitu Rumah Sakit dan komunitas sehingga perawat perlu memahami konsep dan aplikasinya.
Konsep yang harus dikuasai adalah konsep manajemen keperawatan, perencanaan yang
berupa strategi melalui pengumpulan data, analisa SWOT dan penyusunan langkah-langkah
pengendalian.
Era globalisasi dan perkembangan ilmu serta teknologi kesehatan menuntut perawat,
sebagai suatu profesi, memberi pelayanan kesehatan yang optimal. Salah satu upaya yang
Akan tetapi untuk memujudkan MPKP rumah sakit harus mencari strategi untuk
meningkatkan mutu pelayanan di masyarakat dan setiap ruangan harusnya memiliki strategi
untuk mencapai ruangan MPKP yang diharapkan. Dilihat dari kegiatan sehari-hari
pelaksanaan supervise yang efektif dan efesien untuk meningkatkan mutu pelayanan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan selama 4 minggu di ruang
2. Tujuan khusus
Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan, mahasiswa dapat:
C. Manfaat
1. Institusi pendidikan
Membantu dalam proses belajar mengajar terutama penerapan manajemen
2. Mahasiswa
Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dengan menerapkan teori manajemen
keperawatan secara langsung dan dapat mencari alternatif pemecahan masalah ketika
menghadapi hambatan dan kesulitan selama penerapan manajemen asuhan dan pelayanan
di ruang perawatan.
3. Rumah sakit
Sebagai bahan masukan untuk perencanaan pengembangan bangsal Model Praktik
Keperawatan Profesional dan sebagai bahan informasi untuk melakukan evaluasi terhadap
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Supervisi berasal dari kata super (bahasa Latin yang berarti diatas) dan videre
(bahasa Latin yang berarti melihat). Bila dilihat dari asal kata aslinya,supervisi berarti
“melihat dari atas”. Pengertian supervisi secara umum adalah melakukan pengamatan secara
langsung dan berkala oleh “atasan” terhadap pekerjaan yang dilakukan “bawahan” untuk
kemudian bila ditemukan masalah segera diberikan bantuan yang bersifat langsung guna
mengatasinya (Suarli, 2009).
Supervisi adalah suatu aktivitas pengawasan yang biasa dilakukan untuk memastikan
bahwa suatu proses pekerjaan dilakukan sesuai dengan yang seharusnnya. Dalam aktivitas
supervisi ini pihak yang melakukan supervisi disebut supervisior. Seorang supervisior
dituntut untuk dapat menguasai paling tidak dua hal penting agar proses supervisi menjadi
bernilai tambah, yaitu kemampuan teknis sesuai proses pekerjaan yang ditangani dan
kemampuan managemen (Simamora,2013).
Supervisi merupakan bagian yang penting dalam menejemen serta keseluruhan
tanggung jawab pemimpin. Pemahaman ini juga ada dalam manajemen keperawatan.
Sehingga untuk mengelola asuhan keperawatan dibutuhkan kemampuan supervisi dari
seorang manajer keperawatan. Swansburg 1999 dalam Suyanto, 2009 mengatakan bahwa,
supervisi adalah suatu proses kemudahan untuk penyelesaiam tugas-tugas keperawatan.
Dimana supervisor merencanakan, mengarahkan, membimbing, mengajar seta mengevaluasi
secara terus menerus pada setiap perawat.
Supervisi atau pengawasan adalah proses pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan
untuk memastikan apakah kegiatan tersebut berjalan sesuai tujuan organisasi dan standar
yang telah ditetapkan (Keliat Anna,2006).
Supervisi dilaksanakan oleh orang yang memiliki kemampuan yang cakap dalam
bidang yang disupervisi. Dalam struktur organisasi,supervisi biasanya dilakukan oleh atasan
terhadap bawahan atau konsultan terhadap pelaksana. Dengan supervisi,kegiatan yang
dilakukan diharapkan sesuai dengan tujuan organisasi,tidak menyimpang,dan menciptakan
hasil seperti yang diinginkan (Keliat Anna,2006).
Supervisi tidak diartikan sebagai pemeriksaan atau mencari kesalahan,tapi lebih
diartikan sebagai pengawasan partisipatif, yaitu mendahulukan penghargaan terhadap
pencapaian atau hal positif yang dilakukan dan memberikan jalan keluar untuk hal yang
masih belum dapat dilakukan. Dengan demikian,bawahan tidak merasakan bahwa ia sedang
dinilai. Namun,ia juga dibimbing untuk melakukan pekerjaaannya dengan benar (Keliat
Anna,2006).
B. Fungsi Supervisi
1 Dalam keperawatan fungsi supervisi adalah untuk mengatur dan mengorganisir proses
pemberian pelayanan keperawatan yang menyangkut pelaksanaan kebijakan pelayanan
keperawatan tentang standar asuhan yang telah disepakati.
2 Fungsi utama supervisi modern adalah menilai dalam memperbaiki factor-factor yang
mempengaruhi proses pemberian pelayanan asuhan keperawatan.
3 Fungsi utama supervisi dalam keperawatan adalah mengkoordinasikan, menstimuli, dan
mendorong ke arah peningkatan kualitas asuhan keperawatan.
4 Fungsi supervisi adalah membantu (assisting), memberi support (supporting) dan
mangajak untuk diikutsertakan (sharing), (Nurachmah, 2000).
C. Penerapan Supervisi di ruang MPKP
Di MPKP kegiatan supervisi dilaksanakan secara optimal untuk menjamin kegiatan
pelayanan di MPKP sesuai standar mutu professional yang telah ditetapkan. Supervisi
dilakukan oleh perawat yang memiliki kompetensi baik dalam manajemen maupun asuhan
keperawatan serta menguasai pilar-pilar profesionalisme yang diterapkan di MPKP. Untuk
itu pengawasan berjenjang dilakukan sebagai berikut :
1 Kepala Seksi Keperawatan atau konsultan melakukan pengawasan terhadap Kepala
ruang
2 Kepala ruang melakukan pengawasan terhadap Ketua Tim dan Perawat Pelaksana
3 Ketua Tim melakukan pengawasan terhadap Perawat Pelaksana
Materi supervisi atau pengawasan disesuaikan dengan uraian tugas dari masing-masing
staf perawat yang disupervisi. Materi supervisi untuk kepala ruangan berkaitan dengan
kemampuan managerial dan kemampuan asuhan keperawatan. Ketua tim disupervisi terkait
dengan kemampuan pengelolaan di timnya dan kemampuan asuhan kperawatan. Dilain pihak,
perawat pelaksana disupervisi terkait dengan kemampuan asuhan keperawatan yang
dilaksanakan.
Agar supervisi dapat menjadi alat pembinaan dan tidak menjadi mo-mok bagi staf, perlu
disusun jadwal supervisi dan standar kinerja masing-masing staf. Contoh jadwal supervisi
Ruang MPKP dapat dilihat di tabel:
F. Pelaksana Supervisi
Yang bertanggung jawab untuk melaksanakan supervisi adalah atasan yang memiliki
“kelebihan” dalam organisasi. Idealnya, kelebihan tersebut tidak hanya aspek status dan
kedudukan, tetapi juga pengetahuan dan keterampilan berdasarkan hal tersebut serta prinsip-
prinsip pokok supervisi, maka untuk dapat melaksanakan supervisi dengan baik, ada
beberapa syarat atau karakteristik yang harus dimiliki oleh pelaksana supervis (supervisior).
Karakteristik yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1. Sebaiknya pelaksana supervisi adalah atasan langsung dari yang disupervisi. Atau
apabila hal ini tidak mungkin dapat ditunjuk staf khusus dengan batas-batas wewenang
dan tanggung jawab yang jelas.
2. Pelaksana supervisi harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang cukup untuk
jenis pekerjaan yang akan disupervisi.
3. Pelaksana supervisi harus memiliki ketrampilan melakukan supervisi, artinya
memahami prinsip-prinsip pokok serta teknik supervisi.
4. Pelaksana supervisi harus memiliki sifat edukatif dan suportif,bukan otoriter.
5. Pelaksana supervisi harus mempunyai waktu yang cukup,sabar, dan selalu berupaya
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku bawahan yang disupervisi.
Pelaksana Supervisi
1. Kepala ruangan
Bertanggung jawab untuk melakukan supervisi pelayanan keperawatan yang diberikan
pada pasien di ruang perawatan yang dipimpinnya. Kepala ruangan mengawasi perawat
pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan baik secara langsung maupun tidak
langsung disesuaikan dengan metode penugasan yang diterapkan di ruang perawatan
tersebut. Sebagai contoh ruang perawatan yang menerapkan metode TIM, maka kepala
ruangan dapat melakukan supervisi secara tidak langsung melalui ketua tim masing-masing
(Suarli dan Bahtiar , 2009).
2. Pengawas perawatan (supervisor)
Ruang perawatan dan unit pelayanan yang berada di bawah unit pelaksana fungisional
(UPF) mempunyai pengawas yang bertanggung jawab mengawasi jalannya pelayanan
keperawatan.
3. Kepala bidang keperawatan
Mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang aman dan nyaman, efektif dan
efesien. Oleh karena itu tugas dari seorang supervisor adalah mengorientasikan staf dan
pelaksana keperawatan terutama pegawai baru, melatih staf dan pelaksana staf
keperawatan, memberikan pengarahan dalam pelaksanaan tugas agar menyadari, mengerti
terhadap peran, fungsi sebagai staf dan pelaksana asuhan keperawatan, memberikan
pelayanan bimbingan pada pelaksana keperawatan dalam memberikan asuahan
keperawatan.
Sebagai top manager dalam keperawatan, kepala bidang keperawatan, kepala bidang
keperawatan bertanggung jawab melakukan supervisi baik secara langsung atau tidak
langsung melalui para pengawas keperawatan.
H. Teknik Supervisi
Teknik pokok supervisi pada dasarnya identik dengan teknik penyelesaian masalah
(problem solving). Bedanya, pada supervisi, teknik pengumpulan data untuk menetapkan
masalah dan penyebab masalah menggunakan teknik pengamatan lansung (direct
observation) oleh pelaksana supervisi terhadap sasaran supervisi, serta pelaksanaan jalan
keluar. Dalam mengatasi masalah, tindakan dapat dilakukan oleh pelaksana supervisi,
bersama-sama dengan sasaran supervisi secara langsung ditempat (on the spot). Dengan
perbedaan seperti ini, jelaslah bahwa untuk dapat melaksanakan supervisi yang baik, ada dua
hal yang perlu diperhatikan:
1. Pengamatan langsung
Pengamatan langsung harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Untuk itu, ada
beberapa hal lain yang harus diperhatikan.
a. Sasaran pengamatan
Pengamatan langsung yang tidak jelas sasarannya dapat menimbulkan
kebingungan, karena pelaksana supervisi dapat terperangkap pada sesuatu yang
bersifat detail. Untuk mencegah keadaan yang seperti ini, maka pada pengamatan
langsung perlu ditetapkan sasaran pengamatan, yakni hanya ditunjukkan pada
sesuatu yang bersifat pokok dan strategis saja (selective supervision).
b. Objektivitas pengamatan
Pengamatan langsung yang tidak terstandarisasi dapat menganggu
objektifitas. Untuk mencegah keadaan yang seperti ini, maka pengamatan langsung
perlu dibantu dengan suatu daftar isi (check list) yang telah dipersiapkan. Daftar isi
tersebut ditunjukkan untuk setiap sasaran pengamatan secara lengkap dan apa
adanya.
c. Pendekatan pengamatan
Pengamatan langsung sering menimbulkan berbagai dampak dan kesan
negative, misalnya rasa takut, tidak senang , atau kesan menganggu kelancaran
pekerjaan. Untuk mencegah keadaan ini,pengamatan langsung tersebut harus
dilakukan sedemikian rupa sehingga berbagai dampak atau kesan negative tersebut
tidak sampai muncul. Sangat dianjurkan pengamatan tersebut dapat dilakukan
secara edukatif dan suportif,bukan menunjukkan kekuasaan atau otoritas.
2. Kerjasama
Tujuan pokok supervisi adalah meningkatkan kinerja bawahan dengan
memberikan bantuan secara langsung ditempat,sesuai dengan kebutuhannya. Untuk
mengatasi masalah yang ditemukan, diperlukan kerjasama antara pelaksana supervisi
dan yang disupervisi. Kerjasama ini akan berhasil apabila ada komunikasi yang baik
antara pelaksana supervisi dan yang disupervisi, serta mereka yang disupervisi
merasakan masalah yang dihadapi juga merupakan masalah mereka sendiri (sense of
belonging).
Agar komunikasi yang baik dan rasa memiliki ini dapat muncul, pelaksana
supervisi dan yang disupervisi perlu bekerjasama dalam penyelesaian masalah,
sehingga prinsip-prinsip kerja sama kelompok (team work) dapat diterapkan. Masalah,
penyebab masalah, serta upaya alternative penyelesaian masalah harus dibahas secara
bersama-sama. Kemudian, upaya penyelesaian masalah tersebut dilaksanakan secara
bersama-sama pula (Suarli & Bahtiar,2009).
3. Supervisi Keperawatan
Dalam bidang keperawatan supervisi mempunyai pengertian yang sangat luas,
yaitu meliputi segala bantuan dari pemimpin/penanggung jawab kepada perawat yang
ditujukan untuk perkembangan para perawat dan staf lainnya dalam mencapai tujuan
asuhan keperawatan kegiatan supervisi semacam ini merupakan dorongan bimbingan
dan kesempatan bagi pertumbuhan dan perkembangan keahlian dan kecakapan para
perawat (Suyanto, 2008). Supervisi terhadap kinerja perawat pelaksana dalam
pendokumentasian asuhan keperawatan dapat dilakukan dengan memberikan
bimbingan, pengarahan, observasi dan pemberian motivasi serta evaluasi terhadap
pendokumentasian tiap-tiap tahap proses keperawatan. Kelengkapan dan kesesuaian
dengan standar merupakan variabel yang harus disupervisi (wiyana, 2008).
b. Memberikan saran, nasehat dan bantuan kepada staf dan pelaksanan keperawatan.
c. Memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja kepada staf dan pelaksanan
keperawatan.
e. Memberikan latihan dan bimbingan yang diperlukan oleh staf dan pelaksana
keperawatan.
d. Model artistic
Supervisi model artistic dilakukan dengan pendekatan personal untuk
menciptakan rasa aman sehingga supervisor dapat diterima oleh perawat pelaksana yang
disupervisi. Dengan demikian akan tercipta hubungan saling percaya sehingga hubungna
antara perawat dan supervisor akan terbuka dam mempermudah proses supervisi.
BAB III
ANALISA MASALAH
HASIL PENGKAJIAN
A. Pengkajian
1. Supervisi
Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara bahwa supervisi sudah dilakukan
oleh kepala ruang baik dari karu kepada katim dan perawat pelaksana
maupun dari katim ke perawat pelaksanaan. Supervisi dilakukan secara
berkala namun belum didokumentasikan di buku laporan.
Observasi
Berdasarkan hasil observasi bahwa supervisi yang berjalan selama
ini baru bersifat lisan dan belum terdokumentasi. Dari hasil observasi
asuhan keperawatan terdapat 5 asuhan keperawatan yang dikerjakan
tidak sesuai rencana yang dibuat katim (perawat primer).
A. ANALISIS SWOT
Data Objektif
Berdasarkan hasil observasi bahwa supervisi yang berjalan selama ini baru
bersifat lisan dan belum terdokumentasi
Dari hasil observasi asuhan keperawatan terdapat 5 asuhan keperawatan yang
dikerjakan tidak sesuai rencana yang dibuat katim (perawat primer).
MAN
Kurangnya motivasi
dalam pelaksanaan
supervisi
Kurang
optimalnya
Kurang optimalnya
pelaksanaan
pelaksanaan
kegiatan
kegiatan supervise
supervise
1. Kurang optimalnya pelaksanaan kegiatan supervise
METODE MATERIAL
Supervisi yang dilakukan Belum adanya buku laporan
menggunakan metode lisan supervisi yang jelas
belum terdokumentasi
D. POA (Planning Of Action)
RENCANA BAHAN DAN
NO. METODE SASARAN WAKTU TEMPAT PELAKSANA
TINDAKAN ALAT
1 1. Penyuluahn Diskusi dan KARU, Materi Sabtu, 02, Ruang Sujatmiko
Materi KATIM, PA Desember Abimanyu
pentingnya adanya
2017
laporan buku
supervise
2. Penyuluhan Diskusi dan KARU, Materi Supervisi Sabtu, 02, Ruang Sujatmiko
Materi KATIM, PA Desember Abimanyu
tentang dampak
2017
dan kerugian jika
tidak adanya buku
laporan supervise
3. Pengadaan laporan
Diskusi KARU, Materi, Buku Selasa, 05 Ruang
Supervisi KATIM, PA laporan Desember, Abimanyu Sujatmiko
supervise 2017
1. Melakukan Penyuluhan Sabtu, 02, Ruang Karu, Katim dan Membahas materi Sujatmko
Desember
tentang dampak dan Abimanyu Perawat
2017
kerugian jika tidak
adanya buku laporan
supervisi
2. Melakukn Penyuluahan Sabtu, 02, Ruang Karu, Katim dan 1. Mensosialisasi materi supervise Sujatmko
Desember 2. Pembuatan format supervise
pentingnya adanya Abimanyu perawat
2017 3. Pembuatan jadwal supervisi
laporan buku supervise
Jakarta Sitorus