Anda di halaman 1dari 910

I NEED ROMANCE

♥ I Need ROMANCE ♥ Chap 1


***

Yoona tersentak, terjaga dari


tidurnya saat bunyi alarm itu
terdengar nyaring menusuk
gendang telinganya. Sudah
jam 8 pagi dan dia sama
sekali belum siap untuk
berangkat kekantor.

Sial, sepertinya ia akan


terlambat lagi, diraihnya
ponsel dengan cepat untuk
mengabarkan pada siwon ia
akan terlambat lagi hari ini.

Setelah mengetikkan pesan


nya, segera ia menyambar
handuk nya dan bergegas
kekamar mandi.

15 menit setelahnya yoona


keluar dari kamarnya,
mengenakan pakaian
kerjanya, ia menyisir
rambutnya mencari-cari
kunciran rambutnya namun
tak juga ia temukan, tak ada
waktu lagi ia terpaksa
menggerai rambutnya Keluar
dari kamar, ia menuju dapur,
mengambil susu dari dalam
kulkas kemudian
menuangnya kedalam gelas
sebagai satu-satunya menu
sarapan nya pagi ini.

“SooJung ah.. SooJung”

Soojung tak menyahut


mungkin dia sudah berangkat
kuliah.
Menghabiskan segelas susu
nya, yoona berniat
mengambil kunci mobilnya
namun yg ada kunci mobil
Soojung yg justru masih
tergantung disana, itu berarti
Soojung memakai mobilnya.

***

Keluar dari seputaran gedung


apartemen nya, yoona
memacu kendaraan nya
dengan kecepatan cukup
tinggi. Memasuki jalan tol,
semakin memudahkan nya
untuk melaju dengan semakin
kencang, sampai ia sadari ada
yg tak beres dengan
mobilnya, pantas saja soojung
tak memakai mobil ini,
ternyata bensin nya minus
dan dengan terpaksa yoona
meminggirkan mobilnya.

“Ya Tuhan..kesialan apalagi


ini”
memukul setir mobilnya
yoona merasa frustasi, ia
bangun kesiangan karna
semalam sepulang kerja,ia
masih harus berlatih dansa
dengan rekan nya selama 4
jam penuh, guna mengikuti
kompetisi dansa minggu
depan mengambil ponsel dari
dalam tasnya, ia kembali
mengirim pesan kepada
siwon, kali ini siwon bukan
membalas pesan nya,tapi
langsung menelpon nya.
“halo Si…”

“Oh Sial Yoona, dimana


Kau? Tadi kau bilang
30menit kau akan sampai,
tapi ini sudah lebih dari satu
jam, kemana kau
sebenarnya..”

Suara siwon dari sebrang


telpon terdengar marah.

“mianhae..aku bangun
kesiangan dan sekarang
mobil ku kehabisan
bensin,aku tak melihat ada
pom bensin disekitar sini, jika
tidak keberatan bisakah kau
mengirim seseorang untuk
menjemputku..” Yoona
sedikit takut-takut
menjawabnya.
“tidak… Aku sendiri yg akan
menjemputmu, dimana kau
sekarang?”

“aku menepikan mobil ku


dipinggir jalan tol”

terdengar siwon menggeram


sebelum kembali bersuara.

“aku akan menjemputmu,


pastikan kau kunci pintu
mobilmu dan jangan berniat
keluar dari dalam nya, apa
kau mengerti”

“nde..arraso..”

Yoona mengernyitkan dahi


tak menyangka siwon sendriri
yg akan menjemputnya.

“Oh ada apa dengan pria itu”

ia kemudian meletakkan
kembali ponselnya dan
mengeluarkan salah satu map
dari dalam tas kerjanya,
untuk mengipasi tubuhnya yg
mulai kepanasan karna AC
mobilnya juga ikut mati, ia
lantas membuka dua kancing
atas kemejanya, berharap
dengan ini bisa mengurangi
rasa panas ditubuhnya

***
Tak sampai 20 menit Siwon
sudah sampai, yoona segera
keluar dari dalam mobilnya
dan berpindah kemobil milik
siwon.

“Oh Astaga..hari ini


benarbenar sial”

“Apa yg sudah kau lakukan?”

Yoona mengikuti arah


pandang siwon yg mengarah
kebagian kemejanya yg
terbuka.

“Oh maaf..aku kepanasan


berada dalam mobil itu, kau
sendiri yg melarangku keluar
dari mobil” dengan kikuk ia
kembali mengancingkan
kemejanya.

“kemana mobil yg ku
fasilitasi untukmu, kenapa
kau memakai mobil
itu”

setelah bekerja dikantor


siwon dan siwon mengetahui
yoona merelakan mobilnya
untuk sang adik pergi
kuliah,Siwon langsung
memberikan sebuah BMW
untuknya.
“soojung memakainya,
kurasa dia tahu jika mobil itu
ternyata kehabisan bensin..”

“Ya Tuhan Yoong..kau


membuatku panik,
sebenarnya apa yg terjadi?
Dibulan ini kau sudah dua
kali terlambat, kau tak lagi
pergi ketempat gym bersama
ku, dan lihat dirimu.. kurasa
kau sudah kehilangan berat
badan mu, apa yg sebenarnya
kau lakukan”

“Siwon.. Aku tak


kenapanapa, tak ada yg
terjadi,
bukankah sudah kukatakan
alasan ku telat tadi, dan lagi
rasanya aku tak perlu
mengatakan semua
kegiatanku padamu”

Oh astaga pria ini semakin


menjadi- jadi akhir-akhir ini.

“kau sahabatku.. Aku


mengatakan semua
aktifitasku padamu, dan
kurasa kau bisa berlaku sama
padaku, tidakkah kau berpikir
seperti itu”
“aku tidak merasa perlu
melakukan sejauh itu..”
“Yoona..”

“Oh ayolah siwon..kau yg


membuatku
bertanyatanya,ada apa dengan
sikapmu belakangan ini, kau
berlebihan..”

“jangan memutar balikan


keadaan yoong, masalahnya
ada padamu dan bukan
padaku, kau yg berubah dan
bukan aku.. Lihatlah kau
menggerai rambut mu hal yg
tak biasanya kau lakukan..”
“Si won.. Astaga kau..”

Yoona kehabisan kata-kata


untuk menghadapi sikap
siwon yg sekarang sudah
mengarah ke posesif
padanya…. ***

Setiba dikantor Yoona


langsung menemani Siwon
melakukan pertemuan dengan
client untuk melakukan
negosiasi bisnis Sepanjang
pertemuan itu Yoona sesekali
mencuri pandang kearah
siwon,yg dengan lihai
melakukan negosiasi, pantas
saja semuda ini sang kakek
telah mewariskan jaringan
perusahaan besar ini
ketangannya.

Tak terhitung lagi jumlah


kekaguman dibenak yoona
untuk siwon, pria ini telah
menarik perhatian nya sejak
setahun lalu, sejak pertama
kali ia melakukan wawancara
kerja Sebenarnya karna
rekomendasi Sooyoung
akhirnya Yoona melamar
pekerjaan disini, Sooyoung
gadis yg tak sengaja bertemu
dengan nya disebuah klub
adalah adik Siwon, sudah
pasti Soo juga yg meyakinkan
siwon untuk menerima
yoona, selain karna rasa
pertemanan, pada saat itu Soo
juga membutuhkan asisten
Ya Sooyoung juga salah satu
orang kepercayaan sang
kakek, yg ikut mengelola
perusahaan Namun tak
dinyana Siwon justru menarik
yoona sebagai asisten nya
dengan alasan dia lebih
membutuhkan asisten atas
dasar pekerjaan nya Dan
akhirnya ikatan pertemanan
diantara mereka terjalin kian
akrab,
Yoona bahkan selalu
membawa Soojung
bersamanya saat mereka
pergi berjalan-jalan keluar,
Selain Sooyoung masih ada
dua adik siwon lain nya yg
kebetulan seumuran dengan
soojung, mereka adalah
Minho dan Jinri atau biasa
dipanggil Sulli sang bungsu
Selain mereka yg Yoona tahu
sejauh ini tak ada lagi saudara
siwon yg lain kecuali sang
kakek, karna kedua orangtua
siwon sudah meninggal
cukup lama dan siwon sama
sekali tak pernah membahas
hal lainnya Yoona dan
Soojung yg juga telah
kehilangan orangtua mereka,
seolah punya ikatan latar
belakang yg sama yg
mendasari mereka untuk
dekat sampai sekarang. ***
“lelah..?”

Siwon masuk keruangan nya


dan melihat yoona
merapikan berkas dari atas
mejanya Yoona lantas
menoleh dan tersenyum
kearahnya
“aniyo.. Aku justru
bersemangat, bukankah kita
akan menonton konser malam
ini”

“kau ingat?”

“tentu saja, sudah lama aku


menantikan mereka konser
disini”

“kalau begitu bersiaplah..aku


akan berganti pakaian
dikamar mandi yg lain”

Siwon mengambil sebuah tas


berisi pakaian ganti yg telah
dia siapkan sebelum nya,
kemudian keluar dari
ruangan nya Yoona pun
lantas masuk ke kamar
mandi yg berada diruangan
itu untuk berganti pakaian.
***

mengenakan hot pants dan


kaos dengan bahan yg sangat
lembut yoona lantas
mengganti heels nya dengan
sepatu yg lebih flat, nyaman
dengan tampilan nya Yoona
sudah membayangkan betapa
dirinya akan menikmati
konser dari sebuah grup band
asal Inggris yg sangat
dinantikan nya.
“Astaga Yoona apa yg kau
lakukan dengan kakimu?”

Siwon masuk dan langsung


menghampiri yoona,
mencekal lengan nya
membuat tubuh yoona
berbalik menghadapnya.

“kau akan pergi dengan


pakaian seperti ini?”

Oh pria ini mulai lagi..

“wae? Ini sangat nyaman”

sejenak Yoona mengamati


ulang tampilan nya.

“Oh Tuhan kakimu.. Itu


sangat seksi”

Siwon meluncurkan tangan


nya diatas paha yoona.

“tak bisakah kau mengganti


ini?”

“Siwon.. Ini hanya sebuah


kaki, apa yg salah?”

“kau akan menarik perhatian


banyak pria dengan itu”

“aku pergi dengan mu, tak


ada yg berani
menggangguku.. Kau akan
menjagaku bukan?” Siwon
meluncurkan kedua tangan
keatas kepala, meremas
rambutnya.

“Siwon..”

Siwon hanya menatap marah


kearah yoona

“Okey aku akan mengganti


pakaian ku, tapi aku tak akan
pergi kekonser itu malam ini,
kau puas..”

Yoona akan melangkah pergi


dari hadapan siwon dengan
kekesalan dalam hatinya,
namun siwon menahan
lengan nya.

“kita pergi sekarang”

Menggenggam tangan
yoona,dia menariknya keluar
dari ruangan menuju tempat
parkir mobilnya, ia tak akan
membuat yoona membatalkan
menonton konser malam ini
karna ia tahu yoona sangat
menginginkan nya.

“pastikan kau tak akan jauh


dariku nanti..”

“Okey aku janji”


tersenyum yoona membuat
tanda menggunakan
tangan nya Ayolah kau
bisa mengatasi pria ini
sekarang ataupun nanti.
***
Sepanjang perjalanan menuju
tempat konser yoona terus
menyanyikan lagu- lagu dari
band Inggris yg segera akan
ditonton nya Siwon cukup
terhibur karenanya, sampai
tak sadar mereka telah sampai
di tempat konser.

“aku akan membeli minum,


apa yg kau inginkan?”

Tanya siwon setelah


keduanya keluar dari dalam
mobil.

“sesuatu yg menyegarkan,
kurasa aku akan
menghabiskan energi ku
untuk bergoyang dengan
musiknya” tatapan tajam
siwon mengarah padanya.

Please… Apa pria ini


akan mulai lagi..?
“takkan jauh dari jangkauan
mata dan terutama tangan
mu,aku ingat itu..”

“tunggu disini sebentar..”

menghembuskan napasnya
kasar, yoona menyandarkan
bahunya pada sisi bagian
kanan mobil, menatap
punggung siwon menjauh
darinya. “Hai nona..Kau
tak masuk?” dua pria
berjalan menghampirinya.

“aku menunggu temanku”

Jangan sampai siwon melihat


ini.

“kami bisa jadi teman mu


nona”

“tidak trimakasih..”

tolaknya mengangkat kedua


tangan nya, saat salah satu
dari pria tadi mencoba
meraihnya.

“jauhkan tangan sialan mu itu


dari wanitaku”

Sorry man kalian harus


menghadapi pria ini… ***
Mengernyit yoona mendengar
siwon menyebutnya sebagai
‘wanitaku’ hal yg sesaat
menciptakan rasa senang
dalam hatinya Tidak..kau
tidak senang siwon
menyebutmu sebagai
‘wanitaku’

Batinnya menolak dan


enggan menerimanya.. Dia
bukan wanita siwon..
Tidak.. Selama ini yoona
memang menginginkan
menjadi wanita siwon, tapi
apa yg bisa dia lakukan Ia
merasa tak cukup cantik
terlebih seksi bila
dibandingkan dengan
wanita-wanita yg pernah
menjadi teman kencan
siwon Selama bekerja dan
mengenal siwon,ia tahu
siapa saja wanita yg dekat
dengannya, dan
kesemuanya adalah wanita
yg punya daya tarik dengan
lekuk tubuh yg sempurna,
diantaranya adalah super
model ternama Dan jelas
yoona merasa berada dalam
tingkat paling bawah bila
dibandingkan dengan
mereka yg sudah pasti
mempunyai kesempurnaan
raga, jelas merekalah wanita
siwon bukan dirinya.

“menjauhlah darinya bodoh..”

Yoona tersentak, siwon


mencekal lengan nya,
menarik tubuhnya kearah
siwon.

Oh Yoona apa yg kau


lakukan? Kau membuatnya
marah rahangnya keras
tatapan nya tajam menusuk
kearah dua pria dihadapan
nya yg sontak mundur,
seketika kehilangan nyali.

“jangan coba mendekatinya..”

“Oh sorry man..”

Salah seorang dari keduanya


mengangkat kedua tangan
nya, dan lantas mundur
berjalan menjauh dari siwon
“Si won…”

Yoona menarik lengan siwon,


menyadari pria ini tak juga
mengubah ekspresi
diwajahnya. “Si won
please..” “Aku sudah
memperingatkan mu tadi..”
“tak ada yg akan mereka
lakukan.. Mereka hanya
mencoba berkenalan
denganku dan aku
menolaknya” “jangan bohong
Im Yoona.. Aku juga seorang
pria aku tahu tatapan dua
bajingan tadi, mereka
menginginkan kau membuka
pakaian mu..”

“Si won…dan kau pikir aku


akan melakukan nya, kau
pikir aku akan dengan senang
hati melucuti pakaian ku
untuk mereka.. Brengsek
kau.. Kau merendahkanku
dengan kalimatmu tadi”

Yoona merasa tersulut emosi


oleh perkataan siwon, ia tak
mau kalah oleh tatapan tajam
siwon yg menusuk kedalam
jantungnya Menggeram oleh
kemarahan siwon
mengarahkan tangan nya,
meninju sisi mobilnya. “tak
ada yg boleh menyentuh
‘wanitaku’ kau tahu itu…”

“Tapi aku bukan wanitamu..”

Tak kalah marah oleh sikap


siwon, yoona lantas
melangkah menjauhinya.

Oh astaga.. ‘wanitaku’.. Apa


dia mengatakan nya lagi,
demi apapun jangan
menyamakan ku dengan
wanita-wanita sialan mu..
Inilah mengapa batin nya
menolak menerima
kegembiraan saat siwon
menyebutnya sebagai
‘wanitaku’ Yoona tak mau
disamakan dengan wanita yg
hanya dikencani kemudian
dicampakkan setelah siwon
bosan.. Dia jelas menolak jika
diperlakukan seperti itu.. Jika
siwon menginginkan nya
sebagai wanitanya, maka
siwon harus menjadi
miliknya sepenuhnya, Yoona
tak mau membaginya dengan
siapapun.

Oh Yoona sadarlah..

Apa yg kau pikirkan? Siwon


menginginkan mu? Itu tak
akan mungkin kecuali hanya
kau satu-satunya dan menjadi
wanita terakhir dimuka
bumi ini Lubuk hatinya
seketika menohok
pemikaran nya sendiri yg
begitu saja melintas tadi.

“Yoona tunggu… Apa yg


akan kau lakukan?”
“apa saja yg bisa membuatmu
menjauh dari hadapan ku..”

“Yoona maaf.. Maafkan aku,


aku tak bermaksud seperti
itu”

Siwon berhasil menahan


lengan yoona untuk
menghentikan langkahnya.

“kau sudah merusak mood


ku..”

“aku tahu dan aku minta maaf


untuk itu”

Yoona mengamati raut wajah


siwon yg penuh penyesalan
Ya Tuhan..cepat sekali
perubahan nya.

“kau tahu aku


mengkhawatirkan mu kan..
sama hal nya dengan
sooyoung dan sulli..”

Alasan yg sangat masuk akal


bukan, Siwon hanya
menganggapmu sama seperti
kedua adik perempuan nya yg
harus dia lindungi.

“ya.. Aku tahu maksudmu”

“kau memaafkan ku?”


“untuk kali ini.. Iya aku
memaafkan mu, tapi
kumohon jangan
memperlakukan ku seperti
anak kecil, kau perlu tahu
aku cukup bisa melindungi
diriku sendiri” “Yoona..
Aku hanya..” Ya Tuhan..

“Si won.. Please kau baru


saja minta maaf”

“Okey aku mengerti.. Masih


berniat masuk dan menonton
pertunjukan?”

Senyuman nya bisa langsung


mencair ketegangan di antara
mereka.

“yaa..setidaknya aku perlu


memperbaiki mood ku yg
sudah kau rusak” “Kajja..”
Menggandeng tangannya,
siwon membawa yoona
masuk kearena konser, musik
sudah mendentang dengan
kencang, akibat pertengkaran
mereka tadi, yoona harus
merelakan tak bisa menikmati
dua lagu yg menjadi pembuka
konser. ***
Dasar Siwon.. Dia tak
membiarkan yoona bergerak
bebas menggoyangkan
tubuhnya mengikuti alunan
musik bagaimana bisa
sepanjang konser, siwon
terus mempertahankan
kedua tangan nya disekitar
tubuh yoona, seolah
membungkusnya agar tak
ada sesuatupun yg
menyentuhnya.

Well.. sepanjang konser


berlangsung hingga berakhir,
yoona harus berkali- kali
memprotes perilaku siwon,
namun sang pemilik tubuh
berkeras dengan apa yg
dilakukan nya yg
menurutnya perlu untuk
dilakukan.

“jadi sebelumnya dengan


siapa kau biasa menonton
konser seperti tadi?”

“aku biasa menonton dengan


soojung”

“hm.. Okey pastikan kau tak


akan pergi ketempat seperti
itu lagi tanpa aku..” Astaga…
***
Keesokan harinya, yoona
sudah bersiap diri sekitar
pukul 6 pagi, dia sudah
berjanji pada siwon akan
datang ke gym pagi ini
Keluar dari kamarnya, ia
menenteng satu tas kerja dan
satu lagi tas berisi pakaian
untuk fitnes dikedua tangan
nya.

“pagi gadis cantik”

menyapa soojung yg sedang


duduk dikursi meja makan, ia
lantas meletakkan kedua tas
nya pada salah satu kursi dan
menarik kursi lainnya untuk
nya duduk.

“hai oenni..”

soojung menyerahkan
setangkup roti dengan selai
strowberry didalam nya.

“oenni akan berangkat


kekantor sepagi ini?”

“hm…aku ada janji dengan


siwon, dia sudah
menungguku” jawabnya
ditengah kunyahan roti
didalam mulutnya.

“Oh apa siwon oppa ada


diluar?”
“aniyo..kami bertemu
ditempat gym”

Menghabiskan rotinya, ia
kemudian meneguk segelas
susu yg dituangkan soojung,
dan lantas berdiri menyudahi
sarapan paginya.

“Soojung ah..mana kunci


mobilku?”

“hehee..mianhae oenni,
kemarin aku terburu-buru dan
oenni masih tidur, kupikir
kau tak kekantor jadi aku
pakai mobil itu, karna aku
lupa mengisi bensin”

“tak masalah sayang, kenapa


kau lupa mengisi bensin?
Apa kau kehabisan uang?”
“tidak oenni, uang yg kau
berikan padaku masih ada,
kalau aku kehabisan uang
aku akan langsung
mengatakan padamu”

Soojung tersenyum, pancaran


matanya menandakan betapa
ia sangat menyayangi sang
kakak dengan segala
perhatian nya selama ini
untuknya.

“baiklah aku harus pergi..”


Yoona melangkah keluar dari
apartemen yg sudah sejak dua
tahun yg lalu ia tempati
bersama soojung.

kehilangan orangtuanya dan


terpaksa harus hidup berdua
hanya dengan soojung
membuatnya harus memutar
otak untuk bertahan hidup ia
terpaksa menjual rumah satu-
satunya tempat penuh
kenangan peninggalan
orangtuanya, hasilnya ia
gunakan untuk membeli
apartemen dan sebuah mobil,
membayar kuliah soojung
dan juga untuk biaya sehari-
hari nya bersama soojung.

apartemen yg ia beli tak


terlalu besar tapi cukup
nyaman dan yg pasti berada
dikawasan yg aman untuk
ditinggali mereka berdua.
***
Sesampainya ditempat gym
yg masih berada disekitar
gedung perkantoran milik
siwon, ia langsung menuju
tempat ganti untuk mengganti
pakaian nya.

dengan alasan kepraktisan


karna lokasinya yg tak terlalu
jauh dari kantor sehingga
memudahkan nya, yoona
memilih tempat ini sebagai
tempat untuk membakar
kalori tubuhnya

Dan anehnya, setelah


mengetahui ia sering
melakukan fitnes disini,
siwon pun melakukan hal yg
sama. dasar pria itu…
Yoona sempat terheran-heran
dihari pertama ia melihat
siwon disana.

Untuk apa siwon berada


disini, sedangkan ia tahu pasti
dirumah pribadinya siwon
mempunyai tempat gym
pribadi yg semua alat nya
jauh lebih bagus dibanding
ditempat ini.

“hai..sudah siap? Lama sekali


mengganti pakaian mu?”

Yoona terkaget saat siwon


menyapanya didepan kamar
ganti, Tshirt yg dipakainya
sudah basah oleh keringat
terlihat seksi pikirnya.

“hai Siwon..kau sudah


berkeringat”
“aku melakukan treadmil saat
tadi melihatmu masuk dan
langsung ketempat ini,
kupikir terjadi sesuatu karna
kau terlalu lama berada
disini”

lagi pria ini


mengkhawatirkan nya
ditempat yg paling tidak
tepat.

“aku hampir saja menerobos


masuk kedalam, jika pada
detik tadi kau tidak keluar”

Oh ayolah hal buruk apa yg


mungkin bisa terjadi dikamar
ganti yg didalam nya
kesemuanya adalah wanita.
“tidak ada yg terjadi didalam
kecuali kau menyusupkan
seorang pria untuk masuk”

“itu hal bodoh yoona.. Kau


tahu aku takkan melakukan
nya disaat kau berada
didalam sana”

Oh baguslah…

Berbanding terbalik dengan


ekspresi keras siwon, yoona
justru Terkikik geli, ia
merasa terkadang sikap
siwon justru lucu pria ini
lucu? Salah besar Im
Yoona..

Batinnya kembali
meneriakkan protes pada
pemikiran nya.

mencubit lengan siwon, ia


kemudian menariknya
menuju alat-alat fitnes.
pertama yg keduanya lakukan
adalah treadmil, siwon
mengatur kecepatan pada alat
yg dipakai yoona, sekitar 20
menit berada diatas treadmil
sebagai pemanasan.

Yoona menyeka keringat


dengan menggunakan handuk
kecil yg mengalung dileher
nya saat siwon memberikan
air mineral kepadanya dan
kemudian menariknya
menuju alat selanjutnya.

sebenarnya ia bisa
mendapatkan seorang
personal trainer sebagai
pelatihnya, namun praktis
semenjak siwon berada
ditempat ini, ia tak bisa lagi
mendapatkan nya. dia
melarangnya…
well siwon sendiri yg
akhirnya menjadi pelatih
untuk nya,mengajari nya
bagaimana cara yg benar
untuk membentuk otot
tubuhnya, tapi yoona tak
tertarik memiliki tubuh
berotot, ia hanya
menginginkan mendapatkan
tubuh kencang tanpa lemak
pengganggu. ***
Sudah cukup banyak ia
merasa telah membakar
kalorinya, dan siwon juga
sudah terlebih dulu
meninggal kan tempat ini,
yoona lantas mandi dan
mengganti pakaian nya
dengan pakaian kerja
memoles wajahnya dengan
sedikit makeup juga memakai
perona pipi, dan menata
rambutnya. selesai…
Siap untuk menyibukkan diri
dengan pekerjaan hari ini.

Melangkah dilobi kantor ia


tak sengaja berpapasan
dengan sooyoung dan…
“Min ho..”

“hai noona..”

Minho dan sooyoung


mendekat kearahnya.
“baru datang?” ucap
sooyoung menanyakan.

“hm…aku dan siwon ke gym


dulu tadi”

“oh oppa sudah datang”

“kurasa dia sudah diruangan


nya”

Yoona mengamati tampilan


minho, yg kali ini terlihat
berbeda menjadi lebih rapi
sekarang dengan kemeja dan
setelan jas ditubuhnya
genetik yg diwariskan
kesemua saudara bermarga
Choi ini memang sempurna
tanpa cela..

“aku terlihat tampan bukan?


Aku sudah yakin noona akan
terpesona padaku..”

“ne.. Kau sangat tampan


minho ya.. Tapi kenapa kau
berpakaian seperti ini?”

“aku akan bekerja mulai hari


ini”

“MWO…bekerja?
Bagaimana dengan
kuliahmu?”
“tenanglah noona, aku bisa
mengatasi kuliahku, lagi pula
aku sudah mendapatkan ijin
dari kakek”

“sudahlah ayo naik dan


bicarakan ini dengan oppa..”

Sooyoung melangkah menuju


lift diikuti yoona dan minho,
ketiganya langsung akan
menuju ruangan siwon. ***

“Bekerja? Kau akan


bekerja? Omong kosong apa
yg sedang kau
bicarakan padaku”

Siwon menolak dengan keras


keinginan minho.

“selesaikan dulu
kuliahmu,kalau kau ingin aku
memberimu pekerjaan disini”

“oh Hyung ayolah..aku ingin


mencoba”

“kau pikir disini tempat


percobaan..”

hardiknya kasar, sooyoung


tak berani menyela dan
membiarkan minho
menghadapi kakaknya
seorang diri, ia justru menarik
yoona mundur beberapa
langkah.

“tapi aku sudah mendapatkan


ijin dari kakek.. Hyung bisa
tanyakan pada sooyoung
noona, dia mendengarnya
tadi”

“benar yg dikatakan nya


soo..?”

“ya.. Kakek mengijinkan


minho” “aku akan bicara
dulu dengan kakek..”

“tapi hyung..”

Siwon tak mengindahkan


minho,ia mengambil ponsel
untuk menghubungi sang
kakek terjadi pembicaraan
singkat sebelum akhirnya
siwon menutup pembicaraan
dengan tampang kesal
“bagaimana? Hyung dengar
sendiri kan, kakek
mengijinkan ku..”

“sial minho, apa yg bisa kau


lakukan? Kau tak tahu
apaapa”

“yak hyung..jangan
meremehkanku, aku bisa
belajar dengan cepat dan lagi
aku punya seseorang yg akan
kuminta jadi mentor ku,
Yoona noona dia akan jadi
mentor yg akan menjelaskan
padaku apa saja yg harus
kupelajari dari perusahaan
ini”

Minho tersenyum mendekati


yoona dan langsung meraih
tangan nya.

“noona mau membantu ku


kan?”

“pasti minho.. Aku akan..”

“diam kau yoong..”


rahangnya mengeras,
ekspresinya jelas marah..
Meraih tangan yoona, siwon
menjauhkan nya dari sisi sang
adik.

“tidak akan minho.. Yoona


tak akan bermain-main
dengan mu, dia akan tetap
bekerja untuk ku dan tidak
akan kemanapun”

0h yoong ini peringatan lagi


untukmu..

“tapi hyung bagaimana


dengan ku?”
“sooyoung yg akan
membantumu”

“yak oppa.. Aku juga banyak


pekerjaan, aniyo aku tak
bisa” “soo noona pleasee..”
minho memelas.

“aish.. Kau selalu


menyusahkan ku, aku akan
menjelaskan padamu sekali,
hanya sekali tanpa
pengulangan dan kau harus
mengerti”

“Ok noona”

“ayo keruanganku..”

“ne.. Oh hyung, yoona noona


nanti kita pergi makan malam
dan khusus malam ini aku yg
traktir, noona jangan lupa
ajak soojung..”

Minho mengedikkan mata


kearah yoona dan lantas
keluar mengikuti sooyoung.
“dasar bajingan kecil”

desis siwon mengepalkan


tangan nya.
Bajingan kecil?
Nuguya?
Istilah apalagi yg dipakai pria
ini.. Yoona menyerah untuk
memikirkan nya lebih lanjut.
***

Malam harinya sesuai janji


minho tadi, dia sudah
memesan tempat disalah satu
kafe untuk makan malam
mereka.

minho sudah datang terlebih


dulu, soo datang bersama
sulli dan soojung datang
sendiri karna yoona tak bisa
ikut,dia harus berlatih dansa
untuk kompetisi minggu
depan.

berkumpul bersama seperti


ini sudah seringkali mereka
lakukan diakhir minggu dan
kali ini rasanya akan lebih
spesial karna minho
berencana merayakan hari
pertamanya bekerja.

“mana yoona?”

pertanyaan yg muncul ketika


siwon baru datang, matanya
menyusuri seluruh
ruangan,mencari sosoknya.

“oenni tak bisa datang oppa..


Tadi partner dansa nya dalam
kompetisi menelpon,
sepertinya ia latihan lagi
malam ini”

“kompetisi dansa? Apa


maksudnya?”

Ooo.. Soojung mulut


cantikmu telah
mengatakan hal yg
ternyata disembunyikan.

Siwon tahu yoona mengikuti


kelas dansa, tapi kompetisi?
ini berita baru untuknya.
“kukira oenni sudah
mengatakan nya pada oppa
dan yg lain”

“tidak, aku tak tahu, jadi


jelaskan padaku sekarang”

soojung meneguk segelas air


sebelum bercerita.

yoona mengikuti kompetisi


dansa karna menggantikan
rekan nya yg harusnya
mengikuti itu, namun
mengalami cidera pada saat
latihan.

dan yoona hanya punya


waktu 3minggu untuk
berlatih sampai ke kompetisi
minggu depan, praktis
2minggu terakhir dia
melakukan latihan 3-4 jam
penuh tiap malam dengan
partner nya.

“mungkin oenni sengaja tak


mengatakan nya karna
ingin memberitahukan ini
sebagai kejutan,
hah..sayang sekali aku
mengacaukan nya, Oh
oenni mianhae..” sesal
soojung..

Kejutan?

Tentu saja ini kejutan.. Apa


yg sebenarnya ada dalam
kepala cantikmu yoona..
Melakukan kompetisi
dansa dengan partner
seorang pria tanpa
memberitahu ku, kau pikir
apa yg akan kulakukan jika
aku tahu… pikir siwon dan
benar-benar tak suka
dengan itu. ***

Seperti tak terjadi apa-apa


siwon dengan santai
melangkah masuk ruangan
nya tepat pukul 9 pagi, siapa
yg tahu semalaman ia tak
tidur karna yoona tak bisa
dihubungi kenapa ia harus
seperti itu hanya karna
yoona?
Tentu saja hatinya tahu apa
sebabnya, namun dengan
keras ia menolak karna tak
mau menyakiti nya..
Menyakiti yoona adalah satu
hal yg tidak akan ia lakukan
dan yoona.. Kemana dia?
Begitu siwon membuka pintu
dan masuk keruangan nya,
dia belum datang..

***
Yoona terburu-buru
melangkah dilobi hendak
memasuki lift

“ahjussi..aku ingin bertemu


siwon oppa, ijinkan aku
masuk”

lankahnya terhenti
melihat wanita muda itu
merengek pada seorang
security, meminta masuk
itu pasti salah satu wanita
siwon..

Yoona mengacuhkan dan


kembali meneruskan
langkahnya masuk kedalam
lift, jantung nya terasa
bekerja berkali lipat, ia
kembali bangun kesiangan
dan sialnya, tadi soojung
mengatakan dia tak sengaja
mengatakan prihal kompetisi
dansa yg akan diikuti oleh
yoona pada siwon.

Ya Tuhan..

Siwon..

Bagaimana cara menjelaskan


nya pada pria itu??

berdiri sementara didepan


pintu ruangan siwon, ia
berusaha mengatur
pernapasan nya sebelum
melangkah masuk, hendak
meminta maaf pada siwon.
maaf?

Astaga untuk apa minta


maaf?

Kesalahan apa yg sudah kau


lakukan yoona.. Kompetisi
dansa yg kau ikuti dan tidak
kau katakan pada siwon itu
bukan sesuatu yg salah.. Kau
bukan tidak mengatakan nya,
tapi belum mengatakan nya,
toh waktunya masih minggu
depan kan.. Batin nya
mencegah nya melakukan
niatnya…

Tentu saja dia akan minta


maaf karna keterlambatan
nya pagi ini “Si
won..maaf, aku
terlambat” pria itu
mendongak menatapnya

“ini yg ketiga kalinya Im


Yoona”

“iya aku tahu..maafkan aku”

Yoona menundukan wajah,


dan sesaat ia mendengar
siwon menghembuskan nafas
kasar.

Tuhan please..

“mulailah lakukan pekerjaan


mu”

“nde..?”

ia mendongak menatap
siwon.. Lega, dia sudah
mengubah ekspresi
wajahnya, ia tak melihat lagi
ada kemarahan dari wajah
siwon betapa pintarnya pria
ini mengontrol dirinya.

“lakukan pekerjaan mu
yoona, aku butuh beberapa
laporan darimu”

“ne..arraso, sekali lagi


maafkan aku, aku takkan
terlambat lagi”
syukurlah dia tak
menyinggung kompetisi
dansa itu.. Tadi yoona sempat
berpikir siwon akan marah
karna ia tak mengatakan nya..
Kau pikir dia akan marah?
Tidak yoona.. Pikiran mu
salah, kenapa kau suka sekali
memikirkan hal yg jauh dari
mungkin.. Batin nya
mengolok-olok

sadarlah sayang siwon pasti


tak akan tertarik dengan
apa yg kau lakukan..

“Oh siwon tadi dilobi..”

yoona berbalik kearah siwon


karna teringat sesuatu

“aku melihat wanita muda


mencarimu, dia memaksa
masuk” Siwon menajamkan
tatapan matanya membuat
yoona mengernyit karenanya.

“baiklah jika info tadi tak


penting, tapi ku rasa wanita
yg kulihat tadi terlalu muda
untuk kau kencani”

“sialan yoona..apa yg kau


katakan? Aku tak
mengencaninya”
siwon sepertinya tahu wanita
muda yg dimaksud yoona.

“well setidaknya kau sudah


menyentuhnya, wanita itu
mencarimu mungkin dia
ingin meminta lagi” nadanya
sinis terdengar ditelinga
siwon, dia langsung
melangkah mendekati yoona.

“kau tahu aku hanya


mengencani wanita yg sudah
berpengalaman, wanita muda
itu aku sama sekali belum
menyentuhnya, aku hanya
merusak barang yg sudah
rusak” aku menahan diriku
untuk tidak menyentuhmu,
kau bukan barang rusak dan
aku takut akan membuatmu
rusak bila aku menyentuhmu.

Tatapan matanya gelap tak


tertembus mengarah pada
yoona sebelum akhirnya dia
Membanting pintu,siwon
keluar dari ruangan nya
meninggalkan yoona
sendiri didalam nya,
tercengang.

apa ucapan nya tadi


menyinggungnya? Apa dia
sudah sangat keterlaluan
mengatakan hal itu? Tapi
apa yg salah?
Bukankah itu benar? Jika
tidak..
Oh Tuhan aku
menyakitinya.. Selama ini
yoona dibuat menerka- nerka
tentang mengapa siwon tak
pernah lama bertahan dengan
seorang wanita, mengapa
siwon tak mau berkomitmen
dengan salah satu
diantaranya dan justru
beralih keperempuan lain
nya Apa masalahnya?

Ia tahu siwon cukup mapan


untuk menghidupi sebuah
keluarga selama ini dia
bahkan sudah hidup
terpisah dengan sang
kakek, dan memilih
tinggal sendiri dirumah
mewahnya lantas kenapa
siwon tak pernah berniat
menjadikan satu dari
sekian banyak teman
kencan nya untuk
dijadikan istri dan
membangun sebuah
keluarga.. Keluarga yg penuh
kehangatan seperti yg dulu ia
dapatkan dari kedua
orangtuanya. Yoona selalu
merindukan nya dan
mendambakan suatu saat ia
akan membangun
keluarganya sendiri Yoona
apalagi yg kau harapkan?
Apa kau mulai bermimpi
siwon akan menjadikan mu
istri, itu tidak mungkin.. Jadi
buang pikiran itu jauh-jauh
darimu..

“noona aku perlu bantuan


mu?” tak menyadari
minho masuk dan
akhirnya menariknya dari
lamunan.

“tadi aku keruangan noona,


tapi ternyata noona disini,
dimana hyung?” minho
mendekat padanya

“noona gwechana? Apa yg


terjadi? Kau pucat..”

“Ohh min ho, aku tak apaapa,


bisakah aku bertanya sesuatu
padamu? Ini tentang siwon..”

Min ho terlihat ragu


mendengar pertanyaan yoona

“apa ada sesuatu yg salah


mengenai hyung”

“kita bicara diruangan ku


saja, ayo ikut aku..”
baru saja membuka pintu dan
berniat keluar, saat dengan
langkah pasti siwon berjalan
kearahnya menatap tangan
nya yg merangkul lengan
minho, spontan yoona
langsung melepaskan nya.

“Yoona kau harus ikut aku,


ada pertemuan mendadak
diluar” Oh..ia mengira pria
ini tadi keluar menemui
wanita muda yg dilihatnya
dilobi

“cepat yoona, kita sudah


terlambat, mereka sedang
menunggu kita” merenggut
tangan nya, siwon menarik
kesisi nya.

“Minho ah..katakan pada


sooyoung untuk menghandel
pekerjaan ku disini”

“ne…tapi hyung, aku


membutuhkan bantuan yoona
noona”

“ada banyak hal yg harus


dikerjakan yoona denganku,
jangan mengganggunya..dan
lagi kau yg mau repot dengan
mencoba-coba bekerja, jadi
rasakan sendiri hasil
percobaan mu, Ok aku harus
pergi jangan lupa katakan
pesanku pada sooyoung”

Yoona menatap minho


meminta maaf karna ia harus
mengikuti siwon dan tak bisa
membantahnya

“It’s ok noona”

Minho tersenyum melihatnya


berjalan mengikuti langkah
siwon.

***

Pertemuan bisnis itu


berlangsung cukup lama,
sampai tiba waktunya makan
siang Siwon membicarakan
beberapa hal sambil
menyantap makan siangnya,
sementara yoona merasa tak
bernafsu dengan makan
siangnya merasa ada yg
mengganjal dalam pikiran
nya, setelah berbicara
terakhir kali dengan minho
tadi, siwon tak lagi
mengajaknya bicara. aneh…

Lalu untuk apa dia tadi


mengajaknya bertemu rekan
bisnisnya kalau bukan hanya
untuk menjadikan nya
penonton negosiasi bisnis yg
ia yakini akan semakin
menggelembungkan
kekayaan yg dimiliki siwon.

menit-menit menjengkelkan
bagi yoona akhirnya berakhir
saat beberapa orang rekan
bisnis siwon saling melempar
senyum sambil berjabat
tangan dan akhirnya keluar
meninggalkan ruangan,
menyisakan siwon dan yoona
hanya berdua didalam nya.

“selesai.. ayo pulang”

ucapnya dingin tanpa


menoleh kearah yoona

“siwon tunggu.. Kau masih


marah padaku?”

dia hanya menarik napas


dalam tanpa memberi
jawaban.

“maaf untuk keterlambatanku


tadi, maaf jika mungkin kau
tak suka dengan perkataanku
yg menyinggungmu aku tak
bermaksud…”

“kita masih harus kembali


kekantor sekarang..”

Oh astaga dia sedang tak


tertarik untuk membahasnya.
yoona hanya bisa mendesah
pelan, memperhatikan siwon
berdiri dan melangkah
keluar, kemudian dengan
terpaksa ia harus
mengikutinya. ***
Biasanya akan
menyenangkan saat
menghabiskan beberapa
menit didalam mobil dalam
keheningan sambil
mendengarkan musik dengan
siwon, tapi ketegangan
diantara keduanya terasa
terlalu kental untuk itu.

Yoona merasa lega ketika


mereka sampai ditempat
parkir kantor. trimakasih
Tuhan akhirnya..

ia merasa kesulitan bernapas


sepanjang jalan tadi Siwon
keluar dari mobil dalam
sekejap, membanting pintu
begitu keras sampai mobil
bergetar.

disaat itu yoona menyadari,


siwon mungkin dalam hari yg
buruk sekarang, tapi karna
apa? Apa karna dirinya?
Yoona membuka pintu untuk keluar
dari dalam mobil,terkesiap saat
melangkah menabrak dada siwon.

“Ya Tuhan Siwon! Kau mengagetkanku”

ia lantas berjalan memutarinya


tapi siwon dengan cepat
mengangkat satu tangan nya untuk
menghentikan nya, kemudian
mendorongnya hingga punggung
yoona menekan mobil dengan
tangan siwon dikedua sisi
kepalanya, memenjarakan yoona.

mereka sangat dekat dan


yoona berharap ia bisa
mengatur detakan jantungnya
menjadi stabil.

“Yoona.. Kenapa semalam


kau tak datang untuk makan
malam bersama kami”

pertanyaan ini tadinya yoona


kira tak akan pernah keluar
dari mulut siwon karna ia
tahu akan mengarah kemana
semua ini.

“bukankah soojung sudah


mengatakan alasan ketidak
hadiranku”

ia berusaha setenang
mungkin, meski sulit ketika
wangi parfum yg bercampur
aroma alami tubuh siwon
begitu mengacaukan otaknya.

“kenapa aku tak pernah tahu


kau mengikuti kompetisi
dansa dengan seorang pria?
Aku merasa kau tak lagi
menceritakan padaku, apa
sesuatu terjadi?”

Sekarang ia membuat yoona


menjadi jengkel, lagi..

“Siwon.. Ini bukan seperti


aku dengan sengaja tidak
memberitahumu, itu hanyalah
masalah waktu yg belum pas,
dan Kau tentu tak
menceritakan padaku Semua
yg Kau lakukan”

Siwon terdiam dan


mengambil langkah mundur
lalu menggelengkan
kepalanya.

“Yoona, sebenarnya aku


selalu memberitahumu
hampir semua yg
kulakukukan, aku merasa kau
bisa mengenalku lebih baik
selain ketiga saudaraku, kau
sahabatku. Aku minta maaf
jika kau merasa aku terlalu
mencampuri urusan mu”
“Oh ya ampun Siwon!
Hentikan itu, aku tidak
berpikir kau mencampuri
urusanku, fakta bahwa aku
punya partner dansa kupikir
bukanlah hal yg menarik
untukmu”

“well, kukira itulah yg kau


pikirkan”

siwon kembali
menggelengkan kepalanya
“mianhae”

“ya Tuhan siwon cukup,kau


tak perlu minta maaf,
sebenarnya kompetisinya
akan berlangsung minggu
depan dan aku ingin
mengundangmu juga yg lain,
itupun jika kau mau duduk
menonton pertunjukan
semacam itu, kau bisa
mempertimbangkan nya
dulu…”

Sebenarnya ide mengundang


siwon bagi yoona hanyalah
sekedar basa- basi, bahkan
membayangkan siwon duduk
menonton dansa di ballroom
sangatlah tak masuk akal.
“jam berapa dan dimana?
Aku akan datang dan
memberi tahu saudaraku yg
lain agar mereka bisa pergi
denganku, apa soojung juga
akan datang?”

Wow…

Ini kejutan..
Yoona menyeringai tak yakin
dengan kesediaan siwon atas
undangan nya

“emm..ya tentu soojung akan


datang, nanti aku akan
berikan alamat lengkapnya,
kau yakin akan datang?”

“ya..aku harus melihat


pertunjukan mu? Wae?”

“baiklah..akan kusiapkan
kursi Vip untukmu”

Yoona benar-benar tak


mengantisipasi ketika siwon
merangkulnya dan
memberikan senyuman mega
watt-nya, meredakan
ketegangan diantara
keduanya.

***

Kembali keruang kerja,


yoona dan siwon
menghabiskan beberapa
menit membicarakan hasil
negosiasi tadi.

Setelahnya yoona diminta


menyelesaikan beberapa draft
yg akan ditandatangani
siwon, bukan berada dalam
ruang kerja nya sendiri tapi
siwon memintanya
mengerjakan nya disini,
diruangan siwon.

pada saat itu yoona


setidaknya puluhan kali
mendapati siwon
menatapnya, benar-benar
menatapnya, yoona tidak
merasa yakin apa yg sedang
ada dalam pikiran siwon yg
pasti ia sangat berharap siwon
berhenti khawatir padanya
tentang hal yg tidak perlu.

Setelah semuanya selesai,


keduanya memutuskan keluar
dari kantor tepat pukul
enam,bukan untuk pulang
melainkan pergi kesebuah
restoran Italia yg menyajikan
berbagai macam pizza yg
diinginkan yoona untuk
makan malam mereka kali ini

“aku yg akan memesan”


dengan semangat yoona
membolak- balik buku menu
pizza ditangannya

“dan aku yg akan membayar”

“tentu saja kau yg lebih


banyak uang daripada aku”

Yoona memanggil pelayan


untuk mencatat pesanan nya
setelah nya ia mulai
mengobrol hal-hal ringan yg
bisa ia bahas bersama siwon,
ia masih bisa melihat siwon
gelisah dan berharap ia tak
akan lagi merusak suasana
hatinya

“jadi, siapa pria yg berdansa


denganmu?”

Well…

inilah pertanyaan yg paling


tidak ingin ia dengar keluar
dari mulut siwon dan terbalik,
sekarang yoona lah yg merasa
mulai gelisah, mungkin siwon
akan mencecarnya dengan
berbagai pertanyaan layaknya
seorang detektif pelindung.

berusaha tersenyum yoona


kemudian menjawab.

“namanya Kibum,
sebenarnya aku tak secara
khusus mendaftar untuk
kompetisi, masalahnya
partner nya mengalami
cedera kaki dan pelatihku
meminta agar aku
membantunya,jadi aku
melakukan nya”

“Kibum..seperti apa dia?


Muda? Tua? Apa dia tampan?
Apa pekerjaan nya? Selain
saat menari apa kau juga
bertemu dengan nya?
Apa dia tertarik padamu?

Atau justru Kau yg tertarik


padanya?”

Wow…

Ini adalah pertanyaan yg


beruntun, mungkin ini juga
yg siwon lakukan saat
sooyoung berkencan dengan
Kyuhyun, atau justru
sebaliknya siwon bersikap
biasa karna Kyuhyun adalah
teman nya, jadi dia
membiarkan soo melakukan
nya mengabaikan tatapan
siwon,ia berusaha menarik
sudut bibirnya seolah
membayangkan bagaimana
mendeskripsikan sosok yg
menjadi partner dansanya.
“dia muda dan sangat
tampan, dia juga salah satu
pelatih dan menari hanya
hobinya, beberapa kali aku
pergi makan malam setelah
latihan dansa, tapi selain itu
kami tak punya sesuatu yg
lain dan kurasa aku tak
tertarik padanya, atau belum
mungkin entahlah..”

siwon menjalankan kedua


tangan
dirambutnya,mencerna
jawaban yoona beberapa saat
“jadi beberapa kali kau
makan berdua dengan nya?
Dan apa maksudmu
mungkin.. Apakah itu seperti
dia layak dipertimbangkan?”

Percakapan terhenti saat


pelayan datang mengantar
pesanan mereka, dan yoona
mulai menggigit pizza yg ia
pesan, selain karna lapar ini
lebih untuk sekedar
memikirkan jawabannya.

“Um..dan apa maksudmu


‘layak dipertimbangkan’ “

“maksudku, apa kau sedang


mempertimbangkan dia
sebagai pria yg potensial
dalam hidupmu?”
sekali lagi Yoona
menghindari tatapan mata
siwon, dan justru beralih
memainkan sedotan minuman
bersoda nya sebelum ia
meminum nya dengan
perlahan.

“entahlah..tapi mungkin ada


benarnya sekarang waktunya
untukku mencoba tertarik
pada seseorang dan bukan
nya justru tergila-gila
pada…”

yoona mendadak
menghentikan ucapan nya,
dia hampir saja mengatakan
fakta bahwa dirinya selalu
saja dilanda perasaan gugup
ketika dia berhadapan dengan
siwon, dia adalah kelemahan
nya Siwon terlihat tak terlalu
senang saat yoona kemudian
menatapnya, membuatnya
membutuhkan beberapa detik
untuk kembali berbicara

“menilai dari apa yg kau


katakan…jadi ada seseorang
yg membuatmu tertarik? Yg
mungkin tak bisa kau
miliki..benarkah begitu?
Tolong katakan padaku kau
tidak sedang tertarik pada
pria yg sudah menikah kan?”
Oh Tuhan..

Gelisah dikursinya, yoona


menghembuskan napas
frustasi.

“ini jelas bukan pria yg sudah


menikah, dia adalah… emm
ini bukan sesuatu yg ingin
kubicarakan sekarang,
bisakah kita berhenti? Dan
kau perlu memakan pizza
mu…”

Sayangnya percakapan ini


sudah membunuh selera
makan siwon, dan yoona juga
merasakan hal yg sama, ia tak
lagi antusias menggigit pizza
berikutnya… ***

Sisa minggu ini berlalu begitu


saja, yoona merasa siwon
lebih tegang dari biasanya,
tapi satu fakta bahwa
seminggu ini adalah waktu yg
paling sibuk dalam pekerjaan,
mungkin itulah penyebabnya
mengapa siwon menjadi lebih
tegang.

bahkan yoona tak bisa lagi


meluangkan waktunya untuk
menikmati berolahraga
bersama siwon, karna setiap
malam ia harus
menghabiskan waktu untuk
berlatih dan itu membuatnya
sangat kelelahan, dan
benarbenar membutuhkan
istirahat. ***

Kompetisi dansa akan


dilakukan sore ini, dan yoona
sangat berharap ia bisa
melakukan yg terbaik sampai
kompetisi berakhir dan pagi
hari ini ia punya waktu 3 jam
untuk mematangkan
persiapan mereka, kembali
melakukan latihan disebuah
studio mereka akan
melakukan tarian tango
dengan diiringi lantunan lagu
“Rock Your Body” dari
Justin Timberlake
Setelahnya mereka langsung
menuju area pementasan yg
terletak disebuah ballroom
salah satu hotel ternama di
Seoul, yoona langsung
menuju bagian belakang
panggung untuk bersiap-siap.

Saat mengenakan kostumnya


ia baru menyadari, benar apa
yg dikatakan siwon, jika berat
badan nya turun, mungkin
sekitar 3 sampai 4 kilogram
kostumnya berwarna merah
dengan aksen hitam dan
beberapa hiasan kristal.
berpotongan diagonal
menutupi payudaranya
namun terbuka dibagian
perutnya,dan sebagian besar
bagian belakangnya
memamerkan keindahan
punggungnya.

Rok nya berbahan lentur


dengan panjang mencapai
pergelangan kaki namun
memiliki potongan terbuka
pada kedua sisinya yg jika ia
bergerak akan dengan jelas
memperlihatkan kaki
jenjangnya dan benar-benar
seksi.
Yoona mendapati keuntungan
dari penurunan berat badan
nya, tubuhnya begitu langsing
dari semua penari yg lain,
bahkan kini ia harus
mengakui dirinya terlihat
sangat cantik dengan rambut
terurai dan sedikit dikeriting.

plus makeup yg juga terlihat


seksi yg sangat tepat untuk
kesempatan ini menatap
tubuhnya dicermin ia
tersenyum dan merasa
bahagia saat ini. ***

Sebelum tiba giliran nya


untuk tampil, yoona bersama
Kibum menonton pasangan
lain yg sedang menari diarea
pementasan melalui monitor
dan ketika tiba giliran mereka
memasuki lantai dansa, yoona
sangat tenang dan tak merasa
demam panggung, ia begitu
lincah berputar- putar dengan
cepat, berbalik maupun
sedikit melompat
menginterpretasi lagu yg
dimainkan, dan tanpa salah
langkah hingga bagian akhir
dan pada bagian akhir dari
gerakan mereka yoona
terkejut dan benarbenar tak
menduga, kibum menurunkan
kepala dan menangkup
mulutnya dengan sebuah
ciuman sebelum akhirnya
melepaskanku dan kami
membungkuk memberi
hormat.

Astaga…

Yoona merasa kurang senang


dengan keberanian nya itu,
namun ia harus tersenyum
dan menegakkan tubuhnya
dan melangkah keluar dari
lantai dansa dengan
tangannya dalam genggaman
kibum.
Yoona sempat menengok
kekiri dan matanya langsung
terkunci dengan tatapan yg
sangat-sangat gelap milik
siwon.

Sial..!!

Belum pernah ia melihat


ekspresi itu sebelum nya
diwajah siwon, dia benar-
benar terlihat menyala dalam
kemarahan.

Setelah beberapa saat yoona


menyimpulkan mungkin itu
karna pakaian nya, siwon
selalu aneh tentang hal seperti
ini atau itu karna ciuman
tadi?

Oh astaga..

***

Dibelakang panggung kibum


terlihat puas dengan
penampilan mereka tadi

“Yoona tadi itu luar biasa dan


apakah ciuman tadi
mengganggumu?”

“tidak..hanya tolong jangan


melakukan nya lagi, karna
aku sedang tertarik dengan
seseorang”
“Oh aku benar-benar tak
tahu, maafkan aku..”

Ketika kompetisi telah selesai


dan hasilnya luar biasa
menggembirakan untuk
yoona, mereka mendapat
juara kedua dan rasanya itu
lebih dari cukup sebagai
pengganti kelelahan mereka
3minggu terakhir.

Kibum sempat menawarkan


pada yoona untuk melakukan
perayaan namun yoona
menolak karna ia sudah ada
janji dengan soojung, siwon
dan yg lain.

Setelah semua berakhir,


yoona buru- buru menemui
soojung dengan bersemangat.

“Oenni ya.. Aku tidak tahu


kau bisa berdansa seperti itu,
sangat menakjubkan”

Soojung memberinya sebuah


pelukan erat

“Chukaeo.. Yoona”

“sooyoung trimakasih..”

“kuharap kau tak keberatan


aku mengajak Kyuhyun
bersamaku”
“tentu saja tidak, aku senang
melihat kalian bersama disini
untuk ku”

“Noona.. Wow, aku sangat


terkesan” Minho mendekat
dan memeluknya

“kau terlihat cantik,


sangatsangat cantik noona”
“minho.. kau membuatku
malu, trimakasih untuk
kedatangan mu”

dalam sekejap senyum yg tadi


ditunjukan pada minho sirna
saat yoona bertatapan
langsung dengan siwon

“Pertunjukan yg
menakjubkan Im Yoona..”

kata ‘pertunjukan’ yg dia


tekankan benar-benar kejam,
belum berhenti sampai disitu,
siwon memelototinya sambil
menunjuk kearah pakaian nya

“Aku tidak tahu jika kau


tidak akan mengenakan
Pakaian… tidakkah kau
merasa seharusnya perlu
memperingatkan kami bahwa
kau benar-benar nyaris
telanjang…”
Merasa tak terima dengan
omongan siwon, yoona
melangkah maju semakin
dekat dengan siwon dengan
tatapan yg sama, siap
meledakan kemarahan nya
setelah apa yg siwon katakan
padanya…

Sadar akan apa yg mungkin


akan segera terjadi, mereka yg
berada diantara siwon dan
yoona, kompak
memundurkan langkahnya,
bahkan sulli yg tadinya
menunggu giliran untuk
memberikan ucapan selamat
pada yoona, terpaksa harus
mengurungkan niatnya, lantas
merangkul soojung kemudian
berbisik padanya

“menurutmu apa yg akan


terjadi?”

“molla.. Yg pasti yoona oenni


terlihat marah sekarang, kau
lihatkan sulli itu karna oppa
mu sudah keterlaluan”

“iya aku tahu, siwon oppa


memang over protektif, aku
pun sering kesal padanya”

Yoona benar-benar emosi dan


ia tak mau menutup mulutnya
dan membalas perkataan
siwon padanya

“Sialan kau Siwon! Aku tahu


kau terlalu protektif
padaku,tapi ini sudah
kelewatan. Aku berpakaian
untuk acara yg tepat dan
‘pertunjukan’ku adalah
sebagai seorang penari,aku
bukan menggerakkan
tubuhku untuk sebuah
bayaran, pembicaraan seperti
ini sangan konyol, kapan kau
akan berubah dengan
sikapmu, aku lelah, aku ingin
pulang”

Yoona sudah bertekad tak


akan membiarkan perilaku
siwon merusak kebahagiaan
nya saat ini.

Dengan kesal ia berbalik dan


pergi, hampir mencapai pintu
keluar ketika siwon meraih
tangan nya dan memutar
tubuhnya hingga mereka
saling berhadapan

“Yoona,aku minta maaf,


kumohon jangan pergi”

biasa yoona akan langsung


luluh, setelah melihat
penyesalan dari sorot mata
siwon, tapi kali ini tidak, dia
benar-benar telah
membuatnya marah.

“Siwon..perilakumu yg
seperti ini benar-benar tak
bisa ku terima, kenapa kau
tak bisa menguasai dirimu,
aku bukan anak kecil dan aku
tak suka dengan penilaian mu
padaku tadi, kau tak berhak
menilaiku seperti itu, Kau
bukan Ayahku..”

“Yoona.. Ya Tuhan.. Aku


tidak berpikir aku adalah
ayahmu, dan tentu aku tak
pernah menganggapmu anak
kecil, maafkan aku.. Aku tak
bermaksud menjadi brengsek
seperti tadi,maaf.. Ayo kita
lupakan ini dan lakukan
rencana kita untuk makan
malam setelah ini”

Yoona menengok kebelakang


dan baru sadar ia melupakan
mereka semua beberapa saat
lalu, ini karna siwon yg
membuatnya marah dan
belum ada seorangpun yg
pernah membuatnya semarah
itu tadi.

menghembuskan nafas lelah


yoona berkata
“baiklah..tapi aku perlu
pulang terlebih dulu,kau bisa
menjemputku satu jam lagi,
dan kuharap kau gunakan
waktu itu untuk
menenangkan dirimu karna
aku tak akan pernah lagi mau
makan bersamamu jika kau
mulai bersikap seperti itu
lagi”

Yoona memanggil soojung


untuk pulang bersamanya,
kemudian pergi sebelum
siwon bisa mengatakan
sesuatu lagi. ***

Sesampainya diapartemen
yoona langsung masuk
kedalam kamar mandi, butuh
sekitar 15 menit untuknya
menyegarkan tubuhnya.

Mengenakan dress selutut


berwarna krem, memoleskan
bedak tipis pada wajahnya,
lip gloss dibibirnya, ia
kemudian menguncir
rambutnya ekor kuda dan
mengambil sepatu ber merk
Burberry untuk melengkapi
penampilan nya, tak lupa
sebelum melangkah
keluar kamar ia
menyemprotkan parfum
favoritnya.

Simpel.. Tapi ia sangat


menyukai tampilan nya yg
seperti ini. ***

Yoona sudah merasa tenang


ketika bel apartemen nya
berbunyi dan soojung
membuka pintunya, itu pasti
siwon yg datang menjemput
mereka. Yoona membuka
pintu kamarnya, keluar dan
lega mendapati siwon
tersenyum kearahnya.

Oh.. Pria ini sudah berada


dalam mode normal

“Hai”

Siwon menatapnya dari atas


sampai kebawah dan
memberikan sebuah siulan
sebagai pujian

“gaun yg indah Im Yoona,


menakjubkan..”

“Oh,trimakasih..ini gaun
lama ku” Siwon tertawa dan
yoona merasa senang
melihatnya, siwon telah
kembali menjadi dirinya
sendiri sangat menawan…
***
Perjalanan menuju cafe yg
telah mereka pesan terasa
menyenangkan dengan canda
dari soojung dan sulli yg
ternyata tadi menunggu
mereka dimobil.

sedangkan yoona mengotak-


atik iPod siwon yg
menempel diradio untuk
mencari lagu yg ia inginkan.
Siwon berusaha fokus pada
kemudi, meski ia tak bisa
mengelak untuk sesekali
mencuri pandang kearah
yoona.

perjalanan nya tak terlalu


jauh,hanya membutuhkan
waktu 30 menit dan mereka
akhirnya sampai. Beberapa
menit setelahnya Sooyoung
dan Kyuhyun sampai,
kemudian Minho datang
dengan mengendarai motor.

mereka langsung menikmati


makan malam dalam suasana
penuh keakraban dan sangat
menyenangkan
“Yoona ah.. Chukkaeyo,aku
tak sempat memberimu
selamat tadi”

“ne..gomawo Kyuhyun ssi,


kuharap kau memaklumi
sikapnya tadi”

Kyu terkikik kearah siwon

“Apa?”

“anio..aku mengerti yoona,


aku sudah mengenalnya jauh
sebelum dirimu”

Kyuhyun terus tersenyum


kali ini lebih untuk mengejek
siwon

“baiklah kurasa aku dan


sooyoung harus pergi”

“mau kemana kalian?”

“kau tak perlu tahu


siwon..tenanglah akan ku
kembalikan adikmu yg cantik
ini dalam keadaan utuh”

Menyeringai pada siwon kyu


lantas menggandeng
sooyoung keluar dari cafe

“noona.. Soojung akan pergi


dengan ku, bolehkan?”
“Mwo.. Kalian juga akan
pergi?”

“Minho oppa akan ikut balap


motor oenni,dan aku ingin
melihatnya..”

“Minho.. jangan
macammacam!!” “sekedar
menguji adrenalin Hyung..tak
masalah bukan?”

“Oppa aku ikut..”

Sulli merengek…

***

Makan malam berakhir karna


masing- masing dari mereka
telah merencanakan acara
selanjutnya.

Sooyoung dan Kyuhyun jelas


menghabiskan malam mereka
dengan kencan berdua, dan
Minho membawa Soojung
bersamanya mengendarai
motor, tentu setelah mendapat
pesan- pesan khusus dari
siwon agar minho menjaga
soojung.

Yoona sedikit geli dengan


apa yg disampaikan siwon
pada minho, tapi sekaligus
terwakilkan untuk menjaga
adiknya, seperti inilah siwon,
dia akan menjadi sangat
protektif untuk orang- orang
terdekatnya.

Dan sulli, gadis ini harus


menekuk wajahnya, kesal
pada oppa nya, walaupun
sudah merengek dengan
sedramatis apapun Siwon tak
bergeming untuk mengijinkan
ikut bersama minho dan
soojung

“Sulli ah.. Mungkin kita bisa


pergi dulu kesuatu tempat
sebelum pulang” Yoona
mencoba bertanya pada sulli
yg tengah duduk dikursi
bagian belakang mobil siwon
dengan cemberut, ketiga nya
sedang berada dalam
perjalanan pulang.

“anio..kecuali ketempat
minho oppa dan soojung
pergi, hanya tempat itu yg
ingin kudatangi sekarang”

bersedekap, sulli
memalingkan wajahnya
menatap keluar kearah situasi
ramai jalan raya yg penuh
dengan kendaraan lainnya
Yoona menyentuh lengan
siwon memberinya kode
untuk bicara

“oppa sudah katakan tidak


sulli, maka mengertilah”

“tapi oppa membiarkan


soojung pergi, lalu kenapa
oppa malah melarangku, ini
tak adil..” protesnya, makin
kesal.

“Minho berjanji akan


menjaganya”

“maka minho oppa juga akan


menjagaku sama seperti
menjaga soojung..aku
adiknya”

“dia pasti bisa lengah dengan


harus menjaga dua gadis
seperti kalian, oppa tak mau
mengambil resiko.. Kau
mengerti!”

“tidak.. Aku tak akan


mengerti oppa”

“maka diamlah karna oppa


akan mengantarmu pulang
kerumah”

“aku ingin pulang kerumah


oppa”
“tidak..”

“waeyo?”

“kau akan pulang kerumah


kakek”

“Oppa…”

“diam sulli, oppa sedang


menyetir, kau tak mau kan
kita mengalami kecelakaan
konyol gara-gara kamu”

“mungkin itu akan lebih


baik..”

ban mobil itu berdecit, yoona


terlonjak kaget karna siwon
mendadak mengerem mobil,
berbalik menatap marah pada
sulli

“jadi kau ingin kita


mengalami kecelakaan? itu
maumu hah?”

Sulli tak menjawab, ia


menjadi takut saat melihat
tatapan kemarahan dari oppa
nya

“Siwon..” yoona menarik


lengan siwon bermaksud
meredakan amarahnya, pria
ini sangat mudah marah
namun juga bisa dengan
mudah menjadi tenang. Oh..
Sungguh membingungkan

“aku tak bermaksud seperti


itu oppa, maafkan aku.. Aku
hanya kesal padamu”

“kau cukup diam sampai aku


mengantarmu pulang, setelah
itu kau bisa meneruskan
kekesalan mu, kau bisa
mengumpat padaku
nanti..dikamar cantik mu, kau
mengerti!”

“ne..”

Yoona menggeleng-geleng
kan kepalanya heran dengan
hubungan persaudaraan
diantara keluarga ini, terlihat
akrab namun juga penuh
dengan ketegangan,
benarbenar aneh. ***

Selesai mengantar sulli


pulang, keduanya berada
dalam keheningan, yoona
sepertinya asik menikmati
alunan musik yg diputar
siwon

“ehm.. Mau nonton


denganku”
Yoona menoleh setelah
mendengar pertanyaan siwon
“dimana?”

“dirumahku.. Kau tak lupa


kan, aku punya teater
dirumahku”

“sombong sekali, baiklah aku


mau”

akhirnya siwon memutar arah


mobilnya setelah menemukan
ide untuk mengisi malam ini
selanjutnya bersama yoona.
***
Setelah tiba dirumahnya,
Siwon menuju ruang teater
untuk menyiapkan film
sedangkan yoona duduk
disofa luar menunggunya

“sudah siap, aku akan ambil


minuman dan makanan untuk
kita”

Yoona mengangguk sambil


terus memandang siwon yg
melangkah menuju dapur,
namun setelahnya yoona
mulai gelisah, kakinya terasa
pegal mungkin karna
penampilan dansanya tadi,
menggeser duduknya ia mulai
melepas sepatunya
“kenapa Yoona? Apa kakimu
terluka?”

Siwon mendekatinya dan


menyerahkan segelas
minuman untuknya.

“euh..hanya sedikit pegal,


kurasa efek berdansa tadi”
“maka minumlah ini, dan aku
akan mengurusmu” “wine?”

“itu akan membantumu


lebih relaks, kau terlihat
sedikit tegang” Tegang?

Benarkah?

Oh astaga..

Yoona baru saja menyadari


fakta bahwa sebelumnya tak
pernah terjadi, ia hanya
berdua dengan siwon
dirumahnya dan dimalam
hari, biasanya mereka selalu
disini bersama saudara
mereka yg lain yg selalu
ramai dengan canda tawa
mereka.

Meletakkan gelas miliknya,


siwon pergi kearah ruangan
yg lain dan kembali tak lama
setelahnya dengan sebotol
lotion ditangan nya.
Mendudukan tubuhnya
dengan nyaman diatas sofa yg
sama dengan yoona, dia
menepuk pangkuan nya

“julurkan kakimu yoona..


Aku akan memijatnya”

Yoona tertegun sejenak,


mendengar ucapan siwon yg
lebih terdengar sebagai
perintah

“trimakasih Siwon,tapi ini


akan baik- baik saja”
“julurkan kakimu
yoona..biar aku yg
memutuskan apa itu baikbaik
saja atau tidak”

Yoona sudah
mempertimbangkan untuk
mengatakan tidak, tapi jelas
ia juga tak ingin menarik
perhatian siwon, karna pada
kenyataannya ia gugup
memikirkan bagaimana
tangan siwon akan
menyentuhnya ragu, ia
mengayunkan kakinya naik
kepangkuan siwon, dan
menunggu akan apa yg terjadi
pada dirinya sendiri…

***
Yoona bersandar pada lengan
sofa,sementara kakinya
berada dipangkuan siwon.

“apa bagian ini terasa sakit?”

siwon menekan beberapa


jarinya pada pergelangan
kakinya.

“hanya sedikit dan terasa


nyeri”

“sebagai seorang pria, aku


suka sepatumu, kau punya
selera yg mengagumkan
tentang sepatu, tapi aku tak
tahu bagaimana kau bisa
bertahan dan berjalan dengan
benda seperti itu”
Yoona hanya menunjukan
senyum tanggungnya, ia lebih
memilih mengantisipasi
reaksi tubuhnya saat melihat
siwon mulai menaruh
beberapa tetes lotion ke
telapak tangan nya,
menggosoknya kemudian
mengangkat kaki kirinya dan
dengan lembut mulai
menggosokkan lotion dari
ujung jari kaki sampai ke
bagian betisnya, memberikan
perhatian khusus pada telapak
kaki yoona.
Astaga…

Dari sentuhan jari-jari terampil


milik siwon, Yoona mulai
merasakan sengatan listrik
menjalar diatas kakinya dan
mengirim arusnya langsung
menuju pangkal pahanya dan…

Wow…

Ini sangatlah intens, Yoona


gugup dan bahkan tegang
mengontrol reaksi tubuhnya,
ia kemudian meraih gelas
wine yg tadi diberikan siwon
dan langsung meneguknya
sekaligus.

Menit-menit berlalu dalam


keheningan, siwon masih
terus memijit kakinya,
sementara yoona terus
berusaha keras untuk
mengatur napasnya, ia
bahkan sampai harus
menggigit bibir bawahnya
menahan erangan yg sudah
berada ditenggorokan nya,
jangan sampai siwon
menyadari apa yg
dirasakannya hanya karna
sentuhan siwon pada kakinya
membuat ia merasakan
sebuah rangsangan.
Oh sial…

Siwon menyadari kegelisahan


nya? Yoona menundukan
wajahnya, Ya Tuhan apakah
kali ini ia gagal
menyembunyikan gejolak
perasaan nya pada siwon?

Sial…

Ini akan menjadi masalah


serius jika siwon
mengetahuinya Yoona
mengangkat wajahnya untuk
memeriksa apakah siwon
menyadarinya, dan ia
mendapati kedua mata siwon
menyala dengan tatapan
panas tertuju padanya, namun
setelahnya siwon
menggelengkan kepalanya
seperti berusaha
menjernihkannya, dan
kembali memberikan pijitan
pada telapak kaki yoona.

Yoona memejamkan
matanya, mencoba untuk
mencerna apa yg terjadi
dengan reaksi siwon seperti
itu.
apakah dia juga merasakan
apapun itu yg yoona rasakan
sekarang? Ketika menyadari
siwon kembali menggosok
telapak kakinya, yoona tak
bisa lagi menahan nya, ia
mengerang dan matanya
seketika terbuka bertemu
langsung dengan tatapan
panas milik siwon. Yoona
terkejut saat kemudian siwon
menggenggam kedua
pergelangan kakinya,
Menyentak tubuhnya menjadi
lebih dekat pada siwon.

“Yoona.. Aku menginginkan


mu? Apa kau juga
menginginkan ku?” Ya
Tuhan…

euforia melanda hatinya,


yoona tak pernah sadar siwon
memiliki ketertarikan
padanya, dan sekarang ia
mendengar siwon
mengatakan menginginkan
nya.

“Oh ya Siwon..ya Aku


menginginkan mu”

Setelahnya tidak ada lagi


keragu- raguan diantara
keduanya, tak ada lagi
kecanggungan, dan tiba-tiba
inilah dia..
Siwon mulai mencium dan
menjilati kakinya, mulai dari
pergelangan kaki dan terus
bergerak naik ke setiap inci
kulit diantaranya sampai
bagian lutut dan terus naik
kebagian pahanya Yoona
merasakan tubuhnya semakin
panas, apakah ini akibat wine
yg tadi ia minum? Ataukah
ini karna jari tangan dan lidah
siwon yg terus melakukan
sihir pada tubuhnya, ia belum
pernah diperlakukan seintens
ini oleh siapapun dan ini
benar-benar diluar dugaan
nya.

“Sayang aku begitu ingin


berada dalam dirimu” “ya
siwon ya..lakukanlah..”
Yoona sudah terengah-engah
kedalam gairah yg membakar
tubuhnya saat siwon
memagut bibirnya kedalam
ciuman panas. Ya Tuhan…

Akhirnya…

Siwon tak pernah menunggu


selama ini untuk seorang
wanita, dan yoona lah yg
telah bisa membuatnya
menunggu selama ini, wanita
umum nya jatuh kedalam
pelukan nya, jatuh ketempat
tidurnya dan kemudian ingin
tinggal disana.

Ini akan menjadi malam yg


penuh gejolak yg membawa
mereka dalam pusaran gairah,
yoona menyadari itu saat
siwon mengangkat tubuhnya,
membawanya masuk kedalam
kamar yg beraroma maskulin,
menjatuhkan tubuhnya diatas
ranjang tidur kemudian
menurunkan gaun dari
tubuhnya.

Yoona sadar ia akan


menyerahkan kesucian nya
pada pria ini, Siwon yg
sangat ia inginkan. ***
Dini hari yoona terjaga,
pelukan posesif lengan siwon
menyulitkan nya untuk
bergerak. dengan perlahan ia
menyingkirkan lengan siwon
dari tubuhnya, beranjak untuk
turun dari ranjang, ia
merasakan sakit pada pangkal
pahanya. untuk pertama
kalinya ia telah berhubungan
intim dan itu sangat
keras,hingga membuatnya
hampir pingsan.
memungut pakaian nya yg
tercecer,ia kemudian
melangkah ke kamar mandi,
menatap tubuhnya dalam
cermin yg berada disana.
Siwon telah menandai
kepemilikan nya atas
tubuhnya.. Sesaat yoona
tercekat oleh pikiran nya
sendiri apa yg telah ia
lakukan? Kenapa ia menjadi
begitu mudah terpedaya…

Siwon telah
merencanakannya..
Mengajaknya nonton
dirumahnya? hanya
berdua..
Memberinya wine? Dan
sentuhan-sentuhan pada
kakinya? Siwon pasti sengaja
merangsangnya.. Siwon
melakukannya setelah apa yg
yoona lakukan pada
kompetisi dansa itu?
Astaga…

Tidak…

“brengsek..”

Yoona membersihkan
dirinya, memakai pakaian nya
kemudian keluar dari kamar
mandi.
Dengan langkah pelan agar
tak membuat siwon
terbangun, ia berjalan kearah
pintu kamar, keluar dari
kamar siwon ia meraih salah
satu kunci mobil dari
gantungan, segera menuju ke
garasi rumah siwon Sebuah
SUV milik siwon yg yoona
kendarai akhirnya keluar
dari garasi, seorang penjaga
rumah membukakan pintu
pagar untuk yoona dan segera
ia memacu kecepatan mobil
itu meninggalkan rumah
siwon. ***
Jam dua dinihari tepatnya
saat yoona akhirnya sampai
ke apartemen nya. sebelum ia
masuk kekamarnya, ia
menyempatkan melongok
kamar soojung, untuk
memastikan soojung pulang
dalam keadaan baik-baik saja,
tidak seperti dirinya.. Ya
dirinya..

Dirinya yg tengah dilanda


gelisah, marah, kesal semua
bercampur menjadi satu,
pikiran nya begitu
berkecamuk hingga hampir
meledak, membuat langkah
nya lemah berjalan gontai
yoona lantas masuk kedalam
kamarnya yg gelap,
menyalakan lampu tidur yg
temaram, ia mulai melepas
gaun nya dan menggantinya
dengan sepasang piyama
tidur. menyingkap selimut
dari atas tempat tidur, ia
lantas meringkuk diatasnya,
mengistirahatkan tubuhnya,
lelah akan harinya yg luar
biasa tak terduga terlebih
perasaan nya kini terluka,
hatinya seakan tengah
diremas begitu kuatnya…

Siwon…

Pria itu telah merencanakan


semuanya, mungkinkah?
Tapi itulah yg terus
berkecamuk dalam
benaknya..

Dan ia mulai meyakini nya..


Semua akan menjadi
berubah setelah apa yg telah
ia dan siwon lakukan,
Bagaimana ia akan
menghadapinya?
Bagaimana jika saudara
mereka tahu, ia telah
berbuat sejauh itu dengan
siwon?
Pertanyaan itu terus memutari
otaknya, menenggelamkan
dirinya hingga tertidur. ***

Jam delapan pagi saat


soojung naik ketempat tidur
yoona, mendorong bahunya
agar sang kakak bangun dari
tidurnya.
Yoona mengerjapkan
matanya, ia tak ingin bangun
dari tidurnya, dan
menghadapi dunia nyata.
“kenapa membangunkan ku?”

Yoona memelototi soojung


kesal karna dia telah
mengganggu tidurnya.

“aigoo..sejak kapan oenni


menjadi marah saat aku
membangunkan mu?”

“aku lelah soojung, aku butuh


tidur, pergilah keluar..”

“baiklah Oenni.. Tapi siwon


oppa ada didepan mencarimu,
haruskah aku katakan
padanya untuk pergi?”

“MWO..”

terkejut, yoona lantas menjadi


berbisik saat bertanya pada
soojung.
“Siwon..maksudmu dia ada
disini? Di dalam apartemen
kita sekarang?”

Soojung mulai
mengkhawatirkan ekspresi
diwajah yoona, kadang-
kadang yoona menjadi lupa
jika soojung sangat
memperhatikan segalanya, ia
lantas mendesak soojung
untuk menjawab, berharap
agar soojung tak
menempatkan dugaan dalam
pemikiran nya lebih lanjut
lagi.

“yups.. Oppa menunggu


diruang tamu, aku bilang
akan membangunkan
mu,maka disinilah aku
sekarang untuk
membangunkan oenni, jadi
aku akan memberi tahu siwon
oppa jika oenni sudah
bangun, setelahnya aku harus
pergi, ada jam kuliah pagi
hari ini.. Bye oenni, aku
menyayangimu”

Begitu saja, soojung dengan


santai langsung keluar dari
kamar yoona, dan sayupsayup
yoona bisa mendengar
soojung berbicara pada
siwon, kemudian pintu yg
terbuka dan dengan cepat
terkunci kembali, pertanda
soojung benar-benar pergi
dan meninggalkan nya
dirumah hanya dengan siwon.

Buru-buru yoona menarik


dirinya turun dari tempat
tidur, berniat mengunci pintu
kamarnya tapi.. Sial…

Siwon sudah terlanjur


membuka pintu kamarnya,
berdiri tegap disana
menatapnya dengan tatapan
sendu.

“Yoona.. Sayang aku begitu


panik kau tak ada saat aku
bangun tadi”

Sayang…

Yoona melongo dengan


panggilan yg diucapkan
siwon untuknya, tak sadar
jika kini siwon telah
mendekat, berdiri dihadapan
nya.

“katakan padaku, apa


semalam aku
menyakitimu..katakan
sayang, katakan padaku
kumohon”
Siwon mengguncang bahu
yoona, untuk membuatnya
bicara.

“Siwon..entahlah kau
mungkin menyakitiku, dan
kita sama-sama sadar bahwa
yg terjadi semalam adalah
sebuah kesalahan”

“Ya Tuhan Yoona..benarkah


itu menyakitimu? Itu kah
sebabnya kau langsung pergi
meninggalkanku”

“bukan secara fisik tapi


hatiku.. Aku berpikir
mungkin kau sudah
merencanakan semuanya, kau
mengajakku kerumahmu,
memberiku wine dan
sentuhan-sentuhan pada
kakiku, kau sengaja
membuatku terangsang, kau
begitu ahli tentang wanita kau
tahu apa yg kebanyakan
wanita inginkan..dan aku
sangat marah akan pemikiran
itu”

“Astaga Yoona.. Tidak..


Demi Tuhan semua yg terjadi
tidak direncanakan sebelum
nya, aku bahkan menahan
diriku selama satu tahun
terakhir aku mengenalmu,
aku menahan diri untuk tidak
menyentuhmu, karna aku
takut akan merusakmu.. Tapi
yg terjadi semalam adalah
indah, aku tidak berpikir itu
sebuah kesalahan..”

“aku tak mau hanya


menambah catatan nama pada
tiang ranjangmu!!”

“jangan pernah katakan itu


lagi, kau bukan seseorang yg
aku tiduri secara acak, kau
bukan catatan pada tiang
ranjangku, Aku tak pernah
membawa wanita lain
sebelum nya kedalam
kamarku, hanya kau Yoona..
Kau yg kuijinkan dan
kuinginkan..” “Siwon…”

“tapi aku tak bisa


berkomitmen,kau tahu itu..”
Oh Tuhan…

Miris, itu yg dirasakan yoona


saat mendengar penolakan
siwon tentang sebuah
komitmen.

Dia menolak komitmen..

Yoona tahu tentang hal itu,


sepanjang mengenal siwon, ia
tahu dia tak pernah bertahan
lama dengan seorang wanita
Tapi yoona sungguh sangat
melihat kesakitan dimata
siwon, pria ini menyimpan
luka dihatinya?
Tapi apa? Apa yg
membuatnya begitu takut
untuk berkomitmen..

Ya takut..
Siwon bukan tidak mau
berkomitmen, tapi dia takut
untuk berkomitmen.

Ya Tuhan…

Yoona terus menatap siwon,


dia terlihat frustasi dengan
kedua tangan yg terus
meremas rambut dikepalanya.

“persetan Siwon, aku juga tak


ingin berkomitmen, aku tak
ingin punya pacar dan aku
juga tak pernah mau
menikah, aku menginginkan
mu dan aku tahu kau juga
menginginkanku.. Jadi mari
kita buat ini menjadi mudah,
mari kita lalui ini sampai kita
tak menginginkan satu sama
lain lagi, disitulah kita akan
mengakhirinya”

Yoona seakan melawan


arus, ia telah menerobos
garis pembatas dalam
hatinya, kesakitan yg ia lihat
dimata siwon membuatnya
berani melakukan nya, ia
menyukai pria ini, ia ingin
mengetahui apa yg rusak
didalam hatinya, ia akan
tahu dan ia akan
memperbaikinya.. Yoona
bertekad akan melakukan
nya.

Siwon menatapnya dengan


penuh kekhawatiran, ragu
dengan nada ketegasan yg
baru didengarnya meluncur
dari bibir yoona. “Sayang..”

“kau setuju kan? Jika kau


katakan tidak,aku akan
menerimanya dan mundur
darimu”

“iya..iya sayang kita akan


melakukan nya”

Siwon mendekapnya, pelukan


nya kuat seolah akan
meremukkan tulang ditubuh
yoona.

“aku begitu kacau saat


terbangun dan tak
menemukan mu dirumahku,
kau meninggalkan ku”
“aku meninggalkan mu karna
aku tak mau kau yg lebih
dulu meninggalkan ku”

“aku tak mungkin


meninggalkan mu.. Aku
begitu takut membayangkan
mu marah karna..semalam..
Aku tahu itu malam
pertamamu, Sial yoona.. Aku
mengambil itu darimu, aku
tak pernah ingin merusakmu”

“tidak..kau tidak merusakku,


aku yg menyerahkan itu
padamu, aku menginginkan
kau yg mengambil itu dariku”

Siwon melepaskan
pelukannya, menangkup
wajah yoona menatap
matanya dalam, ada gairah
didalam nya ketika dengan
cepat ia sudah mengambil
bibir yoona dan melumatnya.

Yoona hampir tak mengenal


dirinya, Ia terkejut oleh
keberanian liar dalam dirinya,
bagaimana bisa dalam
sepersekian menit berdiri
disana, berhadapan dengan
siwon, ia telah merubah
tujuan hidupnya, begitu ingin
menjejaki kesakitan gelap yg
tersorot dari mata siwon, yg
membuatnya berani
menyebrangi arus yg
bertentangan dengan batinnya
yg terus meneriakkan
ketakutan atas keputusan yg
telah ia ambil.

***

Pukul 9 pagi akhirnya


keduanya keluar dari
apartemen yoona dengan
siwon yg menggenggam
tangan nya, mereka
menyeberang jalan menuju
sebuah cafe untuk sarapan
sebelum pergi ke kantor
bersama. Yoona bisa
melihat siwon tersenyum,
muda dan sangat bahagia,
begitu berdampak kah apa
yg telah diputuskan nya
untuk bersama pria ini.

“aku membawa SUV mu


untuk pulang semalam, apa
kau mencarinya?”

“apa kau bercanda? Aku tak


perduli.. Kau bisa
mengambilnya dan memiliki
atau pun memberikannya
pada orang lain, aku sungguh
tak perduli.. Kau bisa
memiliki apapun yg kumiliki
sayang..”
Wow…

Yoona tak bisa


membayangkan apa yg sudah
siwon katakan, memiliki apa
yg pria ini miliki tentu sangat
melambungkan hatinya.. Tapi
yoona benar-benar tak
menginginkan semua itu, ia
hanya menginginkan siwon,
ia bukanlah gadis matre yg
mengejar harta, yoona hanya
menginginkan hatinya. ***
Cukup terlambat saat
keduanya tiba dikantor, dan
yoona langsung menuju
ruangan nya.

“kalian terlambat?”

Yoona mendongak kearah pintu


ruangan nya, sooyoung sudah berdiri
disana.

“hai soo..masuklah”

“apa yg terjadi?”

“bukan hal yg serius, siwon


menjemputku tadi dan..”

Yoona menghentikan
kalimatnya, tak mungkin ia
mengatakan apa yg sudah
terjadi antara dirinya dan
siwon.
“dan apa?”

“dan kami pergi sarapan


bersama,membahas beberapa
pekerjaan hingga terlambat
untuk menyadari bahwa kita
akan telat untuk sampai
disini”

lanjutnya memberi
penjelasan, ia tak berbohong
untuk itu.
awalnya Yoona memang
mengira setelah apa yg terjadi
diantara keduanya, mereka
akan menjadi canggung, tapi
ternyata itu tidak terjadi.
fakta bahwa ia dan siwon
telah dekat dan berteman
tidak berubah, keduanya tetap
seperti biasanya, bisa
membahas hal apapun berdua
dan itu cukup membuat
yoona merasa lega.

“jadi apa kau perlu


bantuanku?”

“siwon oppa meminta kau


membawa ini keruangan nya”

Sooyoung meletakkan
beberapa map keatas meja
kerja yoona “kenapa tak
kau saja yg menyerahkan
nya?”
“oppa bilang sekalian ada yg
akan dia bicarakan dengan
mu”

Sooyoung meninggalkan
ruangan nya, yoona pun
keluar membawa map yg
diberikan soo dan langsung
menuju ruangan siwon.

“sooyoung mengatakan aku


harus memberikan ini
padamu”

Yoona berdiri diambang


pintu, siwon tersenyum
melihatnya.

“iya sayang..masuk dan


kunci pintunya, mendekatlah
padaku” Oh ya..

Ia harus mengantisipasi apa


yg mungkin akan dilakukan
siwon selanjutnya…

Yoona mengikuti apa yg di


intruksikan siwon, mengunci
pintu dan ia langsung
melangkah mendekat ke meja
kerja siwon, meletakkan map
yg ia bawa diatas meja.
“jadi hal apa yg ingin kau
bicarakan denganku?” “sini
duduklah..”

siwon menepuk pangkuan


nya, mengisyaratkan agar
yoona duduk disana
yoona mengernyit
kemudian
menggelengkan
kepalanya.

“kemarilah yoona..”

Meraih tangan yoona,siwon


menariknya duduk diatas
pangkuan nya.

“kau tahu betapa aku sangat


merindukan mu..”

“kau hanya beralasan


memanggilku kesini” “hm..”

“aish..jadi benar-benar tak


ada hal yg akan kau
bicarakan denganku?”
“tidak..”

“kalau begitu lepaskan aku,


banyak pekerjaan yg harus
aku selesaikan”

Yoona mencoba melepaskan


tangan siwon yg melingkari
pinggangnya, namun gagal.
“memang tak ada hal serius
yg ingin kubicarakan
denganmu, tapi ada yg ingin
kulakukan dengan mu”

siwon menjentikkan jarinya


diatas hidung yoona. “apa..?”

“bercinta denganmu diatas


meja kerjaku”

“MWO..”

Siwon tertawa mendengar


keterkejutan yoona.

“aishh..jangan konyol”

wajah yoona seketika


memerah, ia memukul bahu
siwon dengan kedua tangan
nya.

“waeyo? Kau bilang kau


menginginkan ku, dan kau
tahu aku jauh lebih
menginginkan mu.. disini
dikantorku aku ingin
memilikimu sayang”

“kau tak akan bisa


mendapatkanku disini”

“benarkah? Berani bertaruh?”


“Siwon.. Aku harus bekerja”
“Ayolah yoona..apa yg kau
risaukan tentang pekerjaan,
aku bos nya, dan aku tak
ingin kau mengerjakan
apapun sekarang”

Siwon mulai menghirup


harum rambut yoona

“aku menyukai kau mengikat


rambutmu sekarang”

meluncurkan tangan nya pada


leher yoona, siwon mulai
menjalankan jemarinya disana
dan kemudian mengecupnya
hingga kebagian bahunya.
sentuhan nya membuat seluruh
tubuh yoona meremang
seketika, ia mulai duduk dengan
gelisah diatas pangkuan siwon.

“si won…”

“hm..ada apa sayang?”

“kau tak bisa melakukan nya”

“apa yg tak bisa kulakukan?”

“kau mengerti maksudku”

“tidak..aku tak mengerti apa


yg kau maksud, maka
jelaskanlah padaku”
Astaga…
Yoona harus mengatur
napasnya, karna udara
diruangan yg terasa berat, ia
tak mau menjadi
terengahengah sekarang.

“Si won hentikan..”

Yoona menyentakkan
tubuhnya, dan berdiri dari
pangkuan siwon.

“aku belum selesai dengan


mu”

Baru dua langkah berjalan


ketika siwon mencekal
lengan nya, membalikkan
tubuhnya, menahan nya
dengan sebuah tangan yg erat
memeluk pinggangnya, tubuh
mereka rapat saat siwon
mulai mengunci bibirnya.
Siwon benar-benar tak
melepaskan bibir yoona,
sampai beberapa saat
setelahnya ketika tubuh
yoona lunglai oleh kurangnya
asupan oksigen diparu- paru
nya, dia baru melepaskan
nya. “kau gila..”
siwon terkikik geli
mendengar kata pertama yg
berhasil yoona ucapkan
setelah kembali menormalkan
pernapasan nya.

“kau tahu aku sudah


menginginkan melakukannya
padamu, saat pertama kali
kau menginjakkan kaki
cantikmu diruangan ini”

“jadi kau sudah lama


merencanakan nya?
Merencanakan
membunuhku..? Kau hampir
saja berhasil membunuh ku
tadi”

Siwon tertawa lebar


mendengarnya.

“ya.. membunuhmu dalam


kenikmatan.. Itu yg sudah
lama aku rencanakan
untukmu sayang”

Yeah…

Kata-kata siwon
mengirimkan gelenyar panas
ketubuh yoona buru-buru ia
menjauh dan mendekat
kearah pintu.

“aku akan mulai waspada


ketika kau memanggilku
kesini, kau sudah mengancam
nyawaku tadi” Seringaian
yoona sebelum keluar dan
menutup pintu ruangan nya
membuat siwon kembali
tertawa bahagia
bahagia karna ia tak perlu
lagi menyembunyikan
perasaan nya bahagia karna
yoona bisa menerima dirinya
yg tak mau berkomitmen.
***

Hari-hari berlalu tanpa terasa,


waktu seakan berputar lebih
cepat dari sebelum nya.

Yoona merasakan nya, betapa


siwon telah membawanya
kedalam hal-hal paling intens
yg belum pernah ia rasakan
sebelum nya. Hal yg paling
menyenangkan adalah ketika
diakhir minggu seperti malam
ini, mereka berkumpul
bersama saudara mereka
untuk melakukan makan
malam bersama, yoona
bahkan telah menganggap
mereka sebagai keluarganya.

saling mengejek dan


melemparkan canda,
membuat mereka semakin
akrab satu sama lain, satu hal
yg belum keluarganya tahu
adalah hubungan nya dengan
siwon yg sudah berjalan
semakin jauh, dan ia tak tahu
sampai kapan akan
menyembunyikan nya. dan
sepanjang makan malam itu,
siwon hanya duduk
disamping yoona, mencoba
memanfaatkan waktu
kebersamaan keluarganya
untuk menciptakan moment
mereka berdua.

tertutup oleh meja siwon


menggunakan tangannya
untuk mengusili yoona,
meremas lututnya juga
menjalankan jemarinya pada
paha yoona, membuat yoona
kegelian dan harus
menyingkirkan nya.

“apa yg kau lakukan?


Jauhkan tanganmu..”
pintanya berbisik

“aku hanya ingin


bermainmain, tenanglah tak
ada yg tahu..”

Yoona tak menyangka


siwon bisa begitu manis..
Dia juga bisa bersikap
romantis padanya.. Pria ini
begitu mudah untuk
dicintai..
Tapi mengapa ketakutan
untuk berkomitmen juga ada
dalam dirinya.. Apa yg
mungkin bisa membuat siwon
mempercayai sebuah
komitmen dengan nya..
Yoona terus memikirkan
nya…

***

Makan malam mereka usai


dan berlanjut kerumah siwon,
disana mereka akan
menghabiskan waktu bersama

“Oenni ya..”

“ne Sulli ah..waeyo?”

“soojung akan pergi ke Jeju


dengan ku”

“Jeju? Soojung ah.. Kau tak


katakan apapun pada oenni”

“aku baru ingin memberitahu


oenni, tapi barusaja sulli
sudah mengatakan nya”

“untuk apa kalian ke Jeju?”

Yoona mengambil beberapa


kaleng minuman bersoda dari
dalam kulkas, kemudian
membawanya keruang
keluarga, disana mereka akan
menonton film bersama,
sengaja untuk tak
menggunakan ruang teater
disana

“ini tugas kampus oenni”

sulli membagikan minuman


yg dibawa yoona

“bersama siapa kalian pergi?”

Siwon mulai menyela

“beberapa mahasiswa yg
lain..”

“aku akan kirim beberapa


orang untuk mengawasi
kalian”

Sulli langsung melotot kearah


oppa nya, soojung mendesah
pasrah, siwon sedang dalam
mode siaga rasanya dan akan
susah untuk dibantah.

Yoona pun lantas mendekat


duduk disamping siwon

“Siwon..kau tak perlu


melakukan nya, mereka
bukan lagi anak kecil rentan
yg harus dikawal kemanapun
mereka pergi, aku yakin
mereka bisa menjaga diri..
Bukankah begitu?”
“nde.. Yoona oenni benar”

kompak sulli dan soojung


menyetujui ucapannya.
Yoona sedang berusaha
mengubahnya, mengubah
sikap over protektif siwon, ia
akan melakukan nya sedikit
demi sedikit, sampai ia tak
menemukan lagi raut
kekhawatiran diwajah siwon
yg cenderung berlebihan.

“tidak yoona.. Mereka


masihlah gadis belia yg harus
diawasi, kita tak tahu apa yg
mungkin akan terjadi disana”

“Oppa.. Kami tidak sedang


bermain- main disana, itu
tugas kampus dan lagi
pula…”

“tidak ada bantahan sulli..


Kau tahu oppa tak suka bila
kau terus membantah, kau
dan soojung cukup
melakukan apa yg harus
kalian kerjakan disana, orang-
orang yg oppa kirim tak akan
mengganggu, mereka hanya
bertugas mengawasi kalian..”

Yoona menghembuskan
napas pelan, mungkin kali ini
ia belum berhasil
“sudah kalian menurut saja
pada Siwon, daripada
membuang energi untuk
melawan nya, Minho.. Cepat
putar film nya”

Kyuhyun yg ikut bergabung


menengahi mereka, ia
mengambil posisi
duduk disamping sooyoung.

“chagiya waeyo?”

menyentuh lengan sooyoung,


kyu sedikit khawatir karna
soo justru diam saja sedari
tadi

“gwechana..kurasa aku lelah


dan sedikit mengantuk”

Kyu meraih kepala sooyoung


agar bersandar dibahu nya.

Dari balik bulu matanya


yoona terus mengamati
keduanya, kemudian beralih
menatap siwon yg berada
disampingnya, ketika minho
mulai memutar film dan
mematikan lampu, ruangan
menjadi gelap, penerangan
hanya berasal dari film yg
sedang diputar, hal itu
dimanfaatkan yoona untuk
mengistirahatkan tubuhnya
bersandar dibahu siwon, ia
selalu merasa nyaman setiap
kali mencium aroma khas
tubuhnya.

***

Kurang lebih selama dua jam


film diputar, dan setelah
berakhir mereka memutuskan
untuk pulang.

Kyuhyun sudah terlebih dulu


pulang mengantar soo, gadis
itu memang terlihat kelelahan
hingga membuatnya tak
banyak bicara. Sulli
sebenarnya sangat ingin
menginap dirumah siwon,
tapi minho memaksa untuk
pulang bersamanya. Yoona
dan soojung sudah berada
dalam mobil siap untuk
pulang, dan siwon tengah
mengamati mereka dari
depan rumahnya.

“Soojung ah..ponselku
tertinggal,kau tunggu
sebentar aku akan
mengambilnya”

“ne oenni..cepatlah”

Yoona keluar dari dalam


mobil, dan kembali
melangkah masuk “ada
apa yoona?” “ponselku
tertinggal didalam, aku
akan mengambilnya”

Yoona melangkah masuk dan


siwon mengikuti
dibelakangnya

“aku sudah mendapatkan nya,


aku akan segera
pulang..terimakasih untuk
malam ini, aku
menikmatinya”

“sama-sama sayang.. Pastikan


kau berhati-hati dan pulang
dalam keadaan utuh, jangan
membuatku khawatir”

“pasti aku akan melakukan


nya untukmu, selamat malam
siwon..”

Sebelum yoona beranjak dari


hadapan nya, siwon
memberikan sebuah kecupan
didahi nya

“hubungi aku setelah kau


sampai diapartemen mu”

Yoona mengangguk dan


tersenyum kemudian berlalu
dari hadapan nya.

***
‘Yoona.. Sial sayang dimana
kau? Ini sudah dua jam sejak
kau keluar dari rumahku’

Yoona mengernyit membaca


salah satu pesan dari kurang
lebih sepuluh pesan yg masuk
ke ponselnya, dan
kesemuanya dikirim oleh
siwon.

Oh astaga…

Dia melupakan pesan siwon


untuk menghubunginya,
secepat mungkin yoona
membalas pesan tersebut.

‘siwon maaf aku lupa..aku


baik-baik saja dan sekarang
aku berada dikamarku ‘

Yoona menambahkan sebuah


emoticon kemudian
mengirimkan nya sepersekian
detik kemudian ia mendapat
balasan.

‘syukurlah..aku hampir gila


karna mengkhawatirkan mu’

Yoona tersenyum
membayangkan kegilaan yg
mungkin dialami siwon.

Oh…
benar-benar berlebihan…
‘trimakasih untuk
mengkhawatirkan aku bos..
Dan… aku mencintaimu’

Yoona buru-buru menekan


send, sebelum ia menyesali
tulisan dalam pesan yg
dikirim nya.

Menggigit bibir bawahnya, ia


gugup menunggu balasan
pesan nya.

Namun setelah lebih dari lima


menit ponselnya tetap diam,
apakah Siwon belum
membacanya? Ataukah
Siwon mengabaikan
kalimatnya dan sengaja tak
membalas pesan nya…??

Yoona akhirnya meringkuk


diatas tempat tidurnya,sudah
selama satu jam ia
menunggu siwon membalas
pesan nya, tapi nihil hanya
kekecewaan yg didapatnya.

lima menit yg lalu ia mulai


menghentikan tangisnya,
airmata yg menyusut dari
kelopak matanya perlahan ia
seka dengan jari-jarinya.

apa yg ia tangisi sebenarnya?


dari awal jelas siwon sudah
mengatakan dia tak bisa
berkomitmen, lalu apa yg
bisa ia harapkan? Sampai
kapan ia mampu bertahan?
Hubungan seperti ini jelas
bukan yg ia inginkan.. ***
Minggu pagi setelah
mengantar soojung ke
bandara, yoona mendapat
telpon dari kibum, awalnya ia
ingin mengabaikan namun
kibum beberapa kali
mengirim pesan padanya.
“yoboseyo..”

“hai.. Yoona”

“kibum ssi..”

“ne ini aku..bagaimana


kabarmu?
Kenapa susah sekali
menghubungimu?”

“mianhae kibum ssi..aku


sibuk dengan pekerjaan ku”

ada jeda sebentar sebelum


kibum kembali bersuara.

“kenapa kau tak datang lagi


ke kelas dansa?”
“emm..seperti yg aku katakan
tadi, aku sibuk dengan
pekerjaan ku, maafkan aku
kibum ssi..”
“ne..tapi kau akan kembali
kan? Ku harap iya yoona”

“aku akan menghubungimu


nanti jika aku sudah bisa
kembali mengikuti kelas”

“aku akan menunggumu


yoona, sampai jumpa..”

Kibum memutus panggilan


nya, yoona meletakan
ponselnya diatas meja
kemudian beralih kedapur,
perutnya terasa lapar,tadi ia
tak sempat makan karna
harus mengantarkan soojung,
dua minggu kedepan ia akan
tinggal sendirian saat soojung
berada di Jeju.

membuka kulkas, ia
mengambil sereal dan sebotol
susu dari dalam nya,
kemudian menuang nya
kedalam mangkuk yg tak
terlalu besar dan mulai
memasukkan kedalam
mulutnya.

Belum selesai ia
menghabiskan serealnya, bel
apartemen nya berbunyi,
yoona segera meninggalkan
dapur untuk membukanya.
“Hai..”

Yoona tertegun, siwon berdiri


dihadapan nya.. Pria yg
semalam ia tangisi kini
tengah tersenyum padanya.

“hai..sayang, kau akan


membiarkan ku berdiri disini
dan tak menyuruhku masuk”

yoona tergagap saat siwon


membelai pipinya

“Oh..nde..masuklah”

Yoona membuka pintunya


lebih lebar, siwon masuk dan
ia pun langsung menutup lagi
pintu apartemen nya.

“untuk apa kau kesini?”

“menjemput mu”

“menjemput ku?”

“hm.. Kau akan tinggal


dirumahku selama soojung
berada di Jeju” “MWO..”

“kau akan kesepian disini


sendirian, dan aku tak akan
membiarkan itu.. Kau bisa
tinggal bersamaku, dan
banyak hal yg akan kita
lakukan berdua”
“siwon..tapi..”

“ayo bersiap.. Aku akan


membantumu”

Oh ya.. Siwon tak bisa


dibantah, pria ini penuh
kontrol dan juga dominasi
dalam dirinya.

melangkah memasuki kamar


yoona, siwon kemudian
mengambil sebuah tas dari
atas lemari, membuka pintu
lemari milik yoona dan
mengambil beberapa pakaian
dari dalam nya.

Yoona terkesiap ketika siwon


mulai menyentuh
barangbarang pribadinya.

“Siwon.. Aku yg akan


melakukan nya, kau bisa
menungguku diluar, beri aku
lima belas menit untuk
menyiapkan keperluan
menginap ku”

“baiklah..lima belas menit,


aku akan menunggumu
diluar”

Yoona menghembuskan
napas lega saat siwon keluar
dari kamarnya, ia pun
langsung meneruskan apa yg
tadi dilakukan siwon,
menambahkan apa yg ia rasa
perlu dan akan dibutuhkan
nya selama berada dirumah
siwon. ***

Satu jam berikutnya, mobil


yg dikendarai siwon sudah
memasuki halaman
rumahnya, memarkirnya
kedalam garasi siwon turun
dan lekas membukakan pintu
untuk yoona, mengambil tas
yg berisi pakaiannya, siwon
juga merangkul pinggannya
menghela tubuh yoona masuk
kedalam rumah.

“aku akan meletakkan tas ini


dikamar, tunggulah
sebentar..”

Yoona memperhatikan
langkah siwon yg tertuju
kearah kamarnya.

Oh astaga..

Apa ia akan tidur dikamar yg


sama dengan siwon?

pipinya langsung merona


merah teringat kejadian saat
ia berada dikamar itu,
buruburu yoona
menghentikan langkah
siwon. “siwon..”

“ada apa yoona?”

“hm..Itu,apa aku..apakah aku


akan tidur dikamarmu?”

yoona tak bisa


menyembunyikan perasaan
malu yg melandanya.

“tentu saja..Apa kau


keberatan?”

“tidak..bukan seperti itu, tapi


aku terbiasa tidur
sendiri..kupikir Aku akan
lebih nyaman jika selama
disini aku juga tidur
sendirian”

Sesaat siwon mengernyit


mendengarnya.
“baiklah..kau bisa
memilih tidur dikamar
mana yg kau mau”

“gomawo..”

***

Malam hari berada dirumah


siwon, yoona merasa gelisah
hingga matanya tak jua
terpejam padahal jam sudah
menunjukkan tengah malam.
perlahan ia turun dari tempat
tidurnya, membuka pintu
kamarnya ia keluar dan
matanya tak sengaja
menemukan pintu kamar
siwon yg tak tertutup rapat.

Penasaran, dengan pelan


yoona memegang knop pintu
dan sedikit mendorongnya
agar ia bisa masuk.

aroma maskulin dari kamar


siwon langsung menelisik
hidungnya, dan suara erangan
yg terdengar begitu
menyakitkan membuat yoona
tercekat.

Siwon tidur dengan gelisah,


dan keringat yg membanjiri
wajahnya yg nampak
kesakitan..

Yoona langsung melompat


naik ketempat tidur,
mengguncang tubuh siwon
untuk membangunkan nya
dari mimpi buruk yg mungkin
sedang siwon rasakan..

“Siwon.. Siwon..”

Oh astaga..
Apa yg dimimpikan siwon??
Sekali lagi yoona
mengguncang tubuh siwon
lebih kencang dibanding
sebelum nya

“Siwon.. Siwon.. Bangun..


Siwon..”

“akhhh…” akhirnya siwon


terbangun dengan sebuah
teriakan yg membuat yoona
merasa ngeri, dan kilatan
dimata siwon begitu kelam,
napasnya tersengal- sengal
disertai keringat yg
membasahi wajahnya, ia
belum menyadari yoona
berada ditempat tidurnya.

“siwon..ada apa?” perlahan


yoona memberanikan diri
menyentuh bahunya,
membuat siwon refleks
menoleh kearahnya, ada
keterkejutan dimatanya.

“apa yg terjadi? Apa tadi kau


bermimpi buruk?”

“yoona..sejak kapan kau


disini”

“aku..tadi aku..”

Siwon menyingkirkan tangan


yoona dari bahunya,
menghindari tatapan
matanya, siwon kemudian
bangun dari tempat tidur,
berdiri tak jauh darisana ia
meletakkan kedua tangan
diatas kepala untuk
mencengkram rambutnya.

“siwon.. Ada apa?”

menghampiri siwon, ia
memeluk tubuhnya dari
belakang.

“kau seperti takut dan juga


kesakitan.. Apakah itu
mimpi buruk?”

“bukan” Siwong ingin


melepaskan tangan yoona
yg melingkari pinggangnya,
namun yoona justru
mengeratkan nya. “lalu
apa?”

“bukan apa-apa yoona..”

“aku khawatir, aku tak pernah


melihatmu seperti itu
sebelum nya”

“tidak ada yg perlu


dikhawatirkan, semua orang
bermimpi bukan? Itu hal
biasa”
“aku khawatir karna.. aku
mencintaimu…”

Yoona merasakan tubuh


siwon menegang, bahunya
naik setelah kata itu keluar
dari mulutnya ada apa
dengan reaksinya? mengapa
ia bereaksi seperti itu? Apa
siwon terkejut mendengar
pernyataan cintanya? Tapi
sebelum nya jelas ia sudah
pernah mengatakan nya,
Walaupun melalui sebuah
pesan..

Siwon membalikan tubuhnya,


membuatnya kini bertatapan
dengan yoona, yoona bisa
melihat wajah siwon
mengeras, walaupun pria ini
sedang berusaha menutupinya
Astaga..

Apakah separah ini? Siwon


bahkan tak mau menerima
cintanya?

“seharusnya kau tidur yoona,


ini sudah larut malam.. Ayo,
aku akan mengantarmu
kekamar” Siwon menarik
tangan yoona, membawanya
keluar dari kamarnya dan
kemudian masuk kekamar yg
ditempati yoona.
Menyingkap selimut dari
tempat tidur, siwon menghela
yoona agar berbaring disana.

“pejamkan matamu dan


tidurlah..” siwon menyelimuti
tubuhnya dan berniat
beranjak keluar dari kamar
itu, namun yoona menarik
lengan nya. “waeyo..”

“Si won.. Aku


mencintaimu..” lagi, yoona
melihat raut wajah siwon yg
langsung berubah seketika.

“aku mencintaimu..aku
mencintaimu siwon..”

“kau harus tidur yoona


begitupun denganku, aku
akan kembali kekamar ku..”

mengecup kening yoona


singkat, siwon kemudian
keluar meninggalkan yoona
dalam kamarnya sendiri,
dengan pikiran yg
berkecamuk dengan berbagai
pertanyaan yg terus terlintas.

Siwon menginginkan nya..

Tapi tak bisa menerima


cintanya? Ada apa
sebenarnya?
Ya Tuhan..

Yoona kembali meneteskan


airmatanya, Airmata untuk
seorang pria yg sama,
Untuk choi siwon, ia
kembali menangisinya..
***

Pagi hari saat keluar dari


kamarnya, yoona langsung
mencari siwon, dan kemudian
menemukan nya sedang
berada di dapur

menuang kopi dari mesin


pembuat kopi kedalam
cangkir ditangan nya,
aromanya langsung menguar
membuat yoona
menginginkan nya

“aku mau itu..”

Siwon menoleh, melihat


yoona dan ia langsung
tersenyum padanya.

Oh..
Pria ini sudah kembali
dengan senyum menawan
nya.. Berbeda jauh dengan
semalam yg terkesan gelap,
dingin dan tak mudah
tersentuh.

“pagi..kau mau ini?”


Yoona hanya mengangguk,
tiba-tiba merasa malu,
melihat siwon sudah
berpakaian rapi, namun
terlihat santai dengan lengan
kemeja yg digulung,
sedangkan yoona, ia masih
mengenakan piyama tidurnya
dan sama sekali tak terpikir
untuk merapikan rambutnya
terlebih dulu tadi sebelum ia
keluar kacau..

Yoona benar-benar
berantakan saat ini.

“kenapa diam disitu yoona,


ayo duduklah..ini kopi mu”

“euh..ne”

Siwon menarikkan sebuah


kursi untuk nya, kemudian
menarik lagi satu dari yg
lainnya untuk dirinya semdiri.

“sangat menyenangkan
melihatmu baru bangun tidur
seperti ini”

Oh…

Siwon pasti sedang


memperhatikan kekusutan
nya.
sambil mengusap
rambutnya, berusaha
membuatnya sedikit lebih
baik, yoona terus merutuki
dirinya sendiri, kenapa ia
begitu bodoh? Seharusnya ia
bisa memperhatikan
penampilan nya, ia tidak
sedang berada diapartemen
bersama soojung, tapi ia
berada dirumah siwon.. Pria
yg dicintainya…

“ada apa yoona?”

“bukan kah aku sangat kacau


sekarang?”

Ucap yoona dengan penuh


rasa malu yg merangkak naik
kewajahnya

“tidak.. Kau justru terlihat


cantik”

“siwon..jangan bercanda”

“sungguh..kau memang
terlihat cantik yoona, dan
gadis cantik ini adalah
milikku..”

Siwon meraih tangan yoona


dan menggenggam nya.
“dan gadis yg kau bilang
cantik ini juga mencintaimu?
Bagaimana menurutmu..?”

Yoona menatap manik mata


siwon dari balik bulu
matanya, semalam setelah
menangis terisak ia
menemukan tekad lain dalam
dirinya.. Ia akan mengatakan
perasaan nya pada siwon
setiap hari, setiap waktu dan
disetiap ada kesempatan…

Bukankah sekeras apapun


batu, akan bisa terkikis oleh
tetesan air secara
terusmenerus…

Siwon meletakkan cangkir


kopi yg tadi disesap nya,
berdiri dan kemudian
mendorong kursinya mundur.
“bersiaplah..tigapuluh menit
lagi kita berangkat kekantor”
menjulurkan tangan nya
untuk sesaat mengusap
rambut yoona, ia lantas pergi
dari hadapan yoona.

Yoona mengerucutkan
bibirnya kesal dan kembali
menikmati secangkir kopi
ditangan nya.

“dasar keras kepala..”


aniway…

Itu tak lagi menjadi masalah


buat yoona, siwon tak
membalas pernyataan
cintanya, bukan berarti dia
tak mencintai nya kan?

Siwon tak ubahnya batu yg


teramat keras atau bongkahan
es mungkin? Yoona tak
perduli, ia sudah bertekad
akan mengikis batu keras itu
dan atau menunggu
bongkahan es itu mencair
dengan sendirinya.

Ya Tuhan..

Itu jauh dari mungkin, jangan


berharap terlalu banyak dari
siwon, atau kau sendiri yg
akan terluka!!

batinnya terus
mengolokolok dirinya, tapi
sekali lagi yoona tak
perduli, bukankah tidak ada
yg tak mungkin didunia ini?
Ia hanya perlu meyakini
itu.. ***

“Siwon..Aku sudah siap”


Yoona melongok dipintu
kamar siwon, pria itu sedang
duduk dibekang meja
kerjanya, terlihat serius
dengan sebuah tab ditangan
nya.

Saat pandangan mereka


bertemu yoona tersenyum
kearahnya, dan siwon dengan
jelas ia sedang mengamati
penampilan yoona, yg sudah
jauh berbeda dari yg tadi
dilihatnya saat bangun tidur.

Mengenakan blus berwarna


biru,dengan rok selutut dan
sepasang hils yg senada
dengan blus nya, yoona
melangkah mendekati siwon.

“ayo berangkat..”

Yoona menarik lengan siwon,


karna pria itu sedari tadi
hanya diam sambil
mengerutkan kening
menatapnya.

“tunggu dulu..”

“waeyo?”

“kau akan pergi kekantor


seperti ini?”

“hm..kenapa? Ada yg salah?”


Yoona kemudian memutar
tubuhnya.
“apa ada yg kurang dengan
penampilan ku? Atau ini
justru berlebihan?”

“kau tak bisa pergi kekantor


dengan menggerai rambutmu
seperti itu”

Yoona membulatkan matanya


seketika.

Oh astaga… Rambut?
Jadi itu karna masalah
rambut? Apa yg salah dengan
menggerai rambutnya?

“ayo kita kekamarmu, dan


menemukan dimana pengikat
rambut cantikmu itu kau
sembunyikan”

Siwon meraih tangan yoona,


menariknya kearah kamar yg
ditempatinya.

“aku tidak menemukan


pengikat rambutku tadi”
“kita akan mencarinya”

“tapi apa yg salah dengan


menggerai rambutku,
bukankah ini terlihat jauh
lebih cantik”
Yoona menjadi tersipu
setelah memuji dirinya
sendiri.

“itu masalahnya, aku tak suka


kau menjadi lebih cantik saat
diluar sana” “aneh”

“tidak terlalu aneh yoona,


karna aku mau kau terlihat
sangat cantik hanya saat
berdua denganku”

Siwon menunjukan
seringainya, ia lantas masuk
kekamar mandi dan kembali
keluar dengan sebuah
pengikat rambut milik yoona
yg ia temukan disana.

“kemarilah..aku akan
mengurus rambutmu, dan
mengajarimu sejauh mana
kau bisa menjadi cantik diluar
sana”

Yoona hanya menurut saat


siwon mulai menyisir
rambutnya, terlihat sangat
terampil.

Apa siwon biasa melakukan


ini pada wanita-wanita nya?

Mendadak pikiran itu


terlintas, membuat sesuatu
seakan memelintir perutnya
dan menjadikan yoona
merasa mual seketika.

“kau begitu ahli, apa kau


sering melakukan nya pada
wanitamu?” ucap yoona
dengan nada sinis

“dulu aku sering melakukan


ini pada sooyoung dan sulli,
itu sudah terlalu lama, aku
lupa kapan terakhir kali aku
melakukan nya setelah
mereka mulai bisa menolak
ketika aku ingin menyisir
rambutnya”

“ibumu tak melakukan itu


pada mereka”

“tidak lagi setelah dia


meninggalkan kami”

walaupun sedang tak saling


bertatapan, namun dari nada
suaranya, yoona bisa
menyimpulkan siwon
bersedih saat ini

“apa ibumu melakukan nya?


Mengurusmu, menyayangimu
dan menyisir rambutmu?”
merasa siwon sudah selesai
mengikat rambutnya, yoona
membalik tubuhnya menjadi
berhadapan dengan siwon.

“hm.. Ya tentu saja ibuku


melakukan nya, tapi itu tak
terlalu lama, dia meninggal
karna kangker, dan ayahku
menikah lagi dengan ibu
soojung”

“apa ibu soojung


menyayangimu?”

“dia wanita yang baik.. dia menyayangiku


sama seperti soojung, itulah mengapa aku
juga menyayangi soojung, kita memang
tak terikat hubungan darah tapi kita punya
ikatan hati yg kuat satu sama lain”

“syukurlah kau menerima


semua itu yoona”

Siwon langsung memeluknya


erat dan itu cukup
mengejutkan yoona.
“siwon..ada apa?”

“tidak ada apa-apa, aku hanya


ingin memelukmu”

Yoona melepaskan pelukan


siwon ditubuhnya dan
kemudian menatapnya. “aku
tahu ada yg kau sembunyikan
dan belum kau ceritakan
padaku, apapun itu tak akan
mengubah penilaian ku
padamu, aku tahu kau pria
penyayang, kau menjaga
semua saudaramu dengan
baik, kau menyayangi mereka
dan kau perlu tahu kau sangat
pantas untuk disayangi, karna
itu aku menyayangimu..aku
mencintamu siwon”

Yoona tahu siwon menegang


dengan kalimat yg diucapkan
nya, dan sebelum siwon
bereaksi lebih ia memberikan
kecupan singkat dipipinya
dan langsung menarik
pergelangan tangan siwon
keluar dari kamarnya.

“ayo berangkat!! Kau akan


membuatku terlambat bos”

“Yoona tunggu..”

“apa?”

“bisakah aku mengatakan ini


padamu?”

“apa? Katakanlah..”

“aku..aku…”
Yoona sudah mengantisipasi
apa yg mungkin akan
dikatakan siwon?

Apa mungkin siwon akan


mengakui perasaan nya?
Ah..senangnya…
membayangkan siwon
mengatakan cinta padanya
sudah membuat dada
yoona bergemuruh.

belum tentu perasaan siwon


padamu adalah cinta..
Sekali lagi kau terlalu
tinggi
melambungkan harapan
mu yoona.. Batin nya
mencibir dengan begitu
sinis. “aku..sebenarnya
aku…” dag dig dug…

Degupan jantungnya kian


kencang, tak sabar dan seperti
sudah merencanakan untuk
melompat dari dadanya.

“cepatlah katakan siwon..”


sepertinya Yoona menjadi tak
sabaran saat ini, tapi siwon
benar-benar terlalu lama
apasih yg akan dia katakan
sebenarnya?
Batinnya menunggu dengan
kesal.

“aku…” well…

Bukan waktu yg tepat


sepertinya, ponsel dalam saku
celananya berdering dan
seketika membuyarkan semua
yg sudah akan siwon katakan.

“ini sooyoung..aku akan


menjawabnya terlebih dulu”

Yoona hanya bisa


menghembuskan napasnya,
siwon mulai menjawab telpon
dari sooyoung.

“yak.. Oppa dimana kau?


Kenapa belum datang
kekantor?”

“sejak kapan kau bersuara


lebih keras daripada aku”
“aish.. Oppa, jangan
mengalihkan pertanyaan ku,
oppa ada dimana sekarang”
“dirumah”
“MWO…santai sekali kau
masih dirumah”

“aku bos nya, aku bisa


datang kapanpun aku ingin”
“terserahlah..”
“hai.. Kau marah?”

“kapan aku pernah marah


padamu oppa”

“manis sekali, aku akan


sampai tak kurang dari
tigapuluh menit”

“Yoona juga belum datang?


Kemana dia?”

“dia akan datang


bersamaku..”

“apa? Yoona ada…”

“sampai bertemu dikantor


soo” Siwon memutus
sambungan telponnya dan
membiarkan sooyoung yg ia
yakini sedang kesal sekarang.
“sesuatu terjadi?”

“tidak..hanya gadis manja itu


kesal karna kita belum tiba
dikantor”

“kurasa sooyoung tak masuk


dalam kategori gadis manja,
dia pintar, cekatan dan penuh
perhitungan, dia juga pintar
bernegosiasi”

“sudahlah..ayo berangkat”
dan pada akhirnya baik siwon
maupun yoona melupakan
pembicaraan mereka
sebelumnya.

***

Sudah beberapa hari yoona


tinggal dirumah siwon,
sebelum soojung pulang dari
Jeju, siwon tak membiarkan
nya pulang keapartemen nya.
Malam hari yoona selalu
menelpon soojung untuk
mengetahui keadaan nya dan
bercerita apa yg dia lakukan
setiap harinya disana, yoona
sangat merindukan nya.

“oenni ya kau belum tidur?”

“tidak sebelum aku


mendengar suaramu, apa yg
sedang kau lakukan?” “tidak
ada, aku baru kembali ke
penginapan dan sudah selesai
mandi” “soojung ah..kapan
kau pulang?”
“minggu depan oenni,
waeyo?”

“kenapa masih bertanya,


tentu saja oenni merindukan
mu”
“eh..iya, hehee..aku juga
merindukan mu oenni,
sangat”

keduanya mengobrol sampai


akhirnya soojung menyudahi
karna ia harus segera tidur,
besok masih ada tugas yg
harus ia kerjakan. ***

Setelah menelpon soojung,


yoona tak langsung tidur, ia
justru keluar dari kamarnya
entah tak tahu apa yg bisa
dilakukan nya, kamar siwon
tertutup rapat dan dia pasti
sudah tidur Yoona akhirnya
berkeliling rumah, rumah yg
terlalu luas untuk ditinggali
seorang diri.

Ia mulai masuk kedalam


ruangan demi ruangan yg
selama ini belum pernah ia
masuki matanya menjelajah
kesetiap sudutnya

yoona baru menyadari ada


sebuah ruangan yg selama ini
tak pernah ia melihat ada yg
membukanya dan itu cukup
menarik perhatian nya.

perlahan yoona mulai


mendekat, memegang knop
pada pintunya dan lantas
membukanya.
didalam nya gelap, ia harus
mencari- cari saklar lampu
dengan meraba-raba tembok
disampingnya. “Wow…ini
sebuah perpustakaan,
kenapa siwon tak pernah
memberitahuku ada tempat
seperti ini dalam rumahnya”

Yoona mulai mendekat


kearah deretan rak buku yg
penuh dengan berbagai jenis
buku ada disana.

“kalau aku tahu ada tempat


seperti ini, aku tak akan
merasa bosan, akan sangat
menyenangkan membaca
semua buku disini” Yoona
mengelilingi beberapa rak
untuk menemukan buku yg
mungkin menarik untuk
menemaninya malam ini,
karna sungguh ia merasa tak
akan bisa memejamkan
matanya malam ini walaupun
tubuhnya lelah dan
mengajaknya beristirahat.

diantara beberapa rak yg telah


ia telusuri, yoona
menemukan sebuah buku
biografi dari seorang
sastrawan, dan ia tertarik
untuk membacanya.
ada sebuah sofa panjang dan
meja kecil didalam nya,
semua itu akan membuatnya
betah untuk berlama- lama
ditempat itu.

Yoona mulai larut kedalam


buku ditangan nya namun
sebenarnya ada lagi yg
menarik perhatian nya, itu
adalah sebuah meja kecil yg
ada disudut ruangan.
perlahan yoona beranjak,
meletakkan buku diatas sofa
ia mulai mendekati meja
tersebut, kesemua lacinya
tertutup dan rasa penasaran
dalam dirinya membuatnya
berani mengulurkan tangan
nya.
membuka
perlahan laci itu satu demi
satu “Oh astaga..” pada
laci ketiga ia terlonjak,
otaknya refleks
memerintahkan kakinya
untuk mundur.

sebuah benda yg ia yakini


adalah pistol terbungkus
sebuah plastik berada
didalam nya,juga sebuah
noda yg meskipun tak jelas
terlihat tapi kemungkinan itu
adalah percikan darah.
Oh Tuhan..

“kau tak seharusnya berada


disini Yoona..”

“Si won…”

Siwon langsung mendorong


laci yg terbuka agar kembali
tertutup, mencekal lengan
yoona ia lantas menariknya
keluar dari ruang
perpustakaan dan kemudian
mengunci pintunya. tadi
sebelum tidur ia sempat
masuk keruangan itu, namun
sepertinya ia melupakan
untuk mengunci pintunya.
dan ketika dirinya kembali
untuk memeriksa, yoona
justru tengah berada didalam
nya.

“kenapa jam segini kau masih


berkeliaran diluar dan bukan
beristirahat dikamarmu”

Yoona menyadari kilatan


kemarahan dimata siwon
ketika ia menatapnya,
membuat dirinya takut-takut
untuk menjawabnya.

“aku..aku hanya sedang tak


bisa tidur, tak ada yg
kulakukan disana selain
membaca”

“aku akan mengantarmu


kekamar”

Siwon berniat merangkulnya,


namun yoona justru menahan
tangannya.

“si won..tadi..dilaci meja itu,


disana aku melihat..emm..apa
aku bisa mendapat penjelasan
darimu?”

“tidak ada yg bisa dijelaskan


yoona..tidak sekarang
ataupun nanti, tak ada
penjelasan apapun, dan aku
berharap kau tak lagi berada
diruangan itu”

“tapi kenapa..?”

“Yoona.. Aku akan


mengantarmu kekamar dan
kau harus tidur”

sekali lagi yoona merasa


siwon menyembunyikan
sesuatu darinya, tapi apa? Ia
bahkan tak berani menerka-
nerka

“masuk dan tidurlah..” siwon


membukakan pintu
kamarnya, biasanya ia akan
mengantarnya sampai
ketempat tidur dan kemudian
memasangkan selimut
untuknya, tapi sekarang
siwon hanya membukakan
pintu, menyuruhnya masuk
dan mengawasi sampai ia
berbaring ditempat tidur
lantas menutup kembali
pintu kamar dan
meninggalkan nya. ***

rasanya Yoona baru saja bisa


tidur, namun alarm pada
ponselnya berbunyi
memaksanya untuk menarik
tubuhnya turun dari tempat
tidur dan melangkah kekamar
mandi, ia harus menyegarkan
tubuhnya dan bersiap untuk
pergi bekerja.

dua puluh menit setelah


merendam tubuhnya dalam
air hangat, ia keluar dengan
melilitkan handuk
ditubuhnya. dan seketika
terkejut melihat siwon sudah
berada dalam kamarnya,
dengan ponselnya yg
berdering berada dalam
genggaman tangan siwon.

“si won..”
begitu melihat yoona keluar
dari kamar mandi, siwon
langsung mengangkat
tangannya yg memegang
ponsel yoona, melambaikan
kearahnya.

“ini adalah bajingan dari


kompetisi dansamu, aku tak
menyadari kau masih bicara
dengannya. Sialan!”

Astaga..
Apa kibum menelpon nya?

“ya..dia terus menelpon sejak


kompetisi, kenapa sih
memangnya? Dia temanku..”

“katakan padaku sekarang,


apa kau berpikir akan
mengencaninya?”

sesaat yoona melongo


mendengar pertanyaan siwon.
“ada apa sih denganmu? apa
kau kehilangan pikiranmu?
TIDAK! Sudah pasti aku
tidak memikirkan kencan
dengan Kibum.. Apa kau juga
sudah terpikir aku akan
dengan mudah menyerahkan
tubuhku dan tidur dengannya,
seperti yg kulakukan
denganmu, kurasa kau sedang
melihatku seperti seorang
pelacur saat ini”

menjalankan kedua tangan


pada rambutnya, siwon
menatap yoona frustasi.

“tidak.. Apa yg kau katakan?


Aku tidak melihatmu seperti
itu, maaf jika aku
menyinggungmu.. Hanya saja
sebelum nya aku tak pernah
perduli dengan apa yg
dilakukan seseorang saat
tidak sedang bersamaku, tapi
entah bagaimana kau sudah
menjadi begitu penting dalam
diriku, aku peduli padamu,
aku ingin kau hanya
bersamaku”

didalam hatinya yoona mulai


melakukan tarian kecil
kebahagiaan, ini mungkin
akan menjadi sebuah
kemajuan dari hubungan
mereka. “Siwon..apa kau
sedang bermaksud
mengatakan bahwa kau ingin
hubungan ini menjadi nyata?”

“sebuah hubungan nyata


seperti pacaran? Tidak! Aku
tidak akan pernah bisa
melakukan itu.. Untuk saat ini
aku ingin kita menjadi satu-
satunya, tapi aku tidak bisa
menjadi pacar, aku tak
menginginkan hal itu.. Aku
tak akan pernah berkomitmen
untuk siapapun yoona,
bahkan kau”

setiap kata dari kalimat yg


keluar dari mulut siwon,
seperti sebuah pisau diperut
yoona yg dengan cepat
memotong-motong bagian
dalam tubuhnya Ia bodoh
karna terus berharap
hubungan nya dan siwon bisa
menjadi berbeda, dan hal itu
seakan menyadarkan dirinya
bahwa ia harus keluar dari
sana dan membuat jarak
diantara dirinya dan siwon.

“aku sudah sering


mengatakan cinta padamu,
dan kau tahu suatu hari nanti
aku pasti menginginkan
lebih..tapi sekarang aku
masih baik-baik saja dan
untuk itu mari kita akhiri ini
sekarang, dan kembali ke
mode pertemanan kita yg
dulu”

Yoona berusaha tenang,


dingin dan tak menunjukan
kesakitan apapun saat siwon
terperangah melihatnya.
“Apa? Tidak! Aku butuh.. Oh
Tuhan.. Itukah yg kau
inginkan sekarang? Aku tidak
pernah ingin menyakitimu,
Sial Yoona..ini semua
keegoisanku, tapi itulah aku
yg tak akan bisa kau
mengerti”

“maka buatlah aku menjadi


mengerti”

“itu tidak mungkin yoona!!”

“baiklah aku tak akan


memaksamu.. kita sudah
berjalan dalam hitungan
minggu, padahal biasanya
kau hanya bertahan dalam
hitungan hari, dan itu
mungkin sudah mencapai
kapasitasmu untuk berada
bersamaku..” menyerah?
Mungkin itu hal terakhir yg
bisa yoona pikirkan sekarang,
ingatan tentang sebuah pistol
yg ia lihat masih membuatnya
ngeri dan merasa siwon
terlalu gelap untuk bisa
dimengerti…. ***

“Kau akan meninggalkan


aku, ya kan? Kau tidak akan
bisa bekerja lagi denganku
setelah ini kan?”
Siwon tampak seperti
merasakan sakit yg sama,
tatapan nya begitu dalam
terhadap yoona.

“Siwon.. Jangan konyol, kita


akan baik-baik saja dan aku
masih akan bekerja”

batinnya mencibir kata


‘baikbaik saja’ sungguh tidak
tepat, ia sudah pasti tidak
akan menjadi baik-baik saja,
tapi ia masih punya harga
diri, ia tak akan menunjukan
kesakitan nya dihadapan
siwon.

ini salahnya yg dari awal


telah melibatkan perasaannya
kedalam hubungan yg tak
jelas dan sekarang ia harus
keluar dari sana dan pergi
menjilat lukanya sendiri.
“Ok..tapi kau masih akan
tinggal disini kan sampai
soojung pulang?”

“tidak.. Kita sudah selesai”

“Yoona..”

“kumohon keluarlah, aku


perlu untuk memakai pakaian
ku”
Yoona melangkah untuk
membuka pintu dan
mempersilahkan siwon keluar
dari kamarnya.

mengambil napas
dalamdalam dengan cepat
yoona memakai pakaian nya,
lalu memasukkan pakaian
dan barang- barang lain
miliknya kedalam tas, dan
setelah memastikan
semuanya telah ia bereskan
yoona keluar dari kamar.

Siwon berdiri tak jauh dari


kamarnya dan terlihat dalam
pandangan kosong, yoona
sampai harus berdeham tiga
kali hanya untuk
menyadarkan nya.

“yoona..kita bisa berangkat


kekantor bersama kan?”
“tidak..aku perlu untuk
mengembalikan tas ini
keapartemen terlebih dulu”

“aku akan mengantarmu..”

“siwon tidak.. Aku hanya


ingin kau meminjamiku salah
satu mobilmu untuk pulang,
aku akan mengendarainya
sendiri”
Yoona mulai berjalan untuk
membuka pintu, namun
siwon tetap diam
ditempatnya.

“ayo Siwon, aku harus pergi”

“aku akan ambilkan


kuncinya”

Siwon melangkah menuju


tempat dimana ia
menggantung beberapa kunci
mobilnya, sementara yoona
mulai melangkah keluar,
belum terlalu jauh saat ia
mulai berjalan menunduk dan
membuatnya menabrak dada
seseorang, yoona mendongak
dan mendapati minho
tersenyum menatapnya. “Hei
noona?”

membawanya kedalam
pelukan, minho kemudian
memberikan ciuman cepat
dipipinya dan terkejut ketika
siwon berteriak.

“jauhkan dirimu darinya


sekarang!”

Yoona berbalik untuk


menganga pada siwon, dan
berteriak dalam hati…
Ya Tuhan.. Bodoh! Apa dia ingin
minho tahu aku dan dirinya telah
melakukan sesuatu?

“yak Hyung..aku mulai


berpikir kau punya masalah
mengendalikan amarah, kau
benar-benar menjadi pemarah
akhir-akhir ini dan segera kau
akan menjadi brengsek”

meraih pergelangan tangan


minho, yoona
menggelengkan kepalanya
dan mengumpulkan kekuatan
yg tersisa untuk tersenyum
padanya dan menyadari
minho memperhatikan tas yg
ia bawa.

“abaikan saja dia minho, aku


datang untuk fitnes dengan
nya, dia marah karna aku
datang tanpa pemberitahuan
terlebih dulu, kurasa tidurnya
menjadi terganggu tadi”
yoona berharap kebohongan
nya akan membuat minho
menjauhkan kecurigaan yg
mungkin sedang memenuhi
pikiran nya.

“aku ingin pulang sekarang,


dan sampai jumpa dikantor”

“kunci mobil untukmu


Yoona, kau bisa memakai
SUV ku lagi”

Minho mengerutkan dahi


ketika siwon menyerahkan
kunci dan yoona
menerimanya.

“noona.. Kau bilang kau tadi


datang kemari untuk fitnes..
Apa mungkin kau tak
membawa mobilmu? Aku
memang tak melihat mobilmu
diluar.. Dimana mobilmu?
Kenapa kau memakai mobil
hyung”

Sial…

Kebohongan yg sedikit akan


kacau andai yoona tak dengan
cepat mengantisipasinya.

“aku menggunakan taksi


tadi.. Baiklah aku benarbenar
harus pergi” menarik
langkahnya lebih cepat,
yoona menuju SUV milik
siwon, melemparkan tasnya
ke jok belakang, ia kemudian
naik ke kursi dan menyalakan
mesin. ia baru saja akan
menjalankan mobil ketika ada
ketukan dijendela, dan
melihat siwon berdiri disana,
tak ada pilihan lain kecuali
menekan tombol untuk
menurunkan kaca jendela
mobil.

“ada apa siwon?”

menelan keperihan nya,


yoona tersenyum sesaat.

“yoona.. Aku hanya.. Aku


minta maaf untuk kekacauan
ini, sungguh kau
mengagumkan, wanita
terbaik yg pernah aku kenal,
aku tidak pernah ingin
menyakitimu sungguh.. Aku
hanya tidak pernah ingin
hubungan seperti itu, aku
sangat menyesal untuk itu..
Aku perduli padamu, tolong
katakan padaku kau
benarbenar akan baik-baik
saja”

yoona menatapnya dalam


diam sejenak, apakah ia akan
baik-baik saja?

Tidak….

Tentu tidak…

Sekarang bahkan ia sudah


merasa seseorang telah
mencabik keluar hatinya,
membuatnya sekarat
disini.
tapi ia sudah bertekad untuk
mempertahankan senyum
diwajahnya dan akan pergi
membawa harga dirinya
dengan utuh.

“Siwon sekali lagi aku akan


yakinkan kau, bahwa aku
akan baik-baik saja, tak perlu
merasa bersalah dan
menatapku seolah aku ingin
menjerumuskan diri kedalam
jurang dengan mobilmu”

Yoona tak mampu bertahan


lebih lama, menginjak gas ia
mulai melesat keluar
halaman, aliran airmata mulai
jatuh diwajahnya, beberapa
blok menjauh dari rumah
siwon, yoona tak bisa
menahan diri untuk tidak
berteriak, kepalanya
berdentam pusing berat dan
sepanjang perjalanan kembali
keapartemen nya,ia sampai
harus tiga kali menepikan
mobil karena merasakan mual
pada perutnya…

Masih sama hingga


Sesampainya dirumah
yoona merasakan kepalanya
seolah akan pecah,
membutuhkan seluruh
tenaga untuknya bisa
berjalan dari mobil sampai
kedalam apartemen nya.

sepertinya migrain
menyerangnya dan kali ini
salah satu yg bisa dikatakan
paling mengerikan dari
semua yg pernah ia rasakan.

melangkah kesebuah kotak


penyimpan obat, ia
mengambil pil untuk
meredakan migrain nya, dan
langsung bergelung ditempat
tidur.

Setengah jam kemudian


yoona terbangun, dentaman
dikepala masih ia rasakan dan
ia langsung kekamar mandi
sebelum perutnya kembali
berontak, dan menghabiskan
lebih dari dua puluh menit
untuk muntah.

Setelah merasa perutnya tak


lagi bergolak, ia keluar dari
kamar mandi kemudian
mengambil lagi dua pil
migrain dan menelan nya
dengan segelas air.

yoona menutup semua gorden


kamarnya, membuat
kamarnya menjadi gelap
sebelum ia kembali
menjatuhkan tubuhnya
ditempat tidur. ***

Bangun pada tengah hari, dan


sayangnya yoona tetap
merasa mengerikan,
walaupun ia merasa
migrainnya sepertinya sedikit
mereda dan ia tersadar untuk
memberi kabar pada siwon
bahwa ia tak bisa datang
kekantor, mengambil ponsel
ia mulai mengetik sebuah
pesan.

‘siwon mendadak aku sakit,


maaf tidak bisa masuk kerja,
sampai jumpa besok’
dan sepersekian detik
berikutnya ponselnya
berdering, tentu saja itu
Siwon. Namun yoona
menekan tombol agar
ponselnya diam, dan
membiarkan panggilan masuk
ke voice mail, setelah melihat
layar ponselnya mati ia
langsung mematikan
ponselnya, ia butuh
ketenangan saat ini. ***
Ketika merasa berada pada
titik antara bangun dan
tertidur, yoona mendengar bel
pada pintu apartemen nya
berbunyi. dan ia mencoba
mengabaikan nya. namun
lama kelamaan bunyinya
berubah menjadi ketukan yg
dengan cepat berubah ke
gedoran.

Ketika mulai menggedor,


yoona sangat yakin siapa yg
ada dibekangnya dan andai
kepalanya tidak sedang dalam
bahaya akan meledak, yoona
sudah pasti akan berteriak
kepadanya.

Dengan perlahan ia berjalan


kearah pintu depan, gedoran
pada pintu itu sedikit banyak
telah membuat darahnya
membeku, bahkan sebelum ia
benar-benar membukanya
dan mendapati siwon berdiri
disana.
“Siwon..aku tak bisa berdiri
disini, kau bisa masuk atau
pergi, terserah padamu”

Yoona kembali berjalan


kekamar, berbaring diranjang,
ia menarik salah satu bantal
untuk menutupi matanya.

Siwon mengikutinya masuk


kekamar dan yoona
merasakan siwon kini duduk
disisi ranjangnya.
“Yoona, aku perlu melihat
apakah kau menjadi
membenciku sampai kau
tidak datang bekerja, tapi ada
apa? Kau terlihat
mengerikan”

“Siwon..aku tidak akan


melewatkan pekerjaan hanya
karna benci padamu, kau tahu
aku masih membutuhkan
pekerjaanku, aku mengalami
migrain yg mengerikan
setelah pergi dari rumahmu,
dan itu membuatku terus
mengalami muntah, tolong
diam..aku ingin sembuh”

Siwon lantas berbisik


padanya.

“aku akan diam, tapi aku


akan tetap tinggal, aku tak
akan meninggalkan mu
seperti ini”

“Terserah kau”

hanya itu yg bisa keluar dari


mulut yoona, muntah yg terus
ia alami tadi sudah menguras
seluruh tenaganya. ***

Yoona kembali terbangun


dan kemudian meminum lagi
pil migrain yg ia letakkan
diatas meja samping tempat
tidurnya.

Siwon tak ada dikamarnya,


dan yoona berasumsi siwon
mungkin sedang berada
diluar menonton tv, namun
beberapa saat setelahnya
pintu kamarnya terbuka dan
yoona merasakan ranjangnya
tertekan saat siwon
munduduki ranjangnya.

“Yoona,aku membawakan
mu bantalan leher yg sudah
kuhangatkan, aku akan
pasangkan padamu”

yoona membiarkan siwon


mengangkat sedikit
kepalanya dan menempatkan
bantalan leher disekitar
lehernya.

Oh..
mengapa ia bisa lupa untuk menggunakan itu..

yoona menikmati kehangatan


nya dan memfokuskan
pernapasan nya untuk kembali
tertidur. ***

Sore hari saat yoona


terbangun ia merasa lebih
baik, siwon masih duduk
disisi ranjang, menjaganya..
“siwon..aku merasa lebih
baik, jadi kau bisa pergi”

“Yoona..jangan mengusirku,
aku ingin melihatmu kembali
baik, dapatkah kau bertahan
selama aku berada disini?”
Oh..

Yoona rasanya perlu


membalik pertanyaan nya.

Yang benar adalah apakah


siwon bisa bertahan
disini? Dengannya??

“bukan begitu, aku hanya


ingin bilang kau tidak harus
berada disini mengurusku,
kau punya pekerjaan dan aku
merasa tak enak kau
meninggalkan pekerjaanmu
karena aku”

“itu tidak masalah yoona.. Tapi jika


kau tak keberatan aku perlu
menjawab beberapa email dengan tab
ku? Aku tahu cahayanya mungkin
akan mengganggumu”

“tidak masalah siwon, aku


sudah baikan, kau bisa
melakukan nya”

Yoona tak tahu sejak kapan


siwon melepas dasinya,
membuka dua kancing
kemejanya dan juga
menggulung lengan nya.

Yang ia tahu pasti adalah


semua perhatian siwon yg
diberikan padanya sedikit
banyak telah mengobati
sakitnya, terlepas dari sakit
yg ada dalam hatinya yg
timbul karna sebuah
pengharapan lebih atas
perasaan nya..

Kini yoona hanya ingin


menikmati memandang siwon
yg sudah naik ketempat
tidurnya dan berada
disampingnya yg masih
berbaring, memfokuskan
perhatian pada layar tab
ditangannya, setidaknya itu
sudah cukup untuk sesaat
menyingkirkan kesakitan
dihatinya… ***
Hari-hari yoona berlalu
dengan tak kalah mengerikan
bila dibandingkan migrain yg
beberapa hari lalu
menyerangnya, dan telah
menjadi catatan khusus
baginya bahwa beberapa hari
ini adalah hari terburuk dalam
hidupnya. bahkan sampai
akhirnya soojung kembali
dari Jeju, ia tetap merasakan
kehampaan dalam hatinya.

“oenni.. Apa yg terjadi? Kau


terlihat lain”

“apa yg kau maksud lain?


Aku masihlah orang yg
sama”

“oenni kau terlihat berbeda,


kau menjadi diam dan
beberapa kali aku
mendapatimu melamun,
kupikir sesuatu mungkin
terjadi selama aku berada di
Jeju, apa oenni? Katakanlah
padaku”

“tak ada yg terjadi kecuali


aku mengalami kelelahan dan
pekerjaan menuntutku untuk
tetap berada disana”

Yoona meneguk setengah


dari segelas susu yg ada
diatas meja, ia bahkan tak
bisa makan dengan benar
selama hari terburuk nya.

“soojung ah..aku harus


berangkat”

“tak bisakah oenni meminta


cuti pada siwon oppa?
Sungguh kau terlihat tak
sehat oenni”
“gwechana..ini bukan sesuatu
yg patut kau khawatirkan
sayang, aku baik- baik saja
kok, Oiya aku meletakkan
uang sakumu diatas meja
kamarku, kau bisa
mengambilnya”

Yoona tersenyum dan


berjalan keluar, ia merasa
perlu dan harus membuat
langkah kedepan, jalan
hidupnya yg baru, ia akan
mulai melakukan kegiatan yg
disukainya sebagai
pengalihan dari semua hal yg
berhubungan dengan siwon
yg sampai saat ini masih
membayanginya.

hal pertama yg ia lakukan


adalah menelpon kibum
selama perjalanannya menuju
kantor.

“kibum ssi..”

“yoona.. Ini benar kau?”

“ne.. Kibum ssi bisakah aku


memulai kelas dansa lagi
malam ini?”

“Oh akhirnya yoona.. Aku


sudah menunggu kau
mengatakan ini padaku, tentu
saja kau bisa”

“ah..benarkah? Kalau begitu


aku akan datang, sampai
jumpa kibum ssi”

“ne..aku menunggumu”

Yoona memutus sambungan


telpon nya kemudian kembali
memfokuskan dirinya hanya
pada kemudi dan jalanan yg
dilaluinya. ***

Pekerjaan dan kesibukan nya


dikantor sedikit banyak
cukup untuk membuat yoona
sesaat menekan perasaan nya,
ia masih bekerja dengan
siwon dan itu tak berubah
sedikitpun.

dihari ini ia bahkan sudah


menemani siwon di dua
pertemuan berbeda dan
kembali kekantor pada saat
jam makan siang.

“noona apa kau mau makan


siang bersamaku, aku
kelaparan dan tak mau makan
sendirian”

Minho berdiri diambang


pintu ruangan nya dengan
wajah memelas.
sebenarnya yoona sangat tak
tertarik untuk makan siang
diluar, ia akan lebih memilih
menghabiskan jam makan
siangnya dengan berdiam diri
saja diruangan nya.

“noona kau bisa memilih


tempatnya, selama itu
menyajikan makanan aku
ikut”

“baiklah.. Tapi aku perlu


memberitahu bos, aku pergi
makan siang dengan mu”

“aniyo noona.. Kau tak perlu


melakukan nya, aku sudah
mengatakan pada hyung kau
akan pergi denganku, jadi
sebaiknya kita tak membuang
waktu” well…
Siwon tak menunjukan
keberatan nya ia pergi berdua
dengan minho.

dan apa yg
yoona rasakan?

Ada kesakitan yg entah atas


dasar apa ia menjadi rindu
sikap posesif siwon padanya.
***

Minho dan yoona akhirnya


memutuskan untuk makan
direstoran Italia, dan
memesan menu spagetti yg
menjadi favorit yoona.

Keduanya mulai terlibat


percakapan saat minho
berkata sebenarnya ada
sesuatu yg ingin disampaikan
nya.

“noona sebelum aku


mengatakan ini kumohon
mengertilah bahwa aku
mengatakan nya karna aku
sangat menyayangimu dan
noona adalah keluarga
bagiku”

Yoona memberikan tatapan


cemas karna ia sangat
berharap minho tak
menyadari fakta bahwa
dirinya telah berhubungan
terlalu jauh dengan siwon.

“Pria yg berdansa denganmu


dalam kompetisi, dia adalah
seorang bajingan penggoda,
aku berada bersamanya di
klub yg sama dan aku
melihatnya bermesraan
dengan dua orang gadis
didepan umum, ini
menggangguku karna noona
akhir-akhir ini bahagia dan
puas bukan seperti biasanya,
kau menjadi lebih bersinar,
tapi dibeberapa hari ini ada
sesuatu yg salah dalam
dirimu noona, kau diam dan
senyummu itu terlihat tak
nyata, dan membuatku
berpikir apa si bajingan itu
telah menyakitimu?”
Sesaat yoona merasa lega
karna setidaknya minho tak
memiliki petunjuk tentang
dirinya dan siwon. Tapi…
Astaga…

Minho jelas berada digaris


protektif yg sama dengan
siwon, dia bahkan melakukan
pengamatan khusus terhadap
sikapnya.

“Minho.. dia memang


beberapa kali menelponku,
jika itu karna ia
mengharapkan sesuatu yg
lebih dariku, aku sungguh
tidak tahu, aku hanya
menganggapnya sebagai
teman dan tak tertarik untuk
sesuatu yg lebih dengan nya,
tolong jangan khawatir
tentang itu aku baik-baik
saja”

“Oh Tuhan syukurlah.. Aku


bahkan sudah berniat
membicarakan ini dengan
siwon hyung, mungkin ada
yg bisa kami lakukan dengan
merencanakan balas dendam
pada bajingan itu kalau saja
dia yg menyakitimu, tapi
noona.. Jika bukan dia,
lantas kau kencan dengan
siapa noona??” Oh ya..

Minho memang pintar, yoona


sudah mencoba menutup
pertanyaan itu darinya, tapi
sekarang minho justru
menekan nya untuk
memberikan jawaban..

Haruskah ia mengatakan
semuanya sekarang..??

Tidak…

Yoona merasa tak siap jika


membuka semuanya pada
minho sekarang.

“aku tidak sedang dalam


sebuah hubungan kencan
dengan siapapun, jika aku
terlihat bahagia itu mungkin
karna aku terbebas dari
latihan menari untuk
kompetisi yg sangat
melelahkan,itu membuatku
bisa kembali menikmati tidur
dengan nyaman, dan
mengapa aku menjadi diam,
itu bukan sesuatu yg bisa
kujelaskan karna aku merasa
diriku sama saja seperti
biasanya, kurasa kau hanya
terbawa perasaan khawatir
padaku”

sebuah penjelasan dengan


kebohongan yg yoona buat
secara susah payah bisa ia
ucapkan, tampaknya tak
memberikan keyakinan pada
minho, dia jelas menatap
yoona dengan tatapan
meragukan tapi karna
sifatnya yg gentleman minho
menghargai kata- katanya
dengan mengangguk seolah
memahaminya. dan ya…

Sekarang yoona menjadi


tahu, minho pasti masih akan
mengawasinya dan untuk itu
ia perlu melakukan yg terbaik
untuk menyembunyikan
perasaannya.

***

Usai menyelesaikan makan


siang, yoona kembali
kekantor, siwon sudah
meminta ia berada
diruangannya untuk
membalas beberapa email
untuk pertemuan besok.

Rasanya susah bagi yoona


untuk duduk berada
diruangan yg sama dengan
siwon.
Namun apa yg bisa ia
lakukan? Ini adalah pekerjaan
nya..

Dan pada akhirnya jam


mendenting pada pukul lima
sore yg sukses membuat
yoona bernapas lega, ia siap
untuk meninggalkan ruangan
ketika siwon mulai
menghampirinya. “Yoona..
apa kau punya rencana
malam ini?” tadinya yoona
berencana datang kekelas
dansa, namun mendengar
minho berkata tentang
kibum, sedikit banyak telah
membuatnya bergidik ngeri
dan akhirnya mengurungkan
rencananya.

“apa kau mau makan malam


denganku, atau melakukan
sesuatu.. apa saja yoona,
denganku”

Ya Tuhan…
Apa yg baru saja siwon
katakan? Apa dia sedang
berpikir yoona mau
menyenangkan nya?

“Siwon..setidaknya untuk
sementara kita perlu
menghindari menghabiskan
waktu berdua”

“Yoona..tidakkah kau
memaafkanku? Aku masih
sahabatmu kan? Dan aku
merindukan mu..”

“Aku juga merindukanmu


Siwon, tapi aku belum siap
untuk menjadi….. Kumohon
beri aku ruang untuk sendiri,
aku mau pulang, sampai
bertemu besok”

Yoona langsung melangkah


keluar menuju lift, dan pada
saat pintu lift terbuka minho
menyapa dari dalamnya.

“hai noona! Kita bertemu


lagi”

Yoona tersenyum dan lantas


masuk kedalam lift yg sama
dengan minho.

“punya rencana untuk


menghabiskan malam ini
noona?”
“tadinya aku sudah janji akan
datang ke kelas dansa dengan
kibum” “MWO.. Bajingan
itu? Aniyo noona aku tak bisa
membiarkanmu pergi kesana”

“tenanglah minho, aku tak


akan datang kesana, apa yg
kau katakan tadi cukup
membuatku ngeri, dan bisa
menahanku untuk tak pergi”

“keputusan yg tepat noona..


Jadi kau tak punya rencana
lain kan? Ayo ikut aku!”
“kemana?”

“ketempat yg menyenangkan,
klub”

“tapi aku harus pulang,


soojung..”

“kita akan pulang


menjemputnya dan noona
bisa berganti pakaian terlebih
dulu, Oh ya.. Aku juga sudah
mengundang Kyuhyun hyung
dan soo noona, mereka akan
bersama kita nanti”

meninggalkan mobil yoona


ditempat parkir, minho
menggunakan mobilnya,
melajukan nya dengan
kecepatan sedang menuju
apartemen yoona untuk
menjemput soojung sekaligus
memberi yoona kesempatan
untuk bersiap. ***

Satu jam kemudian mereka


sudah berada di klub, minho
sebelumnya telah memesan
satu meja dibagian VIP, dan
Soo bersama Kyu sudah lebih
dulu berada disana, keduanya
bahkan sudah turun kelantai
dansa.

“hai..”

Soo menghampiri yoona dan


memberikan pelukan
bergantian padanya dan juga
soojung.

Minho memesan satu botol


vodka, namun karna dirinya
akan mengemudi malam ini
dia hanya akan meminum air
mineral biasa.

keuntungan berada di bagian VIP


adalah suara musik tak terlalu
bising, mereka bisa menghabiskan
beberapa menit dimeja untuk
mengobrol, kemudian soo menarik
yoona dan soojung ke lantai dansa.

Yoona merasa relaks dan


bersenang- senang meskipun
kepalanya mulai terasa
pusing akibat alkohol yg ia
minum, ia tidak mau menjadi
mabuk malam ini dan akan
membuatnya kacau esok hari.

Akhirnya ia memutuskan
kembali kemeja untuk
terlebih dulu meminum
segelas air.
Namun yg terjadi kemudian
adalah perasaan siaga yg tiba-
tiba muncul, ia merasa
tersandung dan limbung
melihat siwon duduk didepan
sebuah meja dengan seorang
wanita, pirang yg seksi.

Ia merasa hancur, mengapa ia


harus merasakan perasaan
seperti ini?

Sedangkan siwon jelas tak


memiliki masalah setelah
berpisah dengan nya..
Dia bisa mendapatkan wanita manapun yang diinginkannya dengan
mudah, semudah membalikkan telapak tangannya sendiri…

Merasa cukup melihat


pemandangan yg membuatnya
merasa jijik, yoona berbalik untuk
mencari jalan keluar dan pada saat itu
ia menemukan minho berdiri tak jauh
darinya, menatapnya dengan tatapan
kesedihan..

Ya Tuhan…
Sudah berapa lama minho
mengawasinya? Yoona jelas
sedang tidak menutupi sakit
hatinya melihat siwon
bersama wanita lain didepan
matanya.

Minho langsung menyentak


tangan nya, menariknya
keluar dari keramaian klub.

“noona.. sudah berapa lama


kau dengan siwon hyung??
Jelaskan padaku apa yg sudah
terjadi diantara kalian?? Kali
ini noona tak
bisa
membohongiku…”

Yoona tergeragap dengan


pertanyaan yg dilontarkan
minho.

“Minho.. Aku.. Apa maksud


pertanyaan bodohmu itu?”

“noona.. Aku tahu apa yg aku


lihat, semua kini menjadi
masuk akal, Hari pertama aku
berada dikantor aku sudah
curiga ketika hyung melarang
mu menjadi mentorku, pagi
itu kau berada dirumah hyung
dengan tas menginap, aku
sangat yakin itu bukanlah
berisi peralatan fitnesmu,
kemarahan hyung saat itu,
sikap kalian berdua, aku bisa
melihatnya dengan jelas
sekarang”

Minho terus memojokkan


yoona dengan berbagai
penyimpulan nya, membuat
yoona frustasi karna tak lagi
bisa mengelak.

“Ya.. Kau benar, sesuatu


telah terjadi, dan semua juga
sudah berakhir, Sudah
berakhir.. Tak ada yg perlu
dikhawatirkan jadi kumohon
tak usah membahas semua
itu”

Untuk sesaat Minho membeku mendengarnya.

“omong kosong noona.. Jelas


ada sesuatu yg harus
dikhawatirkan, semua itu
berarti hyung menyakitimu?
Semua itu jelas terpampang
diwajahmu, semua sikapmu
yg berusaha keras terlihat
bahagia dengan senyum
palsumu, ketika kau mengira
tak ada orang yg
memperhatikan.. kau salah
noona, karna aku jelas
memperhatikan mu, aku
mengenalmu dan semua
perubahanmu membuatku
ngeri, aku pikir seseorang itu
adalah pria lain yg tak
berhubungan darah
denganku, tapi ternyata dia
adalah Siwon hyung, aku
takut noona.. Aku takut
hyung menghancurkanmu”

“Minho tidak.. Aku tidak


hancur, mengapa kau berpikir
sejauh itu, cukup. Jangan
membesar-besarkan
masalah!!”

Oh astaga…

Sepertinya yoona salah


bicara, Minho terlihat marah,
benar-benar marah..

“inikah yg ingin noona


mainkan? Kau merasa baik?
Tak ada masalah? Tak hancur
ataupun terluka? Noona tak
memiliki perasaan apapun
pada hyung? Baiklah jika itu
benar, ayo kita sapa dia dan
mengobrol dengan nya, tak
kan jadi masalah kan?”

“ya.. Tidak masalah, ayo kita


sapa dia”

Menggelengkan kepalanya
frustasi. Minho menggandeng
tangan yoona kembali ke
keramaian klub, dan pada
saat itu yoona merasa dirinya
benar- benar terjebak.

Menyapa siwon??

Jelas bukan suatu ide yg


tepat. Tapi yoona merasa
perlu melakukan nya untuk
meyakinkan minho bahwa ia
baik-baik saja.

Namun saat kembali masuk


keruang VIP yoona kembali
limbung dengan pemandangan
didepan nya, wanita pirang yg
tadi duduk disamping siwon kini
sedang menyentuh wajahnya
dan yoona berani bertaruh
sepersekian detik berikutnya
mereka sudah pasti akan
berciuman dan bayangan
siwon akan membawa wanita
itu keatas ranjang
membuatnya mual seketika.

Persetan…

Ia bukanlah seorang aktris yg


pandai berakting.

Berbalik ia melewati minho


dan segera melarikan diri ke
kamar mandi,
menghabiskan lebih dari
sepuluh menit berada dalam
keheningan dan mencoba
mengumpulkan
keberaniannya untuk
kembali keluar.

“noona.. Apa kau baik-baik


saja?”

gedoran pada pintu


menyentak yoona dari
lamunan nya, ia sadar akan
suara itu dan langsung
membuka pintu kamar
mandinya.

“aku baik.. Tapi minho, Ya


Tuhan.. Ini kamar mandi
wanita, kau bisa
menyebabkan keributan
disini”

“persetan noona.. Aku tak


perduli, kau kesal dan kau
jelas terluka, aku ada disini
karna noona membutuhkan
seorang teman, kita pergi dari
sini noona”

“ya.. Minho, aku ingin kau


membawaku pergi dari sini,
tapi soojung…”

“jangan khawatir, soo noona


dan kyuhyun hyung akan
menjaganya dan mengantar
soojung pulang nanti”
Yoona terkulai lemah keluar
dari klub, ia merasa benci
pada dirinya sendiri, mengapa
tubuhnya tak bisa menjadi
kuat dengan apa yg terjadi.
Mengapa ia harus selemah
itu..

***

Tak lebih dari satu jam


setelahnya yoona sudah tiba
diapartemen dengan diantar
minho.
Yoona langsung mendudukan
tubuhnya di sofa ruang tamu
dan melepas sepatunya, ia
sudah pasti akan menghadapi
pertanyaan-pertanyaan dari
minho. dan benar..

Seperti sudah tak sabar dan tak ingin membuang waktu,


minho duduk disampingnya
kemudian bertanya..

“sejak kapan kalian


memulainya?”

“malam setelah kompetisi


dansa, itu pertama kalinya”

Yoona menarik dalam


napasnya menunggu reaksi
minho selanjutnya. merasa
lega sebenarnya karna pada
akhirnya ia bisa mengatakan
itu pada seseorang.
“Yeah..itu masuk akal, Dia
selalu tertarik padamu noona,
dan Aku tahu hyung hampir
lepas kendali saat melihatmu
menari dengan pria itu, aku
masih berasumsi hyung bisa
bertahan seperti apa yg
sebelumnya dia lakukan..
Ternyata aku keliru”

“malam itu aku juga baru


menyadari siwon punya
ketertarikan padaku”

“Hyung lebih dari sekedar tertarik, tapi selama ini


dia selalu bisa mengendalikan perasaannya padamu,
aku menjadi kesal sekarang, Dia tahu melakukan itu
akan menyakitimu, tapi dia tetap melakukannya..
Aku akan menghajarnya karna melakukan itu
padamu noona”

“tidak Minho.. Ini semua


salahku, dari awal dia sudah
memberitahuku dia tak bisa
berkomitmen, aku saja yg
bodoh karna telah melibatkan
perasaanku dan berpikir aku
akan bisa mengubahnya”

“Astaga noona..Ini lebih


buruk dari perkiraanku, kau
bukan hanya menderita karna
kalian berakhir, tapi kau juga
mencintai hyung”
Minho meremas rambutnya
dengan kedua tangan nya.

“Minho.. Sebenarnya apa yg


membuat siwon tak bisa
berkomitmen? Aku yakin kau
tahu, Katakan padaku..
Jebal…”

Minho menatap dengan


pandangan sedih kearah
yoona

“Minho..apa yg terjadi?
Jangan kira aku tak tahu, kau
juga jenis pria yg sama
seperti siwon, kau juga tak
bisa berkomitmen, apa yg
terjadi pada kalian berdua?
Mengapa kalian tak percaya
akan suatu hubungan?”

“komitmen adalah sebuah


kematian bagi kami”

Yoona tak bisa lagi


mengibaratkan seperti apa
hatinya saat ini.

Batinnya bahkan menjerit


ketakutan oleh kata
kematian yg disebutkan
minho. Ya Tuhan…
Kematian?
Apa maksudnya
berkomitmen adalah sebuah
kematian?

“Oh Minho.. Aku butuh kau


berkata jujur padaku, inilah
waktunya aku tahu, apa
sebenarnya membuat kau dan
siwon merasa seperti ini”

Minho menghela napas dan diam


selama beberapa menit, matanya
berkilat oleh kesakitan yg ia
coba pendam.

“darimana aku harus


memulainya noona? Semua
terlalu mengerikan untuk
kembali kuingat”

“kau bisa memulai dari apa


yg mendasari semua ini”

“Ayah.. Ayah lah yg


mendasari semua ini”

Yoona diam dan berusaha


untuk menjadi pendengar yg
baik.

“Siwon hyung dan sooyoung


noona lahir dari seorang ibu
yg sama, sedangkan aku dan
sulli, kami lahir dari ibu yg
berbeda”

Oh…
Satu rahasia terbuka dan
yoona tak pernah menduga
ada fakta seperti itu.

“Itu karna ayah bukanlah pria


yg bisa berkomitmen, dia tak
bisa setia pada istrinya, ayah
tak pernah puas hanya dengan
satu wanita.. Hal itulah yg
pada akhirnya mengakibatkan
kematian?”

Ya Tuhan…

Kematian seperti apakah yg minho maksud?

Yoona jelas masih belum mengerti dan hanya bisa menunggu minho
meneruskan critanya.

“kematian ibu hyung yg


terluka dan memilih
mengakhiri hidupnya setelah
tahu suaminya memiliki anak
dengan wanita lain, ibu
hyung bunuh diri noona.. Dia
menembak dirinya sendiri
dengan sebuah pistol, hal itu
terjadi tak berapa lama
setelah ibuku mendatanginya
dan mengatakan dia sedang
hamil anak kedua dari
suaminya”

Tercekat…
Yoona merasa asupan
oksigen nya berkurang saat
ini.

“ibuku menuntut pertanggung


jawaban ayah, karna telah
menelantarkan aku dan sulli
yg masih dalam kandungan
ibuku”

“lalu?”

hanya satu kata itu yg bisa


keluar dari mulut yoona.

“bunuh diri yg dilakukan ibu


siwon hyung hanyalah satu
dari rentetan kengerian yg
kami alami”

butuh beberapa saat bagi


minho untuk meneruskan
ceritanya.

“entahlah aku terlalu kecil


untuk tahu pembicaraan apa
yg terjadi antara ayah dan
ibuku, hingga pada akhirnya
ayah mau menikahi ibuku,
seminggu setelah ibu hyung
dikebumikan”

Yoona mulai menggeser


duduknya, kilatan kesedihan
dimata minho semakin jelas
terlihat.
“Hyung sangat membenciku
waktu itu, hal itu tak lain
karna hyung merasa ibuku
dan aku adalah penyebab
ibunya bunuh diri”

yoona menarik tangan minho


dan menggenggamnya,
mengisyaratkan dengan
matanya agar minho
meneruskan kalimatnya.
“Ayah tak berubah, dia tetap
bermain dengan banyak
wanita diluar, bahkan setelah
sulli lahir ayah sama sekali
tak pernah menunjukan
perhatian nya, ibuku tentu
saja murka, ibu memaki-
maki ayah setiap hari, dan
memuncak pada satu malam
saat kakek pada akhirnya
mencoret nama ayah dari
daftar pewaris, ayah marah
besar, dan menyalahkan
ibuku, terjadi pertengkaran
malam itu, sampai akhirnya
ayah menyeretku dan hyung
untuk menyaksikan apa yg
dia lakukan”

Minho sejenak memejamkan


matanya, seolah mengerti
dengan kesakitan nya, yoona
mengeratkan genggaman
tangannya untuk menguatkan.
“dia menodongkan pistol dan
menembak mati ibuku, satu
lagi kematian terjadi
dikeluarga kami noona..
Bukan hanya ibuku, ayah
bahkan hampir mendatangkan
kematian padaku, dia juga
menembakku noona, dia
menembakku.. anaknya
sendiri, ayah mengatakan
kami pantas mati, karna jika
ayah membiarkan kami
hidup, kami hanya akan
menjadi perusak sama seperti
dirinya, karna darah ayah
mengalir ditubuh kami, darah
seorang perusak”

Ya Tuhan…

Ayah macam apa yg tega


berkata seperti itu pada
anaknya…

“Ayah juga hampir


menembakkan pelurunya
kearah hyung, tapi dia
terlambat karna kakek datang
dan lebih dulu menembak
mati dirinya”

Yoona tak bisa


membayangkan seperti apa
kengerian yg terjadi saat itu,
sebuah keluarga dengan
mudahnya saling membunuh..
“aku kesakitan karna peluru
yg bersarang ditubuhku, aku
menangis dan pada saat itu
hyung berteriak memaki
jasad ayah dan berlari
memelukku, Hyung memelukku dan
berkata agar aku tidak takut, hyung
akan menyembuhkan ku, tapi aku
tetap menangis.. aku ketakutan.. aku
takut banyak darah yg kulihat dan
ibuku yg tergeletak tak bergerak”

entah sejak kapan airmata


mulai lolos membasahi wajah
yoona, ini lebih mengerikan
dan tak pernah terbayangkan
olehnya.

“aku tak tahu apa yg terjadi setelah itu karna aku tak sadarkan
diri selama beberapa hari, dan saat aku sadar siwon hyung
satusatunya yg ada disampingku, dia menjaga dan memberi
perlindungan padaku.. dan sejak saat itu hyung tak lagi
membenciku, hyung menyayangiku dan sulli.. Tapi kata- kata
ayah yg diucapkan didepanku dan hyung masih terus melekat
hingga sekarang, jika hidup kami hanyalah sekedar tubuh rusak
yg akan menjadi perusak karna darah ayah telah mengalir
ditubuh kami, itulah mengapa aku dan hyung tak bisa
berkomitmen,kami takut hal yg sama terulang..” Oh Tuhan..

“alasan kejadian itu terus


membekas noona.. Ayah
kami sangat kejam dan kami
tak pernah mau menjadi
seperti dia.. tidak aku tak mau
seperti itu”
“Ya Tuhan minho.. Kau jelas
bukan seperti orang yg kau
sebut ayah itu”

Minho terlihat sedih dan terus


menggelengkan kepalanya
seolah menolak apa yg yoona
ucapkan, yoona bahkan
merasa marah saat
mendengar minho berbagi
cerita itu padanya.

Jenis binatang apa yg akan


melakukan hal itu pada
anakanak nya?

Tidak…

Bahkan seekor binatang lebih


berbelas kasih terhadap
anaknya..

Dan apakah kini dia menjadi


senang di alam sana? Karna
telah sukses menanam
doktrinasi terhadap anak-
anaknya…

“kakek juga orang yg sama,


Dia adalah orang tua yg juga
tak perduli tentang arti
keluarga, dia hanya peduli
tentang bisnis dan kami
hanya…ahli waris, tak ada
kehangatan, tak ada cinta dan
kasih sayang, tapi aku masih
bisa menghargai sumbangan
kakek yg dengan hartanya
setidaknya sangat
memfasilitasi kami agar tak
hidup sengsara walau tanpa
kedua orangtua”

Yoona semakin ngeri dengan


masalalu yg tergambar suram
melalui apa yg diceritakan
minho.

“orangtua noona meninggal


sebelum kita bertemu, tapi
lihatlah…di apartemen ini
sebagian besar foto-foto yg
kulihat adalah foto
kebersamaan kalian, kalian
semua saling mencintai, jelas
semua itu karna ayah noona
adalah pria yg baik yg bisa
menjaga komitmen nya, aku
bahkan bisa merasakan
kehangatan nya hanya dari
melihat foto-foto itu”

sekarang yoona bisa


menyimpulkan, apa yg terjadi
adalah bagian dari trauma yg
dialami minho dan siwon.

“apa sulli dan sooyoung tahu


tentang semua itu?”

Yoona bisa melihat wajah


pucat minho yg masih
berusaha mempertahankan
ketenangannya.

“anio.. Sulli masihlah seorang


bayi waktu itu, dan soo noona
tak pernah tahu kejadian
malam itu, yg ia tahu
hanyalah ayah dan ibuku
meninggal diwaktu yg
bersamaan, ketika aku sadar
dan soo noona menemuiku
dirumah sakit, menunjukan
simpatinya padaku, aku tahu
dia sama sekali tak bersedih
atas kematian ayah”

menghela napas sedih, minho


melanjutkan.

“Hyung.. Sejak saat itu aku


tahu dia selalu berusaha
memberi kami kehangatan
dibalik sikap angkuhnya,
dialah yg menjaga dan
mengasihi kami, namun
kurasa keadaan nya menjadi
lebih parah dari sekedar luka
tembak ditubuhku karna
hyung memendam lukanya
sendiri, didalam hatinya”

“mimpi..apa siwon sering


mengalami mimpi buruk?”

pertanyaan itu tiba-tiba


muncul dipikiran yoona.
“ne..darimana noona tahu hal
itu?”

“euh..itu.. Aku.. Aku tahu


karna.. Aku pernah…”

“pernah tidur dengan


hyung?”

Yoona memerah mendengar


spontanitas minho.

“arraso noona..tak perlu


dilanjutkan..Ya seperti yg
noona sudah ketahui, hyung
sering mengalami mimpi
buruk, tapi hyung tak pernah
mau berbagi dengan kami
tentang apa yg selalu ada
dalam mimpinya,
kemungkinan besar hal itu
pasti karna hyung masih terus
teringat kejadian malam itu,
sampai akhirnya hyung
memilih tinggal sendiri untuk
menghindari pertanyaan
kami, tapi aku juga selalu
bertanya pada beberapa
penjaga rumah dan mereka
mengatakan beberapa kali
melihat hyung bermimpi
buruk..”

“bagaimana dengan ruang


perpustakaan yg ada dirumah
siwon dan juga…aku tak
sengaja melihat sebuah pistol
tersimpan disana, kurasa
siwon marah saat mengetahui
aku berada didalamnya”
Minho sedang dalam mode
mau berbagi dengannya, hal
ini dimanfaatkan yoona untuk
memecahkan segala teka-teki
yg berada dalam pikiran nya.
“Oh..perpustakaan itu..
Sebenarnya rumah yg
sekarang ditempati hyung, itu
adalah rumah yg sama yg
kami tinggali bersama ayah
dan ibu kami, kakek sudah
akan menjualnya tapi hyung
tak menyetujui, dia merubah
semua arsitekturnya namun
membiarkan ruang
perpustakaan itu seperti
sebelumnya, perpustakaan itu
adalah ruang dimana ibu
hyung sering menghabiskan
waktunya,beliau hobi
membaca..itu yg aku tahu,
dan Hyung ingin menyimpan
kenangan tentang ibunya”
“dan pistol itu..??”

“itu adalah pistol yg


digunakan ibu hyung untuk
bunuh diri sebagai bentuk
kesakitannya, sepertinya
beliau ingin meninggalkan
pesan pada ayah bahwa
beliau mati dengan senjata yg
ayah miliki.. Pistol itu.. Pistol
yg sama yg ayah gunakan
untuk menembak ibuku dan
juga aku”

“kenapa siwon menyimpan


nya jika itu adalah benda yg
menyakitkan?”

Yoona tak habis mengerti


dengan berbagai pertanyaan
diotak nya.

“itu lebih untuk


mengingatkan, bahwa bisa
saja kami melakukan hal yg
sama seperti ayah.. Darah
ayah mengalir ditubuh kami
noona”

“tidak minho..tidak,
kalian…”

“bisa saja noona.. Kami bisa


saja melakukan nya dengan
tubuh ini, tubuh yg telah
teraliri darah seorang perusak
adalah tubuh yg sama
rusaknya, dan hanya akan
menjadi perusak selamanya..”

“itukah mengapa siwon


bermain dengan banyak
wanita? Karna dia
menganggap dirinya telah
sama rusaknya? Untuk itukah
dia berpikir bebas berperilaku
sama seperti ayahnya?”
Batinnya lantas
meneriakinya, mengapa ia
mengeluarkan pemikiran
semacam itu? Bagaimana jika
itu benar? Bukankah dia
hanya akan semakin terluka..

Dan apa yg akan ia lakukan


selanjutnya??

Ya Tuhan..

Yoona sangat ingin menolak


pemikiran nya sendiri.

“apa noona merasa hyung


seperti itu?”

“molla..”

“Jawabannya adalah tidak..


Wanita- wanita yg selama ini
mendekati hyung, mereka
sudah rusak bahkan sebelum
hyung merusaknya..
Percayalah padaku.. Selama
ini hyung tak pernah
menginginkan mereka, dia
hanya menjadikan mereka
pengalihan karna aku tahu
hyung hanya menginginkan
noona” Oh…
Bisakah ini menjadi sebuah
angin menyejukkan bagi
yoona

“bagaimana denganmu?”

“apa yg bisa aku lakukan


noona? Aku bahkan merasa
ayah lebih banyak
mengalirkan darahnya
ditubuhku..”

Minho kembali meletakkan


kedua tangan nya diatas
kepala, meremas
rambutnya frustasi. Ini
buruk…

Sejarah keluarganya itu


seharusnya tak
mendefinisikan mereka akan
melakukan hal yg sama, dan
yoona sangat ingin minho
tahu dia salah tentang dirinya.

Walaupun darah dan


dagingnya sama dengan
ayahnya, mereka jelas
memiliki jiwa yg berbeda.

“Minho.. Kau salah, kau tak


melihat dirimu untuk apa kau
sebenarnya, kau dan siwon..
Kalian pria yg luar biasa,
kalian sama sekali tak seperti
ayah kalian, tidakkah selama
ini kalian menyadari bahwa
kalian berkomitmen untuk
menjaga satu sama lain,
kalian bahkan menjagaku dan
soojung, apa itu terdengar
seperti kalian pria yg tidak
bisa peduli?”

dengan tatapan matanya,


Yoona memohon pada minho
agar dia mendengarkan nya.

“satu-satunya yg menjadi
masalah adalah bahwa kalian
telah termakan omong
kosong yg ayahmu katakan,
Dia memperparah
dosadosanya diakhir dengan
kalimat yg mendoktrinasi
kalian”

Yoona memeluknya dan


kemudian berbisik.

“berhentilah membiarkan ayahmu


tinggal dikepalamu, terjebak dengannya.
Ini adalah hidupmu, jika kau tak
memilih membuat hidupmu bahagia,
ayahmu bahkan masih bisa menyiksamu
dari alam sana”

Kini yoona beralih


menatapnya.

“aku tahu kau ingin dicintai,


dan kau memiliki lebih
banyak cinta untuk diberikan..
Jika aku benar.. Berhentilah
mengencani wanita
gampangan yg tidak perduli
kau mau berkomitmen atau
tidak! Carilah seseorang
dengan lebih mendalam,
seseorang yg bisa
menggetarkan hatimu”

“tapi noona..”

“sttt… Pikirkanlah seberapa


lebih baiknya dirimu, kau
bisa memulai warisan
keluarga Choi yg baru,
memulai bab baru seluruhnya
menjadi lebih positif, jangan
biarkan ayahmu terus
menguasai pikiranmu”

Setelah beberapa menit


terdiam, minho kemudian
memeluk yoona erat.

“aku.. Aku tak pernah


berpikir seperti itu noona,
bagaimanapun kau benar, aku
telah membiarkan ucapan
ayah mengendalikanku, Aku
harus mulai berpikir tentang
ucapanmu noona”

Melepas pelukan nya, yoona


tersenyum memberi
semangat.
“pikirkan itu, setidaknya pasti
ada satu gadis yg kau temui
yg membuat semacam kesan
untukmu”

“ya noona ada.. Tapi aku


terlalu takut bahwa aku
mungkin menyakitinya,
meskipun berada didekatnya
membuatku merasa..well
kurasa aku menyukainya”
“nugu?”

“noona..”

“MWO..”

“Astaga noona.. Apa kau tak


menyadari, kau begitu cantik
dan menarik, sayangnya aku
tak bisa.. Tidak.. Hyung
sudah memberikan tanda
‘dilarang melintas’ sejak
pertama aku melihatmu,
bodoh jika hyung tak bisa
mempertahankan mu” Yoona
memukul lengan minho

“yak nuguya minho? Aku


serius..”

“aku belum bisa


membahasnya sekarang
noona, mianhae..” Rasanya
sudah cukup yoona membuat
minho mengingat
masalalunya, ia akan
membiarkan nya tenang
sekarang.

berjalan kedapur yoona


kembali beberapasaat
setelahnya dengan segelas hot
coklat ditangan nya.

“ini akan menghangatkan mu


sekaligus membuatmu rileks
sementara aku akan
meninggalkanmu untuk
mengganti pakaianku,
minumlah minho..”

“trimakasih noona..”

Yoona masuk kedalam


kamarnya, ia memutuskan
untuk menyegarkan tubuhnya
dengan mandi dan mengganti
pakaiannya dengan piyama
tidur.

Dua puluh menit setelahnya


ia kembali untuk melihat
minho dan menyadari minho
hanya meminum setengah hot
coklat yg diberikan nya dan
kemudian tertidur disofa.

Mengambil selimut dan


bantal, ia mulai
membenarkan posisinya dan
memasangkan selimut pada
tubuh minho, sesaat yoona
menatap minho, kasihan
karna minho kelelahan secara
emosional.

Mengusap wajahnya, yoona


lantas meninggalkannya
untuk kembali masuk
kedalam kamarnya, naik
ketempat tidurnya, ia juga
merasa terlalu lelah hari ini.
***
Rasanya yoona baru saja
memejamkan matanya ketika
ia harus terbangun oleh
gedoran pintu apartemennya,
suaranya terus menerus, keras
dan marah, yoona menjadi
sepenuhnya terjaga dan itu
hampir jam tiga pagi.

Yoona lantas turun dari


tempat tidur berjalan
membuka pintu kamarnya, ia
melihat minho telah berjalan
kepintu untuk membukanya.

ketika pintu terbuka, yoona


menganga melihat siwon
berdiri disana, berkilat
kemarahan dimatanya.
Astaga…
Apa yg akan dia lakukan
ditengah malam seperti ini?
Yoona masih bergelung
dengan pemikiran nya
sendiri, ketika sepersekian
detik melihat siwon menarik
kerah kemeja minho,
mengepalkan tangannya
bersiap melayangkan tinjunya
kearah minho

“Sialan Minho.. Apa yg


kalian lakukan berdua disini?
Bagaimana bisa? Bagaimana
kau bisa melakukan ini
padaku?? Kau tahu kan aku
tak pernah peduli siapapun
yg kau kencani, bahkan kau
tiduri sekalipun aku tak akan
perduli asalkan itu bukan
Yoona!!”

Minho hanya menyeringai


mendengar tuduhan siwon
padanya, hal ini menjadikan
emosi siwon memuncak,
tinjunya langsung melayang
kewajah minho.

“Brengsek! MENGAPA?
Mengapa kau lakukan ini
padaku?”

Siwon berteriak dan sekali


lagi melayangkan
pukulannya.
“Hentikan! Ya Tuhan,
hentikan!”

Yoona berlari menghampiri


minho, namun minho
mengarahkan tangannya pada
yoona, mengisyaratkan agar
dia diam dan tak semakin
mendekat.

“Hyung.. Kau bodoh, kau yg


brengsek dan bukan aku,
MENJAUHLAH DARIKU!”

Kakak beradik ini saling


memelototi satu sama lain.
Mata Siwon menyala dengan
amarah.

Yoona tak mengindahkan


minho, ia memaksa berada
diantara keduanya, merasa
perlu untuk menghentikan ini
sebelum seseorang akan
benar-benar terluka.

“Kau.. hentikan omong kosong ini! Dan tutup


pintunya sebelum tetanggaku memanggil
polisi karna ulahmu membuat keributan
disini”

menatap siwon, yoona


menggeram marah, siwon
balas memelototinya dan
membanting pintu
dibelakangnya menunjuk
dada siwon dengan
telunjuknya, yoona
kembali bersuara

“Apa sebenarnya
masalahmu?”

mendengar pertanyaannya,
siwon makin menatapnya
penuh kemarahan.

“Apa masalahku? Ya Tuhan,


pertanyaan bodoh Yoona.
LIHATLAH DIRIMU!
ITUlah masalahku.. Jelas aku
telah mengganggu apapun yg
kau lakukan ditempat tidur
bersama adikku, minho
satusatunya orang yg
kupercayai tega bercinta
dengan satusatunya wanita yg
sangat aku perduli, dan kau
tahu sayangnya kau juga
menjadi yg kupercayai dan
kubiarkan kewaspadaanku
turun hingga kau bisa
melakukan ini padaku.. Kau
pastinya sedang
menertawakanku, bagaimana
mudahnya kau bisa
membodohiku,
Sialan..!!”

Sebelum siwon meneruskan


ucapannya yg seperti sedang
mengulitinya, yoona
menamparnya dengan keras
dan kembali meneriakinya.

“KAU yg sialan..!! Brengsek! Kau


Bodoh! Aku pastinya TIDAK
TIDUR dengan adikmu”

Minho mencoba bergerak


dibelakangnya, namun yoona
memutar kepalanya dan
meletakkan sebelah
tangannya untuk menahan
minho.

“diam sebentar minho.. Aku


tahu kau marah, kau bisa
berurusan dengan kakakmu
ini setelah aku selesai
dengannya”

Yoona lantas kembali


mengalihkan tatapannya pada
siwon, jejak tamparannya
memerah, cukup jelas
diwajah siwon.

“inilah masalahmu, kau selalu


mengarahkan pikiranmu
kekesimpulan terburuk
tentang aku, kau tak
mengenalku cukup baik
untuk tahu aku tak mungkin
melakukan hal seperti itu”

“Apa yg bisa aku pikirkan


yoona? Aku bertanya apa kau
punya acara dan ingin
bersamamu, tapi kau bilang
kau harus pulang, tapi apa..
Aku justru mengetahui kau
pergi keklub bersama minho
dan yg lain, aku menyusulmu
keklub tapi apa yg
kudapatkan, sooyoung
mengatakan kalian tiba-tiba
meninggalkan klub jam
sebelas, aku khawatir dan
sangat panik memikirkan
sesuatu yg buruk terjadi
padamu, aku mencoba
menghubungi minho tapi aku
tak mendapat jawaban, aku
mencarinya dirumah kakek
dan dia tak ada, aku telah
setengah melompat dari
pikiranku saat minho
membuka pintu dengan
pakaian kusut dan kau jelas
baru saja turun dari tempat
tidurmu”

Menggeram dalam
kemarahan, minho
mendorong yoona
menyingkir dan langsung
melayangkan pukulan
kewajah siwon.

“Kau bajingan Hyung!


Malam ini seluruhnya adalah
salahmu, kau tahu mengapa
kami meninggalkan klub? Itu
karna noona tampak seperti
dia akan mati saat melihatmu
dengan wanita lain, KAU
SAMPAH.. Bisa-bisanya kau
melemparkan tuduhan
bodohmu, aku tidak tidur
dengannya! Noona juga tak
akan pernah melakukan itu..
Dia seperti kakak bagiku”

Menarik tangan minho, yoona


menghentikan nya yang
sudah bersiap melayangkan
kembali pukulannya.

“Cukup! Aku tak bisa melihat


kalian berkelahi karenaku
atas alasan omong kosong ini,
kumohon tenanglah”

Siwon memucat, tatapan


terarah pada yoona.

“tidak yoona.. Wanita itu


adalah teman kuliahku dulu,
dia barusaja kembali dari luar
negri dan meminta bertemu,
aku memintanya keklub itu
lebih supaya aku juga bisa
memperhatikan mu disana,
dan Minho kau pastinya tahu
wanita itu adalah Victoria
temanku”

Minho mengangkat bahunya,


sedikit tersenyum namun tak
mengindahkan ucapan siwon,
dan justru mempersilahkan
yoona memberi penjelasan.

“lalu kau dan aku sama-sama


salah mengambil kesimpulan,
tapi kau tak seharusnya
mempertanyakan
kepercayaanmu pada minho,
dia mengantarku pulang dan
kami berbicara banyak
hingga dia tertidur disofa, kau
lihatkan bantal dan selimut
itu? Kau lihat! aku
mengenakan piyama tidur
dan bukan sedang
memamerkan lingerie.. Aku
tidur dikamarku
SENDIRIAN, satu-satunya
pria yg pernah tidur denganku
adalah Kau..!!”
Semua kemarahan siwon
menghilang darimatanya yg
ada hanya tinggalah tatapan
penyesalan.

“astaga yoona.. Aku


benarbenar membuat kacau,
kau tak pantas mendapatkan
tuduhan itu, aku sangat malu
dan menyesal,aku kehilangan
pikiranku.. Minho aku tahu
kau tidak akan melakukan
sesuatu seperti itu, kegilaan
ini adalah masalahku..Tapi
aku heran kenapa kau tak
katakan pada yoona, Victoria
adalah temanku..”

“Hyung.. Itu aku..”

Minho menggaruk
tengkuknya sambil tersenyum
geli karna ulahnya yg sengaja
tak memberitahu yoona.

“emm..mianhaeyo noona, aku


hanya sedikit memanfaatkan
moment Hyung bersama
wanita itu untuk memastikan
sesuatu telah terjadi diantara
noona dan hyung”

Minho kembali tersenyum


saat mendapati yoona
mengerutkan kening
mendengarnya.

“well.. aku sudah


mendapatkan kepastian itu
dan aku juga sudah berbagi
dengan noona, kurasa aku
memaafkanmu hyung, aku
mungkin akan melakukan hal
yg sama jika berada diposisi
hyung, noona wanita yg layak
untuk diperjuangkan, kau
sudah tahu itu dalam hatimu
hyung”

Setelah memberikan pelukan


pada siwon, minho beralih
membungkus yoona dan
berbisik padanya.

“trimakasih noona, aku akan


memikirkan apa yg kau
katakan..dan kau sudah tahu
apa yg bahkan tak oranglain
ketahui, aku telah berbagi
denganmu, tidak peduli apa
yg akan kau putuskan, aku
mendukungmu dan selalu
akan menganggapmu
keluarga” Minho meraih
kunci mobilnya..
“aku akan pergi, kalian perlu
bicara..dan hyung,jika kau
membuat noona marah kau
akan memiliki masalah nyata
denganku, bukan sekedah
salah paham”

Sebelum benar-benar keluar,


minho kembali bersuara.

“aku benar-benar menyayangi


kalian berdua, kuharap kalian
dapat menyelesaikan masalah
ini”

Dengan minho yg keluar


meninggalkan keduanya
suasana menjadi hening.

detik-detik berlalu dengan


keduanya yg saling menatap,
tak tahu harus berkata apa
setelah beberapa waktu lalu
telah sama-sama berteriak
dalam kemarahan.

Siwon lantas mengambil


beberapa langkah untuk
meraih yoona, memeluknya
erat hampir tak bisa bernapas.
ini tak terduga…
Siwon hanya memeluk dan
tampaknya tak memiliki
katakata lagi untuk
diucapkan.

Dan sayangnya…

Semakin lama yoona berada dalam pelukannya, membuat


keduanya ditelan oleh aroma tubuh masing-masing,yg
kemudian memasukkan mereka kedalam pusaran gairah yg
menjadikan keduanya tersesat dalam sensasi ketika siwon mulai
menyatukan bibir dengan bibir yoona. Memagutnya dan terus
mempermainkan lidahnya didalam rongga mulut yoona.

Sangat intens..

Keduanya bahkan tak bisa berhenti untuk saling menyentuh satu sama
lain.

***

Bergerak tidak nyaman,


yoona menyadari ia berada
dalam pelukan siwon setelah
kembali jatuh diatas ranjang
yg sama dengannya.

Ya Tuhan…
Apa yg akan ia lakukan?

Ia tak bisa berpura-pura


menjadi korban pelecehan
dan lantas menangis disini, ia
sudah berusaha menekan
sesuatu kedalam dirinya dan
sayangnya ia tak bisa
mengontrolnya.

Ia terlalu merindukan siwon,


pria yg maskulin dan sangat
menarik itu telah begitu
memikatnya.

Kenyataan itu mengguncang


dirinya.

Ia mulai mendorong tubuh


siwon sebagai upaya
melepaskan dirinya.
kebingungan mencengkram
dirinya dan ia butuh ruang
untuk berpikir, beberapa
pemikiran serius tentang
bagaimana menangani hal ini.

Siwon terjaga akibat


dorongan ditubuhnya, ia
tersenyum pada yoona,
senyum yg bahkan tak
mencapai matanya, disaat itu
yoona menyadari apa yg
ditakutkan nya, siwon secara
mental pasti akan melarikan
diri lagi.
“yoona..maaf tentang semua
ini, aku sangat lemah ketika
sesuatu terhubung
denganmu”

yoona hanya mengangguk


padanya, ganjalan
ditenggorokannya
menyebabkan ia tak dapat
bersuara. “aku pikir kau tahu
ini tak dapat mengubah
apapun, Yoona.. aku benar-
benar peduli padamu tapi
hanya ini yg aku bisa
tawarkan”

Siwon meremas rambutnya


frustasi, dan ketika itu yoona
telah membentengi dirinya
untuk menetapkan
keputusannya.

“aku tahu siwon.. Aku tahu


kau telah berjuang, tapi aku
tak pernah mau hanya
menjadi pemanas diatas
tempat tidur. Ini tak akan
pernah terjadi lagi..
pulanglah..”

yoona bisa melihat siwon


terguncang oleh ucapannya,
ia hampir benci siwon pada
saat ini karna telah bersikap
menjadi pengecut.
Yoona lantas meninggalkan
nya untuk berpakaian
kedalam kamar mandi, dan
keluar
beberapa saat setelahnya,
dan menemukan siwon telah
kembali berpakaian, berdiri
disisi tempat tidurnya
dengan tidak nyaman dan
tampak bingung
menatapnya.

siwon mencoba
untuk berbicara
namun yoona
menghentikanny
a

“kita tak akan pernah


membicarakan hal ini lagi,
tidak akan pernah.. Kuharap
kau bisa memberiku waktu,
aku akan memikirkan apakah
aku bisa kembali bekerja
denganmu” “yoona..”

“aku akan segera


memberitahumu
keputusanku, pergilah..”

membuka pintu kamarnya,


yoona mengisyaratkan siwon
untuk pergi. untuk sesaat ia
melihat dalam diri siwon yg
ingin mengambil kesempatan
untuk mempertahankan nya.
yoona menatapnya dengan
harapan siwon akan
menyadari bahwa ia bisa
mengambil lompatan itu.

Ya Tuhan…

Siwon jelas bukanlah


gambaran pria kejam seperti
ayahnya, sayangnya..pria
penakut dalam dirinya
kembali menang,siwon
memberinya tatapan putus
asa.

“aku tak punya pilihan lain


selain menerima apapun
keputusanmu, beritahu aku
jika kau sudah memutuskan”

Yoona memucat dan hanya


bisa mengangguk, sebelum
siwon benar- benar keluar
dari kamarnya, suara pintu
terbuka dari depan
apartemennya terdengar dan
soojung masuk dengan
keterkejutannya melihat
siwon keluar dari kamar
yoona.

“Oh oppa”

Siwon tak berkata-kata, dia


langsung keluar begitu saja
tanpa menoleh lagi.
“oenni kau..? Apa yg
terjadi?”

“soojung ah..Oenni..”

Yoona masih menimbang


apakah ia perlu
membicarakan semuanya
pada soojung. “oenni
ya..”

“euh.. Darimana kau?”

“aku..aku baru pulang, apa


oenni tak membaca pesan yg
kukirim, semalam sooyoung
oenni mengajakku menginap”
Oh..

Yoona bahkan telah


melupakan ponselnya
semalam, pantas saja saat
terjadi keributan soojung tak
kelihatan

ia sedikit lega setidaknya


soojung tak menyaksikan
keributan dini hari tadi.

“oenni..kurasa kita perlu


bicara, kau terlihat
menyembunyikan sesuatu
dariku”

Menarik yoona kearah sofa


untuk duduk, soojung
menatapnya dengan cemas
dan menunggu yoona untuk
bicara

“aku ada hubungan dengan


siwon”

tanpa berpikir lagi, yoona


langsung mengatakannya,
membuat soojung menganga
karna shock

“Ya ampun oenni! Astaga!


Aku tahu ada sesuatu yg telah
terjadi ketika pagi itu siwon
oppa datang dan kau bersikap
aneh saat itu”

Yoona mengangguk,
membiarkan soojung tahu
semuanya, ia menghabiskan
lebih dari duapuluh menit
untuk menceritakan segala
sesuatu yg terjadi, tak ada yg
terlewat, bahkan fakta bahwa
ia telah jatuh cinta pada
siwon.

Soojung memeluknya ketika


melihatnya mulai meneteskan
airmata, yoona menangis
membiarkan semuanya keluar
dalam pelukan soojung, ada
perasaan lega karena telah
mengungkapkan semuanya
dan berbagi kepiluaan dengan
adiknya.

Setelah tangisnya mereda,


soojung mengambilkan
segelas air untuknya.

“jadi oenni tak akan bekerja


dikantor siwon oppa lagi?”

“kurasa iya, aku tak bisa


kembali menjadi asisten
nya..tapi aku belum
benarbenar memutuskan,
sebenarnya aku akan pergi,
pergi berlibur untuk
menjernihkan pikiranku, aku
benar- benar membutuhkan
itu”

“Hanya oenni yg aku miliki,


aku akan mati tanpamu.
Berjanjilah padaku jika kau
pergi berlibur pastikan siwon
oppa tak akan mengejarmu”

“Soojung ah.. Kau bukan


hanya adikku, kau juga
sahabatku, satu-satunya
keluargaku, aku tak akan
pernah meninggalkanmu,
apalagi pindah dari negara ini
hanya karna patah hati”
Kelegaan terpancar dari mata
soojung, ia meremas jemari
yoona dan tersenyum.

“aku tahu oenni, tapi sulit,


kau tahu? Ayah dan ibu pergi
begitu cepat, dan selama ini
kau selalu kuat, sangat mirip
ayah, kau pintar, cekatan,
percaya diri dan bijaksana,
melihatmu sedih..aku merasa
sakit, belum pernah aku
melihatmu menangisi seorang
pria, aku benci siwon oppa
karna telah menyakitimu”

“inilah yg aku takutkan, kau


akan membenci siwon karna
ini, semua ini terjadi sebagian
besar adalah karna diriku
sendiri, siwon dari awal telah
jujur padaku,dia tak bisa
berkomitmen tapi aku
menerobos dan berharap bisa
mengubahnya, kumohon
jangan berpikir untuk
membencinya, aku tak berniat
untuk kehilangan kontak
dengannya, dengan minho,
sooyoung ataupun sulli, kau
juga membutuhkan mereka
jangan karna aku
sedang kacau, hal itu
membuatmu menyingkirkan
mereka”
sejenak soojung
merenungkan apa yg yoona
katakan.

“akan kucoba..meski sulit


untuk melihat siwon oppa
seperti sebelumnya,
bagaimanapun dia
bertanggung jawab atas rasa
sakitmu, dan aku marah karna
hal itu”

Setelah cukup berbicara


dengan soojung, yoona
masuk kedalam kamarnya
untuk mandi dan berkemas, ia
benar-benar memutuskan
akan pergi.

“kemana oenni akan pergi?”

“belum tahu, yg kubutuhkan


sekarang hanya masuk mobil
dan pergi kemanapun sesuka
hatiku”

“Oenni ya.. berjanjilah padaku kau akan baik-baik saja”

“Aku akan baik-baik saja sayang.. percayalah..”

Tak membutuhkan waktu


lama, yoona telah siap,
sebelumnya ia menukar kunci
mobilnya pada soojung,
merasa tak enak jika ia pergi
menggunakan mobil yg
difasilitasi siwon untuknya.
“aku akan menghubungimu
setelah menemukan tempat
yg kuinginkan”

“ne..oenni, berhati-hatilah
dan bersenang-senanglah,
lantas kembali dengan
keceriaanmu.. secepatnya
telpon aku”

Yoona tersenyum dan


memberikan pelukan, ia
kemudian meninggalkan
apartemen dan juga soojung.
***
Beberapa jam sudah yoona
pergi, soojung bahkan telah
menghitung waktu, ini sudah
lebih dari delapan jam setelah
yoona keluar dari apartemen,
tak menghubunginya dan tak
bisa dihubungi.

ketika menyadari itu,


soojung mulai panik dan
berpikir hal buruk telah
terjadi pada yoona.

ia tak bisa berbuat banyak


kecuali menghubungi minho
dan yg lain, dan saat minho
datang bersama sulli, soojung
sudah terlihat kacau dan
frustasi. “soojung.. Apa yg
terjadi?”
“oppa..ottokhae? Oenni..
Yoona oenni pergi dan tak
bisa dihubungi”

“Ya Tuhan..kemana noona


pergi?”

“aku tak tahu.. Oenni bilang


dia akan menghubungiku, aku
takut.. Oenni.. Aku takut
sesuatu terjadi padanya, dia
dalam kondisi tak baik saat
pergi, Ya Tuhan.. Ini salahku,
kenapa aku membiarkannya
pergi, kenapa aku tak
mencegahnya”

Soojung kembali menangis,


sulli memeluknya untuk
menenangkan, minho terlihat
cemas dan mulai sibuk
dengan ponselnya, beberapa
saat kemudian sooyoung
datang bersama kyuhyun.

“Apa yg terjadi?
Bagaimana Yoona pergi
tanpa seorangpun tahu
tujuannya..”

“ponselnya dimatikan..”

Minho membanting tubuhnya


lemah diatas sofa, saat
soojung mulai berteriak dalam
tangisnya..
“DIMANA SIWON OPPA?? DIMANA DIA…?!! Dia yg harus
bertanggung jawab jika sesuatu terjadi pada Yoona oenni..Ya Tuhan
dimana oenni..??”

***

Ketika telah lelah dan


menemukan penginapan,
yoona mencoba
mengistirahatkan tubuhnya
dengan berbaring diatas
tempat tidur. ia kemudian
merogoh kedalam tas nya
untuk mengambil ponsel
dari dalamnya. mati?

Pantas saja sedari tadi ia tak


mendengar suara ponselnya.

ketika kembali menyalakan


ponselnya, yoona langsung
memukul kepalanya dengan
menggunakan telapak tangan.
menyadari bahwa ada lebih
dari duapuluh panggilan
masuk dari nomer yg
berbeda, dan soojung yg
mengirim lebih dari delapan
pesan yg isinya mulai dari
khawatir berubah menjadi
panik, bertanya ia ada dimana
dan mengapa tak
menghubunginya.

Astaga…
Saat itu juga Yoona langsung
mengubah posisinya menjadi
duduk dan kemudian
menekan kontak atas nama
soojung dari ponselnya.

“soojung ah.. Soojung!


Mengapa kau menangis? Apa
terjadi sesuatu?”

isakan keras dari soojung


adalah hal pertama yg yoona
dengar ketika akhirnya
panggilan nya tersambung
dengan soojung..

“soojung ah..kau membuat


oenni takut, apa yg terjadi?”

ia mulai berdiri
mondarmandir karena panik,
belum pernah sebelumnya ia
mendengar soojung seperti
itu semenjak orangtuanya
meninggal.

“Yoona? Ya Tuhan Yoona!


Apa kau baik-baik saja?”

tiba-tiba ponsel telah


berpindah ke sooyoung karna
soojung masih belum bisa
mengendalikan tangisnya..
“Sooyoung, aku baik-baik
saja, apa yg terjadi dengan
soojung? Apa dia terluka?”
“Soojung baik-baik saja,
kami menemaninya karena
dia panik ketika kau tak bisa
dihubungi, kau membuat
kami takut setengah mati”

Yoona bisa mendengar tangis


soojung mulai pelan dan sulli
yg menenangkannya dengan
mengatakan semua baik-baik
saja..

memelankan suaranya, sooyoung menjadi berbisik ditelpon

“soojung sudah memikirkan


hal terburuk, dia sangat yakin
kau mengalami kecelakaan
mobil, dia kehilangan
kendali, dan sejujurnya kami
juga mulai merasa takut”

Sooyoung mengarahkan ponsel


ditangannya pada minho ketika melihat
dia mulai mendekat kearahnya..

“Ya Tuhan noona.. Kau telah


membuatku terlihat lima
tahun lebih tua saat ini, aku
begitu takut terjadi sesuatu
padamu, astaga.. Apa kau
baik-baik saja?”

“ya aku baik..aku sangat


menyesal karna tak
memeriksa ponselku, aku
hanya pergi untuk…”
“ya soojung mengatakan kau
pergi untuk berlibur, kurasa
semua tak berjalan baik
dengan hyung?”

Sesaat yoona menghela


napasnya..

“ya kau benar, itu tak berjalan


dengan baik, dia bilang
padaku tak akan bisa
berubah, dan aku mengatakan
padanya kemungkinan aku
takkan bekerja lagi
dengannya” minho diam
sejenak untuk kemudian
melanjutkan

“soojung mengatakan pada


hyung kau menghilang, dia
sedang dalam perjalanan
kemari tapi aku telah
mengirim pesan padanya
untuk tak khawatir karna kau
baik-baik saja”

Yoona tahu siwon akan


menjadi gila karna hal ini..

“hyung pasti akan bertanya


dimana kau sekarang berada
noona?”

“Tidak! Jangan
memberitahunya, jangan
membuat ini menjadi sulit
untukku, minho jebal”

“jika itu yg kau inginkan


noona, aku akan
melakukannya”

“ini yg aku butuhkan minho..


Bisakah berikan ponselnya
pada soojung, aku ingin
bicara dengannya”

minho lantas memberikan ponsel


ditangannya pada soojung, masih ada
isakan lirih ketika soojung kemudian
bicara..

“Oenni.. Aku tak bermaksud


membuat drama seperti ini,
aku hanya takut dan sedih
setelah kau mengatakan
semuanya tadi, dan ingatan
tentang kecelakaan ayah dan
ibu kembali muncul
kepermukaan”

Yoona bisa merasakan


ketakutan dan kepanikan
soojung, tentu ia akan
merasakan hal yg sama jika
berada diposisinya.

“maafkan aku.. Sebelumnya


aku telah mengunjungi
makam ayah dan ibu,
kemudian Aku berkendara
beberapa jam untuk
mengunjungi makam ibuku
di Jinan, maaf karna telah
membuatmu takut”

“jadi oenni ada di Jinan


sekarang?”

“hm.. Aku menyewa kamar


disebuah penginapan untuk
beberapa hari kedepan aku
ingin disini”

Beberapa menit yoona menceritakan


kunjungannya kemakam ayah dan
ibunya adalah hal pertama yg ia lakukan.
Hal itu ia lakukan lebih untuk meminta
maaf karna ia telah bertindak melewati
batas. karna dirinya telah berhubungan
terlalu jauh dengan pria yg belum resmi
menjadi suaminya.

menit berikutnya yoona


mengatakan rencananya
selama berada di Jinan, ia
ingin menapaki kenangan
masa kecilnya saat masih
tinggal bersama kedua
orangtuanya disana, dan hal
itu cukup membuat yoona
lega karna soojung kembali
tenang setelah
mendengarnya.

pada saat yoona ingin


mengakhiri pembicaraan, ia
mendengar keributan yg
membuat perutnya bergolak
ketika mendengar suara panik
siwon yg berteriak pada
minho.

“SMSmu hanya mengatakan


yoona baik-baik saja, dimana
dia? Tidakkah dia terluka?”

Yoona buru-buru menyudahi


pembicaraan dengan soojung
saat mendengar ucapan siwon
tadi..

“soojung.. Matikan
telponnya dan hapuslah
caller ID pada ponselmu,
jika siwon bertanya katakan
kau tak tahu aku berada
dimana, berbohonglah
untukku.. Aku akan
menelponmu lagi besok, jaga
dirimu sayang” “aku
mengerti oenni..”

saat soojung akan mematikan


telpon, sesaat ia merasa
tercekat mendengar teriakan
yg bernada permohonan dari
siwon..

“Tidak! Jangan tutup


telponnya. Soojung ah..
Kumohon!”
Bunyi klik terdengar
menandakan soojung
mengabaikan permintaan
siwon, yoona
menghembuskan napas pelan
dan kembali memeriksa
ponselnya.

Ada limabelas pesan lainnya dari


minho, sooyoung, sulli bahkan
kyuhyun juga mengirim pesan
padanya, semua pesan yg ia baca berisi
kepanikan.

tiga pesan tertulis terakhir yg


ia baca adalah dari siwon, tak
ada yg berkesan dari
pesannya selain putus asa dan
panik.

*Ya Tuhan Yoona! Kemana kau?


Tolong hubungi setidaknya salah
satu diantara kami*

*kumohon Yoona.. Kau baikbaik


saja kan? Telepon kami sebelum
kau membuatku benar-benar gila!*

*Mengapa kau pergi seperti


ini? Kau seharusnya tak
pernah pergi. Mengapa kau
lakukan ini? Ya Tuhan..
Yoona ini salahku, jika
sesuatu terjadi padamu itu
salahku* dan satu pesan suara
dari siwon
“Yoona.. Ya Tuhan aku akan
melakukan apa saja untuk memutar
waktu, seharusnya
kau tak pernah membiarkanku
menyentuhmu dan membuatmu
begitu tidak bahagia hingga kau
pergi meninggalkanku seperti ini,
aku berdoa agar kau baik- baik
saja.. Yoona.. aku begitu takut”
Yoona mendengar isakan pada
suara terakhirnya, tertegun ia
merasa bersalah karna telah
membuat siwon tertekan secara
emosional.

Memejamkan mata, ia
meringkuk diatas tempat tidur
memeluk bantal dan
menyerah pada airmata yg
kembali menetas ketika ia
mengulang mendengar
pesannya.

ia tak pernah bermaksud


membuatnya khawatir, tapi
kenyataannya ia menyadari
dengan melarikan diri ia telah
melakukan itu. Situasinya
berubah menjadi kacau. Apa
yg akan ia lakukan? Ini
bahkan belum duapuluh
empat jam dan ia sudah
sangat merindukan siwon

Beralih menatap langit-langit


kamar, yoona merenung ia
mencintainya dari jiwa yg
mendalam, jantung yg
berdebar-debar dan lutut yg
terasa lemah karna cinta,
betapapun jauhnya ia berada
tak akan mengubah itu.
Menyerah tak akan
mengubah hal itu.

Membayangkan ia akan
berjalan menuju altar
berkeluarga bersama dalam
cinta, ia ingin saat bangun
bisa melihat wajahnya setiap
hari, tertawa bersama,
menangis dengannya,
mencintai dan mendukungnya
disituasi apapun, Dia dan
hanya Dia untuknya.

Yoona menyadari rasa itu tak


akan menghilang, ia tak bisa
berlari atau bersembunyi, tak
ada yg bisa membuatnya lupa
betapa cintanya telah begitu
dalam kecuali mendadak ia
mengalami amnesia. Oh
Tuhan…

Ia telah berharap ada sesuatu


apapun itu yg bisa ia
lakukan..

Ia lambat berpikir untuk


menyadari sesuatu.
Ya Ampun…

Seketika ia terduduk mengendalikan


napas dan memukul dahinya. Ia
sibuk berpikir bagaimana caranya
agar siwon jatuh cinta padanya,
tetapi pesan dari siwon yang ia baca
dan dengar sudah mengatakan
kebenaran itu sendiri.

Siwon sudah jatuh cinta


padanya..

“Oh..”

Menutup mulutnya ia
tersadar karna semua terasa
jelas sekarang, tanda- tanda
telah ada selama ini
Mengapa ia tak menyadari
itu sebelumnya?

“Ya Ampun Siwon..”

Seulas senyum tersungging


dibibirnya, menyadari bahwa
siwon sebenarnya telah jatuh
cinta padanya adalah
kenyamanan yg besar, yg
akan ia peluk erat dalam
hatinya dan membiarkan rasa
itu memenuhi dirinya.

Sekarang ia hanya perlu


membuat siwon menyadari
dan membuatnya untuk
mengatakan isi hatinya keras-
keras.

Tekadnya sudah bulat meski


ada sedikit ketakutan namun
menyadari bahwa siwon
mencintainya seketika
menghapus semua ketakutan
itu dari dirinya dan mulai
merumuskan rencana yg akan
ia lakukan esok. ***

Yoona sangat bersemangat


dipagi hari saat ia terbangun,
ia bahkan hampir pusing
karena suka cita yg
menerbangkannya keawan
cinta. dengan segala tekad
nya ia melangkah kekamar
mandi dan bersiap-siap untuk
hari ini.

Kurang dari satu jam


kemudian, ia telah berkemas
dan siap meninggalkan kamar
penginapan di Jinan untuk
segera kembali pulang.

***
Beberapa jam berikutnya
yoona telah tiba di Seoul, ia
tak langsung pulang
keapartemen nya melainkan
pergi kesalah satu mall disana
dan menghabiskan beberapa
jam berikutnya dengan
berbelanja habis- habisan, ia
memulai dengan membeli
heels, pakaian kerja baru,
beberapa mini dress dan rok
pendek, tidak terlalu pendek
memang tapi ia memastikan
semua itu akan menarik
perhatian siwon.

Setelah selesai dimall, ia


mengunjungi salon
kecantikan dan menghabiskan
lebih dari lima jam disana,
melakukan spa, waxing,
sedikit memotong rambut dan
mewarnainya, manicure,
pedicure dan pijat.

Astaga…

Apa yg akan dilakukannya?


Tidakkah kau sedang berniat
menjadi seorang perayu?

Batinnya bergidik ngeri


dengan tingkahnya, namun
yoona justru tertawa dalam
hati dengan rencananya.

Selesai melakukan perawatan


tubuh dari ujung kaki sampai
rambut, yoona merasa puas
dengan perubahan mood nya,
ia tersenyum ketika kembali
memasuki mobil tepat saat
soojung menelpon.
“aku baru saja akan
menghubungimu? Ada
apa sayang?”

“aku hanya ingin


menanyakan kabarmu, dan
yah.. Memberitahumu bahwa
siwon oppa menghabiskan
lebih dari satu jam semalam,
hanya untuk mencecarku agar
mengatakan dimana oenni,
dan sudah lima kali hari ini
oppa menelponku”

“Soojung.. Aku sudah dalam


perjalanan pulang, aku akan
bicara denganmu..” ***

Ketika tiba ditempat parkir


apartemennya, yoona
meminta soojung untuk turun
dan membantunya.

“Wow.. Oenni! Tidakkah ini


sangat cepat untukmu
kembali dan penampilanmu?
Astaga.. Aku benar- benar
menduga kau merencanakan
sesuatu”

Yoona tak bisa menahan


tawa, soojung sangat
mengenalnya dengan baik..
“begitulah..aku akan
menjelaskan padamu,
sebelumnya bantu aku
mengangkut barang-barang
yg kubeli”

Soojung menganga ketika


melihat kearah kursi belakang
yg penuh dengan tumpukan
paper bag, dia bisa pastikan
sang kakak baru saja
menguras isi tabungannya.

“oenni ya.. Kau gila! Apa yg


kau rencanakan”

“untuk seseorang yg gila,


terkadang kita juga perlu
menjadi gila”

Perlu dua kali bolak-balik


untuk membawa semuanya
masuk kedalam apartemen
dan meletakkan semuanya
dikamar yoona.

“baiklah oenni.. Katakan


padaku apa yg membuatmu
kembali dan tentang
rencanamu dengan
barangbarang ini?” “aku
pulang karena aku menyadari
bahwa aku bahkan belum
mencoba memperjuangkan
cintaku, aku ketakutan dan
langsung lari.. Kau tahu? Itu
bukanlah diriku”

Soojung mengerutkan dahi


tampak belum mengerti.

“aku menerima pesan dari


siwon yang membuatku
menyadari bahwa dia juga
telah jatuh cinta padaku, dan
rencanaku adalah untuk
membuatnya menyadari itu,
aku tak akan menyerah untuk
kami”

“aku senang kau


menyadarinya sendiri,
tadinya aku sudah berpikir
bahwa aku harus
meyakinkanmu oppa lah
orang yg tepat untukmu”

kini ganti yoona yg


mengerutkan kening
mendengar ucapan soojung.

“tunggu dulu.. Soojung.. kau


bahkan baru mengetahui
terjadi sesuatu diantara kami,
bagaimana kau bisa tahu
tentang perasaan nya?”
Soojung memberikan seringai
‘aku tahu segalanya’ kearah
yoona.

“Yah..setelah semua kegilaan


yg tak sengaja kubuat
semalam, aku melihatnya dari
dekat bagaimana perasaannya
ketika oppa sampai disini dia
jelas sudah menangis, bahkan
ketika aku mengatakan oenni
baik-baik saja, oppa masih
terlihat kacau dan berantakan,
dia sangat ingin bicara
denganmu, oppa begitu sedih
saat dia meninggalkan kami,
dan segera setelah itu
sooyoung oenni, kyuhyun
oppa dan sulli mencecarku
untuk menjelaskan, mereka
sungguh tak pernah melihat
siwon oppa berperilaku
seperti itu, dan aku telah
menceritakan semuanya”

“aku senang mereka akhirnya


tahu, karna dari awal aku tak
ingin merahasiakan apapun
dari mereka, ini akan
membantuku untuk maju
karna aku benar-benar akan
mengubah cara siwon melihat
sebuah hubungan”

“bagus oenni..aku
mendukungmu, jadi apa yg
sudah kau rencanakan?”

“aku akan tampil lebih cantik


untuknya, hingga
membuatnya tak bisa
memalingkan wajah dariku”
Yoona cekikikan dan merasa
geli dengan rencananya.

“Ooh.. Oenni aku suka


caramu, ayo kita lihat
bagaimana penampilan
barumu”

Satu persatu yoona mencoba memakai semua pakaian yg ia beli dan


memperlihatkan nya pada soojung. dengan tersenyum ia memutar
tubuhnya dihadapan soojung agar sang adik memberikan penilaian
pada penampilan barunya.

“aigoo.. Mengagumkan
oenni, aku tak bisa
bayangkan saat siwon oppa
tak berkedip menatapmu,
oenni luar biasa.. Inilah oenni
ku yg tak mudah menyerah
untuk hal apapun”

Yoona kembali tersenyum dan menghambur


memeluk soojung.

seperti yg soojung katakan! Ia


tak mudah menyerah… Jika
membayangkan bagaimana
dulu ibu siwon lebih memilih
bunuh diri daripada bertahan
untuk anak-anaknya, ia jelas
bisa menyimpulkan wanita itu
adalah wanita rapuh.. Dan
yoona bukanlah wanita rapuh
seperti ibu siwon, itu yg akan
ia tunjukkan pada siwon, dan
meyakinkannya bahwa siwon
adalah pribadi yg berbeda, yg
jiwa dan raganya jelas jauh
berbeda dari seorang ayah yg
kejam yg selama ini
mendoktrinasi pikirannya.

***

Pagi itu setelah memakaikan


lotion keseluruh tubuhnya,
yoona memakai kemeja putih
berlengan pendek yg pas
ditubuhnya dan dipasangkan
dengan rok pensil setinggi
dua inci diatas lutut, serta
heels merah yg sudah ia
siapkan.

Jam delapan tepat ia telah


berjalan dilobi kantor, dengan
semerbak parfum yg tadi ia
semprotkan, yoona bisa
merasakan kupu-kupu
beterbangan diperutnya.
Ini seperti hari pertamanya
bekerja..

Ia gugup..

Tak salah memang ini hari


pertamanya untuk
memecahkan pertahanan
siwon, agar menyuarahan isi
hatinya.

Memasuki ruangannya, ia
memeriksa beberapa email yg
masuk kemudian membuat
beberapa catatat sebelum
akhirnya ia memutuskan
keluar dari ruangannya untuk
menyusuri lorong menuju
ruangan siwon.

Ada perasaan dejavu saat ia


berdiri diam diambang pintu,
menatap mengawasi siwon yg
duduk dibalik meja kerjanya
dengan beberapa surat kabar
tersebar diatas mejanya.

Yoona yakin siwon tidak sedang membacanya.

Sesaat hatinya serasa


diremas, ia merasakan sakit
saat melihat betapa sedihnya
siwon, dia tak serapi biasanya
dan warna hitam dibawah
matanya menandakan dia
jelas tak tidur dengan baik.
memulai doa kecil dalam
hatinya, yoona kemudian
melangkah masuk. “Siwon..
Selamat pagi, aku telah
membalas beberapa email
dan mengatur pertemuan hari
ini..”
Raut wajahnya tak ternilai
harganya, dia benar-benar
terpana melihat yoona
tersenyum berdiri
dihadapannya… “Yoona…”
“hai.. Aku datang untuk
bekerja denganmu..”

“Yoona.. Apakah itu


benarbenar kau? Atau aku
sedang bermimpi lagi?”

Mengangkat sebelah alisnya


yoona kemudian
menggeleng.

“ini aku..aku kembali untuk


bekerja”

Berdiri siwon
menghampirinya dan
mencoba meraih yoona ke
pelukannya, namun yoona
mengambil langkah mundur
sebelum siwon bisa
meraihnya. “jangan..”

“yoona aku..”

“kumohon siwon.. Kita sudah


berakhir, aku kembali karna
aku sadar aku masih
memerlukan pekerjaan, tak
lebih.. Tolong jangan
mempersulitku”

Siwon meremas rambutnya


dan menghembuskan napas
frustasi.
“setidaknya biarkan aku
memeriksa apakah kau
baikbaik saja?”

“Siwon..aku baik, bisakah


kita mulai membicarakan
pekerjaan saja?”

“Okey jika itu maumu!”

Siwon kembali kemeja


kerjanya, melipat koran dari
atasnya sementara yoona
menarik kursi untuknya
duduk.

Beberapa menit yoona


menghabiskan waktu
menatap layar Ipad milik
siwon untuk membuka
fotofoto yg dikirim salah satu
manager proyek pada mereka,
ia mengabaikan pandangan
siwon padanya.

Oh…

Dia pasti sedang


memperhatikan
penampilannya, dan telah
menilai dalam hatinya, tapi
yoona sudah bertekad tak
akan membiarkan siwon
merusak mood nya, apalagi
mengkritik penampilan
barunya.
“aku sudah melihat semua
fotonya, jadi kapan kita
kesana untuk memeriksa
detailnya?”

Yoona menatap dan bicara


tiba-tiba, membuat siwon yg
sedari tadi mengawasinya
kesulitan untuk memberikan
jawaban karna kegugupan yg
dia rasakan.

Astaga….

Gugup?

Bahkan ini pertama kalinya


dia merasakan gugup didepan
seorang wanita.

“euh.. Itu.. Yang pasti tak


bisa hari ini, aku dan minho
ada janji dengan kakek”

Siwon tiba-tiba berdiri,


memasukkan ponsel kedalam
saku celananya kemudian
mengambil jas nya yg
tergantung.

“aku akan meninggalkan


kantor untuk bertemu kakek,
kau bisa menyelesaikan
pekerjaanmu sampai aku
kembali setelah makan siang
nanti”
“nde…”

Siwon keluar begitu saja,


membuat yoona mengerutkan
dahi heran dengan sikapnya.

ada apa? Apa ia telah


gagal menarik
perhatiannya?

Ia baru saja maju satu


langkah tapi sikap siwon tadi
membuatnya kembali mundur
bahkan sampai lima langkah
kebelakang.

“Oppa..”

Sooyoung melongok dipintu


ruangan siwon, seketika dia
terkejut mendapati yoona ada
disana, berdiri merapikan
meja siwon. “Yoona..?”

Mendongak yoona tersenyum


pada sooyoung yg melangkah
mendekatinya.

“Omo.. Cantik sekali, aku


sadar kau selalu mempesona,
tapi ini.. Astaga kau luar
biasa..”

pujian sooyoung membuat


semburat merah diwajahnya.
“benarkah?”
“ya..tentu saja, apa kau
merencanakan sesuatu? Ini
hanya dugaanku, tapi kurasa
tak ada salahnya
memperjuangkan nya”

Tersenyum sekaligus
mengangguk yoona
mengiyakan

“Aku tahu kau sudah


mengetahui semuanya dan
ya.. Aku mencintai siwon,
awalnya aku ketakutan dan
berlari seperti pengecut, tapi
setelah aku menyadari
sesuatu.. Berjuang untuk dia
adalah satu-satunya pilihan”
Melangkah maju sooyoung
tersenyum dan memberinya
pelukan.

“tepat sekali yoong, Oppa


juga jatuh cinta padamu,jika
kau belum tahu itu. Sekarang
yg kau perlukan hanya
membuat oppa menyadari
itu”

“Oh..itulah yg sedang aku


lakukan”

Ketika sooyoung melepaskan


pelukannya, minho masuk
keruangan, sekilas
terbengong melihat yoona
untuk kemudian menghambur
memeluknya.

“noona..astaga noona.. Kau


kembali, aku senang sekali”

Minho mengeratkan
pelukannya.

“minho.. Kau membuatku


sesak napas”

Minho melepaskan
pelukannya, kemudian
menyipitkan mata melihat
penampilan yoona.
mengangkat salah satu tangan
yoona, minho
mengisyaratkan untuk
memutar tubuhnya.

“noona.. Apa yg kau


lakukan? Ini gila.. Kau akan
membuatku berkelahi lagi
dengan hyung, aku
benarbenar jatuh cinta
padamu..” Tertawa ia
memukul pelan lengan minho

“Ishh.. Apa yg kau katakan?


Jika kau melakukan
perkelahian bodoh lagi, aku
akan langsung
menjauhimu..tapi apa yg kau
lakukan disini? Kurasa tadi
siwon mengatakan dia akan
pergi denganmu menemui
kakek kalian”

“anio.. aku bahkan belum


bertemu hyung hari ini”
“jadi siwon?”

“oppa pasti
membohongimu..”

Sooyoung menyela dan


berjalan keseberang kearah
sofa yg ada diruangan itu.

“hyung pasti ketakutan


melihat penampilanmu”

“MWO.. Takut?”

Minho tertawa melihat


ekspresi bodoh yg ditunjukan
yoona

“takut jika hyung tak bisa


mengendalikan perasaannya..
Jika aku jadi dia kurasa aku
akan langsung menarik noona
kealtar”

“Aishh.. Aku tak yakin


padamu, kau bahkan sama
saja dengan siwon, kalian
takut berkomitmen”
Minho terdiam, dan yoona
menyadari kekeliruannya
berbicara.

“minho..mianhae aku tak..”

“gwechana.. Noona benar,


tapi bukankah aku sudah
katakan aku akan memikirkan
apa yg noona katakan
padaku, aku sedang berusaha
untuk itu..”

Yoona meraih tangan minho


untuk menggenggamnya.

“jadi.. Noona mengubah


penampilan ini untuk
hyung?”

“ne..”

“hm.. Aku benar-benar


cemburu pada hyung, dia
sangat beruntung, jadi
selanjutnya apa yg akan
noona lakukan?”

“entahlah..Awalnya aku
merasa telah selangkah lebih
maju, tapi sikap siwon tadi
memundurkan semua itu”
“Noona..kurasa Kau perlu
bantuanku..” *** Minho
mengatakan dia akan
membantu yoona, dia juga
mengatakan trimakasih nya
karna setelah apa yg
diketahuinya, ia tak berlari
dan justru mau
memperjuangkannya.

Diawali dengan makan siang


bersama, minho mengatakan
yoona harusnya bersikap
acuh pada hyung nya,
mengabaikan nya adalah cara
yg paling tepat untuk menarik
perhatian siwon.

“benarkah aku harus

melakukannya?” “jadi

noona tak percaya

padaku?” “bukan

begitu..hanya saja..”

“Ayolah noona.. Jadilah api


maka seperti ngengat hyung
yg justru akan mendekatimu”

“api? Maksudmu?”

“membuat hyung cemberu..


Kurasa akan jauh membantu”
Sambil menikmati makan
siangnya keduanya
meneruskan obrolan diselingi
tawa lepas yoona mendengar
minho mengatakan
rencanarencananya.
***

Siwon ternyata tak kembali


kekantor saat makan siang
dan bahkan setelah jam
kantor berakhir pria itu benar-
benar tak menampakkan
dirinya, dan sukses membuat
yoona menggerutu kesal.

“begitu besar kah


ketakutanmu?”

untuk sesaat memandang


meja kerja siwon, ia lantas
meninggalkan ruangan itu.
Minho sudah menunggunya
untuk menjalankan rencana
pertamanya, dia akan
mengajak yoona bertemu
teman- teman nya.

“minho ya..kenapa
membawaku kesini?”

“kau aman noona..mereka


semua temanku, dan aku
punya informasi untukmu,
hyung ada dikafe ini”
“MWO..? Jadi dia tak
kembali kekantor dan justru
menghabiskan waktunya
disini?”

“kafe ini milik Victoria


noona.. Kau ingatkan teman
wanita hyung di klub malam
itu”

“ne..aku ingat”

Mana mungkin ia bisa


melupakan malam itu, bahkan
rasa sakit ketika melihat
siwon bersama wanita lain
masih akan ia rasakan.

“santai saja noona.. Jika ingin


rencana kita berhasil maka
nikmatilah malam ini”

Untuk beberapa waktu yoona


sedikit canggung berada
diantara teman-teman minho,
ini hal baru untuknya tapi
minho selalu bisa
menciptakan suasana yg
nyaman yg bisa membuat
yoona akhirnya meledak
dalam tawa.

disudut meja lainnya tatapan


siwon tak lepas
memperhatikan nya dan itu
disadari oleh yoona, yg
kemudian membuat ia cukup
puas ketika siwon tiba-tiba
meninggalkan kafe dengan
ekspresi tak terbaca.

“kau berhasil noona.. Aku


berani bertaruh hyung akan
meledakkan kemarahannya
dalam mobil mewah nya”
sudah untuk yg kesekian
kalinya minho membuat
yoona tertawa dengan ucapan
nya.

***

Setelah kurang lebih satu jam


berolahraga ditempat gym yg
biasa ia datangi, yoona
merasa tubuhnya lebih segar
setelah ribuan kalori yg
mungkin telah terbakar.

Astaga…

Ia bahkan sudah lupa kapan


terakhir kali ia datang ke
gym..

Selesai dari gym, yoona kini


melangkah dilobi kantor,
heels nya menekan lantai
dengan blus merah dan satu
lagi koleksi rok pensil pendek
yg membuatnya kian percaya
diri memamerkan kaki
jenjangnya.

Ini sudah hari ketiga dimana


yoona tak menyerah dan
mengikuti rencana minho,
dengan berusaha acuh pada
siwon dan menghabiskan
lebih banyak waktu dikantor
bersama rekan kerja lainnya,
yoona menyadari selama
setahun bekerja, dunianya
hanya berkutat dengan siwon.

Ia kini lebih memilih


menikmati makan siang
diluar bersama rekan nya
daripada menuruti ajakan
siwon untuk makan
bersamanya, dan juga ia akan
menolak ketika siwon
menawarkan untuk pulang
bersama.

“aku sudah ada janji,


maafkan aku”

Tolak yoona pada seorang


rekan yg tak sengaja ia temui
ditempat parkir ketika ia
hendak masuk kemobilnya.

“kalau begitu jika ada waktu


apa kau bisa
menghubungiku?”

“Oh..tentu saja, berikan


nomer ponselmu padaku”
Yoona menyerahkan
ponselnya. ketika kemudian
rekan prianya memasukkan
nomer ponselnya, yoona
tersenyum sangat manis dan
hal itu membuat sang rekan
justru salah tingkah.

“baiklah..sampai jumpa!”
“ne..”

Yoona sudah akan membuka


pintu mobilnya saat minho
meneriakinya

“Noona tunggu..”

“wae minho..?”

“kita pergi bersama saja?”

Yoona mengangguk dan


tersenyum kemudian
melempar kunci mobilnya
kearah minho.

“kau yg mengemudi”

Dari balik kemudi mobilnya


siwon menggeram
menyaksikan semua tingkah
tak biasa dari yoona. ***

Setelah menjemput soojung


dan sulli bersama minho,
mereka menuju klub yg biasa
mereka datangi, bukan untuk
mabuk melainkan menikmati
musik yg bisa
menggoyangkan tubuh
mereka. Musik yg diputar
cukup membuat yoona
rileks,ia turun kelantai dansa
bersama soojung. “Yoona?”

“kibum ssi”
“astaga..sudah lama aku tak
melihatmu”

dengan tanpa permisi kibum


memeluknya, membuat
yoona bergerak tak nyaman
ketika kibum tak juga
melepaskannya.

“kibum ssi lepaskan aku”

“kenapa kau tak menepati


janjimu untuk datang kekelas
dansa,aku merindukanmu
yoona”

Yoona merasa ngeri


mendengarnya, kata-kata
minho tempo hari mendadak
muncul dipikirannya.

Astaga…

Itu jelas bukanlah bagian dari rencana minho..

Kenapa pria ini tak juga


melepaskannya?
Dimana soojungdan sulli?
Kemana minho? Seharusnya
dia tahu dan menjauhkan
kibum darinya..

“Brengsek! Lepaskan dia!”

Yoona bisa mendengar


keributan pengunjung lain
ketika siwon menerobos
lantai dansa dan kemudian
menyentakkan tubuhnya
terpisah dari kibum.

“Hentikan kegilaanmu
yg menjengkelkan dari
hadapanku.. Sekarang
Yoona!!”

Oh..
Akhirnya..
dia datang..

Mergetakkan giginya siwon


kemudian mencengkram kuat
pergelangan tangan yoona,
menariknya yg masih
ternganga karna kehadirannya
yg tiba-tiba. “Siwon
lepaskan.. Sakit…”

Oh..

Pria ini bahkan tak


menggubris rintihan nya. dan
sudah Sejak kapan dia
mengawasinya?

“Siwon.. Sakit..”

Namun niat siwon untuk


menjauhkan yoona
secepatnya dari kibum
terhalang saat kemudian
kibum menghadang
langkahnya dengan berdiri
didepannya. dengan tatapan
marah setelah apa yg
dilakukan siwon begitu
sangat mengusiknya.

“Kurasa dia keberatan


dengan perlakuanmu man!”
“Minggir Kau!”

“Lepaskan tangannya
Bodoh..!”

“Brengsek.. Aku tahu niatmu!


Dasar Bajingan!!”

Siwon melepaskan
pergelangan tangan yoona
untuk kemudian
menggunakan tangan nya
untuk melayangkan pukulan
ke wajah kibum.

“Siwon Hentikan! Ya Tuhan


Hentikan!”

Teriakan yoona seakan hilang


tertelan oleh musik yg masih
terus berdentam, dan
kerumunan pengunjung yg
bukannya melerai tapi justru
menjadikan perkelahian itu
sebagai tontonan.

Beberapa kali kibum terkena


pukulan diwajahnya, dia
limbung namun masih
memiliki tenaga yg cukup
untuk membalas siwon
dengan melayangkan
beberapa tinjunya diwajah
dan bagian perut nya.

“Ya Tuhan Hentikan..”

Yoona sudah akan maju


untuk menarik salah satu
diantara keduanya, namun
soojung dan sulli
menghentikan nya.

“Oenni ya apa yg terjadi?”

“astaga..darimana saja
kalian? Mana minho? Ya
Tuhan tolonglah hentikan
mereka..”

“Omo Siwon oppa! Kenapa


dia berkelahi? Dan siapa pria
itu oenni?”

“dia yg menjadi partner ku


dalam kompetisi dansa waktu
itu”

“Noona.. Noona gwechana?”

Minho terburu menghampiri


yoona, dia baru mengetahui
ada keributan disana.

“minho astaga..kemana saja


kau? Hentikan mereka..
Cepatlah minta siwon
menghentikan nya, dia tak
mendengar ucapanku”

Minho mendekat dan


menghentikan siwon yg
masih mengepalkan
tangannya.

“Hyung tenang..tenanglah,
kau membuat yoona noona
ketakutan jika seperti ini”

Siwon mundur, mencoba


mengatur pernapasannya,
kilatan kemarahan belum
hilang dimatanya.

“Urus dia.. dan katakan


padanya jangan coba
mendekat apalagi menyentuh
yoona atau aku akan
menghabisinya” Huu..

Bergidik, yoona merasakan


sekujur tubuhnya merinding
mendengar ucapan siwon.

“tenanglah hyung.. Biar aku


yg mengurusnya”

Minho mendekati kibum yg


tergeletak dilantai dengan
beberapa lebam pada
wajahnya yg mulai terlihat.
“sebaiknya ini yg pertama
dan terakhir kau berurusan
dengannya”

Minho menepuk pelan bahu


kibum kemudian
membantunya untuk berdiri,
sebenarnya dia ingin
memberi pertolongan lebih
tapi ia urungkan mengingat
apa yg pernah dilihatnya,
semestinya sesekali kibum
memang pantas
mendapatkannya.

Dan ketika melihat siwon


menarik yoona keluar dari
klub, minho buru- buru
mengikutinya.

“siwon lepaskan aku..”


“tidak sebelum kau keluar
dari tempat sialan ini”
“oenni..”

“oppa..”

Soojung dan sulli hanya bisa


mengekor dibelakang tak
berani berucap lebih banyak
ketika telah melihat tatapan
kemarahan dari siwon.

“Siwon..!! Apasih maumu?”


Sekuat tenaga yoona
menyentakkan pergelangan
tangannya agar terlepas dari
cengkraman tangan siwon,
ada bekas kemerahan ketika
ia melihatnya.

“Lalu apa maumu?


Membiarkan sembarangan
pria memelukmu? Itukah
maumu? Hah??”

“sembarangan pria? Dia


kibum..aku mengenalnya, dan
dia temanku”

“teman? Teman macam apa


yg dengan tatapan
menjijikannya aku bisa
pastikan dia punya rencana
untuk menidurimu”

“Kau pikir aku akan melakukannya? Kau pikir aku wanita murahan?
Brengsek Kau..!!”

“Oenni tenanglah… oppa.. Kau keterlaluan..”

Sulli menyela pertengkaran antara siwon dan yoona.

“lalu kemana kalian? Kenapa


meninggalkan yoona
sendirian disana?”

“aku..aku dan soojung hanya


ketoilet sebentar, aku tak tahu
apa yg terjadi?”
“kau bahkan tak tahu apa yg
terjadi..maka diamlah!”

Siwon kembali mengarahkan


tatapannya pada yoona, yg
disambut dengan
tatapan menantang dari
yoona. tapi sebelum
keduanya kembali bersuara,
minho lebih dulu
menghampiri. “Hyung..
Noona..gwechana?”

“Sialan.. Apa yg kau


lakukan?
Kemana kau? Kenapa
meninggalkannya sendirian
tadi?”

“tenanglah hyung.. Aku


hanya keluar untuk menjawab
telpon tadi, karna didalam
terlalu berisik, aku tak tahu
jika pria itu ada disana”

“mulai sekarang tak ada lagi


pergi ke klub tanpa aku”

Siwon menegaskan
ucapannya dengan menatap
yoona, seolah itu adalah
pesan khusus untuknya.

“bawa soojung dan sulli


pulang bersamamu” “ne..
hyung”
“aku juga akan pulang
denganmu minho..”

Yoona melangkah untuk


menghindar dari tatapan
siwon, namun siwon
merenggut tangannya.

“jangan coba pergi disaat kau


tahu aku masih marah
padamu..”

Merengut, ia kembali
menatapnya.

“kemarahanmu tak beralasan..dan kau tak berhak memarahiku..”

“Oh..menurutmu begitu? Jadi ayo


ikut aku dan kau akan tahu
kemarahanku sangat beralasan..”
Membuka jaket dari tubuhnya,
siwon lantas memakaikannya
pada yoona.

“Pakai ini.. kau kedinginan


kan?”

“anio..”

“beberapa hari ini aku tak


suka dengan caramu
berpakaian.. Kau sedang
menantangku bukan?”

Cemberut mendengar
ucapannya, yoona mengamati
siwon membuka pintu
mobilnya.

“masuklah.. Kita perlu bicara


yoona”

“aku ingin pulang..”

“Masuk Yoona.. Haruskah


aku yg mengangkatmu??”

Aishh…

***

Memendam perasaan bahagia


yg membucah dalam hatinya
dan memasang topeng
keterpaksaan, yoona berlagak
kesal mengayunkan kakinya
masuk kedalam mobil siwon.

Dalam mobil diperjalanan ia


hanya menatap keluar dan
sesekali mengetuk-ngetukan
heels nya ataupun memilin
jemarinya guna mengurai
kegugupan yg ia rasakan. tapi
semakin mobil jauh melaju
yoona mulai merasakan
kekesalan yg sebenarnya karna
siwon justru tak bersuara
sepatah kata pun.

Duduk dengan gelisah ia


mulai mengalihkan
pandangannya.
“sebenarnya apa sih yg ingin
kau bicarakan?”

“Setelah kita sampai baru kita


bicarakan semuanya”

“Apa yg mencakup
‘semuanya’ itu? Kukira kau
hanya marah karna kibum
memelukku tadi”

Siwon mencengkram kuat stir


kemudi berusaha menahan
kekesalan atau bahkan
kemarahan karna yoona
justru kembali
mengingatkannya pada
kejadian yg membuatnya
muak.

Sudah cukup rasanya dia


merasa kecolongan saat
kibum berani mencium
yoona, dan sejak saat itu dia
sadar bukan hanya dirinya yg
setengah mati menginginkan
yoona.

“kau tahu itu hanya salah satu


diantaranya”

“Oh benarkah? sayangnya


aku tak tahu”

“jangan bercanda yoona..


Kau pikir apa yg sudah kau
lakukan?”
“apa yg kulakukan?”

“kembali kekantor dan tetap


bekerja denganku tapi kau
justru mengacuhkanku”

“MWO.. Mengacuhkanmu?
Kau pikir aku melakukan itu
padamu?”

batinnya menyipitkan mata heran oleh kebohongan


ucapannya.

Well…
Kau memang melakukannya
yoona, bukankah
mengacuhkan nya adalah
bagian dari rencanamu
untuk menarik
perhatiannya? Dan kini kau
justru mengingkari hal itu
dihadapannya, Apa kau
sedang mencoba bermain-
main dengannya?

“ya kau melakukan itu.. Sejak


kau kembali dengan
mengubah penampilanmu,
kau menghindariku dan justru
menjadi dekat dengan
karyawan lain, kau bahkan
menerima nomer ponsel
mereka dan
astaga..pakaianmu! Jangan
kira aku tak menyadari kau
mengenakan rok yg lebih
pendek dari biasanya.. Ya
Tuhan Yoona.. Aku suka kau
terlihat cantik, tapi
memikirkan kau melakukan
perubahan itu demi orang lain
sungguh membuatku muak,
apa kau bertujuan memanas-
manasi ku?”

Wow…
Terperinci..!

Jelas selama ini siwon terus


mengawasinya dan niatnya
untuk membuat siwon tak
bisa berpaling darinya
mungkin telah berhasil..
“benarkan? Kau melakukan
itu padaku?”

“Ya Tuhan apa yg kau katakan? Kau salah..


Aku hanya sedang melanjutkan hidupku.
mencoba menjadi diriku, selama ini kupikir aku
hanya berkutat denganmu, dan setelah kita… Ya
kita telah berakhir siwon, kurasa kau tak bisa
mengkritiki penampilan ataupun kehidupanku”

Oh..
Apalagi yg akan kau mainkan
yoona?

Batinnya bertanya penuh


antisipasi.

“tidak yoona.. Kita masih


bisa membicarakannya”
“Ya Tuhan tidak siwon, kita
sudah berakhir sejak kau
katakan padaku kau tak bisa
merubah keputusanmu, lalu
apalagi yg bisa kita
bicarakan? Aku menyerah..”

“kita belum berakhir yoona


dan tidak akan pernah
berakhir jadi berhenti
mengatakan hal seperti itu”

“lalu apa yg kau inginkan


dariku?”

“kembalilah padaku yoona,


kumohon.. Aku ingin kau
bersamaku”

Dengan sebelah tangannya yg


tetap berpegang pada stir,
siwon menggunakan tangan
kanannya untuk
menggenggam tangan
yoona.

“kembalilah padaku..”

Yoona merasakan miris


dihatinya, siwon jelas masih
takut untuk berkomitmen.

“siwon.. Aku masih


bersamamu, tidakkah kau
menganggapku sahabat? Tapi
Aku tak akan lagi bisa lebih
dari itu”
“yoona kau tahu aku sangat
menginginkan mu”

“kau kejam padaku siwon..


Kau hanya menginginkan
tubuhku, kau samakan aku
dengan wanita-wanita
sialanmu itu, kau pikir aku
wanita murahan?? yg kau
tiduri dan kau tinggalkan,
demi Tuhan aku takkan lagi
membiarkanmu melakukan
itu padaku”

“Ya Tuhan yoona.. aku tak


pernah menganggapmu
seperti itu, tidak yoona..
Hanya saja aku…”

“kau tak bisa berkomitmen?


Itukan yg ingin kau katakan
padaku..” “yoona..”

“Kau penakut siwon.. Kau


takut akan seperti ayahmu yg
membiarkan istrinya bunuh
diri, yg menembak mati
istrinya, yg memberikan
doktrinasi buruk pada
anaknya, itukan yg kau
takutkan?”

Yoona merasa inilah waktu


yg tepat untuk membuka
mata siwon pada kenyataan
yg sesungguhnya, dia tak
seburuk itu.

“yoona..darimana kau..”

“aku tahu semuanya.. Jika


kau terus membiarkan
ayahmu bersarang
dipikiranmu, selamanya kau
akan menjadi pengecut
siwon.. Turunkan aku! aku
tak ingin lebih lama bersama
pengecut sepertimu!”

“tidak yoona.. Kau tak bisa


seperti ini”

“Hentikan mobilnya! atau


kau ingin aku melompat
keluar!”

Siwon memucat dan spontan


menghentikan laju mobilnya
saat Yoona tak bisa lagi
mengontrol kata-katanya. ia
keluar dengan kesedihan dan
airmata yg tak tertahan,
bukan menangisi dirinya, tapi
siwon…

Dia menangisinya, masa lalu


yg kelam telah membuatnya
seperti ini.. Limbung karna
keseimbangan yg tak
terkontrol ia hampir terjatuh
andai kedua tangan siwon tak
meraih tubuhnya dan
kemudian mendekapnya.

“jika itu yg kau mau, jika yg


kau maksud komitmen adalah
hanya ada aku dan kau
didalamnya, aku akan
melakukannya yoona.. Aku
akan berkomitmen
denganmu, Menikahlah
denganku.. Menikahlah
denganku Yoona…”
Yoona tertegun mendengar
ucapan Siwon, masih diam tak
bergerak seperti tak percaya
dengan indera
pendengarannya sendiri.

“Menikahlah denganku
Yoona.. Aku tak ingin
melihatmu lari dariku, Aku
tak akan sanggup bila kau
menjauh dariku”

Ya Tuhan..
Apa maksudnya? Tidakkah
itu terdengar seperti
keterpaksaan? Mungkinkah
siwon terpaksa memintanya
menikah hanya untuk
mengikatnya?

Tidak.. Tidak..
Bergerak, Ia mendorong dada
siwon, melepaskan pelukan
keduanya.

“tidak siwon..tidak.. Aku tak


bisa menikah denganmu”

Melihat kedalam matanya, ia


menemukan keterkejutan atas
penolakannya.

“wae? Kenapa yoona?


Kenapa kau tak bisa?
Bukankah itu yg kau
inginkan? komitmen itu yg
kau butuhkan untuk tetap
membuatmu bersamaku?”
Yoona menggelengkan
kepalanya, tampak
menyedihkan melihat siwon
mengartikannya seperti itu..

“jadi apa maumu yoona?


Katakan apa maumu? Demi
Tuhan apapun keinginanmu
Aku akan melakukannya
untukmu”

“tinggalkan aku..”

“Tidak.. Kau tahu aku tak


bisa melakukan itu”

Siwon meremas rambutnya,


frustasi dengan ketidak
mengertiannya akan sikap
yoona.
“Sial Yoona..! Apa yg kau inginkan? Katakan dengan nyata apa yang
sebenarnya kau inginkan??!”

Batinnya bersembunyi
diruang paling dalam
dihatinya, ngeri setelah
mendengar ucapan yg
bernada kemarahan dari
siwon.

Oh Yoona..
Mengapa kau bisa jatuh cinta
pada pria seperti ini?
Batinnya kembali
bersembunyi setelah
mengajukan pertanyaan yg Ia
sendiri tak mempunyai
jawabannya..

Apa yg membuatnya
mencintai siwon? Bagaimana
pria pemarah, posesif dan
juga semaunya sendiri itu
begitu menarik hatinya..
Yoona jelas tak punya
jawaban untuk itu.

Disaat ia tengah bergelung


dengan gejolak perasaan nya
sendiri, Siwon berlutut
kemudian meraih tangannya.

“Menikahlah denganku Im
Yoona..”

Mengeluarkan sebuah kotak


kecil dari saku celananya,
siwon membukanya dan
segera sebuah cincin yg
berkilau terlihat didalamnya

Oh…

Yoona terkejut dengan apa yg


dilakukannya, Batinnya yg
tadi sempat bersembunyi
perlahan mengintip,
keheranan.

Cincin? Kapan pria ini


menyiapkan nya untukmu
Yoona??

“Siwon..”

“aku akan memakaikannya


untukmu, kita akan menikah
secepatnya kapanpun kau
mau Yoona..”

Ini bukan lagi sebuah


pertanyaan, tapi telah berubah
menjadi pernyataan. Siwon
jelas tengah menunjukan
dominasinya.

Batinnya berjingkat
mengantisipasi jawaban apa
yg akan diberikan yoona
disaat siwon tengah
mengeluarkan cincin dari
dalam kotaknya.

“aku tak bisa.. Mianhae”


Menarik tangannya, Yoona
berbalik membelakangi siwon
hanya untuk menyeka
airmatanya.

Entahlah, rasa yg seakan


meremas hatinya membuat ia
merasakan sakit.

Sakit? Kesakitan apa yg kau


rasakan yoona? Bukankah ini
impianmu? Semua ini
tujuanmu? Lalu apalagi yg
kau tunggu disaat siwon telah
berlutut untuk melamarmu
kau justru menolaknya..

Kali ini benar kata siwon ‘apa


yg kau inginkan yoona?’
Batinnya terus mendebat,
membuat airmatanya makin
deras membanjiri wajahnya.

Bukan karna ia tak bahagia..


Tentu saja ia bahagia siwon
akhirnya melamarnya, tapi
niat siwon yg ingin
menikahinya jelas hanya
sekedar untuk mengikatnya
itulah yg ia tangisi..

“Yoona kenapa? Ada apa


denganmu?”

Siwon kembali berdiri,


kemudian membalik tubuh
yoona agar berhadapan
dengannya.

“Ya Tuhan.. Kau menangis?


Apasih yg sedang kau
pikirkan?”

Siwon sudah akan menyeka


airmatanya, namun ia
menepis tangannya.

“Kau.. Kau yg sedang


kupikirkan, niatmu
menikahiku jelas hanya untuk
mengikatku, kau tak tahu
begitu dalamnya arti
komitmen dalam sebuah
pernikahan, aku tak bisa
menerimamu jika kau masih
berpikir seperti itu”

“kau tahu masalahku yoona,


kau jelas sudah tahu.. Tapi
aku memberanikan diri
mengambil langkah ini hanya
untukmu yoona, untukmu..
karna aku begitu takut
kehilanganmu”

“lalu apa kau mencintaiku?


Berkali- kali aku sudah
katakan aku mencintaimu,
tapi kau selalu
mengacuhkanku, tak
sekalipun kau membalas
pernyataanku”
Oh..
Inikah maksudmu yoona?
Kau ingin membuatnya
mengatakan cinta padamu?
Batinnya kembali menunggu
untuk apa yg akan terjadi
selanjutnya.

“kau pasti sudah tahu


yoona..haruskah aku
mengatakannya?”

“ya..apapun itu kau


semestinya mengatakan
padaku”

“aku tak mengerti apa yg


dimaksud cinta, aku tak
pernah merasakan itu” Siwon
kembali meraih tangannya.

“Aku benci melihatmu


bersama pria lain, aku marah
ketika mereka menyentuhmu,
aku ingin kau hanya
denganku, hanya bersamaku,
hanya untukku, aku ingin
memilikimu yoona..

Kumohon jangan lagi


melarikan diri dariku”

Pernyataan yg bersumber dari


sikap posesif nya entah
mengapa langsung
menerbangkan kupu-kupu yg
sedari tadi berdiam
diperutnya.

Aneh..
Apakah ia merindukan sikap
posesif itu?

“Siwon.. Kau…”

“aku tak tahu apa artinya


semua itu.. Jika itu semua
berarti cinta? Ya.. Aku
mencintaimu Yoona! Sangat
mencintaimu, hingga
membuatmu merasa sakit
karna aku tak bisa
mengartikan itu.. Aku
mencintaimu”

“kau bodoh..”

Menghambur kepelukannya,
Yoona memeluknya erat, lega
karna akhirnya ia mendengar
siwon menyuarakan kalimat
itu padanya.

“jadi apa kau menerima


lamaranku?”

“emm..tergantung!”

Siwon mengerutkan dahi dan


langsung melepaskan pelukan
yoona, heran dengan jawaban
yg diberikannya.
tergantung?

Apa maksudnya?

“tergantung?”

“hm..”

“tergantung apa yoona?


bukankah aku sudah katakan
aku mencintaimu? Bukankah
pernyataan itu yg ingin kau
dengar agar kau mau menikah
denganku?” Oow…

Kau masih perlu menjelaskan yoona!


Jelaskan padanya bahwa cinta bukan
sekedar pengucapan, cinta memang
dibutuhkan sebagai landasan menjalin
sebuah pernikahan, tapi didalamnya
haruslah ada ketulusan, kesetiaan dan
sikap saling percaya sebagai bagian lain yg
dibutuhkan.

Yoona tertegun mendengar


suara batinnya yg tengah
berdiri menceramahinya.

menghembuskan napas
perlahan ia menatap siwon yg
juga tengah menatapnya
penuh ketidak mengertian.
“aku memang menginginkan
kau menyuarakannya, tapi
cinta bukanlah sekedar
pengucapan, dan landasan
sebuah pernikahan bukan
hanya itu”

“ini rumit yoona, aku tak


mengerti apa yg kau katakan”

Siwon meremas rambutnya


penuh kefrustasian, satu
langkah yg ia anggap bisa
membuatnya maju ternyata
jauh lebih rumit dari
negosiasi bisnis yg sering kali
ia lakukan. “dengarkan aku..
Jika kau mencintaiku, jika
kau memang tak bertujuan
untuk sekedar mengikatku,
kau harus percaya padaku,
kau harus setia dengan
komitmen mu padaku, jika
perkataanmu benar kau sakit
hati melihatku dengan pria
lain, begitupun denganku..
Aku ingin kita sama-sama
setia satu sama lain, kau
harus mempercayaiku, karna
aku sangat percaya padamu
siwon”

“Ya Tuhan.. Iya yoona, ya.


Bagaimana mungkin aku tak
mempercayaimu, aku akan
berkomitmen denganmu,
komitmen yg hanya ada aku
dan kau didalamnya, tidak
seorangpun yg bisa masuk
diantara kita”
Oh..
Yoona tampak tak memahami
maksud kalimat yg diucapkan
siwon…

‘hanya ada kau dan dia


dalam pernikahan itu’
tidakkah itu terdengar aneh?
Tidakkah dia berpikir
nantinya kalian akan
mempunyai keturunan? yg
otomatis nantinya akan
hadir diantara kalian..
Batinnya ikut membantunya
mencerna ucapan siwon.

Oh..
Begitukah?

Siwon menyadari kerutan


pada dahi yoona serta
kediamannya menandakan ia
tengah berpikir.

“kenapa lagi yoona?”

“euh..apakah maksudmu tadi


adalah…”

menggigit bibir bawahnya, ia


nampak ragu untuk
mengatakan apa yg ada
dipikiran nya.
jelas masalah ini perlu untuk
dibicarakan lebih jauh, tapi
sayangnya sekarang bukanlah
tempat yg tepat untuk bisa
berbicara, karna keduanya
tengah berada dipinggir jalan
dan hal itu yg baru disadari
oleh yoona hingga
membuatnya pada akhirnya
memilih untuk menunda
menyuarakan apa yg tengah
ada dalam pikirannya.
“kenapa sayang?”

Seperti tiupan angin kencang,


panggilan sayang yg kembali
diucapkan siwon padanya
sukses menerbangkan
pikiran-pikiran buruk dari
kepalanya.

“emm.. Aku sedang


memikirkan apakah keluarga
kita akan menerima kita
bersama”

“Astaga.. Kenapa kau justru


mempertanyakan hal itu?
Tentu saja mereka akan
menerima”

“tidak..kita harus bertanya


pada mereka, apa mereka bisa
menerimaku sebagai calon
istrimu dan bukan lagi
sekedar sahabatmu”

Yoona merasakan semburat


kemerahan yg tiba-tiba
menjalari wajahnya, ia
merona akan kalimatnya
sendiri.

Astaga…

Calon istri? Jadi sekarang


kau menyebut dirimu calon
istri siwon, Im Yoona?
Batinnya sedikit mengejek
namun tak menyurutkan rona
merah diwajahnya. tak ada
yg salah bukan? Siwon
nyatanya telah mengajukan
lamaran untuk menikahinya.
Walaupun masih ada kalimat
yg cukup tak bisa ia pahami,
namun menyingkirkan hal itu
untuk nantinya akan ia bahas
lebih jauh dengan siwon,
telah menjadi keputusanya.

“tapi secara pribadi kau


menerima lamaranku kan?”

Siwon kembali meraih tangan


yoona dengan tatapan penuh
pengharapan.

mengangguk, yoona
akhirnya memberikan
kepastian disertai
senyumnya yg sedikit
mengembang.

“ya siwon.. Aku ingin


menikah denganmu”

binar-binar kebahagiaan itu


tak luput dari mata keduanya
yg saling menatap. dengan
segera siwon memasangkan
cincin yg beberapa detik
kemudian telah melingkar
indah dijari manis yoona.
“trimakasih
yoona..trimakasih untuk mau
menerimaku”

Menarik tangannya kewajah,


siwon memberikan kecupan
pada punggung tangannya.

“tapi jika adik-adikmu tak


menerimaku, apa aku bisa
melepas ini?”

Terkejut mendengarnya,
siwon segera memelototinya.

“aku hanya bercanda, cepat


sekali kau marah”

“bercandamu tidak lucu


yoona”

Membungkus pinggang yoona


dengan lengannya, Siwon
memeluknya erat.
“mereka pasti akan
menerimamu.. Ayo kita
buktikan!” “apa?”

“kita buktikan apakah


kekhawatiranmu itu benar
atau tidak, kita temui
keluarga kita”

Siwon lantas menarik yoona,


membawanya kembali masuk
kedalam mobilnya, rona
bahagia tak bisa lagi ia
sembunyikan. ternyata
Rasanya sangat
menyenangkan seperti dirinya
telah terlepas dari belenggu
yg selama ini membebaninya
hingga menyulitkannya untuk
melangkah. ***

“kami akan menikah,


bagaimana menurut kalian?”

siwon yg sudah meminta


soojung dan adik-adiknya
berkumpul dirumahnya
langsung berucap tanpa
basabasi, yg membuat
ketercengangan dari
semuanya.

“kalian setuju kan..??”

“Hyung.. Apa kau serius?”


“apa aku terlihat bercanda?”

“Noona kau juga…”

“iya Minho jika kalian semua


setuju kami akan menikah”

Tersenyum keduanya saling


menatap.

“oenni ya.. Kau tak sedang


hamil kan? Kenapa
terburuburu menikah”

Ucapan soojung sontak


mendapat tatapan tajam dari
yoona.

“soojung ah.. Oenni…”

“ne yoona.. Apa kau hamil?”

Sooyoung ikut memberikan


tatapan curiga seperti yg
soojung lakukan kearah
yoona.

“Tidak.. Yoona tidak hamil,


tidak akan pernah”

Siwon merangkulnya dan


memberikan jawaban
sekaligus pernyataan yg
membuatnya shock.

Astaga…

Dengar yg dia katakan?


Kau tak akan pernah hamil?
Oh yoona.. Dia tak
menginginkan anak
nantinya.

Batinnya lemas menunjukan


kesedihan juga keprihatinnya.

“Siwon tapi.. Aku ingin


kita…”

Yoona tak bisa meneruskan


kalimatnya, suaranya seolah
tertahan ditenggorokan nya
ketika siwon mengeratkan
pelukannya dan menatapnya
dengan tatapan yg begitu
dalam namun tak ia mengerti
maknanya.

Oh…

Apa Pria ini takut? Apa yg


ditakutkan nya dengan
seorang anak? “siwon..”

“kita berkumpul untuk


mengatakan rencana
pernikahan kita yoona, bukan
untuk membahas hal yg lain”

Siwon tak memberinya


kesempatan untuk berbicara,
dia justru kembali
mengalihkan pembicaraan
mengenai tanggapan
keluarganya akan
keputusannya untuk menikahi
yoona.

“Aku setuju saja oppa


menikah dengan oenni.. Aku
senang yoona oenni akhirnya
benar-benar akan menjadi
keluarga kita secara resmi”
Sulli yg pertama menyatakan
persetujuannya dengan
senyum dan mata berbinar
penuh kebahagiaan.

Siwon balas memberikan


senyuman, dan tatapan
matanya mengarah pada
yoona yg berada
disampingnya, ia hanya
menyambut persetujuan sulli
dengan senyum sesaat, masih
ada yg mengganjal
dipikirannya.

“jika oppa dan yoona sudah


memutuskan.. baiklah aku
juga setuju” “trimakasih
sooyoungie..”

“hm.. Apa aku bisa


memberitahu Kyuhyun
oppa?”

“tentu saja..”
Lagi-lagi hanya siwon yg
menanggapi sementara yoona
masih bergelung dengan
pemikiran dan batinnya yg
terus memberontak dengan
penolakan.

Kau tak bisa melakukannya


yoona, tidak..

Dia jelas mengatakan kau tak


akan pernah hamil, dia
menolak memiliki anak!
Rumah tangga macam apa yg
nantinya akan kau jalani?
Keluarlah cepat… Dia hanya
memanfaatkan mu, Siwon
jelas hanya menginginkan
tubuhmu sebagai pemuas nya.
Menyerahlah pada pria ini
sebelum kau menyesal,
Hentikan kebodohanmu
Yoona…
Hentikan…

Yoona menggelengkan
kepalanya, menolak
perkataan batinnya yg sedari
tadi terus memprotesnya.

“noona gwechana?”

“nde..?”

Yoona tersadar ketika minho


menyentuh bahunya, rupanya
ia tak menyimak saat minho
mengatakan persetujuannya.

“aku setuju noona menikah


dengan hyung”

Minho lantas memeluknya


untuk berbisik. “trimakasih
untuk tidak menyerah pada
hyung, trimakasih untuk
bertahan, tetaplah seperti ini
noona, tetaplah
disampingnya, aku tahu
masih ada yg
memberatkanmu, tapi
kuharap noona tak menyerah
setelah melangkah sejauh ini”

Minho melepaskan
pelukannya, dia tahu jika
terlalu lama melakukannya,
hyung nya sendiri pasti yg
akan menjauhkannya
“trimakasih minho..”

“Kau tahu aku


menyayangimu noona”

“ne.. Aku tahu itu”

Minho selalu bisa


memahaminya, dan entah
kenapa yoona merasa
mendapatkan keyakinan
setelah apa yg dikatakannya
tadi.
“jika kalian semua telah
setuju, aku akan membawa
yoona bertemu kakek untuk
menentukan tanggal
pernikahannya”

“aku tahu kalian baik saat


bersama, kuharap oenni dan
oppa selalu bahagia”

Soojung memeluknya, dan


dia menangis, sedih
bercampur bahagia mungkin
yg saat ini tengah dia rasakan.

Sedih karna kemungkinan ia takkan lagi tinggal bersama oenni nya.


Dan bahagia karna ikut merasakan kebahagiaan yoona.

***

Setelah pembicaraan malam


itu dengan keluarganya,
Siwon menepati ucapannya,
dia telah mengajak yoona
bertemu dengan sang kakek
seminggu yg lalu.

Dari hasil pembicaraan


mereka, sang kakek cukup
antusias menyambutnya dan
memberikan waktu kurang
dari dua bulan untuk
melakukan persiapan.

Yoona benar-benar
meneruskan langkahnya, jika
ia bisa membuat siwon untuk
berkomitmen dengan nya,
bukan tidak mungkin ia juga
bisa membuat siwon
menerima kehadiran anak
diantara mereka nantinya.
Tapi untuk saat ini, ia bisa
memahami ketakutan yg
masih siwon rasakan. untuk
itu ia setuju dengan
permintaaan siwon, yg
memintanya mendatangi
salah satu rumah sakit untuk
bertemu dengan dokter yg
akan memasangkan alat
kontrasepsi padanya.

Untuk sementara ia akan menggunakan kontrasepsi yg bisa


mencegahnya hamil, sampai ia berhasil meyakinkan siwon. Tak ada
yang salah apalagi perlu ditakutkan dengan hadirnya bayi dalam
kehidupan mereka.

“annyeong haseyo..”

“masuklah Ny… Tn.Choi


sudah menghubungi saya”

tersenyum hangat, yoona


melangkah masuk untuk
kemudian melakukan
pemeriksaan.

Menghembuskan napas, sang


dokter nampak terkejut dan
sekilas menatap penuh tanya
pada yoona

“saya tidak bisa melakukannya Nyonya..”


“maksud dokter?”

“apa anda tak


menyadarinya?”
mengerutkan dahi, ia merasa
semakin tak mengerti dengan
perkataan sang dokter
padanya.

“anda sedang hamil


Nyonya…”

“A pa? Ha..mil??”

Batinya seketika lemas,


membayangkan akan seperti
apa jika Siwon
mengetahuinya? Dan
Pernikahannya? Apakah
siwon akan membatalkan
nya? Oh Tuhan…

Tidak…

Yoona ternganga menghadap


Dr.Kim yg telah melakukan
pemeriksaan padanya.

Dunia disekitarnya seakan


mulai runtuh.

Hamil…

Seorang bayi. Seorang bayi?


Tidak..
Tidak sekarang! Mengapa
harus sekarang? Ia sangat
tahu bahwa Siwon akan
panik luar biasa.. “Ny.Choi,
anda sangat pucat, apa anda
ingin segelas air?”

“ya..”

Suaranya lemah, pikirannya


berpacu..
Hamil?
Kapan?

“saya rasa anda terkejut”

Yoona mengangguk dalam


diam pada dokter saat ia
menerima segelas air
kemudian meneguknya,
kemudian berkata pelan.
“terguncang..”

“menilai dari reaksi anda,


saya menduga baru beberapa
minggu dari masa
pembuahan, dan saya rasa
anda belum mengalami gejala
apapun?”

masih dalam keadaan diam,ia


mengangguk.

Gejala? Tidak,ia tak


merasakan gejala apapun,
selain fakta yg baru ia sadari
bahwa jadwal datang
bulannya telah lewat.
Ataukah…

Pusing dan mual yg beberapa


waktu lalu sempat ia rasakan
adalah gejalanya. Berarti ia
telah salah mengira? Itu
bukanlah migrain melainkan
gejala kehamilannya?

Tidak.. Tidak…

Ia mengkonsumsi beberapa
pil waktu itu. Mungkinkah
hal itu bisa merusak janin
nya?
Tiba-tiba yoona mendekap
perutnya, seolah memproteksi
janin dalam perutnya.

Bodoh…

Jika benar ia telah hamil saat


itu, ia bisa membunuh
janinnya sendiri..

“dokter, berapa kira-kira


usianya..?”

“kemungkinan empat atau lima minggu”

Syukurlah…

Ia merasa lega, berarti waktu


itu ia memang migrain dan
belum hamil seperti sekarang.

“kita bisa lakukan ultrasound


untuk mengetahui sejauh
mana janinnya telah
berkembang, mari kita
lakukan sekarang”

Dr.Kim menuntunnya ke
bagian lain dalam
ruanganannya yg berisi
peralatan komputer canggih,
kemudian menarik mesin
ultrasound mendekat, sembari
duduk Dr.Kim memposisikan
layar hingga keduanya dapat
melihat layar itu kini
menyala.

“tolong berbaring dan tekuk lutut anda


kemudian buka keduanya lebar-lebar
Nyonya..” ucap sang dokter blak-
blakan membuat Yoona membeku
dalam kegelisahan.

“Jika anda hamil,kita bisa


melihat janinnya dengan alat
ini, namanya transvaginal
ultrasound”

Oh..
Dia pasti bercanda!

Batinnya yg sedari tadi lemas


kini justru dibuat bergidik
ngeri melihat sang dokter
mengangkat alat berwarna
putih itu.

“ne..”
Ia menggerutu, ketakukan,
dan mulai melakukan apa yg
Dr.Kim perintahkan.

“tolong relaks Ny.Choi”


Relaks?

Hey.. Dia hamil!


Bagaimana kau bisa
menyuruhnya untuk
relaks? Batinnya
meneriaki sang dokter…

Dengan perlahan dan lembut


Dr.Kim memasukkan alat itu
dan visualisasi dalam layar yg
kemudian terlihat oleh yoona
hanyalah sesuatu yg mirip
dengan kabut.

“disana Nyonya..”

Dr.Kim menekan sebuah


tombol yg menghentikan
gambar dilayar kemudian
menunjuk pada sebuah titik
kecil berwarna sepia
mungkin…

Wow…

Ada titik kecil itu diperutnya.


Sangat kecil. Yoona seakan lupa
akan rasa ketidaknyamanan oleh
alat itu ketika ia telah menatap titik
kecil dalam perutnya dengan rasa
terkejut sekaligus takjub. “terlalu
dini untuk mendeteksi detak
jantungnya, tapi ya.. Anda jelas
sedang hamil Nyonya”
Yoona terlalu tercengang
untuk mengatakan apapun.
Titik kecil itu adalah janin yg
akan tumbuh menjadi bayi.
Bayi suci yg nyata.
Bayi dari Siwon.
Bayiku. Seorang bayi!

Ya Tuhan…

“apa anda ingin saya


mencetak gambar itu”

Ia mengangguk, masih tak


bisa berkata-kata saat Dr.Kim
kemudian menarik alat itu
darinya. Terhuyung, ia
terburu membenarkan
pakaiannya dan kemudian
menghampiri Dr.Kim yg
telah kembali berada dibalik
mejanya.

“anda harus mulai


mengkonsumsi vitamin
kehamilan dan ini adalah
seleberan mengenai apa yg
boleh dan tidak boleh anda
lakukan”

Dr.Kim masih terus


berbicara, namun sepertinya
yoona tak menyimaknya. Ia
terguncang dan kewalahan.

Seharusnya ia bahagia, tapi


ini terlalu cepat..
Mencoba mengendalikan
kepanikannya, ia lantas
mengucapkan salam
perpisahan yg sopan pada
Dr.Kim kemudian berjalan
kepintu keluar.

Kini ia mulai diliputi oleh


perasaan dingin yg
mengerikan dan perkataan
siwon yg menghantuinya
menyebabkan firasat buruk
secara tiba-tiba.

Siwon akan panik dan


mungkin menjadi kacau oleh
kehamilannya. Masuk
kedalam mobilnya, ia mulai
mengemudi dengan perasaan
berkecamuk. Ia seharusnya
bahagia, itu yg semestinya ia
rasakan. Tapi ia tak merasa
seperti itu. Ini terlalu cepat.

Jauh terlalu cepat.

Bagaimana dengan Siwon


dan dirinya? Bagaimana
pernikahannya? Tidak..
Tidak…
Semua akan baik-baik
saja. Siwon akan
baikbaik saja. Dia pasti
akan menerima
kehamilannya.
Bayinya..
Siwon pasti bisa
menerimanya. Dia menyukai
Sulli saat masih bayi, ia ingat
itu ketika minho
menceritakan masalalu nya.
Dan sekarangpun Siwon terus
menyayanginya, hanya itu yg
terus ia coba yakini, dan
menghentikan arah pemikiran
buruknya ketika mobil yg
dikendarainya mulai
memasuki pekarangan rumah
siwon.

Dan secara instingtif satu


tangannya bergerak
melindungi perutnya. Titik
kecilnya. Airmatanya
berjatuhan saat melihat
siwon berdiri diambang
pintu menunggunya. Apa
yg harus ia lakukan?
Berkata jujur ataukah
menyembunyikan kenyataan
itu darinya?

“Ya Tuhan..bantu aku”

Gambaran tentang seorang


bocah dengan rambut
hitamnya dan matanya yg
cemerlang tiba-tiba muncul
ketika yoona terus menatap
siwon dari dalam mobilnya.

Bocah itu berlarian disekitar


halaman, tertawa dan
memekik bahagia ketika
dirinya dan siwon
mengejarnya,
mengayunkannya tinggi
kemudian menggendongnya.
Gambaran itu menginvasi
pikirannya, membuatnya
tergiur akan kemungkinan
bocah itu adalah anaknya.

Namun sedetik kemudian,


gambaran itu berubah
menjadi siwon yg
menatapnya jijik, ia gemuk
karna mengandung dan siwon
melangkah kelorong
menjauhinya, suara langkah
kakinya menggema membuat
ia merasakan sakit dihatinya.

Siwon…

Ia tersadar…

Tidak…

Siwon akan murka..


Membuka sabuk
pengaman, ia keluar dari
mobil dan berjalan
menghampiri siwon dengan
gelisah.

“hai sayang..”

“hai..”

ia menggumam pelan,
kemudian berjalan
melewatinya. “ada
apa?”

“tidak ada apa-apa”

“apa semuanya baik?”

Siwon mengikuti
dibelakangnya dan mencoba
melakukan penyelidikan.

Aku hamil..!

Yoona menjerit dalam hati.

“ya baik. Pasti”

“Yoona, ada apa?”

Nada suaranya memaksa,


membuat yoona bergetar.

Siwon lantas meraih


tangannya dan
menggenggamnya.

“Astaga tanganmu dingin,


kau pucat, sudahkah kau
makan?”
“belum dan aku lapar
sekarang”

Siwon merangkulnya ke meja


makan dan memerintahkan
pelayan rumah menyiapkan
makan malam mereka.

Yoona hanya memainkan


makanannya, sebenarnya ia
tak merasa lapar, perutnya
tegang karna was-was.

“Bagaimana pertemuanmu
dengan Dr.Kim tadi?”

Sial…

Ini adalah pertanyaan yg


paling ingin ia hindari saat
ini.
Bisakah ia menghindar
sekarang?

“aku tak bisa memakai


kontrasepsi”

“kenapa? Bukankah kita telah


sepakat”

Menelan ludah dan mencoba


meredakan panik yg telah
mencapai tenggorokannya, ia
mencoba mengambil napas
dalam-dalam.
Sekarang atau tidak
selamanya…

“Aku hamil”

Siwon terdiam, dan dengan


segera semua warna
memudar dari wajahnya yg
kemudian berubah menjadi
pucat.

“A pa?”

“Aku hamil”

Alisnya berkerut dengan


ekspresi wajah yg tak
mengerti.

“Bagaimana bisa kau hamil?”


bagaimana..bagaimana bisa?
Pertanyaan menggelikan
macam apa itu? Batinnya
memicingkan mata
mendengarnya.

“menurutmu apa yg akan


terjadi bila kita berhubungan
tanpa pengaman? Itulah
jawabannya!”

Cara berdirinya berubah


seketika, tatapan matanya
pada yoona mengeras
layaknya batu api.
“kau bilang kau
mengkonsumsi pil!” “itu
mungkin saja tak efektif, atau
aku terkadang lupa
meminumnya”

“Ya Tuhan, Yoona!”

Siwon memukul meja, dan


berdiri dengan kasar hingga
hampir menjatuhkan kursi,
membuat yoona terkejut luar
biasa, dan hanya bisa
menatapnya dalam kebisuan.

Astaga… Dia

sangat marah..

“Sial! Aku tak percaya ini..


Bagaimana kau bisa begitu
bodoh dan melupakannya?”

Bodoh! Ia tersentak dan


sangat ingin berteriak bukan
hanya dirinya yg bodoh.

“Bodoh! Kenapa hanya aku


yg bodoh? Jika kau tak
menginginkan seorang bayi,
seharusnya kau juga
berhatihati dan tidak
sembarangan meniduriku
semaumu!”

Yoona memekik dalam


kemarahan, tak habis pikir
bagaimana siwon
menyalahkannya atas
kehamilannya, yg terjadi
bukan sepenuhnya
kesalahannya.

Siwon terdiam, ya..


Seharusnya dia berhati-hati.
Dia selalu berhati-hati dengan
wanita lain, tapi tidak dengan
yoona. Yoona bisa
membuatnya terlena hingga
melupakan kehati-hatiannya.

“maafkan aku”

Demi Tuhan.. Kau tak perlu


minta maaf padanya!
Batinnya berputarputar
dalam kebingungan.

“aku tahu waktunya tidak


tepat”

“SANGAT TIDAK TEPAT!”


Berteriak, Siwon kemudian
menutup mata mencoba
meredam kemarahannya.

“Siwon.. Kumohon jangan


berteriak padaku” airmata
mulai jatuh dipipi yoona.

“jangan mulai dengan segala


airmata sekarang.. Sial! Kau
pikir aku bisa menjadi
seorang ayah?”

suaranya tersendat, dan


merupakan campuran dari
kemarahan dan kepanikan.
Semua menjadi jelas,
ketakutan dan kebencian yg
tampak dimatanya akibat
sosok sang ayah yg begitu
kejam dimasalalu.

“aku tahu kau tak siap akan


hal ini, begitupun denganku,
tapi kupikir kau bisa menjadi
ayah yg luar biasa”

“Tidak Yoona.. Kau pikir apa


yg bisa kulakukan? Bayi?
Seorang bayi? Aku bahkan
tak menginginkanmu hamil,
bagaimana bisa kau akan
melahirkan bayi yg mengalir
darahku didalamnya.. Tidak..
Aku tak ingin mengalirkan
darah ini, Sial! Aku tak
menginginkan ada lagi
perusak sepertiku, Aku tak
menginginkannya!”

“Siwon.. Berhenti berpikir


seperti itu!”

“Persetan dengan semua itu!


Tidak Yoona..!”
Siwon melenguh lemah dan
mengangkat tangannya
sebagai tanda menyerah.

Dia membalikkan tubuhnya


berjalan meninggalkan ruang
makan. Langkah kakinya
menggema ketika ia
menghilang masuk kedalam
kamarnya, dan kembali
keluar setelah memakai jaket.
Dia membanting pintu
dibelakang nya kemudian
pergi…

Dia meninggalkan Yoona


sendiri dalam keheningan.

Yoona menatap ngeri


kearah pintu yg tertutup.
Siwon
meninggalkannya…

Ya Tuhan…

Reaksinya jauh lebih buruk


dari yang bisa ia bayangkan.

Mendorong kursi
dibelakangnya, ia melangkah
meninggalkan ruang makan
sambil terisak… ***
Yoona mengikuti kemana
kakinya ingin melangkah, ia
membuka pintu kamar siwon
kemudian masuk
kedalamnya.

Setelah pembicaraan
pernikahannya, ia memang
terkadang menginap dirumah
siwon untuk membicarakan
sekaligus merancang
pernikahannya.

Aroma kamar siwon yang menguar dari dalamnya menjadi


sangat familiar baginya.

Yoona melangkah mendekati


tempat tidur, menyibakkan
selimut, kemudian
meringkuk di atasnya untuk
menikmati aroma tubuh
siwon.

Bagaimana bisa setelah


kemarahan yg ia terima, ia
masih saja sangat
merindukannya.

Dengan airmata yg masih


membasahi wajahnya, ia
menatap cincin pemberian
siwon yg berkilau indah
melingkar di jari manisnya.

Calon suaminya itu baru saja


meninggalkan nya karna ia
hamil…

Mendadak ia merasa lucu,


dan merasakan keinginan
untuk tertawa yg tak bisa
ditahan.

“lihat apa yang telah kau lakukan padaku,


titik kecil!”

Ia menggumam pelan
sembari mengelus perutnya.
Ia tahu ini sangat
mengejutkan bagi siwon.
Tapi dia benar-benar
bereaksi berlebihan.

Memangnya kapan dia tak


bereaksi berlebihan?
Batinnya menaikkan alis.

“Dia itu ayahmu titik kecil..


Aku harap ia tenang dan
pulang secepatnya”

Yoona kemudian makin terisak, Siwon


belum pernah meninggalkannya
sebelumnya. Bagaimana jika ia tak
akan kembali? Dia sangat rapuh
dalam berbagai hal. Yoona menjadi
panik.. Apa yg bisa ia lakukan?
Masalalu telah membentuknya seperti
itu. Dan kenyataan itu berada diluar
kontrolnya.

Sejak ia berhubungan dengan


siwon, hidupnya menjadi
sangat rumit.

Apa ia tak akan bisa melewati


ini? Apa ia tak akan jadi
menikah? Tenggorokannya
tercekat oleh pemikiran itu.

Tidak..
Ia tak boleh berpikir begitu.
Siwon akan kembali. Dia
pasti kembali.

“aku tahu meski kau marah


dan berteriak padaku, tapi
kau mencintaiku.. Ya, kau
mencintaiku dan akan
mencintai titik kecilku”

Memegang perutnya, ia mulai


mengantuk, malam ini ia
akan menunggunya, tidur
dikamar siwon untuk
memastikan dia akan pulang
malam ini.

***

Yoona terjaga ketika merasakan


hawa dingin menusuk-nusuk kulit
tubuhnya. Ia menatap kearah
jarum jam, dan menyadari itu
telah lewat jam satu malam,
namun siwon belum kembali.

Segera ia mencari ponselnya


untuk mengirim pesan pada
siwon.

‘Dimana Kau?’
Tak ada balasan setelah ia
menunggu lebih dari sepuluh
menit.
Kemana dia?
Siapa yg dia temui? Apa
dia sedang bersama
wanita lain? Pemikiran itu
seakan menohoknya.

“Sialan!”

Suara itu sayup-sayup


terdengar diluar.

Oh..
Itu siwon?

Yoona beranjak dari tempat


tidur untuk membuka pintu
kamar. Ia kemudian berjalan
dengan cepat kearah pintu
depan.

Pemandangan yg ia lihat
adalah, Seorang wanita yg
berjalan sempoyongan
memapah tubuh siwon, dua
orang pelayan mencoba
membantu si wanita, namun
dengan tangannya siwon
menghalangi mereka.
“Siwon..”

Yoona berlari kearahnya dan


menyadari jika siwon sedang
mabuk.
kenyataan itu membuat kulit
kepalanya seakan ditusuk.

“Siwon, apa kau baik-baik


saja?”

“Dia berada di cafe ku


sepanjang malam, dan minum
anggur terlalu banyak” Oh..

Yoona menatap sekilas


wanita yg memapah siwon, ia
menyadari pernah
melihatnya. Di klub dan di
cafe yg penah ia datangi
bersama Minho. Victoria,
nama yg pernah disebutkan
minho padanya. Yoona
merasakan kecemburuan
dalam hatinya, dan langsung
meraih tubuh siwon dari
tangan victoria.

“Oh.. Yoona, kau terlihat


sangat baik”

“kemana saja kau?”

Siwon meletakkan telunjuk


dibibirnya dan tersenyum.
“shh..!”

“sebaiknya kau pergi


ketempat tidur, pelayan akan
mengantarmu”
“tidak.. Aku mau
denganmu..”

Siwon terkekeh, dan yoona


segera meminta dua pelayan
tadi membawa siwon masuk
kekamarnya.

Ia menatapnya sekilas
kemudian berbalik untuk
mendapati Victoria yg tengah
memperhatikannya.

“trimakasih telah
mengantarkan calon suamiku,
nona…”

“Victoria, panggil aku


Victoria.. Senang akhirnya
aku melihatmu Yoona”

Vic tersenyum meremehkan


kearahnya..

“Kau jauh dari yg aku


harapkan” Oh..

Siapa wanita ini?


Mengapa dia berhak memberi
penilaian padamu? Batinnya
berdiri dengan tatapan
menyelidik. “apa
maksudmu?”

“ani.. Lihatlah apa yg sudah


kau lakukan pada siwon
dengan kehamilanmu”
MWO..
Wanita itu tahu kau sedang
hamil? Siwon pasti sudah
menceritakannya.. Batinnya
berkata dengan berbisik.

“biarkan itu menjadi urusan


kami, kau bisa meninggalkan
rumah ini sekarang”

“well, tak perlu mengusirku.. aku memang akan pergi..


Tolong urus calon suamimu”

Victoria melangkah angkuh


keluar dari rumah siwon,
sementara yoona dengan
perasaan jengkel
menghampiri siwon
dikamarnya.

“Yoona..”

Siwon masih menggumam


ketika yoona masuk
kekamarnya.

“duduklah, biarkan aku


membuka jaketmu”

“kamarnya berputar”

“kau mabuk, Siwon duduk!


Kau perlu membuka
jaketmu”

“kau juga akan membuka


pakaianku? Apa kau masih
mau tidur denganku ketika
ada bayi dalam perutmu”

“tidak.. Kau berbau alkohol,


kau bisa membuatku muntah”
perlahan Siwon
duduk dipinggir tempat
tidur, Melepaskan jaketnya
sendiri, kemudian
melemparnya kelantai.

“Oh.. Kau berbau harum


yoona, aku merindukanmu..”

“aku tak suka kau berbau


alkohol seperti ini”

“Ayolah Yoona.. Tidurlah


denganku..”

Siwon masih terus


menggumamkan kata-
katanya yg tak jelas sambil
menurunkan tangannya
dipinggul yoona, kemudian
menariknya, menempelkan
bibirnya diperut yoona.

“apa yg harus kulakukan


padanya?”

Oh.. Dia berbicara dengan


titik kecilmu. Batinnya
mengerutkan dahi
keheranan.
“jadilah ayah yg baik
untuknya”

“ayah?”

Siwon mendongak untuk


menatap yoona.

“ya.. Kau akan menjadi ayah


untuknya”

“Aku seorang ayah?”

Siwon tersenyum, tapi


senyumnya berubah seketika
saat dia memikirkannya, dan
yoona bisa melihat sebuah
ekspresi ngeri melintas
diwajahnya, tatapannya
mengirimkan rasa dingin yg
menusuk sampai
ketulangnya. Yoona benci
ekspresinya yg menyiratkan
memori mengerikan dan
buruk yg pernah dialaminya.
“Ayolah Siwon..berhenti
bicara dan biarkan dirimu
tidur”

Yoona berkata dengan lembut


kemudian mendorong
tubuhnya pelan, hingga siwon
jatuh terlentang kekasur.

“kau akan tidur denganku?”


“aku akan membuka
pakaianmu”

“sekarang kau yg menjadi


nakal”

Siwon menyeringai,ekspresi takutnya telah menghilang sekarang.


Membuat yoona geli sekaligus kesal diwaktu yang sama.

“kemarilah sayang,
bergabunglah denganku”

Oh sial..
Rasanya jika harus
memilih,yoona akan lebih
memilih siwon yg pemabuk
daripada siwon yg pemarah.

“Kau tak akan tidur dengan


nyaman dengan pakaian
seperti ini, biarkan aku
membukanya”

Yoona naik keatas tempat


tidur dan membuka satu
persatu kancing kemeja yg
digunakan siwon.

Ketika melakukannya, ia
membiarkan siwon
memegang pergelangan
tangannya.

“kau akan lebih memilih dia


daripada aku?”
Oh My.. Siwon menatap dari
balik bulu matanya,
tatapannya samar dan redup
membuat yoona merasakan
jantungnya sesak seketika.

“Siwon.. Jangan bersikap


menggelikan, Kau tak tahu
apa yg sedang kau bicarakan,
dan aku tidak memilih siapa
diatas siapa”

Siwon menutup kedua


matanya dan genggamannya
pada pergelangan tangan
yoona perlahan mengendur.
ketika yoona telah berhasil
membuka seluruh kancing
kemejanya, Siwon sudah
tertidur pulas dan terlihat
begitu kelelahan.

Yoona menghembuskan
napas pelan, tak yakin jika ia
punya energi lagi untuk
melepaskan pakaiannya lebih
lanjut. Ia lantas menarik
selimut dibawahnya dan
menyelimutinya.

Ia terdiam menatapnya.
Tubuhnya sangat indah
meskipun dia sedang mabuk.
Bibirnya yg indah terbuka,
rambutnya berantakan,
namun wajahnya nampak
rileks.
Dia tampak muda. Ya..
Siwon memang masih
muda. Calon suaminya yg
masih muda, stress, mabuk
dan tidak bahagia.

Pemikiran itu tersimpan rapi


dihatinya. Tapi setidaknya dia
berada dirumah, bukannya
berada diluaran sana terlebih
bersama wanita yang yoona
sangat yakin, dia juga
menginginkan siwon menjadi
miliknya.

“Aku mencintaimu Siwon..


Apa yg harus aku lakukan
denganmu? Meskipun kau
mabuk dan pergi menemui
wanita itu dan entah apa yg
kalian lakukan, hanya Tuhan
yg tahu. Tapi aku tetap
mencintaimu, selalu
mencintaimu” “hmm..”

Siwon menggumam dalam


tidurnya, yoona lantas
menyapukan jemarinya pada
rambutnya dan kemudian
mencium keningnya. Setelah
itu ia turun dari tempat tidur,
mengambil jaket kemudian
melipatnya.
Ketika ia melakukannya, ia
menemukan ponsel siwon
terjatuh kelantai. Ia
mengambilnya dan
membukanya.

Hal yg pertama ia temukan


adalah beberapa pesan yg
belum terbuka. Yoona bisa
melihat pesannya menjadi
salah satu diantaranya.

‘senang bertemu denganmu siwon,


kuharap kau meluangkan sedikit
waktumu untuk ku’

Sial…

Yoona merasakan kepalanya


berdenyut. Tak ada nama
dalam kontaknya, jelas itu
bukan pesan dari victoria,
wanita yg tadi mengantarnya
pulang. Berapa wanita yg dia
temui malam ini?

Yoona kemudian membuka


pesan berikutnya.

‘Aku mengerti perasaanmu.


Tenanglah.. Mungkin kau
harus memikirkannya lagi, tak
ada yg salah dengan menjadi
seorang ayah’

Oh..
Victoria? Pesan yg baru
saja ia baca adalah
darinya? Siapa
sebenarnya wanita itu?
Mengapa siwon dengan
gampangnya menceritakan
masalah pribadi mereka?

Ia menjadi tak yakin jika


wanita itu hanyalah sekedar
teman. Yoona terperangah
dengan kemungkinan wanita
bernama Victoria itu lebih
dari sekedar teman bagi
siwon.

Tidak, tidak, tidak…

Kakinya terasa lemas, ia


terduduk dilantai samping
tempat tidur dalam
ketidakpercayaan, getir,
terluka dan terhina oleh
pengkhianatan.

Bisa-bisa nya siwon


melakukan itu?

Airmata panas kemarahan


mengalir perlahan dipipinya.
Siwon marah dan ketakutan, ia
mengerti dan memaafkan hal itu.
Tapi ini… Dia
mengkhianatinya? Hal itu sudah
melewati batas.
Menarik lututnya keatas, ke
dadanya dan membungkus
lengannya disekitarnya untuk
melindungi dirinya juga titik
kecilnya, Ia menangis
menumpahkan airmatanya.
Apa yg ia harapkan?
Benarkah ia akan menikahi
pria ini?

Ya.. Ia ingin melakukannya


karna ia mencintainya, dan
dilubuk hatinya yg terdalam
ia tahu siwon juga
mencintainya. Ia tak percaya
akan seperti ini jadinya. Dua
langkah maju kedepan dan
tiga sampai empat langkah
mundur kebelakang. Akan
seperti itulah jika ia terus
bersamanya.

Lantas apa jadinya jika ia


meninggalkannya? Pergi
meninggalkannya,
akankah menjadi jalan
keluar untuknya??
Tidak…
Tidak…

Tidak…

Sekarang bukan hanya


dirinya. Tapi ada janin dalam
rahimnya. Ia menepis semua
pemikiran bodohnya. Ia tak
bisa pergi. Tak akan pernah
bisa pergi. Semua sudah
terjadi dan yang harus ia
lakukan hanyalah bertahan
menghadapi siwon.

Dengan cepat yoona menyeka


airmata dengan jemarinya.
Berdiri meletakan ponsel
siwon diatas meja, kemudian
menatapnya yg sedang
tertidur, tenteram seolah tak
bersalah.

Ia lantas keluar dari kamar


siwon. Yoona melangkah
masuk kedalam kamar yg
biasa ia tempati ketika ia
menginap. Masuk
kedalamnya entah mengapa
tiba-tiba membuatnya
menghentikan langkah
sebelum ia mencapai sisi
tempat tidur.

Teringat ia pernah bercinta


dengan siwon diruangan itu,
membuatnya muak dan
berlari keluar.

Ia kembali masuk kekamar


siwon. Menggeledah meja
kerjanya, ia menemukan
kunci yg dicarinya. Kunci
ruang perpustakaan kini
berada ditangan nya.
Ia tak akan tidur dikamarnya
dan memilih berada diruang
perpustakaan yg menjadi
tempat terlarang untuknya.

Oh Yoona.. Kau berniat


memancing kemarahannya
lagi? Batinnya menaikkan
alisnya ketakutan.

Dan sebelum keluar, ia


mengambil satu bantal, juga
menarik salah satu selimut
dari tempat tidur siwon,
kemudian bergegas keluar
menuju ruang perpustakaan.

Membuka pintu, menyalakan


lampu dan kembali mengunci
pintu, yoona masuk
kedalamnya dan merasakan
ruangan itu cukup
menenangkan. Pantas saja
jika dulu ibu siwon betah
menghabiskan waktu nya
disini.

Ia lantas berjalan mendekat


kearah sofa, sejenak menatap
meja kecil yg ada disudut
ruangan. Bergidik ngeri
mengingat ia pernah melihat
pistol didalamnya.

Namun rasa penasaran yg ia


rasakan, mengalahkan
kengerian dalam ingatannya.
Perlahan ia mendekat,
menarik salah satu laci yg
waktu itu terdapat pistol
didalamnya.

“Oh..
Tak ada?”

Untuk memastikannya, ia
membuka semua laci meja,
dan benar pistol itu sudah tak
ada disana.

Berarti siwon telah


memindahkan nya?
Ahh..
Sebenarnya ia sangat ingin
agar siwon memusnahkan
benda itu, dan menghilangkan
trauma yg ditimbulkannya.

Ini sudah terlalu malam dan


hari ini ia sudah sangat lelah.
Ia akan menjadi seorang ibu,
dan calon suaminya justru
sangat marah. Hal itu
kemudian menyeretnya untuk
meringkuk diatas sofa,
dibawah selimut yg tadi ia
bawa. Ia tahu siwon pasti
akan cemas ketika esok tak
mendapati dirinya dalam
kamar. Dan dia pasti tak akan
menduga ia berada di ruangan
ini.
“biarkan saja, ini akan
menjadi pelajaran untuknya,
dan jika ia ingin bertengkar
aku akan meladeninya”

Kelelahan dengan segera


membawanya untuk tertidur.
***

Jam Tujuh pagi ketika siwon


terjaga dari tidurnya dan
merasakan pusing
dikepalanya, dia turun dari
tempat tidur dan berjalan
terhuyung keluar dari
kamarnya.

“Yoona.. Yoona..”

Seakan lupa dengan


kemarahannya, hal pertama
yg ia lakukan adalah menuju
kamar yoona, mencarinya.

“Yoona..”

Membuka pintu kamar ia tak


mendapati yoona berada
didalamnya, dan untuk
memastikan ia memeriksa
kamar mandi dan hanya
kekosongan yg didapatkan
nya.

“Yoona..”
Berubah menjadi panik,
siwon berlari keluar untuk
bertanya pada para pelayan di
rumahnya.

“dimana yoona? Apa dia


pulang?”

“tidak Tuan, mobilnya masih


ada, nona mungkin masih
tidur dikamarnya”

“aku sudah memeriksanya,


dia tak ada disana. Sial!
Kemana dia? Yoona…”

Siwon memerintahkan semua


pelannya untuk mencari, dia
cemas dan luar biasa panik.
Mencarinya mengelilingi
rumah dan memastikan
memasuki semua
ruangannya.

“Yoona..! Dimana kau?”

Siwon berhenti didepan pintu


ruang perpustakaan, menekan
knop pintu yg ternyata
terkunci. Akhirnya dia
berpikir yoona tak berada
didalamnya.

“Yoona!”

Sedari tadi sebenarnya yoona


telah terbangun oleh
teriakanteriakan siwon juga
pelayan rumah yg sedang
mencarinya.

Namun kali ini membuatnya


membeku saat siwon
menekan-nekan knop pintu
berusaha membukanya. Tapi
hanya sampai disitu, suara itu
kemudian teredam dan
sepertinya siwon telah
menjauh.

Yoona merasa lucu dengan


tingkahnya. bersembunyi
diruang perpustakaan, itu
seperti dirinya sedang
memainkan petak umpet
dengan siwon.

Astaga…

Kau benar-benar akan


menerima kemarahan
darinya. Batinnya
mengingatkan.

Sepuluh menit kemudian ia


beranjak dari sofa, berjalan
kepintu, ia perlahan- lahan
membuka kunci dan
mengintip keluar.

Tidak ada tanda-tanda siwon


maupun pelayan lain berada
disekitar ruangan itu. Ia pun
keluar dan berjalan menuju
kekamarnya.

Namun untuk mencapai


kamarnya, ia harus melewati
ruang utama, dan…

Sial..!

Siwon tengah berdiri disana.


Memberi perintah tegas dan
sesekali berbicara serius pada
lawan bicaranya ditelpon.

Yoona masih berdiri disana,


memutar matanya saat
melihat apa yg dilakukan
siwon saat itu.

Ya Tuhan…

Ia tak berniat menjadikan


melodramatis seperti ini.

“ehmm..”

Berdeham, ia membuat para


pelayan berbalik dan
ternganga melihatnya.
Termasuk siwon yg terlihat
pucat, berantakan, matanya
melebar ketika menatapnya.

“Yoona!”

Oh..
Sulit untuk menjelaskan
tatapan siwon kali ini.
Apakah dia takut kehilangan dirinya atau justru marah padanya??

Yoona mencoba tak perduli


dengan tatapan siwon
padanya. Ia meneruskan
langkahnya, mengacuhkan
para pelayan yg masih
ternganga melihatnya.

“dimana kau?”

Siwon bertanya dengan suara


rendah dan serak, berjalan
mengikutinya kearah kamar,
namun yoona masih tak
memperdulikan nya.

“Yoona!”

Ia membuka pintu kamarnya


dan kembali menutupnys,
kemudian menguncinya
sebelum siwon bisa
mencapainya.

“Yoona.. Buka pintunya!”

“Tidak..Pergi kau!”

“Tidak..Aku tak akan pergi


sebelum kau membuka pintu
sialan ini, Yoona..!”

Siwon menggedor pintu


kamarnya.

Oh tidak… Memangnya
dimana kau sedang berada?
Ini rumahnya! Jelas Dia
tak akan pergi.. Kau lah yg
seharusnya pergi..
Batinnya mengingatkan.

“Terserah kau!”

“Yoona, kumohon buka


pintunya atau aku akan
mendobraknya!”

gertakan siwon membuat


nyalinya menciut, ia
menggerutu kesal, lantas
memutar kunci untuk
membuka pintunya, waspada
akan reaksi siwon setelahnya.

“apa kau mencoba


mengabaikan ku?”

“bagus jika kau telah


mengerti”

Yoona berbalik, melangkah


kearah lemari yg berisi
pakaiannya, kemudian
mengeluarkan satu stel
pakaian kerja dari dalamnya.

“mengapa kau melakukan ini


padaku?”

“MWO.. Melakukan apa?


Harusnya aku yg
menanyakan hal itu padamu!”
“mengapa kau mencoba
mengabaikanku?”

“menurutmu apa?”

“Yoona.. Jawab aku!”

“sekarang aku tak ingin


bicara apapun denganmu, aku
akan bersiap kekantor” Siwon
menggeram dan menatap
tajam kearahnya. “tapi kita
perlu bicara!”

“waktu yg tepat untuk kita


bicara adalah kemarin, tapi
kau justru berteriak, marah
dan pergi meninggalkanku
untuk mabuk dan menemui
wanita lain”

“berapa kali harus kukatakan


Victoria adalah temanku”

“karna itu kau merasa perlu


mendatanginya dan
mengatakan masalah pribadi
kita padanya?”

“Dia tahu masalaluku, Dia


tahu semuanya tentangku”

Oh…
Wanita itu tahu semua
tentang siwon, termasuk
masalalunya? Kenyataan itu
semakin memukulnya. Dia
jelas bukan sekedar teman
untuk siwon.

“apa kau juga tidur


dengannya?”

Melihat ekspresi siwon yg


penuh kepahitan, terlihat
terluka dan marah pada saat
yg sama, membuat Hatinya
hancur berkeping-keping.
Keterlaluankah ia karna
mengucapkan pertanyaan itu?

“Persetan Yoona.. Apa yg


kau katakan? Tidak, Dia
temanku.. Aku tak pernah
tidur dengan temanku!”

“bukankah aku juga temanmu? Tapi


apa yg kau lakukan? Kau
meniduriku.. Kau tidur denganku!”

Siwon meletakkan tangannya


diatas kepala, menarik
rambutnya frustasi. “dari
awal aku tak pernah
menginginkan mu hanya
menjadi temanku”

“calon suamiku pergi


meninggalkanku yg sedang
hamil dan mendatangi wanita
lain. Kau pikir masih ada yg
bisa kupercayai darinya..”
Siwon mendekat mencoba
meraihnya, namun yoona
dengan segera mengambil
langkah mundur,
menjauhinya.

“jangan menyentuhku!”

Siwon membeku oleh


katakatanya.

“dimana kau bersembunyi


tadi?”

“masihkah itu penting? Apa


pedulimu? Yang pasti aku
tidak keluar dan pulang
dalam keadaan mabuk
sepertimu.
Berapa wanita yg kau temui
semalam?”

“Apa kau berpikir aku


mengkhianatimu?”

“memang itu yg kupirkan!


Apakah kau tahu seberapa
besar kau telah menyakitiku
dengan pergi menemui
wanita lain?”

“tidak yoona.. Aku tak akan


pernah mengkhianatimu”

“tapi benar kan kau bukan


hanya bertemu dengan
Victoria? Masih ada wanita
lain yg kau temui!”

Siwon terkejut dan wajahnya


memucat setelahnya.

“apa kau memata-mataiku?”

“ani.. aku menemukan


ponselmu yang terjatuh dan
mendapati pesan menjijikkan
dari wanita yg kau temui
diponselmu”

“aku tak sengaja bertemu


dengannya, Victoria
mengenalkannya sebagai
sepupunya, itu saja”

“tapi kau memberikan nomer


ponselmu padanya!”

Oh..
Hentikan yoona!
Kau pun mulai berlebihan.
Tidakkah kau lihat
keseriusannya? Kurasa dia
berkata yg sebenarnya..
Batinnya mencoba
menenangkan, ketika emosi
yg didasari kecemburuannya
kian menang.

“Aku tidak memberikannya.


Victoria mungkin yg memberikan
itu padanya.. Demi Tuhan yoona
ini tak penting untuk
diperdebatkan!”

Siwon menatapnya penuh


kesakitan.

“Yah, kau benar! Lalu apa yg


menjadi penting untuk
diperdebatkan? Bayi ini
kah?”

Yoona mengelus perutnya,


menimbulkan kesakitan lain
diwajah siwon.

“kau ingat semalam ketika


kau mabuk, apa yg kau
tanyakan padaku?”

Siwon membeku,
mengarahkan tatapan kosong
pada yoona.

“Siapa yg akan kupilih antara kau dan bayi ini? Itulah


yg kau tanyakan.. dan jawabanku Tentu saja aku akan
lebih memilih bayi tak berdaya ini daripada kau. Itulah
yg akan aku lakukan. Aku akan bertahan meski
sendirian untuknya. Itulah yg ibuku ajarkan. Aku
menyesalkan ibumu yg terlalu rapuh hingga tak
mampu bertahan demi anaknya. Jika salah satu yg kau
takutkan adalah aku akan menjadi seperti ibumu? Akan
kukatakan padamu, Aku bukanlah wanita rapuh seperti
ibumu.. dan aku takkan bunuh diri hanya karna

aku tak bisa bertahan


denganmu. Jadi hilangkan
ketakutan itu dari dirimu, dan
kau bisa memikirkan untuk
melanjutkan pernikahan kita
dengan bayi ini, darah
dagingmu atau kita akhiri
sampai disini. Aku akan
memberimu waktu untuk
memikirkannya, dan
putuskan mana yg kau
pilih..”

Siwon membeku dengan apa


yg yoona katakan, tatapannya
penuh kesakitan namun
yoona masih meneruskan
kalimatnya.

“sementara kau memikirkan


keputusan apa yg akan kau
ambil, aku akan kembali
keapartemen ku dan mungkin
aku tak bisa lagi menginap
disini”

“apa ini yg kau inginkan?”

nada suaranya lemah,


selemah detak jantungnya yg
sekarang seolah tak mampu
lagi memompa darahnya dan
mengalirkan keseluruh
tubuhnya.

“entahlah.. Aku bahkan tak


tahu lagi apa yg
kuinginkan” jawab yoona
terkesan bimbang.

Oh Yoona.. Kau harus kuat


untuk menghadapinya.
Batinnya menegaskan. “Kau
sudah tak menginginkan ku?”
ucap siwon kembali dengan
suara lemah.

Oh tidak…

Tidak.. Tidak.. Siwon, jangan


membuatku lemah dengan
pertanyaan seperti itu.

Yoona menggumam dalam


hati.

“bukan seperti itu!”

“tapi kau sudah berpikir


untuk pergi dariku?”

“aku hanya memberimu


pilihan. Aku akan tetap
denganmu jika kau memilih
melanjutkan pernikahan kita
dengan bayi ini. Kau yg
mengambil keputusan!”

“Yoona jangan melakukan itu


padaku, aku tak bisa…”
“lantas bagaimana kau ingin
aku melakukannya? Aku
sudah lelah untuk
memaksamu, aku menyerah
dan membiarkan mu untuk
memilih”

“Yoona.. Kehamilanmu. Bayi


itu. Aku belum bisa
menerimanya”

Batinnya menjerit penuh


kekesalan dan mendorongnya
untuk berteriak.

“Kau pikir aku


menerimanya? Tidak..
Sejujurnya tidak. Aku juga
belum sepenuhnya
menerimanya. Aku seorang
wanita yg belum resmi
menikah dan sekarang aku
telah hamil. Kau pikir apa yg
akan orang katakan jika
mereka tahu keadaanku?
Mereka akan menggunjingku
dan mereka akan
menempatkanku sebagai
wanita hina. Kehamilan ini
membebaniku siwon..

Sangat membebaniku. Tapi


jika aku membuang bayi ini
aku akan menjadi lebih hina
daripada siapapun didunia ini.
Apa kau ingin aku melakukan
itu? Jika iya itu berarti kau
akan menempatkanku dalam
kehinaan”

Oh titik kecil…

Maafkan aku. Aku tak


bermaksud menyakitimu
dengan kalimatku. Aku
hanya ingin menyadarkan
ayahmu. Kuharap kau
mengerti, titik kecilku..
maafkan aku.

Yoona menyentuh perutnya


dan menggumamkan kalimat
itu dalam hatinya.

“Aku tahu Kau tidak senang


dengan bayi ini. Kau mungkin
beranggapan kau akan menjadi
seperti ayahmu. Tapi… Ya
Tuhan, kau sudah dewasa
sekarang. Kau bukan lagi anak
kecil yang bisa diperdaya oleh
ucapan buruk ayahmu. Kau
harus berkembang dalam
kedewasaanmu dan berhenti
bertingkah seperti remaja
pemarah dan Jangan menjadikan
traumamu sebagai alasan untuk
membiarkan dirimu menjadi
pecundang yang tak
bertanggung jawab atas
perbuatanmu. Bayi ini darah
dagingmu siwon. Kau harus
menerima kenyataan bahwa Kau
bukanlah seperti ayahmu”

Yoona terengah-engah
dengan rentetan kalimat nya
sendiri, sementara siwon
seperti kehilangan kata-kata,
dia hanya mampu menatap
yoona dengan rasa perih
dihatinya.

“daripada kau berkubang


dengan membenci dirimu
sendiri. Akan lebih baik kau
memikirkan keputusanmu.
Aku memberimu waktu.. Dan
keputusan ada ditanganmu
siwon” “Yoona..”

“Kumohon.. Tak ada lagi yg


ingin kukatakan padamu.
Semua yg ingin kukatakan..
Aku sudah mengatakan
semuanya padamu. Jika kau
tak keberatan, aku ingin kau
keluar. Aku perlu bersiap
untuk kekantor”

Siwon pucat dan membisu.


Dengan perlahan dia
mengambil langkah mundur
untuk mencapai pintu,
sebelum dia mencapainya
sebuah ketukan dari luar
terdengar.
“Tuan.. Polisi telah
menunggu diluar” Yoona
mengerutkan dahi mendengar
ucapan seorang pelayan dari
luar kamarnya.

“Katakan pada mereka untuk


pergi. Aku tidak
membutuhkan mereka berada
dirumahku”

“tapi Tuan..”

“tapi apa? Tak ada yg bisa


mereka lakukan disini..
Katakan pada mereka kita
telah menemukannya”

“baiklah..saya mengerti”

Pelayan itu lantas berlalu, dan


siwon mendapati yoona
menatapnya dalam
kebingungan.

“untuk apa polisi datang


kesini?”

“mencarimu..awalnya aku
ingin meminta bantuan
mereka untuk mencarimu.

Aku terlalu panik ketika tak


menemukanmu tadi”

Oh..
Astaga..
Ia bahkan belum menghilang
selama dua puluh empat jam.
Bagaimana bisa siwon
bahkan telah melapor pada
polisi.
Benar-benar pria penakut!
Batinnya menggumam
keheranan.

Sementara yoona memutar


matanya atas reaksi
berlebihan yg ditunjukan
siwon.

“kau berlebihan siwon..”

“aku bukanlah berlebihan yoona. Dan tidak ada yang berlebihan jika
itu tentang mu.. Aku membutuhkanmu yoona”

“kau tidak begitu kemarin”

“Demi Tuhan Yoona!”

“Keluarlah.. Aku ingin


bersiap”

“Kau akan berangkat


bersamaku”

Ucap Siwon tanpa ingin


dibantah sebelum dia keluar
meninggalkannya. Dan
segera setelahnya yoona
merasa limbung, ia terduduk
lemas diatas tempat tidur
setelah pembicaraan yang ia
lakukan dengan siwon cukup
menguras emosinya.

Dan ia bersyukur, ia tak


menangis dihadapan siwon
tadi.

Oh Tuhan…

Semoga ia tak salah..


Semoga membiarkan siwon
untuk memilih adalah jalan
terbaik yg ia ambil.. Kini ia
hanya perlu menunggu.
Menunggu apapun yg nanti
akan diputuskan siwon
kepadanya dan untuk titik
kecil didalam perutnya…

“Bertahanlah titik kecil..


Bersabarlah menunggu.
Ayahmu pasti akan
memilihmu. Dia pasti akan
memilihmu…”

***

Sepanjang hari selama berada


dikantor, tak banyak interaksi
yg dilakukan yoona dan
siwon. Yoona lebih banyak
menghabiskan waktunya
diruangan minho, sementara
siwon memilih bersama
sooyoung untuk melakukan
pembicaraan bisnis diluar.
“noona..tumben sekali hyung
tak mengajakmu”

“euh.. Ada beberapa hal yg


belum selesai kukerjakan
disini. Waeyo?”

“anio.. Hanya sedikit tidak


biasa”

Yoona tersenyum masam dan


lantas mengambil beberapa
file dari meja kerja minho.
“aku akan keruanganku”

“ini sudah jam makan siang


noona. Kita keluar untuk
makan?”

“tidak terimakasih. Aku tidak


lapar”

“noona gwechana?”

Minho menatapnya penuh


selidik.

“Kau terlihat bingung.. Kau


sedang memikirkan sesuatu?”

Oh..
Minho, haruskah aku
mengatakan padamu. Aku
hamil dan kakak mu itu tak
menginginkan bayi ini…
Yoona bertanya dalam
hatinya sendiri..
“Aigoo.. Noona, apa kau
merindukan hyung? Kau
terlihat sedih”
Minho mengedikan mata
berusaha untuk
menggodanya.

“kurasa baru beberapa jam


kalian tak bersama.
Bukankah begitu?”

“ya.. Ku rasa kau benar


minho, aku merindukannya..”

Yoona hanya bisa tersenyum


dengan pipinya yg merona
menanggapi godaan-godaan
lain dari minho padanya.

***

“yak.. Oppa, apa yg kau


lakukan tadi? Jika kau tak
berniat bertemu mereka lebih
baik aku saja yang
bernegosiasi tadi. Jadi semua
tak menjadi kacau seperti ini”

Sooyoung mengomel disepanjang lorong menuju ruang kerja


siwon setelah mereka gagal melakukan negosiasi.
“diamlah soo.. Kau tak perlu mengomel sepanjang hari.

Tak ada ruginya bagi kita hanya karna satu proyek gagal kita
dapatkan”

“jinja? Aishh.. Tapi tadi


proyek besar oppa,
Keuntungannya pun akan
sangat besar untuk
perusahaan kita”

“aku tak perduli.. Aku tak


butuh semua itu”

“Oppa.. Yak Oppa..”

Siwon melenggang pergi tak


memperdulikan sooyoung
meneriakinya penuh
kekesalan.

“apa tak berjalan dengan


baik?”

“Oh Yoona.. Apa kalian


sedang bermasalah?”

“maksudmu?”

“Kau dan Siwon oppa..


Kalian bertengkar?”

“euh.. Itu.. Aku.. “

“Oh astaga.. Ya, aku tahu


jawabannya. Apa yg
sebenarnya sedang kalian
permasalahkan? Kalian sudah
akan menikah, tapi hari ini
Oppa justru seperti
kehilangan pikirannya.
Wae?” “biar aku bicara
dengannya”
“Yoona ada apa? Kalian akan
tetap menikah kan?”

“tidak ada apa-apa soo,


semuanya baik dan ya..
Kami akan menikah”

Yoona merasakan getir


dihatinya, tak yakin dengan
apa yg baru dikatakannya,
namun ia tetap memaksakan
senyum diwajahnya. “Aku
akan bicara dengan siwon”

Ia kemudian berjalan kearah


ruangan siwon, dan sebelum
yoona mencapai pintu untuk
membukanya, siwon sudah
terlebih dulu keluar dari
ruangannya, namun hanya
menatap yoona sekilas dan
kemudian berlalu bahkan
sebelum yoona sempat
berkata-kata.

“kenapa dia?”

mau tak mau sikap siwon


membuatnya mengerutkan
dahi keheranan.

“Oh titik kecil.. Apa ayahmu


marah padaku? Dia tak
berhak marah.. Akulah yg
seharusnya marah padanya”
Yoona mengelus perutnya
sambil terus menggerutu
kesal pada siwon.

Tidakkah kau mulai banyak


menggerutu? Kau sendiri yg
memberinya kesempatan
untuk memilih. Jadi
biarkanlah dia memikirkan
pilihannya. Batinnya
mencoba menilai dengan
bijak.

***

Yoona menepati ucapannya.


Ia tak lagi pulang kerumah
siwon dan kembali
keapartemen nya setelah
pulang bekerja. Ia duduk
diatas sofa, menaikkan
kedua kakinya kemudian
memeluk lututnya dengan
kedua tangan.

Kesepian, sendirian karna


soojung belum pulang
membuat suasana hatinya
kian suram. Ketenangannya
telah tergelincir dan ia mulai
merasakan firasat aneh yg
kemudian membuat
kepalanya tertunduk dengan
airmata yg menggenang.

Berapa lama waktu yg


dibutuhkan siwon untuk
memberinya keputusan. Agar
ia tak semakin
terombangambing tanpa
kepastian.

“Oh oenni ya.. Ku kira kau


masih akan menginap
dirumah oppa”

bergelung dengan
perasaannya sendiri, yoona
sampai tak menyadari
soojung telah masuk kedalam
apartemen.

“Soojung ah.. Kau sudah


pulang..”

Sementara soojung
meletakkan tas dan beberapa
perlengkapan kuliahnya,
yoona buru-buru menghapus
airmatanya.

“Oenni sudah makan? Aku


membeli makan malam diluar
tadi..”

“tidak.. Aku tak ingin makan.


Kau saja”

Soojung memperhatikan raut


wajah kakaknya dan
menyadari mata yoona yang
sembab oleh airmata.
“Oenni kau menangis?
Waeyo?”

“tidak..tidak apa-apa”

Soojung lantas memposisikan


dirinya duduk disebelah
yoona.

“oenni kau jelas habis


menangis. Ada apa? Katakan
padaku”

“Oh Soojung..”

Yoona memeluknya dan


seketika airmatanya tumpah
dibahu sang adik.

“aku menyadari ada sesuatu


yg tak baik ketika aku masuk
dan berdiri cukup lama tadi,
tapi oenni tak menyadari
kedatanganku. Apa yg
terjadi? Apa yg mengganggu
pikiranmu?”

“Aku.. Aku tak yakin


pernikahanku dan siwon akan
terjadi”

“MWO.. Oenni, apa yang kau bicarakan?” “Aku tak tahu soojung ah..
Aku benar- benar menjadi tak yakin dengan semua ini”

“iya.. Tapi apa masalahnya?


Apa yg membuat oenni tak
yakin?”
“Siwon.. Aku tak yakin siwon
akan melanjutkan rencana
pernikahan ini karna sekarang
aku hamil dan dia belum bisa
menerima kehamilan ku”

“MWOO…”

Yoona semakin mengejutkan


soojung dengan menceritakan
keputusan nya yg
memberikan kesempatan bagi
siwon untuk memilih.

“Oenni.. Kau gila! Tak


seharusnya kau berkata
seperti itu! Siwon oppa tidak
dalam posisi berhak untuk
memilih.. Tak ada pilihan
baginya selain bertanggung
jawab, dan menikahi oenni
secepatnya”

Soojung benar-benar berada


dalam puncak kekesalannya.
Ia marah akan keputusan
yoona tapi juga
mengasihaninya, dan menjadi
benci pada siwon yg berlaku
buruk pada kakaknya.

“apa yang lain mengetahui


ini?”
“tidak.. Kau satu-satu nya
yang tahu setelah siwon” dan
wanita bernama victoria.

Yoona hanya berani berucap


dalam hati, tak mau membuat
soojung semakin marah.

“Brengsek! Jika siwon oppa


tak mau bertanggung jawab,
Aku yg akan menyeretnya
kehadapan oenni”

“Soojung ah..tenanglah, kau


bukan gangster, apa yg bisa
kau lakukan?” “Oenni..
Bagaimana aku bisa tenang
sedangkan aku melihatmu
tersakiti seperti ini. Asal
oenni tahu, aku bisa berlaku
apapun demi oenni”

Yoona menarik senyum dari


wajahnya, atas pembelaan
sang adik untuknya .

“trimakasih sayang..tapi
oenni masih cukup mampu
menghadapinya”
“Oenni..tapi kau tadi
mengatakan kau mulai tak
yakin”

“aku akan menumbuhkan lagi


keyakinan itu. Bukankah kau
juga melihat siwon
mencintaiku?”

“hm..”

“aku juga masih terus


meyakini itu.. Dia
mencintaiku dan dia pasti
akan memilihku dan
menerima titik kecilku”

“titik kecil?”

Soojung mengerutkan dahi tak mengerti..

“bayiku.. Dia masih seperti


titik kecil diperutku..”

“titik kecil keponakanku? Oh


oenni..
Aku pasti akan
menyayanginya” Soojung
merangkul yoona erat.

“aku akan selalu bersama


oenni dan mendukung apapun
cara oenni untuk
mengatasinya”

“terimakasih sayang..”

***

Gejala kehamilan yg sempat


disinggung oleh Dr.Kim, kini
nampaknya yoona mulai
merasakannya.
Ia mulai sering mengalami
pusing hingga
berkunangkunang dan mual
dipagi hari ataupun ketika
mencium aroma yg terasa
menyengat dihidungnya,
perutnya akan dengan segera
bergolak untuk memuntahkan
apapun dari dalam nya.

“huek..huekk”

“oenni ya gwechana?”

“huek..huekk.. ne Soojung ah,


tapi rasanya aku tak bisa
meminum susu itu, bau nya
membuatku semakin mual”

“bau? Aigoo..bau apa yg kau


bicarakan oenni? Ini hanya
segelas susu. Susu yg sama
yg biasa oenni minum”

“singkirkanlah itu oenni tak


mau”

Soojung kemudian memasukkan gelas


susu kedalam bak cuci piring. “jadi
apa yg oenni inginkan?” “tidak..aku
tak ingin apapun sekarang. Aku harus
berangkat”

“akan sangat mengerikan


membiarkan oenni menyetir
sendiri. Aku akan mengantar
oenni kekantor”

“baiklah.. Akan
menyenangkan pergi
denganmu, kajja” ***

“trimakasih soojung ah..”

“ne.. Oenni tidakkah kau


perlu mengunjungi dokter?
Mungkin ada cara untuk
mengatasi mual-mual yang
kau alami”

“Kau benar.. Aku sudah


membuat janji dengan Dr.
sore ini”

“jinja? Oenni ya.. Bolehkah


aku ikut? Aku juga ingin
melihat titik kecil,
keponakanku”

“kau tak ada jam kuliah?”

Soojung menggeleng dengan


cepat.

“baiklah..”

“kalau begitu aku akan


jemput oenni nanti”

“Okey..”

Yoona melambaikan tangan


ketika soojung mulai
menaikkan kaca mobilnya
dan berlalu dari hadapannya.

Setelahnya Ia berjalan masuk


kedalam lobi kantor,
menunggu salah satu lift
terbuka untuk membawanya
naik keatas dimana
ruangannya berada.

Didalam ruangannya ia mulai


menyibukkan diri dengan
beberapa pekerjaan setelah
tadi sempat melongok
kedalam ruangan siwon dan
tak mendapatinya berada
dalam ruangannya.

Yoona hanya bisa mendesah


pasrah. Belakangan siwon
memang menjadi sulit ia
temui. Siwon lebih banyak
menghabiskan waktunya
diluar kantor dan tak
melibatkan dirinya.

Terasa aneh sebenarnya.


Mengingat posisi yoona
sebagai asisten siwon, tapi ia
justru tak lagi dilibatkan
dengan semua pekerjaan yg
ditangani siwon.

Ketika hendak mendatangi


ruangan minho, yoona
berjalan sedikit terhuyung
karna mendadak mengalami
pusing dikepalanya.

Tubuhnya menjadi lemas dan


wajahnya memucat. Ia
kemudian mencoba meraih
pegangan ketika
keseimbangan tubuhnya kian
tak stabil. “noona..noona..”

Minho yg tak sengaja melihat


dan menyadari keanehan pada
yoona segera menggapainya.

“noona..gwechana?”

“Oh Minho..”

“astaga noona.. Apa kau


sakit?”

Sesaat minho berniat


merangkulnya, namun urung
ketika melihat siwon
mendekat dan menatap penuh
kekhawatiran kearah yoona.

“Ya Tuhan.. Ada apa


dengannya” “entahlah
hyung..kurasa noona sakit”

“tidak.. Aku hanya..”

Dengan suara lemah ia masih


mencoba menyangkal, namun
siwon langsung mengangkat
tubuhnya,membawanya
masuk kedalam ruangan yg
terdekat yg adalah ruang
kerja minho. kemudian
membaringkan tubuhnya
disalah satu sofa yg ada
disana.

“astaga Yoona..apa
yg terjadi? Belum apa-apa
tapi dia sudah
membahayakanmu”

“siwon..apa maksudmu?”

Siwon meremas rambutnya


frustasi.

“dia..bayi itu pasti yg


membuatmu seperti ini.Dia
membahayakanmu yoona..Ya
Tuhan”

Minho terkejut dengan apa yg


baru didengarnya, sedangkan
yoona berdecak kesal atas
pemikiran yg berlebihan dari
siwon.

Astaga…

Kenapa dia selalu


berpikir dengan
berlebihan dan hanya
mengambil kemungkinan
yang terburuk?
Batinnya
menggelenggelengkan
kepalanya. Yoona setuju
dengan hal itu.

“Siwon.. Ini tak seperti apa


yg kau bayangkan?”

“kau pikir apa yang sedang


ku bayangkan? Tidak.. Aku
tak sedang membayangkan
apapun, tapi aku sedang
melihat kenyataan didepan
mataku. Kau pucat dan
hampir saja pingsan.
Tidakkah kau pikir apa yang
akan terjadi jika tak ada yg
menemukanmu?”

Oh..
Apakah siwon nya telah
kembali? Posesif dan
berlebih-lebihan padanya..

“Siwon.. Hal ini memang


wajar terjadi”

“wajar? Jadi hal


membahayakan tadi kau
bilang wajar? Astaga.. Aku
tak tahu lagi apa yg harus
aku lakukan padamu..”

Oh yoona..
Kau sepertinya salah bicara.
Batinnya kembali
mengantisipasi reaksi apalagi
yg akan ditunjukan pria itu
dihadapannya.

“wanita hamil umumnya


mengalami hal yg kualami.
Mual, Pusing itu hal yang
biasa.. Kau mungkin tak
mengerti, tapi setidaknya kau
pernah mendengarnya
bukan?”

“Persetan Yoona, tidak!”

“Siwon..”

Tak perduli yoona


memanggilnya, siwon tetap
keluar dari ruangan minho,
meninggalkannya. “Noona..
Kau..”

“Kau sudah mendengarnya


bukan! Dan lihatlah betapa
berlebihannya kakakmu itu”

“Noona.. Astaga! Kau


hamil?” “ya..”

“dan hyung..?” “dia ketakutan dan

belum bisa menerimanya” jawab

yoona disertai senyuman masam.


“ya aku tahu itu.. Lantas
bagaimana dengan
pernikahannya? Kalian…”

“entahlah minho.. Aku sudah


menyerahkan semuanya pada
siwon. Dia bisa melanjutkan
rencana pernikahan kami
dengan bayi ini, atau…”

ada jeda cukup lama sebelum


akhirnya yoona dengan susah
payah mengucapkannya.

“kami akan berakhir..


Keputusan sepenuhnya ada
ditangan siwon”

“Oh Tuhan.. Tidak noona,


kau tak bisa melakukannya
seperti itu. Hyung harus
bertanggung jawab atas
kehamilanmu.. Aku akan
bicara dengannya”

Sebelum minho berhasil


melangkah, yoona lebih dulu
menahan lengannya.

“tidak perlu minho..”

“tapi noona..”

“jangan, aku tak ingin lagi


memaksanya”
“Sial! Mengapa dia harus
kakakku? Aku tak bisa
melihatmu semakin terluka
noona.. Bukankah itu berarti
benar.

Kami memang hanyalah


seorang perusak”

Ucap minho dengan nada yg


terdengar penuh kesakitan.

“Minho.. Berhenti berkata hal


bodoh seperti tadi. Atau aku
tak akan pernah mau bertemu
denganmu lagi!”

Minho membeku mendengar


nada mengancam dari yoona.
Dia kemudian meraih tubuh
yoona dan memeluknya.

“apa yang bisa kulakukan


untukmu noona? Kau tahu
aku menyayangimu dan aku
tak ingin melihatmu tersakiti
oleh hyung”

“tidak minho.. Kau tak perlu


melakukan apapun. Tidak..
Semua akan baik-baik saja.
Pasti akan baik-baik saja”
Yoona menekankan kata-kata
itu untuk dirinya sendiri.
Ingin agar ia menjadi yakin
dan sungguh, bersikap lemah
bukanlah cara yg tepat untuk
menghadapi siwon dengan
berbagai reaksinya yg
terkadang sulit untuk ditebak.
***

Seperti janjinya tadi, soojung


kini tengah berada dilobi
kantor siwon, menunggu
yoona turun dan kemudian
mereka akan bersama-sama
pergi kerumah sakit.

“Oenni..”

Yoona yg baru saja keluar


dari dalam lift diikuti minho
dibelakangnya, tersenyum
melihat soojung sudah
menunggunya.

“kau sudah lama disini?”

“tidak terlalu lama.. Sepuluh


atau lima belas menit kurasa”

“hm.. Baiklah, ayo kita jalan..


Dr.Kim sudah
menghubungiku tadi.
Minho..trimakasih atas
bantuanmu”

“ne.. Noona, pastikan kau


melakukan pemeriksaan
dengan benar”
Saat Minho dan yoona tengah
bercakap-cakap, soojung
tanpa sengaja melihat siwon.
Ingin rasanya ia menghampiri
dan memakinya dengan
katakata kasar, namun ia
urungkan setelah menyadari
tatapan siwon tertuju pada
kakaknya. Dalam dan penuh
kekhawatiran.

“Soojung ah.. Palliwa”

“euh..ne oenni..annyeong
minho oppa”

“berhati-hatilah”

***

Didepan gedung rumah sakit


soojung menghentikan laju
mobilnya.

“oenni turunlah dulu..aku


akan cari tempat parkir. Nanti
aku menyusul kedalam”

“ne..”

Yoona lantas membuka sabuk


pengamannya dan keluar dari
dalam mobil untuk kemudian
berjalan masuk kedalam,
sementara soojung menuju
basemant rumah sakit untuk
memarkir mobilnya.
Setelah berhasil memarkirkan
mobilnya, soojung tak
langsung keluar, ia
mengambil ponsel kemudian
menekan kontak atas nama
siwon untuk melakukan
pagilan.

“yoboseyo..”

pada dering kedua terlponnya


mendapat jawaban.

“Oppa.. Siwon oppa”

“ne soojung ah..waeyo?”

“Oppa.. Oppa ottokhae?


Oenni.. Yoona oenni..”

“Yoona! Ada apa dengan


yoona, soojung?”

“Oenni.. Oenni dirumah


sakit”

“rumah sakit? Ya Tuhan..apa


yg terjadi?”

dari nada suaranya Soojung


menyimpulkan siwon luar
biasa panik saat ini.
“kandungannya… oppa…”
Soojung memberikan nada
penuh kecemasan pada tiap
kata yg diucapkannya.
“Ya Tuhan.. Dimana kalian?
Aku kesana sekarang”

Sementara siwon diliputi


kepanikan. Soojung
tersenyum saat keluar dari
mobilnya, ia berjalan dengan
santai untuk menyusul yoona
yg sudah berada didalam.

“aku hanya ingin mengatakan


oenni memeriksakan
kandungannya.. Ah, dia
terlalu panik tadi.. Tapi nanti
Oppa harus berterimakasih
padaku..”

***

Siwon tak bisa untuk tidak


bersikap panik. Ia luar biasa
cemas hingga tak tahu lagi
apa yg bisa dilakukannya
kecuali datang secepatnya
untuk melihat keadaan yoona
dan apa yg terjadi dengan
kandungannya?

Oh…

Kandungannya?

Apa Dia mengkhawatirkan


nya? Tidak, tentu tidak.
Batinnya masih mencoba
menolak, Tapi nyatanya
Jawabannya adalah Ya…
Ada begitu banyak
kekhawatiran yang terlintas
dibenaknya tentang keadaan
yoona, bila mengingat nada
bicara soojung yang begitu
khawatir ditambah ia sendiri
melihat yoona hampir saja
pingsan dengan tubuh begitu
lemah dihadapannya.

Dan dari begitu banyaknya


kekhawatiran yang ia rasakan
untuk yoona, terselip juga
kekhawatiran lainnya. Siwon
mencoba menepis bahwa dia juga
memikirkan bayi yang ada dalam
kandungan yoona.

Tidak.. Tidak…

Dia tak mengkhawatirkan


nya. Lantas mengapa
kekhawatirannya menjadi
berlipat-lipat dari biasanya?
Pemikiran itu terus
berputarputar dikepalanya
seiring laju mobilnya yg
semakin kencang. ***

Ditemani Soojung, Yoona


tengah mengkonsultasikan
kehamilannya pada Dr.Kim.
Mengatakan keluhannya
menghadapi morning
sickness juga beberapa hal
lain, termasuk tidak
berseleranya ia terhadap
makanan.

“begini Ny.Choi anda


sebaiknya…”

“maaf dokter..tapi tolong


bisakah anda memanggil
dengan nama saya saja”

entah apa yg mendadak


membuatnya risih atau justru
tak yakin mendengar sang
dokter terus-terusan
memanggilnya Ny.Choi.

Ya Tuhan…

Ia tak yakin nama itu kelak


akan disandang olehnya, dan
Apakah Dr.Kim tak tahu dia
belum menikah? Terlebih pria
bermarga Choi yg
menyandangkan marga yang
sama diatas namanya
nyatanyata belum bisa
menerima kehadiran bayi
dalam perutnya.

“nde..?”

“panggil saja saya yoona,


karna sejujurnya saya belum
menikah dengan choi siwon”

Dr.Kim kini menyadari apa yang


menjadi alasan yoona terkejut dan
bahkan terguncang oleh kabar
kehamilannya sendiri.

“mianhaeyo.. Pada saat


Tn.Choi menghubungi saya,
dan mengatakan
membutuhkan bantuan, Saya
langsung menyimpulkan
bahwa anda adalah istrinya.
Maaf yoona ssi..”

Sebenarnya yoona merasa luar biasa


malu mengatakan yg sebenarnya.
Tapi apa boleh buat bila
kenyataannya ia memang belumlah
resmi menyandang predikat
Ny.Choi seperti yang selalu
disebutkan Dr.Kim padanya.

“tidak apa-apa Dr. Karna


oenni ku sebentar lagi
juga akan menikah dengan
Choi siwon oppa”
“soojung ah..”

“kau harus membiasakan


dirimu oenni.. tak lama lagi
kau akan menikah, dan
orang-orang juga akan
memanggilmu seperti itu”
Ucap soojung terdengar
sangat yakin. “bagaimana kau
begitu yakin aku akan
menikah?”
“Aigoo.. Bukankah
persiapannya sedang
berlangsung. Dan lagi oenni
sudah hamil sekarang. Tak
ada alasan untuk kalian
membatalkan pernikahan,
yang ada kurasa kalian harus
mempercepatnya, bukankah
begitu Dr.Kim?”

Sang dokter hanya tersenyum


menanggapi dan mengangguk
menyetujui apa yg dikatakan
soojung, sementara yoona
dibuat terheran dengan
keyakinan yang tiba-tiba
muncul pada diri sang adik
sedangkan dia tahu apa
masalahnya.

Yoona pasti tak menyadari


dibalik keyakinan kata-kata
soojung, sang adik justru
sedari tadi terus melirik
kearah pintu masuk ruangan
Dr.Kim, menunggu dan
berharap dengan cemas
Siwon akan datang dan
akhirnya menyadari apa
pilihannya. ***

Siwon telah sampai didepan


gedung rumah sakit yg
disebutkan oleh soojung.
Raut wajahnya penuh
kecemasan yg dia coba untuk
ditahan.

Keluar dari dalam mobil dan


membiarkan mobilnya berada
tepat didepan pintu masuk
gedung, Siwon mengabaikan
peringatan yg dikatakan
seorang security dan lantas
berlari masuk kedalam.

“dimana pasien atas nama


Yoona?”

***

“tapi oenni ku menjadi tidak


suka makan dokter”

Soojung memberikan
laporan pribadinya diselasela
pembicaraan Dr.Kim dan
yoona.

“aku makan jika aku ingin


soojung ah.. Tapi belakangan
aku memang tak bernafsu
untuk menyentuh makanan
dokter”

“saya sudah sering mendengar


keluhan seperti itu dari banyak
wanita hamil yang baru memasuki
trimester pertama kehamilan. Kita
bisa mencari alternatif lain untuk
mencukupi nutrisi untuk janin
dalam rahim anda, yoona ssi..Jika
tidak,seperti yang kau katakan
tadi, bukan hanya tubuhmu yg
akan menjadi lemah tapi juga
janin dalam kandunganmu”

“Yoona oenni juga tak mau


meminum susu dokter”

Dr.Kim kembali tersenyum


mendengar laporan soojung
padanya.

“kalau begitu mari kita


lakukan USG untuk
mengetahui sejauh mana
perkembangan janinnya”

Soojung sangat antusias untuk


melihat titik kecil yg
diceritakan yoona padanya.

“Silahkan berbaring Yoona


ssi”

“ne..”

“oenni aku tak sabar melihat


titik kecil itu”

“ne.. Aku juga


merindukannya” Ditengah
Dr.Kim menyiapkan
peralatan untuk melakukan
USG, mereka mendengar
keributan seseorang dengan
suster wanita rumah sakit.
Soojung melirik pintu masuk
dan Ia justru tersenyum. Hal
ini telah ia perkirakan akan
terjadi.

Dan beberapa saat setelahnya


terdengar pintu ruangan yg
dipaksa untuk terbuka,
dengan seorang suster yg
menunduk menyesal.

“mianhae saya sudah


mencegahnya masuk, tapi
Tuan ini memaksa”

“Yoona!”

Wow…
Kau datang sangat cepat
oppa. Soojung menggumam
dalam hati sambil
memperhatikan siwon yg
masih mencoba mengatur
napasnya.

Siwon terengah-engah
membuat soojung sangat
yakin dia telah berlari
sepanjang menuju ruangan
Dr.Kim.

Hal itu makin membuat


soojung terkikik dalam hati.

“Yoona!”
Dr.Kim mengangguk
mengerti dan
mempersilahkan suster tadi
untuk pergi.

Sedangkan yoona yang sudah


membaringkan tubuhnya,
cukup terkejut mendengar
dan sangat mengenal suara
yang memanggilnya. Ia
kemudian mengubah posisi
tidurnya menjadi duduk, dan
tertegun mendapati siwon
berada tak jauh darinya.
berdiri diambang pintu
menatapnya. “Si won!”

“Ya Tuhan..”

Reaksi yang sangat tak


terduga olehnya. Siwon
dengan cepat
menghampirinya dan
memeluk tubuhnya erat.
Sangat erat.

“Siwon wae? Apa yg


terjadi?”

“Oh Tuhan..hanya Kau yang


tahu aku sangat takut tadi”
Bukannya menjawab
pertanyaannya, siwon justru
menggumam kan kalimat-
kalimat yang tak dimengerti
oleh yoona.
“Aku sudah berpikir hal
terburuk telah terjadi
padamu”

“Siwon.. Apa yang kau


bicarakan? Lihatlah aku
baikbaik saja”

“Soojung menelponku dan


mengatakan Kau berada
dirumah sakit dan
kandunganmu…”

Masih tersimpan
kekhawatiran ketika siwon
mengungkapkan hal itu.

“soojung?”

Yoona tak mengerti,


Soojung?
Oh..
Kapan adiknya itu menelpon
siwon? Sedangkan ia tahu
pasti sedari tadi soojung tak
beranjak dari sampingnya.

Ia kemudian melepaskan
pelukan siwon untuk menatap
penuh tanya pada sang adik.
“Soojung ah..apa yg sudah
kau lakukan?”

Siwon pun kini mengalihkan


pandangannya, membuat
soojung mendadak gugup
mendapati tatapan- tatapan yg
terarah padanya.

“aniyo..aku hanya
menghubungi siwon oppa,
dan memainkan sedikit peran
untuk membantu oppa”

Seketika siwon memutar


mata mendengarnya. Dia luar
biasa panik dan ternyata
soojung hanya
mempermainkan nya?

“apa maksudmu soojung ah?”

“Oppa.. Aku hanya akan


mengatakan oenni kerumah
sakit untuk memeriksakan
kandungannya, tapi oppa
langsung bereaksi berlebihan
dan menjadi panik kurasa”

“Astaga.. Kau pikir


bagaimana aku akan
bereaksi? Kau berkata dengan
nada panik penuh
kecemasan”

“jinja? Ah.. Kurasa bukannya


aku, tapi oppa lah yg cemas
tadi”

Mendengar apa yang soojung


katakan membuat yoona
kemudian memperhatikan
raut wajah siwon, dan
menemukan gurat-gurat
kecemasan itu disana.

“Si won”

Dengan kedua telapak


tangannya, yoona menangkup
wajah siwon, menjadikan
tatapan mata keduanya
bertemu dan sangat dekat.

“Hei.. Lihatlah aku, tak ada


yang perlu dikhawatirkan.
Kurasa tadi soojung telah
berbohong padamu”
“Yoona..”

“Aku baik-baik saja siwon”

“oenni ya.. Aku


melakukannya karna aku
ingin membantu siwon oppa
menentukan pilihannya”

Protes soojung sedikit kesal


kearah yoona.

“tapi kau membuatnya panik


soojung ah”

“itu memang perlu dilakukan


oenni.. Bagaimana oppa?
Sekarang oppa tahu kan apa
yang sebenarnya harus oppa
lakukan?”
Siwon terpaku oleh ucapan
soojung dan juga oleh tatapan
mata yoona yang begitu
intens kearahnya.

“ehmm.. Bisakah kita


meneruskannya?”

Perkataan Dr.Kim langsung


mengalihkan perhatian
ketiganya. Nampaknya sudah
terlalu lama mereka
mengabaikan Dr.Kim yang
hanya bisa diam tak mengerti
dengan apa yang mereka
bicarakan.

“mianhaeyo dokter.. ne, mari


kita teruskan
pemeriksaannya”

“iya dokter..lakukan USG


nya sekarang, aku tak sabar
melihat titik kecil dalam perut
Yoona oenni.. Oppa kau juga
ingin melihatnya kan?”

“aku akan menunggu diluar..”

“Siwon..”

Sebelum siwon sempat


menyingkir dari sampingnya,
yoona meraih dan menahan
lengannya.
“tetaplah disini.. Aku ingin
kau disini. Temani aku..”

genggaman tangan yoona


cukup erat dan membuat
siwon membeku oleh
permintaan nya.

“Tn.Choi, saya rasa anda juga


ingin melihatnya”

Siwon tak mengiyakan


namun juga tak menolak.
Yoona masih menahan
pergelangan tangannya. Ia
merasakan kehangatan yang
langsung merasuk kehatinya
dengan kehadiran siwon
disampingnya.

Dr.Kim tersenyum
melihatnya kemudian
mengarahkan alat USG
keperut yoona.

“oenni..oenni apa itu titik


kecil?”

Soojung menatap layar monitor


dengan warna dan gambar yg masih
belum jelas. Dr.Kim masih
berusaha mengarahkan alat USG
diatas perut yoona untuk
menemukan letaknya yang tepat

“dokter..itukah titik kecil


itu?”
Dr.Kim menekan salah satu
tombol untuk mencegah
gambar pada layar agar tak
bergerak-gerak.

“ne..titik kecil itu adalah


janinnya”

Seketika gambar pada layar monitor itu kembali


membuat siwon membeku.

Ya Tuhan…

Entah perasaan seperti apa


yang kini muncul dihatinya.
Tak pernah sekalipun dia
pernah merasakannya. Siwon
merasakan gengaman tangan
yoona mengerat, dia lantas
menoleh kearahnya dan pada
saat itu tatapan mata
keduanya bertemu.

“titik kecil itu calon bayi


kita..dia darah dagingmu
siwon”

Siwon tak tahu apa yg mesti


dikatakannya. Sedikit
penyesalan muncul dihatinya.

Ya Tuhan…

Tega sekali ia menyebut titik


kecil itu, darah dagingnya,
membahayakan untuk yoona.
“Yoona..dia..titik kecil
itu..darah dagingku? bayi
kita?”

Yoona tersenyum, ada


kelegaan yang ia rasakan.
Inikah titik awal untuk siwon
menerima titik kecilnya??

Tapi kemudian secepat ia merasa


menyesal telah menganggap titik
kecil itu membahayakan untuk yoona.
Secepat itu pula ketakutan menjalari
hati dan pikirannya.

Siwon mendadak mundur,


wajahnya memucat
menyadari titik kecil itu akan
bertumbuh menjadi bayi
dengan darah yg mengalir
kedalam tubuhnya adalah
darahnya.

Tidak, tidak…

Jiwa pengecutnya kembali


menang. Siwon tak bisa
menerima kehadiran seorang
bayi dalam hidupnya.

Tidak…

Membayangkan akan seperti


apa bayi itu tumbuh?
Dirinyakah? Atau menjadi
seperti ayahnya? Seseorang
yg menurutnya paling kejam
didunia ini.. Ia menggeleng
dengan cepat. Bayangan itu
terlalu mengerikan
untuknya.

“tidak yoona..tidak..”

Kelegaan itu terampas dari


dirinya, berganti kegetiran
setelah apa yg siwon ucapkan
padanya adalah sebuah
kalimat penolakan yg sama
terhadap kehamilannya, titik
kecilnya. “Si won”

“tidak yoona.. Aku tak


bisa…”

Siwon keluar dari ruangan


Dr.Kim dan seketika
menimbulkan ketercengangan
dari sang dokter juga soojung
yang langsung meneriakkan
kekesalannya.

“Yak Oppa.. Paboya! Apa yg


kau lakukan? Brengsek! Kau
bajingan!” Yoona merasakan
hatinya mencelos seketika.
Namun logikanya
mendorongnya untuk
bertindak dan melakukan
sesuatu.

“Si won! Si won..”


Ia bangkit dari tidurnya,
membenarkan pakaiannya
dan lantas berlari keluar
mengejar siwon.

“Oenni ya.. Oenni! Astaga


apa yg akan kau lakukan?”

Soojung mungkin tak


mengerti dan akan
menganggapnya bodoh
dengan terus mengejar siwon.
Namun Yoona merasa perlu
untuk menyadarkan siwon
dari trauma yg dideritanya.
Karna ia mencintainya.

“Siwon.. Siwon tunggu!


Berhenti, kumohon
berhenti..”

Siwon menghentikan langkahnya


menyadari derap langkah kaki yoona
yang terus mengikuti dibelakangnya.

“Jangan seperti ini..


Kumohon jangan seperti ini”

Memeluk tubuh siwon dari


belakang, yoona menyadari
airmatanya mulai menetes.

“Kau berlari ketakutan..


Khawatir dan menjadi panik
karna mendengar sesuatu
terjadi padaku. Tapi pada
akhirnya setelah kau
melihatku, mengapa kau
justru kembali berlari, bukan
untuk meraihku tapi kau
malah meninggalkanku”

kini yoona merasakan bahu


siwon menegang karna
ucapannya.

“kenapa kau bersikap seperti


ini?
Mengapa kau tega melakukan semua
ini padaku? Aku menyerahkan hati
dan tubuhku sepenuhnya hanya
untukmu. Tapi
kini, disaat aku sedang
mengandung darah dagingmu, buah cinta
kita.. Kau justru berniat mencampakkan
ku”

Siwon membalikkan
tubuhnya, menatap yoona
dengan tatapan sendu penuh
kepahitan.

“Ya Tuhan.. Aku tak pernah


ingin mencampakkanmu
yoona. Hanya saja.. aku tak
pernah berpikir ada seorang
bayi diantara kita”

“kau bisa mulai


memikirkannya.. Karna ini
nyata siwon, aku
mengandung anakmu!”
“lalu apa yg bisa kulakukan
untuknya?”

“kau bisa menjadi ayah yg


baik untuknya..seorang
ayah yg menyayanginya”

yakinkan dia yoona, Kau


hanya perlu meyakinkannya.
Batinnya menegaskan.

“tidak..tidak.. Aku tak bisa


menjadi ayah yg baik
untuknya” “ya.. Kau bisa
siwon!”

“tidak yoona!”

“astaga.. Jangan jadi


pengecut! Kau bahkan belum
mencobanya”

“tapi dia akan menjadi pria


sepertiku”

“apa salahnya menjadi


sepertimu? Kau bukanlah pria
yg buruk, karna itu aku
mencintaimu”

“tidak yoona.. Aku tahu, aku


sering menyakitimu..bayi itu
tidak bisa lahir jika nantinya
dia juga akan menyakitimu”
“Ya Tuhan.. Paboya! Belum
tentu dia seorang pria! Bayi
ini bisa saja terlahir sebagai
wanita seperti ku”

Siwon tertegun mendengar


kata-kata yoona. Jika benar apa
yg yoona katakan. Itu berarti
dia akan memiliki dua wanita
mengagumkan dalam hidupnya.
Yoona yang adalah wanita yg
dicintainya dan yang satunya
adalah darah dagingnya sendiri,
anaknya.

Pemikiran itu sedikit


memberikan angin segar
dihatinya namun ketakutan
akan tak bisanya dirinya
menjadi ayah yang baik
masih terus
menyelubunginya.

Yoona melihatnya. Ketakutan


itu masih tersirat dimatanya.

Jangan menyerah yoona..

Kau tak boleh kalah. Sedikit


lagi. Tinggal sedikit lagi
kau akan berhasil
meyakinkannya.. Batinnya
berusaha tegar dengan terus
memotifasi dirinya.
“Persetan yoona! Aku
bukanlah ayah yg baik
untuknya” Astaga..!

Membalik tubuhnya, siwon


mulai melangkah
meninggalkan yoona yang
masih bersusah payah
mencoba menerima
ucapannya. Tapi tidak…

“Si won..”

yoona tak bisa menerimanya.


Ia berjalan cepat mengejar
siwon.Tapi sayangnya ia tak
menyadari lantai yg ia pijak
ternyata licin setelah petugas
kebersihan selesai
membersihkannya.

Akibatnya ia terpeleset,
tubuhnya terjatuh dan
seketika rasa nyeri ia rasakan
pada perutnya. “awhh..”

Mengabaikan nyeri
diperutnya, ia lebih merasa
ngeri melihat darah yang
mengalir dari
selangkangannya. Tidak…
Titik kecilnya…

Ia tak mau kehilangannya…

“awhh.. Si won..”
“Oh Tuhan.. Maafkan saya
Ny.. saya tak tahu anda akan
melewatinya”

Yoona hanya bisa meringis


menahan sakit mendengar
permintaan maaf seorang petugas
kebersihan kepadanya.
Pandangannya mulai mengabur
seiring suara langkah kaki yang
berlari mendekat
menghampirinya…

“Yoona! Yoona! Sayang.. Ya Tuhan…!”

Yoona sudah tak sadarkan


diri ketika siwon membopong
tubuhnya, membawanya
kembali masuk keruangan
Dr.Kim.

Dalam alam bawah sadarnya,


ia terus memohon agar titik
kecilnya baik-baik saja.

“Oenni ya.. Oenni, apa yg


terjadi? Oppa ada apa dengan
oenni?”

Soojung langsung panik


menyadari siwon membawa
tubuh yoona yang dalam
keadaan tak sadarkan diri.

“dokter.. Tolonglah!”
Siwon langsung
membaringkan tubuh yoona
agar dokter segera
menanganinya.

“apa yang terjadi Tn.Choi?”

“Dia terjatuh tadi”

ucap siwon penuh


penyesalan, membuat
soojung seketika menatapnya
dengan kemarahan.
Kakaknya pasti terjatuh saat
berusaha mengejar siwon
tadi, begitu yang ada
dipikannya.

“yak.. Oppa apa yg kau


lakukan pada oenni? Kenapa
oenni bisa sampai terjatuh?”

Siwon menyadari semua ini


salahnya. Yoona terjatuh
karenanya.

“aku tak tahu akan jadi


seperti ini soojung
ah,mianhae”

“maaf Tn.sebaiknya anda


berdua menunggu diluar”

Sela sang dokter pada


Soojung dan siwon.
“saya harus tetap disini
dokter”

“aku juga dokter..aku harus


memastikan oenni ku
baikbaik saja”

“Tolonglah.. Saya tahu anda


khawatir, tapi ijinkan saya
menanganinya, saya akan
lakukan yg terbaik untuknya”

mau tak mau, keduanya


akhirnya menuruti perkataan
Dr.Kim.

“Oenni.. Oenni.. Hikss”

Soojung mulai terisak


didepan pintu ruangan
Dr.Kim. Sementara siwon
hanya diam dengan perasaan
menyesal yang berkecamuk
semakin dalam dihatinya.

“Oppa..apa yg kau lakukan


pada Yoona oenni? Kau
jahat! Kau keterlaluan oppa..

Oenni ya..hikss Oppa jahat!


Kau jahat!”

Masih dengan isakan


tangisnya soojung
mengepalkan tangannya,
memukul-mukul dada siwon
untuk menyalurkan
emosinya. Siwon tak
berontak ataupun berusaha
untuk menenangkan soojung
karna dia sendiri juga tak
tenang saat ini.

Yang ia lakukan hanyalah


menggumamkan kata maaf
dengan tatapan nanar kearah
soojung.

***
Tigapuluh menit berlalu ketika Dr.Kim
akhirnya keluar dari ruangannya dan
langsung diberondong oleh pertanyaan-
pertanyaan bernada memaksa dari siwon
maupun soojung, agar sang dokter
secepatnya memberikan jawaban dan
kepastian tentang kondisi yoona saat ini.

“Tenanglah.. Semuanya
baik.. kakak anda soojung
ssi, dan calon istri anda
Tn.Choi hanya mengalami
sedikit pendarahan,
selebihnya tidak ada yang
perlu dikhawatirkan”

“benarkah?”

Siwon menarik napas lega


dan mencoba memastikan ia
tak salah dalam pendengaran.

“ne..tapi lain kali saya harap


untuk berhati-hati,
kehamilannya masih sangat
muda jadi rentan untuk terjadi
sesuatu”

“Oh Tuhan.. Syukurlah,


Trimakasih dokter”

“dokter bisakah aku melihat


keadaan Yoona oenni”

Soojung tak sabar untuk


memastikan sendiri keadaan
sang kakak. “Silahkan..tapi
kakak anda sedang istirahat,
sepertinya dia kelelahan,
suster akan memindahkannya
keruang perawatan jadi
sebaiknya anda menunggu
disana”

***

“Oppa..sebaiknya kau pulang


saja, biar aku yang menjaga
oenni”

“tidak soojung, kau tahu aku


takkan bisa meninggalkan
nya”

Soojung hanya bisa


menghembuskan napas pelan,
sambil membaringkan
tubuhnya diatas sofa single
yang ada diruang VIP
perawatan yoona.
Sebelum akhirnya tertidur ia
sempat memperhatikan bagaimana
siwon yang begitu
mengkhawatirkan kakaknya,
meskipun Dr.Kim sudah
menjelaskan bahwa yoona
baikbaik saja namun hal itu tak
serta merta menghilangkan gurat
kekhawatiran dari wajahnya.

Ia heran, mengapa dua orang


yang sudah saling mencintai
justru memiliki sesuatu hal
yang rumit untuk
dipersatukan.

“Sayang..bangunlah..”

Siwon tak henti mengusap-usap


tangan yoona yang terasa dingin,
mencoba untuk menghangatkannya
dan sesekali menempatkan
diwajahnya.

“maafkan aku, aku tak


bermaksud membuatmu
seperti ini…”

Lama kelamaan Siwon mulai merasakan jemari yoona


bergerak memberikan respon padanya.

“sayang..kau sadar? Yoona..”

Mengerjapkan kedua matanya, yoona kemudian menggumam pelan.


“Si won..”
“iya sayang..ini aku, Ya
Tuhan..trimakasih kau telah
sadar. Aku sangat khawatir.
Aku belum pernah melihatmu
selemah ini”

Siwon mengecupi punggung


tangan yoona, merasakan
kelegaan yang luar biasa
dihatinya.

“titik kecilku..Ya Tuhan,


bagaimana dengan titik
kecilku?”

Yoona meraba perutnya mencoba


merasakan kehadiran titik kecil yang
berada didalam perutnya.

“Yoona..tenanglah, dia masih


ada disana sayang, titik kecil
itu masih bertahan, dia sama
kuatnya sepertimu”

Siwon ikut meletakkan


tangannya diatas perut yoona.

“benarkah? Aku masih


memilikinya?
Titik kecilku..”

“ya sayang..iya”

Yoona meneteskan
airmatanya, lega karna
sebelumnya ia sempat
ketakutan akan kehilangan
titik kecilnya.

“maafkan aku, aku tak


bermaksud membuatmu
seperti ini.. Aku begitu
ketakutan tak akan bisa
berperan sebagai ayah yang
baik untuk bayi kita. Tapi
sebesar apapun ketakutan
itu.. Ya Tuhan, berpikir
bahwa aku mungkin
kehilanganmu rasanya jauh
lebih menakutkan, yoona.
Mianhae..maafkan aku
sayang”

Yoona tertegun mendengar


ucapan siwon. Hatinya
kembali merasakan
kehangatan oleh katakatanya.
Batinnya sudah mulai
mengantisipasi uforia yang
mungkin sebentar lagi akan
diterimanya.

Apakah pria ini ingin


mengatakan menerima titik
kecilnya?

“Siwon..apa itu berarti kau


menerimanya? Menerima
titik kecil ini, bayi kita?”

Siwon menatap sendu


kedalam matanya dan
menggenggamkan tangannya
diatas tangan yoona.

“menurutmu aku akan bisa


melakukannya? Menjadi
ayah yang baik untuk
nya?”

“ya..tentu saja. Kau pria yang


baik siwon.. Jangan menutup
dirimu seolah-olah kau pria
brengsek didunia ini”

Yoona balas menatapnya


penuh keyakinan. Ia tak ingin
siwon kembali mengambil
langkah mundur saat ini.

“Aku takut.. Aku bukanlah pria


baik. Aku takut nantinya
takkan bisa menjadi ayah yang
baik untuknya. Aku takut akan
melakukan hal yang sama
seperti yang ayahku lakukan,
aku menjadi sangat takut ketika
memikirkannya. Aku takut
akan menyakitinya Yoona..aku
sangat takut”

Yoona bisa merasakan


tatapan sendu itu kini berubah
menjadi tatapan penuh
kepahitan dan rasa sakit
didalamnya.

Trauma dan Kesakitan


dimasa lalu masih membekas
dan menghantui siwon
sampai sekarang. Yoona tak
ingin melihatnya seperti ini.
Melihat pria yg dicintainya
terus- terusan terkungkung
kedalam masalalu nya yang
kelam.

“Dengarkan aku.. Bayi kita akan


lahir sebagai bayi yang suci yang
belum mengerti apa-apa. Dia
takkan terlahir dengan membawa
masalalumu. Dia diibaratkan
kertas putih yang masih polos.
Kita yang akan mengisinya,
menuliskan tinta kebahagiaan
keatasnya. Kau tak perlu takut.
Kau tidak seperti ayahmu. Kau tak
akan bertindak kejam kepada bayi
kita ataupun padaku. Kita akan
bersama-sama memberikan
kebahagian padanya. Kau pria
yang baik siwon.. Titik kecil ini,
bayi kita, Dia akan bahagia karna
memiliki ayah sepertimu, terlahir
sebagai anakmu, darah dagingmu.
Dia akan bahagia, Percayalah
padaku..”

Siwon tertegun mendengar


kalimat yg diucapkan yoona.

Tangannya kian
menggenggam erat tangan
yoona.
“Kau percaya padaku kan?”

“Ya Tuhan.. Iya Yoona. Iya,


aku percaya padamu. Aku
selalu mempercayaimu. Tak
ada yg lebih kupercaya selain
dirimu. Aku akan
melakukannya, menjadi ayah
yang baik untuknya”

Siwon menarik tubuh yoona kedalam


pelukannya, dan disaat itu yoona tak
dapat menahan lagi airmatanya.
Airmata keharuan juga kebahagiaannya
yang bercampur menjadi satu. ***

Pada akhirnya pernikahan


itu… Yang telah dirancang
oleh keduanya akhirnya akan
segera dilaksanakan.

Yoona telah bersiap


mengenakan gaun
pengantinnya yg berwarna
putih, dengan panjangnya yg
menyapu lantai. Wajahnya
yang sudah mendapat sapuan
make up kian berseri seiring
senyum yg terus
menghiasinya. Ia benar-benar
tak dapat menutupi
kebahagiaan yang
membuncah dalam hatinya
saat ini.

“Oenni ya… Ya Tuhan.. kau sangat cantik..”


Soojung menghampirinya dengan sebuah pujian dan senyum yang
mengembang dibibir nya. “Aku berbahagia untukmu oenni.. kuharap
kebahagiaanmu takkan berhenti sampai disini.. Tuhan memberkati
pernikahan kalian..”

“Trimakasih sayang… Tuhan pasti mendengar doa mu..”

Hanya satu yang kemuduan ia


rasakan sedikit mengganjal, yaitu
ketidak hadiran orangtuanya
disisinya. Tak ada ibu yang
semestinya bisa menenangkan rasa
gugupnya saat ini. Tak ada ayah
yang akan mengantarnya menuju
altar pernikahan dan
menyerahkannya kepada calon
suaminya.

Tapi keyakinan batinnya menguatkannya.


Ayahnya, Ibu kandungnya, Maupun Ibu
Soojung yang adalah ibu tirinya yang juga
telah membesarkannya dan telah ia anggap
sebagai ibu kandungnya, pasti sekarang sedang
tersenyum melihatnya menjadi seorang
pengantin. berbalut gaun yang indah dan sangat
cantik.

Dan yang pasti ia akan menikah dengan satu-satunya pria yang


dicintainya. Yang telah ia perjuangkan cintanya dengan berbagai
sakit, kepiluan yang sempat ia rasakan.

“Sayang, apa Kau siap?”

Yoona menoleh ketika siwon berdiri


disampingnya, mengenakan tuxedo
yang membuatnya semakin tampan.
Siwon memberikan lengannya agar yoona bisa
melingkarkan tangannya.

Keduanya akan berjalan


kealtar bersama-sama untuk
melakukan pemberkatan dan
mengucap janji suci
pernikahan.

“ne.. Aku sudah siap”

tersenyum, siwon lantas


menggapit tangan yoona
untuk kemudian berjalan
menuju altar.

Di tempat pemberkatan yang


hanya dihadiri keluarga
mereka, dan beberapa rekan
bisnis yang diundang siwon.
suasananya menjadi cukup
khidmat ketika janji itu mulai
terucap dari keduanya.

Sang pendeta sebelumnya


telah membacakan beberapa
ayat Tuhan dan pada
akhirnya memberkati
pernikahan mereka.

Dan sorak sorai itupun mulai


terdengar saat kedua
pengantin akan melakukan
ciuman pertama mereka
sebagai pasangan suami istri.
Diantaranya yang paling
bersemangat tentu saja
saudarasaudara mereka. Sooyung
yang bersama Kyuhyun, Minho,
Sulli, dan Soojung lah yang sedikit
banyak tahu permasalahan mereka
sebelum akhirnya berada disituasi
penuh kebahagiaan seperti sekarang
ini.

“Saranghaeyo Yoona..”

“Nado saranghae Siwon..”

Perlahan yoona memejamkan


matanya ketika dengan lembut
bibir siwon menyentuh bibirnya,
yang menyebabkan sensasi
hangat yg merasuk dalam
hatinya.

‘Kau bukan ayahmu, dan aku


tak serapuh ibumu.. Jangan
pernah berpikir kita akan
berakhir seperti keluargamu.
Tapi sebaliknya..
Bersamasama kita akan
mewujudkan keluarga yang
bahagia dan penuh cinta
bersama anakanak kita
nantinya’

Itulah satu hal yg terus yoona


yakinkan pada siwon
Baginya.. Usaha tanpa
keyakinan adalah sia-sia. Dan
Keyakinan tanpa usaha
adalah omong kosong.

Yoona telah
membuktikannya, Ia
meyakini cintanya dan
juga berusaha
mewujudkan keyakinan
cintanya pada siwon. Kini
ia telah mendapatkannya.
Keyakinan dan usaha
untuk mendapatkannya
telah berbuah
kebahagiaan yg akan
terus ia pertahankan
selamanya~~

*** Sepasang tubuh itu masih


menyatu dalam pelukan yang
menghangatkan. Yang entah
sejak kapan seiring bibir
keduanya yang juga tengah
bertaut dalam sebuah ciuman,
kehangatan itu berubah menjadi
gairah panas yang membakar.
Benar-benar akan membakar
andai salah satu diantara
keduanya tidak dengan tiba-tiba
mendorong dada pasangannya
seperti yang dilakukannya saat
ini. Yang membuat panasnya
gairah yang sedang melingkupi
keduanya dipaksa untuk mereda
saat itu juga.
“Oh.. Keterlaluan. Kau bisa
membunuhku!”

“tak ada seorangpun istri


yang terbunuh hanya karna
ciuman dari suaminya
sayang..”

“mungkin akan ada jika aku


tadi tak menghentikanmu
Siwon..”

“Oh ayolah sayang..”

Yoona langsung turun dari


atas ranjangnya begitu siwon
mencoba kembali meraih
tubuhnya.

Astaga…
Apa pria ini tak akan bosan
untuk mempermainkan
bibirnya…?

Ini sudah beberapa bulan


setelah pemberkatan
pernikahan keduanya.
Kandungannya pun kian
membesar diusianya yang
memasuki bulan ke enam.
Tapi siwon, suaminya itu
sepertinya sama sekali tak
terganggu dengan perubahan
fisik yang menyertainya.
Siwon bahkan masih selalu
menunjukkan ketertarikan
dan berbagai puja-puji pada
tubuhnya yang bisa membuat
gairah yoona serta merta naik
dan berujung mengikuti
permainan suaminya.

Tapi tidak saat ini. Tidak


dipagi buta seperti
sekarang. Dan tidak
setelah semalam mereka
bahkan telah
melakukannya. Ia tentu
masih merasa lelah
bukan?

“Kau harus bersiap siwon..


Tidakkah kau bekerja hari
ini?”

“kau lupa siapa pemilik


perusahaan itu”

Siwon mendekati yoona yang


tengah berdiri didepan lemari,
hendak menyiapkan pakaian
kerja untuknya.

Dengan cepat siwon


menghentikan dengan
memberinya pelukan dari
belakang.

“aku merasa tak bersemangat


bekerja setelah kau tak lagi
menjadi asistenku”
“jadi kau ingin aku kembali
menjadi asistenmu?”

“tidak.. tidak.. Kau tak lupa


kan aku sudah memecatmu!”

“Ishh.. Jadi apa maumu


sekarang?”

“Kau sayang.. Haruskah aku


mengatakannya tiap kali aku
menginginkanmu?
Sedangkan kau tahu aku tak
pernah berhenti untuk
menginginkanmu Yoona”
“Siwon..”

Siwon terkekeh, ia tahu


yoona sedang tersipu dengan
rona kemerahan diwajahnya.

“Ya Tuhan.. Kau benar-benar


menjadi ekstasi buatku
yoona..”

Secara tiba-tiba siwon


membalik tubuh yoona,
menekan tengkuknya dan
memagut bibir yang semerah
tomat miliknya, menyesap
semua rasa dari dalamnya.

“aku mencintaimu sayang..”

Sebelum meninggalkan
yoona untuk masuk kekamar
mandi, siwon terlebih dulu
membelai pipi yoona,
membisikkan kata-kata cinta
yang membuat sekujur tubuh
yoona merinding karna suka
cita.

Oh…
Istri mana yang takkan
bahagia dan rela
menyerahkan apapun yang
dipunyanya untuk sang suami
bila dirinya diperlakukan
dengan sedemikian berharga.

Yoona merasakan semua itu.


Keyakinan akan cinta nya
pada siwon juga cinta siwon
untuknya, telah membawanya
menjalani rumah tangga yang
ia rasakan begitu
membahagiakan seperti
sekarang ini.

“sayang.. Bisa tolong


ambilkan handukku”

Yoona tersadar dari lamunan


singkatnya. Dan tersenyum
karna sampai detik ini ia
masih saja tersipu tiap kali
siwon menghujaninya dengan
pernyataan cinta.

Ya.. Kau benar-benar


terlihat seperti remaja yg
sedang dimabuk cinta
yoona.

Batinnya terkadang heran


dengan reaksi yang
dimunculkannya.

“sayang.. Kau
mendengarku?”

“nde? Bukankah ada banyak


handuk didalam sana?”

“Iya.. Tapi aku bosan dengan


warnanya. Bisakah kau
ambilkan satu yg baru
untukku?”

Oh…
Benar-benar aneh. Haruskah
sebuah warna handuk
menjadi masalah? Batinnya
mengetukngetukkan kaki
dan menyipitkan mata
seolah sedang berpikir.

“tunggulah.. Akan aku


ambilkan untukmu”

Yoona menuju pintu


kamarnya. Meminta seorang
pelayan mengambilkan
sebuah handuk untuknya.
Hinggq tak berapa lama ia
kembali dengan sebuah
handuk berwarna krem susu
ditangannya.
“Siwon.. Ini handukmu.
Kurasa warnanya tak akan
jauh berbeda dengan semua
handuk putih didalam sana”
“kau sudah membawanya?”

“Ya.. Buka pintunya dan akan


aku ulurkan untukmu”

“baiklah sayang, tunggu


sebentar..”

Siwon membuka sedikit


pintu kamar mandi,
memberi celah untuk yoona
mengulurkan tangannya.
“Yap.. Kena kau!”

seperti sudah ia rencanakan


sebelumnya, begitu tangan
yoona terulur siwon langsung
menariknya masuk kedalam
kamar mandi bersamanya.
Owh… Ya ampun…
Seharusnya kau sudah tahu
apa yg direncanakannya
yoona. Batinnya mendesah
pelan seakan tahu apa yang
akan terjadi nantinya.

“yakk.. Siwon! Kau


menjebakku..”

“untuk apa aku menjebakmu


sayang.. Seorang suami
takkan melakukan hal seperti
itu pada istrinya”

Yoona memukul pelan dada


siwon, menyerah dengan apa
yang dilakukan suaminya.

“aku hanya ingin


memanfaatkan setiap waktu
yang kita miliki sayang..”

“setiap waktu yang kumiliki


adalah milikmu siwon. Kau
tak perlu khawatir akan
kehilangan waktumu
bersamaku”

“jadi apa kau setuju jika aku


tak kekantor hari ini?”

Yoona menyipitkan mata


mendengar pertanyaan itu.
Jadi apa yg sebenarnya ada
dalam kepalamu Choi
Siwon??

***

Selesai meladeni sang suami


dikamar mandi, kini yoona
berganti membantu siwon
bersiap untuk ke kantor.

Sebagai mantan asisten yang


kini telah berstatus sebagai
istri siwon, yoona sudah
sangat tahu apa saja yang
dibutuhkan sang suami saat
berada dikantor.

Di awal menyandang status


sebagai seorang istri dari pria
sekelas choi siwon, yoona
cukup merasa gerah dengan
omongan orang-orang yang
seolah paling tahu apa yang
terjadi.

Bukan hal yang baik tentu..


melainkan cibiran-cibiran
yang mampu membuat
telinganya panas. Jika bukan
karna ia masih waras dan
berpikir ia harus bisa menjaga
nama baik dan martabatnya
sebagai seorang istri, yoona
mungkin saja akan
melakukan hal-hal anarkis
demi menjaga harga dirinya.

Harga diri macam apa?


Bukankah ia dalam keadaan
hamil diluar nikah?

Well… itu memang benar. Ia


mungkin pantas disebut wanita
hina. Tapi bisakah orang-orang
tidak menghakiminya. Mereka
tak tahu apa yang ada
dibaliknya juga apa yang
dirasakannya.
“Sayang.. Benar kau akan
membiarkanku pergi
kekantor?” “hmm..”

“takkan mencegahku untuk


tinggal?”

Siwon merajuk merangkul


yoona. Satu hal baru yang
yoona ketahui setelah
menikahi siwon adalah masih
seringnya siwon merajuk
seperti anak kecil yang
meminta sesuatu pada ibunya.

Astaga.. Pria ini. Suaminya.


Pria penakut keras kepala
yang selalu bersikap posesif
padanya, protectif yang
cenderung berlebihan
menurutnya, ternyata
memiliki sesuatu hal lain
yang tersembunyi dibalik
sifat yang tadi disebutkannya.

Awalnya ia merasa heran.


Namun

Yoona juga merasa cukup


senang

siwon berlaku seperti itu


terhadapnya. Tapi tidak jika
siwon melakukan hal itu pada
wanita lain. Sudah cukup ia
menerima siwon dengan
masalalunya yang seringkali
berganti wanita.

Kini pria itu miliknya.


Suaminya. Hanya ia lah satu-
satunya wanita yang akan
selalu ada dalam pikiran dan
hati suaminya. Tak boleh lagi
ada wanita lain selain saudara
siwon dalam kehidupannya.

Jika sudah membicarakan


siwon. Batinnya bisa
terkesima heran. Mungkin
sifat posesif pria itu telah
menular dan menjangkit
dalam diri yoona. Tidak
sadarkah ia?

Kembali pada sikap siwon yang


sering merajuk padanya, Ia
paham masalalu yang cukup sulit
yabg pernah dijalani siwon tak
memberinya kesempatan lebih
untuk melakukan hal demikian
diwaktu kecilnya. Keadaan telah
memaksanya untuk bersikap
waspada terhadap apapun yg bisa
kembali menyakitinya dan juga
saudaranya.

Tapi kini setelah menikahi


yoona, siwon bisa melakukan
apapun, termasuk bersikap
seperti seorang anak kecil
didepan yoona. Tak ada lagi
batasan antara keduanya.

“sayang kau mendengarku?


Kau takkan mencegahku
pergi?”

“aku ingin, tapi aku takkan


melakukannya”

Yoona bergeming dengan


permintaan siwon. Akibat
ulahnya pagi ini, yoona sudah
bisa memastikan siwon akan
datang terlambat kekantor,
untuk itu ia berusaha cepat
membuat siwon bersiap
dengan menarik siwon keluar
dari kamar dan membawa
serta tas kerja yang selalu
dibawanya.

“kenapa kau tak


melakukannya?”

“aku tak mau perusahaan


kakek bangkrut setelah
diwariskan padamu, terlebih
setelah kau menikah
denganku. Apa yg akan
dipikirkan kakek terhadapku.
Bisa-bisa kakek ikut
termakan omongan orang-
orang diluar sana yang
mengatakan aku sengaja
menjebakmu kedalam
pernikahan dan kemudian
menggerogoti harta kekayaan
mu. Padahalkan
kenyataannya kaulah yang
lebih sering menjebakku”
Siwon tergelak oleh
penuturan yoona.

“astaga.. itu takkan terjadi


sayang.. Tidak pergi kekantor
sehari tak akan
membangkrutkan perusahaan
ku. Lagi pula ada sooyoung
yang bisa kuandalkan”

Yoona menyipitkan mata


mendengarnya.

“itu alasan yang sama yang


selalu kau katakan suamiku.
Anio.. Kau tetap harus pergi.
Cepatlah kau sudah
terlambat..”

“aku bisa datang semauku


yoon. Tak akan ada yang
memecatku sekalipun aku
melakukannya setiap hari”
“itu bukan contoh yang baik
bagi karyawanmu.. Dan jika
kau melakukannya terus,
akulah yang akan
memecatmu sebagai suamiku.
Mana ada wanita yang mau
mempunyai suami pemalas
sepertimu”
Siwon kembali tergelak
dalam tawa karna ucapan
yoona.

“ancamanmu sungguh
menakutkan sayang.. Baiklah
aku akan berangkat, kau tetap
dirumah dan jangan
melakukan hal yabg
membuatmu lelah” Ucap
siwon penuh dengan nada
protectif yang sama.
Setelahnya ia memberikan
kecupan diberbagai bagian
wajahnya. Tak lupa pelukan
erat pada tubuhnya yang
seolah mengatakan dirinya
tak ingin sedetikpun
berjauhan dari yoona.

“aku pergi ya..”

“siwon..”

“hmm..”

“kau melupakan sesuatu..”


siwon mengerutkan kening,
nampak berpikir.

“kau tak berpamitan


padanya..”

air muka siwon berubah


seketika saat melihat yoona
mengelus perutnya. Yoona
sadar akan itu. Ia tahu siwon
selalu tampak menegang tiap
kali ia membicarakan anak
dalam perutnya. Titik
kecilnya yang semakin
bertumbuh dalam rahimnya,
mungkin siwon masih
menyimpan ketakutan dalam
dirinya tapi ia yakin
suaminya itu juga tengah
berusaha untuk menerima
kehadiran seorang anak
dalam kehidupan mereka
nantinya…

Siwon masih berdiri kaku


disana dengan tatapan mata
mengeras melihat yoona yang
masih terus mengusap
perlahan bagian perutnya.

“siwon.. Kau tak ingin


berpamitan padanya? Kenapa
aku harus selalu
mengingatkanmu”

Yoona langsung saja menarik


tangan siwon, kemudian
meletakkannya diatas
perutnya. Menggerakkan nya
Seolah siwon sendirilah yang
tengah mengusap perutnya.

“kau tak akan mengatakan


sesuatu?”
“aku..? Apa yg harus aku
katakan padanya?”

“apapun.. Kau bisa


mengatakan apa saja
padanya”

tegang, kebingungan, siwon


bahkan berkeringat hanya
karna hal itu.

Bagaimana bisa dia bereaksi


berlebihan seperti itu?

Hei…
dia hanya seorang bayi. Janin
yang bahkan masih berada
dalam perut ibunya. Batinnya
berdecak heran sambil
menggelengkan kepalanya.

“siwon..”

“euh.. Ya.. Aku, aku akan


mengatakan sesuatu padanya”

Siwon menghembuskan napas


berlebihan. Membuat yoona
sebenarnya menahan geli atas
reaksi siwon kali ini.
Namun ia mencoba menahan
diri untuk lebih
mendengarkan apa yang akan
siwon katakan pada bayi
mereka.
“euh.. Titik kecil, Aku..
Aku..”

“Appa.. Kau harus mulai


mengajarinya memanggilmu
‘appa’ siwon”

“ap-pa?”

“ya.. Ap-pa”

Yoona tersenyum sambil


kembali mengusapkan tangan
siwon diatas perutnya.
Sementara siwon masih tak
bereaksi dan hanya menatap
intens kedalam mata yoona.

“siwon.. Ayo! Katakan apa


yg tadi ingin kau katakan
pada bayi kita”

“euh.. Aku, Oh maksudku..


Ap-pa.
Appa.. Akan pergi kekantor.
Titik kecil
Kau diam saja disana ya..”

Siwon buru-buru menarik


tangannya dari atas perut
yoona begitu ia selesai
mengatakan kalimat itu.
Kalimat yabg hampir-hampir
membuat yoona memukul
tangannya. Siwon seolah
takut bayi dalam perutnya
akan bereaksi setelah ia
mengatakan sesuatu padanya.

Astaga…

Betapa menjengkelkan dan


kaku nya sikap siwon ketika
berhadapan dengan bayi
mereka. Sangat berbeda
dengan sikapnya pada yoona.
Siwon bisa berlaku manis
bahkan terlewat romantis bila
sudah menggodanya.
Menghujaninya dengan
katakata indah yang seolah
tiada habisnya. Tapi
dihadapan bayi yang bahkan
masih berada dalam perutnya
siwon justru seperti
kehilangan kosa kata
bahasanya.

Dasar pria aneh…

Yoona mengumpat kecil


dalam hatinya. Kesabarannya
kembali diuji untuk
menghadapi pria itu.

“hmm.. Kurasa titik kecil


bukan lagi nama yang pas
untuknya. Kau lihatkan
perutku semakin besar dan
membuncit. Dia semakin
bertumbuh didalam sana. Kita
harus mulai memikirkan
nama yang cocok untuknya”

“baiklah.. Aku akan


memikirkan beberapa nama
perempuan untuknya”

“perempuan? Apa kau hanya


akan memikirkan nama
perempuan untuknya?”

“ya..”

“bagaimana jika dia seorang


laki-laki? kalau begitu biar
aku saja yang memilih nama
laki-laki untuknya”

Yoona nampak antusias oleh


idenya itu.

“Tidak yoona.. Dia takkan


terlahir sebagai seorang
lakilaki sepertiku. Bukankah
kau sendiri yang mengatakan
jika bayi kita bisa saja
seorang perempuan. Dan aku
percaya padamu. Bayi kita
pasti akan
terlahir sebagai seorang
perempuan. Perempuan
sepertimu”

Yoona membeku sekaligus


terperangah oleh kata-kata
siwon. Bagaimana mungkin
siwon berpikir dan mematri
kedalam ingatannya seperti
itu?
Bagaimana ini? Bagaimana
jika nanti bayinya adalah
seorang laki-laki? Apa dia
tidak akan menerimanya?

Batinya ikut berputar-putar


dalam kepanikan.

Well…
Yoona memang
mengatannya. Tapi bukan
seperti itu. Ia sama sekali tak
bermaksud menutup
kemungkinan bayi mereka
akan terlahir sebagai seorang
laki-laki. Ia hanya mencoba
membuka pikiran siwon dari
ketakutannya kala itu, dengan
mengatakan bayi mereka bisa
saja seorang perempuan
seperti dirinya.

Oh Tuhan..
Mengapa jadi seperti ini?
Mendadak ia merasakan
kecemasan merasuki hati dan
pikirannya.

“sayang.. Aku pergi ya..”

namun Kecupan siwon


dikeningnya mengalirkan
kehangatan yang langsung
menyerap kecemasan yang ia
rasakan hilang dari dalam
dirinya.

“ingat pesanku.. Jangan


membuat dirimu lelah dan
jangan pergi kemanapun
sendirian”

“euh siwon.. Sebenarnya aku


lupa mengatakan padamu.
Hari ini aku harus bertemu
Dr.Kim untuk melakukan
pemeriksaan”

Dalam hati yoona berharap


siwon akan menawarkan diri
untuk mengantarnya.

Sejak kejadian dirumah sakit


waktu itu, siwon belum lagi
menemaninya kerumah sakit
untuk sekedar melakukan
pemeriksaan kandungannya
yang rutin ia lakukan setiap
bulannya.

“benarkah? Kalau begitu


aku akan menugaskan
beberapa orang untuk
mengantarmu”

Yoona sudah menduga seperti inilah


yang akan siwon katakan. Memupus
semua keinginan hatinya tadi.
“tidak perlu.. Minho dan
soojung yang akan
menemaniku”

Siwon memutar matanya


begitu mendengar yoona
menyebut nama minho.
“minho?”

“ya.. Minho. Choi min ho”

“mengapa dia bisa tahu


jadwal priksamu?”

“entahlah.. Tapi kurasa


soojung yang mengatakan
padanya”

“Sial.. Jadi karna ini dia


mengundurkan diri dari
perusahaan? Untuk
mendekati istri ku”

Kini berganti yoona yg


memutar mata mendengar
ucapan bernada kecemburuan
dari siwon.

“tidak.. Kau tidak boleh pergi


dengannya”

“MWO.. Siwon! Apa


maksudmu?”

“Aku yg akan
mengantarmu..” ***
Yoona tengah bersiap
dikamarnya. Senang akhirnya
setelah terlebih dulu
menyelesaikan pekerjaan
dikantornya, siwon akan
mengantarnya menjalani
pemeriksaan rutin
kehamilannya.

“apa aku harus selalu


membuatnya cemburu
terlebih dulu agar dia mau
menemaniku?”

Yoona menggumam sambil


mencari pakaian yang akan
dikenakannya.

“Ny… Ada Tn.Minho


menunggu anda
diluar”

Seorang pelayan
memberitahu dari balik pintu
kamarnya.

“Astaga.. Aku lupa


membatalkan janji dengan
minho”

Yoona buru-buru
mengenakan pakaiannya,
menguncir rambutnya dan
memoleskan sedikit bedak
diwajahnya. Ia keluar dari
kamarnya setelah merasa
tampilannya cukup pas.
“Hai.. Minho”
“hai noona.. Sudah siap?”

“emm.. Sebenarnya aku ingin


membatalkan janji ku
denganmu” Minho
mengerutkan dahi
mendengarnya.

“waeyo noona?” “Siwon..


Dia yang akan mengantarku”
ada senyum dibibirnya
ketika ia mengatakan hal itu
pada minho.

“jadi noona membatalkan


janji denganku hanya karna
hyung?” Minho menampilkan
wajah kesal kehadapan
yoona.

“ya.. Apa kau marah?”

“tentu saja.. Apa noona tak


melihat bagaimana perubahan
mood ku?”

“aigoo.. Yang benar saja.


Aku lebih memilih suamiku
daripada adik iparku. Jadi kau
tak bisa marah padaku.
Lagipula apa kau tak punya
kegiatan lain?” “tidak..”
“kuliah?”

“tidak juga..”

“kau akan punya kegiatan


jika tetap berada dikantor
minho. Dan bukan berada
disini untuk mendekati
istriku”

Siwon masuk dan langsung


menyerang minho dengan
kata-katanya. Namun minho
malah terkikik dibuatnya.

“yak hyung.. Kau tak


berubah!”

“tak ada yang perlu kurubah


bukan!”

Siwon meletakkan tas


kerjanya kemudian
menghampiri yoona dan
memberikan kecupan
dibibirnya.

Hal itu tentu membuat yoona


merasa kikuk dan malu, karna
dilakukan dihadapan minho
tentu saja.

Astaga.. Siwon pastilah


sengaja melakukannya.
Untuk menunjukkan pada
adiknya itu akan
kepemilikannya atas diri
yoona.

Sedangkan yoona masih


merasa tak nyaman bila
menunjukkan keintiman nya
dengan siwon dihadapan
orang lain, sekalipun itu
adalah keluarganya. Tapi
berbeda dengan siwon.
Yoona bahkan sudah
menyebutnya pria tak tahu
malu karna seringnya siwon
mencoba menunjukkan
keintiman diantara keduanya
dengan cara menciumnya
secara tiba-tiba tak perduli
mereka sedang bertempat
dimana. Ditempat umum
sekalipun ia tak segan
melakukannya. Yoona
bahkan pernah sampai harus
menginjak kaki siwon hanya
untuk menghentikan aksinya.
Bila sudah seperti itu pelukan
posesiflah yang kemudian
diterima oleh yoona, yang
seakan memagarinya dan tak
membiarkan siapapun
meliriknya.

“sayang.. Kau sudah siap?”

“hmm..” “kita pergi

sekarang?”
“baiklah.. Oh, Minho ya..
Mianhae kami
meninggalkanmu”
“gwechana noona..”

“kau tak akan pergi?”

“Hyung mengusirku?” “apa

terdengar seperti itu?”

“tidak juga.. Kalian pergilah.


Aku ingin tidur sebentar
disini..”

“Oh.. Minho ya, bisa kau beritahu soojung..


jika aku tak jadi pergi dengannya?”

“Baiklah noona.. Lagi pula


aku juga akan menemuinya
nanti”

“jinja? Kuperhatikan kau


menjadi lebih sering bersama
dengan soojung” Sela siwon
menatap curiga kepada
minho.

“jadi hyung masih ada waktu


untuk memperhatikanku?”
“katakan saja minho”

“apa tidak boleh? Bukankah


kita memang dekat.. Apalagi
setelah kita benar-benar resmi
menjadi keluarga” Sanggah
minho menjawab kecurigaan
siwon.

“sebaiknya kau tahu


batasannya minho?”

“siwon.. Apa maksudmu?


Minho dan soojung..?”

“anio.. Sudahlah ayo kita


pergi..”

***

Siwon masih saja diam dalam


mobilnya meskipun mereka
telah sampai dipelataran
rumah sakit, dimana yoona
selalu melakukan
pemeriksaan kehamilannya
pada Dr.Kim.

“Siwon.. Kau tak akan


turun?”

“aku akan menunggumu


disini. Masuklah..”

Yoona terkesiap oleh


jawaban siwon. Tadi ia sudah
sangat senang karna akhirnya
siwon mau mengantarnya.
Jika seperti ini, sama saja
dengan ia diantar oleh supir
dan bukan suaminya.
“kau tak ingin melihat
perkembangannya?”

“bukankah kau akan


mengatakannya padaku nanti,
seperti yang biasanya kau
lakukan..”

Huuh..
Yoona mendesah pasrah.
Menyerah pada kekeras
kepalaan suaminya. Mungkin
hari ini memang bukan
waktunya.

*** “annyeong haseyo

Dr.”

“Oh.. Annyeong Ny.Choi..


Sedikit terlambat hari ini”

“ne.. Maafkan saya membuat


anda menunggu”

“gwechana.. Baiklah mari


kita lakukan
pemeriksaannya”
Dr.Kim menghela tubuh
yoona untuk berbaring dan
kemudian mengambil
peralatan yang akan
digunakan untuk memeriksa
keadaan janin dalam perut
yoona.
“apa ada keluhan..?”

“sejauh ini saya rasa tidak”

“Oh.. Itu bagus. Baiklah saya


rasa usia kehamilan anda
sudah cukup untuk kita bisa
mengetahui jenis kelamin
nya”

Yoona merasakan
antisipasinya yang luar biasa.
Ia akan segera tahu apakah
bayi dalam kandungannya
adalah seorang laki-laki atau
perempuan. Dan dalam hati
meneriakkan permohonannya
agar bayinya kelak adalah
seorang perempuan.

Oh..
Atas dasar apa ia
melakukannya kalau bukan
karna siwon.

“apakah sudah terlihat Dr.?”

“Ya.. Sepertinya begitu. Saya


bisa melihatnya”

“apa bayi saya perempuan?


Atau laki- laki?”

“bayi anda…”

Yoona menatap was-was


pada Dr.Kim. Berharap apa
yang akan disampaikan
Dr.Kim tidaklah
memperburuk keadaan yg
ada.

Oh…
Bukan buruk maksudnya.
Hanya saja sikap siwon masih
cenderung kaku, juga takut-
takut pada bayi mereka. Dan
sampai saat ini ia belum
menemukan solusi untuk
mengatasinya. Jika dokter
mengatakan bayinya adalah
laki-laki, maka sudah bisa
dipastikan, ia harus bekerja
ekstra untuk meyakinkan
siwon bahwa bayi mereka
tidaklah akan menjadi seperti
apa yang siwon khawatirkan
dan takutkan.

“bayi anda kemungkinan


besar laki-laki Ny..”

“A pa ??”

Dr.Kim memperhatikan keterkejutan


yang terlihat berlebihan yang ditujukan
oleh yoona.

Well..
Bersiap-siap lah menghadapi
suamimu diluar sana yoona.
Batinnya mengingatkan
dengan tangan bertopang
dagu, terduduk lesu di sisi
paling dalam dari dirinya.

Tidakkah batinnya sedang


ketakutan? Ataukah ini
hanya lah bentuk

kepasrahan dari seringnya


mengantisipasi hingga
merasakan reaksi siwon yang
cenderung berlebihan dan
sangat susah dimengerti
bahkan oleh batinnya sendiri.

“laki-laki?”

dengan susah payah kata-kata


itu akhirnya bisa keluar dari
bibir yoona.

“Ya.. Kemungkinan besar


seperti itu Ny..”

“seberapa besar kemungkinan


itu?”

“saat ini saya baru bisa


mengatakan kemungkinannya
mendekati tujuh puluh
persen”

“tidak adakah kemungkinan


bayi saya perempuan?”
“hah.. Maksud anda?”
“ah.. tidak-tidak Dr.. Hanya
saja saya mengira bayi saya
adalah seorang perempuan”

“Oh.. Jika anda


menginginkan seorang bayi
perempuan. Mungkin ada
baiknya nanti dikehamilan ke
dua anda melakukan program
terlebih dulu. Saya bisa
membantu anda mendapatkan
bayi perempuan seperti yang
anda inginkan Ny..”

bukan aku, tapi suamiku yang


berkeras menginginkannya.

Yoona hanya mampu


menggumamkan kalimat itu
dalam hatinya. Sebagai
gantinya ia hanya bisa
tersenyum tanggung
menanggapi usulan Dr.Kim
padanya.

Ya Tuhan…
Tidakkah dia tahu.
Menghadapi kehamilan
pertamanya dengan sikap
siwon yang acuh tak acuh
pada bayinya saja sudah
membuatnya hampir gila.
Bagaimana mungkin ia
memikirkan kehamilan ke
dua?
Tidak …

Sepertinya Itu hanya akan


terjadi bila dirinya memang
benar-benar menginginkan
menjadi gila.

Maka, sebelum ia berhasil


mengubah pandangan siwon
tentang seorang ‘bayi’
diperutnya. Jangan mencoba
membicarakan kehamilan ke
dua dengannya.

***

Yoona melangkah keluar dari


rumah sakit dengan perasaan
cemas akan bagaimana
caranya menyampaikan hal
itu pada siwon. Haruskah ia
berlari merangkulnya dan
berteriak dengan senyum
gembira bahwa bayi mereka
nantinya adalah seorang laki-
laki.

Laki-laki yang pasti akan


sama tampannya seperti
ayahnya. Akankah siwon
akan menerima pelukannya
dan meneriakkan
kegembiraan yang sama
sepertinya?

Oh..
Yg benar saja. Itu hanya akan
ada dalam mimpimu yoona.
Batinnya mulai berdiri meski
masih dengan gurat kelesuan
diwajahnya.

Biar kutebak seperti apa


reaksinya. Pertama dia akan
memberikan tatapan
membunuh padamu dan
bayimu. Jika tidak, yang
kedua mungkin dia akan
berlari ketakutan, hingga
membuatnya tak berani
menampakkan dirinya
dihadapanmu dan bayimu.

Yoona bergidik ngeri oleh gambaran yang


diperlihatkan oleh batinnya sendiri.

Dengan perasaan yang masih


berkecamuk, ia kemudian
membuka pintu mobil dan
masuk kedalamnya. Melihat
siwon begitu bersikap tenang
entah mengapa justu
membuatnya kesal. Apalagi
jika bukan karna ketenangan
yang seperti itu sedang tidak
ia miliki saat ini. “sudah
selesai?”

“hmm..”
“aku akan mengantarmu
pulang dan kembali
kekantor” huuh..

Lakukan apa yang kau mau


siwon. Menyebalkan..!!
Kau bahkan tidak bertanya
bagaimana hasil
pemeriksaannya. Jika
seperti itu, aku juga takkan
mengatakan padamu bayi
kita adalah seorang
lakilaki. Laki-laki. Kau
dengar itu!!

Yoona hanya bisa


mengungkapkan kegalauan,
meski itu lebih bisa disebut
kekesalannya, hanya dalam
hatinya saja. ***

Daripada terus-terusan
bergelung dengan perasaan
was-was, cemas yang
semakin menambah kadar
kegalauan dalam hatinya.
Yoona memutuskan
menyibukkan diri didapur
cantiknya.

Bergerak akan membuat ia


juga bayi dalam perutnya
merasa lebih baik. Siwon
pernah melarangnya
memasuki area itu, karna tak
mau jika yoona didapur dan
memasak.
Bersentuhan dengan pisau
tajam yang bisa saja
menggores tangannya
ataupun kemungkinan akan
api yang bisa juga menyulut
bahkan membakarnya.

Lihatlah betapa takutnya


siwon terhadap sesuatu yang
bisa menyakiti dan
melukainya. Tapi tanpa
sadar dengan sikapnya,
siwon mungkin telah
menyakiti yoona dari sisi
yang lainnya.

“sayang.. Tidak-tidak apa


yang kau lakukan?? Duduk
dan beristirahatlah.. biar aku
yang melakukannya”

“Siwon.. Dr.Kim bilang aku


harus banyak bergerak. Ini
akan membantu proses
persalinan nantinya”

“Kau sudah terlalu banyak


bergerak. Ikuti apa yang aku
katakan atau aku akan
mengurungmu dikamar”
“kau berlebihan!”

“kau sudah tahu itu..”


“Yakk.. Siwon Turunkan
aku!”

Yoona menjerit ketika


tibatiba siwon mengangkat
tubuhnya untuk keluar dari
dapur.

“Siwon.. Ada yang harus aku


katakan tentang bayi kita
padamu”

“apa..??”

Ketika siwon kemudian


menurunkan dirinya dari
gendongan dan menatapnya
penuh tanya, Yoona hanya
menggigit bibir bawahnya
gugup sekaligus ragu.
Mencoba mempertimbangkan
lagi akan niatnya untuk
mengatakan hasil
pemeriksaan kehamilannya
tadi.

Sekarang atau nanti?


Bukankah sama saja? Pada
akhirnya siwon juga harus
tahu. Ia mengandung bayi
laki-laki dan bukan
perempuan seperti yang
diinginkan siwon.

“sayang.. Ada apa? Kau


baikbaik saja kan?”
Aku baik, hanya saja aku ragu
apakah kau akan tetap merasa
baik jika tahu bayi kita adalah
seorang laki-laki!

Yoona menggumam dalam hati


sambil menatap kedalam mata
siwon. Mencoba untuk
menemukan fakta atau apapun
yang bisa meyakinkannya
bahwa suaminya itu tentulah
bisa menerima kehadiran bayi
laki-laki nya.

Ya..
Siwon harus bisa menerima.
Akan sampai kapan dia
bersikap seperti itu.
Bukankah dengan kehadiran
bayi laki- laki nantinya akan
bisa mengubah ketakutan
atau bahkan traumanya
dimasa lalu.

Siwon bukanlah tak


menginginkan bayi laki-laki. Dia
hanya takut jika darahnya yang
mengalir kedalam tubuh bayi
laki-laki mereka akan menjadikan
bayi itu sama sepertinya. Seorang
pria ‘rusak’ yang menerima aliran
darah dan merasakan kehidupan
dari seorang pria ‘perusak’
macam ayahnya.
Siwon ingin
menghentikannya.
Menghentikan aliran darah
itu mengalir dan
menghadirkan kehidupan
baru. Sudah cukup sebatas
dirinya saja darah ‘perusak’
itu mengalir. Jangan lagi ada
generasi baru yang
mewarisinya.

Untuk itu ia berkeras


menolak bayi dalam
kehidupannya dan yoona.
Yoona sudah cukup
memberikan kebahagiaan
untuknya. Ia tak butuh sosok
baru yang ‘katanya’ akan
menambah kebahagiannya.
Cukup yoona. Yoona sudah
lebih dari cukup untuknya.
Yoona lah kebahagiaannya.
Tapi hati kecilnya terus
berbisik. Untuk apa dia
bahagia jika yang terjadi
adalah sebaliknya pada
yoona? Yoona
menginginkan bayinya.
Yoona bahagia karna ‘titik
kecil’ itu dalam perutnya.
Yoona bahkan rela
meninggalkan dirinya demi
mempertahankan bayi nya.

Tidak.. Siwon tak akan


bisa tanpa yoona.
Ketakutannya akan
kehilangan yoona jauh
melebihi ketakutannya akan
hadirnya seorang bayi
dalam hidupnya. Karna itu
siwon berusaha
melunakkan kekerasan
hatinya. Mencoba
menerima kehadiran
seorang bayi dalam
hidupnya. Mematri
kedalam ingatannya akan
perkataan yoona. Jika bisa
saja bayi mereka adalah
seorang perempuan dan
bukan laki-laki seperti yang
ditakutkannya.

Ya..
Dan jika bayi mereka
perempuan pastilah akan
mewarisi semua sifat yoona
dan bukan dirinya. Bayi
mereka pastilah Bukan hanya
sekedar cantik dan menarik
seperti yoona, tapi juga baik,
penyayang, mandiri, pantang
menyerah dan kuat
menghadapi permasalahan
apapun yang menimpanya.

Tapi yang terjadi, bayi itu


kemungkinan besarnya
adalah laki-laki. Lalu akan
seperti apa siwon
menyikapinya??

“sayang..?”

Sentuhan lembut jemari siwon


diwajahnya, membuyarkan
lamunan yoona. Menariknya
kembali ke kesadarannya
bahwa ia tetaplah harus
mengatakan kenyataan yang
sebenarnya.

“apa yang ingin kau katakan


sayang?”

“emm.. Tapi kau harus janji


akan mendengarkan apa yang
aku katakan. Jangan pergi
sebelum aku selesai
mengatakan semua nya
padamu. Kau haruslah
mendengar ku!”

“aku akan mendengarmu.


Aku tak akan pergi
kemanamana”

“janji?”

“tapi apa sebenarnya yang


ingin kau katakan sayang?”

“berjanjilah lebih dulu..


Janji?”

“Ya.. Aku janji padamu”


Yoona mengatur napasnya.
Ya Tuhan.. Mengapa Ia
merasa Ini bahkan lebih
menegangkan
daripada dulu ketika ia
mengatakan kehamilannya
pada siwon. Akankah reaksi
siwon akan sama seperti
dulu?
Marah kepadanya?

“Dr.Kim mengatakan, bayi


kita.. Bayi kita..
Kemungkinan besar adalah
seorang laki-laki..”

Yoona menelusuri raut wajah


siwon dengan matanya.
Mencari tahu akan seperti apa
suaminya itu setelah ia
mengatakannya.

Dan ya.. Siwon menegang


saat itu juga. Sisi gelap dalam
dirinya muncul seiring
tatapan mata mengancam
yang tertuju pada yoona.

Oh Tuhan ku…
Tidak…

“persetan yoona.. Aku tak


bisa menerima seorang bayi
laki-laki diantara kita. Tidak..
Aku tak bisa!”

baiklah..
Selamat berjuang yoona!
Batinnya meringkuk pasrah
dengan reaksi yang
ditunjukkan siwon. “apa
masalahnya?”

“Sial..! Kau tahu apa


masalahnya!”

“Tidak.. Kau bodoh jika


berpikir bayi kita akan…”

“Hentikan yoona! Kita hentikan


pembicaraan ini.. Aku tak ingin
membicarakannya! Aku lelah.
Aku ingin tidur..”

“Siwon.. Aku belum selesai!


Kau sudah janji akan
mendengarku!”

Siwon nampaknya tak


perduli. Ia langsung naik
keatas tempat tidur. Tanpa
mengganti pakaiannya atau
bahkan mandi terlebih dulu.

Yoona hanya bisa melihatnya


dan Berdecak kesal dengan
sikap kekanakan yang
ditunjukan siwon.

Oh.. Betapa bodohnya dia


telah mencintai dan
menikahi pria menyebalkan
seperti itu.

Bagaimana bisa dia menolak


darah dagingnya sendiri?

“Kau pasti bisa menerimanya


siwon.. Aku akan
membuatmu bisa
menerimanya…”

Setelah beberapa lama Yoona mendekat


kesisi ranjang tidurnya. Memperhatikan
deru napas siwon yang sudah mulai teratur,
yang menandakan suaminya itu kini telah
tertidur.

Mungkin benar apa yang


dikatakan siwon bahwa dia
lelah, dan rasanya yoona
telah salah memilih waktu
untuk membicarakan tentang
bayi mereka tadi.

Mungkin besok. Setelah


ketegangan tadi mereka bisa
mencoba membicarakannya
lagi.

Perlahan yoona melepaskan


kedua sepatu yang masih
dikenakan siwon. Kemudian
menggulingkan tubuh siwon
yang sedang tertidur miring
agar memudahkannya untuk
melepaskan kemeja dari
tubuhnya.
Betapa pria itu tadi tak
sempat mengganti
pakaian kerjanya. Terlalu
lelah atau justru terlalu
panik adalah dua hal yang
mungkin melatar
belakanginya.

Yoona menghembuskan
napasnya pasrah. Ia telah
membuka semua kancing
kemeja siwon, tapi tak
berhasil menarik lepas dari
tubuhnya. Rupanya
tenaganya sudah tak cukup
kuat untuk melakukan itu.
Namun setidaknya dengan
begitu ia berharap siwon bisa
merasakan tidur dengan
nyaman malam ini. Hingga
esok ketika dia terbangun,
siwon haruslah sudah
menemukan akal sehatnya.
Dan menerima dengan
pemikiran terbuka apa yang
masih ingin dikatakan oleh
yoona tentang bayi mereka.
Yang harusnya bisa
mengubah pandangan negatif
dalam benak siwon akan
hadirnya seorang bayi
lakilaki dalam kehidupan
mereka.

Oh.. Tuhan…
Ia bisa gila bila harus terus
menerus menghadapi
perubahan sikap tak terduga
dari suaminya. Pria itu sama
pandainya ketika sedang
berubah sikap, persis seperti
bunglon yang juga dengan
mudah mengubah warna
kulitnya.

Sebelum naik keatas ranjang


yang sama, yoona masih
sempat mengusap rambut
siwon, mencium keningnya,
mengecupi kedua pipinya
juga bibir yang biasa
mengulum bibirnya yang kini
tengah mengatup rapat.
Astaga…

Yoona bahkan masih bisa


tersipu malu setelah apa yang
dilakukannya. Bagaimana
bisa ia melakukan semua itu
setelah apa yang diterimanya
tadi. Bahkan dalam tidurnya
pun siwon berhasil
menggodanya.

Bagaimanapun siwon
memang telah berhasil
menguasai dirinya
sepenuhnya.

“kuharap kau bisa


menghilangkan ketakutan bodoh
yang selalu membayangi wajah
tampanmu itu tiap kali kita
membicarakan bayi kita. Aku
mencintaimu siwon..”

Sekali lagi ia mencium


kening siwon dan
menggumamkan perasaan
cintanya.

Betapa pun kesalnya ia


dengan kekeras kepalaannya.
Bagaimanapun siwon
membentak, berteriak dan
marah padanya. Bersikap
acuh dan kaku pada bayi nya.
Semua itu takkan mampu
untuk menghentikan rasa
sayang dan cintanya terhadap
pria itu.

Mungkin ia bodoh. Tapi tak


sekalipun ia menyesali
kebodohannya. Tak sekalipun ia
berniat menjauh atau berlari dari
sisi siwon. Siwon bukan seseorang
yang layak untuk dijauhi, tapi justru
sebaliknya. Siwon adalah satu-
satunya pria yang sangat
ingin ia raih, ia rangkul, ia
genggam tangannya dan
membawanya keluar dari sisi gelap
Kehidupan masalalunya yang
masih terus membayanginya
mungkin hingga sekarang ini.
Ia harus bisa bertahan untuk
itu. Bertahan untuk cintanya.
Bertahan untuk suaminya.
Bukankah seperti itu yang
harus dilakukan oleh
pasangan yang bahkan sudah
terikat dalam janji
pernikahan? Tak akan ada
pernikahan yang bertahan
jika keduanya begitu
saja menyerah pada keadaan
yang membuat mereka tak
bertahan.

Jika siwon tak bisa menentukan


sikap. Maka ia lah yang harus
mengambil peran itu. Tapi
bukankah menjadi tidak sehat
jika kau yg terus menerus
berada diposisi bertahan?
Batinnya kini menyela
perkataannya.

tak masalah jika aku


mampu
melakukannya.
Jawabnya yakin..

lantas sampai kapan kau


mampu melakukannya?
Batinnya kembali
mempertanyakan.

Sampai kapanpun aku akan


pastikan diriku mampu
melakukannya. Tekadnya
penuh keyakinan..

Dan bukankah yang paling penting


adalah ia harus bertahan untuk
‘titik kecilnya’

Oh bukan…
Dia bukan titik kecil lagi.
Ia melihat sendiri bagaimana
‘titik kecil’ itu telah

berbentuk dan bergerak


didalam perutnya. Rasanya ia
memang benar-benar harus
memilih dan mengganti nama
yang pas untuk ‘titik kecil’
nya.

Well..
Cinta memang telah
membutakan mu yoona.
Batinnya mengedikkan mata
tak mencoba lagi
menginterupsi keyakinannya.

Dan Setelah melakukan


perdebatan dengan batinnya,
Perlahan yoona
membaringkan tubuhnya
disisi siwon. Melingkarkan
lengannya dipinggang sang
suami untuk memeluk dan
menemukan kehangatan dari
tubuhnya. Jika biasanya
siwon yang berlaku seperti itu
padanya. Rasanya
menyenangkan karna
sekarang ia yang berganti
melakukannya pada siwon.

Oh yoona.. Kau selalu


menilai segala sesuatu dari
sisi paling positif yang bisa
kau temukan. Batinnya
memberi pujian kemudian
beringsut memejamkan
matanya.
***

Rasanya baru sebentar ia


memejamkan mata ketika
pergerakan tubuh siwon
membuatnya terjaga.
Mendengar suara rintihannya,
Mendongak ia menemukan
betapa pucat nya wajah siwon
dengan keringat yang
membasahinya. Tersirat
ketakutan dan rasa sakit
disana membuat yoona
terkesiap dan langsung
mengguncang tubuh siwon,
mencoba membangunkannya.

Astaga…

Apa yg terjadi?? mimpi


buruk kah yang kembali
mencekamnya??
“Ya Tuhan.. Siwon..!
Siwon..! Bangun! Siwon…”

Ketika akhirnya siwon terjaga,


dia seperti sedang tercekam oleh
sesuatu yang sedang
memburunya. Yoona melihat
ketakutan dan sikap waspada
dari matanya.

Ya Tuhan.. Ia bahkan baru


melihat ekspresi itu dari
wajah siwon. Ia pernah sekali
menyaksikan siwon yang
sedang bermimpi buruk, dan
itu terjadi sebelum
pernikahan mereka. Setelah
menikah ia belum pernah
sekalipun melihat siwon
mengalami mimpi buruk lagi
seperti saat ini.

Siwon selalu tidur nyenyak


disetiap malam nya.
Tapi kini..
Apa yang terjadi? Apa yang
membuat mimpi buruk itu
muncul lagi? Apakah ini
berhubungan dengan bayi
laki-laki nya?

Demi Tuhan..
Itu berlebihan.
Siwon tak seharusnya
menjadi setakut itu.
“siwon..”

Turun dari atas tempat


tidurnya, yoona lantas
mengambil segelas air yang
kemudian ia berikan pada
siwon, berharap itu akan
membuatnya lebih tenang.

saat melihatnya perlahan


mulai kembali bernafas
dengan normal, yoona
mengulurkan tangannya
untuk menyentuh bahu siwon.

“gwechana?”

“Yoona..”

Oh..
Ia bahkan bisa merasakan
hatinya ikut teriris saat siwon
menyebut namanya dengan
suara bergetar.

“aku disini.. Apa yang


terjadi?”

Yoona mengalihkan
tangannya untuk
menggenggam tangan siwon,
pada saat itu siwon langsung
mengeratkan genggaman
tangannya.

“sebuah mimpi buruk?”


“sangat buruk”

Oh..
Sudah kuduga.

“apa?”

“ayahku..” ya..

Itu sangatlah buruk. Jika


seorang yang bahkan tak
pantas disebut sebagai ayah
kini kembali menghantui nya.

“apa yang dia lakukan


padamu?”

Yoona harus melakukannya. Ia


harus membuat siwon
menceritakan mimpi buruknya.
Mungkin itu akan menyakitkan
bagi siwon. Tapi itu perlu, agar ia
tahu apa yang mungkin bisa
dilakukannya untuk
menghilangkan ketakutan yang
terus bergelayut pada diri
suaminya.

“Benarkah aku akan menjadi


sepertinya? Aku mewarisi
darah nya yang mengalir
ditubuhku..”

Oh Tuhan.. Itu bukanlah


sebuah jawaban melainkan
pertanyaan bodoh yang tak
perlu dia tanyakan.
Jelas tidak.
Siwon tak sama seperti
ayahnya.
Ia beribu kali lebih baik dari pria
kejam itu. Pria yang dengan teganya
meninggalkan doktrinasi buruk
untuk darah dagingnya sendiri.

“tidak siwon.. Kalian tidaklah


sama. Kau jelas berbeda
seperti ayahmu..”

“Kau tak mengenal ayahku


yoona! Dia sama sepertiku.
Aku sama sepertinya”

“darimana kau temukan


pemikiran bodoh itu? Aku tak
perlu mengenal orang seperti
ayahmu untuk tahu kau
beribu kali lebih baik siwon..
Tidak, kau tidak sama
sepertinya kecuali kau berniat
membuatku bunuh diri sama
seperti ibumu, atau kau juga
akan menembak darah
dagingmu. Itukah yang akan
kau lakukan? Hingga kau
menyebut dirimu sama
seperti ayahmu”
Yoona marah atas apa yang
ada dalam pemikiran siwon.
Darah seorang ayah yang
mengalir tidak akan serta
merta membuat seorang anak
mewarisi sifat yang sama
sepertinya. Tidakkah hal itu
pernah terpikir olehnya?
Tidakkah didalam tubuhnya
juga mengalir darah seorang
ibu dan bukan hanya darah
ayahnya yang kejam..

“Sial Yoona! Tidak.. Tentu


tidak. Aku takkan pernah
membiarkan hal itu terjadi
padamu”

Siwon melepaskan tangan


yoona dari genggamannya
dan turun dari atas tempat
tidur. Dia berdiri tegang,
frustasi terhadap dirinya
sendiri.

“siwon..”

Yoona kembali melakukan


hal yang sama, turun dari atas
tempat tidurnya, namun kali
ini lebih untuk mendekat
kearah siwon berdiri. Tapi
belum sampai ia meraih
tubuhnya, siwon berbalik dan
pergi, keluar dari kamar
mereka.

Yoona hanya bisa menarik


napas berat. Siwon jelas
tidak berniat menjadi seperti
ayahnya. Lalu mengapa dia
harus terus berpikir bahwa
dia akan menjadi sama
seperti ayahnya? ***

Ketika matahari mulai


merangkak naik untuk
menunjukkan cahaya dan
sinarnya yang hangat, pada
saat itu yoona terjaga dari
tidur singkatnya. Ia ingat
ketika waktu menunjukkan
pukul lima pagi, itu masih
belum bisa membuatnya
memejamkan mata. Ini
sudah jam tujuh pagi, ia
harus membantu siwon
bersiap jika suaminya itu
berniat untuk ke kantor hari
ini.

Semalam siwon tak kembali


kekamar. Entah apa yang
dilakukannya diluar kamar
mereka. Yoona pun tak
mencari tahu, karna merasa
mungkin siwon perlu waktu
untuk merenungkan
semuanya sendiri.

“siwon..”

Yoona keluar dari kamar


untuk mencari keberadaan
sang suami.

“siwon..”
“Oh.. Tuan sudah pergi Ny..”

“pergi?”

“ya.. Tuan pergi pagi-pagi


sekali”

aneh… Siwon bahkan tak


berpamitan padanya.
Apa dia marah?
Oh..

Siwon tak berhak marah


padanya. Bukan dia yang
seharusnya marah saat ini.

***

Sisa hari itu dihabiskan


yoona dalam kamarnya. Ia
tak berniat keluar rumah jika
itu nantinya justru hanya
akan membuat siwon
mungkin semakin marah
padanya.

Betapa mengesalkannya
pria itu. Seharian siwon
bahkan tak
menghubunginya. Tak
mengirimkan pesan. Tak
memberi perhatian
seperti biasanya.

Tapi kini dia justru pulang dalam keadaan


yang paling tidak ingin dilihatnya..
“Siwon.. Apa yang kau lakukan? Kau mabuk…?”

Kesal melihat siwon yang


pulang dalam keadaan
setengah sadar, berantakan
dan berbau alkohol, yoona
menghindar ketika siwon
ingin meraihnya. “sayang..”

“apa yang sudah kau


lakukan?”

“kau menolakku?”

“Siwon! Jangan seperti anak


kecil! Aku benci melihatmu
seperti ini..”

“kau membenciku? Sekarang


kau mulai membenciku!
Gara-gara dia kau
membenciku!”

Siwon menunjuk kearah


perut yoona saat
mengatakannya.

Ya Tuhan.. Lagi-lagi
karna bayi dalam perutnya
siwon seperti itu.
Mungkin semakin parah
setengah tahu bayi dalam
perutnya adalah laki-laki.

“Bukan begitu maksudku!


Kau mabuk. Aku benci ketika
kau mabuk. Aku tak suka
melihatnya!”

Siwon memilih tak


memperdulikan dan beralih
kearah sofa yang berada
diruang tamu rumahnya.
Melepas dasi yang sudah
mengendur, kemudian
melemparnya kesembarang
arah. Menaikkan kakinya
keatas, dia lantas merebahkan
tubuhnya disana.

Yoona hanya bisa berdecak


kesal sambil
memandanginya. “Oh
noona..”

“Minho.. Kau datang?”

“aku yang membawa hyung


pulang. Saat aku memarkir, hyung
keluar lebih dulu” “Oh.. Dimana
kau menemukannya?”

terdengar tak bisa menutupi


kekesalannya, saat yoona
mengatakan hal itu.

“nde? euh.. Victoria noona


menelpon ku dan mengatakan
hyung berada di cafe
miliknya dan.. Mabuk”

Oh..
Wanita itu. Jadi siwon
kembali mengadu pada
wanita itu?

Sialan…!

Wanita itu bahkan hanya


menunjukkan senyuman tipis
saat memberikan ucapan
selamat atas pernikahannya
dan siwon.
Sangat terkesan tidak tulus.

Sejak pertama kali melihat


wanita itu, Yoona memang
sudah merasa Victoria
menginginkan siwon. Wajar
saja bila kemudian dia
menjadi tak rela ketika siwon
menikahinya, menjadi
suaminya dan ayah untuk
bayinya.

“jadi dia disana? Seharian


tadi?”

Yoona menggumam dalam


kekesalannya. Minho pun
tak mengetahui, karna dia
sudah memilih tak berkantor
lagi untuk lebih fokus
meneruskan kuliahnya.

“sebenarnya apa yang terjadi?


Kalian bertengkar?” “euh..”
“kusimpulkan jawabannya
‘iya’ bila melihat noona
gugup seperti itu, dan hyung..
Astaga, aku sudah sangat
tahu mabuk adalah
pelariannya”

“Ya.. Kami memang sedikit bertengkar” pantaskah

ia menyebutnya dengan sedikit pertengkaran?

Rasanya tidak… itu bukan hanya sekedar pertengkaran


melainkan sebuah pertentangan…

“apa masalahnya?”

Tidak..
Minho tak boleh tahu. Itu
menjadi masalah rumah
tangganya. Urusannya dan
siwon. Sebaiknya tak ada
orang lain yang tahu
sebelum ia bisa
mengatasinya. Sedekat
apapun minho dengannya,
tetaplah harus ada batasan
dimana tak semuanya mesti
ia curhatkan pada minho.

“gwechana..bukan hal yang


perlu dirisaukan”

“noona tak ingin berbagi


denganku?” “bukan sesuatu
yang bisa dibagikan”
candanya..

“heuh..baiklah, tapi kuharap


segera selesaikan itu. Jika
hyung macam- macam, beri
tahu aku. Biar aku yang
menghajarnya”

Yoona hanya tersenyum


menanggapinya.

“well.. Aku pergi. Jaga


kesehatanmu noona dan..
Aku menyayangimu” Minho
berucap malu-malu.

“ne.. Aku juga


menyayangimu minho. Tapi
sebaiknya jangan mengatakan
itu jika tak mau siwon
menendangmu”

“hahhaa..ne arraseo noona!”

Yoona tersenyum mengantar


minho sampai kedepan pintu,
namun kemudian senyumnya
hilang dan berganti mendecak
kesal ketika melihat lagi
betapa berantakan siwon saat
ini.

“baiklah..nikmati bau alkohol


itu dalam tidurmu. Aku tak
akan mengurusmu lagi”
Yoona lantas kembali
kekamarnya, mencoba untuk
tidur diranjang empuknya
seorang diri. Namun yang
terjadi, ia hanya bisa
berguling kesana kemari
setelah tak jua bisa
memejamkan matanya.

“aigoo..”

Turun dari atas tempat tidur,


ia kemudian meraih satu
selimut dan keluar dari
kamarnya.

Betapapun besarnya
kekesalan itu pada siwon,
nyatanya ia tak bisa begitu
saja mengabaikannya yang
sedang tertidur diatas sofa
dan pasti kedinginan disana.

Yoona memasangkan selimut


yang dibawanya ketubuh
siwon. Dan sejenak
memandangi wajah kusutnya.

“aku tahu kau akan bisa menerima


bayi kita siwon.. Aku tahu kau bisa
berubah. Aku hanya perlu
menunggu untuk itu”

Kembali yoona
meninggalkannya disana.
Memasuki kamarnya
kemudian menutup rapat dan
mengunci pintunya. Kali ini
ia harus tidur. Benar-benar
tidur walau tanpa siwon
disisinya. ***

Keesokan paginya, ketika


siwon terbangun dari
tidurnya, ia merasakan pusing
dikepalanya. Mencoba
membuka matanya yang
terasa berat, ia menatap
sekeliling dan sadar dimana
dirinya tidur saat itu.
“Yoona..”
Seperti lupa dengan kejadian semalam.
Dan dengan masih merasa lesu, ia
kemudian melangkah kekamarnya, dan
mendapati pintu itu terkunci saat ia
mencoba membukanya.

“Yoona.. Buka pintunya?”

tak ada jawaban meski


berkali siwon mengetuk pintu
itu.

“Yoona.. Sayang kau


didalam?”

Siwon sudah akan memanggil


pelayan rumahnya, andai pada
detik itu ia tak mendengar suara
kunci yang diputar, dan yoona
membuka pintunya. Terlihat
rapi, segar dan wangi. Siwon
bisa mencium harum parfum itu
yang semerbak dihidungnya.
Sangat bertolak belakang
dengan tampilannya yang
berantakan dan masih berbau
alkohol.

“sayang.. Kau mau pergi?”

“ya..”

“kemana?”

“aku perlu udara segar”

“aku akan mengantarmu”

“tidak.. Aku bisa sendiri”

Yoona tahu, ketika ia


mengabaikannya, siwon akan
marah.Tapi ia tetap dan
sengaja melakukannya..

“Yoona! Yoona!”

Yoona benar-benar
mengabaikan suara keras
siwon yang memanggilnya.

Namun sebelum mencapai


pintu depan rumah mereka,
ia harus rela menghentikan
langkahnya saat beberapa
pelayan rumah menghalangi
jalannya. “Minggir kalian!”
“maaf Ny.. tapi Tuan..”
“Tuan mu itu urusanku..”

“tapi..” para pelayan itu tetap

tak beranjak.

Oh tentu saja.. Apalagi


ketika melihat siwon
berjalan kearah
mereka. Yoona acuh
dan berusaha untuk tak
terintimidasi dengan
kekuasaan siwon
dirumah itu.

“Sebenarnya kau ingin pergi


kemana?”

“sudah kubilang aku perlu


udara segar. Aku bukan
tawanan dirumah ini!”

“aku akan menemanimu,


tunggulah sebentar”

“tidak perlu.. Aku ingin pergi


sendiri”

“Yoona..! Aku tak akan


mengijinkanmu pergi sendiri”

“aku tak perlu ijin darimu..!”

“Jangan bersikap semaumu!”

“wae? Bukankah kau juga tak


perlu ijin dariku untuk
apapun yang kau lakukan
diluar rumah. Kau yang
selalu bersikap semaumu dan
bukan aku!”

Oh..
Yoona tak menginginkan hal
semacam ini.

Pertengkaran didepan para


pelayan rumah mereka.

Memalukan..!

Tapi mau bagaimana. Siwon


terlanjur memancing emosi
nya.

“Aku hanya butuh udara


segar. Aku bukan berniat
keluar untuk mabuk atau
menemui pria lain seperti
yang kau lakukan bersama
Victoria!”

Siwon terkejut mendengar ucapan yoona. bagaimana ia bisa


membawa nama victoria ditengah perdebatan mereka…

“Aku tidak bersama


Victoria!”

“Ya.. Kau bersamanya!”

“Tidak.. Aku benar-benar tak


bersamanya, yoona!
Bagaimana bisa kau berpikir
seperti itu?”
“Oh.. Kau menyangkal? Kau
berada dicafe nya. Kau
mabuk disana..”

“aku memang berada dicafe


nya. Aku memang minum
disana. Tapi tak ada Victoria.

Demi Tuhan.. Dia sedang


pergi saat itu”

“Tapi dia menelpon minho


dan memberitahunya kau
sedang mabuk disana. Kau
pikir darimana dia tahu jika
bukan karna dia sedang
bersamamu..”

“persetan dengan semua yang


kau katakan! Aku benarbenar
tak tahu itu. Karyawan cafe
nya mungkin yang
memberitahukan
keberadaanku disana pada
victoria. Astaga.. Aku
sungguh tak bersamanya.
Percayalah padaku”

Siwon meraih tangan yoona


dan menggenggamnya.
Hanya sebentar karna setelah
itu yoona menarik paksa
tangannya.
“entahlah..disaat seperti ini
apa aku masih bisa
mempercayai mu” “Yoona..”

“tolong perintahkan mereka


untuk minggir. Aku ingin
keluar..” “Sayang..”

“dan jangan ada yang berani


mencoba menguntit ku!”

Yoona memperingatkan. Ia
tahu siwon selalu
menempatkan seseorang
untuk mengawasinya.

“Kau sungguh tak ingin aku


menemanimu…”

“tidak..”

“Kau akan kembali kan?”

Oh..
Dasar bodoh!

“Siwon.. Aku akan pergi secara


sembunyi-sembunyi jika aku
berniat kabur. Walau aku yakin itu
tak akan berhasil, dengan
banyaknya penjaga yang kau
tempatkan dirumah ini”

Ada senyum geli ketika


yoona mengatakan hal itu.
“tentu saja aku akan kembali.
Ini rumahku. Kau pikir
kemana lagi aku akan
pulang?”

“aku hanya takut kau..”

Siwon menggantungkan
kalimatnya, dan mengganti
dengan kalimat perintah pada
para pelayannya.

“biarkan dia pergi..”

Dengan satu kalimat itu para


pelayan langsung
menyingkir dan tak lagi
menghalangi jalan yoona.

Siwon membiarkannya. Membiarkan yoona pergi


seorang diri. Mungkin apa yang dikatakan yoona
sedikit melegakan untuknya. Yoona akan kembali. Dia
tidak pergi untuk meninggalkannya.

Ya…
Dia pasti akan kembali,
pulang untuknya.

***

Nyatanya siwon tak semudah


itu menjadi tenang. Belum
sampai satu jam setelah
kepergian yoona, kerisauan
nya justru kian bertambah.

Namun ego nya sebagai


seorang pria menahannya
untuk menghubungi yoona.
Yoona sudah pasti akan
menertawakan dirinya. Bila
baru sebentar saja yoona
pergi dan dia sudah
uringuringan seperti ini.

Tak habis akal, siwon


melacak keberadaan yoona
menggunakan gps pada
ponselnya. Yoona sudah pasti
membawa ponselnya, itu
mempermudah siwon untuk
mengetahui dimana
keberadaan nya sekarang.

Yapp..
Dan ia menemukannya.

Siwon telah melakukan mandi


tercepat yang pernah ia lakukan,
sebelum akhirnya pergi untuk
menyusul yoona. ***

Tadinya Yoona ingin


meminta soojung untuk
menemaninya. Tapi setelah ia
menelponnya, soojung
ternyata memiliki jadwal
kuliah. Hingga akhirnya ia
mencoba menikmati harinya
seorang diri.

Ia berkeliling disalah satu


pusat perbelanjaan.
Mencari-cari keperluan
untuk bayinya. Tak kurang
dari tiga bulan ia akan
menjalani proses
persalinan. Bayinya akan
lahir.
Dan…
Menyedihkan, Ia bahkan
belum mempersiapkan
apaapa untuk ‘titik kecil’ nya.

“agassi.. Aku ingin yang ini, juga yang


itu dan yang ada disana..”

Yoona menunjuk beberapa barang yang diinginkannya.

“baiklah Ny.. Saya akan


membungkusnya untuk anda”

Rasanya menyenangkan. Ia
tak perlu risau dengan berapa
uang yang akan ia keluarkan.

Siwon telah menjamin


keuangannya.
Tentu saja.. Suaminya itu
selain mengesalkan
ternyata juga sangat
menguntungkan.

Tapi… Kemana
Siwon? Dia bahkan
tak mencoba
menghubunginya
… Menyebalkan!
Yoona sudah akan beralih darisana
ketika tiba- tiba pandangan nya
berubah menjadi gelap.

Oh… Apa
yang terjadi?

Seseorang yang berada dibelakangnya


ternyata sedang menggunakan kedua tangan
untuk menutup matanya.

Apa mungkin..?

“Siwon?”

“bukan..! Tebak siapa aku?”

Oh..
Sial..!!

“Kibum ssi..?”

Tak jauh dari sana siwon menggeram,


mengepalkan tangannya untuk apa yang saat ini
dilihatnya… Yoona bersama pria brengsek itu..??

Sialan…!!!

***

Yoona segera menyingkirkan


sepasang tangan itu yang
menutupi matanya. Berbalik
ia melihat kibum tersenyum
manis padanya.
Oh..
Mengapa dia menunjukkan
senyum seperti itu
didepannya. Sudah pasti
banyak wanita akan
terpikat padanya.

Mungkin juga akan terjadi


dengan nya andai Siwon tak
lebih dulu memikatnya.

“Kibum ssi..”

“Hai.. Senang bisa bertemu


denganmu yoona”

“ne..”

Yoona masih bersikap kaku.


Atau malah waspada
mungkin? Karna
bagaimanapun kibum pernah
tanpa ijin menciumnya. Juga
pernah memaksa
memeluknya.
Dan kemungkinan akan adanya seseorang suruhan siwon yang
sedang mengawasinya, Sedikit banyak telah membuat kewaspadaan
itu didirinya.
Ya..
Ia berani bertaruh siwon tak mungkin takut dengan ancaman yang ia
katakan agar tak seorangpun menguntitnya.
Menatap kesekeliling, yoona lantas mundur dari hadapan kibum. Tak
mau jika benar ada seseorang yang mengawasinya nantinya
melaporkan hal itu pada siwon dan memunculkan kesalah pahaman
diantara keduanya.
“Apa yang kau lakukan disini
yoona..?”

“Aku.. Oh, aku sedang


membeli keperluan untuk
bayiku”

Yoona mengusap perutnya,


membuat tatapan kibum
langsung terarah kesana.

“Owh.. Kau hamil? Kau


benar-benar menikahi pria
kasar itu?”

“Ya.. Aku melakukannya.


Aku mencintainya”

“hmm.. Sepertinya tak ada lagi yang bisa


kulakukan”

“maksudmu?”

“Kau pastinya wanita pintar yang mengerti maksudku, yoona..”

Oh…
apa yang sedang dia coba
sampaikan..?

“Dan pastinya aku tak bisa membawamu


kembali menari denganku. Aku benarbenar
ingin melakukan nya lagi.. Kau partner
yang mengagumkan”

Yoona sedikit tersipu


mendengar pujian dari
kibum.
“Ya.. Kau tak bisa membawa
wanita hamil untuk menari
denganmu”

Yoona tersenyum menanggapi.


sepertinya tak ada yang perlu diwaspadai
dari sikap kibum saat ini. “Lalu apa
yang sedang kau lakukan disini?”

“Tak ada yang khusus. Aku


hanya ada janji dengan
seseorang.. Apa kau
sendirian?” “ya..”

“dimana suamimu?”

“emm.. Dia sedang dikantor”

Oh..
Aku bahkan tak yakin siwon
akan

berkantor hari ini. Dia begitu


berantakan tadi. Batinnya
mengintip dalam keraguan.

“kurasa aku bisa


membantumu..”

tanpa seijin yoona, Kibum


meraih beberapa paper bag
ditangan yoona. Dan
membawanya dikedua
tangannya.

“suami mu itu kejam sekali,


membiarkanmu kesusahan
membawa
belanjaan seperti ini..”
“Kibum ssi..tidak perlu.. Aku
bisa melakukannya sendiri”

“Aku pernah membaca jika


wanita hamil tak boleh terlalu
lelah.. Jadi biarkan aku
membantumu”

“kibum ssi..”

“kajja.. Apalagi yang kau


butuhkan untuk bayimu?
Kurasa Aku punya selera
cukup bagus dalam hal
berbelanja”

Sepertinya kibum memang tak berniat


buruk padanya. Pria itu bersikap ramah
padanya, dan Yoona merasakan hal itu
ketika kibum membawanya untuk
melihat-lihat kereta bayi, juga box bayi
dengan berbagai macam nya. Dan yoona
benar-benar menyukainya…

***

Siwon tak bisa melepaskan


kepalan tangannya.
Bagaimana tidak, melihat
yoona tersenyum bahkan
sesekali tertawa disamping
pria yang sejak dulu siwon
rasa memang telah
menginginkan istrinya.
Matanya menyala dalam
kemarahan, Yoona jelas
terlihat nyaman bersama pria
itu.

Sialan!!

Namun kali ini entah mengapa ego nya menahan


diri untuk menghajar pria itu.
Ada waktunya. Akan ada
waktunya dimana ia bisa
melayangkan tinjunya atau
pun mematahkan tangan pria
itu yang berani menyentuh
istrinya, miliknya.
Yang pasti tidak saat ini.
Tidak didepan yoona. Yoona
jelas akan bertambah marah
padanya bila ia melakukan
hal anarkis yang ada dalam
kepalanya.

***

“gomawoyo.. Kibum ssi, kau


benar- benar membantuku”

ucap yoona ketika kibum mengantarnya menuju mobil, setelah


akhirnya ia selesai membeli keperluan untuk bayinya.

“aku senang bisa


melakukannya.. Dan
Oh.. Apa kau berkendara
sendiri?” “ne..”
“Astaga.. Kau tak bisa
melakukannya. Aku akan
mengantarmu”

“jangan berlebihan.. Aku


masih bisa melakukannya.
Well.. Trimakasih telah mau
direpotkan. Kurasa aku
terlalu pemilih tadi. Aku
hanya ingin memberikan
yang terbaik untuk bayiku”

Yoona merasakan binar


kebahagiaan itu telah mencapai
matanya. sebelumnya tak pernah
terbayangkan olehnya Membeli
sesuatu untuk bayinya ternyata lebih
menyenangkan daripada berbelanja
untuk dirinya sendiri.

“Senang bisa melakukannya untukmu yoona..


Sampai bertemu lagi yoona..”

Oh… mungkinkah mereka


bertemu lagi?

Seharusnya tidak..

“Ne.. annyeong…”

“Berhati-hati lah…”

Yoona tersenyum ketika kemudian Kibum menutup pintu


mobil nya dan membiarkannya melaju meninggalkan
basemant parkir disana.
Belum sempat beranjak ketika tiba- tiba kibum
merasakan tubuhnya terdorong oleh seseorang
yang menyerangnya.

“simpan semua omong


kosongmu.. Aku pastikan kau
tak akan bisa bertemu lagi
dengan yoona!”

dan pukulan-pukulan keras itu yang kemudian ia


rasakan ditubuhnya. Membuatnya lunglai tanpa
perlawanan. Tapi dalam pandangan matanya
yang redup, kibum masih bisa melihat tatapan
tajam penuh kebencian yang tersorot dari
seseorang yang dikenalinya adalah..

“siwon..?”

***

Senyum cerah itu ditunjukkan yoona ketika


ia memasuki rumahnya. Meski ada kekesalan
karna siwon benar-benar tak menghubungi
nya sepanjang ia pergi tadi.

Oh…
sia-sia saja..
Tadinya ia yang berniat ingin mengabaikan
siwon. Tapi yang terjadi mengapa malah
terbalik. Justru ia yang kini merasa
diabaikan.

Menyebalkan!

“Kau baru pulang?”


Suara itu menyambutnya. Dan membuatnya terkejut ketika siwon
menatapnya dengan pandangan yang tak biasa.

“ya..seperti yang kau lihat”

“kau pergi terlalu lama,


tidakkah kau pikir kau juga
perlu mengurus suamimu?”

“kau punya cukup banyak pelayan yang bisa kau andalkan..


Kau juga pastinya pria dewasa yang bisa mengurus dirimu
sendiri… Aku pergi untuk membeli keperluan bayiku, kau
pikir siapa lagi yang dia punya kalau bukan aku. Dia hanya
punya aku.. setelah ayahnya bahkan tak mau
menerimanya”

“Yoona..!”

Siwon menggeram setelah mendengar jawaban bernada ketus yang


dilontarkan yoona. Sedangkan siwon tahu yoona bukan hanya pergi
untuk berbelanja tapi juga bertemu pria brengsek itu..

Sialan…

“aku lelah.. Aku perlu


istirahat”
Ia akan menghindari pertengkaran lagi saat ini.

” Oh..tolong bawakan
barang-barang itu kekamar
ku”

Yoona mengatakan hal itu


pada pelayannya.
Namun Sebelum ia sempat melangkah untuk menjauh dari tatapan
tajam suaminya, seorang pelayan lainnya berlari panik kearah
siwon.
“Tuan.. Ada banyak polisi
diluar. Mereka mencari anda
atas laporan dugaan
penyerangan!”

“APA?”

Yoona membelalakkan mata


untuk apa yang baru saja
didengarnya.

Polisi?
Penyerangan?
Apa maksudnya?

“APA? Apa yang kau


katakan?”

“eh.. Polisi mencari Tn.Choi


Ny..”

Yoona kemudian langsung


mengarahkan pandangan nya
pada siwon, bertemu dengan
tatapan keras dari suaminya.

Kenapa? Apa yang


telah siwon lakukan
hingga polisi
mencarinya?

“apa yang sudah kau


lakukan?” tuntutnya meminta
penjelasan

“aku akan mengatasinya,


tenanglah..”
Tenang? Bagaimana
mungkin ia bisa tenang
disaat seperti ini…
Mendengar suaminya
dicaricari polisi.
Membayangkan
kemungkinan siwon akan di
penjarakan.
Demi Tuhan..
Ia tak bisa.
Dan jangan memintanya
untuk tenang sekarang…
“dimana mereka?”

“kami mencegahnya masuk,


mereka menunggu anda
diluar Tuan..”

“Bagus… Aku akan


menemuinya..”

Sesaat yoona menahan lengan


siwon. Ia benar-benar
membutuhkan penjelasan
darinya.

“masuklah kekamar.. Kau tak


perlu bertemu dengan
mereka”

“tapi mengapa mereka


mencarimu?”

“akan ada alasannya nanti..”


Siwon lantas meninggalnya
disana, mengikuti sang
pelayan yang berjalan lebih
dulu didepannya.

“anda Tn.Choi Siwon?”

“Ya..”

Salah seorang polisi langsung


menunjukkan selembar kertas
bertuliskan perintah
penangkapan begitu siwon
berhadapan dengan mereka.

Sialan!!
Pria brengsek itu rupanya…

Siwon mengumpat dalam


hati. Tak menyangka pria itu
berani menantangnya.

“anda harus ikut dengan kami


Tn.Choi Siwon..”

“Apa? Apa yang akan kalian


lakukan pada suami ku?”

Yoona menyela diantara


mereka, berdiri didepan
siwon seolah ingin
melindunginya.

“Tn.Choi.. Melakukan
penyerangan terhadap
seseorang Ny..”
“penyerangan apa
maksudmu?” “seseorang
bernama Kibum melapor
bahwa dirinya diserang
secara tiba- tiba oleh Tn.Choi
Siwon”

“Siapa? Kibum?”

Oh Astaga…

Siwon!!

Rasanya yoona ingin


berteriak saat itu juga. Siwon
melakukan penyerangan pada
kibum?
Oh Tuhan…
Bagaimana bisa? Apa
siwon mengikutinya
tadi?
Ia bahkan hanya mengira siwon memerintah seseorang, bukan dia
sendiri yang melakukannya.

Dan melakukan
penyerangan… Oh..
Tentu saja. Dia juga suda pernah
melakukan hal yang sama
sebelumnya. Jika yang pertama
yoona bisa memahami siwon
melakukan itu karna kibum
melakukan hal yang
membuatnya merasa tak nyaman.
Tapi kali ini, kibum bahkan
tak berbuat hal buruk
padanya.
Kibum membantunya.

Bisa-bisanya siwon
melakukan hal demikian.

Yoona mengabaikan
kehadiran para polisi disana
dan menarik siwon kembali
masuk kedalam rumah.

“Kau menyerang kibum? Jadi


kau menguntitku tadi?”

“Aku hanya memberinya


pelajaran..”

“Pelajaran? Pelajaran macam apa


yang ingin kau berikan?
Sekarang kau bahkan harus
menghadapi polisi itu. Mereka
bisa memenjarakanmu Siwon!!
Kau
tahu itu..”

“Ini bukan masalah besar..


Aku bisa mengatasinya. Kau
tak perlu ikut campur”

Siwon kemudian menarik yoona


dalam pelukannya. Meski
sebelumnya yoona sedikit
menolak tapi akhirnya ia
membiarkan siwon melakukannya.
Mengusap punggungnya mencoba
untuk membuatnya merasa tenang.
“aku harus ikut mereka
sekarang.. Kau istirahatlah
dan tunggulah aku pulang..”
Siwon lantas mengecup
kening yoona kemudian
meninggalkannya terdiam
disana.

“Siwon.. Ya Tuhan Siwon..


Apa yang harus aku
lakukan?”

“Ny.. Tenanglah. Saya akan


menghubungi pengacara
untuk membebaskan Tuan..”
“cepatlah.. Lakukan
sekarang!”

“baik Ny..”

***

Siwon kembali mengepalkan


tangannya ketika seorang
polisi disana melakukan
penyidikan dan mencecarnya
dengan berbagai pertanyaan.
Yang sungguh tak benarbenar
ingin untuk menjawabnya.

Ia juga menggeram menahan


amarahnya. Ketika melihat
rekaman cctv yang
ditunjukkan polisi itu
padanya.

Sial..!
Ia terlalu ceroboh untuk tak
memikirkan kemungkinan
terekam bukti disana.

Bukan menyesali apa yang telah


ia lakukan pada kibum. Tapi
hanya menyesali sedikit
kecerobohannya. Seharusnya ia
menghancurkan cctv itu terlebih
dulu. Sebelum menghajar pria itu.

“bukti ini memberatkan anda


Tn.. Dan kami akan
melakukan penahanan atas
apa yang telah anda lakukan”

“Persetan dengan semua bukti yang dia berikan.. kalian tak bisa
menahanku disini…!”

***

“apa? Mereka
menahan siwon? Kau bilang
akan menghubungi
pengacara
tadi!”

Yoona berubah menjadi semakin panik dengan berita yang


disampaikan padanya.

“saya sudah melakukannya


Ny.. Tapi mereka memiliki
bukti untuk menahan Tn..”

“Ya Tuhan.. Apa yang bisa


kulakukan?”
dalam kepanikan nya Yoona
memikirkan kemungkinan
untuk menghubungi kibum.
Ya…
Dia harus melakukannya.
mendatangi kibum.. Kibum
mungkin bisa melakukan
perdamaian dengan siwon
dan membebaskannya.

“aku harus bertemu kibum


sekarang..”

“Ny.. Ny.. Apa yang akan anda lakukan?”

***

Yoona terburu berjalan dikoridor rumah sakit. Ia mendapatkan


informasi jika kibum mendapatkan perawatan disana. ketika akhirnya
seorang suster menunjukkan kamar rawat kibum, Ia bergegas masuk
kedalamnya…

“Kibum ssi..”

“Oh.. Yoona. Kau..


Masuklah”

Yoona bisa melihat beberapa


memar kebiruan di beberapa
bagian wajah kibum.

Astaga..
Siwon benar-benar
keterlaluan!

“Ya Tuhan.. Maafkan aku..”


“kau tak perlu minta maaf
padaku”

“tapi siwon…”

“ya.. Suamimu itu yang


harusnya meminta maaf
padaku”

“tapi dia begitu karna aku.. Mianhae, aku tak tahu jika dia akan
menyerangmu..”

“Aku tahu itu..”

“emm, Kibum ssi.. ada yang ingin aku katakan padamu”

“apa?”

“bisakah kau memaafkan siwon. Dan berdamai dengannya..


Kumohon bebaskan dia..”

Yoona tak tahu apa ia masih pantas meminta hal semacam


itu pada kibum.. Tapi ia sungguh tak bisa diam saja
mengetahui siwon dipenjarakan..

“Tidak.. Aku tidak akan melakukannya.. aku tidak ingin berdamai


dengannya..”

“kibum ssi..”

“Dia bisa saja membunuhku,


yoona!”

“tidak.. Itu tidak mungkin. Siwon tak mungkin melakukannya..”

“Tapi dia hampir melakukannya kan.. kau lihat!!”

“Aku janji aku yang akan


mengawasinya.. dan siwon tak akan membahayakanmu lagi..
kumohon..”

Kibum menghela napas, tak tega melihat wajah memelas yoona


dihadapannya yang ditujukan untuk memohonkah maaf bagi
suaminya.

“baiklah..Tapi aku punya


syarat untuk kau penuhi..”

syarat?
Syarat apa yang kemudian diinginkan kibum padanya..

“Apa mau mu..?”

Yoona masih menunggu kibum


mengatakan syarat apa yang
dimaksudkannya, sampai kemudian
ia dikejutkan oleh tangan kibum yang
meraih dan langsung menggenggam
tangannya.

“maukah kau meninggalkan


suamimu
itu?”

“Apa?”

“Siwon.. Apa kau mau


meninggalkannya?”
tidak..tidak…

kibum tak sedang serius kan


memintanya meninggalkan
siwon?
Apa hak nya?
Ia jelas tak berhak
memintanya melakukan hal
itu.

Itu konyol!

“kibum ssi.. Apa


maksudmu?”

“Astaga.. Yoona, kau jelas


bukan wanita bodoh yang tak
mengerti maksudku”

Yoona langsung menarik


tangannya.
Wajahnya berubah pucat.
Ya Tuhan.. Apa Kibum
benar-benar serius dengan
ucapannya?

“Kau lihat apa yang telah


siwon lakukan padaku. Dia
berbahaya yoona.. Pria kasar
dan pemarah itu, tak
seharusnya kau
bersamanya..”

“Kibum ssi..”

“Dia juga sudah menyakitimu


kan?”

Tidak…
Setidaknya siwon tak pernah menyakitinya secara
fisik. tapi..
Ya..
Siwon memang terkadang
membuatnya kesal dan ia
merasakan hatinya tersakiti
karnanya.

Tapi Demi Tuhan.. Ia merasa


masih bisa mengatasi dan
bertahan dengan semua
sikapnya.

“Kau pasti tahu perasaan ku


padamu tanpa aku harus
mengatakannya kan?”

Tidak… Kibum hanya


teman. Tak akan pernah ada
sesuatupun yang lebih
diantaranya.

“kibum ssi.. Tidak.. Aku tak


bisa. Aku mencintai siwon.
Aku akan tetap bersamanya.
Dan dia tidak pernah
menyakitiku.. Tidak
sekalipun!!” Kibum
menatapnya tak yakin.

“Aku bersungguh-sungguh,
siwon tak pernah
menyakitiku. Jadi aku tak
punya alasan untuk tidak
bersamanya. Maafkan aku..”

“Kau terlalu mencintainya


yoon!”
“Yaa.. kurasa kau benar. Aku
memang terlalu
mencintainya”

Ada senyum malu ketika ia


mengakuinya. Mungkin saja
saat itu kibum menilainya
bodoh. Tapi biarlah. Ia
merasa tak menyesali
kebodohannya.

“baiklah.. aku tak akan


memaksamu..” Kibum
menarik dan menghembuskan
napasnya dengan perlahan.

“Itu tadi hanya penawaran.


Dan sepertinya kau
memang tak tertarik
dengan tawaranku”
“nde..?”

“karna aku punya syarat yang


sesungguhnya, yoona..” ada
seringai dibalik senyum nya.

Tidak mungkin!
Apa maksudnya?

“apa mau mu?”

“Aku ingatkan lagi, ini bukan


penawaran seperti yang tadi.
Jadi kau tak bisa tak tertarik.
Kau harus tertarik dan
menyetujui syarat yang ku
berikan, jika kau memang
mau aku tak melakukan
tuntutan pada suami tercinta
mu itu”

“jadi apa?”

“berkencanlah denganku,
yoona..” “Mwo!”

berkencan??

Kibum memang sudah tak


memintanya meninggalkan
siwon. Tapi menggantinya
dengan berkencan? Yangg
benar saja. Bukankah itu
sama saja dia menawarkan
perselingkuhan kepadanya.

Kibum memperhatikan raut


wajah yoona, yang
membuatnya justru menarik
senyum dari bibirnya.

“ini bukan seperti yang kau


pikirkan..” “euh..?”

“bukan benar-benar
berkencan. Sebenarnya
suamimu itu telah
mengacaukan jadwalku. Aku
seharusnya akan pegi keluar
negri dan menetap beberapa
waktu disana..”
“Kau akan pergi?”

“ya.. aku bosan disini.. dan kebetulan Seorang rekan


menawarkan untuk aku mengajar disekolah seni yang
dia dirikan. Aku menerimanya dan sudah bersiap pergi.
Tapi insiden ini membuatku terpaksa menundanya..”
“Ya Tuhan.. Maafkan aku..”

“Untuk itu sebelum aku pergi


kuharap kau bisa meluangkan
waktumu..”
“tapi kenapa kencan?”

“Siwon harus menerima


balasannya dariku. Dan kurasa
melakukan kencan denganmu
akan menjadi setimpal untuknya”

“Kau benar-benar akan


berkencan dengan wanita
hamil sepertiku?”

“Ya Tuhan.. Kau bahkan


terlihat semakin cantik yoona.
Tentu saja akan
menyenangkan mengabiskan
waktu denganmu”

Ada perasaan lega yang kemudian yoona


rasakan.

Sepertinya ia memang harus


mengiyakan syarat yang di
ajukan kibum padanya. Lagi
pula itu bukanlah kencan
dalam arti yang
sesungguhnya.

***

Siwon pada akhirnya


terbebas. Setelah kibum
menyatakan tak akan
melakukan tuntutan dan lebih
memilih melakukan
perdamaian dengannya.

Namun Siwon bisa merasakan


keanehan atas keputusan kibum. Ia
meyakini ada sesuatu dibaliknya.
Tak mungkin semudah itu ia mencabut tuntutan hukum kepadanya.

Dan benar saja.. Ketika ia


pulang kerumahnya, seorang
pelayan mengatakan Yoona
pergi untuk menemui
seseorang yang telah
melaporkan dirinya pada
polisi.

Sialan!

Jadi yoona pergi menemui


pria brengsek itu.
Umpatnya dalam hati dengan
amarah tertahan.
Pada saat yoona kembali pulang dan masuk
kedalam kamarnya, siwon sudah berada disana dan
tatapan tajam dari siwon lah yang lantas
menyambutnya. “Siwon..”

“darimana kau?”
“aku.. aku hanya..”

“mengunjungi pria brengsek


itu?” geramnya marah..

“Siwon..dengarkan aku
dulu…”

“apa yang kau lakukan yoona?


Memohon padanya? Sial.. kau tak harus
melakukannya..” “Aku hanya melakukan
apa yabg bisa kulakukan..”

“Aku sudah katakan kau tak


perlu ikut campur!”

“tapi aku tak bisa


membiarkanmu!”

“Sialan!!”

“maafkan aku.. Aku mungkin


telah melukai ego mu sebagai
seorang pria. Tapi sebagai
pasangan kita harus saling
membantu. Itulah yang aku
pelajari dari kedua orangtua
ku. Mungkin kau tak
mengerti, karna orangtua mu
tak pernah saling berlaku
demikian..”

kalimat terakhirnya mungkin


menyakiti siwon. Tapi yoona
merasa perlu mengatakannya.
“jadi apa yang dia minta
sebagai ganti pembebasanku”

Astaga..
Bagaimana dia bisa tahu?

“maksudmu?”

“jangan kira aku bodoh


yoona! Si brengsek itu pasti
punya motif dibalik sikapnya
yang bak malaikat itu”
“Siwon..”

“katakan apa yang dia


inginkan?” Yoona tertunduk
ragu untuk mengatakannya.

“kencan..”

“Brengsek!!”

Bodoh…

Yoona langsung menyesali


kejujurannya. Mengapa ia
tak bisa sedikit saja
berbohong pada siwon.
Dia jelas akan bertambah
marah sekarang.

Tidak…
Siwon tak bisa marah lagi
padanya. Memangnya siapa
yang memulai dengan
tindakan bodohnya. Jelas
siwon pelakunya.
Jika dia tak menguntitnya.andai siwon tak
melakukan penyerangan pada kibum, ia pun tak
harus mengikuti kemauan pria itu untuk berkencan.

“seharusnya aku memang


mematahkan tangan dan
kakinya”

emosi itu kian membara


dimatanya. Menggertakkan
gigi, juga mengepalkan
tangannya, siwon seakan
hendak meninju apa saja
untuk meluapkan emosinya.

“siwon.. Kau membuatku


takut..”

“MENGAPA KAU MELAKUKANNYA


YOONA!?”

Suara keras yang diucapkan


siwon sedikit mengecilkan
keberanian yoona. Ia jelas
telah melukai ego pria itu.
Seharusnya ia mengikuti
perkataan siwon untuk tidak
ikut campur.
Tapi tidak..
Ia jelas tak bisa
membiarkannya.

“karna kau..”

suara pelan yang keluar dari


bibir yoona berbanding
terbalik dengan kekerasan
suara siwon tadi.

“Karna aku mencintaimu…”

“sudah kubilang jangan ikut


campur!”

“aku juga sudah bilang, Aku


tak bisa membiarkanmu
disana!”

“Sialan!”

“jika bukan karna tindakan menguntitmu yang kekanakan,


juga penyerangan yang kau lakukan.. aku tak perlu melakukan
hal itu..”

“Oh.. Jadi maksudmu aku


kekanakan?”

Demi Tuhan..
Kau salah bicara yoona.
Batinnya mengantisipasi
untuk ledakan kemarahan
siwon selanjutnya.

Yoona bergeming, tak mau


terintimidasi oleh kemarahan
siwon saat ini. Ia menatap
siwon menantang untuk
menyahuti perkataannya.

“Ya.. Kau kekanakan! Kau


menguntitku. Kau menyerang
kibum. Ya Tuhan..
Kenapa kau tak bisa
mempercayaiku!”

“seharusnya itu juga menjadi


pertanyaan untukmu yoona.
Kau juga tak mempercayai ku
kan? Dan jika aku tak
menguntitmu, aku tak akan
pernah tahu kau bertemu si
brengsek itu, setelah apa yang
kau katakan kau tak keluar
untuk bertemu pria lain..
Sialan!”

Ya Tuhan…

“Aku.. Aku percaya padamu.


Sejujurnya setelah kau
menjelaskan padaku, aku
mempercayai ucapanmu. Aku
hanya kesal melihatmu
mabuk..”

Siwon benar untuk yang satu


itu. Jika yoona tak
mempercayai siwon, pantas
saja jika siwon juga tak
percaya padanya.

Ini menjadi satu koreksi


baginya. Jika ia menyuruh
seseorang untuk
mempercayai nya, maka ia
semestinya juga melakukan
hal yang sama untuk
mempercayai seseorang itu.
Tapi…
Menemui kibum dengan
sengaja? Penilaian itu jelas
salah dan harus ia luruskan.

“tapi aku tak sengaja bertemu


kibum. Dia melihatku
kerepotan, dan menawarkan
bantuan. Tidak lebih..” “dan
kau menerimanya”

“ya.. Itu yang kulakukan jika


seseorang berniat baik
padaku. Daripada
menguntitku kau seharusnya
membantuku.. “ Ada nada
kesal saat ia mengatakannya.

“tapi dia punya motif lain


yoona! Dia menyentuhmu!”
Astaga…

“Siwon.. Dia hanya menyentuh bukan menggerayangi


tubuhku. Itu hal yang berbeda dan masihlah wajar,
Bukanlah sesuatu dengan maksud kurangajar..”

Jika saat itu kibum kemudian


menyentuh untuk menarik tangan
yoona, mengajaknya
ketempattempat yang menyediakan
peralatan bayi yang diinginkannya.
Itu bukanlah sesuatu yang bisa
dikatakan sentuhan intim seperti
yang dimaksudkan siwon, meski
dia tidak terang-terangan
mengatakannya. Tapi ia tahu itulah
yang dimaksud oleh siwon.

Yoona kemudian mendekat


kearah siwon, mengetahui
sedikit demi sedikit amarah
dimatanya meredup. Ia lantas
meraih tangan siwon,
meletakkan keduanya diatas
pinggulnya. Ia sendiri
kemudian meletakkan
tangannya didada siwon.
Mengusapnya disana dan
sedikit meremas nya.

Sentuhannya jelas dimaksudkan untuk


menarik perhatian suaminya. Meski
sebenarnya ia tak perlu melakukannya karna
sudah sedari tadi siwon hanya memusatkan
perhatian padanya, walau dengan amarah
yang menyelubunginya. “Kau adalah satu-
satunya pria yang telah menyentuhku
dengan sebenar-benarnya siwon. Hanya
kau..”
Oh..
Kau menemukan cara untuk
menjinakkannya, yoona.
Batinnya terpaku pada apa yang kemudian akan
dilakukannya.

“Aku suka kau menyentuhku.. dan aku juga sangat suka


menyentuhmu..”

Meremas kemudian menarik


baju yang siwon kenakan,
yoona membuatnya
menunduk saat ia
memberikan ciuman
dibibirnya.
Dengan perlahan
memindahkan tangannya
untuk mengalung dileher
siwon.

Apa yang ia lakukan adalah


sebuah ajakan bagi siwon.
Yang kemudian Membuatnya
mengerang dalam ciuman
yang diberikan yoona.
Keduanya saling mencecap,
menikmati rasa bibir mereka
masing-masing yg telah
menyatu.
Yang selanjutnya terjadi adalah
keintiman untuk tak henti saling
menyentuh. Mengubah amarah
yg sempat menyelubungi
keduanya, menjadi gairah yang
saling memanaskan.

***

“jadi kapan si brengsek itu


meminta kencan
denganmu??”

Siwon memulai pembicaraan,


saat keduanya masih berada
diatas tempat tidur.
Bergelung dibawah selimut
yang sama. Yang menutupi
tubuh keduanya.

“namanya kibum.. Tak


bisakah kau memanggil
dengan namanya?”

“aku tak suka memanggil


namanya.. Jadi kapan?”

“aku belum tahu.. Dia


haruslah menyembuhkan
memar diwajahnya terlebih
dulu”

“baguslah.. Kurasa aku akan


memperlama
penyembuhannya”

Seringainya yang kemudian


dihadiahi yoona dengan
pukulan kecil didada
telanjangnya.

“Siwon! Jangan
macammacam lagi!”

“baiklah.. Beri tahu aku bila


dia menghubungimu”

“apa yang akan kau


lakukan?”

“menguntit kalian..”

“MWO.. Siwon!”
Yoona memutar matanya
mendengar niatan yang
diucapkan siwon dengan
begitu yakin.

Menguntit? Apa siwon


benar-benar akan
melakukannya?

Sebenarnya ia sendiri yakin


siwon memang akan
melakukannya. Pria itu tak
pernah main-main dengan
apa yang dikatakannya.

“aku bisa langsung


menghajarnya jika dia berani
macam-macam..”

“kenapa kau selalu


menggunakan kekerasan?”

Yoona mulai beringsut dari


pelukan siwon pada
tubuhnya.

“karna hal itu sudah


mendarah daging dalam
diriku..”

Sekilas yoona menemukan


kilatan gelap dimata siwon.
Oh..

bukan itu yang ingin


didengarnya. Ia sungguh tak
berniat menyinggung
kenangan pahit itu. Siwon
pasti akan langsung
mengaitkan hal itu dengan
masalalu yang dilakukan
ayahnya. Dengan melakukan
Kekasaran dan kekerasan
terhadap keluarganya.

“Tuan.. Ada Tn.Minho, Nona


sooyoung, Nona Sulli dan nona soojung
mencari anda..”

Suara ketukan pada pintu


kamar mereka, dan serentetan
nama yang disebutkan
pelayan itu dari balik pintu,
sedikit banyak melegakan
yoona. Ia merasa tertolong
setidaknya dari topik yang
mungkin akan membuat
ketegangan lagi dengan
siwon.

Tidak setelah mereka


berbaikan. Dan tidak
setelah mereka ‘tidur’
bersama kan.. Demi
Tuhan.. Ia tidak akan
bisa melakukannya
lagi sekarang. Ia
merasa lelah dan
sudah tak bertenaga
jika harus bersitegang
lagi dengan siwon.
“Tuan.. Apa anda akan
menemui mereka?”

“Suruh mereka menunggu


sebentar..”

Perhatian mereka jadi


teralihkan sekarang.

“Apa yang akan mereka lakukan dengan menyerbu rumahku..”

Siwon berdecak kesal sambil


menyingkap selimutnya dan turun dari
tempat tidur, untuk kemudian meraih
pakaiannya dan kembali
mengenakannya.

“mungkin mereka sudah


mendengar kabar
penangkapanmu oleh polisi”
“itu bukan sebuah
penangkapan..” “itu sudah
jelas penangkapan. Kau
bahkan sudah hampir
dipenjarakan..”

Yoona mencibirnya, seolah


ingin mengatakan dialah dewi
penyelamat yang pada
akhirnya membuatnya
dibebaskan.
Siwon juga mengerti itu
hanyalah sekedar gurauan
dari yoona.

“aku akan menemui mereka..


Kau?”

“aku berkeringat dan perlu mandi terlebih dulu..


Aku akan segera menyusul keluar..”

“Oh.. kau akan selalu berkeringat bila bersama denganku sayang..”


Seringainya..

“baiklah.. Aku akan menemui mereka dan menunggumu keluar…


meskipun aku sangat ingin bergabung
denganmu dalam kamar
mandi..”

Ucapannya membuat yoona merasakan panas ditubuhnya.

Dan sebelum keluar, siwon masih sempat


mengecup keningnya.
Yoona merasa lega.
Setidaknya siwon sudah
kembali bersikap lembut dan
tak lagi menunjukkan
amarahnya.

***

“Oppa.. Oppa gwechana?”

Begitu siwon menghampiri mereka


semua, sulli lah yang pertama kali
menghambur untuk memeluknya.

“gwechana sulli ah..”


“tapi minho oppa bilang
polisi
membawamu.. Apa yang mereka inginkan? Dan apa yang telah
oppa lakukan?”

“hanya sedikit membeli


pelajaran.. Itukah yang
membuat kalian beramai-
ramai menyerbu rumahku?”

“hmm..”

jawab mereka kompak yang


disertai dengan anggukan
kepala.

“jadi tak ada yang perlu kami


khawatirkan?”

Sooyoung beralih duduk


setelah tadi berdiri tegang
selama menunggu siwon.
Takut-takut para polisi
melakukan hal yang mungkin
membuat kakak nya itu
mengalami luka atau apapun
yang menyakiti tubuhnya.

Tapi kemudian ia bisa


menarik napas lega.
Siwon jelas terlihat tidak apa-apa dan baik-baik saja.

“sama sekali tidak.. Aku tak


apa-apa”

“dimana oenni ku?”


Soojung mengedarkan
pandangannya, mencari-cari
keberadaan yoona yang
belum dilihatnya.

“dia sedang mandi.. Dia akan


segera keluar setelah selesai..”

“Oh hyung.. Sepertinya sudah


lama kita tak berkumpul
seperti ini. Bagaimana kalau
kita melakukan sesuatu”

“apa?”

“pergi keluar mungkin. Bagaimana


kalau club? Sudah lama kita tak datang
kesana..”

“Kau tak bisa membawa


wanita hamil ke club
minho..”

“Owh.. Noona”

Yoona keluar dari kamarnya,


membuat minho berseri saat
melihatnya.

“kau masih tertarik pada


istriku?”

“Mwo?? Yakk.. Hyung,


sampai kapan kau akan
menyimpan kecemburuanmu
padaku? Yang benar saja..”
“aku selalu mewaspadai
siapapun yang memberikan
tatapan berbinar seperti itu
setiap kali melihat istriku”

Siwon lantas menarik pinggang yoona dan merangkunya.


mencium harum rambutnya.. wangi tubuhnya sehabis mandi yang
berbau sabun sungguh sangat memabukkan..

“aigoo.. Yoona noona


bagaimana bisa kau bertahan
dengan hyung yang seperti
itu. Seharusnya kau
mempertimbangka nku..”

“Kau ini.. Jangan sampai kau


bernasib sama seperti kibum”

ucap Yoona mengingatkan,


yang kemudian tersenyum pada siwon meminta ijin agar pria itu
melepaskan rangkulannya. Untuk kemudian ia menghampiri soojung
dan sulli. Mengajak keduanya untuk duduk bersama dengan
sooyoung.

“Oenni.. Bagaimana
kandunganmu? Kapan titik
kecil itu lahir? Aku sudah tak
sabar ingin
menggendongnya”

“ne oenni.. Aku juga. Apa dia


seorang laki-laki? Atau
perempuan?”

Soojung dan Sulli


menunjukkan antusias yang
sama terhadap bayi dalam
kandungan yoona, calon
keponakan pertama mereka.

“Menurut Dr.Kim
kemungkinan besar dia
adalah laki-laki”

Yoona melirik kearah siwon. Melihat raut wajahnya yang kemudian


berubah, ia tahu akan pembicaraan itu bukanlah hal yang tepat untuk
dibicarakan saat ini.

“jadi ‘titik kecil’ mu adalah


seorang laki-laki”
sooyoung ikut
mengomentari.

“hmm.. Itu yang aku


dapatkan dari hasil usg”

“kalau begitu kita bisa


memikirkan nama untuk ‘titik
kecil’ noona..”

“ne.. Oppa, menurutmu siapa


nama yang cocok untuk bayi
yoona oenni?” “emm..
Bagaimana kalau…”

“kalian teruskan saja


obrolannya, aku lelah..”

Semua kemudian terpaku dengan


sikap dingin yang tibatiba
ditunjukkan siwon. Yoona sudah
memperkirakan hal ini akan
terjadi.
Meski mereka sudah
berbaikan, itu tak serta merta
membuat siwon menerima
bayi laki-lakinya.

Lalu akan sampai kapan


siwon seperti itu??

“Aku perlu istirahat..”

Pada akhirnya Siwon yang


memutuskan obrolan, dan
memilih kembali masuk
kedalam kamarnya. Membuat
tanda tanya bagi saudaranya.

Namun yoona kemudian


meyakinkan dan berusaha
menutupi alasan perubahan
sikap suaminya, dengan
mengatakan siwon mungkin
memang lelah dan butuh
istirahat setelah insiden
penangkapannya oleh polisi.

Walau terlihat meragukan, namun tak


satupun dari mereka yang lantas
mengajukan pertanyaan, dan justru
lebih memilih meninggalkan rumah itu.

“Oenni ya.. Kau tahu aku


selalu bisa jadi pendengar yg
baik jika kau mau bercerita
padaku”
ucapan soojung ditengah
pelukan mereka membuat
yoona menyadari, soojung
masih sama. Dia adalah
seorang adik yang peka
terhadap perasaannya.

“ne, aku tahu.. Jaga dirimu


dan pulanglah dengan hati-
hati..”

“hmm.. Aku menyayangimu


oenni”

“aku juga sayang..”

Yoona melepas kepergian


soojung dari rumahnya.

Menghembuskan napas
perlahan ia kemudian beralih
untuk kembali kekamarnya.
Pada saat ia masuk, hal yang
sudah pasti menjadi pusat
perhatiannya adalah
keberadaan siwon saat itu.

Ia melihat nya tidur dengan


posisi miring
membelakanginya. Yoona
kemudian mengambil posisi
disisi yang lainnya. Ia hanya
diam dan memilih untuk
melakukan hal yang sama,
dengan tidur membelakangi
siwon. meski karna
kehamilannya membuat ia
lebih sering mengubah posisi
tidurnya.

Oh…
Tentu saja itu sangatlah
kontras dengan apa yang
mereka berdua lakukan tak
lama sebelumnya. Ditempat
yang sama namun kini
berbeda. Terasa ada tembok
besar ditengah- tengah mereka
yang memisahkan keduanya.

Ini jelas bukan masalah


kecemburuan siwon yang
berlebihan. Ini bukan hal
yang bisa diatasi dengan
‘tidur’ bersama. Ini
tentang ‘bayi laki-laki’
nya. Sesuatu yang masih
menjadi pertentangan.

Sesuatu yang sulit karna


menyangkut trauma, rasa
takut yang diakibatkan
kelamnya masalalu siwon
yang masih dan terus
menekannya.

Ya Tuhan.. Sampai
kapan ia mampu
bertahan?? ***

“Siwon..!”
Yoona terkesiap. Terjaga dari
tidurnya dengan napas yang
tersengal dan perasaan takut
yang kemudian muncul.

Ya Tuhan..
Mimpi?
Jadi itu tadi hanya mimpi? Ia
melihat bagaimana siwon
memegang sebuah pistol
yang diacungkan pada
kepalanya.

Tidak…
Apa Siwon berniat bunuh
diri?
Oh Tuhan..
Ia bersyukur karna itu hanyalah sebuah mimpi
buruknya. tapi selama ini ia jarang mendapatkan
mimpi buruk. apakah itu pengaruh dirinya yang merasa
tertekan oleh keadaan?

yoona merasa tertekan. Tapi ia lebih tak ingin


membuat siwon tertekan. Jika bayi laki-laki nya itu
membuat siwon tertekan sedemikian dalam, dan
mimpi buruknya akan menjadi kenyataan. Demi
Tuhan.. Ia tak sanggup membayangkannya. Ia
juga tak akan mungkin bisa menerimanya.

Tapi yoona juga tak mau


menyerah. Ia jelas tak ingin
menyerah untuk meyakinkan
siwon bahwa pemikirannya
hanya lah kebodohan
semata.
Lantas dengan cara apa ia
bisa meyakinkannya. Jika
perkataannya sudah tak
cukup meyakinkan bagi
siwon.

Dengan berbagai pemikiran


yang masih berkecamuk, ia
beranjak turun dari atas
tempat tidur, setelah
menyadari siwon sudah tak
berada disana. Juga
menyadari itu sudah dipagi
hari ketika matahari
merangkak naik dan sinarnya
mulai memasuki kamarnya.

Apa dia sudah pergi? Yoona


kemudian berjalan keluar
dan mendapati siwon
sedang menikmati
sarapannya.

“pagi..”

Siwon mendongak dan


menatapnya sekilas sebelum
akhirnya menggumam pelan
membalas sapaannya dan
kembali menikmati
sarapannya.

“pagi..”
“Kau tak membangunkanku
untuk menemanimu
sarapan?” “tidak..”

“kenapa?”

“hanya tak ingin..”

Yoona mengernyit menyadari


dinginnya sikap siwon
terhadapnya.

“aku sudah selesai..”

“kau belum menghabiskan


sarapanmu..” “aku
kehilangan selera
makanku..” apa?

Yoona ternganga
mendengarnya.
Apa maksudnya?
Kehilangan selera makan?
Jadi maksudnya siwon
kehilangan selera makan
karna kehadirannya…

Oh..
Yang benar saja.
Apalagi ini? Apalagi
yg sedang dia
mainkan?
“Tak perlu menungguku
malam ini.. Aku ada urusan
diluar kota. Mungkin aku
akan pulang malam”

Oh..
Aku tak perduli.!

Yoona mengumpat dalam hati. Kesal dengan perubahan sikap


siwon kali ini. Tanpa berkata-kata lagi,
Ia kemudian beranjak dari
ruang makan begitu saja
bahkan sebelum siwon
melangkah pergi.

***

Malam ketika yoona tengah


membaca sebuah buku yang
berada dalam perpustakaan
dirumah itu. Ruang yang
sempat menjadi tempat
terlarang baginya. Ia
mendapat telpon dari kibum
yang menagih janjinya…

“lusa kurasa waktu yang tepat


yoona, karna dihari
berikutnya aku harus segera
pergi..”

“Oh.. Baiklah, tapi apa kau


benar-benar sudah pulih?”

“Ya.. Meski suamimu itu


hampir mematahkan sebagian
tulang ditubuhku, tapi aku
masih baik-baik saja”

“maaf untuk semua itu..”

“tidak.. Kau tak perlu minta


maaf. Jadi kau akan datang?”

“ya..tentu saja”

Ketika kibum kemudian


menutup telponnya, yoona
kembali memusatkan
perhatian pada buku yang
berada ditangannya.

Namun sesaat ia tertegun,


mengingat sikap siwon tadi,
masihkah ia perlu
mengatakan tentang kibum
padanya?

Mungkin tidak…

Siwon sedang dalam mode


mengacuhkan, tak perduli
padanya. Ya…
Sudah pasti dia tak akan
perduli meski pada akhirnya
ia berkencan dengan Kibum.

“Jika kau memilih untuk


tidak perduli padaku. Maka
akupun bisa melakukan hal
yang sama padamu. Aku
takkan lagi
memperdulikanmu,
Siwon..!!” Menyebalkan..!!!

Pada akhirnya hanya itulah yang


mungkin bisa yoona lakukan.
Entah keputusan itu untuk
sesaat karna terpengaruh oleh
kekesalannya akan sikap siwon,
atau memang itulah yang ia rasa
sikap yang benar yang perlu ia
ambil.

Saling mengacuhkan?

Memang terdengar
kekanakan. Tapi Siwon
benar-benar keterlaluan tadi.
Kata-kata yang diucapkannya
terasa menyakitkan bila
yoona kembali
mengingatnya.

Tidakkah ini waktu yang


tepat untuknya menyerah?
Tidakkah sikap siwon sengaja
ditunjukkan untuknya
mundur? Siwon sudah tak
menginginkannya lagi?

Ya Tuhan…
Tidak mungkin! Batinnya
menganalisa dan berakhir
dengan kesimpulan yang
menyakitkan.
Pada akhirnya yoona
menyerah pada rasa
kantuknya. Ini sudah lebih
dari jam sepuluh malam, dan
benar, belum ada tanda-tanda
siwon akan pulang.

entah kemana suaminya itu pergi?


Hanya Tuhan dan dia lah yang
mengetahuinya… Ia kemudian
melangkah keluar dari perpustakaan,
meninggalkan bukunya diatas sofa
yang ia duduki.

Masuk kedalam kamarnya, ia


bahkan tak memikirkan
sedari tadi ia sama sekali
belum menyentuh makanan.
***
Suara pintu kamarnya yang
terbuka, diikuti dengan
langkah kaki setelahnya,
membuat yoona terbangun
dari tidurnya.

Itu pasti siwon…

Diliriknya sekilas jam yang


telah menunjukkan lewat dari
pukul satu dini hari. Dan dia
baru pulang? Apa yang
dilakukannya diluar sana?
Bekerja? Atau justru
menemui wanita bernama
victoria dan kembali minum
disana?

Pikiran itu terasa menusuk


hatinya. Membuatnya
merasakan sakit dan muak
pada waktu yang sama.

Sesaat yoona teringat akan


harusnya mereka saling
percaya. Tapi dengan sikap
siwon yang seperti itu.
masihkah bisa ia
mempercayainya?

“Aku tahu kau belum tidur


yoona!”

Yoona tersentak, tak


menyangka jika siwon akan
bersuara.

“sudah kukatakan untuk tak


menungguku. Kenapa kau
masih melakukannya?”

Oh..
Benar-benar…

Yoona lantas mendudukkan


tubuhnya. Dan menatap
kearah siwon.

“aku tak menunggumu. Tapi Kau


yang telah mengganggu tidurku!
Lain kali jika kau pulang larut
malam, tolong pelankan suara
langkah kakimu. Atau sebaiknya
kau tak usah masuk kekamar
ini!” menarik napasnya ia
kemudian melanjutkan…

“Masih banyak kamar kosong


dirumah ini yang bisa kau
gunakan. Aku tak mau
tidurku terus-terusan
terganggu dan berpengaruh
buruk pada perkembangan
bayi ku..”

Kembali membaringkan tubuhnya,


dan mencoba memejamkan mata,
Yoona tak perduli dengan
ketajaman kata-kata yang
diucapkan nya. Ataupun berhak
dan tidaknya dirinya
mengucapkan kalimat itu.

Biarkan saja..
Ini memang rumah siwon.
Tapi ia adalah istrinya. Tentu
saja dirinya juga mempunyai
hak terhadap rumah itu. Masa
bodoh dengan
ketersinggungan siwon.
Bukankah dia sendiri yang
memulainya.

Tak ada suara siwon yang


menyahuti ucapan yoona. Tak
ada juga pergerakan tubuhnya,
yang menandakan siwon
masih diam disana. Sesaat
yang dilakukannya hanya
menatap kearah tempat tidur
dimana yoona membaringkan
tubuhnya, terperangah oleh
apa yang tadi diucapkannya.
***

Tak mau membuat dirinya


sendiri stres karna tertekan
oleh sikap siwon. Yoona
berusaha bersikap santai dan
tak terpengaruh.

Di pagi hari saat ia terbangun


hal itulah yang pertama kali
dipikirkan dan akan
dilakukan nya. Ia sudah
menyegarkan tubuhnya,
mengganti pakaian tidurnya
dengan pakaian yang sama
nyamannya ditubuhnya. Ia
kemudian menghampiri
siwon yang berada diruang
makan. Tak ada basa-basi
untuk saling memberikan
sapaan. Yoona langsung
menarik kursi dan duduk
untuk menikmati sarapan
paginya.

Ia benar-benar merasa
kelaparan. Bukan hanya
dirinya pasti, tapi bayi nya
juga merasakan hal yang
sama, setelah kemarin ia
sama sekali tak menyentuh
makanan.

Oh…
Maafkan oemma titik kecil.
Seharusnya kekesalan oemma
pada appa mu tak membuatku
menelantarkan mu.

Yoona mengucap dalam hati


sambil mengelus perutnya,
dan lantas menyuapkan
makanan kedalam mulutnya.

Ada senyum disetiap


kunyahannya menandakan ia
benar-benar menikmati rasa
makanannya.

Rasanya setelah ini ia akan


memuji siapa saja yang sudah
menyiapkan sarapannya,

yang telah mengembalikan


lagi nafsu makannya.

“Kau berencana pergi hari


ini?”

Yoona menoleh kearah siwon


setelah terlebih dulu pria itu
membuka suaranya.

“ya..” jawabnya
singkat.

“kemana?”
Oh..
Apakah dia benar ingin tahu.

Apa mood nya kembali


berubah hari ini?
“butik..” “butik?”

“ya.. Kurasa aku perlu


membeli beberapa pakaian
baru. Aku tak bisa lagi
memakai pakaian lamaku,
karna Perutku semakin
membesar. Dan juga, aku
perlu sesuatu yang pantas
untuk ku kenakan saat
bertemu kibum..”

Yoona berusaha
mempertahankan ketenangan
suaranya dan tak terpengaruh
oleh perubahan raut wajah
dan tatapan mata siwon saat
dirinya menyebut nama
kibum.

“Ku pikir kau pernah


memintaku mengatakannya,
maka aku akan katakan.
Kibum menghubungiku dan
besok adalah ‘kencan’ yang
telah kita sepakati. Aku akan
pergi dengannya”

Gelisah, menungggu dengan


cemas akan seperti apa reaksi
siwon setelah ia
terangterangan
mengatakannya.

“Pergilah.. Ku harap kau


menikmati ‘kencan’ itu
besok..”

Astaga… Reaksi
macam apa itu?
Bukankah dia bilang
akan menguntitnya?
Mengapa sekarang
terkesan siwon
merelakannya??

Aishh..
Yang benar saja…

***

Setelah sarapan pagi yang


mengenyangkan sekaligus
memuakkan karna sikap
siwon. Meski ia sudah
bertekad tak akan
memperdulikan apa yang
siwon katakan, tetap saja
perasaan diabaikan itu begitu
sakit untuknya.

Yoona bergegas
menghubungi soojung dan
meminta sang adik untuk
menjemput dan
menemaninya ke butik. Saat
ini satu-satu nya harapan
untuk membunuh kekesalan
dalam hatinya hanyalah
soojung. Adiknya itu pasti
bisa mengubah mood nya
menjadi lebih baik. “hai
oenni..”

“Astaga cepat sekali. Apa kau


memacu mobil mu dengan
kencang?”

“emm.. hanya sedikit lebih kencang dari biasanya.


Aku bersemangat karna oenni mengajakku ke
butik. Jadi aku bisa ikut belanja kan?”

“Oh.. Tentu saja. Kajja!”

Sepanjang hari itu yoona menghabiskan


waktunya berdua dengan soojung.
Mengunjungi beberapa butik, membeli
beberapa gaun dan sepatu tanpa hak
untuk yoona, juga makan bersama
disalah satu resto ternama, menciptakan
nostalgia keduanya dimasalalu.

Dulu juga mereka


melakukannya meski dalam
kondisi yang berbeda seperti
sekarang.
yang membedakan tentu
kondisi finansialnya.
Dulu keduanya harus menghitung
terlebih dulu berapa banyak yang telah
mereka habiskan. baru setelahnya
mereka akan makan
dikedai pinggir jalan, atau jika tak
mencukupi membeli dua cup ramen
sudahlah cukup bagi keduanya.

Jelas jauh berbeda dengan makan diresto


ternama seperti yang saat ini dilakukan.

Berterimakasih pada siwon


yang telah mengubah kondisi
keungannya tanpa perlu
khawatir, mungkin akan
setiap hari yoona lakukan bila
ia memang menikah untuk
materi.
Tapi nyatanya ia menikah
karna hati, tentu jaminan
materi tak cukup untuknya.

“kencan? apa aku tak salah


dengar?”

Soojung terkejut ketika yoona


tiba pada pembicaraan
tentang permintaan kencan
dari kibum.

“ya..”

“tapi apa itu kibum.. Pria itu? Yang dulu


menari denganmu?”

“Memang dia orangnya..”

“Oh.. wae? Kenapa bisa


begitu? Oenni ya.. Kau tidak
sedang memancing
kemarahan siwon oppa kan?”
“justru aku melakukan itu
untuknya..?”

“hah? Maksudnya?”

Yang terjadi kemudian adalah


cerita tentang kejadian saat
pertengkarannya dengan
siwon, kepergiannya yang
tanpa sengaja kemudian
bertemu kibum, penyerangan
yang dilakukan siwon sampai
penangkapan polisi hingga
berakhir pada apa yang
dilakukannya untuk menemui
kibum dan memintanya
melakukan perdamaian.

“Astaga.. Jika saat itu saja


siwon oppa ‘mengamuk’ apa
yang akan terjadi jika dia
tahu kau akan berkencan?”
“dia sudah tahu..”

“jadi siwon oppa sudah


mengetahuinya?”

“aku sudah katakan padanya.


Dan dia mengatakan agar aku
menikmati kencan itu..”

“Apa? Yang benar saja!”

***
Ketika malam setelah ia selesai
melakukan apa yang menjadi
keinginanya untuk dilakukan,
yoona pulang dengan beberapa
paper bag yang kemudian ia
perintahkan beberapa pelayan
untuk memasukkannya kedalam
kamar. Ia merasa terlalu lelah
sekarang.

“apa siwon sudah pulang?”

“belum Ny..” Oh..

Tanpa berpikir lama, yoona


kemudian menutup rapat
pintu kamar dan
menguncinya.

Biarkan saja siwon


menempati kamar lain. Dia
tak bisa lagi mengganggu
tidurnya malam ini. ***
Dress yang saat ini yoona
pakai memang diperuntukkan
untuk wanita hamil. Ia
membelinya kemarin.
Panjangnya selutut dengan
warna putih dan pita biru pada
bagian atas perutnya, semakin
mempertegas kehamilannya
saat ini, membuat yoona cukup
berbangga. Meski suaminya
belum bisa menerima bayi
laki-laki nya, setidaknya ia
akan segera menjadi wanita
sempurna, menjadi seorang ibu
bagi bayi nya.

“Hai.. Cantik sekali. Kau


wanita yang mengagumkan,
yoona”

pujian kibum ketika


menjemput dan melihat
tampilannya membuat
pipinya merona.

“bisa kita pergi sekarang?”

“ya..”

“tak perlu ijin terlebih dulu


pada suamimu?”

“tidak.. Dia sudah pergi tadi”

Yoona menghembuskan napas pelan.


Semalam ia mendengar siwon mencoba
membuka pintu kamarnya. Meski tak ada
usaha keras darinya untuk memaksa
membukanya, hanya dua kali dia menekan
knop pintu sebagai usaha untuk
membukanya. Setelahnya tak ada lagi suara.
Semalam siwon pasti mengikuti sarannya
untuk menggunakan kamar lainnya. Dan
pagi-pagi tadi suara mobil siwon terdengar
yang menandakan kepergiannya. Tanpa
berpamitan padanya, siwon pasti sedang
menghindar bertatap muka dengannya.
Oh..
Betapa menyebalkannya dia.
***

“kemana kita pergi?”

“hmm..jujur aku juga tak tahu


yoona, kau punya ide?”

“kau pasti keberatan dengan


ideku..”

“tentu saja tidak.. Apa?


Katakanlah..”

“emm.. Kurasa aku ingin


kembali ketempat dimana kau
menemaniku membeli
peralatan untuk bayiku. Ada
yang masih aku perlukan..”

Yoona menggigit bibir


bawahnya, merasa tak pantas
bila mengajak kibum kembali
kesana.

“Ada yang masih kau


perlukan?”

“Ya.. jika kau keberatan aku tak memaksa.. kita bisa pergi ketempat
yang kau inginkan..”

“hmm.. tidak.. baiklah…Kita


kesana”

Kibum kemudian fokus pada roda


kemudi ditangannya. Namun ia
tiba-tiba dikejutkan oleh sebuah
mobil yang dipacu dengan kencang,
menikungnya dan hampirhampir
membuat ia dan yoona celaka.

“berandalan gila!”

Kibum mengumpat saat itu juga.


Masih belum melihat yoona yang
memucat dan terkesiap.

Ia mengenali mobil yang


dipacu kencang itu. Sangat
mengenalinya. Karna Itu
mobil siwon? mobil yang
biasa dikendarai suaminya..

Apa dia benar-benar ingin


membuatnya celaka?

Ya Tuhan.. Apa
yang ada dalam
pikirannya??

Gila!!

***

Siwon meremas rambutnya


kemudian memukul keras
roda kemudi mobilnya.

Ia baru saja bertindak bodoh.


Benar-benar bodoh. Setan
apa yang telah merasuki
pikirannya. Hingga hampir
saja ia membuat yoona
celaka.
Wanita yang dicintainya,
istrinya, bagaimana bisa ia
berbuat sedemikian bodoh
karna emosi yang
memenangkan hati dan
menguasai pikirannya.

Dari saat mobil kibum masuk


pelataran rumahnya dan
kemudian keluar dengan
yoona yang berada
didalamnya, Siwon telah
mengawasi dan kemudian
mengikutinya. Hingga
muncul niatan buruk yang
membuatnya hampir saja
menabrakkan mobilnya
kearah mobil kibum.

Untungnya ia kemudian tersadar,


dengan cepat menikung dan hanya
mengakibatkan gesekan kecil
antara mobilnya yang menyerempet
sisi bagian depan mobil kibum.

Awalnya ia mengira akan


menjadi mudah dengan
Keputusannya untuk tidak
perduli, dan membiarkan
yoona pergi dengan kibum.

Tapi nyatanya hal itu justru


menjadi bumerang untuknya.
Kecemburuannya benar-
benar tak bisa ia kendalikan.

Ya Tuhan…

“sayang.. Maafkan aku. Aku


tak berniat mencelakakanmu.
Maaf..”

Siwon kembalu mencengkeram kuat


kemudinya. Terbersit pemikiran setelahnya.

Ia persis seperti ayahnya.


Ia pria brengsek yang tak
punya hati. Ia
berbahaya. Ia bahkan
telah membahayakan
nyawa istrinya.
Mungkin akan terulang kisah
tragis keluarganya, andai ia
tak lekas tersadar tadi.

Ya Tuhan…
Ia bisa saja membuat yoona
terbunuh.
Tidak…
Bukan hanya yoona, tapi juga
bayinya.

Yabg terjadi setelahnya akan sama seperti


apa yang ayahnya lakukan. Yang
menyebabkan ibunya bunuh diri.
Yang kemudian membunuh ibu Minho juga melukai minho.

Dan sedikit saja tadi.. ia pun


akan berada diposisi yang
sama seperti ayahnya, orang
paling jahat didunia ini.
Tidak..
Ia jelas tak ingin menjadi
sama seperti ayahnya.

Siwon mengeram dalam


penyesalan. Harusnya ia tak
bersikap seperti bajingan.
Harusnya ia menjaga dan
melindungi istrinya.

Bukan justru
mencelakakannya.
Ataukah.. Ataukah memang
yoona yang tak seharusnya
bersamanya.

Yoona tak seharusnya


bertahan dengannya.
Yoona harusnya
mendapatkan
kebahagiaannya. Dan itu
bukan dari dirinya.. Ia
bukan orang yang pantas
untuknya. Ia bisa saja
membahayakannya lagi.

Ya Tuhan..
Harus seperti apa sekarang?

Dan pilihannya kemudian


adalah… Yoona menjauhinya
atau dirinya yang menjauh
dari yoona. Atau mereka
bertahan bersama-sama?
Jelas itu semua adalah hal
yang menjadi sulit untuk
dilakukan.

***

Sejak kejadian dijalan tadi,


yoona kemudian menjadi
lebih banyak diam. Hanya
berbicara jika kibum
menanyakan sesuatu.
Jawabannya pun hanya
sekenanya yang bisa ia
katakan. Ia masih merasa
shock. Kibum mungkin tak
tahu mobil itu milik siwon.
Dia memang lebih baik tak
usah tahu.

Namun yang terjadi


kemudian adalah perasaan tak
nyaman. Yoona jelas merasa
tak enak hati pada kibum.

Itu seakan dirinya setengah


hati melakukan ‘kencan’
yang bahkan telah
sebelumnya mereka sepakati.

“Yoona..”

“euh..ne..”

“sesuatu mengganggumu?”

“Oh.. Tidak”
“Kau terlihat murung..”

“maafkan aku.. Hanya saja


mungkin karna pengaruh
kehamilanku.. Aku menjadi
cepat lelah..”

Ia tak sepenuhnya berbohong


untuk itu.

“Ya Tuhan maafkan aku..


Seharusnya kau katakan
padaku, yoona”

Kibum kemudian merangkul


yoona, keduanya baru saja
melangkah keluar dari toko
perlengkapan bayi, sesuai
dengan yabg diinginkan
yoona.

Ketika kemudian kibum


tanpa sengaja menyenggol
lengan seorang wanita yang
berjalan berlawanan
dengannya dan sibuk dengan
ponsel ditangannya.

Andai ponsel ditangan wanita


itu tak terjatuh, Sepertinya
dia juga tak akan menyadari
bila dirinya bertabrakan
dengan kibum saat itu.

“Oh.. Astaga! Ponselku..”


Wanita itu kemudian membungkuk untuk
mengambil ponselnya yang terjatuh.

“Hei.. Perhatikan jalanmu


bodoh!”

umpatnya yang kemudian


mengarahkan pandangannya
pada siapa yang sebenarnya
telah mengganggunya. “maaf
nona..tapi bukan hanya aku
yang harus memperhatikan
jalanku. Tapi juga kau..”
balas kibum kemudian.
Namun wanita itu tak
menyahuti dan lebih tertarik
memperhatikan seseorang
yang saat itu bersama dengan
kibum.

Oh…

“Kau..”

“Victoria ssi..”

“Im Yoona.. Apa yang kau lakukan dengan


pria ini?”

Victoria lantas menatap


kearah beberapa paper bag
ditangan kibum, juga
memperhatikan toko
perlengkapan bayi yang
berada tak jauh darisana.
“Oh.. Jadi ini yang kau
lakukan? Yang membuat
siwon mabuk dan marah. Kau
berselingkuh?” Apa?

“dari awal aku sudah yakin


kau bukanlah wanita
baikbaik..”

“jaga bicaramu nona!”


Kibum memperingatkan.

“jangan ikut campur kau!


Oh.. Aku semakin yakin
sekarang”

“Victoria ssi.. Ini bukan


seperti apa..”

“Diam kau! Apa yang kau


lakukan pada siwon? Pria ini
kan yang sebenarnya
menanamkan benih
dirahimmu. Kau
menggunakan kehamilanmu
untuk menjebak siwon agar
menikahimu.. Sialan!”

Ya Tuhan..
Bicara apa dia??

***

Tadinya siwon sudah


memutuskan untuk
bertahan. Meski sulit ia
akan tetap menjaga yoona
sebagai istrinya.
Memastikan yoona baikbaik
saja.

Namun yang ia dengar


sekarang justru seperti
sambaran petir yang
menyengat tubuhnya.

Apa yang dimaksud Victoria?


Kehamilan yoona?
Bayi itu?
Anak Kibum?

Tidak mungkin..!!

***

“Harusnya aku lebih


memperingatkan siwon.
Harusnya aku mengatakan
kecurigaan ku padanya. Aku
menyesal tak melakukannya,
dan justru membiarkannya
menikah dengan wanita
murahan sepertimu!”

Victoria semakin lantang


mengatakan tuduhannya.

“Bisa-bisanya kau melakukan


itu pada siwon. Bisa-bisanya
kau mengatakan bayi sialan
itu sebagai anaknya. Niat
busuk apa yang sedang kau
rencanakan Im Yoona?
Memuakkan! Kau bahkan
lebih hina dari…” Cukup…

Plakkk~

Yoona memberikan tamparan


sebelum victoria
menyelesaikan ucapannya.

Sudah cukup omong


kosongnya. Wanita itu
tak bisa lagi
menghinanya. Terlebih
bayinya. Ia akan
melindungi bayinya dari
tuduhan victoria yang
menyakitkan… “berhenti
bicara omong kosong
padaku. Kau tak tahu
apaapa tentang bayiku!”

“Kau.. Beraninya kau


menamparku!”

Vic sudah mengangkat


tangannya untuk membalas
tamparan diwajahnya, namun
niatannya terhalang oleh
kehadiran siwon yang
tibatiba, dan langsung
merenggut tangan dan
mencekalnya.

“Siwon..”

Yoona menggumam pelan.


Ya Tuhan.. Siwon ada
disini. Apa siwon tadi juga
mendengar tuduhan vic
padanya?

Tidak… Siwon tak bisa


mendengarnya. Dia
bisa salah paham
nantinya.

“Siwon..”

Yoona sudah akan meraih


siwon ketika kemudian siwon
bersuara dan menatap tajam
kearah victoria.

“Apa yang kau lakukan


disini? Ikut aku sekarang!”

Siwon kemudian menariknya


menjauh dari Yoona dan
kibum.

Pemandangan itu membuat


yoona merasa sakit.
Harusnya siwon terlebih
dulu mengatakan sesuatu
padanya. Harusnya siwon
menarik tangannya dan
membawanya pergi
darisana, dan bukan victoria.

Apakah kehadiran siwon


memang sudah
direncanakan?
Ya…
Siwon pastilah berada disana
untuk bertemu dengan
victoria.

Ya Tuhan…
Jadi siwon sudah Benarbenar
tak perduli padanya?

Tidak…

Pemikiran itu membuat


yoona limbung. Ia sudah pasti
jatuh andai tak ada lengan
kibum yang merangkulnya.

“yoona..gwechana?”

“ne..kepala ku hanya sedikit


pusing. Bisakah kita pergi
saja dari sini?”

“Ya.. Aku akan


mengantarmu. Kau haruslah
beristirahat”

***

“apa yang tadi kau katakan pada yoona?”

Siwon kini menatap marah


pada victoria.

“aku mengatakan apa yang


seharusnya ku katakan tadi.
Siwon.. Apa yang kau lihat
darinya? Wanita itu.. Lihatlah
tadi dia bersama pria lain dan
berbelanja peralatan bayi? Kau
pikir pria mana yang melakukan
hal itu jika bukan karna bayi itu
adalah anaknya”

Vic melihat tatapan keras


dimata siwon ketika ia
mengatakan alasannya.
“Bayi itu.. Tidakkah kau
berpikir bayi itu bukan darah
dagingmu. Yoona pasti sudah
berbohong padamu! Pria
yang bersamanya tadi
pastilah orang yang telah
menanamkan benih
dirahimnya, dan bukan kau!”

“Sialan kau.. Itu tidak


mungkin!”

“Siwon.. Itu mungkin saja.


Kau pikir yoona tidak ‘tidur’
dengan pria lain sementara
dia mau ‘tidur’ denganmu.
Wanita murahan..!”

“Hentikan vic! Kau pikir


siapa yang sedang kau
bicarakan? Yoona istriku dan
bukan wanita murahan.. Aku
percaya padanya. Dan bayi
itu.. Bayi itu sudah pasti
anakku, darah dagingku. Aku
bisa merasakannya..”

“Siwon..!”
Vic berdecak kesal saat
Siwon langsung
meninggalkannya. Siwon
jelas marah karna apa yang
victoria katakan. Dia
sahabatnya. Bagaimana bisa
dia memberikan penilaian
begitu buruk terhadap wanita
yang dicintainya. Yoona
jelas bukan wanita seperti
itu.

***

Yoona tak lantas pulang


kerumah siwon. Ia meminta
kibum mengantarnya ke
apartemen yang dulu ia
tempati bersama soojung.

Ia juga mengucap maaf,


merasa tak enak karna jelas
itu bukanlah ‘kencan’ seperti
yang diinginkan kibum. Dan
untunglah kibum bisa
mengerti.

“Kau benar tidak apa-apa?”

“Ya.. kibum ssi. Aku akan bertemu soojung terlebih dulu..”

“Mungkin sebelum pergi aku bisa memberi penjelasan pada siwon.


Wanita tadi.. apa yang diucapkannya.. aku hanya merasa suamimu
akan menjadi salah paham bila mendengarnya tadi…”

Yoona tercenung.
Ya..
Itu jugalah yang menjadi ketakutannya saat ini..

“Tidak.. aku yakin siwon mempercayaiku. Dia akan mempercayai


bayi ini adalah darah dagingnya..”

Yoona berusaha meyakinkan


dirinya.

“Aku hanya mencemaskanmu


yoon..”

“Ya.. trimakasih..”

Ketika kemudian kibum kembali melajukan mobilnya setelah


mengatakan salam perpisahan karna esoknya ia harus pergi.yoona
tersenyum dan memintanya untuk bethati-hati.kibum bersikap
layaknya teman tadi. Mungkin pria itu telah berubah..
Entahlah..
Yoona tak merasa perlu
memikirnya..

***

Ketika kemudian yoona menemui soojung, Pada saat itu soojung


yang sedang tidak berkuliah menyambutnya dengan senang dan
sekaligus bertanya-tanya tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Dengan hanya melihat dari raut wajah


yoona, soojung yakin ada masalah
yang kembali terjadi antara kakaknya
dengan siwon.

Dan benar saja…

Sebelum ia membuka suara


untuk bertanya, yoona lah
yang lebih dulu menceritakan
semua kejadian hari itu
padanya.
Semuanya..
Tak ada yang ia lewatkan…

“Oenni tidakkah kau lelah?”

Soojung menatap iba kearah


yoona yang terdiam
diapartemennya. Yoona
sedang menonton acara tv
dihadapannya, tapi soojung
tahu sang kakak tak sedang
menyimak apa yang
dilihatnya.

“lelah untuk apa soojung


ah..?”

“untuk terus bertahan


bersama siwon oppa..
Pergilah oenni. Tinggalkan
siwon oppa..”

“tidak semudah itu soojung..


Kau tahu tidak semudah itu..
Bagaimana dengan bayiku?
Apa menurutmu aku akan
tega membiarkannya tumbuh
tanpa seorang ayah? Tidak..
Aku tidak bisa
melakukannya..”

“tapi siwon oppa tidak mau


menerima bayi laki-laki mu
oenni.. Percuma saja bila kau
tetap tinggal disana”

“Siwon bukan tidak mau..


Dia hanya belum bisa
menerimanya. Aku yakin dia
akan menerimanya”

“tapi sampai kapan oenni?


Aku takut oppa akan semakin
menyakitimu..”

“tidak.. Kau tahu siwon


mencintaiku”

“Tapi sekarang Aku merasa mulai


menyesalkan keputusanku
mendukung pernikahan kalian..”

“soojung ah.. Jangan bicara


seperti itu”

“tapi oppa begitu keterlaluan oenni.


Aku menjadi marah karna sikapnya
padamu… Cobalah untuk pergi oenni,
dan lihat bagaimana dia akan
bersikap?”

“pergi? Kemana?”

Haruskan ia mempertimbangkan usulan soojung untuk pergi..??


Mencoba pergi seperti yang sudah pernah ia lakukan sebelumnya..??

Oh..
Entahlah…

***
Setelah mencurahkan isi
hatinya, Yoona pulang
dimalam hari dengan
diantar oleh soojung.
Sebenarnya soojung sudah
memintanya untuk
menginap saja diapartemen
bersamanya, atau jika
perlu yoona lebih baik
tinggal disana, daripada
terus tertekan saat tinggal
bersama siwon.

Tapi yoona menolaknya.


Ia mengatakan sudah

cukup dewasa baginya


untuk bertingkah layaknya
remaja yang marah
kemudian pergi
meninggalkan rumahnya.
Meski ia juga mengatakan
akan memikirkan usulan
soojung untuk pergi, tapi
setidaknya masih ada satu
ganjalan dalam hatinya dan
mesti ia selesaikan.

Hal itu adalah tentang


kekhawatirannya akan
siwon yang mungkin
saja termakan
omongan victoria. Jika
itu semua terjadi.
Yoona akan memilih
pergi meninggalkan
siwon sesuai saran
soojung.

Ya Tuhan..
Jangan sampai itu terjadi.

“oenni ya..benar kau tak


apaapa?”

“aku baik-baik saja soojung


ah..
Pulanglah sebelum terlalu
malam. Akan berbahaya
saat kau berkendara
sendirian” “ne..tapi
oenni harus berjanji jika
siwon oppa berlaku kasar
padamu, kau akan
memberitahuku. Aku
akan menghajarnya
dengan tanganku!!”

Yoona malah menanggapi


ucapan soojung dengan
senyuman. Apalagi melihat
sang adik yang menggeram
marah hingga mencengkram
kuat kemudi mobilnya, entah
mengapa membuatnya
terhibur.

Setidaknya akan ada


yang membantunya jika
pun siwon memang
benar- benar perlu
untuk dihajar.
Oh…
Mengapa ia jadi berpikir
anarkis disini.

“aku bercerita padamu


lebih untuk berbagi
perasaan ku denganmu.
Bukan bermaksud untuk
membuat sesuatu yang
anarkis dengan
kemarahanmu. Kau seorang
wanita jadi bersikaplah
layaknya seorang wanita,
yang penuh kelembutan”
Yoona mengusap bahu
soojung kemudian
membuka pintu mobil itu..

“aku masuk ya..berhatihatilah


dijalan..”

Soojung tersenyum kemudian


menghembuskan napas
pasrah. Jika dipikir-pikir
sang kakak jugalah
seorang yang keras kepala,
meski yoona menolak
untuk disebut seperti itu
dan lebih memilih
menyebutnya dengan
sikap pantang menyerah.

Yeah…
Coba temukan saja keras
kepala dan pantang
menyerah dimanakah
perbedaan nya? Ataukah
keduanya sama? Atau
benar-benar berbeda
makna?

Sebaiknya soojung memang


tak memikirkan hal semacam
itu, karna hal itu justru
membuatnya semakin pusing
saja. ***

Ketika yoona masuk


kedalam rumah, kesunyian
yang didapatkannya.
Keadaan didalamnya sepi,
hanya ada beberapa
pelayan saja yang terlihat
berseliweran disana.

“Oh.. Ny.. Selamat malam..”


seorang
pelayan rumah
membungkuk menyapanya.

“malam.. Siwon sudah


pulang?”

“belum Ny.. Sepertinya Tuan


akan pulang larut malam”

Huuh.. Sebenarnya
pekerjaan macam apa
yang saat ini dia
kerjakan hingga
belakangan membuatnya
terus pulang larut.
Kenapa tak sekalian saja
menginap dikantornya.

“apa ada yang anda butuhkan


Ny..??”

Pertanyaan sang pelayan,


membuyarkan gerutuan
dalam hari yoona.

“Oh..tidak, trimakasih..
Aku akan ada diruang baca
sambil menunggu siwon”

apa kau pikir siwon kemudian


akan senang melihatmu
menunggunya? Batinnya
mempertanyakan.

“Tolong jika dia pulang


dan mencariku, katakan
padanya aku menunggu
disana..”

Oh.. Apa dia juga


akan repot-repot
mencarimu. Batinnya
kembali menyela.

Namun
nampaknya yoona
tak
memperdulikan
nya. “baiklah
Ny..”
Yoona kemudian menuju
ruang baca atau perpustakan.
Ia ingat semalam sebuah
buku cukup menarik untuk
dipelajarinya dan ia belum
selesai membacanya. Itu
adalah sebuah buku tentang
bagaimana cara orang tua
mendidik buah hatinya.
Yoona menemukannya
terselip ditengah-tengah
buku lainnya. Pasti itu
adalah buku milik ibu
siwon.

Oh..
Betapa malangnya wanita itu.
Yoona mungkin bisa
memahami
rasa tertekannya. Tapi ia
tidak bisa
memahami bagaimana dia
bisa membunuh dirinya
sendiri dan meninggalkan
anakanaknya.

Seberapapun sakit hatinya


wanita itu. Tak
seharusnya dia
mengambil langkah
sebodoh itu. ***

Ketika siwon pulang


tepat dijam dua belas
malam, ia melihat pintu
kamarnya terbuka dengan
lampu didalamnya yang
masih menyala terang.
Apakah yoona
belum tidur? Tanyanya pada
diri sendiri, sebelum seorang
pelayan yang tadi
berbicara dengan yoona
menghampirinya.

“anda mencari Ny.. Tuan?”

Tidak… Seharusnya ia
mengatakan tidak.
Tapi…

“ya..dimana dia? Belum


pulang?”

“Ny. sudah kembali sejak tadi


dan menunggu anda diruang
baca”
“menungguku?”

“ne.. Ny. berpesan


untuk mengatakan hal
itu jika anda pulang”

Oh.. Siwon begitu


saja meninggalkan
sang
pelayan tadi, untuk kemudian
membuka pintu ruang
perpustakaan dan
mendapati yoona tengah
tertidur
disofa yang berada didalamnya dengan sebuah buku
dalam pelukannya.

Perlahan siwon mendekat


memandanginya.

Ya Tuhan…

Apa yg telah ia lakukan


terhadap wanita yang
dicintainya. Dan apa
sesungguhnya yang benar-
benar ia inginkan?

Kenapa semua yang


dilakukannya, yang berharap
untuk kebahagiaan
yoona justru berakhir
sebaliknya. Yoona selalu
tersakiti olehnya…

“mianhae..”

Suaranya lebih seperti bisikan angin,


setelahnya siwon menggulung lengan
kemejanya, mengambil sebuah buku
dari tangan yoona, melihatnya sekilas
dan kemudian meletakkannya.

Memposisikan kedua
lengannya ditubuh yoona,
siwon kemudian mengangkat
tubuh itu berniat untuk
memindahkannya kekamar.

Namun sepertinya
pergerakannya tak cukup
halus dan justru membuat
yoona terjaga…

“Siwon…”

Siwon berhenti
melangkah hanya untuk
memastikan apakah hal
yang dilakukannya
telah mengganggu tidur
yoona. Tapi…

Oh..
Rupanya yoona bukannya
terjaga dari tidurnya,
melainkan mengigau
memanggil nama siwon
dalam tidurnya.

Siwon tertegun.. Apa


yang mungkin sedang
dimimpikan oleh
yoona? Mengapa ia
menyebut namanya?
Sesuatu yang baikkah?
Atau sebaliknya…
Siwon membuat yoona
tersakiti bahkan
sampai kedalam
mimpinya.

Ah.. Siwon sangat


berharap ia tak
melakukannya. Semoga
saja apa yang
dimimpikan yoona
bukanlah sesuatu yang
juga menyakitinya.

Kembali melangkah,
siwon kemudian
keluar dari dalam
ruang perpustakaan

itu menuju kedalam kamar


mereka. Menurunkannya
diatas tempat
tidur, ia
kemudian membenarkan
posisi kaki dan tubuh
yoona agar merasa nyaman
dalam tidurnya. Siwon
juga menyelimuti
tubuhnya sebelum
akhirnya ia duduk disisi
tempat tidur.

Terdiam, hanya untuk


memandangi yoona yabg
sedang tertidur.

Tarikan napasnya teratur.


Yoona juga bahkan sangat
cantik meski dalam
tidurnya. Meski mungkin
yoona mengalami

lelah untuk harinya. Karna


nyatanya ia sama sekali tak
terbangun dengan apa yang
dilakukan siwon tadi. Atau
sebenarnya ia bukan lelah
secara fisik namun kelelahan
secara mental, untuk situasi
yang bertubitubi
menekannya.

“maafkan aku sayang..maaf”

bahkan suara siwon saat itu


lebih terdengar sebagai
gumaman serak. Entah
perasaan apa yabg kala itu
berkecamuk dalam hatinya.

Siwon kemudian
mengulurkan tangannya
untuk menyentuh wajah
yoona,membelainya.
Menyingkirkan helaian halus
rambutnya yang sedikit
menutupi paras cantiknya.

Ya Tuhan…

Yoona semestinya bahagia.


Mengapa
ia justru rela
menderitakan dirinya
sendiri demi untuk
bertahan disisinya.
Sebegitu kuatkah
cintanya untuk ku?

Ataukah ia hanya belum


menyadari betapa
sebenarnya cintanya teramat
bodoh untuk pria seperti
dirinya?
Siwon mempertanyakan
itu dalam hatinya? Merasa
tak pantas menerima
semua itu dari yoona.

Tapi yang sepantasnya siwon


harusnya bersyukur. Ia
mendapatkan istri yang
setegar dan sekuat yoona.
Dan yoona sudah
membuktikan dirinya
bukanlah wanita selemah
ibunya. Yoona cukup bisa
bertahan dengannya.

“Aku mencintaimu sayang..


Aku mencintaimu.. Maafkan
aku..”

Siwon kemudian dengan


perlahan dan tampak ragu
mengarahkan tangannya
keatas perut yoona yang
tertutup selimut.
Menyentuhnya untuk
kemudian mengusapnya, dan
berujar..

“maafkan aku.. Ah,


maksudku, maafkan
appa ‘titik kecil’ maaf..
Appa berlaku tak baik
padamu..”

Siwon lantas beralih


untuk mengecup kening
yoona. Setelahnya ia
menyalakan lampu
tidur, mematikan lampu
kamar dan keluar dari
dalam kamarnya.

Nampaknya ia tak
ingin
mengganggu
tidur yoona. ***

Dalam temaram
kamarnya Yoona
tercenung. Ia membuka
kedua matanya setelah
siwon keluar dari kamar.
Ia tak benar-benar tertidur
tadi dan mendengar
semua yang dikatakan
siwon padanya dan pada
titik kecilnya.

Ya Tuhan…

Akhirnya.. Apakah yang


siwon katakan tadi sebagai
tanda bahwa dirinya
menerima bayi laki-laki nya?
Dan tak terpengaruh dengan
omongan Victoria?

Syukurlah.. Mendadak
yoona merasakan cairan
bening dikedua pipinya.
Ia menangis.. Kali ini
bukanlah tangis
kesedihannya melainkan
tangis keharuan dari
dalam hatinya yang
sekaligus bercampur
dengan perasaan lega
yang menyertainya..

Ia tahu siwon juga merasa sama


terlukanya karna sikapnya
sendiri. Pria itu sebenarnya
tengah berusaha melawan
traumanya, perasaan takut, juga
doktrinasi atas ucapan buruk
ayahnya dari dalam kepalanya.

Astaga..
Yoona menyesalkan
pemikirannya untuk
mengikuti saran soojung.
Untuk pergi meninggalkan
siwon. Untunglah ia baru
memikirkannya dan belum
benar-benar melakukannya.
Dengan sikap siwon tadi,
setidaknya
itu
cukup sebagai pembuktian
bahwa siwon masih peduli
padanya. Peduli pada bayi
laki-laki nya dan tetap
mencintainya.

“aku juga
mencintaimu
siwon..sangat
mencintaimu. Aku
akan menunggumu
sampai kau
mengatakannya
langsung padaku..kau
menerimanya.
Menerima
bayi laki-laki kita” ***

Pagi harinya saat yoona


terbangun, ia merasakan
perasaan bersemangat
dalam dirinya. Ia bahkan
tak merasakan
kejengkelan karna pagi
itu pun siwon pergi
tanpa berpamitan dulu
padanya.

“tolong singkirkan beberapa


barang yang tak berguna
dari kamar itu.. Aku akan
menjadikannya kamar
untuk bayiku”

Yoona memerintahkan
beberapa pelayan
rumahnya. Karna
beberapa kejadian
kemarin membuatnya tak
sempat menata barang-
barang yang telah ia beli
untuk bayinya.

Dan hari ini ia berencana


melakukannya.
Membongkar salah satu
kamar dan menjadikannya
sebagai kamar untuk
bayinya kelak.

“Ny..apa yang ini juga akan


dikeluarkan?”

“Ya.. singkirkan itu..”

Ia benar-benar menikmati
hari itu. Menyusun
pakaianpakaian mungil untuk
bayinya adalah salah satu
yang paling dinikmatinya.

“aigoo.. betapa lucunya


saat nanti kau memakainya
sayang..

Oemma tak sabar


menunggumu lahir..”

mengelus perutnya yoona


tersenyum dan kembali
meneruskan kegiatannya
sebelum akhirnya
terdengar suara pintu
terbuka dan…

“apa yang sedang kau lakukan dengan kamar


ini??”

“kakek…”

Yoona langsung beralih


untuk kemudian
membungkuk memberi
hormat pada kakek siwon
yang entah untuk alasan apa
tiba-tiba datang hari itu.

“Kau sedang
menyiapkan kamar untuk
bayimu?”

Yoona mengangguk,
melihat sang kakek yang
kemudian mengamati
keseluruhan kamar itu, yang
masih belum sepenuhnya
rapi.

Karnq Yoona masih


merencanakan untuk
mengganti warna cat dengan
yang lebih berwarna
terang agar terkesan ceria,
dan juga memasang
wallpaper dibeberapa bagian
dindingnya.

“ada perlu apa kakek


datang?”

“apa aku tak boleh datang


kerumah cucuku?”

“Ah.. Aniy.. Bukan seperti itu


maksudku..”

Yoona menunduk merasa tak


enak hati. Ia telah salah
bicara dan berharap kakek tak
tersinggung dengan
pertanyaannya tadi.

“Kau dan siwon, kalian


sama saja tak pernah
mengunjungiku, jadi
kuputuskan untuk
mengunjungimu. cucu
menantu bagaimana
keadaan mu?”

Saat itu juga yoona


merasakan perasaan bersalah
dalam dirinya. Setelah
pemberkatan pernikahannya
dan siwon, ia memang
belum lagi bertemu sang
kakek. Siwon pun tak
sekalipun mengajaknya
untuk berkunjung.

“maafkan aku kakek..aku


benar- benar minta maaf..
Aku baik-baik saja
sekarang..”

Sekali lagi Yoona menunduk, kali ini untuk


meminta maaf. Sang kakek menghembuskan
napas perlahan kemudian menatap yoona.

“meskipun siwon selalu


berulah? Kau masih
merasa baik-baik saja?”

“nde?”
Yoona mendongak, terkejut
oleh pertanyaan yang
dilontarkan sang kakek
padanya.

“Aku dengar dari Sulli bahwa


polisi sempat melakukan
penangkapan pada siwon
karna dia menyerang seorang
temanmu.. Dan Sulli juga
menilai Siwon kurang
antusias dengan bayi mu.

Bukankah semua itu benar?”

Oh.. Sulli..
Apa yang telah
dikatakannya..?

“jangan salahkan Sulli jika


aku akhirnya tahu. Dari
keempat cucuku, hanya dia
lah yang dekat denganku.
Apapun itu dia selalu
menceritakannya padaku”

Yoona memperhatikannya.
Menemukan
gurat-gurat kesedihan
diwajah sang kakek.
Melihat garis-garis
keletihan diwajah tua
nya yang mengeriput.

“Kakek.. Aku baik-baik saja.


Aku bisa menghadapinya”
“Aku tahu kau wanita seperti itu..
bahkan sejak saat pertama kali
siwon membawamu dan
mengenalkanmu sebagai
calon istrinya. Aku tahu kau bukanlah wanita
biasa.. Aku hanya khawatir kau pada akhirnya
akan mencapai batas kesabaranmu.. Seperti apa
yang

terjadi pada istriku dan


juga pada ibu siwon..”

Entah bagaimana
pembicaraan itu
kemudian berlanjut
menjadi kisah yang
panjang. Sang kakek
bercerita bagaimana
kehidupannya diwaktu
dulu.

Istrinya pergi dengan


membawa seorang anak
mereka dan
meninggalkannya hanya
berdua dengan ayah siwon.
Sang kakek yang dengan
kelimpahan harta nya
namun miskin akan cinta
akibat wanitanya pergi,
kemudian harus
dihadapkan untuk
mengurusi ayah siwon.
Putranya ia besarkan diatas
kemewahan. Kehidupannya
bebas dan terjamin dengan banyaknya
materi yang ia limpahkan.

Sampai pada akhirnya sang


kakek sadar, ia bukannya
mendidik tapi justru
menjerumuskan anaknya
sendiri.
Kekeliruannya sudah tak bisa diperbaiki.
Ayah siwon terlanjur
menjatidirikan dirinya sebagai pria
pembangkang yang tak
mengenal arti tanggung
jawab dan tak bisa
mengkomitmenkan
dirinya terhadap seorang
wanita.

“Aku tak pernah menyangka jika pada akhirnya aku


lah yang menjadi perusak moralnya, juga
penyebab kematian
putraku sendiri.. Tapi pada
saat itu aku harus
memilih.. Putraku yang
telah menjadi seorang
bajingan atau
Siwon, cucuku yang masih
punya masa depan yang
panjang..”

Yoona tak mengerti mengapa


kemudian sang kakek
berkisah seperti itu padanya.
Ia juga tak menyangka akan
kembali mendengar cerita
kelam itu.
“Semua terjadi karena
kesalahanku..
Siwon menjadi seperti ini juga karna aku. jauh dalam hati nya dia
pasti membenciku.. karna biar bagaimanapun anak ku yang bajingan
itu adalah ayahnya. Dan aku membunuhnya , membuatnya kehilangan
orangtua nya. Tapi aku masih bersyukur karna dia
bertemu wanita
sepertimu..”

Yoona tak tahu bagaimana ia


harus menanggapi
pembicaraan ini.

“Siwon memang keras


kepala.. Tapi dibalik itu
semua, dia hanyalah seorang
pria yang rapuh. Sama seperti
ibunya”

ya…
siwon mungkin mewarisi kerapuhan itu dari ibunya

“ya.. Aku mengerti itu kakek”

“jadi biar bagaimanapun,


kumohon tetaplah
bersamanya. Jangan
menyerah padanya..”

Oh..
Inikah maksudnya?
Inikah tujuan sang kakek
mendatanginya? Untuk
menguatkannya…

“aku sangat ingin


melakukannya kakek..”
Sejenak yoona melihat
kelegaan diwajah sang kakek.
Pria yang sudah terlihat renta
itu pastilah sangat
menyayangi siwon. Sikap
nya yang kaku mungkinlah
yang kadang membuat
cucucucunya tidak menyadari
kasih sayangnya.

“trimakasih yoona..senang
bisa bercerita banyak
denganmu..”

“Aku lebih senang karna kakek mau mencariku.. aku janji akan sering
mengunjungi kakek..”

“Ya.. kau harus melakukan itu. Aku sangat kesepian dan akan senang
jika kau datang kerumahku..”

“Aku juga akan sering membawa bayiku jika dia sudah lahir nanti..”

“Ya Tuhan.. aku sangat senang mendengarnya. Trimakasih sayang..”

***

Sepeninggal sang kakek dari


rumahnya, yoona masih
terus merenungkan apa yang
dikatakan sang kakek
tadi. Sejarah keluarga
siwon memang teramat
buruk.
Sang kakek mendatanginya
dan memintanya untuk
bertahan, pastilah karna tak
ingin siwon semakin
merasakan kelam dalam
hidupnya.

Betapa siwon memang tak


semestinya terjebak dalam
trauma masa kecilnya.
Dan yoona sangat berharap dapat
menghapus trauma itu dari dalam hidupnya.

Yoona merasakan lelah ditubuhnya, setelah


menyelesaikan menata pakaian-pakaian
mungil milik bayinya, ia memutuskan
kembali kekamarnya untuk mengistirahatkan
tubuhnya.

Rasanya ia sudah akan


terlelap ketika sebuah
lengan memeluknya dan
diiringi suara yang
berbisik ditelinganya..

“aku merindukanmu
sayang..”

Oh..
Siwon??

“bangunlah aku punya


kejutan untukmu…”

Yoona hanya menggeliat,


merasa bisikan-bisikan
itu mungkin hanyalah
buaian mimpi belaka.

“Sayang.. Kau benarbenar


tak akan bangun. Aku
merindukanmu.. dan aku
ingin menunjukan sesuatu
padamu”

Siwon yang sebelumnya


telah membaringkan
tubuhnya disamping yoona,
kini semakin merapatkan
tubuh padanya. Menyentuh
wajah yoona, kemudian
membelainya disana.

“Kau benar-benar tak ingin


melihat kejutan dariku?
Baiklah…”

Oh tidak..
Siwon…

Yoona mengerjap setelah


menyadari bisikan yang
didengarnya adalah nyata.
Dan itu siwon..
Suaminya… Oh…

“siwon..”

Senyum itu menyambutnya,


dan sentuhan lembut
diwajahnya semakin ia
rasakan.

“siwon..”

Seakan tak menemukan


kata lain yoona terus
menyebut namanya.
Berusaha menyadarkan
dirinya bahwa siwon
memang benar-benar
berada dekat dengannya.
Tersenyum padanya, dan
sedang membelai wajahnya.

Oh Tuhan..
Siwonnya telah kembali? Dan
kali ini dia harus benar-benar
kembali padanya.

Yoona telah merasakan


beberapa hari diacuhkan.
Dan itu sungguh tidak
mengenakan. Ia butuh
siwon. Ia butuh suaminya.
Selalu dan untuk selamanya.
Rasanya ia sudah
menggantungkan nyawa nya
pada pria itu.

Terlalu berlebihan kah?


Tapi memang seperti itulah
yang dirasakannya…
“siwon..”
yoona kemudian
melakukan pergerakan
yang tak diduga
sebelumnya oleh siwon.
Ia memeluknya, memeluk
erat leher siwon dengan
kedua tangannya.
Matanya berair, dan
sepersekian detik
setelahnya airmata sudah
membanjiri wajahnya.

Ia menangis.. Menangis
untuk bahagia yang sedang
membuncah saat ini.

“maafkan aku..aku
benar-benar minta
maaf sayang..maaf..”

Yoona mengeratkan
pelukannya. Benar-benar
erat hingga tak perduli
dengan ganjalan
diperutnya, dan juga siwon
yang mungkin kesulitan
untuk bernapas.

“aku telah banyak


melukaimu, yoona. Maafkan
aku..”

“Aku mencintaimu..Aku
percaya padamu. Harusnya
kau bisa berlaku sama
sepertiku..”

“Tapi aku bukan yang terbaik


untukmu..”

“Aku tak menginginkan yang


terbaik! Aku hanya
menginginkanmu. Hanya kau
Siwon..”
Yoona mengepalkan
tangannya untuk
memukulmukul dada
siwon. Kesal dengan
pemikiran bodoh yang
seakan terus bersarang
diotaknya.

“Iya yoona..maafkan aku.


Aku tak akan memikirkan
menjadi yang terbaik.
Tapi aku akan menjadi
seperti apa yang kau
inginkan. Aku janji
padamu..”

“Kau pria baik siwon. Yang


akan menjadi ayah yang baik
untuk bayi kita. Itu yang
aku inginkan dan

butuhkan. Aku
percaya padamu..”

Yoona melepaskan
pelukannya. Keduanya duduk
diatas tempat tidur kemudian
saling menautkan jemarinya.

“Kau menangis.. Ya Tuhan,


aku membuatmu menangis
sayang..?”

Yoona mengangguk saat


kemudian siwon menghapus
airmata dengan kedua jarinya.
“Aku terharu dan bahagia, Tadinya
aku takut saat kau melihatku dan
kibum…”

Yoona berhenti, tak ingin


menyinggung tentang
prilaku siwon yang hampir
mencelakakan dirinya.

Tidak saat ini.


Tidak untuk membuat siwon
semakin merasa bersalah.

Dia memang seharusnya


merasa bersalah. Tapi
tidak
sekarang. Yoona tak
mau membuatnya
tertekan oleh perasaan
bersalah terhadapnya.

Oh..

Kau benar-benar seorang


yang
peduli padanya
yoona. Batinnya
memberi pujian.

“dan victoria, apa kau


mendengar apa yabg
dikatakannya saat itu?” tanya
nya mengalihkan.

“ya..aku mendengarnya..”

“semuanya?”
“semuanya..”

“itu yang kutakutkan..aku


takut kau akan salah
paham padaku. Aku
takut kau semakin
menjauh dariku. Aku
takut kau lebih
percaya pada victoria
daripada aku. Aku
takut…”

“ssttt..”

Siwon menempelkan telunjuknya pada


bibir yoona. Menghentikan rentetan
ketakutan yang diucapkannya.

“tidak sayang, tidak.. Aku


sepenuhnya percaya
padamu. Aku begitu
marah pada victoria saat
itu. Aku marah karna dia
berkata buruk padamu.
Aku menjadi sangat
marah ketika dia
mengatakan bayi itu
bukanlah darah dagingku.
Aku tidak rela ada yang
menyebutnya seperti itu.
Bayi itu bayi kita.. Titik
kecil itu buah penyatuan
cinta kita. Dia
anakku.. Hal itu kemudian
menyadarkanku bahwa
sesungguhnya aku juga
menginginkannya. Begitu
menginginkan bayi itu,
sama seperti aku
menginginkanmu,
yoona..”

Airmata semakin deras


mengalir dikedua pipi yoona
setelah mendengar
pengakuan siwon yang ia
yakini benar adanya. Siwon
berkata jujur padanya, dia
memang selalu
melakukannya. “Ya Tuhan..
Aku benar tidak ingin
membuatmu menangis
sayang..”
“Kau membuatku bahagia
saat ini..benar-benar
bahagia..”

Yoona kembali memeluk


siwon, menumpahkan
airmata bahagia didada
bidangnya. Siwon
kemudian mengusap
rambutnya juga menciumi
puncak kepalanya.
Menghirup dalam-dalam
keharumannya.

Ya Tuhan.. Betapa
ia sangat
merindukannya.
“tadi Kau bilang punya
kejutan untukku.. Apa?”

Yoona mendongak, begitu


bersemangat menatap
siwon.

“apa kau bangun karna aku


mengatakan mempunyai
kejutan untukmu?”

“jadi tidak ada kejutan?”

Ia berubah cemberut menatap


siwon. “sebenarnya bukan
untukmu tapi untuk bayi
kita..”

Oh.. Meski masih


terasa kaku, namun
yoona senang karna
siwon mau menyentuh
perutnya tanpa ia
perintah.

“tapi karna dia masih


dalam perutmu,
bukankah aku juga harus
membawamu.. Ayo
keluar..” “apa
kejutannya?”

“Kau akan segera


melihatnya.. Ayo..!”
Merangkulnya, Siwon
membawa yoona keluar
dari kamar mereka.

Baru beberapa langkah


berjalan, Yoona sudah bisa
melihat kejutan apa yang
dimaksud siwon untuknya.

Oh bukan..
Itu jelas untuk titik kecilnya.

“Astaga… Siwon.. Kau


serius dengan semua
ini?” Siwon justru
tergelak mendengar
pertanyaan dari yoona.

“tentu saja, Aku tak


pernah seserius saat ini
sayang..”

“Kau gila.. Untuk apa semua


ini?”

“semua ini untuk bayi kita,


yoona.. Kau suka?”

Yoona harusnya sudah


biasa menerima sikap
berlebihan yang selama
ini ditunjukkan siwon
padanya. Tapi untuk kali
ini..

Ya Tuhan…
Untuk apa semua itu?
Bayinya saja belum lahir..
Bagaimana bisa siwon
telah membuat rumah
mereka bak taman bermain.

Rumah nya kini dipenuhi


berbagai jenis mainan
anak-anak yang ia yakin
tak bisa memastikan untuk
menghitung berapa jumlah
kesemuanya.

Jika tidak menyebut


suaminya gila, lalu apa kata
yang pas untuk
menggambarkan
‘kegilaan’ siwon saat ini.

“Apa Kau
merencanakan
menjadikan rumah
kita taman bermain?”

Yoona mendecak sambil


menggelengkan kepalanya.

“aku akan melakukannya jika


kau setuju..”

“Siwon..!”

“Baiklah, aku bercanda..


Jadi kau tak
menyukainya? Tadinya
aku ingin mengajakmu
untuk ikut memilih
seperti apa yang kau
suka untuk bayi kita.
Tapi setelah ku pikir itu
bisa membuatmu lelah,
aku mengurungkannya.
Dan memutuskan untuk
melakukannya sendiri.
Semua ini aku sendiri
yang memilihnya.. Kau
benar-benar tak suka
dengan kejutanku?”
Jelas kejutan terbesar
yang dirasakan yoona
bukanlah dari mainan-
mainan dihadapannya.
Kejutan terbesar baginya
adalah perubahan sikap
siwon terhadapnya dan
juga titik kecilnya.

Tapi bukan itu maksudnya.


Bukan ia tak menyukai
perhatian berlebih yang
ditunjukkan siwon. Hanya
saja, sekarang bayinya belum
lah membutuhkan semua itu..

“Bukan seperti itu.. Bukan


aku tak menyukainya. Hanya
saja semua ini…”

“kenapa yoona? Apa


menurutmu semua ini
masih kurang? Aku bisa
membelikannya lagi. Aku
bahkan bisa membeli
pabrik mainan itu jika
bayi kita
menginginkannya..”

Astaga…
Jelas yoona percaya
suaminya itu sanggup
melakukannya. Tapi bukan
itu intinya. Bukan maksud
yoona mengecewakan
siwon karna tak menyukai
kejutan darinya.

Ya Tuhan.. Batinnya
ikut mendecak
keheranan. Sepertinya
siwon memang belum
tahu maksud yang ingin
diutarakannya.

“Siwon dengarkan aku..”

Yoona menatapnya, kedua


tangannya bahkan terulur
untuk meraih wajah
siwon.

“Bukan aku tak menghargai


usahamu. Bukan aku tak
menyukainya.. Bukan, bukan
itu.. Aku berterimakasih
karna kau mulai memberi
perhatian pada bayi kita
dengan membelikannya
mainan- mainan itu. Hanya
saja untuk
saat
ini,
itu bukanlah sesuatu yang dia
butuhkan siwon.. Bayi kita
bahkan belum lahir, dia
pastinya belum mengerti
dengan semua yang kau
belikan untuknya..”

“jadi semua ini sia-sia saja..?”

nada bicara yang


diucapkannya jelas terdengar
kecewa.

“Aku tak ingin mengatakan


seperti itu.
Hanya saja saat ini bukanlah waktu yang tepat. Kurasa
dia akan lebih mengerti bila kau
menunjukkan kasih sayangmu dengan cara yang
lain..”

“maksudmu?”

“Dia masihlah didalam


perutku, Kau bisa
memulai menunjukan
perhatianmu dengan
menyentuhnya,
mengajaknya bicara,
Dia akan merasa
kehadirannya diakui
olehmu..”

Yoona tersenyum sambil


mengusap wajahnya.
“Kau mengerti maksudku?”

“Ya Tuhan.. Kau benarbenar


seorang

ibu sayang.. Kau


mengerti apa yg bayi kita
butuhkan”

Siwon meraih tangan yoona


dari wajahnya, kemudian
mengecup punggung
tangannya beberapa kali.
Setelahnya ia mendekap
tubuh yoona kedalam
pelukannya.

“Aku benar-benar
bahagia mempunyai
bayi itu dalam
perutmu. Kau wanita
yang luar biasa
yoona.. Dan aku
mencintaimu sayang,
sangat mencintaimu..”

Dan hanya dengan


katakata manis yang
diucapkan siwon
untuknya, itu sudahlah
cukup untuk menyelimuti
hatinya dengan
kebahagiaan yang
menghangatkan.
“begitupun denganku
siwon.. Aku juga sangat
mencintaimu” ***

Setelah Siwon menunjukkan


kejutan yang ia rasa gagal
untuk yoona, keduanya
kembali masuk kedalam
kamar. Mengistirahatkan
tubuh dengan bersandar
pada kepala ranjang.

Jari siwon bertaut dengan


jemari yoona dan hanya
dengan melakukan itu
senyum tak pernah lepas
menghias wajahnya.

“jadi perlu berapa lama


bagi titik kecil untuk bisa
melihat dunia ini..”

“emm..mungkin sekitar dua


bulan lagi..”

“Oh.. Itu waktu yang lama


untukmu sayang. Tidakkah
dia semakin berat..?”

“Ya.. Dia semakin bertumbuh


dan menjadi lebih berat. Tapi
aku menikmatinya..”

Siwon mulai
menyentuh perut yoona,
kemudian
mengusapnya.

Menyentuh dan mengusap


perut yoona mungkin
akan menjadi hobinya
mulai sekarang.

Untuk merasakan ada nyawa


didalam nya. Merasakan
bayinya bertumbuh
didalamnya. Oh…

Ya Tuhan…

Siwon tak pernah menyangka


jika
rasanya begitu menakjubkan
hingga
ia
sendiri tak bisa
menggambarkan seperti apa
perasaannya.

“Siwon.. Aku belum


memberitahumu
jika kakek datang tadi..”

“kakek? Untuk apa dia


menemuimu?”

Yoona menyadari perubahan


sikap siwon. Tubuhnya
menegang dengan
tatapannya yang mengeras.

Oh..
Apakah itu topik yg salah??

Seharusnya disaat seperti


itu memang menghindari
topik yang mungkin bisa
kembali memicu
ketegangan diantara
keduanya.

Tapi tidak ada yang


semestinya menegangkan
hanya karna yoona
mengatakan sang kakek
datang menemuinya..
“Siwon.. Kenapa?”

“Kau bilang kakek datang..


Apa yang kemudian dia
lakukan padamu yoona?”

Yoona menghembuskan
napasnya pelan. Heran
dengan reaksi Siwon yang
terlihat waspada
menanggapinya..

“Dia hanya berbicara


denganku..”

“berbicara? Berbicara apa


maksudmu? Demi
Tuhan.. Katakan padaku,
kakek tidak menyakitimu
kan?”

Dengan cepat yoona


menggelengkan kepalanya.
Kemudian mengubah
posisinya menjadi
berhadapan agar
ia

bisa menatap kedalam


matanya yang mengeras
oleh rasa siaga dalam
dirinya.

“tidak..tidak seperti itu.


Kakek hanya
menanyakan kondisiku..”

“kondisimu? Yang benar


saja yoona.. Aku tahu
bagaimana kakek, tak
mungkin dia
mendatangimu hanya untuk
berbasa-basi menanyakan
kondisimu. Dia terlalu
angkuh untuk kemudian
melakukan hal semacam
itu..”

Siwon beralih turun dari


tempat tidur,

berdiri tegang didepan


jendela kaca kamarnya.

Frustasi dengan kemungkinan


sang kakek yang berkata
buruk terhadap yoona.

“Siwon.. Aku berkata benar.


Kakek tidak melakukan
apapun selain bicara
denganku.. Dia datang
bukan untuk menyakitiku.
Tapi sebaliknya, kakek
datang karna
mengkhawatirkan kita.
Dia tahu yang terjadi
padamu dan dia hanya
takut bila aku kemudian
menjadi wanita rapuh,
dan menyerah denganmu.
Jelas kakek
menyayangimu siwon, dia
pastilah tak ingin
komitmen pernikahan kita
menjadi seburuk
orangtuamu”

Yoona menyadari selama


ini hubungan siwon dan
sang kakek tidaklah terlalu
baik. Siwon menilai sang
kakek hanya
menganggapnya sebagai
ahli waris, generasi
penerusnya. Tapi bila
yoona menilainya, dibalik
keangkuhan pria yang
semakin menua itu,
tersimpan rasa cinta yang
besar untuk cucucucunya.
Kakek hanyalah seorang
yang tak tahu bagaimana
cara mengungkapkannya,
selain dengan memberikan
materi lebih pada mereka,
jelas itu bertujuan agar
cucunya tak mengalami
kesusahan dalam hidup,
jelas karna kakek
menyayangi mereka.

“Kedatangannya justru menguatkanku


untuk terus bersamamu siwon,
percayalah..”

Siwon kemudian
menatapnya dengan
sendu, belum cukup yakin
dengan kebenaran ucapan
yoona.

“aku menghargainya
sebagai bentuk usaha untuk
memperbaiki sejarah buruk
keluarganya.. Aku yakin
kakek pastilah ingin
silsilah keluarganya
menjadi lebih baik, dan itu
dimulai dari dirimu
siwon..”

Siwon kembali
mendekati yoona yang
kini duduk dipinggiran
tempat tidur
memperhatikanny
a.
Duduk berlutut, siwon lantas
menggenggam tangannya
erat.

“benarkah seperti itu


yang diinginkan
kakek?”

“Ya.. Pasti”

“astaga..apa kau pikir aku


bisa melakukannya?”

“tentu saja siwon, kau bisa..


Kau pria baik, Kau selalu
perduli dengan semua
keluargamu. Kau peduli
padaku, kau peduli pada
soojung.. Kau menyayangi
kami semua. Dan segera
kepedulian dan rasa
sayangmu akan
bertambah untuk bayi
kita..”

Yoona tersenyum, kemudian


mengarahkan tangan siwon
diatas perutnya.

“Kau akan menjadi seorang


ayah yang luar biasa
untuknya..”

Siwon menatap tangannya


yang berada diatas perut
yoona, kemudian beralih
menatap kedalam iris
matanya.

“tapi kau harus


membantuku, kau haruslah
terus denganku.. Agar aku
menjadi seseorang yang
baik seperti yang kau
katakan”

Oh.. Siwon masihlah tak


yakin dengan dirinya
sendiri.

“Ya..tentu saja, kita akan


melakukannya bersamasama.
Aku mencintaimu dan akan
terus denganmu..”

“trimakasih sayang.. Aku


juga mencintaimu..”

Siwon menarik senyum


dibibir yoona, untuk
kemudian mendekatkan
wajahnya. Merasakan hangat
napas yoona dipermukaan
kulitnya, sebelum kemudian
merasakan kelembutan
bibirnya.
Mengecupnya.. Tapi
rasanya kemudian tak
cukup dengan mengecup,
siwon kembali menyatukan
kelembutan bibir yoona
dengan bibirnya. Bergerak
dengan
pelan, ia sepertinya ingin
berlama-lama menikmati rasa
yang tercipta dari penyatuan
yang dilakukannya.

“emmhh..”

memukul dada siwon, yoona


lantas membuat ciuman itu
dipaksa untuk disudahi.

“berhenti membuatku
hampir terbunuh dengan
ciumanmu..”

Yoona memelototinya, yang


justru disambut dengan
seringaian dari wajah
siwon.

“itu sangat manis.. Aku tak


bisa menghentikan diriku bila
sudah bersentuhan
denganmu”

“Ck! Aku tahu itu.. Dan aku


harus menyingkir darimu
sebelum kau berbuat nekat..”

Siwon tergelak saat


kemudian yoona benar-benar
berusaha beralih darinya.

“tunggu sayang..”
“apalagi?”

“aku ingin…”

“siwon!”

“Aku ingin berbicara dengan


bayi kita..
Jadi tetaplah duduk sebentar”

Siwon kemudian
bergerak untuk mencium
perutnya dan
membisikkan sesuatu
setelahnya..

“aegy ah.. Aku, ah.. Appa


tidak sabar

menunggumu dua bulan


lagi. Jadi persiapkan dirimu
dengan baik ne..”

Yoona tersenyum geli dengan apa yang


siwon katakan pada bayinya. Tapi
setelahnya ia terkejut karna pandangan
siwon yang terkesiap dan pergerakan
tubuhnya yang tiba-tiba mundur
menjauhinya.

“kenapa?”

“Yoona.. Apa yang dia


lakukan?”

“nde?”
“bayi itu bergerak dalam
perutmu??”

Oh…
Astaga…

Sedikit kesal namun lebih


terlihat geli
dimatanya. Yoona merasa
lucu dengan tingkah
siwon saat ini. Sebegitu
tidak tahukah dia tentang
bayi mereka? Ya
ampun…

“Siwon.. Kemarilah..”

Yoona mengulurkan
salah satu tangannya.
Menggerakkannya
memberi isarat agar
siwon kembali mendekat
padanya.

Namun siwon bergeming,


dan tetap berada di
tempatnya. Memandang
dari balik bulu matanya
kearah perut yoona yang
tadi dirasakannya ada
pergerakan dari
dalamnya.

“Ck! Oh.. Ayolah, tidak


apa-apa.. Kau akan tahu
apa yang selama ini bayi
kita lakukan didalam sana”

“Yoona.. Dia bergerak


didalam perutmu.

Tidakkah kau merasa sakit


ketika dia
melakukannya?”

Oh..
Astaga..
Pemikiran yang bodoh…

“tidak..tentu saja tidak. Ayo


kemarilah..”
Dengan masih
menggunakan isarat
tangannya, yoona
mengundang siwon untuk
kembali mendekat padanya.
Dan kemudian, dengan
langkah perlahan bahkan
nampak keragu- raguan dari
wajahnya, siwon
menghampirinya.
Memposisikan tubuhnya
duduk berlutut dihadapan
yoona, seperti yang
sebelumnya
telah ia lakukan
.

“rasakanlah..”
Yoona meraih tangan
siwon, kemudian
membimbing keatas
perutnya, merasakan
pergerakan dari bayi dalam
perutnya. “otthe..?”
Siwon tertegun, secara
bergantian dia menatap
kedalam mata yoona untuk

kemudian beralih kearah


tangan yoona yang
mengarahkan tangan nya
agar mengikuti kemana arah
bayinya bergerak.

“benar itu tidak sakit?”

“tidak..”

“tidak mengganggumu?”

“tidak.. Hanya sedikit


mengejutkanku jika tibatiba
dia melakukannya..”

“menakjubkan..”

Kata itu yang kemudian


membuat yoona tersenyum
saat mendengarnya.

“itu juga yang pertama kali


kurasakan ketika dia
seolah sedang menendang-
nendang perutku dengan
kaki mungilnya.. Aku
merasakan takjub,
bagaimana bisa ada
kehidupan didalam
perutku..”

“Oh.. Dia bergerak lagi..”

Yoona menarik
tangannya dan
membiarkan siwon
sendiri yang
melakukannya. Dia
menjadi nampak antusias
mengikuti kemana
pergerakan bayinya saat
itu.

“aegy ah.. Apa yang sedang


kau lakukan didalam sana?”

Siwon lantas menempelkan


telinganya keatas perut
yoona,
dengan harapan
ia

bisa mendengar jawaban dari


bayinya.

Tentu saja itu tidak bisa…

Yoona menggelengkan
kepalanya heran bercampur
geli dan sekaligus
merasakan apa yang
sedang siwon lakukan
begitu sangat manis
untuknya.

Ia kemudian menyentuh
kepala siwon dan
membelai rambutnya,
membuat siwon
semakin betah
menempel diatas
perutnya.

“sayang..menurutmu apa
yang coba dia katakan dengan
melakukan pergerakan di
dalam sana..”

“molla.. Aku juga tidak


tahu. Mungkin dia sedang
merasa bosan disana..”

Siwon kemudian mendongak


dan menatap yoona.

“atau.. dia sedang


berolahraga disana?”

Yoona terkikik
mendengar perkiraan
siwon. Namun sang suami
nampaknya tak
terpengaruh dengan
kegelian yang ditunjukkan
nya, siwon justru makin
antusias dengan
tebakannya.
“bisa juga dia sedang marah
sayang..

Ah, aegy ah..apa kau


marah karna umma mu
menolak kejutan dari
appa? Kau pasti juga
menginginkan mainan itu
kan? Tenanglah appa
akan menyimpan
semuanya untukmu..”
Yoona memutar mata
mendengarnya,
sementara Siwon
mengusap-usap perut
yoona berusaha
menghentikan
pergerakan bayinya dan
menenangkannya yang
menurut pemikiran nya,
dia sedang marah saat
ini.

“Kau pasti juga sudah


ingin cepat keluar dari
dalam sana, appa juga
ingin segera melihatmu.
Oh..dua bulan itu akan
terasa sangat lama..”

“itu tidak akan lama siwon..”

“Oh, Yoona.. Bisakah kita


meminta Dr.Kim untuk
mempercepat proses
kelahirannya..? Aku benar-
benar tak bisa
menunggu..”

“MWO..!”

Siwon kemudian meringis


menyadari ucapannya terlalu
bodoh untuk diucapkan
apalagi untuk dilakukan.

“ne.. Aku tahu itu tidak


mungkin..”

Siwon nampak kecewa,


namun kemudian ia kembali
menyuarakan pemikirannya
terhadap bayi dalam perut
yoona. “sayang kau sudah
makan?” Yoona
menggeleng.

“Ya Tuhan.. Pantas saja, bayi


kita pasti

sedang merasa lapar.


Dia pasti sudah berteriak
jengkel didalam sana”
Siwon kemudian berdiri
dari duduknya.

“astaga.. Aku juga hampir


lupa..”

“apa?”
“kejutan untukmu..”

“kejutan? Untukku?”

“hmm.. Tadi itu kejutan


untuk bayi kita, dan
nampaknya gagal.. Tapi
aku juga sudah
menyiapkan kejutan
lain untukmu. Dan yang
ini kuharap tidak akan
gagal..”

“apa?”

“tunggulah disini..
Aku akan ambilkan
sesuatu terlebih dulu..”

Siwon lantas melangkah


cepat keluar dari
kamarnya, membuat
yoona mengerutkan dahi,
bingung untuk apa yang
akan siwon lakukan
selanjutnya.

Dan tak berapa lama siwon


kembali dengan sebuah
paper bag tak terlalu besar
ditangannya. “pakai ini..”

“apa ini?”

“lihatlah..itu gaun untukmu..”

“gaun?”
“aku membelinya..karna aku
sudah punya rencana dengan
kejutan untukmu. Jadi
pakailah..”

Yoona mengambil gaun dari


dalam paper bag yang
diserahkan siwon padanya.

“Ok..aku akan memakainya..”

“aku akan membantumu..”

“apa?”

“Oh, kau tak mungkin malu


pada suamimu sendiri kan?
Aku bahkan sudah hapal tiap
inci tubuhmu..” “Siwon..”

“Sini, aku akan mulai dengan


membuka kancing bajumu..”

Siwon benar-benar tak


bercanda dengan apa yang
diucapkannya. Dengan
perlahan ia membantu
yoona melepas
pakaiannya untuk
kemudian menggantinya
dengan sebuah gaun yang
ia belikan.

Setelahnya barulah
dia yang berganti
untuk bersiap
dengan mandi
terlebih dulu, dan
membiarkan yoona
tersipu dengan rona
merah diwajahnya
menatap pantulan
dirinya sendiri dari
balik cermin.

Ia berkali tersenyum
memandangi tubuhnya.
Balutan gaun pemberian
siwon yang ia kenakan
tentulah tak bisa menutupi
perutnya yang membuncit
juga berat badannya yang
terus bertambah.

Namun ia tak merasa risau


akan semua itu, justru
perasaan banggalah yang
kemudian muncul.
Perubahan bentuk tubuhnya
terjadi karna ia sedang
mengandung. Menganduh
benih dari seorang yang
teramat dicintainya. Buah
penyatuan cintanya dan
siwon, suaminya. Pria yang
digilai banyak wanita. Dan
dirinyalah satu-satu nya
wanita yang bisa merasakan
benih itu tumbuh dalam
rahimnya.
Siapa yang tak bangga jika
seperti itu..

Terlebih bahagia dengan


semua perlakuan manis yang
baru didapatkannya dari sang
suami.

“apa yang kau lakukan?”

Siwon baru saja melangkah


keluar dari kamar mandi,
dan memutuskan untuk
bersandar pada salah satu
dinding dan
memperhatikan apa yang
saat ini tengah yoona
lakukan.

“euh.. Kau sudah selesai?”

Sesaat yoona menoleh


kearah siwon, namun
kemudian ia kembali
menatap dirinya dari
balik cermin.
Memfokuskan matanya
pada bagian wajahnya.
Dan kembali melakukan apa
yang tadi sedang ia lakukan.

Yoona menepuk-nepuk
pipinya yang membulat
dengan menggunakan
kedua tangannya, berharap
apa yang dilakukannya
bisa sedikit membantu
mengurangi kebulatan(?)
pipinya dan menemukan
lagi pipi tirusnya yang
dulu dengan tulang
rahangnya yang tegas,
yang kini tidak lagi ia
temukan pada wajahnya
sendiri.

Siwon menyunggingkan
senyum melihatnya,
kemudian melangkah
mendekatinya.

“ada apa dengan pipimu,


eoh?”

Siwon mencubit pelan


salah satu pipi yoona
yang kemudian
membuatnya mempoutkan
bibir dan berbalik untuk
berhadapan dengan siwon.

“pipiku membulat..tak
bisakah kau lihat itu?” “aku
lihat.. dan itu membuatmu
terlihat lucu dan
menggemaskan”

“Ishh.. Jangan membual..”

“itu benar sayang..dan itu


membuatku semakin
tertarik untuk mencium
dan merasakan pipi
bulatmu”
Siwon langsung
memberinya kecupan dipipi,
yang sukses membuat
semburat

merah diwajah yoona yang


hampir pudar kembali
terlihat.

“gaunnya cantik
sekali..dan ini sangat pas
ditubuhku..gomawo..”

“itu karna kau yang


memakainya
sayang..dan tentu saja itu
pas untukmu, bukankah
sudah kukatakan aku
sangat mengenal
tubuhmu..” Oh..

Akan berapa kali lagi ia


dibuat tersipu oleh sang
suami..

“kemana kita akan pergi


untuk makan?”

“hmm.. Kau akan tahu


sebentar lagi. Tunggulah..”

Siwon beralih dari hadapan


yoona menuju kearah lemari
pakaiannya, memilih dan
kemudian menemukan
pakaian yang pas untuk
dikenakannya.
“biarkan aku membantumu..”

ucap yoona yang


kemudian mendekat kearah
siwon.

“Kau akan
membantuku
berpakaian?”
seringainya kemudian.

“hmm.. Kau sudah


membantuku tadi. Jadi
sekarang giliranku..”

“well..itu sangat manis


sayang..” ***

Keluar dari kamar mereka,


yoona sudah tak melihat
lagi tumpukan mainan
disana. Pastilah siwon
telah memerintahkan para
pelayan untuk
membereskannya.

“kemana semua mainan


tadi?”

“disimpan.. Aku sangat yakin


bayi kita juga
meginginkannya. Jadi aku
akan menunggu sampai
nanti dia
mengatakan menginginkan
mainan
itu
dan aku bisa mengajaknya
bermain dengan semua itu..”

Yoona tersenyum
mengeratkan rangkulannya
dilengan siwon. Kata-kata
siwon tadi sungguh
menghangatkan perasaannya
dan membuatnya semakin
yakin, pria itu
akan menjadi ayah yang baik
untuk bayi nya.

“Oh, kita tak akan keluar?”


Yoona memperhatikan siwon
dengan raut wajah bingung
saat siwon tak mengajaknya
menuju pintu
depan, tapi justru
membawanya
kearah halaman
belakang rumahnya.

“tadinya aku ingin


mengajakmu keluar, tapi
setelah kupikir aku tak
akan bisa menahan
amarahku saat ada pria
lain yang melirikmu..
Jadi aku
mengurungkannya..”
“siwon.. Aku serius..”

“aku juga serius sayang..


Tidak, kita tidak akan
keluar. Lebih efisien
untuk kita berada dirumah
dan tak membuatmu
kelelahan. Ayo.. Kau
akan temukan kejutan
untukmu..”

Oh…
Untuk apa ia
bersusah-susah
memakai gaun tadi..

Siwon merangkulnya,
membimbingnya kearah
halaman belakang
rumahnya, yang
ternyata telah didekorasi
sedemikian indah
dengan kuntum- kuntum
bunga juga nyala lampu
yang begitu terang
ditaman itu.

Ya Tuhan..
Kapan semua itu disiapkan?

“siwon..ini…”

“ini untukmu sayang..”

Yoona menutup mulutnya


takjub dan semakin
terkejut saat kemudian
keluarga mereka juga hadir
disana.

“Oh Tuhan.. Kalian..”


“Oenni..!!”

Soojung dan Sulli samasama


berseru menghampirinya dan
bergantian memberinya
pelukan. Diikuti sooyoung
dan kyuhyun, dan juga minho
dibelakangnya.

“Siwon.. Ini semua untuk??”


“Untuk mengumumkan nama
baru ‘titik
kecil’ sayang..Aku sudah
menemukannya..” “nama
baru? Siapa..?”
Sebelum menjawab
pertanyaan yoona, siwon
terlebih dulu mengajaknya
duduk, bersama juga
dengan saudara mereka
yang lainnya.

Siwon juga yang


kemudian menyuruh
seorang pelayan
membukakan sebotol wine
yang kemudian
ia sendiri yang
menuangkannya untuk
kesemuanya.

“baiklah.. Aku akan


mengumumkan nama baru
untuk ‘titik kecil’ “
Siwon lantas memberi
perhatian lebih pada perut
yoona dengan mengusap-
usap nya.

“dan setelah itu kita akan


meminum wine yang
sudah aku tuangkan
bersama-sama..”

“Siwon.. Tapi aku tak bisa


minum wine?”

Yoona menginterupsi ucapan


siwon.

“kau tak bisa? Kenapa?”

“Dr.Kim melarangku.. Itu


bukan hal yang baik
untuk dilakukan wanita
hamil..”

Siwon mengangguk paham.

“ya.. itu pasti bisa


membuat bayi kita mabuk
didalam sana..”

Siwon kembali mengelus


perutnya, membuat
yoona hampir terkikik
geli mendengar
ucapannya.

“dan dia tak boleh menjadi


pria pemabuk sepertiku..”
Oh..
Yoona menyadari
perubahan mood siwon akan
segera terjadi dan buru-
buru ia menghentikannya.

“tidak.. Kau bukan pria


pemabuk siwon, Kau
hanya sesekali
melakukan itu dan aku
masih bisa memakluminya”

Yoona menyentuh pipi siwon,


mengusapnya disana.
Tatapannya menyiratkan cinta
dan kepercayaannya pada
sang suami.

“Aigoo.. Jadi kami


dikumpulkan hanya untuk
menyaksikan adegan
romantis kalian”

Celetuk Kyuhyun sebagai


tanda protesnya.

“Iya oppa.. Kau bilang


punya nama baru untuk titik
kecil. Jadi siapa? Aku ingin
mengetahuinya”

sambung sooyoung
melengkapi ucapan sang
kekasih.

“iya.. Siwon, aku juga


ingin mendengarnya. Siapa
nama yang sudah kau
siapkan untuk bayi kita?”

“hmm.. Baiklah sayang, aku


akan mengumumkan nama
bayi kita..”

“tunggu dulu oppa..”

cegah soojung dan sulli


secara bersamaan, membuat
yang lain kemudian
mengarahkan pandang

pada keduanya.
“apa?”

“kenapa oppa tak


meminta pendapat
kami..?”

“iya oppa..harusnya bertanya


dulu pada kami..”

soojung dan sulli


kompak mengajukan
protesnya.

“bertanya tentang apa?


Dan pendapat untuk apa
dari kalian yang perlu aku
dengar?”

“aishh..tentu saja pendapat


untuk nama calon
keponakan kami. Aku
juga sudah menyiapkan
nama untuknya..”

Siwon dan Yoona nampak


saling berpandangan dan
mengerutkan dahi
mendengarnya. Sementara
Sooyoung dan Kyuhyun
justru telah memulai
menikmati apa yang
tersaji diatas meja
dihadapan mereka.
Nampak tak terlalu
terpengaruh dengan protes
soojung dan sulli kepada
siwon.

Tapi berbeda halnya dengan


minho,
ia
nampak tertarik dan
kemudian menyimak apa
yang dikatakan dua gadis
muda itu.

“Soojung ah.. Kau


menyiapkan nama untuk
bayi kami? Siapa?”

“ne oenni.. Aku ingin


memberinya nama Jin Goo..”

“Yak soojung.. Kenapa Jin


goo? Kau benar tergila-gila
pada aktor itu kan?”
“apa tidak boleh? Dia kan
tampan.. Titik kecil pasti juga
akan menjadi
setampan dia kalau
kita
memberikan nama
yang sama”

“Anio oenni, oppa.. Soojung


terlalu banyak
menghabiskan harinya
dengan menonton drama
sendirian, hingga pikirannya
telah dirasuki oleh aktor-
aktor drama yang
ditontonnya.. Sebaiknya
kalian memakai nama yang
ku usulkan saja. Hmm..
Sehun, kurasa akan pas
untuk nama baru titik kecil”

“MWO.. Sehun? Yak..


Sulli kau ingin
memberinya nama
sehun?”

“iya..kenapa memangnya?”

“aigoo.. Itu pria yang kau


sukai dikampus kan?”

Sulli hampir saja menginjak


kaki soojung karna
ucapannya.
“jadi sulli menyukai
sehun..padahal temanku,
Taemin ingin mendekatimu
Sulli ah..”

Ucap Minho
menyerukan
perdebatan diantara
dua gadis itu.

“Yak.. Minho oppa, aku tak


tertarik dengan temanmu
itu..”

“itu karna kau sudah


terjerat pesona sehun kan?”
lanjut soojung kemudian.

“Kau juga sudah terbius


dengan bocah bernama
Jin Goo itu kan?”

“yak.. Dia bukan lagi bocah.


Dia akan cepat bertumbuh
menjadi pria dewasa dan
gagah..”

Yoona menggelengkan
kepala melihatnya,
sementara siwon tampak
mulai gerah dengan dua
gadis itu yang justru
semakin banyak bicara dan
menyita banyak
waktunya untuk
mengumumkan nama
bayinya.
“Hentikan perbincangan
konyol kalian. Dan
dengarkan aku.. Siapa pun
pria yang kalian suka.
Siapapun pria yang
tertarik pada kalian. Dia
tetaplah harus memenuhi
seleksi dan syarat
dariku..”

Jelas sikap protektif siwon


mulai keluar untuk dua gadis
itu.

“MWO.. Oppa mana bisa


seperti itu?”

“tak ada bantahan.. dan


mari kita kembali ke topik
awal kenapa
kalian dikumpulkan
disini..”

dengusan kesal yang


kemudian hanya bisa
dilakukan sulli dan
soojung. Sementara
siwon tersenyum dan
meraih tangan yoona
dari atas meja, kemudian
menautkan jari-jari
keduanya.

“Kuharap Kau menyukai


nama yang aku pilih
sayang..”
diciumnya punggung tangan
yoona kemudian.

“Aku pasti akan


menyukai nama yang kau
pilih siwon.. Katakanlah,
aku sudah tidak sabar
ingin mendengarnya..”

“well.. Aku sudah memilih


nama Yoon Jo sebagai
nama baru untuk titik kecil.
Choi Yoon Jo.. Apa kau
menyukainya?”

“Choi Yoon Jo..?”

Yoona kembali mengulang


sebuah nama yang tadi
diucapkan siwon.

Choi Yoon Jo..

Terdengar manis untuk


nama seorang bayi
laki-laki mereka.

Tersenyum ia menyambut
tatapan mata siwon yang
meminta tanggapan atas
usulan namanya.

“aku menyukai nya siwon..”

“benarkah?”
“hmm.. Kita akan
memanggilnya Yoon
Jo mulai sekarang”

“Oenni ya..tak bisakah kau


mempertimbangkan
usulan nama kami terlebih
dulu? Kenapa langsung
menyetujui nama
pemberian Siwon oppa..”

“Soojung benar oenni..”


Sulli mengangguk
menyetujui.

“Hei.. memangnya kalian


pikir siapa yang lebih berhak
memberinya nama, kalau
bukan aku sebagai
ayahnya..”

“tapi titik kecil calon


keponakan pertama kami
oppa..setidaknya kami
juga punya hak yang sama
seperti oppa..”

“Iya.. Sulli, aku setuju


denganmu..”

kedua gadis itu nampaknya


sedang bahu-membahu
menyuarakan protes, hanya
demi sebuah nama yang telah
ada dibenak mereka.
“kalian baru punya hak, jika
kalian yang mengandung
atau yang menanam

benih itu dirahim


yoona seperti yang
kulakukan..”

Yoona menyikut lengan


siwon atas kalimat yang
diucapkannya, namun
nampaknya Siwon tak
terpengaruh dan justru
merangkul yoona, dan
sekali lagi ia telah
mementahkan protes kedua
gadis itu yang kembali
mendengus atas sikap
kuasa yang ditunjukkan
siwon pada keduanya.

“memangnya kalian
tak suka dengan nama Yoon
Jo yang siwon berikan?”
tanya yoona kemudian.

“tidak juga sih.. Tapi kami


rasa Jin Goo akan lebih baik
untuknya”

“yak.. Soojung,
Sehun akan terdengar
lebih cocok
untuknya..” “Jin Goo
saja oenni..”
“Sehun lebih bagus oenni..”
“Jin goo..”

“aniy.. Sehun..”

Astaga… Yoona
mengangkat bahu, menyerah
dan mengisaratkan pada
siwon agar dia
mengatasinya.

“Hentikanlah.. Kami
sudah memutuskan. Mau
tak mau, suka tidak
suka.. Kalian akan tetap
menerimanya..”

“Aku setuju dengan


Hyung dan noona.. Yoon
Jo, nama yang bagus
untuk
titik
kecil. Lebih bagus dari dua
nama yang kalian sebutkan
tadi..”

“Ishh.. Minho oppa..!”

Soojung dan sulli


langsung memberikan
tatapan tajam pada minho,
yang kemudian hanya
dibalas dengan cengiran
oleh nya.

“Iya, kalian berdua ini


ada-ada saja..Kami juga
setuju siwon, dengan
nama bayi kalian.
Cukkaeyo..”

Kyuhyun menyuarakan
persetujuannya dan juga
sooyoung yang kemudian
ditanggapi senyuman oleh
siwon maupun yoona.

“jadi sudah tidak ada masalah


kan?”

Pertanyaan itu tertuju pada


sulli dan soojung, yang
nampaknya belum
merelakan nama yang
mereka usulkan tak
terpakai sebagai nama
baru calon keponakan
mereka.

“well.. Kami rasa begitu..”

Soojung yang pertama


menjawab, sambil
menghela napas ia melirik
kearah sulli disebelahnya.
Gadis itu juga nampaknya
tak bisa melakukan apaapa
lagi. Semua menyetujui,
jadi percuma saja ia tetap
kekeh pada keinginannya.

“baiklah.. Yoon Jo terdengar


tidak terlalu buruk, meski
tetap tak sebagus
sehun.. Cukkaeyo oppa
oenni.. Aku tak sabar
menyambut kelahiran
Yoon Jo..”

“trimakasih..”

Semua mengangkat gelas


masing- masing yang
berisi wine, kecuali yoona
yang menggantinya
dengan air biasa.
Menandakan
persetujuan dari
semuanya dan rasa
bahagia menyambut
kehadiran Yoon Jo
ditengah keluarga mereka.

“Siwon, trimakasih.. Aku


sangat bahagia malam ini..”

“sama-sama sayang, aku


juga bahagia.. Aku punya
wanita mengagumkan
bernama Yoon Ah, yang
menjadi istriku dan Yoon Jo
anakku.. Aku menantikan
kehadirannya disini.

Dia akan jadi malaikat


kecil dirumah kita
sayang..”

Siwon meraih tangan yoona,


meremaskan jari-jarinya
disana.
“Siwon.. ‘Yoon Jo’ aku
baru sadar itu terdengar
menyerupai namaku..”

“Ya.. Aku memang


sengaja memilihkan nama
itu.. Yoon Jo dan Yoon
ah, kalian akan menjadi
kebahagiaan ku untuk
selamanya”

Oh..
Betapa siwon telah
mendekapnya kedalam
selimut kebahagian yang
menghangatkan.

“Oh siwon.. Aku


mencintaimu, trimakasih
untuk semuanya..”

Reaksi yang kemudian


ditunjukkan yoona adalah
memberikan ciuman dibibir
siwon, dan memeluknya
erat.

Sudah tak merasakan lagi


perasaan malu pada saudara
mereka yang menyaksikan
dan langsung bersorak
karenanya.
Kebahagiaan nya
membuncah…

Yang terjadi selanjutnya


adalah pesta kecil
diantara mereka semua,
dengan
menikmati hidangan yang
telah tersaji diatas meja.
Siwon tak luput memberi
kan perhatiaannya
terhadap yoona dan
bayinya, ia berkali
menyuapkan makanan
kemulut yoona,
memastikannya merasa
kenyang dan tak
membuat bayi mereka
kelaparan hingga terus
menendang-nendang
perut yoona.

“Oh, oenni ya.. Sihir apa


yang kau lakukan pada siwon
oppa. Kenapa ia berubah
dalam sekejap mata..”

Yoona terkikik mendengar


bisikan soojung
ditengahtengah obrolan
mereka. “aku senang karna
tak perlu melakukan sihir
padanya..Dia menyadari
kekeliruannya sendiri, kurasa
itu menjadi lebih baik
untuknya..”
Soojung melihat binar
kebahagiaan itu dimata
yoona, ia tersenyum
sesaat sampai akhirnya
senyum itu pudar dan
berganti dengan
kecemasan diwajahnya,
saat melihat minho
berdiri ditengahtengah
mereka dan berkata..

“Aku juga ingin


mengumumkan sesuatu..”

Oh…
Tidak..

Jangan…

*** Minho terdiam


sejenak untuk
memperhatikan
soojung yang terlihat
gelisah dalam
duduknya. Ia tahu gadis
itu pasti sedang
mencemaskan apa yang
nanti akan
dikatakannya. Tapi
minho telah
memutuskan, sekarang
adalah saat yang tepat
untuknya mengatakan
pada keluarganya..
“hmm.. Aku..”

“Minho oppa..!”

Soojung berdiri dari


duduknya dan tanpa sadar
berbicara terlalu keras,
hingga menarik perhatian
dari semuanya untuk tertuju
kearahnya..

“ada apa soojung ah..?”

Meraih tangan soojung,


yoona menatapnya dengan
dahi berkerut penuh tanda
tanya..

“eh, oenni..anio, hanya saja


oppa.. Minho oppa..”

Soojung terlihat kebingungan


menjawab pertanyaan yoona.

“gwechana noona..
Kami.. Maksudku, aku
dan soojung.. Kami ,
kami berkencan.. Ini yang
ingin
kuberitahukan pada kalian..”

Oh..
Reaksi apa yang kemudian
akan diterima olehnya.
Soojung hanya bisa
menggigit bibir bawahnya,
menghalau panik akan
reaksi dari yoona dan
terutama siwon.

Entah atas dasar apa yang


jelas ia merasa belum siap
jika keluarganya tahu
kedekatannya dengan
minho berubah menjadi
suatu hubungan yang lebih
dari sekedar persahabatan.

Rasa kekeluargaan yang


memang sejak lama terjalin
diantara keduanya berubah
menjadi rasa sayang, cinta
yang sering terjalin
diantara dua insan
berlawan jenis.

Well.. Cinta memang


seringkali tumbuh dalam
keterbiasaan. Terbiasa
bersua Terbiasa
bersama
Terbiasa berbicara Terbiasa
bercengkrama.

Maka tidaklah heran jika


kemudian ada yang menyebut
sahabat menjadi cinta..

Seperti yang telah


terjadi antara siwon dan
yoona. Yang sepertinya
berlanjut pada soojung
dan minho.

“Oppa.. Kenapa kau


mengatakannya?”

“sampai kapan kita terus


menyembunyikannya.
Mereka harus tahu. Lagi pula
ini bukanlah sesuatu yang
layak untuk
disembunyikan..”

“Sial.. Minho, sudah


kukatakan kau harus tahu
batasannya!”

Siwon menggeram saat


kemudian ia berdiri dari
duduknya, melangkah cepat
kearah minho hingga
sepersekian detik
setelahnya ia telah
mencengkram kuat kerah
kemeja yang dikenakan oleh
minho.

Hal itu yang lantas


menimbulkan
jerit

kepanikan dari yoona dan


terutama soojung. Inilah yang
dari awal ditakutkan olehnya.

“Siwon..!”

“Oppa..”

Semua langsung berdiri


dari duduknya, namun
tak ada satupun yang
berani mendekat untuk
menghentikan siwon.

“oenni ya..ottokhae?”
Soojung gemetar saat ia
merangkul lengan yoona,
airmata bahkan telah
membasahi wajahnya.

“tenanglah sayang..tenang
dulu, siwon pasti hanya
terkejut.. Sama halnya
denganku, kami semua
terkejut. Tapi kau juga
tahukan siwon selalu
bertindak berlebihan..”

Yoona mencoba
menenangkan sang adik,
sambil terus memperhatikan
apa yang dilakukan siwon
terhadap minho. Meski
minho nampaknya bersikap
tenang saat menghadapi
amukan siwon. Mungkin
hal seperti ini telah ia
prediksikan sebelumnya
akan terjadi.

“Hyung.. Aku hanya


ingin kalian semua tahu..”

“jangan main-main minho!


Sudah sejauh mana kalian
berhubungan? Hentikan
semuanya sekarang! Jika
kau hanya berniat
mempermainkan soojung,
cari wanita lain yang bisa
kau permainkan..”
“Hyung.. Aku tak
sedikitpun berniat
mempermainkan soojung.
Aku menyukainya dan ya..
Akhirnya aku bisa
merasakan perasaan seperti
yang kau rasakan pada
yoona noona. Aku
mencintainya.. Aku
mencintai soojung”

Siwon mengendurkan
cengkramannya, dan
menatap dikedalaman mata
minho, mencari kebenaran
akan kata-kata yang
diucapkannya.

Sementara yoona tersenyum


mendengar perkataan minho.
Ia kemudian beralih menatap
soojung yang masih saja
gemetar disampingnya.

“dia mengatakan
mencintaimu..”

mengusap pergelangan
tangan soojung, yoona
lantas melepaskan
rangkulannya untuk
kemudian beralih mendekati
siwon.

“Siwon..”
Yoona meraih tangan siwon,
melepaskan cengkraman
tangannya dari minho.

“apa yang kau lakukan?


Sudahlah.. Minho hanya
berusaha berkata jujur dan
kurasa tak ada yang salah
dengan kejujurannya..”

“tapi soojung, yoona..! Kau


pikir aku akan diam saja
bila dia ingin
mempermainkan
soojung. Tidak.. Aku
takakan membiarkannya. Aku
tahu Kau sangat menyayangi
soojung, dan jika soojung
tersakiti itu sama halnya
dengan dia menyakitimu. Dan
aku tak mau melihatmu
tersakiti oleh siapapun..”

Oh..
Yoona bisa merasakan
keposesifan dari sorot
mata siwon kearahnya dan
sekaligus kehangatan dari
kata- katanya. Ia merasa
dijaga dan dilindungi
olehnya.

“Tidak.. Aku percaya


minho tak akan
melakukannya. Minho
tak akan
mempermainkan
soojung. Dia tak akan
menyakitinya, bukankah
begitu minho..?”

“aku senang kau


mempercayaiku noona.. Ya,
aku berjanji pada kalian aku
takkan menyakitinya..”

Yoona kembali tersenyum


dengan mengedikkan
matanya kearah minho,
sebelum kembali menatap
siwon yang masih saja
berada dalam
ketegangannya sendiri.

“Siwon.. Kau
dengarkan minho sudah
berjanji pada kita”

“tapi yoona..”

“ssttt.. Minho pasti akan


menjaga soojung.. Aku
percaya padanya, Kau juga
bisa mempercayainya kan?”

Siwon masih menatap yoona


yang terus mencoba
meyakinkannya untuk
mempercayai minho. Bukan
dirinya tak mau
mempercayai minho, hanya
saja sesuatu didalam hatinya
masih meragukan tepatkah
bila ia kemudian
memutuskan untuk
menyetujui hubungan yang
entah sudah berapa lama
terjalin antara minho dan
soojung.

“Siwon.. Oh, ayolah..


Jangan merusak
kebahagiaanku malam ini..
Kita sedang merayakan
nama baru untuk titik kecil
kan.. Tak ada salahnya
bila kita juga kemudian
merayakan hubungan
minho dan soojung..”

Yoona benar tak bisa


menutupi binar
kebahagiaan diwajahnya.
Ia bahagia dengan
perubahan sikap siwon
terhadap bayinya dan
kini, mendengar
pernyataan minho
tentang perasaannya pada
soojung semakin
menambah kebahagiaan
dalam hatinya.

Meski tak menyangka, jika


seseorang yang
sebelumnya pernah
disebutkan minho sebagai
wanita yang disukainya
adalah soojung. Itu
bukanlah menjadi
masalah. Ia sudah pasti
sangat mengenal soojung
dan yakin sang adiklah
wanita yang tepat untuk
berada disisi minho.
Soojung sama halnya
dengan dirinya, bukanlah
seseorang yang lemah
dalam kehidupannya.

Ya..
Rasanya memang sudah
saatnya pria- pria
bermarga ‘Choi’ itu
menikmati indahnya
perasaan cinta yang saling
mengasihi dan mengubah
silsilah keluarga mereka
yang buruk dimasalalu
berganti dengan
kebahagiaan-kebahagiaan
yang bisa mereka
dapatkan.

“tapi soojung adikmu yoona..


Kita sudah menjadi keluarga
sekarang”

“Soojung memang
adikku satu- satunya, tapi
Kau juga tahu kan.. Aku
dan soojung tak
berhubungan darah. Tak
ada salahnya mereka
bersama”

“baiklah.. Kalau begitu”

Yoona menarik napas lega


saat kemudian siwon beralih
kembali kearah minho.

“Aku akan memegang


janjimu, minho. Jangan
sampai aku mendengar
kau menyakiti soojung.
Pastikan itu!!” “Hyung..
Trimakasih untuk itu”

Minho merangkul siwon,


memeluk dengan eratnya.

“Kau bisa memegang janjiku


hyung..”

“Aku akan menghajarmu jika


kau melupakan kata-katamu
sendiri..”

“Kau bisa melakukannya..”

Minho tersenyum saat


siwon menepuk- nepuk
punggungnya dan kemudian
melepaskan pelukannya,
berganti dengan soojung
yang mendekat kearahnya.

“Siwon oppa..trimakasih..”
“aku hanya
mengkhawatirkanmu soojung
ah..”

“Aku tahu oppa..trimakasih..


Oenni ya..”

Tersenyum, yoona
menyambut pelukan
soojung padanya.

“sayang.. Aku berbahagia


untukmu. Kau harus
menceritakan padaku sejak
kapan kalian
memulai hubungan
itu..”

bisiknya yang membuat


soojung tersenyum malu.
“ne..oenni..”

“ehmm.. Sekarang
giliranku..”

deheman yang sengaja


dilakukan Kyuhyun, juga
ulahnya dengan suara
dentingan gelas yang beradu
dengan sendok ditangan
kyuhyun yang sengaja
diciptakannya untuk
menarik perhatian yang lain,
sukses membuatnya kini
menjadi pusat perhatian.
Khuhyun tersenyum setelah
semua mata kini tertuju
kearahnya.

“ada apa..?”

Meraih tangan sooyoung,


kyuhyun kembali bersuara..

“Aku akan segera menikahi


sooyoung..!” Oh..

Kejutan lagi…

***

Yoona menggeliat diatas


tempat tidurnya, semalam
menjadi malam yang penuh
dengan kejutan dan sekaligus
kebahagiaan untuknya.
Rasanya ia tak ingin malam
itu berakhir.

Tapi mau bagaimana lagi,


malam indah itu telah
berganti dengan pagi hari
yang kini menyambutnya,
dan menunggu untuk diisi
dengan kebahagiaan lainnya.

Mengerjapkan kedua
matanya, yoona
berusaha mencari
keberadaan siwon yang
entah sejak berapa
lama sudah tak lagi
berada diatas ranjang
bersamanya.

“siwon..”

menyingkap selimut dari


atas tubuhnya, ia sudah
akan turun dari atas
tempat tidurnya saat
sebuah suara
mencegahnya. “tetaplah
disana sayang..”
Siwon telah berdiri
diambang pintu, tersenyum
dan kemudian melangkah
masuk dengan membawa
sebuah nampan di kedua
tangannya. Diatasnya
terisi, segelas susu dan
beberapa potong roti diatas
piring. Juga terdapat
sekuntum mawar merah
yang merekah seolah
tersenyum untuk yoona.

Oh..
Manis sekali…

“Siwon..”

“Selamat pagi sayang..”

Meletakkan nampan keatas


meja disisi tempat tidur,
siwon lantas memberikan
kecupan didahi yoona.
Setelahnya ia duduk
dipinggir tempat tidur
disampingnya.

“Aku membawakan
sarapan untukmu..
dan Yoon jo..”
“Kau sedang
memanjakanku?”

“ kau merasa dimanjakan?”


“Hmm..”

“Ya.. Aku sedang


melakukannya. Memanjakan
kalian tepatnya..”

meletakkan tangannya diatas


perut yoona, ia mengusap
dan kemudian berganti
memberikan kecupan
disana.

“selamat pagi sayang..


Apa tidurmu nyenyak
semalam? Ahh.. appa
yakin kau tidur dengan
nyenyak dan bermimpi
indah sama seperti umma
mu.. Karna appa memeluk
kalian sepanjang malam..”

Sekali lagi siwon


mengusap dan mencium
perut yoona sebelum
akhirnya beralih
menatap yoona yang
tersenyum kearahnya.

“Kau bersikap sangat


manis..”

“Aku melakukannya dengan


baik kan?”

“hmm..sangat baik..”

“makanlah sarapanmu..
Sebelum Yoon jo menendang
perutmu
karna dia kelaparan..”

Yoona tak bisa lagi


menyembunyikan
perasaannya yang
bahagia, ia memeluk dan
memberikan kecupan
dipipi siwon.

“aku akan
menghabiskannya..
Setelah itu ada yang ingin
ku tunjukkan padamu..”

“apa?”

“Kau akan tahu nanti..”

***

Dengan begitu bersemangat,


setelah memakan beberapa
potong roti yang dibawakan
siwon, juga menghabiskan
segelas susu yang terasa
begitu nikmat dan
mengenyangkan, Yoona
menarik tangan siwon keluar
dari kamar mereka.

Berjalan beriringan untuk


menuju kesebuah kamar yang
tertutup. Dan yoona
menghentikan langkah
didepannya.

“aku ingin menunjukkan


sesuatu padamu..”

“apa yang ingin kau


tunjukkan sayang..”

Siwon membelai rambutnya


dan kemudian melingkarkan
lengannya dipinggang yoona.

Membuka pintu yang


tertutup, yoona kembali
menarik siwon agar
mengikutinya masuk kedalam
kamar yang telah ia rombak
untuk dijadikan kamar bagi
bayi nya. “ini..kamar ini..”

“ini akan menjadi kamar


Yoon jo.. Kau tidak keberatan
kan, aku mengubah
interiornya?”

Yoona memperhatikan
pergerakan mata siwon yang
mengawasi perubahan kamar
itu yang kini menjadi lebih
berwarna. Dinding-dinding
nya berlapis wallpaper
bergambar.

Terlihat lucu..
Menggemaskan..

Masih ada satu ranjang yang


memang belum atau mungkin
sengaja tidak dipindahkan.

Ada lemari kecil yang ketika


siwon membukanya,
didalamnya berisi
pakaianpakaian mungil
dengan dominan warna-
warna biru, putih dan juga
hitam.

Yoona masih terus


mengamati, saat siwon
kemudian berpindah
menyentuh pinggiran box
bayi yang telah terpasang,
dengan beberapa mainan bayi
diatasnya. “bagus..”

“benarkah? Kau juga


menyukainya..?”

Yoona tersenyum senang, dan


langsung menghampiri siwon
dan melingkarkan tangan
dipinggangnya.
“kau tidak melakukannya
sendirian kan..?”

“tidak..tentu saja tidak.


Beberapa pelayan
membantuku.. Mereka juga
yang menyelesaikan
semuanya. Aku ingat saat
meninggalkannya kamar ini
tidak serapi dan seindah
sekarang..

Mereka bekerja sangat baik.


Kau harus menaikkan gaji
mereka..”

Siwon tertawa mendengar


perkataan yoona. Ia kembali
membelai rambutnya dan
kemudian mencium puncak
kepalanya.

“Aku menyesal kau membeli


barang- barang ini tidak
denganku tapi dengan…Ck!
Aku tidak mau menyebut
namanya”

Yoona mencibir, menyadari


kecemburuan siwon yang
mulai muncul.

“aku sudah menduga kau


akan menyesalinya..Tapi
sebaiknya kau tak perlu
menyesali itu, karna biarpun
aku tak membelinya
bersamamu, aku tetaplah
menggunakan uangmu untuk
membeli semuanya..”

Yoona tersenyum sambil


mengeratkan rangkulannya.
“dan juga, kau tak perlu lagi
mencemburui kibum. Dia
akan menetap diluar negri”

“baguslah jika si brengsek itu


akhirnya memilih pergi dan..
Awhh..”

Siwon mengaduh ketika


yoona mencubit bagian
pinggangnya.

“berhentilah menyebut kibum


seperti itu. Kurasa dia telah
berubah menjadi lebih baik..
Dia bersikap layaknya teman.
Setiap orang punya
kesempatan untuk menjadi
lebih baik kan?”

“Ya kau benar.. Kuharap aku


pun memiliki kesempatan itu.
Aku juga ingin menjadi lebih
baik untukmu dan untuk
Yoon jo..”

Yoona merasakan keharuan


dari dalam hatinya. Tak ada
lagi keraguan, siwon
benarbenar berubah demi
dirinya dan juga calon bayi
mereka.

“hmm..tapi yoona, apa tak


sebaiknya yoon jo..tidur
bersama kita saja?”
“maksudmu?”

“Kau tak akan meninggalkan


bayi kecil kita sendirian kan..
Bagaimana bila dia
menangis..”

“anio.. Aku tak akan


meninggalkannya. Aku akan
tidur dikamar ini
bersamanya..”

“Mwo..”

Siwon memutar mata


mendengarnya.

“Kau akan meninggalkanku


dikamar kita sendirian..?”
“sepertinya begitu..”

“apa? Tidak.. Mana bisa kau


melakukan itu?”

“Tenang saja, hanya sampai


Yoon jo cukup berani untuk
tidur sendirian. Saat itu aku
akan kembali tidur dikamar
kita..”
“Aku tidak mau.. Kau harus
tetap adil membagi kasih
sayangmu, untukku maupun
yoon jo. Jangan karna yoon
jo, kemudian kau
mengabaikanku.. Kau takkan
membiarkanku tidur dalam
keadaan kedinginan setiap
malam kan. Bagaimana bisa
aku tidur tanpa
memelukmu..”

Yoona mendecak sambil


menggeleng- gelengkan
kepala.

Siwon bertingkah manja


sekarang..

“ada cara lain.. Kita tetap


bisa tidur bersama dan kau
juga bisa terus menjaga
yoon jo..”

“bagaimana caranya?”
“pindahkan saja box bayinya
kekamar
kita..”

“Ck! Kalau begitu sia-sia saja


aku menyiapkan kamar ini..”

“tidak juga.. Yoon jo bisa


menggunakannya nanti.
Seperti yang kau bilang, saat
dia cukup berani untuk tidur
sendirian..”

Siwon tersenyum merasa


berhasil mendapatkan solusi
yang adil.

“Kau setuju dengan appa kan,


sayang..?”

Siwon mengusap-usap kan


tangannya diatas perut yoona,
untuk kemudian
menempelkan telinganya
disana, bermaksud mencari
jawaban persetujuan dari bayi
yang berada didalam nya.

“Oh.. Sayang, dia bergerak..


Yoon jo menendang perutmu.
Apa dia masih lapar? Sudah
kukatakan Kau seharusnya
menghabiskan makananmu
tadi. Ayo.. Kau harus makan
lagi..”

“Siwon.. Dia bergerak bukan


hanya karna kelaparan. Tapi
dia memberikan tanda bahwa
dia mendengar apa yang kau
katakan padanya.. Yoon jo
sedang meresponmu..”
“benarkah seperti itu?”

“hmm..”

“Kalau begitu, ayo ikut aku..”


“kemana?”

“menemui dokter Kim.. Aku


ingin dia mengeluarkan Yoon
jo dari dalam perutmu. Aku
harus segera melihatnya..”

“MWO..!”

Siwon tergelak ketika yoona


memelototi dirinya, setelah
ia mengatakan kekonyolan,
atau yang lebih pantas
disebut sebagai kebodohan,
karna berencana meminta
dokter Kim yang adalah
dokter kandungan yoona,
untuk mengeluarkan Yoon
jo, bayi mereka dari dalam
perut yoona.

“astaga.. Kau tak serius kan,


siwon..?”

“aku serius.. Sebenarnya


aku benar- benar serius
ingin yoon jo secepatnya
keluar dari dalam
perutmu. Tapi.. Ya, kurasa
dia masih perlu
mempersiapkan diri
didalam sana.. Ah,
tidak..tidak..
Aku lah yang masih perlu
mempersiapkan diri untuk
menyambut kehadirannya
dan agar kelak bisa menjadi
ayah yang baik untuknya..
Tapi..dokter Kim bisa
membantu kita untuk
melihatnya kan?”
“melihatnya?”
“hmm..melihat yoon jo.
Aku baru sekali melihatnya
ketika dia masih berupa
titik kecil didalam perutmu.
Sekarang Aku ingin tahu,
sejauh mana ia telah
bertumbuh? melihatnya
bergerak didalam perutmu
dan apakah dia sehat
didalam sana? Aku ingin
melihat itu sayang..”

Siwon tak bisa melepaskan


tangannya dari atas perut
yoona. Mengusapnya penuh
kelembutan.

Yoona bahkan tak


menemukan lagi kekakuan
siwon ketika
melakukannya. Siwon
benar-benar telah
menerima, dan menjadi
terbiasa dengan kehadiran
bayi didalam perutnya.

“Kau bersedia melakukannya


kan?”

“melakukan apa?”
“apa namanya itu.. Yang
kau dan dokter Kim
lakukan hingga bayi kita
yang berada dalam
perutmu bisa terlihat
dilayar monitor?”

Oh…

Yoona nyaris tertawa


geli mendengarnya.
Ekspresi wajah siwon
benar-benar polos
ketika menanyakannya.
Persis seperti anak
kecil yang tak tahu
apa-apa.

Astaga.. Apa dia


memang tak tahu apa
namanya?

Batinnya ikut
menggeleng- gelengkan
kepala, heran.

Well..
Mungkin wajar saja,
mengingat hal itu
adalah pengalaman baru
untuk siwon.
Pengalaman pertamanya
sebagai calon ayah.

Sebelumnya pastilah tak


pernah terbayang dalam
benaknya tentang
kehadiran bayi dalam
kehidupannya.

“Usg.. namanya usg.. Itu kan


maksudmu?”

Yoona tersenyum
memberikan jawabannya.

“Ya, itu.. Ayo kita kerumah


sakit, dan minta dokter kim
melakukan itu?”

“hmm.. Tapi hari ini


bukan jadwalku untuk
periksa” “bukan masalah,
aku bisa
menghubunginya dan
meminta waktu khusus
untukmu..”

“Ck! Kau penuh kontrol..


Haruskah kau melakukan itu
pada dokter Kim? Kau bisa
mengacaukan jadwal pasien
lainnya..”

Siwon kembali tergelak


mendengarnya.

“terkadang itu diperlukan


sayang.. Ayo,
kau harus bersiap kan.. apa perlu aku yang memandikan mu??”

Aishh…

***
Keluar dari dalam kursi
kemudi mobilnya, siwon
lantas menuju pintu
disebelahnya. Membukakan
pintu dan mengulurkan
tangannya untuk

diraih yoona, siwon


membantunya turun dari
dalam mobil dan langsung
melingkari pinggang
yoona dengan rangkulan
tangannya.

Keduanya tersenyum,
berjalan masuk ke dalam
lobi rumah sakit. “Apakah
Dr.Kim diruangannya?”
tanya siwon pada salah
seorang suster yang
berjaga dibagian
resepsionis. “dengan
Tn…?”

“Choi Siwon.. Aku sudah


menghubungi tadi..”

“Owh..ne, Dr.kim sedang


menerima satu pasien terakhir
dan anda bisa langsung
keruangannya..” Setelah
mengatakan terimakasih nya
pada sang suster, siwon dan
yoona langsung menuju
ruangan sang dokter.
Yoona tak bisa berhenti
tersenyum saat itu. Merasa
bahagia saat siwon
disampingnya,
menemaninya menemui
dokter kim, terlebih ini
adalah permintaan khusus
dari siwon. Setelah
sebelumnya siwon bahkan
enggan dan tak pernah ikut
serta bila
yoona memeriksakan
kandungannya.

“Aku merasa degdeg-an


sayang..”

Siwon berbisik ditelinga


yoona ketika

mereka telah mencapai depan


pintu ruangan Dr.Kim.
“kenapa?”

“entahlah, kurasa itu karna


yoon jo akan melihatku..
Apakah dia akan
menyukaiku? Memikirkan itu
membuatku grogi dan sedikit
gugup..”

Yoona dibuat terkikik geli


mendengarnya.

“aigoo.. Yoon jo belum bisa


melihatmu. Tapi kaulah
yang akan melihatnya.
Kurasa dialah yang
seharusnya grogi karna
‘appa’ nya akan segera
melihatnya..”

“Ah, kau benar sayang..


Kajja, aku sudah tak sabar
ingin melihatnya..”

Baru saja siwon akan


meraih knop pintu untuk
membukanya, ketika
kemudian pintu itu justru
terbuka dari dalam dan
memunculkan seorang
wanita yang hendak keluar
dari dalamnya.

“Victoria..”

Siwon
mengerutkan dahi
melihatnya,
sementara yoona
menatap bergantian
antara siwon dan
victoria.

“sedang apa kau disini?”


“aku ada perlu..”

Jawabnya singkat sambil


melirik dengan tatapan tak
suka kearah yoona.
“masuklah..Aku sudah
selesai..” tanpa berkata lagi,
victoria melenggang pergi
dengan langkah angkuhnya
meninggalkan yoona dengan
tatapan keheranannya.

Oh..
Apa yang dilakukan
wanita itu dengan
mendatangi Dr.Kim?

“Ayo sayang..”

suara dan tarikan siwon


ditubuhnya,
membuyarkan
pertanyaan yang
terlintas dibenak
yoona.

“euh, siwon..Menurutmu
untuk apa victoria menemui
Dr.Kim? Apa dia sedang…”

“sst..untuk apa dipikirkan, itu


urusannya. Biarkan saja..”

Tak mau menunggu lagi,


siwon kemudian mendorong
pintu agar kembali terbuka
dan saat itu mereka
langsung disambut oleh
senyuman dari Dr.Kim yang
sepertinya telah menunggu
kedatangan mereka..
“Silahkan masuk Tn..
Ny.Choi silahkan..”

Dr.kim berdiri dari


duduknya, menyapa
ramah dan
mempersilahkan siwon
dan yoona menempati dua
kursi yang berada didepan
meja kerjanya.

“saya terkejut menerima


telpon dari Tn.Choi
tadi.. Padahal
sebelumnya anda tak
pernah datang untuk
sekedar

menemani istri anda


melakukan pemeriksaan”

Siwon hanya bisa


tersenyum masam. Merasa
tersindir atas ucapan
Dr.Kim.

“Apakah ada keluhan dengan


kandungan anda Ny?”

Siwon menggenggamkan
tangannya dengan tangan
yoona, menatapnya dan
tersenyum, sebelum akhirnya
dengan senyum yang sama,
siwon mengalihkan
pandangannya pada Dr.kim
yang kini menjadi terlihat
khawatir pada yoona.

“Tidak dokter.. Istri saya


baik-baik saja..”

“Oh, syukurlah.. Pada


pemeriksaan terakhir, saya
memang tak menemukan
sesuatu yang
mengganggu.
Pertumbuhan Janin stabil
dan sehat, begitupun istri
anda. Jadi apa yang bisa saya
bantu?”

“Bisakah anda
melakukan usg? Saya
ingin bisa melihat yoon
jo..” “Yoon jo?”

“itu nama yang kami berikan


untuk bayi kami dokter..”
Jawab yoona dengan
tersenyum.

“Oh, jadi bukan lagi ‘titik


kecil’ namanya?” Dr.Kim
menanggapi dengan senyum
yang sama. Sepertinya ia
memang seorang dokter
dengan pribadi yang mudah
dekat dengan pasiennya dan
membuat mereka nyaman
dengannya, termasuk juga
yoona.

“nama yang bagus Tn.. Ny..


Saya turut senang
mendengarnya”

“trimakasih dokter.. Jadi


bisakah kita lakukan usg
nya? Saya sudah tidak sabar
ingin melihat putra saya..”

“Maafkan saya Tn.. Saya


tidak bisa melakukannya..”

“kenapa tidak Dr? Anda


punya alat- alat itu disini..?”

“kita tak bisa terlalu


sering melakukan usg..”

Dr.Kim menggelengkan
kepala dan terlihat kecewa
dengan apa yang
dikatakannya. Terlebih
setelah melihat betapasiwon
yang begitu bersemangat,
kini juga terlihat kecewa
mendengarnya.

“tapi kenapa seperti itu?”

“Siwon.. Aku sudah


katakan tadi, hari ini
bukan jadwalku
melakukan pemeriksaan..”
Yoona menatap
kekecewaan itu dimata
siwon. Dan mencoba
menghilangkanny a dengan
mengeratkan genggaman
tangannya.

“begini Tn.. Ny.. Dalam


medis kita memang bisa
melakukan usg, namun harus
terjadwal. Terlalu
sering melakukan usg
akan berdampak tidak
baik untuk janin, juga
untuk istri anda..”

“apakah seperti itu?”

“Ya.. Beberapa waktu lalu


saat pemeriksaan, kami
telah melakukan usg. Jadi
mungkin anda bisa
bersabar menunggu, jika
ingin melihatnya.

Anda telah melewatkan


beberapa kali kesempatan
Tn..”

“ya.. Saya menyesal telah


melakukannya Dr..”

“suamiku sibuk Dr..


Hingga beberapa kali
kesempatan dia tak
bisa menemaniku..”
Dr.Kim kembali tersenyum
mendengar pembelaan
yoona untuk suaminya.

“Saya menjadwalkan usg


untuk dilakukan lagi
menjelang perkiraan
tanggal persalinan. Hal itu
dilakukan untuk
mengetahui posisi bayi
didalam perut. Dan juga,
agar mengetahui langkah
apa yang akan kita ambil
dalam persalinan. Apakah
memungkinkan untuk
melakukan proses normal
atau oprasi sesar.. Mungkin
anda bisa melihatnya saat
itu..”

Siwon menganggukkan
kepala, memahami
penjelasan dari sang
dokter. Biasanya ia
akan memaksa bila
keinginannya tak
terpenuhi. Tapi
sepertinya ia memang
harus bersabar.

Terbiasa memaksa, namun


kali ini memikirkan
tentang yoon jo dan yoona,
tentang kebaikan untuk
calon anaknya, siwon
berusaha menahan
diri untuk tidak
melakukan pemaksaan
terhadap Dr.Kim.

“baiklah Dr. Saya


mengerti.. Meski
sebenarnya saya telah
berencana membeli alat
usg itu, dan membuat anda
datang setiap hari kerumah
kami, agar saya bisa
melihat bayi kami setiap
hari.. Sayang sekali saya
harus membatalkan
rencana itu..”

“Siwon.. Kau ini..”

Yoona
menggelenggelengkan
kepala, tak tahu harus
bersikap seperti apa untuk
‘kegilaan’ siwon kali ini.
“Astaga.. Anda terdengar
sangat bersemangat Tn..”

“lebih dari bersemangat Dr..


Saya benar-benar tidak
sabar menunggu..”

“tak kurang dari dua


bulan lagi, anda bisa
melihat putra anda
setiap hari..” ***

Meski kecewa karna tak


bisa melihat yoo jo,
setidaknya siwon masih bisa
merasakan lega.

Pemeriksaan yang tadi


sempat dilakukan Dr.Kim,
menyatakan yoon jo
dalam keadaan sehat.

“Kau masih kecewa


karna tak berhasil melihat
yoon jo?”

Tanya yoona setelah siwon


membantunya turun dari
mobil, dan kemudian
merangkulnya untuk
memasuki rumah mereka.

“sedikit..tapi aku senang dia


baik- baik saja. Aku akan
memastikan yoon jo dan
juga kau, terus sehat sampai
proses persalinan nanti..”

Keduanya masih berangkulan


dan tersenyum sampai
melangkah memasuki rumah.

Namun ada yang aneh,


sedikit terdengar keributan
dari dalam dan beberapa
pelayan nampak
menunduk, atau takut
mungkin. begitu melihat
siwon dan yoona masuk.
“ada apa?”
“Tn.. Ada.. Ada nona..”

Sang pelayan tak


menyelesaikan
kalimatnya setelah siwon
bisa melihat sendiri
dengan matanya.
“Victoria.. Kau disini?”

“Hai.. Sayang, Aku


menunggumu..”

What…
Sayang??

Menegang, Yoona merasakan


Batinnya

mendelik, melihat wanita


itu dengan sebuah koper
yang berada disisinya.

Apa yang akan dilakukan


wanita itu??

Yoona mewaspadai apa


yang kemudian akan
dilakukan victoria.

Wanita itu mendekat,


dengan memberikan
senyum yang tertuju
untuk siwon. Hanya untuk
siwon dan bukan untuk
dirinya.

“apa yang kau lakukan


disini?”
Siwon kembali mengulang
pertanyaannya, namun
masih belum dihiraukan
oleh victoria. Ia justru
meraih lengan siwon,
menariknya dalam
rangkulannya.

Oh..
Apa-apaan ini?

Yoona terkesiap
melihatnya. Ia masih belum
mengerti, apa yang menjadi
tujuan wanita itu berada
dirumah mereka.

“Apa yang kau lakukan!”

bentak siwon kasar,


dan menepiskan tangan
victoria dari
lengannya.

“Sayang, aku
menunggumu.. Kenapa kau
lama sekali..”

“apa yang kau bicarakan,


victoria!” “kenapa kau
menjadi kasar padaku? Kau
tak pernah seperti ini
sebelumnya.. Apa karna
wanita itu ada disini..?”
Victoria merendahkan
tatapannya kepada yoona.
“Siwon.. Apa maksudnya?”

“Aku tidak tahu sayang.. Aku


juga heran dengan sikapnya
saat ini..”

Siwon kembali merangkul


pinggang yoona, dan
memberikan tatapan tajam
kearah victoria.

“Katakan apa yang kau


inginkan victoria? Sekarang!”

“well.. Aku ingin tinggal


disini, bersama kalian..”

Vic lantas menarik


sebuah koper yang
berada tak jauh darinya.

“Apa? Apa maksudmu? Apa


kau mengalami
kebangkrutan mendadak dan
diusir dari rumahmu sendiri.
Jangan bercanda victoria..”

“Aku serius.. Aku harus


tinggal denganmu, siwon..”

“Aku bisa mencarikan


tempat tinggal untukmu, jika
kau memang sedang
mengalami kesusahan.
Kau teman ku..
Percayalah, Aku takkan
membiarkanmu
mengalami kesusahan
sendirian..” “teman? Cih..
Lucu sekali.. Jadi kau
masih menganggapku
sekedar teman setelah apa
yang kita berdua
lakukan..” Yoona mulai
berusaha meregangkan
pelukan siwon
ditubuhnya, namun siwon
tak
membiarkannya. Dengan erat,
ia justru semakin merapatkan
tubuh yoona kearahnya.

“Demi Tuhan Victoria..


katakan apa masalahmu, atau
aku akan memaksamu keluar
dari rumahku..”

“Oh.. Kau tak bisa


melakukannya siwon. Kau
tak bisa mengusirku dari
rumahmu disaat aku
sedang mengandung
anakmu..” “Apa?”

“Aku hamil.. Kurasa aku


tak perlu menjelaskan lebih
jauh. Kalian berdua sudah
melihatku dirumah sakit,
aku memeriksakan
kehamilanku tadi..” “itu
tidak mungkin victoria..”

“itulah yang terjadi dan ini


adalah anakmu..”

“Aku tak pernah tidur


denganmu!”

“Ya.. Kau pernah, kau pernah


tidur denganku..kita pernah
melakukannya..”

“Sialan.. Kau bohong


padaku..”

“Kau tak bisa


menyangkalnya siwon.
Kau selalu berlari
kearahku ketika kau
bermasalah dengan
istrimu. Aku tak mau
hanya sekedar menjadi
tempat pelarianmu. Aku
ingin kau bertanggung
jawab pada kehamilanku..
Aku ingin
diperlakukan sama seperti
istrimu..”

Yoona kini
benarbenar
menyentakkan
rangkulan siwon
ditubuhnya. Ia merasa
limbung. Shock
dengan apa yang baru
didengarnya.

“Tidak.. Aku tak ingat kita


pernah melakukan hal seperti
itu..”

“apa yang mungkin bisa


diingat oleh seorang yang
sedang mabuk saat
mendatangiku. Kau
mungkin melupakannya..
Tapi aku masih
mengingatnya,
bagaimana rasanya saat
kau menyentuhku..
Bagaimana saat kita
bercumbu, saat kita
bercinta dan kau menyatu
denganku dengan sangat
manis…”

Tidak…

Yoona merasakan mual dan


rasa ingin muntah
mendengarnya.

Ya Tuhan.. Dengan
teganya Kau telah
menjungkir balikkan
duniaku.

Mendorong tubuh siwon,


yoona lantas melangkah
dengan cepat kekamarnya. Ia
tak mungkin lagi sanggup
berdiri disana dan mendengar
kata-kata wanita itu.

Dengan airmata yang


dirasakannya mulai terjatuh,
yoona mencoba
mengabaikannya dan
memfokuskan untuk
mengambil sebuah koper dan
memasukkan pakaian
kedalamnya.

“Kau akan kemana yoona?”

Tiba-tiba siwon sudah


berdiri tak jauh darinya,
dengan nafas terengah dan
wajah panik melihat
kopernya.

“bukan urusanmu..”

“Kita harus bicara sayang..”

Siwon mencoba meraih


tangannya, namun yoona
menepisnya dengan kasar.

“Jangan sentuh aku! Kau


sudah menghianatiku
siwon.. Selama ini aku
selalu melayanimu,
berusaha untuk terus
menyenangkanmu. Tapi kau
justru mencari kepuasan
lain dengan wanita itu..
Brengsek! Bajingan Kau!”
Rasanya sudah terlalu lama ia
tidak mengumpat. Sekarang
ia merasa marah, sakit dan
terluka. Dan melampiaskan
semuanya dengan umpatan
mungkin akan sedikit
melegakan untuknya.

“Demi Tuhan Yoona, kau


harus percaya padaku..”

“apa yang bisa kupercayai


siwon.. Victoria hamil,
itulah yang saat ini bisa
kupercayai..”

“Aku bersumpah yoona,


aku bukanlah orang yang
harus bertanggung jawab
atas kehamilannya. Aku tak
pernah tidur dengannya..”

“tapi dia benar.. Kau selalu


mendatanginya disaat Kau
sedang bermasalah
denganku. Kau mungkin
tidak ingat sekarang.. Tapi
aku yakin kau
menikmatinya saat itu..
Sialan! Kau menjijikkan..”

“Yoona.. Kumohon jangan


berpikir seperti itu..”

Siwon menatapnya nanar


menahan luka. Melihatnya
seperti itu juga membuat
yoona terluka.

Tapi apa yang bisa ia


lakukan?

Pengkhianatan itu terlalu


kejam dan tak bisa ia
maafkan..

“aku harus pergi..”

“Tidak yoona.. Demi Tuhan


jangan…!”

Yoona menutup kedua


matanya, tak bisa melihat
ketika siwon memohon
padanya. Membuat
airmatanya kian mengalir
deras membasahi wajahnya.

“Aku mohon sayang.. Jangan


pergi dariku..”

Siwon mendekat dan


langsung mendekap erat
tubuh yoona kedalam
pelukannya. Merasakan tubuh
itu bergetar dalam tangis
yang memilukan.

Ya Tuhan…

Yoona berusaha
memberontak namun
siwon tak
membiarkannya. Ia
merasa terluka. Disaat ia
mencintai siwon begitu
dalam tapi pria itu
justru mengkhianatinya.
Mungkin akan lebih
baik jika ia mengalami
mati rasa, bukan justru
mengalami luka sayatan
seperti yang sekarang
dirasakannya. Teramat
perih… “Biarkan aku
pergi siwon..”

“tidak sayang..tidak..”

“itu yang aku butuhkan..Aku


butuh untuk menjauh
darimu..”

“kita akan lebih terluka bila


saling menjauh..”

“tapi aku tak bisa


melihatmu.. Tak bisa
melihat wanita itu. Sialan..!
Aku tak bisa menerima
penghianatanmu. Aku
mungkin masih
mentoleransi segala
sifatmu yang lain. Tapi
tidak jika kau sudah
menyentuh wanita lain,
sementara aku masih
menjadi istrimu..”
“Demi Tuhan Yoona.. Aku
tak berkhianat padamu..”
Siwon melepaskan
pelukannya, merasakan
kefrustasian memuncak
ketika yoona tak bisa
mempercayai ucapannya.

Apa ia memang benar-benar


melakukan

pengkhianatan itu?
Tidak.. Rasanya tidak..
Ia tak mungkin
berkhianat dengan
meniduri wanita lain. Ia
bahkan telah kehilangan
gairahnya pada
perempuan lain sejak
yoona masuk kedalam
hidupnya. Yoona yang
mematikan gairahnya
dan hanya menyala
untuknya.

Lalu apa yang tadi victoria


katakan?

Bercinta dengannya?

Mungkinkah ia
kehilangan kontrolnya
saat itu? Sialan…

“jangan membawabawa
Tuhan sekarang! Kau
pasti juga tak mengingat
ada Tuhan yang
menyaksikan ketika kau
melakukan
penghianatanmu
padaku..”

Yoona kembali
mengalihkan perhatian pada
kopernya. Memasukkan
beberapa potong pakaian
sebelum menutup dan
menariknya, berniat
membawanya
keluar dari dalam
kamarnya, namun siwon
menghadang dengan berdiri
didepannya. “minggir
Kau..!”

“Yoona..”

“Kau sama saja seperti


ayahmu.. Brengsek!”

Yoona mungkin akan


menyesali kata- katanya.
Tapi saat ini emosi
terlanjur menguasainya.
Ia tahu siwon merasa
terluka. Ia bisa melihat itu
disaat siwon langsung
menggeser tubuhnya, tak
lagi menghalangi
jalannya.
Siwon merasakan tubuhnya
spontan lunglai mendengar
kalimat yoona.

Benar.. Ia memang
brengsek.. Ia tak ada
bedanya dengan
ayahnya.. Sejarah
terulang.. Harusnya ia
sadar, ada monster itu
dalam tubuhnya. Pria
perusak… ***

meninggikan harga
dirinya, yoona berjalan tegak
berusaha sekuat hati tak
menundukkan wajahnya
ketika victoria dengan
teganya tersenyum.
Senyum palsu..
Senyum meremehkan..
Senyum diatas kesedihannya..

“Kau mau kemana yoona?


Aku tak memintamu
keluar dari rumah ini.. Aku
juga tak memintamu
meninggalkan siwon. Kita
bisa…”

“Persetan denganmu!
Jalang..!”

Yoona masih merasakan


sesak meski ia telah terlalu
banyak mengumpat. Ia
mengira dengan umpatannya
itu bisa

sedikit melegakan perasaan


nya. Tapi nyatanya tidak
sedikitpun…

“Yoona Tunggu! Sayang..


Kumohon..”

Dibelakangnya ia tahu siwon


mengejarnya. Namun dengan
cepat ia
menyambar salah satu
kunci mobil dan langsung
menuju garasi. Tak
terdengar langkah siwon
dibelakangnya. Wanita itu
pasti telah
menahannya agar siwon tak
mengejarnya.

Sialan..
Persetan dengan mereka!

“Biarkan saja dia.. Aku tak


memintanya
meninggalkanmu. Kau
juga tak ingin dia pergi.
Tapi yoona tetap pergi..
Itu pilihannya..”

“Dia terluka sekarang.. Aku


mungkin akan membunuh
diriku jika dia tak
memaafkanku..”
“Siwon.. Kau tak
membutuhkannya.
Aku bersamamu..
Bukankah selama ini kau
selalu mencariku. Itu yang
kau lakukan..”

“Itu karna kau temanku.


Sahabatku..
Aku percaya padamu..”

“Aku tak mau kau hanya


menganggapku teman.
Aku sedang
mengandung anakmu..”

“dengarkan aku Victoria..!”

dengan wajah memerah


menahan luka, siwon
mencengkram kuat
kedua bahu victoria dan
memberinya tatapan
tajam..

“Kau telah mengacaukan


hubunganku dengan yoona.
Kebahagiaanku.. Jika kau
berbohong padaku.. Demi
Tuhan aku tak akan
memaafkanmu. Aku
bersumpah..!”

Victoria gemetar
dibawah tatapan tajam
yang diarahkan siwon
padanya. Merasa
teracam.. Dia benar-
benar marah dengan
ulahnya.

“Si won.. Aku..”

“persetan denganmu..”

Mendorong tubuh victoria,


siwon kemudian berlari
mengejar yoona… ***

Dengan nafas terengah dan


tangan yang gemetar
memegang stir, yoona masih
berusaha mengendalikan
kemudi mobil yang
dikendarainya.

Airmata nya tak berhenti


mengalir, sementara
dadanya sesak oleh amarah.
Jadi begini rasanya? Seperti
inikah yang dirasakan ibu
siwon ketika mengetahui
suaminya menghamili
wanita lain?

Ya Tuhan..

Rasanya jauh lebih sakit dari


apa yang bisa dibayangkan
olehnya.
Yoona akhirnya memilih
menghentikan laju mobilnya
disebuah bangunan rumah
mewah dua lantai.
Entahlah..
Tapi rasanya tempat ini
adalah satu- satu nya tempat
yang tepat untuk
menghindar dari siwon.

Jika suaminya itu masih sudi mencarinya atau sebaliknya..


Siwon akan lebih menikmati kehadiran wanita itu dirumahnya..

Sialan…

“Yoona.. Apa yang


terjadi? Kau kenapa
sayang..??”

“Kakek..”

Yoona menyeka sisasisa


airmata dengan
menggunakan
jemarinya, ketika seorang
pria tua menyambutnya.

Ya..
Entah atas dasar apa, atau
seperti yang diharapkannya
ia dapat menghindar dari
siwon, Yoona memutuskan
untuk mendatangi kakek
siwon.

Kedatangan pria tua itu


dihari sebelumnya, yang
ditujukan untuk menguatkan
dirinya, membuatnya hanya
memikirkan rumah sang
kakek yang mungkin bisa
menyelamatkannya untuk
sementara.

Atau sebenarnya sang kakek


telah mempunyai firasat
sebelumnya? Hal buruk
seperti itu akan terjadi
dalam

rumah tangganya dan


siwon. Hingga
membuat sang kakek
mendatanginya hari itu
hanya untuk
menguatkannya…

“Apa Siwon berulah lagi?”

pertanyaan tepat yang


diajukan sang kakek,
langsung mendapat
anggukan dramatis dari
yoona.

“Oh.. Aku bisa melihat


kekacauan
itu

diwajahmu. Ayo, masuklah..


Dan katakan apa yang terjadi
padaku..”
Yoona mengikuti sang
kakek masuk kedalam
rumahnya. Cukup
melegakan untuknya, karna
perkiraan waktunya
ternyata tepat.

Sang kakek sendirian


didalam rumah besar itu,
hanya ada beberapa
pelayan dan juga
pengawal dan beberapa
petugas keamanan yang
yoona lihat saat mereka
membukakan pintu
pagar untuknya tadi.

Minho dan sulli pastilah


sedang berada dikampus.
Sooyoung mungkin berada
dikantor, atau sudah mulai
disibukkan dengan rencana
pernikahannya yang telah
diumumkan kyuhyun
sebelumnya.

“apa yang ingin kau minum,


yoona?” “tidak.. Aku tidak
ingin apapun..” “tapi yang
ku lihat kau
membutuhkannya sayang..
Segelas air putih mungkin
bisa

sedikit membantu..”
“ya.. Trimakasih kakek..”

Sang kakek lantas meminta


pelayan rumahnya untuk
membawakan segelas air
putih untuk yoona. Yoona
meneguknya dengan
cepat sampai tak tersisa,
dan baru menyadari
tenggorokannya kering dan
ia sangat kehausan.

“benar kan kau memang


membutuhkannya..”

“ya..” jawab yoona sedikit


malu ketika sang kakek
memandanginya dengan
tersenyum.

“jadi bisa kau memulainya?”

“nde? Ah.. Aku tak tahu


apa yang harus kulakukan,
kakek?” “kurasa kau
sudah tahu.. Kau
mendatangiku, itulah yang
sedang kau lakukan.. Jadi
kau hanya tinggal
mengatakan ulah apalagi
yang cucuku lakukan
padamu..”

Tanpa sadar airmata kembali


jatuh membasahi wajahnya.
Teringat apa yang terjadi..
Apa yang baru ia ketahui..
Tentang pengkhianatan
siwon dengan wanita itu.
Menjijikkan…

“kakek pasti salah saat


mengatakan aku wanita
yang kuat, tidak serapuh
ibu siwon. Tapi nyatanya
aku hanyalah wanita lemah
yang mungkin sama
lemahnya seperti ibu
siwon. Aku juga seseorang
yang memiliki kerapuhan itu
dalam diriku.. Aku
benarbenar tak tahu apa aku
sanggup untuk hidup esok
hari..”

Sang kakek mencoba tenang


mendengar ucapan yoona.
Meski cucu menantunya itu
belum sampai pada tahap
masalah yang sedang
dialami dengan
pernikahannya dan siwon,
sejauh yang dilihatnya
yoona benar- benar terluka
saat ini.
Itu pastilah sesuatu yang lebih dari buruk.

“Kau hanya sedang terluka


yoona. Karna itu kau
mengatakan hal semacam
itu.. Tapi aku masih yakin
kau cukup kuat untuk
menghadapinya. Terbukti
kau masih bisa mencapai
rumahku dan tidak
menabrakkan mobilmu
dijalan raya jika kau
memang benar-benar
seperti ibu siwon. Kau
pasti sudah melakukannya
tadi.. Membunuh dirimu
sendiri dengan cara
bodoh..”

Yoona mendapat kilasan


senyum dari sudut
bibirnya sendiri ketika
mendengar ucapan sang
kakek. Pria tua itu ternyata
cukup bisa membuatnya
nyaman.

Tak salah yoona memilih


mendatanginya..

“Siwon mengkhianatiku..
Seorang wanita mendatangi
kami dan mengaku siwon
telah menghamili nya dan
meminta pertanggung
jawaban dari suamiku atas
anak yang dikandungnya.
Ya Tuhan.. aku bahkan
belum melahirkan bayiku,
tapi suamiku sudah akan
menyambut kehadiran
benih yang ia tanam
dirahim wanita itu..
Menjijikkan!”

Sang kakek menarik napas


sebelum menanggapi ucapan
yoona.

“jadi kejadiannya sama..? Ini


yang kemudian membuatmu
melarikan
diri dari siwon?”

“aku tak bisa melihatnya kakek..wanita itu akan tinggal dirumah


kami.. Aku
marah.. Sakit hati dan
terluka karna
pengkhianatannya, aku
bahkan tak pernah
memikirkan dia akan tega
melakukan itu padaku.
Siwon benar- benar
brengsek! Aku
membencinya..

Yoona menyeka airmata


dari wajahnya, melihat
sang kakek melangkah
meninggalkannya dan
kembali dengan segelas
lagi air putih ditangannya.

Kali ini bukan


memerintahkan sang
pelayan, tapi sang kakek
sendiri yang membawakan
untuknya.

“minumlah.. Kau
sedang emosi yoona,
kau perlu menenangkan
dirimu. Setelah

ini beristirahatlah, tidurlah


disalah satu kamar
dirumah ini. setelah kau
tenang.. Baru
kita akan melanjutkannya
lagi..”

“tapi kakek, aku tak bisa


berada disini terlalu
lama..” “kenapa?”
“sooyoung, minho dan
sulli pasti akan
mengatakan
keberadaanku jika
mereka pulangdan
melihatku disini. Siwon
dengan mudah akan
menemukanku..”

“kau benar-benar akan berlari


dari cucuku? Kau yakin?”

“untuk saat ini iya.. Itulah


yang aku butuhkan..”
“baiklah.. dan untuk saat ini juga,
aku akan menyetujui
tindakanmu. Kau bisa ikut
denganku sayang.. Ada sebuah
tempat yang bisa kau gunakan
untuk bersembunyi..”

“trimakasih kakek..”

***
Siwon memacu kecepatan
mobilnya dengan cukup
kencang meski ia tak
benarbenar tahu kemana arah
tujuannya.

Yoona tak menjawab


telponnya. Dan siwon baru
mengetahui yoona bahkan
tak membawa ponselnya
setelah ia memeriksa gps
untuk mengetahui dimana
posisi yoona. Ponsel itu
justru menunjuk pada
rumahnya.

Sial…

Jika seperti ini dimana ia bisa


menemukan yoona?

“Kau dimana sayang? Ya


Tuhan, kumohon kau
baik-baik saja.. Maafkan
aku..”
Siwon tak tahu kapan terakhir
kali ia menangis. Tapi yang ia
tahu, kali ini kepergiaan
yoona berhasil membuat
airmata yang dengan keras ia
coba tahan jatuh juga.

Ia menangis.. Merasakan
hatinya terkoyak. Namun
pasti yoona mengalami
yang lebih sakit dari apa
yang saat ini
dirasakannya…

“maafkan aku..”

Siwonmencengkram erat
roda kemudi mobilnya saat
dengan cepat ia memutar
arah, menuju apartemen
yoona.

Apartemen yang saat ini


ditempati soojung sendirian.

Ya..
Kemana lagi yoona akan
pergi jika bukan kesana.
Yoona pasti berada disana
untuk mengeluhkan sakit
hati dan perasaan
terlukanya pada soojung.

Dengan kecepatan tinggi


dari mobil yang
dikendarainya, siwon bisa
mencapai gedung
apartemen itu dengan waktu
singkat.

Segera ia berlari untuk


mencapai depan pintu
apartemen milik yoona, dan
melakukan ketukanketukan
pada pintunya.

“Yoona.. Kau
didalam? Buka
pintunya sayang..
Kumohon.. Yoona..!”

Tak ada jawaban meski


ia telah berkali mengetuk
nya.

“Soojung ah..buka pintunya


untukku. Aku butuh bicara
dengan yoona.. Aku perlu
melihatnya! Soojung.. Ya
Tuhan..dengan apa aku
harus memohon agar kalian
membuka pintu untukku..
Soojung! Yoona!”

dengan cepat
ketukanketukan pada
pintu yang tadi dilakukan
oleh siwon berubah
menjadi gedoran-gedoran
brutal.

“Demi Tuhan Yoona.. aku


akan melakukan pengrusakan
pada pintu sialan ini jika kau
tak
membukakannya sekarang!
Yoona!”

“Hei Tuan.. Apa yang


sedang kau lakukan? Tidak
ada siapapun didalam.
Soojung sedang berkuliah..
Dan yoona, wanita itu
bahkan sudah tak tinggal
disini setelah dia menikahi
pria kaya..”

Ucap sinis seorang tetangga


wanita yang terganggu
dengan apa yang dilakukan
siwon.

“Apa kau tak melihat yoona


datang hari ini?”

“tidak..untuk apa dia


datang ketempat seperti
ini. Rumah suaminya yang
kaya itu pasti lebih
nyaman untuk ia tinggali..”

Wanita itu kembali masuk


kedalam apartemen
miliknya yang tepat berada
didepan apartemen yoona.

Meninggalkan siwon yang


berteriak frustasi dan
melampiaskan dengan
melayangkan pukulan pada
dinding, yang
mengakibatkan memar
kebiruan ditangannya. ***

Yoona memandangi rumah


yang tak kalah mewah dari
rumah siwon maupun rumah
sang kakek yang baru saja
ditinggalkannya.

Ia bahkan berkali mengerjap


untuk memastikan
pandangannya tidak salah,
ia memang sedang berdiri

dihadapan rumah mewah


itu.

“kenapa kakek membawaku


kesini? Rumah siapa ini?
Aku tak perlu tempat
semewah ini..berikan saja
aku satu kamar, dan aku
bisa beristirahat
didalamnya..”

“tapi bukankah kau ingin


bersembunyi tadi..?
Rumah itu sangat luas,
kau bisa bersembunyi
didalamnya tanpa
khawatir siwon akan
kesulitan menemukanmu
bila dibandingkan
dengan satu kamar yang
kau inginkan.. Siwon
akan dengan mudah
menyergapmu
bila aku melakukan
itu..”

senyum sang kakek


sambil mencoba
melemparkan candaan
kearah yoona.

Yoona tak mengerti


mengapa sang kakek begitu
bersikap tenang bahkan
setelah ia mengatakan
kebenciaannya pada siwon.

Padahal saat dihari


sebelumnya kakek
mendatanginya, pria tua itu
terlihat menunjukkan
wajah khawatirnya.

Takut bila yoona tak bertahan


dan memilih meninggalkan
siwon cucunya.

Tapi setelah kini, nyatanyata


yoona telah meninggalkan
siwon mengapa sang kakek
bersikap biasa saja dan justru
menyetujui keinginannya
untuk bersembunyi dari
siwon. Aneh…

“Ayo masuklah..”
ajaknya ketika melihat yoona
masih saja diam ditempatnya.

“tapi kakek, ini rumah


siapa? Tidakkah aku akan
mengganggu penghuni
didalamnya..”

“jika itu yang kau cemaskan,


kau tak perlu
melakukannya. Rumah ini
milikmu..”

“Apa??”

Yoona terbengong
mendengar ucapan yang
pasti hanya candaan
semata
dari sang
kakek.

“Ayo yoona..” Kakek


membuka pintu rumah
itu sambil kembali
berkata…

“Ini kubeli sebagai hadiah


pernikahanmu dan siwon, tapi
cucu keras kepalaku itu
menolak dan mengatakan
akan tetap tinggal
dirumahnya”

“Aku tak mengerti mengapa kakek membelikanku rumah sebagus


ini?”
“Kau bahkan pantas mendapatkan yang lebih dari ini, Yoona..”

Oh..
Ia merasa tersanjung..

Jadi ini benar-benar


miliknya?

“aku baru memikirkan untuk


memberikannya pada
sooyoung setelah dia
mengatakan rencana
pernikahannya. tapi
melihatmu sekarang, kau
memang membutuhkan
rumah ini sayang.. ini
milikmu.. maka tetaplah akan
menjadi milikmu” “kakek..”

“Aku senang kau


mendatangiku.. dan tahu
apa yang terjadi langsung
dari mulutmu.. Selama
ini tak ada cucuku yang
pernah meminta bantuan
padaku.

Beristirahatlah, aku akan


menempatkan beberapa
orang untuk melayani dan
menjagamu..” “tapi
kakek..”

“Tenang saja, siwon tidak


tahu lokasi rumah ini. Kau
aman jika itu yang
sekarang kau inginkan.
Tidurlah.. Kau
membutuhkan istirahat
dan menjernihkan
pikiranmu, yoona.. aku
akan meninggalkanmu
disini..” ***

Setelahnya sang kakek


kembali memasuki mobilnya
dan langsung berbicara
dengan dua orang pelayan
sekaligus pengawal yang
sejak tadi berada
didalamnya…

“selidiki wanita yang


saat ini berada dirumah
cucuku..”

“baik Tuan..”

***

Setelah kepergian sang


kakek, yoona masih
terbengong sesaat. Ia
memperhatikan
keselilingnya. Rumah
mewah itu telah memiliki
segala macam yang
mungkin diperlukan
olehnya, bila melihat
perabot lengkap dan
modern yang telah
berada didalamnya.
Apa yang kemudian akan
dilakukannya dirumah
sebesar itu, dan sendirian?

Ia masih sibuk menerkanerka


ketika

kemudian seorang wanita


paruh baya
menghampirinya..

“selamat datang Ny. muda..”

Yoona hampir saja terlonjak


akibat terkejut dari sapaan
tiba-tiba yang didengarnya.
Ia mengira tengah sendirian
disana.

“saya telah menunggu


lama kehadiran
pemilik rumah ini..
Senang akhirnya anda
datang..”

Yoona sekilas menarik


seulas senyum dari
bibirnya. Kebingungan
dengan respon seperti apa
yang harus ia berikan pada
wanita itu.

“anda ingin berkeliling,


atau istirahat terlebih dulu? Ataukah
Ny..menginginkan sesuatu untuk dimakan? Saya
akan menyiapkan untuk anda.. Itulah mengapa
saya ada disini, untuk melayani anda Ny…”
“aku ingin beristirahat saja..
Tolong tunjukkan kamar
mana yang siap untuk ku
tempati..” “Oh, ne.. Mari
ikut saya
Ny..”

Yoona melangkah mengikuti


wanita paruh baya itu, yang
kemudian membawanya
masuk kedalam sebuah
kamar.

Ruangannya berbau
harum, sejuk dan
sepertinya nyaman bila
yoona merebahkan
tubuhnya diatas ranjang
besar yang berada disana.

Spray berbahan satin itu


terasa lembut ketikakemudian
ia duduk diatasnya, dan
melihat wanita paruh baya itu
kembali tersenyum
kearahnya.

“bibi yang menyiapkan


semua ini?”

“ne.. Tn.Choi mengatakan


pemilik rumah akan
datang, dan meminta saya
menyiapkan semuanya”
“Tn.Choi?”
yang terlintas dibenak
yoona tentulah Choi
Siwon, suaminya.

“Tn.Choi Shi ho..


Kakek yang bersama
anda tadi Ny..”

“Oh, ya.. Bibi, tolong


tinggalkan aku, aku ingin
beristirahat. Sepertinya
terasa nyaman jika aku
tidur disini..”

“Baiklah Ny.. Anda


memang terlihat
membutuhkan istirahat.
Panggil saya jika Ny.
membutuhkan sesuatu..
Senang bisa melayani anda
Ny..”

Yoona lantas merebahkan


tubuhnya, begitu wanita
paruh baya itu keluar dan
menutup pintu kamarnya.

Sendirian didalamnya
membuat sesak
didadanya kembali terasa.
Terngiang suara parau
siwon yang memohon
untuknya tidak pergi.

Yang langsung membuat


airmata nya tertumpah dan ia
kembali terisak.
Bagaimana bisa setelah
pengkhianatan yang
jelasjelas telah dilakukan
siwon padanya, masih
membuatnya memikirkan
pria itu. Ini bahkan baru
beberapa jam setelah
kepergiannya
meninggalkan siwon,
Namun ia sudah
merasakan kerinduannya
pada siwon yang
menghantam kuat
kedadanya.

Bodoh..
Kau bodoh Im Yoona..

Batinnya mengolok-olok
dirinya dan kemudian
memperlihatkan gambaran
bagaimana saat ini Victoria
berada dirumahnya dan
sedang menikmati
keberadaannya disana,
dengan siwon suaminya.

Menjijikkan…

“Aku membencimu Siwon..


Brengsek! Aku benci
padamu.. Aku benci..!”

Yoona meremas spray satin


dibawahnya dengan kedua
tangannya.
Marah..
Kecewa..
Dan terluka..

Hingga menginginkan
dirinya bisa sesaat
merasakan mati rasa, agar
tak lagi merasakan
perasaan itu yang sanggup
mengubah hidupnya
menjadi terlihat suram
dan mengerikan. ***

Siwon pada akhirnya harus


menelan kepahitan saat
kembali kerumahnya
dengan keadaan kacau.
Setelah tak berhasil
melacak keberadaan
Yoona.

Ini lebih dari sekedar


buruk.. Saat Ia bahkan
tak bisa memperkirakan
dimana dan kemana
Yoona pergi?
Bagaimana keadaan nya?
Apa ia masih menangis?

Hantaman kuat didadanya


juga siwon rasakan ketika
bayangan yoona yang
tersakiti, menangis dan
marah menyentak kedalam
pikirannya. Membuatnya
sesak dan hampir tak
sanggup untuk menghirup
dan mengisikan oksigen
kedalam paru- parunya.
Terkapar oleh ulahnya
sendiri yang dengan tega
berkhianat pada
komitmennya untuk setia
pada yoona.

Tidak..
Tidak mungkin..
Ia tidak berkhianat..

Tapi mengapa bahkan dirinya


sendiri
sulit
untuk menerima kata hatinya
yang meyakini ia memang
tak melakukan
pengkhianatan itu?

“Kau sama saja seperti ayahmu..


Brengsek!”

Kata-kata yang diucapkan


yoona dengan penuh amarah
kembali menggema saat
siwon melangkah memasuki
kamarnya.

Menghancurkan harapannya
untuk melihat yoona
tersenyum, menyambut dan
kemudian memeluknya.

Yang dilihatnya justru wanita


itu?
Victoria berada didalam
kamarnya, sedang
mematut dirinya dicermin,
sambil menyemprotkan
parfum dan tersenyum
memandangi tubuhnya
yang berbalut gaun tidur
transparan, yang dengan
jelas memamerkan warna
merah dari pakaian
dalamnya. Sialan…

“apa-apa an kau? Siapa


yang memberimu ijin
masuk kekamarku?!”

“Siwon.. Kau pulang..”

Victoria mencoba
kembali tersenyum meski
ia merasa tersentak oleh
suara siwon, dan tercekat
oleh tatapan matanya
yang tajam menusuk.

“Jangan coba menyentuh


barang- barang istriku..”

Siwon menariknya
menjauh dari hadapan meja
rias yang biasa dipergunakan
oleh yoona.

“Apa yang kau lakukan


victoria?”
“Yoona sudah pergi..dan
rasanya aku cukup pantas
untuk berada disini.
Menggantikannya..”

“Sialan.. Tutup mulutmu!”

“Kau tak bisa mengelak


siwon.. Kau harus
bertanggung jawab dan
menikah denganku”
“Menikah? Tidak!!”
Siwon menolak keras
permintaan victoria.
Permintaan pernikahan yang
menurutnya konyol untuk
dilakukan.

Dengan keras ia menyentak


pergelangan tangan vic,
menyeretnya keluar dari
kamarnya. Begitupun
dengan sebuah koper
miliknya yang juga berada
disana. Dengan kasar,
siwon mengambil dan
melemparnya.

“Kau keterlaluan siwon!


Begini caramu
memperlakukan wanita yang
sedang mengandung
anakmu..”
“Demi Tuhan victoria tutup
mulutmu! Aku tak percaya
kau mengandung anakku!
Tidak!”

“Ya.. Bayi ini anakmu!


Berhenti mengingkarinya
dan terima kenyataan ini,
siwon!”

“persetan dengan semua


omong kosongmu..”

Siwon berbalik untuk


masuk kedalam kamarnya,
Namun vic menahan
tangannya.

“Kau boleh marah karna


yoona meninggalkanmu. Tapi
kau tak bisa menyalahkanku
dan juga bayiku.. Percayalah
padaku, aku juga tak
menginginkan hal seperti
ini..” Siwon menegang.
Menatap dengan terkejut
ketika vic, menarik tangannya
dan meletakkan diatas
perutnya.

“Kau bisa
merasakannya kan..
Sesuatu tengah hidup
didalam sana..”
Siwon mencoba menarik
tangannya namun vic dengan
kuat menahannya.

“lepaskan victoria!”

“wae.. Kau tak mau


merasakan kehadiran bayi
kita? Kau tak mau
menyentuhku lagi? Aku
selalu memberimu kepuasan..
Itulah kenapa kau selalu
datang padaku. Dan sekarang
kau justru menatapku jijik
seakan-akan kau tak pernah
menyentuhku. Seakan aku
dan bayiku tak layak untuk
kau sentuh. Kenapa siwon..
Kenapa kau melakukan ini
padaku?”

“Hentikan victoria! Aku


masih menghargaimu dengan
tidak menampar mulutmu..

Dan menyeretmu keluar dari


rumahku karna kau
temanku..”

“Tidak.. Kita bukan lagi


teman setelah kita bercinta.
Setelah kau menikmati
tubuhku. Setelah aku
mengandung anakmu. Kau
tak bisa lagi menganggapku
sekedar teman. Sekedar
tempat pelarianmu. Kau tak
boleh memperlakukanku
seperti itu..”

“Victoria.. Demi Tuhan


hentikan! Sialan.. Kau
seseorang yang pernah sangat
kupercayai. Tapi kau justru
merusak kepercayaanku
padamu!”

“Kepercayaan apa
maksudmu? Percaya karna
aku akan menyembunyikan
kebusukanmu meniduri
wanita yang kau sebut
‘teman’. Kepercayaan untuk
itu maksudmu? Well..
Mungkin aku akan
melakukannya jika sekarang
tidak ada bayi dalam perutku.
Aku bisa menyembunyikan
itu, tapi tidak sekarang.. Aku
ingin pengakuanmu atas bayi
kita..”

“MWO.. bayi? Oppa.. Apa


maksud wanita itu?!”

Siwon terkejut saat melihat


soojung dan minho berdiri
disana dan mungkin telah
mendengar semua omongan
victoria.
Kemana para pelayan
rumahnya? Mengapa
membiarkan soojung dan
minho masuk dalam situasi
seperti itu?

Soojung jelas menatapnya


dengan mata membelalak.
Dan minho.. Siwon bisa
melihatnya mengepalkan
tangan dan memberinya
tatapan tajam. Sial…

“Soojung ah..”

“Katakan oppa! Apa maksud


wanita itu?”

“Aku bisa jelaskan soojung..”

“Biar aku yang menjelaskan


padamu..”

Victoria tersenyum kearah


soojung dan melangkah
mendekatinya.

“Aku hamil.. Dan bayiku


membutuhkan ayahnya.
Untuk itu aku berada disini.
Dan hentikan tatapan remeh
itu padaku!”

“Apa?”

“Oh.. Tidakkah aku berkata


dengan jelas tadi..”
Soojung memandang kesal
kearah victoria. Terutama
pada gaun tidur transparan
yang dipakainya, dengan jelas
memamerkan bagian dalam
tubuhnya yang sensitif, yang
hanya tertutup dengan warna
merah dari pakaian dalamnya.
Memalukan.. Tidakkah ia
mempunyai rasa malu itu?

Benar-benar Menjijikkan…

“noona..bagaimana bisa? Kau


hamil? Kalian berdua..
Sialan! Apa yang telah kalian
lakukan?”

minho mergetakkan gigi,


menatap marah pada vic
dan terutama siwon, hyung
nya.

“Apa yang bisa kulakukan


minho.. Begitulah
kenyataannya. Aku dan
siwon.. Kami..”

“Sialan.. Diam victoria!


Soojung ah.. Ikut aku!”

Soojung masih merasakan


shock saat siwon menariknya
menjauh dari victoria. Tak
perlu diminta, Minho pun
mengikuti langkah keduanya
dengan masih mencoba
menahan diri untuk
meledakkan amarahnya pada
siwon.

“Brengsek! Kau keterlaluan


oppa..!”

“Soojung ah,
tenanglah..tolong dengarkan
aku..”

“dimana oenni ku.. Aku


datang karna seharian yoona
oenni tak bisa dihubungi.
Kemana dia?”

Soojung mulai panik. Sesuatu


yang baru didengarnya tadi
membawanya kedalam
gambaran terburuk tentang
yoona.

“Oppa.. Aku ingin bertemu


oenni. Mana oenni ku? Oenni
ya.. Oenni..!”

“Dia pergi.. Yoona


meninggalkanku..” “Pergi?
Ya Tuhan.. Oenni seharusnya
mendatangiku. Tapi tidak..
Oenni tidak ada. Oenni tidak
mencariku.. Dimana oenni?
Kemana Yoona oenni pergi..”

“Aku belum tahu soojung..


Seharian aku mencarinya,
tapi tidak menemukannya.
Yoona meninggalkan
ponselnya, membuatku tak
bisa melacak
keberadaannya..”

“lalu hyung menyerah begitu


saja dan justru berduaan
dengan victoria noona! Kau
bajingan hyung..! Aku sudah
memperingatkanmu untuk tak
menyakiti yoona noona..
Kekacauan ini sepenuhnya
salahmu. Brengsek!!”

Minho mendorong tubuh


siwon, melayangkan kepalan
tangannya ke bagian rahang
siwon. Berkali-kali tanpa
ampun yang langsung
mengalirkan darah segar dari
sudut bibirnya. hingga
kemudian membuat soojung
menjerit dalam tangisnya.
Meminta minho
menghentikan
kebrutalannya.

“Hentikan oppa..!! kau bisa


membunuhnya!”

“Hyung memang pantas mati! Bajingan!”

*** Minho benar-benar


mengabaikan ucapan
soojung, ia masih dan terus
memukuli tubuh siwon tanpa
henti.

Anehnya tak ada sedikitpun


bentuk pembelaan diri dari
siwon, dia sama sekali tak
melawan.

Siwon pasrah tubuhnya


dilukai oleh minho. Sakit dan
Perih dari pukulan- pukulan
minho jelas tak sebanding
bila dibandingkan dengan
kesakitan yang dirasakan oleh
yoona saat ini.

Dia memang pantas


mendapatkannya, bahkan
lebih dari sekedar pukulan.
Minho benar..
Ia memang lebih pantas mati
daripada hidup hanya untuk
menjadi penyebab luka hati
yoona.

“Kau gilaa.. Minho!! Apa


yang kau lakukan?”

pada akhirnya victoria lah yang mengambil


tindakan untuk menghentikan pukulan bertubi-tubi
yang dilakukan minho.

Wanita itu mendorong kuat


tubuh minho agar menjauh dan
kemudian ia segera meraih siwon
yang tergeletak dengan nafas
terengah-engah.
“Siwon.. Kau tidak apa-apa?”

“Menjauhlah dariku!”

“Kau terluka.. Kenapa kau


membiarkan minho
melukaimu seperti ini. Ayo
bangun.. Aku akan mengobati
lukamu..”

“Menjauhlah Victoria!!”

Vic berdecak kesal saat ia


sedikit mundur, dan
membiarkan siwon bangun
untuk kemudian melangkah
pelan kearah sofa dan
menyandarkan tubuhnya
disana.

“Kau keterlaluan minho..


Kau melukai kakak mu
sendiri hanya demi wanita
itu!!”

“Kalian yang keterlaluan! Aku


percaya noona dan hyung berteman
baik.. Tapi aku tak pernah
menyangka jika pertemanan kalian
juga terjadi diatas ranjang! Sialan!
Kalian menyakiti yoona noona..”

“Harusnya kau bisa


menduganya minho..”

Vic tersenyum remeh dan


menjauh dari minho, tak
ingin melanjutkan perdebatan
dengannya dan lebih memilih
menghampiri siwon.

“Ayo kita pergi soojung..


Memuakkan berada disini
dengan orang-orang seperti
mereka..”

Minho menarik tangan


soojung. Gadis itu masihlah
shock dan tak berhenti
meneteskan airmata.

“Oppa.. Bagaimana dengan


oenni? Dimana dia?”

“tenanglah.. Aku akan


menemukan yoona noona
untukmu.. Aku berjanji..”

Minho menyeka airmata


soojung dengan tangannya,
sesaat mengusap rambutnya
sebelum akhirnya
merangkulkan lengan
ditubuhnya.

“Ayo..”

“Soojung ah..”

Keduanya menghentikan
langkah saat suara parau
siwon terdengar dibelakang
mereka.
“Kumohon beritahu aku jika
kalian menemukan yoona..
Aku merindukannya.. Aku
merindukan yoon jo.. Aku
sangat mencintainya. Aku tak
mungkin berniat
menyakitinya. Percayalah
padaku..”

Tak membiarkan soojung


memberi respon, minho
bergegas membawa soojung
keluar dari rumah itu, bahkan
tanpa menoleh kearah siwon.
Emosi masih menguasainya,
jika ia melihat wajah hyung
nya, yang dikhawatirkan
dirinya tak mampu lagi
mengendalikan diri dan
kembali menghajarnya. ***

“Siwon..!”

Yoona tersentak, terbangun


dari tidurnya dengan napas
yang terengah- engah.

Menatap kesisi tempat


tidurnya, ia merasakan hampa
ketika tak ada suami
disampingnya. Tak ada siwon
yang biasa memeluk dan
memberi kehangatan
ditubuhnya.
Yoona kembali memejamkan
mata, merasakan airmatanya
merembes dan membasahi
wajahnya.

Ia ingin tidur.. Ia ingin


terus bermimpi.. Ia tak
ingin bangun dan
menghadapi dunia nyata.
Ia tak mau menerima
kenyataan bahwa dunianya
telah runtuh, hancur karna
sebuah pengkhianatan yang
dilakukan suaminya.

Tidak.. Ia tak mau


menerima itu semua.
Biarkan ia tidur..
Biarkan ia hidup dalam dunia
mimpinya saja..

“Ny.. Anda tak mau makan?


Saya sangat khawatir, Ny..
tak pernah benar-benar
menyentuh makanan yang
saya buatkan..”

Wanita paruh baya yang


dipanggil ‘bibi’ oleh yoona,
sedang mengetuk-ngetuk
pintu kamarnya. Membuat
yoona kembali membuka
kedua mata dan menyeka
airmatanya. Perlahan ia
mengubah posisinya menjadi
duduk diatas tempat tidur dan
hanya memandang kearah
pintu kamarnya yang terus
diketuk dari luar.

“Ny.. Saya tidak tahu apa


yang terjadi pada anda, tapi
Ny..punya bayi, pikirkanlah
dia yang masih berada
didalam perut anda..”

Yoona tertunduk,
memandang keatas perutnya.
Airmata kembali jatuh
diatasnya. Dengan segera,
kedua tangannya ia letakkan
diatas perutnya, seperti
sedang memeluk bayi
didalamnya.

“maafkan aku..maafkan
oemma Yoon
jo..”

Yoona sedikit tersenyum saat


menerima respon sebuah
gerakan dari dalam perutnya.
Ia segera berdiri dari
duduknya dan langsung
melangkah kearah pintu dan
membukanya..

“bibi, aku ingin segelas susu,


semangkuk nasi dan sup, juga
apapun yang bibi masak
untukku. Tolong siapkan
sekarang..”
Bibi itu tersenyum penuh
kelegaan sambil
menganggukkan kepalanya.
Dan segera membawa yoona
kemeja makan.

“Kakek belum datang?”

“hmm.. Tuan bilang ada


sesuatu yang harus diurus.
Hari ini mungkin tidak akan
datang..”

“Oh..”

Yoona menyuapkan sesendok sup hangat


kedalam mulutnya.

Sudah tiga hari ia berada


dirumah itu dan sang kakek
setiap hari mengunjunginya.
Keduanya akan mengobrol
beberapa lama, meski selalu
berakhir dengan lamunan
yoona yang membuat sang
kakek kemudian memintanya
untuk beristirahat saja.

“Bi, bisakah katakan untuk


menyiapkan mobil
untukku..?”

“anda ingin pergi Ny..?”

“ne.. Aku ingin menemui


adikku..”
“Oh..baiklah, akan saya
lakukan”

***

Setelah ia berada dimeja


makan, satu jam kemudian
yoona telah berada didalam
mobilnya, dengan seorang
supir yang
mengemudikannya.

Wanita yang melayani yoona


ternyata lebih dulu meminta
ijin pada sang kakek, dan
yoona tidak diperbolehkan
pergi mengendarai mobil
sendiri. Karna itu sang kakek
mengirim supir untuk
menjemput dan
mengantarnya.

“apakah ini tempatnya Ny..?”

Sepertinya yoona tengah


berada dalam lamunannya,
hingga tak menyadari mobil
itu telah berhenti didepan
gedung apartemennya. “Oh..
Iya benar”
menatap kesekelilingnya,
yoona lantas mengiyakan.

“Apakah saya perlu


mengantar anda sampai
kedalam?”
“tidak perlu.. Kau bisa pergi
jika masih akan melakukan
tugasmu untuk kakek..”

“tidak..tugas saya hari ini


adalah mengantarkan anda.
Saya akan menunggu disini..”

“baiklah.. Aku akan masuk


kedalam..”

Supir itu turun, dan


membukakan pintu untuk
yoona. Membungkuk saat
kemudian yoona turun,
berusaha tersenyum sebelum
akhirnya berjalan masuk
kedalam gedung bertingkat
itu.

***

Entah apa alasan utamanya


saat yoona terpikir untuk
mendatangi soojung.

Apakah karna selama tiga


hari berada dirumah mewah
itu, ternyata hanya kesepian
yang didapatkan nya, dan
justu menambah luka
hatinya? Dan ia
membutuhkan soojung..

Atau mungkin ia merasa


soojung pastilah dalam
keadaan yang buruk ketika
mengetahui kepergiaannya
dan tak dapat
menghubunginya. Karna
yoona yang juga melupakan
untuk membawa ponselnya.
Pikirannya terlalu kacau saat
itu.

Ya.. Soojung pasti telah


tahu apa yang terjadi.

Siwon mungkin telah


mencarinya ke apartemen,
dan mengatakan semuanya
pada soojung. Soojung
pastilah panik karna tak
menemukannya dimanapun.
Untuk itu ia datang untuk
menenangkan nya.

Atau sebenarnya, Kau lah


yang ingin ditemukan? Ingin
agar siwon menemukanmu
berada disana?
Jangan membohongi hatimu,
yoona.. Itulah alasan utama
kau datang ketempat ini.
Agar suami yang telah
mengkhianatimu itu,
menemukanmu.
Itulah yang kau harapkan..

Yoona menggelengkan
kepala saat batinnya mulai
menyudutkan dirinya.
Tidak..
Bukan itu alasannya.

Tapi bagaimana jika itu


benar.. Dan siwon ternyata
tak pernah benar- benar
mencarinya?
Oh..
Menyedihkan..

Kehadiran wanita itu pastilah


penyebabnya. Selama ini
siwon akan berlari pada
victoria saat sedang
bermasalah dengannya. Dan
kini wanita itu telah berada
dirumahnya, Siwon tak perlu
lagi mencarinya dan pasti
telah menjadi saat yang
menyenangkan
menghabiskan waktu bersama
wanita itu. Sialan…

Yoona memparcepat
langkahnya saat telah
mendekati pintu
apartemennya, tak ingin
segala pemikiran itu
mengganggunya. Akan
menyenangkan saat bersama
soojung, meski ia mungkin
akan menangis lagi
dihadapannya.

Ya Tuhan..
Betapa ia telah banyak
menumpahkan airmata untuk
siwon.

“Soojung ah..”

Yoona langsung membuka


pintu itu, dan mendapati
soojung tengah berada dalam
pelukan minho dan menangis.

Matanya sembab dengan


lingkaran hitam disekitarnya..

“Oenni..”

“Yoona noona..”

Soojung dan minho


samasama terkejut dan
sekaligus lega melihat yoona
dalam keadaan baik-baik saja.

“Oh Tuhan ku, trimakasih..


Oenni..”

Soojung langsung
memeluknya dan menerima
pelukan yang sama dari
yoona.

“Oenni.. Kau membuat


hariku menjadi buruk”

“Aku tahu, aku bisa


melihatnya sekarang..
Maafkan aku sayang, maaf..”
“noona.. Senang melihatmu
baik-baik saja. Demi Tuhan,
aku bisa membunuh hyung
jika kau terluka..”

Yoona tercekat, pastilah telah


terjadi aksi kekerasan yang
dilakukan minho terhadap
siwon. Ia bisa melihat itu dari
tatapan minho saat berbicara.

Demi Tuhan.. Bukan


seperti itu yang ia
inginkan.

“Bisakah aku berbicara


dengan kalian..”

“Ya.. Oenni memang


haruslah berbicara dengan
kami..” ***

Victoria terus mendecak


kesal. Tiga hari ia bertahan
dirumah siwon hanya untuk
diabaikan.

Siwon tak menganggap


kehadirannya. Ia terus pergi
untuk mencari yoona. Jika
tidak, ia akan betah
mengurung diri didalam
kamar hanya untuk
mengasihani dirinya sendiri.

Betapa yoona telah sangat


mempengaruhi hidupnya..
Hari ini vic mengalami
kekesalan yang memuncak.
Terus berada didalam rumah
telah membuatnya benarbenar
bosan.

“Siwon.. Aku akan pergi


melihat cafe”

Siwon sama sekali tak


menjawab atau sekedar
menoleh kearahnya, membuat
vic tak ingin berlama-lama
lagi dan langsung berjalan
cepat
keluar dari rumah itu, untuk
kemudian masuk kedalam
mobilnya.

“Okey.. Aku kesana


sekarang, sampai jumpa di
club..”

Victoria melempar tas


tangannya ke kursi belakang
dan langsung melajukan
mobilnya.

“Akhirnya wanita itu keluar


rumah.. Cepatlah kita ikuti
dia!”

***

“Tuan.. Tn.Choi, saya


melihat Ny.Yoona
diapartemen nona soojung..”
Siwon seakan ditarik dari
lamunannya, dan langsung
mendekat kearah seorang
pelayan rumahnya yang tadi
berbicara.

“Apa yang kau katakan tadi?”

“Ny.Yoona berada
diapartemen nona soojung..
Cepatlah Tuan, sebelum Ny.
Pergi..”

Siwon tak membuang waktu


lagi, Ia menyambar kunci
mobil dan langsung pergi.

Kekhawatiran dan
kerinduaannya pada yoona
sudah tak terelakkan.
Ia rindu mendengar suaranya.
Rindu memandangnya.

rindu menyentuh dan


memeluknya dengan segenap
cinta yang ia miliki untuknya.

Ya Tuhan.. Tidakkah kau


mengatakan padanya betapa
hancurnya ia tanpa yoona
dalam hidupnya.

“Sayang.. Maafkan aku.


Kumohon maafkan aku..”

Siwon terus
menggumamkan kata itu
disepanjang perjalanannya
keapartemen yoona. ***

“jadi noona bersama kakek?”

Minho terlihat jelas tak bisa


menyembunyikan
keterkejutannya, ketika yoona
mengatakan saat setelah
kejadian dirumah siwon, ia
pergi dan mendatangi sang
kakek. Selama ini Minho
menilai sang kakek bukanlah
orang yang mau perduli. Sang
kakek lebih mementingkan
memberinya uang daripada
mendengar apa yang ia
keluhkan.

“aku tak mengerti kenapa


oenni lebih memilih
mendatangi kakek siwon
oppa, daripada aku”

“Aku hanya ingin


menenangkan diri..”

“dan apakah oenni bisa


tenang setelah mendatangi
kakek?”

“Ya.. Kakek sangat baik. Dia


mengingatkan ku pada appa..
Kakek pria dewasa yang
sudah memiliki pengalaman
hidup lebih banyak. Dia bisa
mengendalikan emosinya dan
hanya mendengar apa yang
aku katakan. Akan lain
jadinya bila aku langsung
mendatangi kalian.. Emosiku
memuncak saat itu, dan jiwa
muda kalian sudah pasti akan
mengalami emosi yang sama.
Dan ketika itu terjadi, Bukan
ketenangan yang kudapatkan,
tapi kericuhan.. Bersama
kakek aku menyadari, sekuat
apapun aku, aku tetap
membutuhkan orangtua. Dan
kakek bisa menggantikan
posisi itu..”

“tapi noona..”

“aku tahu minho..dalam


pandanganmu kakek pastilah
seseorang yang angkuh, tapi
kau salah. Kau hanya perlu
menjalin kedekatan
dengannya. Kakek hanya
kesulitan mengungkapkan
perasaan sayangnya pada
kalian. Menjamin kehidupan
kalian dengan materi
mungkin satu-satunya cara
yang bisa ia lakukan”

Minho tertunduk mendengar


apa yang dikatakannya.

Ya..
Yoona mungkin benar.
Minho memang tak pernah
berusaha mendekati kakek
nya.

“Aku akan mencobanya


noona..”

“Aku senang mendengarmu


mengatakan demikian”

“Aku seseorang yang suka


‘mencoba’ noona..”

Minho mengarahkan senyum


pada yoona, yang kemudian
dibalas dengan senyuman
yang sama darinya.

“Ketahuilah, selama ini kakek


selalu kesepian.. Kau tinggal
bersamanya, tapi kalian terasa
jauh satu sama lain..”

“Aku sadar akan itu..”

“Oh.. Baiklah oenni, minho


oppa.. Kita sudahi
pembicaraan dengan topik
itu. Sekarang apakah oenni
akan tinggal denganku?”

Yoona sedikit tak yakin, apa


ia akan tinggal atau kembali
kerumah yang dikatakan sang
kakek adalah rumah
miliknya.
Bersama soojung ia
merasakan lega setelah
berbagi perasaannya. Yoona
tahu dirinya bukanlah
seseorang yang suka dengan
kesendirian yang membuat
suasana hatinya terasa kian
dicekam.

“kurasa aku akan pergi..”

Kau jelas sedang


mengingkari
keinginanmu yang
sebenarnya yoona.. Batinnya
menyuarakan.

Kau ingin tinggal.. Kau


ingin berada disini dan
akhirnya siwon
menemukanmu.

Kau rindu padanya.. Kau


merindukannya bahkan
setelah pengkhianatan
kejam yang dilakukannya..
Sekali lagi batinnya
menyudutkan.

Apakah seperti itu keinginan


dalam hatinya?

Oh Tuhan.. Betapa
bodohnya ia jika seperti
itu.
Tapi bukankah kau selalu
mengatakan tak sedikitpun
menyesali kebodohanmu.

Batinnya mendebat,
mendesaknya untuk
benarbenar melakukan apa
yang sebenarnya ia inginkan.

“oenni ya, tinggalah dengan


ku.. Aku akan lebih tenang
jika kau bersamaku..”

“Tapi bagaimana kalau Si…”

“Yoona! Yoona..! Sayang,


buka pintunya..!”

Yoona tercekat, belum selesai


ia menyelesaikan ucapannya
ketika gedoran-gedoran pada
pintu apartemennya terdengar
kencang.

Oh Tuhan..

“Oenni..” Soojung
memperhatikan kediaman
yoona.

“Sayang aku tahu kau


didalam, aku merindukanmu..
Aku merindukan yoon jo..
Kumohon ijinkan aku melihat
kalian.. Yoona!”
“apa yang harus kita lakukan
oenni?”

“Aku tak ingin melihatnya..


Aku tak mau bertemu
dengannya”

“biarkan aku yang menemui


hyung..”

Minho sudah akan melangkah


saat kemudian soojung
menahan lengannya, untuk
mengingatkan…

“jangan melakukan apa yang


waktu itu kau lakukan oppa..”

“aku tak bisa menjamin itu


soojung ah..”

“Oppa!”

“Kau bawa saja yoona noona


masuk kekamar..”

Minho melangkah kearah


pintu dan kemudian
membukanya. Mendapati
siwon berdiri dihadapannya
dalam keadaan yang terlihat
kacau.

“Mana yoona!”

“Hyung..”
mendorong tubuh minho,
siwon bisa melihat soojung
yang merangkul tubuh yoona
melangkah kedalam
kamarnya.

“Sayang…”

Suara parau itu seketika


menghentikan langkah dan
membekukan tubuh yoona. Ia
bahkan bisa menangis hanya
karna mendengarnya.

“Yoona…”

Pada akhirnya yoona


membalikkan tubuhnya untuk
menatap siwon. Dan ia
mendapati pemandangan
yang..

Ironis..

Siwon sangat kacau.


Penampilannya benar-benar
berantakan. Dia mungkin
telah melewatkan untuk
bercukur, mandi dan waktu
makan nya.

Ya Tuhan.. Apa
wanita itu tidak
mengurusnya??

Menyedihkan..

“Siwon…”
Yoona merasakan kesedihan
yang mendalam saat melihat
siwon berdiri disana. Sangat
kacau dan memprihatinkan
untuk ukuran suaminya yang
tampan dan mempesona.
Semua itu seakan telah hilang
dari sosoknya.

Ingin rasanya yoona meraih,


memeluk dan memberikan
perhatiannya. Tapi ego nya
menghalangi. Amarah dan
sakit hatinya juga masih
terlalu besar bila mengingat
pengkhianatan yang
dilakukan siwon kepadanya.

Membuat tatapan iba dimata


yoona berubah menjadi
pandangan tak suka padanya.

“Apa yang kau inginkan


sekarang?!”

“Yoona..”

“Pergi! Aku muak


melihatmu!”

“Yoona kumohon maafkan


aku.. Aku merindukanmu
sayang.. Aku merindukan
Yoon jo.. Ijinkan aku
menyentuhnya”
“Tidak! Kau punya benih lain
yang kau tanam pada wanita
itu.. Kita sudah berakhir
siwon. Setelah pengkhianatan
kejam mu padaku, Aku tak
akan membiarkanmu
menyentuh anakku!” “Ya
Tuhan.. Sayang, Aku…”

“Cukup! Jangan
memanggilku seperti itu..
Kau tak pernah benar-benar
sayang padaku. Kau bohong..
Kau mengkhianatiku, siwon..
Pergi! Aku tak mau
melihatmu lagi..”

“Sayang, kumohon..”

Yoona menutup telinga


dengan kedua telapak
tangannya, tak mau lagi
mendengarkan apa yang akan
siwon katakan.
Ia takut..

Takut pertahanannya akan


runtuh dan kemudian ia
berlari memeluk nya seperti
apa yang diinginkannya.
Yang kemudian
dilakukannya adalah
melangkah cepat membuka
pintu kamarnya dan kembali
menutup rapat serta
menguncinya.
“Yoona.. Kumohon, yoona..
Kita harus bicara sayang.
Demi Tuhan.. Kau harus
mendengarku.. Yoona!”

“Pergi.. Pergi kubilang!”

Siwon berkali menggedor


pintu kamar itu dengan rasa
frustasi dalam dirinya. Yoona
benar-benar tak mau
membukanya.

“Sayang kumohon..”

Bahkan tak terhitung lagi


berapa kali ia telah
memohon. Meski selama ini
ia tak pernah memohon untuk
apapun dan kepada siapapun.

Tapi karna yoona.


Ia tak perduli sekalipun
yoona memintanya untuk
berlutut ia akan
melakukannya.

“Sayang aku merindukanmu..


Aku sangat merindukanmu,
Yoona..”

Tetesan-tetesan airmata tak


henti membasahi wajahnya.
meski ia telah menutup
telinganya, suara-suara
memohon dari siwon masih
sangat jelas didengarnya.
“pergi.. Aku tak ingin
melihatmu. Soojung ah, suruh
dia pergi.. Aku tak bisa..
Cepatlah pergi!”

“Oppa..”

Soojung mencoba memegang


bahu siwon. Ia merasakan
atmosfir kesedihan di
sekitarnya. Oenni nya juga
pasti sedang menangis
didalam sana.

“percuma oppa.. Oenni masih


tidak mau mendengarmu”

“tapi yoona harus


mendengarku soojung, dia
semestinya mendengarkan
aku.. Katakan padanya jika
dia harus mendengarku
soojung. Katakan padanya..”

“Oenni terluka oppa.. Kau


sudah keterlaluan dengan apa
yang oppa lakukan bersama
wanita itu. Pengkhianatanmu
pada oenni takkan bisa
dimaafkan begitu saja..”

“tapi aku tidak…”

Siwon meremas rambutnya,


tak yakin dengan dirinya
sendiri.
Benarkah ia tak melakukan
pengkhianatan itu?

Ia sendiri masih terus


mempertanyakan.

Siwon kemudian terduduk


lemah pada salah satu sofa
disana, dengan menunduk
dan menangkupkan wajah
dikedua tangannya.

Ketika itu keheningan yang kemudian


terjadi. Jika sebelumnya minho
merasakan marah hingga sampai
memukuli siwon, kali ini saat
melihatnya, justru perasaan iba lah
yang kemudian merasukinya. Hyung
nya benar-benar kacau. Tak pernah
sebelumnya ia melihat siwon
seberantakan saat itu.

“Hyung..”

Minho mendekat, duduk


disamping siwon dan
menepuk bahunya.
“pulanglah hyung..noona
masih marah padamu.
Sebaiknya hyung
membiarkannya sendiri..”

“Tidak minho.. Jika aku


pergi, aku akan
kehilangannya lagi. Yoona
akan meninggalkanku, dan
saat itu aku takkan bisa lagi
melihatnya. Tidak.. Aku tak
mau seperti itu..”

“Aku akan berada disini.


Hyung..percayalah padaku.
Kau tak bisa memaksakan
apa yang kau inginkan
sekarang. Beri noona waktu
untuk berpikir..”

“tapi aku sudah tiga hari tak


melihatnya.. Tidakkah itu
cukup untuk memberinya
waktu berpikir! Ya Tuhan..
Aku tak bisa minho..”

“Hyung.. Dengarkan aku!


Lihatlah dirimu.. Kau kacau!
Pulanglah dan rapikan
penampilanmu..” “tapi
minho..”

“Aku akan memastikan


yoona noona takkan pergi
darisini sebelum kalian
berbicara..”

***

Siwon menuruti perkataan


minho. Ia pulang untuk
menyegarkan tubuhnya dan
mencukur rambut-rambut
halus yang tak disadarinya
telah tumbuh diseputaran
rahangnya.
Memilih pakaian yang pantas,
ia juga menyemprotkan
parfum setelahnya.

“ambilkan kunci mobil


baruku..”

“baik Tuan..”

Oh..
Siwon bahkan langsung
memesan sebuah mercedes
keluaran terbaru, dengan
harapan ia akan membawa
pulang Yoona bersamanya.

Dan saat dimalam harinya,


siwon kembali datang ke
apartemen yoona. Ia telah
dalam keadaan yang berbeda
dari sebelumnya. “Oh..
Oppa..”

“siapa yang datang soojung


ah..?”

Yoona mendekat dan terpaku


menangkap senyuman siwon
yang tertuju padanya.
“Siwon..”

“Hai.. Sayang..”

Yoona kian terpaku


menatapnya. Yang berdiri
disana barulah tampilan yang
sesungguhnya dari suaminya.
Pria bertubuh tegap, tampan
dan mempesona.

Menarik…

Oh..

Apakah ia akan bisa


melumpuhkan kemarahan
yoona dengan
tampilannya??

Tidak…

Yoona tak ingin terbius. Ia


tak mau semakin jauh
terpesona dan pada akhirnya
luluh oleh sekedar
penampilan menawan yang
ditunjukkan siwon
dihadapannya.

“Apa lagi yang kau lakukan


disini!”

Ucapan nya bernada kasar,


saat kemudian yoona berbalik
untuk menghindar dari
tatapan siwon. Namun sekitar
tiga langkah saat ia
merasakan tangan siwon
meraih untuk menahannya,
yoona kembali terdiam.
“Aku datang untuk
menjemputmu sayang..
Pulanglah bersamaku..”

Yoona membalikkan
tubuhnya dan kembali
bertatapan dengan siwon.

“Kau sadar dengan apa yang


kau katakan? Kau memintaku
pulang untuk kemudian
tinggal bersama wanita itu,
selingkuhanmu.. Oh kau pikir
aku gila hingga mau
melakukannya..”

Yoona menyentakkan
tangannya dari genggaman
tangan siwon, dan kembali
melangkah untuk masuk
kedalam kamarnya. Namun
lagi-lagi siwon mencegahnya.
Dengan menggunakan kedua
tangan, Ia menghalangi pintu
kamar yoona yang akan
ditutup.

“Pergi Kau!”

“Yoona.. Kumohon sayang.


Aku tak bisa tinggal
dirumahku sendiri tanpa
dirimu..”

“Oh, tentu saja kau bisa. Kau


pasti bisa tinggal disana
terlebih ada wanita itu yang
bisa memuaskanmu..”
Sialan…

“Aku sudah pergi dan


memberimu keleluasaan,
kebebasan untuk bersama
wanita itu. Maka pergi dari
hadapanku dan nikmati
waktumu bersama dengan
wanita itu. Berikan
perhatianmu pada bayi
kalian..”

Ya Tuhan.. Yoona merasakan


kata-katanya membuat
dirinya sendiri tercekat.

“Sayang..”

“menjauh dariku!”

Siwon tak memperdulikan


peringatan yoona. Sudah
terlalu sesak kerinduan yang
ia rasakan untuknya. Siwon
mendekat, meraih pinggang
yoona kemudian
memeluknya erat.

“Aku merindukanmu
sayang..”

Yoona tak sempat berpikir


atau bahkan bereaksi untuk
menolak. Siwon telah lebih
dulu mendaratkan sebuah
ciuman dibibirnya. Melumat
bibir bawahnya penuh
kerinduan.

Tak cukup lama, sampai


yoona menyadari tak
seharusnya ia membiarkan
siwon menyentuhnya setelah
bayangan siwon yang
menyentuh wanita lain
muncul dibenaknya.

Brengsek…

Mendorong tubuh siwon,


yoona terengah namun masih
sempat memberikan satu kali
tamparan diwajah siwon.

“Sadarlah apa yang telah kau


lakukan padaku! Setelah
pengkhianatanmu tak
seharusnya kau berani
menyentuhku.. Brengsek!”

“Yoona.. Kau berpikir aku


seburuk itu? Demi Tuhan,
aku tak pernah menginginkan
siapapun.. Aku hanya
menginginkanmu yoona..
Beri aku kesempatan..”

“Keluar dari kamarku!”

“Yoona..”

“KELUAR..!”
Siwon terpaksa mundur,
dengan berat hati ia
melangkah keluar dari kamar
yoona. Membiarkan yoona
membanting pintu kamarnya
untuk kemudian
menguncinya.

“Hyung..”

Minho yang sempat keluar


untuk membeli makan malam
mereka, menghampiri siwon
dan berbicara padanya.

“Yoona masih belum bisa


menerimaku, minho.. Dia tak
mau lagi memberiku
kesempatan”

“Hyung.. Aku mengerti


dengan penyesalanmu. Tapi
aku juga paham sakit hati dan
luka yang yoona noona
rasakan. Tidak semudah itu
memaafkan sebuah
pengkhianatan yang hyung
lakukan..”

“tapi aku..aku tidak..”

Sial..
Siwon sendiri tak yakin
apakah ia memang telah
berkhianat atau tidak. Ia
menyesalkan dirinya yang
seringkali mabuk, hingga tak
bisa memastikan apa yang
dirinya lakukan.

“sebaiknya kalian pulang..


Kehadiran oppa hanya
membuat oenni tertekan..”

Siwon menatap soojung


penuh kesedihan. Ia tak
pernah berniat dengan
kehadirannya akan membuat
yoona tertekan seperti yang
soojung katakan.

“Pulanglah oppa.. Biarkan


oenni beristirahat. Keadaan
ini bisa mempengaruhi
kehamilannya..”

“yoon jo..”

“Ya..setidaknya mengalahlah
untuk kebaikan yoon jo.
Oppa tak bisa memaksa oenni
untuk menerimamu lagi..”
Siwon benar-benar terpukul.
Apakah yoona tak akan
pernah memaafkan nya?
Apakah ia akan dipisahkan
dari yoon jo? Tidak.. ***

Malam itu siwon kembali


pulang dengan tangan hampa.
Tak ada kenikmatan
mengendarai mobil barunya
tanpa kehadiran yoona
didalamnya. Ia bahkan tak
memperdulikan saat para
pelayannya melaporkan
victoria belum kembali
kerumahnya malam itu.

Persetan dengan apa yang


dilakukannya.. Siwon benar-
benar tak ingin perduli.

Satu-satunya yang
membuatnya kemudian tak
bisa memaksa vic pergi dari
rumahnya adalah karna
wanita itu hamil dan
menekankan jika bayi yang
sedang dikandungnya adalah
anak hasil perbuatan siwon,
dan ia tak bisa mengelak.
Oh.. Terserah dengan apa
yang dikatakannya, siwon tak
akan memusingkan hal itu.
Yang menjadi fokus
utamanya adalah yoona dan
yoon jo, bayi mereka. Dan
bagaimana membuat yoona
merasa tidak tertekan dengan
kehadirannya.

Maka pagi itu, setelah


semalaman bahkan tidak bisa
tidur, siwon kembali
mendatangi apartemen yoona
setelah terlebih dulu
menyegarkan tubuhnya dan
menampilkan sosoknya yang
sempurna tentu saja.

Siwon tersenyum ketika


soojung membuka pintu dan
terkejut melihatnya disana.
“Oppa..”

“selamat pagi soojung ah..”

Oh..
Ini bahkan masih fajar ia
rasa..

“untuk apa oppa datang


lagi?”

“Aku membawa sarapan


untuk kalian..
Apa yoona sudah bangun?”
“tentu saja belum..”

“Oh, biar aku yang


membangunkannya
..”

Siwon menyerahkan
bungkusan berisi makanan
pada soojung. Ia kemudian
melangkah mendekati kamar
yoona. Sebelum sempat
membuka pintu kamar itu,
soojung lebih dulu
menahannya.
“Tapi oppa.. Yoona oenni
masih tidur. Kau tak lihat ini
jam berapa..”

Soojung berdecak sedikit


kesal. Jika bukan karna siwon
yang tak henti
membangunkannya lewat
panggilan telpon untuk
memintanya membukakan
pintu apartemen, soojung
juga pastilah masih tidur
sama seperti yoona.

“ini masih fajar oppa..terlalu


cepat untuk membangunkan
oenni dan menyuruhnya
sarapan..”

“baiklah kalau begitu.. Aku


tak akan membangunkannya
dulu. Aku hanya ingin
melihatnya..”

Pada akhirnya siwon tetap


masuk kedalam kamar yoona.
Yoona memang masih tidur.
Ia kemudian hanya duduk
disisi tempat tidur sekedar
untuk memandangi yoona
dan sesekali karna tak bisa
menahan diri, siwon
menyentuh wajahnya,
menyingkirkan helaian
rambut dari wajah cantik
istrinya, kemudian
membelainya.

Ya..
Yoona masih lah istrinya,
Meskipun yoona mengatakan
mereka telah berakhir.
Tidak.. Ia tak
akan pernah
membiarkannya.

Soojung menghela napasnya.


Ia hanya berdiri diambang
pintu untuk memperhatikan
apa yang dilakukan siwon
pada oenni nya.

Merasa tak ada yang perlu ia


khawatirkan setelah melihat
siwon melakukan apa yang ia
katakan dengan tidak
membangunkan yoona. Maka
soojung memilih
meninggalkan ambang pintu
itu untuk kemudian menuju
kedapur untuk
mempersiapkan sarapan yang
telah dibawakan siwon untuk
mereka.

***

Yoona perlahan mengerjap, ia


merasakan kehangatan yang
menggenggam tangannya.
Ketika kedua matanya telah
terbuka sepenuhnya, ia
terkejut dengan kehadiran
siwon disisi ranjangnya.

“Siwon.. Kau.. Apa yang kau


lakukan?”

“selamat pagi sayang.. Aku


hanya ingin menyapamu dan
yoon jo..boleh kan?”

Siwon ingin menyentuhkan


tangannya diatas perut yoona,
namun yoona bergerak
kesamping ranjang
menjauhinya. Membuat
siwon tercekat dengan
pandangan nanar menatap
yoona.

“Sayang..”

“Pergi! Aku tak ingin


melihatmu..” “Yoona..”

Siwon masih mencoba


meraihnya, namun kemudian
yoona menepis tangannya
dan langsung turun dari
tempat tidur dengan
memberinya tatapan marah.

“berapa kali harus kukatakan


aku muak melihatmu..”

Yoona merasa jengah. Ia tak


menginginkan sikap siwon
yang memberikan perhatian
padanya. Ia takut kemudian
akan menjadi luluh
karenanya. Biar
bagaimanapun, apapun yang
dilakukan siwon tak akan bisa
mengubah kenyataan yang
ada. Bahwa, Dia telah
berkhianat pada dirinya…
“Yoona kumohon..”

“Ini terakhir kalinya aku


melihatmu.. Jika kau masih
mendatangiku, aku tak segan
melakukan seperti apa yang
ibumu pernah lakukan..”

Tidak..
Tidak.. Kau tak
serius dengan
perkataanmu bukan?

Ya Tuhan..

Batinnya ketakutan dengan


apa yang baru ia katakan.
“Yoona..”

“pergi siwon.. Aku muak


melihatmu! PERGI..!!”

Siwon harus tahu, biar


bagaimanapun, betapapun
inginya ia untuk kembali,
yoona tak akan pernah
melakukannya. Dia takkan
melakukannya setelah wanita
itu memasuki rumah
tangganya.

Siwon tertohok oleh


pernyataan yoona. Istrinya
mengancam akan bunuh diri
seperti yang pernah dilakukan
ibunya, bila ia masih terus
mendatanginya.

Oh Tuhan.. Betapa
menjijikkan dirinya hingga
membuat yoona sampai harus
mengatakan hal yang
mengerikan itu.

Siwon menyerah. Ia tak


ingin yoona bertindak
serius dengan melakukan
ancamannya.

Dengan hati yang terkoyak, perlahan ia keluar


meninggalkan kamar yoona.

“oppa..”

“jaga yoona
untukku..hubungi aku bila
kau membutuhkan sesuatu..”

pesannya pada soojung saat


kemudian benar-benar pergi
dari apartemen yoona.

“oenni..”

Setelah melihat siwon pergi,


soojung lantas menghampiri
yoona. Oenni nya sedang
terisak didalam kamarnya.
Begitu menyedihkan..

“oenni ya..”

“aku begitu kejam


mengatakan hal itu padanya,
soojung ah.. Aku pasti sudah
menghancurkan hatinya..”

“oenni..kenapa kau tak


memaafkan siwon oppa jika
kau masih menginginkannya.
Kalian akan sama- sama terus
terluka jika seperti ini”

“Aku tidak bisa.. Tidak


soojung..” ***

Saat tiba dirumahnya, siwon


disambut oleh senyum
victoria yang telah kembali
berada dirumahnya.

Seolah tak memperdulikan


tatapan kemarahan siwon, vic
terus tersenyum
menghampirinya.

“Hai sayang..”

“Diam victoria! Aku ingin kau pergi dari


rumahku..”
“Siwon.. Kau tak bisa
melakukan itu padaku. Aku
sedang hamil..”

“persetan dengan
kehamilanmu.. Lihat apa
yang kau lakukan padaku.
Kau telah menghancurkan
hidupku.. Pergi kau! Sialan!”

“Siwon! Kau sendiri yang


membuat hidupmu seperti di
neraka.. Kau hanya perlu
melupakan yoona dan
menerima kehadiranku. Maka
kau akan mendapatkan
kembali kehidupanmu yang
baik-baik saja bersamaku dan
bayi kita.. Aku akan keluar
dan kau bisa memikirkan apa
yang kukatakan adalah
benar..”

“Sialan.. Pergi Kau!!”

Victoria melangkah kesal


keluar dari rumah siwon.
***

“Tuan..sesuatu yang kami


temukan dari wanita itu
sangat mencurigakan..”

“selidiki lagi.. Dan cepat


katakan padaku. Aku harus
segera menyelamatkan
pernikahan cucuku..”

“baik Tuan..”

***

Yoona masih mengurung diri


dalam kamarnya. Semenjak
kepergian siwon yang ia usir
keluar dari apartemennya,
kesedihan makin
menggelayutinya.

Ditambah lagi saat


mengetahui siwon pagi itu
datang demi untuk
membawakan sarapan
untuknya. Betapa
menyakitkan ketika
mengetahui hal itu dan ia
justru mengusirnya keluar
tanpa memberi kesempatan
untuk siwon berbicara.

Oh..
Sudahlah…

Mungkin itu yang terbaik.


Dengan begitu siwon takkan
pernah lagi mengharapkannya
kembali. Ia tidak bisa, ia
tidak akan pernah bisa
kembali pada siwon..

“Oenni ya..”
Yoona mendongak ketika
soojung berdiri dipintu
kamar, memanggilnya. “ada
apa?”

“emm.. Seharian kau diam


saja. Ayo kita keluar.. Udara
sore terasa sejuk. Kita bisa
berjalan-jalan ditaman”

“Tidak.. Kurasa aku ingin


kembali kerumah kakek..”

“mwo?”
Soojung terkejut dan
langsung mendekati yoona.

“oenni kau tak serius kan?


Untuk apa oenni kesana?
disini bersamaku apa tak
cukup baik untukmu?”
“bukan begitu, tapi..” “kakek
tidak akan mengkhawatirkan
mu.. Minho oppa sudah
memberitahunya kau tinggal
denganku”

“tapi Aku khawatir siwon


akan datang lagi..”

“Kau pikir siwon oppa akan


datang setelah apa yang oenni
katakan padanya..?”
“entahlah.. Aku tidak tahu.
Tapi itu mungkin saja.. Siwon
bukan orang yang mudah
ditebak..”

“hmm.. Baiklah, jika itu bisa


membuat oenni merasa
nyaman. Biarkan aku yang
mengantarmu kesana..”

“terimakasih sayang.. Kau


bisa tinggal denganku disana
kalau mau. Aku akan
meminta ijin pada kakek..”

“tidak, tidak.. Aku sudah


menyatu dengan apartemen
ini. Aku rasa aku takkan bisa
pindah dari sini..”

“Kau ini.. Bagaimana jika kau


menikah nanti. Kau pikir minho
akan mau tinggal disini..”

“Jika minho oppa mau


menikahiku, dia juga harus
menerima persyaratan yang
aku ajukan.. Dan tinggal
disini menjadi salah satu poin
dalam persyaratan itu..”

Yoona hanya mendecak


sembari keluar dari
kamarnya. Tak ada yang
perlu ia bereskan untuk
dibawa, maka ia hanya
mengenakan mantel milik
soojung dan menunggu sang
adik bersiap untuk kemudian
pergi.

“Ayo oenni..”

Soojung menghampirinya dengan membawa


kunci mobil didalamnya ditangannya.

Melihatnya, yoona jadi


teringat ia membawa salah
satu mobil siwon untuk pergi
waktu itu. Dan mungkin ia
harus mengembalikannya
segera.

Suamimu tak akan risau


hanya dengan satu mobil
yang kau bawa yoona. Dia
pastilah takkan perduli
sekalipun kau berniat
membakarnya.. Batinnya
bersuara..

“OMO.. Siapa kalian? Apa


yang kalian lakukan disini?”

Yoona mendekati soojung


yang sudah membuka pintu
dan berbicara dengan
seseorang disana.

“ada apa soojung ah..?”

“Oenni ya.. Lihatlah mereka?


Siapa mereka?”
Yoona mengernyit, ia
mengenali dua orang
berbadan tegap itu sebagai
bagian dari para pengawal
yang biasa berada dirumah
siwon.

“Kalian.. Sedang apa kalian


disini?”

“Kami sedang bertugas Ny..”

salah seorang diantaranya

menjawab..

“bertugas?”

“Tn.Choi menugaskan kami


untuk melakukan
pengamanan pada anda..”

Oh..
Pengamanan?

Apa ia pikir kau salah satu


target penculikan hingga
perlu untuk diamankan..

Batinnya sedikit geli


mendengarnya..

“Tuan juga menitipkan ini..


Ini ponsel milik anda, vitamin
dari dokter yang harus anda
minum dan beberapa pakaian
yang mungkin anda
butuhkan..”

Oh..
Ya Ampun.. Menurutmu
ini perhatian atau
pengusiran secara
halus??

Itu jelas perhatian.. Jika


pengusiran? siwon tak perlu
melakukannya, karna
jelasjelas yoona sudah lebih
dulu meninggalkan rumah itu.

Yoona lantas menerima apa


yang dititipkan siwon
untunya.

“aku sudah menerimanya,


kalian pergilah..”

Kedua orang itu sama-sama


menggeleng dengan cepat.
“bukankah kami sudah
mengatakan kami disini
untuk melakukan
pengamanan Ny.. Maka kami
akan tetap berada disini untuk
mengamankan dan berjaga-
jaga jika anda membutuhkan
sesuatu..”

astaga.. Jadi ia
akan diawasi? ***
Siwon memang tak lagi
mendatanginya, tapi bagaimana
kemudian yoona bisa pergi
meninggalkan apartemennya. Jika
Dua orang yang terus berada
didepan pintu apartemennya
benar-benar tak beranjak dari
sana.

Keduanya akan mengikuti


yoona kemanapun ia pergi.
Mengikutinya ketika soojung
mengajaknya berjalan- jalan
ditaman, bahkan saat ia hanya
keluar untuk membeli biskuit
yang berada dimini market
disebrang gedung
apartemennya.

“Oh astaga.. Aku bisa gila


jika mereka terus
mengikutiku..” keluhnya pada
soojung..

“tapi setidaknya aku bisa


tenang.. Saat aku pergi
kekampus, ada mereka yang
menjaga oenni..”

“Siwon benar-benar
keterlaluan. Dia tidak lagi
datang tapi mengirim dua
pengawal itu..”

“jadi oenni mengharapkan


siwon oppa datang lagi?”
“bukan juga seperti itu..”

Soojung tersenyum
mendengar bantahan dari
yoona.

“sudah mengaku sajalah


oenni..”

Saat hendak menanggapi


godaan soojung, ponsel milik
yoona berdering hingga ia
kemudian mengalihkan
perhatian pada ponselnya
untuk menjawab panggilan..

“yobseyo..”

“Yoona..”

“Oh..kakek, ada apa?”

“Ada yang akan kakek


beritahukan padamu..” Oh..
Apa…?

Yoona kemudian menjadi sedikit


gelisah ketika mendengar sang kakek
berniat memberitahukan sesuatu
padanya.

“Ini mengenai wanita itu..”

Oh…

“Tapi sebelum aku


mengatakannya padamu..
Aku ingin bertanya sesuatu
terlebih dulu..”

“Apa yang ingin kakek


tanyakan?”

Yoona makin gelisah, ia


lantas berdiri untuk kemudian
mengambil segelas air putih
dan meneguknya.

Ia juga hanya tersenyum


sesaat dan melambaikan
tangan sebagai tanda
persetujuannya, ketika
soojung berpamitan untuk
pergi setelah minho datang
menjemputnya. “kakek?”

“kupikir ada seseorang


bersamamu..”

“Oh, hanya soojung yang


berpamitan untuk pergi..”

“Jadi kau sendirian


sekarang?”

“Ya..euh, tidak juga.. Ada..”

“pengawal yang siwon


kirimkan maksudmu?”

“darimana kakek tahu?”

“tentu saja aku tahu yoona..


Untuk itu aku tak
mengkhawatirkan mu selama
berada disana, karna sudah
ada mereka yang terus
menjagamu..”

Yoona beralih lagi untuk


mencari tempat yang bisa
membuatnya lebih santai.
Dan saat itu ia memilih
duduk disalah satu sofa yang
berhadapan dengan televisi.
Ia mengecilkan volumenya
agar tak mengganggu
pendengarannya saat
melakukan pembicaraan
dengan sang kakek.

“Jadi apa yang ingin kakek


katakan tentang wanita itu?
Sebenarnya aku tak ingin
mendengar apapun
tentangnya..

Membicarakannya saja
membuatku serasa ingin
muntah..”

“Oh, tenanglah sayang.. Kau


harus mendengar apa yang
akan aku katakan. Tapi
sebelumnya biarkan aku
menanyakan sesuatu terlebih
dulu..”
“ne..baiklah kakek, jadi apa
yang ingin kakek tanyakan
padaku?”

“Apa wanita itu pernah


menunjukkan bukti
kehamilannya? Apa kau
melihat bukti itu?”

Oh..
Yoona memikirkan hal itu
sejenak.

“Tidak..” “Tidak?”

“ne.. Dia tak menunjukkan..


dia hanya mengatakannya..”

Terdengar sang kakek


menghela napas disebrang
sana..

“Oh Tuhan.. Itulah


kesalahanmu sayang..” “apa
maksud kakek itu
kesalahanku?”

“Wanita itu tidak


menunjukkan bukti dan kau
percaya dengan cerita
kehamilannya.. Oh, yang
benar saja yoona..”

“Tapi aku melihatnya.. Aku


dan siwon melihatnya
mendatangi dokter
kandungan. Tidakkah itu
cukup sebagai bukti?”

“Kau yakin dia kesana untuk


memeriksakan
kehamilannya?”

Yoona masih belum


mengerti…

“Sebenarnya aku sangat ingin


mendatangimu dan
mengatakan langsung
padamu. Tapi hari ini aku
merasa tubuhku tidak cukup
baik..” “apa kakek sakit?”

“Tidak.. Jangan
membicarakan itu sekarang.
Fokuslah pada apa yang akan
aku sampaikan padamu..”
Yoona mengangguk..

“Aku menyuruh
orangorangku untuk
menyelidiki wanita itu?
Sedikit terlambat kurasa, itu
karna wanita itu baru keluar
dari rumah siwon setelah tiga
hari berada disana.. Tahukah
kau apa yang mereka
dapatkan dari penyelidikan
itu?”
Yoona masih menyimak dan
berharap ia tak mendapat
berita yang semakin membuat
keadaannya bertambah
buruk..

“Wanita itu tidak hamil..


Tidak, dia tidak sedang
mengandung..”

“Apa? Tapi..bagaimana
mereka tahu?”

“Mereka terus mengikutinya..


Dan setiap kali keluar dari
rumah siwon, wanita itu
selalu pergi ke club dengan
teman-temannya dan mabuk..
Dia baru akan pulang
kerumah siwon setelah
pengaruh alkohol ditubuhnya
hilang..”

“Tapi wanita hamil tak


seharusnya mabuk..”

“Ya..kau benar sayang. Itu


pasti yang kau lakukan karna
kau benar-benar hamil. Tapi
tidak dengan wanita itu. Dia
tidak sedang hamil..”

“tapi dia kedokter


kandungan..”
“Ketahuilah Yoona..
Orangorang suruhanku sudah
memastikan. Dr.Kim
Taeyeon yang adalah dokter
kandunganmu itu adalah
teman lamanya. Dihari itu ia
mendatanginya karna
meminta bantuannya untuk
memasangkan alat
kontrasepsi. Jadi dia tidak
sedang hamil..”

Yoona merasakan telinganya


panas mendengarnya dan
darahnya mendidih..

“Aku menyesalkan kau


kehilangan kewaspadaanmu
sayang.. Wanita itu hanya
pintar memanfaatkan moment
pertemuan kalian dirumah
sakit, dan kau begitu saja
mempercayainya. Dan juga
siwon yang hanya merutuki
dirinya sendiri

tanpa mencari terlebih dulu


kebenarannya.. Aku sangat
menyesalkan sikap kalian..”

Bodoh..
Yoona menilai dirinya sendiri
bodoh hingga dengan mudah
Victoria bisa membodohinya.
“Jika kau masih belum
mempercayai apa yang
kusampaikan? Kau bisa
membuktikannya. Wanita itu
sedang berada di club
sekarang..”

Yoona langsung mematikan


ponselnya. Kemudian Ia
mengambil sweater dan
melangkah membuka pintu
apartemennya.

“Anda akan pergi kemana Ny? Ini sudah


terlalu malam untuk anda keluar..”

“Aku harus pergi. Cepat


antarkan aku!!”

Yoona tak perduli, ia lantas


melangkah cepat dikoridor
apartemennya hingga mau tak
mau dua orang pengawal itu
mengikutinya.

Yoona bahkan tak perduli


dengan kehamilannya ketika
pada akhirnya ia sampai di
sebuah club yang tadi
disebutkan sang kakek. Ia
memaksa masuk pada
petugas keamanan yang
berjaga disana.

“Biarkan Aku masuk!!”

“Anda tidak diperbolehkan untuk masuk..”


“Shit..!! Bicaralah dengan mereka Aku harus masuk..!!”

Beruntung para pengawalnya


yang kemudian mengatasi,
hingga Yoona bisa
menerobos masuk. Dan apa
yang kemudian dilihatnya??

Wanita itu.. Victoria yang


sedang tertawa asik
meliukkan tubuhnya
dibawah kilauan lampu
diatas lantai dansa dengan
sebotol anggur
ditangannya. tampak
menikmati kesenangannya..

Sialan…

Yoona menyadari keberadaan nya disana


kemudian menjadi bahan decakan orangorang
yang menjadi pengunjung club itu.
Memandangnya dengan mengernyit
keheranan. Dan juga ejekan yang kemudian
diterimanya..

“Hai kau.. ini bukan rumah sakit bersalin.. Kau salah alamat..” Ia
mendengar tawa terkikik dari wanita-wanita yang bersama seorang
yang mengatakan ejekan itu padanya yang terus menular pada yang
lainnya…

“Atau kau sedang mencari ayah dari bayimu? Apa pria itu berencana
meniduri wanita lain lagi malam ini..”

“Biarkan saja pria itu mencari kesenangannya… Kehamilanmu


mungkin tak lagi bisa memuaskan gairahnya.. hingga dia perlu
mencari wanita lain yang bisa memuaskannya..”
Ohh..
Brengsek!!

Tawa terbahak yang kemudian didengarnya, membuat Yoona


langsung berbalik dan memberikan tatapan tajam pada mereka.

Oh.. tidakkah mereka pernah melihat seekor rusa


mengamuk?? Atau setidaknya tahu bila seekor
rusa juga bisa mengamuk…

Bersiaplah.. mereka akan


segera tahu dan melihatnya..

“Tutup mulut kalian atau aku akan merobeknya..!!”

Yoona tak main-main dengan ucapannya. Ia mengambil gelas wine


kosong yang berada diatas meja bar, kemudian memecahkan ujung
gelasnya diatas meja yang sama. Dan menjadikan gelas kaca itu
meruncing pada ujungnya. Terlihat tajam untuk bisa mengiris urat
nadi atau merobekkan mulut orang-orang yang tadi melontarkan
ejekan kearahnya. Seperti yang ia katakan dalam ancamannya…

Beberapa wanita itu menjerit melihat apa yang yoona berani lakukan
dihadapan mereka..

“Kalian percaya aku bisa melakukannya sekarang!! Merobek mulut


kalian satu persatu..!! Jika kalian tak menginginkanku melakukannya.
Maka tutup mulut kalian.. karna kalian tak tahu apa-apa..!!”
Ancamannya terdengar sekaligus terlihat meyakinkan. Terbukti dari
diamnya mereka yang tadi mengeluarkan komentar kearahnya.
Perlahan mundur menjauh dan tak memperdulikan lagi apa yang akan
yoona lakukan disana.

Yoona meletakkan gelas ditangannya keatas meja. Dan kembali


fokusnya terus terarah pada wanita itu. Victoria nampak tak
terpengaruh dengan keributan kecil yang diciptakan yoona
disana.
Ia benar-benar sedang
menikmati menggerakkan
tubuhnya diiringi music yang
mendentam kencang.

Sialan…

Yoona tak lagi bisa menahan


diri. Amarah menguasainya.
Emosinya semakin
memuncak melihat tawa
victoria.
Bisa-bisa nya vic melakukan
hal itu padanya dan juga
siwon… Keterlaluan..

Yoona baru akan


melangkahkan kakinya, saat
tiba-tiba pergelangan
tangannya ditarik oleh
seseorang. “Ny..sebaiknya
anda tak melakukannya. Biar
kami yang membereskan..”
Rupanya dua pengawal yang
menemaninya telah berada
dibelakangnya.

“lepaskan aku! Tugas kalian


hanya mengawasiku. Bukan
ikut campur urusanku!”

“tapi Ny..”

“Kalian boleh mengawasiku..


Tapi jangan coba-coba
menghentikanku!”
Yoona lantas menyentakkan
tangannya. Ia berbalik untuk
kemudian melangkah
mendekati victoria.

Sedetik kemudian yang


terjadi adalah tangan yoona
yang terarah menarik rambut
wanita itu, juga mengambil
sebotol anggur dari
tangannya dan langsung
menuangkannya dikepala
victoria.

Vic tak cukup sigap untuk


melakukan perlawanan.
Kejadiannya terlalu cepat.
Hal yang dilakukannya
hanyalah berteriak dan
memaki.

“Sialan apa yang kau


lakukan..!”

Vic masih belum mengetahui


yoona lah yang
melakukannya sampai
kemudian ia mendongak,
merapikan rambutnya yang
basah oleh guyuran sebotol
anggur yang dituangkan
yoona.

“Kau.. Sialan!”

memalukan.. Ia tak
menyangka yoona
berada disana dan
mempermalukan dirinya.

“Apa yang kau lakukan!”


geramnya kemudian..

“Itu tak sebanding dengan


apa yang kau lakukan
padaku.. Pembohong!”

belum hilang keterkejutan


victoria melihatnya disana,
yoona menambah dengan
tamparan keras dipipinya
yang lantas membuat vic
mengerang.

“Kau gila! Beraninya kau


melakukan ini padaku!”

“Kau pantas mendapatkannya


bahkan lebih dari sekedar
tamparan dariku. Bisa-bisa
nya kau menghancurkan
pernikahanku dan siwon
dengan kehamilan palsumu!
Sialan! Kau membuatku
meninggalkan suamiku saat
dia memohon, bahkan setelah
dia bersumpah tak pernah
menyentuhmu..” Yoona
kembali menamparnya…

“Itu salahmu yoona. Cintamu


ternyata tak cukup besar
untuk bisa mempercayai
ucapannya..”

“Tutup mulutmu..! Kau tak


berhak menilai dan mengukur
Cintaku pada suamiku. Kau
tak bisa melakukan itu.. Kau
tak bisa mencari kesenangan
dengan menghancurkan
kebahagiaanku dan siwon.
Apa masalahmu victoria..
Apa salah ku padamu?”

“Kau masalahku.. Kau


merebut siwon dariku!”
Apa?

“Aku lebih dulu mengenal


siwon. Aku lebih dulu
mencintainya. Aku lebih dulu
menginginkannya
dibandingkan denganmu!
Tapi dia hanya menjadikanku
teman. Dia selalu memujamu
dihadapanku dan dia
menikahi wanita murahan
sepertimu! Kau yang sialan!
Kau yang menghancurkan
kebahagiaanku..!” Victoria
telah mengangkat sebelah
tangannya, siap membalas
tamparan yang telah
dilakukan oleh yoona. Namun
kemudian tangannya dicekal,
dua orang pengawal itu yang
pada akhirnya menghalangi
niatannya.

“Lepaskan tanganku
Brengsek!”

“Sebaiknya anda menjauhkan


tangan anda Nona.. Atau anda
ingin terluka?!”

“Sialan.. Lepaskan aku!”

“Enyahlah dari kehidupanku


dan Siwon, Victoria.. Jika
kau masih berani mendekati
suamiku, Aku bisa
melakukan apapun untuk
menjauhkanmu! Ini
peringatan untukmu!”

“Sialan Kau Im Yoona..!!”

“Diam Kau wanita jalang.. atau aku akan merobek mulut kotormu..!!”

Yoona melangkah keluar dari keramaian itu, meninggalkan victoria


yang masih saja mengumpat padanya.

Persetan dengan apa yang dikatakannya…

***

Didalam mobil yang


membawanya, Yoona
terengah. Ia tak menyangka
bisa berbuat anarkis ditengah
kehamilannya.
Terisak kemudian setelah meyadari
kesalahannya karna tak lebih mempercayai
siwon dan justru tertipu mentah-mentah
oleh omongan victoria.

“berikan aku tisu..”

pengawalnya yang berada


dikursi depan, lantas
mengulurkan tisu untuk nya.

Tapi Yoona masih terus


terisak-isak bahkan setelah
menyeka airmatanya. “Aku
ingin pulang.. Cepat antarkan
aku pulang..”

“Baik Ny..”

Seorang pengawal yang


mengendalikan kemudi,
menambah kecepatan
mobilnya. Jalanan tak terlalu
lengang malam itu, namun
kelihaian pengawal itu cukup
membawa yoona dengan
cepat kembali ke
apartemennya.

“Kita sudah sampai Ny..”

Yoona memperhatikan
sekelilingnya…

“Aku ingin pulang


kerumahku..kenapa kalian
justru membawaku kesini..”
“Tapi anda kan..”

“Aku ingin pulang kerumah


suamiku.. tidakkah kalian
menganggap itu juga adalah
rumahku. Keterlaluan!
Hikss..!”

isakan yoona seperti seorang anak kecil


yang merengek membuat dua pengawal itu
saling pandang, nampak geli
mendengarnya. Namun tak berani
berkomentar dan dengan cepat segera
melajukan kembali mobil itu sebelum yoona
memarahi mereka.

Tak lama mereka memasuki


halaman rumah siwon. Yoona
dengan tak sabar membuka
pintu dan langsung
melangkah masuk kedalam.

“Siwon.. Siwon..!!”

memasuki kamarnya yoona


tak menemukan siwon
didalamnya.

Ya Tuhan..

Dimana dia?
Kemana siwon?
Ini terlalu larut untuknya
berada diluar..

“Siwon.. Dimana kau?


Siwon..!”

“Ny..Tuan..” Seorang
pelayan
menghampirinya..

“Dimana suamiku..?”

***

Yoona berubah panik saat itu.


Sudah terlalu malam tapi
Siwon tak berada
dirumahnya, berbagai pikiran
buruk langsung memenuhi
otaknya.

Apa siwon berada diluar dan


mabuk- mabukan? Ataukah
dia mencari wanita lain
untuk kesenangannya?

Tidak.. Tak seharusnya ia


berpikir sedemikian buruk
tentang suaminya. Siwon
tidak mungkin melakukan
itu padanya..

Ia sudah cukup menyesal


karna tak lebih mempercayai
siwon dibandingkan victoria.

Ia tak akan lagi mencurigai


suaminya dengan pemikiran
bodoh seperti itu.

Ataukah jangan-jangan terjadi sesuatu dengannya diluar sana??


Tidak..
Itu tidak boleh terjadi..

Suaminya harus baik-baik


saja..

Namun kemudian ditengah


kecemasannya, seorang
pelayan dengan cepat
menghampirinya dan
mengatakan dimana
keberadaan Siwon saat itu..

“Ny.. Tuan..”

“dimana suamiku?”
Tanyanya dengan tidak
sabar..

“Tenanglah Ny.. Tuan berada


diruang baca..di perpustakaan
Ny..”

“ruang baca?”

“ne.. Sejak Ny. Pergi Tuan


tak pernah lagi tidur dikamar.
Beliau selalu berada diruang
baca dan tertidur disana..”

Oh..
Siwon…

Yoona buru-buru
melangkahkan kakinya
kearah ruang baca. Dan
menemukan Siwon disana. Ia
masuk dan mendekat.
Melihat siwon tertidur diatas
sofa, dengan mendekap
sebuah buku dalam
pelukannya.

Oh.. Yoona mengenali itu


sebagai buku terakhirnya
yang ia baca namun belum
sempat ia selesaikan.

“Siwon..”

Yoona mengulurkan
tangannya untuk menyentuh
wajah siwon.

Terasa kasar.. Karna rambut-


rambut halus yang tumbuh
diseputaran rahangnya.
Suaminya tak lagi terlihat
rapi seperti ketika ia
mengusirnya pergi dari
apartemennya.

Siwon kembali nampak


terlihat kacau seperti saat
pertama dia mendatangi
Yoona diapartemennya.
Bahkan mungkin lebih
parah..

“Siwon.. Maafkan aku..”

Merunduk Yoona mengecup


keningnya, cukup lama
hingga airmatanya menetes
yang kemudian membasahi
wajah siwon.

Ia menangis merasakan
dadanya sesak oleh perasaan
bersalah pada suaminya..
“Maafkan aku..”

Merasakan sesuatu
membasahi pipinya, Siwon
perlahan mengerjapkan
matanya. Terus mengerjap
karna tak mempercayai
penglihatannya.

Ada wajah yoona diatasnya..


Wajah wanita yang
dicintainya.. Wajah istri
yang sangat dirindukannya..

“Siwon.. Kenapa kau tidur


disini?”

Siwon menghembuskan
napasnya pelan dan kembali
menutup matanya.

Ia bermimpi..
Ia pasti sedang bermimpi..
Yoona tidak mungkin berada
disana setelah pengkhianatan
yang dilakukan olehnya..

“Kau mengabaikanku?”

Yoona meraih tangannya dan


mengambil buku dari
dekapannya. Hal itu yang
kemudian membuat siwon
membuka lebar matanya.

Oh Tuhan.. Itu bukan


sekedar mimpi..
Yoona benarbenar
berada bersamanya.

Siwon lantas bangun dari


tidurnya. Masih tak bersuara,
ia duduk diatas sofa dan
hanya menatap takjub
kearaah yoona.

“Siwon.. Kau pasti marah


padaku.. Maaf, maafkan
aku..”

Yoona kembali merunduk,


untuk kemudian
membenamkan wajahnya
dipangkuan siwon. Bahunya
bergetar hebat saat
airmatanya tertumpah dan
membuatnya terisak-isak tak
bisa mengendalikan
tangisannya. “Yoona..”

Siwon mungkin baru


sepenunya tersadar jika
dirinya bukanlah sedang
bermimpi saat ini..

“Aku benar-benar minta


maaf.. Maafkan aku..
Kumohon maafkan aku..”
“Sayang.. Apa yang kau
lakukan?”

Siwon memegang bahu


yoona untuk
membangunkannya.

“Bangun Yoona! Apa yang


kau lakukan?”

“Tidak.. Kumohon maafkan


aku..”

“Mengapa kau seperti ini?


Kau tidak bersalah.. Mengapa
kau yang meminta maaf..
Tidak sayang, aku yang
salah.. Aku yang
mengkhianatimu..”

“Tidak, kau tak


mengkhianatiku. Tidak
pernah Siwon..”

“Sayang.. Apa maksudmu?”

Siwon kemudian menangkup


wajah yoona dari
pangkuannya agar ia bisa
bertatapan dengannya.

Ya Tuhan.. Ia bisa melihat


wajah istrinya yang basah
oleh airmata.

“Sayang..”

“wanita itu berbohong..


Victoria membohongi kita.
Dia tidak hamil.. Kau tidak
mengkhianatiku. Maafkan
aku, aku seharusnya percaya
padamu..”

“tapi..tapi bagaimana kau


tahu?”

“Aku melihatnya berada di


club. Dia mabuk.. Wanita
yang hamil tidak akan
mabuk. Dia berbohong
siwon.. Dia membohongi
kita. Wanita itu ingin
merusak kebahagiaan kita
bersama Yoon jo..” Sialan…

Siwon terlihat menggeram, ia


tak menyangka Victoria yang
telah lama dikenalnya bahkan
sangat dipercayai olehnya
tega melakukan hal itu
padanya.

“Oh sayang..”

Meraih tubuh yoona, siwon


membawa kedalam
pelukannya. Betapa kesalah
pahaman yang terjadi
diantara mereka akibat ulah
victoria benar-benar telah
membawa keduanya kedalam
perasaan terluka yang sama
menyakiti keduanya.
“Maaf, seharusnya aku
mendengarkanmu.. Aku
seharusnya lebih
mempercayai ucapanmu
daripada wanita itu. Maafkan
aku siwon.. Aku benar-benar
menyesal..”

“Tidak sayang..Jangan
meminta maaf seperti ini.
Biar bagaimanapun akulah
yang lebih pantas
disalahkan..”

Yoona merangkulkan erat


tangannya dipinggang siwon,
merasakan hangat tubuh itu
yang melingkupi tubuhnya.

Cukup lama dalam pelukan


siwon, yoona kemudian
melepas pelukannya dan
berganti menatap nya.
Menatap kekacauan itu di
wajahnya..

“Apa yang kau lakukan


selama aku tidak ada? Kau
terlihat kacau.. Biarkan aku
mengurusmu sekarang..”

Oh…

Siwon terdiam makin takjub


menatap yoona, ketika
tangannya perlahan
menyentuh wajahnya. “Kau
tak lagi bercukur?” Siwon
menggeleng..

“Kau juga terlihat kurus..


Kapan terakhir kali kau
menyentuh makananmu?”
Siwon menggeleng..

“Kau tidak makan?”

“Aku tak bisa..”

“Siwon..! Apa Kau juga


melewatkan waktu untuk
mandi?”

“Aku lupa kapan terakhir kali


aku masuk kedalam kamar
mandi..”

Ya ampun..

Yoona memutar mata


mendengarnya.. “itu
berarti Kau juga tak
kekantor?” Siwon kembali
menggeleng..

“dasar pemalas..”

“Apa yang bisa kulakukan


disana.. Sepanjang waktu aku
hanya bisa memikirkanmu..”
Ia menyadari siwon memang
terlihat jauh lebih kacau
dibandingkan dirinya. Ia sakit
hati dan siwon tentu jauh
lebih sakit hati karna
Victoria, temannya sendirilah
yang mengacaukannya. Ia
merasa terluka dan Siwon
pasti jauh lebih terluka.

Dan satu lagi yang


disadarinya, Siwon adalah
seseorang yang menyimpan
kerapuhan dalam dirinya. Ia
juga rapuh, tapi Siwon.. Pria
itu dengan masalalu yang
buruk dan traumanya yang
kadang muncul, pastilah jauh
lebih rapuh bila
dibandingkan dengan
dirinya.

Ya Tuhan…

Betapa Yoona kembali


merasakan penyesalan dalam
hatinya. Seharusnya ia bisa
bertahan dan lebih kuat disisi
siwon saat wanita itu
mengarang cerita
kehamilannya.

“Ayo.. Aku akan


membantumu membersihkan
dirimu..”
Yoona menarik tangan siwon,
namun kemudian siwon
menghentikannya. “Yoona..”

“hm..”

“Sayang..”

“apa?”

“Sayang..”

Yoona mengernyit..

“Sayang..”

“Ck! Siwon..!”

Siwon tergelak..

“waeyo?”

“Aku hanya ingin


meyakinkan diriku jika kau
memang bersamaku. Kau
pulang kerumah kita.. Ya
Tuhan sayang, Aku begitu
merindukanmu..”

Siwon kembali merengkuh


tubuh yoona kedalam
pelukannya. Menciumi
puncak kepalanya.
Ia rindu..
Merindukan keharumannya..

“Aku benar-benar
merindukanmu..”
Melepas pelukannya, siwon
beralih menangkup wajah
yoona dengan kedua
tangannya dan kemudian
memberikan kecupan bertubi-
tubi dari mulai kening, mata,
hidung, kedua pipi dan
bibirnya. Tak ada satu
bagianpun yang dilewatkan
olehnya.

Astaga..
Yoona menahan napas
merasakannya. “belum
puas?”

“Kau tahu aku tak akan


pernah puas denganmu
sayang.. Kau
mengagumkan..”

Kini yoona merasakan


pagutan dari bibir siwon
dibibirnya. Hangat dan
semakin dalam saat siwon
mendesak memasukkan
lidahnya untuk menenjelajahi
rongga mulutnya.

Oh..
Tubuhnya juga
mendambakan sentuhannya..
“Saranghaeyo Yoona..”
“nado saranghae.. Ayo,Kau
seharusnya tidur
dikamar..kenapa kau berada
disini?”

“Aku tidak bisa berada disana


tanpamu.. Aku takut akan
bermimpi buruk..”

“Siwon..”

Yoona meraih dan


menggengamkan tangannya,
melihat kepedihan itu dimata
siwon..

“Banyak hal indah yang telah


kulalui denganmu dikamar
itu. Aku merasa hancur saat
tak menemukanmu disana.
Untuk itu aku memilih

berada disini.. Aku ingat,


dulu ibuku juga sering
menghabiskan waktunya
disini. Dan Kau juga.. Kau
selalu menggunakan tempat
ini jika suasana hatimu
sedang buruk..”

“Apa kau nyaman berada


disini?”

“hm.. Aku merasakan ibuku


datang memelukku. Aku bisa
mencium wangi tubuhmu
yang menempel pada sofa itu.
Aku suka berada disini. Aku
merasakan kehadiran kalian
disisi ku..”

Oh Tuhan.. Yoona
merasakan butiran
airmatanya yang hampir
jatuh. Siwon pasti kesepian
saat itu..

“Sayang..”

“hm..”

“Aku benar-benar minta maaf


karna Victoria..”

“tidak.. Bukan kau yang


seharusnya minta maaf tapi
wanita itu..” “Tapi dia..”

“ssttt.. Aku tak ingin


membahasnya. Ayo kita
kekamar..”

Yoona merangkulkan lengannya ditubuh


siwon..

“Tunggu sayang..”

“nde?”

“tidakkah kau pikir Yoon jo


bisa cemburu.. Aku belum
menyapanya..”
Yoona tersenyum saat
kemudian siwon mengusap
perutnya, menciuminya dan
juga menempelkan telinganya
diatasnya, untuk mencari tahu
apa yang sedang bayi nya
lakukan didalam sana.

Ia rindu..
Merindukan sikap manis
yang kadang terlihat konyol
dimata yoona.

“Apakah yoon jo
merindukanku? Aku sangat
merindukannya..”

“Ya..Kurasa dia juga begitu..


Dia terus bergerak didalam
sana”

“benarkah?”

Siwon kembali
mengusapnya..

“hm.. Mungkin dia juga


marah karna aku tak
mempercayai ucapanmu”

“Yoon jo tak boleh marah


sayang, itu bukan salahmu..”

Siwon kemudian juga


merangkulnya dan
membawanya keluar dari
perpustakaan itu, untuk
selanjutnya melangkah masuk
kedalam kamar mereka.

***

Soojung benar-benar panik,


setelah menunggu semalam,
Yoona tetap tak pulang. Dan
dua pengawal yang biasa
berada didepan pintu
apartemennya juga tidak lagi
berjaga.

Soojung menyimpulkan jika


Siwon lah yang telah
menyuruh dua orang
pengawal itu, untuk
membawa Yoona pergi.

“Oenni ya.. Yoona oenni!”

untuk itu pagi-pagi sekali ia


sudah mendatangi rumah
siwon, bersama minho yang
menemaninya.

“Oenni..”

“Kau yakin Yoona noona berada

disini?” “Iya oppa…Siwon oppa pasti

yang memaksanya..”

“Anda tak seharusnya melakukannya.. Jangan nona..”

“minggir kalian!”
Tak perduli dengan
peringatan para pelayan
rumah siwon soojung
memaksa membuka pintu
kamar, namun kemudian ia
terkejut dengan apa yang
dilihatnya..

“Ommo..!”

Soojung langsung mengerjap-


ngerj apkan mata tak yakin
dengan apa yang dilihat dan
mengejutkan untuknya.

“Oenni ya..”

Ucapnya lirih, benar-benar


tak yakin.
Bagaimana bisa..
Bagaimana bisa dalam

waktu semalam oenni


nya telah kembali
kedalam pelukan
suaminya.

Ya..
Apa yang dilihatnya sekarang
adalah keberadaan yoona
dalam kamar itu, diatas
tempat tidur yang sama,
dibawah selimut yang sama,
sedang tertidur nyaman
dalam pelukan siwon.

Jadi mereka sudah berbaikan?


“Ada apa? Apa Yoona
noona..”

Minho mengetahui
keterkejutan diwajah soojung
dan ikut mendekat, melongok
kedalam kamar siwon.

“Oh..”

Minho dan Soojung


samasama mengernyit, saling
pandang dan kemudian
mengangkat bahu masing-
masing. Pertanda mereka
telah melewatkan sesuatu
yang terjadi semalam.

Ya…
Dengan apa yang mereka
lihat saat itu, keduanya bisa
menyimpulkan bahwa yoona
dan siwon telah berbaikan.

Dengan perlahan, agar tak


menimbulkan suara yang
mungkin bisa mengganggu
tidur oenninya, Soojung
menutup kembali pintu
kamar itu. Ia tahu pasti
oenni nya membutuhkan
tidur nyaman seperti itu..

“Jadi apa yang akan kita


lakukan sekarang?”
Minho merangkul soojung,
untuk kemudian keduanya
menjauh dari kamar siwon.

“Aku ingin tahu apa yang


sudah terjadi, yang membuat
mereka berbaikan..Apa
mungkin karna wanita itu
sudah pergi? Aku tak
melihatnya disini..Tapi
kurasa aku harus menunggu
sampai mereka bangun untuk
tahu hal itu..”

“Apapun itu, kita patut


bersyukur mereka akhirnya
berbaikan.. Benar- benar
menyedihkan melihat hyung
dan noona saat terpisah.
Mereka bagaikan dua jiwa
yang terbelah..”

“ne.. Aku setuju denganmu


oppa..”

“jadi kita akan menunggu


disini?”

“hm.. Kau tak ada jadwal


kuliah kan?”

“Tidak untuk hari ini..


Baiklah kita tunggu Yoona
noona dan hyung bangun
untuk mengetahui apa yang
menjadi alasan mereka
berbaikan”

Minho lantas meminta


pelayan dirumah itu untuk
menyiapkan sarapan
untuknya dan juga soojung.
Keduanya akan menikmati
sarapan pagi berdua sambil
menunggu yoona dan siwon
terbangun dari tidur mereka.
***

Siwon yang akhirnya


terbangun lebih dulu.
Dipandanginya yoona yang
masih tertidur disampingnya
didalam rangkulan lengan
kokohnya.

Betapa cantik.. Betapa ia


merindukan keberadaan
yoona dalam pelukannya.

Siwon juga tak berniat


membangunkannya. Ia cukup
puas hanya dengan
memandangi wajah pulasnya
yang sedang tertidur. Dan
sesekali membelainya..

Merasakan perasaan damai


dalam hatinya..

“euh..”
Lenguhan yoona ketika
jemari siwon dengan lembut
menelusuri bagian- bagian
dari wajahnya.

“Aku mencintaimu sayang..”

Kecupan hangat pada


keningnya membuat Yoona
mengerjap, matanya terbuka
dan langsung bertatapan
dengan wajah siwon yang
sangat dekat.

“Oh, maafkan aku sayang..


Aku tak berniat mengganggu
tidurmu..”

“Tidak.. Jam berapa


sekarang?”

Yoona juga kemudian


mengulurkan tangan
menyentuh wajah siwon.

Masih terasa kasar.. Semalam


Yoona tak jadi membantunya
membersihkan diri. Siwon
melarangnya dengan alasan ia
terlihat lelah semalam.

“Kurasa terlalu siang untuk


menyebutnya pagi..”

Yoona langsung menyingkap


selimut dari atas tubuhnya,
menarik siwon agar
mengikutinya turun dari atas
tempat tidur.

“Apa yang akan kita lakukan


sayang..?”

“membersihkan dirimu.. Kita


tidak jadi melakukannya
semalam, ayo..”

Yoona menariknya kekamar


mandi, menyuruhnya duduk
dipinggiran bathtub,
sementara dirinya mencuci
muka dan menggosok gigi.

“Apa yang kau rencanakan


sebenarnya?”

“Kau tak lihat seperti apa wajahmu,


kau terlihat seperti gelandangan
pinggir jalan..” Siwon justru
tertawa mendengarnya.. “jadi
seperti itu pandanganmu padaku..”

“seperti apalagi.. memang


seperti itulah kau terlihat
sekarang. Menyedihkan..
Melihat
suamiku yang tampan seperti
itu..”

“Bukankah aku justru terlihat


jantan..”
Seringainya sambil
menyentuh rahangnya,
merasakan kekasaran
rambut-rambut halus yang
menumbuhinya.

Yoona memutar mata dan


mencibir melihatnya. Ia
kemudian bergerak
mengambil peralatan
bercukur yang biasa
digunakan oleh siwon.

“Aku akan melakukannya


sayang, berikan itu padaku..”

“Tidak.. Aku sudah


mengatakan akan
membantumu. Biarkan aku
melakukannya.. Lagipula aku
ingin menebus beberapa hari
yang telah kulewatkan tanpa
mengurusmu, kau jadi terlihat
seperti ini sekarang..” “Aku
benar-benar terlihat
menyedihkan ya?” “hm..”
“baiklah.. Kau bisa
melakukannya..”

Siwon memberinya kecupan


singkat dibibir sebelum
kembali duduk dan
membiarkan yoona
mengoleskan krim
bercukurnya dan menjalankan
pisau cukur diseputaran
rahangnya.

“awhh..pelan-pelan sayang..”

“ini sudah pelan..”

“Kau terlalu bersemangat..”

“begitukah..? Mungkin karna


sudah lama aku tak
melakukannya..”

Diluar pintu kamar mandi yang tertutup itu, Soojung


membulatkan mata, menutup mulut dengan sebelah tangannya
karna terkejut dengan apa yang didengarnya. Begitupun dengan
minho yang kemudian mendecak kesal.

Lama keduanya menunggu


diluar dan ternyata yang
ditunggu justru asik
bermesraan didalam sana…
Oh..

Yang benar saja..

“Yak.. Hyung, Noona..


Keluarlah apa yang kalian
lakukan?”

Tak lagi sabar menunggu,


Minho kemudian menggedor
pintu kamar mandi itu dengan
cukup keras beberapa kali.
Membuat Siwon dan Yoona
yang sedang berada
didalamnya sedikit terkejut
karenanya.

“Bukankah itu Suara


Minho?”

“Itu memang dia, sayang..”

“Apa yang dia lakukan?”

Siwon mengangkat bahu,


pertanda ia pun tak tahu
dengan maksud keberadaan
minho diluar kamar mandi
mereka.

“Yak.. Hyung, Noona..cepat


selesaikanlah..”

“Oenni ya..”

Yoona kembali dikejutkan


dengan suara soojung dari
luar.

“astaga..itu soojung. Dia


berada diluar..dia pasti
mencariku. Semalam aku
lupa memberitahunya..”

Masih dengan memegang


pisau cukur ditangannya,
Yoona melangkah untuk
membuka pintu kamar mandi.
Dan mendapati minho dan
soojung memandangnya
dengan tatapan aneh.
“Oh, soojung ah.. Kau
disini?”

Senyum yoona dalam wajah


tanpa dosa menyapa soojung
yang tak disadarinya
memandanginya dari ujung
kaki hingga ujung kepala.

Lengkap.. Oenni nya tidak


sedang menanggalkan
pakaiannya.

Oh, jadi apa yang mereka


lakukan didalam sana? Batin
Soojung mengerjapkan
mata..

“Aku mencarimu oenni.. Aku


mengkhawatirkanmu
semalaman. Kau tak pulang
dan ternyata kau kembali
kesini dan sekarang
sedang…”

“bercinta didalam kamar


mandi..” Minho memotong
kalimat soojung dan
meneruskan dengan
kalimatnya. Membuat dua
wanita itu sama-sama
membelalakkan mata
mendengarnya.

Jika soojung kemudian


mencubit lengan Minho dan
membuatnya mengaduh.
Yoona langsung berkacak
pinggang dan menatapnya
tajam..

“Wae? Bukankah aku benar..


Suara- suara itu, yang tadi
kita dengar soojung ah..
Bukankah noona dan hyung
sedang..”

“Yak.. Bersihkan pikiran


kotormu, Minho..”

Minho meringis sambil


memegangi tengkuknya.

“Ada apa sayang?”

dengan krim bercukur yang


belum dibersihkan dari
wajahnya, Siwon mendekat
kearah yoona. merangkulnya
yang tengah berdiri dimuka
pintu kamar mandi.

“Ya..ya ya.. Siapa yang


mengijinkan kalian masuk
kesini. Ini jelas melanggar
privasiku dan Yoona..
Keluarlah..”

“Ck! Keterlaluan sekali. Yak


hyung.. Tahukah kalian, kami
sudah menunggu lama diluar,
sementara kalian tertidur
pulas dan sekarang justru asik
bermesraan didalam sana..”
“Siapa yang menyuruhmu
menunggu?”

“emm, tidak ada.. tapi aku


dan soojung butuh
penjelasan. Apa yang
kemudian membuat noona
kembali padamu setelah
Victoria noona.. Ya, aku tak
perlu mengatakannya. Tapi
noona kau tidak sedang
berada dibawah ancaman
kan? Apa hyung
memaksamu? Apa sekarang
ada sebuah pisau atau pistol
dibelakang punggungmu?”
Siwon memutar mata
mendengar tuduhan Minho,
dan kemudian memukul
kepalanya. Membuat yoona
terkikik saat mendengar
minho mengaduh kesakitan.
“Tunggulah dulu diluar..
Biarkan istriku
menyelesaikan pekerjaannya,
sebelum menjelaskannya
pada kalian. Sejujurnya aku
juga belum mendengar semua
ceritanya..”

“memangnya pekerjaan apa


yang sedang Yoona noona
lakukan?” “Kau tak lihat
ini?”
“Dan ini..”

Siwon memperjelas
penglihatan Minho dengan
menunjuk pada krim
bercukur diwajahnya.
Sementara Yoona
menunjukkan pisau cukur
yang berada ditangannya.

“Aku sedang mengurus


suamiku. Kalian lihatkan, dia
seperti gelandangan
dijalanan.. Benar-benar
menyedihkan. Berikan aku
waktu untuk mengembalikan
ketampanannya..”

Minho dan Soojung lantas


mengangguk mengerti,
merasa malu dengan salah
pemikiran tadi.

“Baiklah.. Tapi jangan terlalu


lama..”

Siwon lantas menarik Yoona


kembali masuk kedalam
kamar mandi dan menutup
pintunya bahkan sebelum
soojung dan minho beranjak
darisana.

“Astaga.. Mereka itu..”


“biarlah..mereka sedang
menikmati beberapa hari
yang tak mereka lewati
berdua. Ayo kembali
keluar..”

Soojung menggandeng
Minho keluar dari kamar itu.

***

“Jadi kakek..? Kakek yang


mengetahui kebohongan
itu?”

Siwon meremas tangan


yoona. Tubuhnya sedikit
menegang saat mendengar
apa saja yang sang kakek
beritahukan pada yoona.

Begitupun Minho yang


sedikit tak percaya, dan
Soojung yang terus
menyimak penjelasan oenni
nya dan apa yang kemudian
yoona lakukan dengan
mendatangi club dan
memberi peringatan pada
Victoria.

“Jika bukan karna kakek,


Aku juga pasti masih tak
berada disini. Kakek
menyadarkanku seharusnya
aku lebih waspada, hingga
tak dengan mudah dibodohi
wanita itu. Maafkan aku
Siwon..”
“Sayang..Kau tak perlu minta
maaf lagi. Dan apa tadi.. Jadi
kakek menyuruhmu datang
ke club? Yang benar saja!
Kau sedang hamil, dan itu
jelas membahayakan
untukmu..”

“Tapi aku memang perlu


membuktikannya..”

“Kau pikir aku


melakukannya tanpa berpikir
dulu?”

Suara yang mereka dengar


langsung mengalihkan
perhatian mereka. Sang kakek
disana, masuk bersama
dengan Sulli yang merangkul
lengannya. “Kakek..”

“Senang melihatmu berada


disini Yoona..”

“terimakasih kakek..”

Senyum yoona yang


kemudian membungkuk
memberi hormat. Namun
disampingnya Siwon justru
terlihat diam dan hanya
menatap kearah kakeknya.

“duduklah.. dan kita


bicarakan semuanya, agar tak
ada kesalahpahaman antara
Kau dan aku. Karna apa yang
sudah aku lakukan, Siwon..”

***

Siwon termangu disamping


yoona. Keduanya saling
menautkan jari-jari mereka
dengan erat ketika sang kakek
mulai memberikan
penjelasan.

“Aku bukan tak memikirkan


keadaan Yoona..Yang ku
lakukan semata agar dia tahu
wanita itu telah berbohong
dan yoona menyadari
kelengahannya..

“Aku mengerti kakek..”


“Dan agar kau melindungi
apa yang menjadi milikmu
sayang. Siwon suamimu..
Kau memilikinya
disampingmu, tak seharusnya
kau mudah melepaskannya
pada wanita lain..” “Maafkan
aku..”

“Tapi menyuruhnya pergi ke


club bukanlah hal yang
seharusnya kakek lakukan!”

Ucap siwon tegas,


menghentikan kalimat yang
akan sang kakek ucapkan
pada Yoona.

“Ya aku tahu..Tapi seperti


yang aku katakan, aku juga
memikirkan keadaannya. Aku
tahu kau menempatkan dua
orang kepercayaanmu untuk
menjaga Yoona. Mereka jelas
orang-orang yang telah
terpilih dan kau percayai
untuk bisa
diandalkan. Jika tidak, tak
mungkin kau mempercayakan
penjagaan istrimu pada
mereka. Tentu saja hal itu
juga yang
membuatku mempercayai
jika merekalah yang akan
melindungi Yoona saat
berada disana..”

Siwon tertegun. Tak


menyangka jika sang kakek
mengenal bagaimana
dirinya. Selama ini ia terus
mengira bahwa dirinya dan
ketiga saudaranya hanya
dianggap sebagai ahli waris,
penerus darah yang
mengalir dalam tubuh
tuanya. Tanpa pernah
sedikitpun tersentuh kasih
sayang kakek mereka. Sang
kakek terlalu angkuh untuk
sekedar memberinya
pelukan dan kata-kata
sayang, seperti yang
diinginkannya.

Kakeknya benar.. Siwon


memang
mempercayakan penuh
keadaan Yoona pada dua
orang pengawalnya.

Kakeknya juga benar..


Saat mengatakan bahwa
dirinya tak berbuat apaapa
selain merutuki dirinya
sendiri, menyesali dan
menangisi kepergian
Yoona dari sisinya. Tak
terpikir olehnya untuk
mencari tahu kebenaran
kehamilan yang dikatakan
Victoria..

“Terimakasih kakek..” Kata


itu yang kemudian terucap
dari bibir Siwon. Ia seperti
disadarkan jika pemikirannya
terhadap sang kakek adalah
salah. Dirinya bukan sekedar
dijadikan ahli waris, tapi sang
kakek ternyata memberinya
perhatian dan jauh mengenal
bagaimana kepribadiaannya.

“Aku hanya tak ingin


pernikahanmu hancur Siwon..
Jujur aku juga merasa
terguncang saat Yoona
datang padaku dan
menceritakan apa yang terjadi
diantara kalian. Ingatanku
langsung berlari ke masalalu..
Aku sangat tak ingin
pernikahanmu menjadi
seburuk kedua orangtua mu..
Tidak, aku benar-benar tak
ingin ada sejarah terulang lagi
dalam hidupmu..”

Sang kakek menatapnya


penuh kepedihan. Melihatnya
entah mengapa membuat
siwon terdorong untuk
mendekat dan memberinya
pelukan.

“maafkan aku kakek.. Aku


tak menyadari jika kau begitu
memikirkanku. Maaf..”

Ya Tuhan.. Jika selama ini


sang kakek tak pernah
memberinya pelukan.. Tak
pernah mengatakan kalimat
sayang. Seharusnya dirinya
lah yang melakukannya.
Harusnya ia yang mendekat
dan memeluknya lebih dulu.
Harusnya ia yang berbicara
lebih dulu. Harusnya ia yang
mengatakan kalimat sayang
itu lebih dulu..
“Aku menyayangimu Siwon..
Aku menyayangi cucu-cucu
ku semua”

Sang kakek tersenyum sambil


menepuk-nepuk punggung
siwon, menyadari siwon
sedang mengeratkan pelukan
ditubuhnya.

Oh..
Seharusnya ia mengatakan
kalimat itu dari dulu.

“Aku selalu ingin kalian


semua hidup layak.. Terjamin
dengan semua materi yang ku
punya. Tapi aku melupakan
jika aku juga seharusnya
memperhatikan kalian dari
sisi yang lain. Mengatakan
pada kalian bahwa aku
menyayangi kalian dengan
segenap hatiku..”

“Aku tahu kakek.. Aku lah


yang seharusnya melakukan
itu. Maafkan aku..”

Yoona tanpa sadar


menitikkan airmata.
Merasakan bahagia melihat
siwon dan sang kakek bisa
saling memahami satu sama
lain. Meluluhkan kekerasan
hati satu sama lain.
Melihat siwon memeluk sang
kakek, dengan cepat Minho
yang sedari tadi hanya diam
menyimak, kemudian juga
bergabung dengan keduanya.
Sulli dan Soojung pun ikut
tersenyum melihatnya.

“baiklah kalau begitu.. Aku


harus pergi”

“kenapa secepat itu, kakek?”


cegah Yoona..

“Aku harus mengurus cucuku


yang lain..”

“Kakek dan aku ada janji


dengan sooyoung oenni..
Kami akan memilih gedung
untuk pesta pernikahannya..”
Oh, sudah sejauh itukah
persiapannya… ***
Setelah sang kakek dan sulli
pergi, begitupun dengan
minho yang kemudian
mengantarkan soojung
pulang.

Siwon kembali hanya berdua


dengan Yoona, keduanya
kemudian merencanakan
mengunjungi dokter Kim
untuk memeriksakan keadaan
Yoon Jo dalam kandungan
Yoona.
“Siwon, kau belum selesai?”

“Sebentar sayang..”

“kalau begitu aku


menunggumu
diluar..”

Yoona keluar dari kamarnya


meninggalkan siwon yang
masih berada didalam kamar
mandi. Baru menutup pintu
dibelakangnya, ia sudah
dikejutkan oleh kehadiran
Victoria didalam rumahnya..

“Kau.. Apa yang kau lakukan


disini?”

“Aku ingin berbicara dengan


Siwon!”

“untuk apa? Kau akan


mengarang cerita apalagi?”

“Biarkan aku bicara dengan


Siwon, Yoona.. Sialan!!”

Vic mendorongnya
menyingkir, namun
sayangnya Ia kemudian
berhadapan dengan tatapan
tajam dari siwon…

“Apa yang kau lakukan!!”

Siwon membentak ketika


berhadapan dengan Victoria,
dan melihat bagaimana dia
telah mendorong Yoona
menyingkir dari hadapannya.
Dengan segera Ia kemudian
meraih Yoona untuk berada
disisinya.

“Kau tidak apa-apa sayang?”

Yoona menggeleng
merangkulkan lengannya
dipinggang siwon. Keduanya
kembali mengarahkan
perhatiannya pada Victoria.

“Kau masih berani muncul


dihadapanku?!”

“Siwon.. Aku.. Aku ingin


bicara denganmu..”

“Persetan dengan apa yang


ingin kau bicarakan!
KELUAR KAU DARI
RUMAHKU!!”

Victoria tercekat mendengar


bentakan keras yang
diucapkan siwon dengan nada
kemarahan yang tak lagi bisa
dielakkan.

“Siwon.. Maaf.. Maafkan


Aku..”

“Aku sudah bersumpah


takkan memaafkanmu! Kau
tahu aku tak suka bertindak
kasar terhadap seorang
wanita. Maka pergi dari
hadapanku.. Sebelum Aku
tak bisa lagi menahan diri
untuk menamparmu!”

“Siwon.. Aku tak bermaksud


untuk.. Aku, Aku hanya
merasa kehilanganmu sejak
kehadiran Yoona. Kau tak
lagi sering bersamaku”

Vic memberanikan diri


mencoba meraih tangan
siwon, namun dengan segera
siwon menepisnya..
“Harusnya Kau tahu
Victoria.. Aku punya
keluarga sekarang! Bukankah
sudah pernah kukatakan
padamu.. Aku ingin berubah.
Aku ingin membangun
sebuah Keluarga yang dulu
tak pernah kurasakan..”

“Ya.. Aku tahu. Tapi


keluarga yang kau bangun itu
bukan dengan wanita itu.
Bukan dengan Yoona! Tapi
denganku..! Aku ingin kau
membangun keluarga itu
bersamaku.. Mengapa kau tak
mengerti perasaanku? Aku
menginginkanmu Siwon..”
Siwon menegang
mendengarnya. Ia tak
menyangka jika Victoria
menyimpan rasa lebih
kepadanya.

Oh..
Harusnya ia tahu hal itu.

“Aku hanya menganggapmu


teman.. Kau masihlah
seorang teman baikku
victoria, Sampai kau
menghancurkan itu dengan
kebohonganmu..
Keterlaluan!”

“Harusnya kau bisa


menganggapku lebih dari
sekedar teman! Maka aku tak
perlu melakukan kebohongan
itu..”

Yoona memutar mata


mendengarnya. Beraninya
wanita itu mengatakan hal
demikian dihadapannya..
Dihadapan seorang istri dari
pria yang diinginkannya..
Sialan…

“Aku tak bisa. Kau tahu aku


takkan pernah bisa..!”

“Wae? Kenapa kau tak bisa


Siwon..?”
“Oh, omong kosong!”

Yoona tak tahan lagi


mendengar suara Vic yang
dianggapnya sebagai
rengekan pada sang suami. Ia
menyentak rangkulan tangan
siwon dipinggangnya dan
kemudian melangkah
meninggalkan keduanya.
“Sayang..”

“Tetaplah disana Siwon..”

Tak berapa lama setelahnya,


Ia telah kembali mendekat
dengan menarik sebuah koper
ditangannya dan
melemparnya kearah
Victoria.

“Pergi dan bawa


barangbarangmu dari sini..!
Aku sudah
memperingatkanmu! Siwon
milikku.. Kau tak bisa
menginginkan apa yang telah
menjadi milikku untuk kau
miliki.. Karna mulai sekarang
Aku akan mempertahankan
apa yang telah menjadi
milikku.. Ingat itu!”

“Sialan Kau Yoona..!”

Victoria telah mengangkat


tangan kanannya, menggeram
kesal dengan apa yang
diucapkan Yoona. Ia siap
menamparnya, namun
kemudian Siwon mencekal
pergelangan tangannya dan
kemudian justru tamparan
keras yang dirasakannya.
Panas menyengat, yang pasti
telah memerahkan pipinya..

“Memukul seorang wanita


adalah hal yang paling tidak
ingin kulakukan. Tapi
kelakuanmu telah membuatku
kehilangan
kendali Victoria.. PERGI
KAU!”

Siwon memanggil beberapa


pengawal yang berada
dirumahnya. Memerintahkan
mereka untuk menyingkirkan
Victoria saat kemudian Ia
merangkul Yoona dan
meninggalkan Vic yang
mengumpat marah padanya.

Wanita itu telah terusir..


Harusnya Ia sadar akan hal
itu..

***

Disepanjang perjalanan
menuju rumah sakit, Yoona
terus menggenggamkan
tangannya pada siwon saat
melihatnya terus terdiam.
Yoona mengira, Siwon
mungkin merasa shock
dengan apa yang telah
dilakukan Victoria. Seorang
yang telah dianggap sebagai
teman baik olehnya.

“Kita sudah sampai Tuan..”

Seorang supir yang saat itu


mengantar, membaritahukan
jika mereka telah berada
didepan gedung rumah sakit
dimana Yoona akan menemui
Dr.Kim untuk memeriksakan
kandungannya.

“Siwon.. Ayo, Turun..”

“euh, kita sudah sampai?”

“hm..”

Keluar lebih dulu dari dalam


mobil, Siwon lantas
menghampiri Yoona,
membantunya keluar dari
dalam mobil kemudian
merangkulnya saat keduanya
memasuki rumah sakit.

Yoona tersenyum..
Merasakan betapa Siwon
sangat menjaganya..
“Annyeong haseyo Dr.Kim..”

“Oh.. Ny.Choi.. Tuan,


silahkan masuk..”

Setelah beberapa saat duduk


dan berkonsultasi dengan
sang dokter, Yoona lantas
diarahkan agar berbaring
untuk melakukan USG.
Hanya tinggal hitungan
minggu ia akan siap
melahirkan, untuk itu sang
dokter akan melihat
bagaimana posisi bayi dalam
kandungannya.

“Dokter.. Saya akan bisa


melihat Yoon Jo?”

“Ya.. Seperti yang waktu itu


anda inginkan Tuan..”

“Aku benar-benar tak sabar,


sayang..”

Yoona bisa melihat


perubahan raut wajah siwon.
Ia yang tadi terdiam karna
shock kini menjadi terlihat
antusias ketika sang dokter
dengan dibantu seorang
suster mulai menyiapkan
peralatan.
“Apa anda siap? Kita akan
melihat bagaimana keadaan
putra anda…”

Begitu melihat pada layar


monitor dihadapannya, Siwon
tak bisa menggambarkan
bagaimana perasaannya saat
itu.

Ada keharuan, bahagia juga


takjub menyelimutinya ketika
melihat makhluk kecil yang
meringkuk dalam rahim
Yoona.

Oh Tuhan.. Seperti itukah


darah dagingnya.. Calon
putranya yang akan segera
terlahir kedunia..

“Bagaimana Tuan?”

“Dia sangat kecil.. Kaki dan


tangannya sangat kecil
dokter..”

Yoona tersenyum saat


sebelah tangannya kemudian
meraih dan meremas tangan
siwon.

Ia bisa melihat binar


kebahagiaan itu dari sorot
mata siwon, yang jelas
sedang mengagumi bayi kecil
mereka yang terlihat sedang
meringkuk dalam rahimnya.

“Ya.. memang terlihat kecil,


tapi sejauh ini semuanya
normal, berat badannya
cukup dan dia juga sehat..”

“Istri saya benar-benar


seorang ibu.. Dia tahu
apa yang terbaik untuk
Yoon Jo kami..”

Yoona tersenyum mendengar


pujian Siwon untuknya..

“Senang mengetahui istri


anda melakukan dan
mematuhi semua yang saya
katakan padanya. Bayi anda
benar-benar sehat dan akan
siap untuk dilahirkan..” “Apa
itu berarti kita bisa
mengeluarkannya sekarang?”

“Nde?”

Sang dokter terbengong


mendengarnya, sementara
Yoona memutar mata dan
memukul pelan pergelangan
tangan Siwon..

“Siwon.. Kau membuat


Dr.Kim shock dengan
perkataanmu. Bersabarlah..”
“Aku hanya bercanda
sayang.. Tenanglah, Aku
akan bersabar untuk
menunggunya.. Maaf
membuat anda terkejut
dokter..”

Siwon berganti meremas jari-


jari tangan yoona yang
menggenggam tangannya.

“Saya mengerti anda begitu


bersemangat menyambut
kehadiran putra pertama anda
Tn.Choi.. Baiklah,
pemeriksaan anda sudah
selesai Ny..”

“Oh, dokter.. Bisakah saya


mendapatkan hasil usg tadi..”
“tentu saja Tuan.. Saya akan
memberikannya pada anda..”

Sang dokter lebih dulu


melangkah ke meja nya, saat
kemudian siwon membantu
Yoona membenarkan
pakaiannya dan juga turun
dari atas ranjang yang
digunakan untuk melakukan
pemeriksaannya.

“Aku bisa sendiri, Siwon..”

“tapi aku ingin membantumu


sayang, biarkan aku
melakukannya.. Aku juga
sudah membiarkanmu
mengurusku. Jadi sekarang
giliranku.. Ayo..”

Merangkulkan lengannya
pada pinggang Yoona, Siwon
membawanya kembali
kemeja sang dokter. Disana
keduanya menerima hasil
pemeriksaan juga foto usg
yang tadi dilakukan.

“menjelang minggu-minggu
persalinan saya harap anda
bisa menjaga istri anda untuk
tetap dalam kondisi seperti ini
Tuan..”

“Saya pastikan akan


melakukannya dokter..”

“Terimakasih untuk
semuanya dokter.. Kami
permisi..”

Meninggalkan ruangan sang


dokter, keduanya merasakan
bahagia yang begitu luar
biasa. Setelah badai yang
sempat menghantamnya
akibat ulah Victoria, Yoona
bersyukur Yoon Jo dalam
keadaan baik-baik saja dan
tak terpengaruh. Dia sangat
kuat bertahan dalam
rahimnya.

Yoona menjadi yakin, kelak


putra nya juga akan menjadi
seseorang yang kuat melebihi
dirinya.

Semoga Tuhan..

***

Hari-hari berlalu dengan


lebih menyenangkan meski
terkadang Yoona harus
merasakan kesal akibat dari
keposesifan berlebih yang
semakin ditunjukkan Siwon
padanya.

Yoona yang menjadi tak


betah berdiam diri didalam
rumah, harus rela menerima
protes bahkan kemarahan dari
siwon tiap kali ia diamdiam
memaksa para pelayan
ataupun pengawal rumahnya
untuk membawanya keluar
dari rumah. “Sayang.. Berapa
kali harus kukatakan, jangan
keluar tanpa seijinku..”

“Tapi aku sudah coba

menghubungimu, kau saja

yang tak menjawab


ponselmu..” “Aku masih ada

rapat tadi..” “Ya sudah,

jangan salahkan aku..”

“kenapa kau menjadi sangat


keras kepala, sayang.. Aku
terus mengkhawatirkanmu
dan Yoon Jo tiap kali kau
pergi tanpa sepengetahuanku
..”

“Kau lah yang semakin


berlebihan.. Aku hanya pergi
kerumah kakek. Dan
berdiskusi dengan Sooyoung
untuk acara pernikahannya
nanti..”

“Kau tak perlu


melakukannya, semua sudah
ada yang mengurus. Kau tak
perlu terlibat kedalam urusan
yang merepotkan itu..”

“Siwon.. Tapi itu untuk


sooyoung, adikmu..
Saudaraku, Aku sudah pernah
berada diposisinya.. Jadi aku
merasa perlu untuk berbagi
dengannya..”

“Oh Tuhan.. Kau membuatku


selalu harus mengalah. Aku
tak pernah bisa menang
berdebat denganmu..”

“maka jangan suka


mendebatku..per cayalah aku
bisa menjaga diriku. Aku
mencintaimu..”

Untuk meredakan kekesalan


Siwon yang Yoona tahu
sedang dirasakannya, Ia pun
kemudian sedikit berjinjit
untuk meraih bibirnya,
memberikan ciuman manis
disana.

“Jangan marah padaku..Atau


Yoon Jo akan tertular

menjadi pemarah sepertimu..”

Yoona mengusap perutnya


dan mengerlingkan matanya
kearah Siwon, membuat
Siwon tersenyum dan
kemudian balas menciumnya.

Belakangan ini ia tak lagi


melihat pandangan gelap
dimata Siwon. Semua itu
telah berganti dengan binar
kebahagiaannya..

“Aku mencintaimu
sayang..Aku mencintai Yoon
Jo..Aku mencintai kalian..”
“Aku tahu itu..terimakasih..”

Saat kemudian Siwon akan


beranjak dari hadapannya,
Yoona tiba-tiba mengaduh
sembari memegang perutnya..

“Awhh.. Siwon..”

“Sayang.. Kenapa? Apa yang


kau rasakan.. Aku akan
menghubungi Dr.Kim
sekarang..”

Ketika siwon dengan panik


merogoh ponsel dari dalam
saku celananya, Yoona justru
menahan tangannya..

“Tidak.. Jangan menghubungi


Dr.Kim..”

“wae? Tapi kau kesakitan


sayang..”

“tidak.. Aku tidak apa-apa,


perutku hanya sedikit sakit
karna aku.. Aku lapar..”

Siwon mendesah dan


memutar bola mata
kearahnya, yang kemudian
ditanggapi cengiran oleh
wajah tanpa dosa yang
ditunjukan yoona, setelah
berhasil membuat panik
suaminya.
“Astaga.. Kau sudah
membuatku panik, yoona..
Ku kira kau akan melahirkan
Yoon Jo. Jadi kau kelaparan
sekarang?” “hm..”

“Kau melupakan untuk


memberi makan juga pada
Yoon Jo? Kau ingin aku
memarahimu lagi..”

“Maafkan aku..dan jangan


memarahiku juga..”

“lalu apa yang harus


kulakukan untuk
memperingatkanmu kali ini?”

Yoona lantas menggelayut


manja dilengan Siwon…

“Aku ingin makan


bersamamu..”

“Apa dirumah kakek, mereka


tak memberimu makan?”

“Sooyoung yang tak


memberiku kesempatan untuk
makan. Dia terus mengajakku
bicara..”

“Oh, gadis itu.. Baiklah kalau


begitu dia yang harus
menerima kemarahanku”
Saat Siwon akan menekan
kontak Sooyoung dari
ponselnya, Yoona meraih
ponsel itu dan kemudian
mematikannya.

“Sayang, apa yang kau


lakukan? Aku harus
memarahinya dulu.. Dia telah
membuat Yoon Jo kelaparan
didalam sana..”

“Kenapa kau suka sekali


marah- marah.. Aku sudah
katakan, jika kau melakukan
itu kau bisa membuat Yoon
Jo tertular amarahmu, dan
Aku tidak menginginkan
itu..”

“Mana bisa seperti itu..”

“tentu saja bisa.. Kau kira Dia


tak bisa mendengarnya.. Dan
dia akan meniru sikapmu itu.
Oh, mengerikan sekali
membayangkan aku harus

menghadapi dua pria


pemarah nantinya..”

Yoona mengusap perut


besarnya. Yang hanya perlu
menunggu beberapa waktu
lagi untuknya bisa melihat
putranya terlahir kedunia.
Rasanya ia sudah tak sabar
untuk menunggu saat itu
tiba..

“YoonJo ya.. Kau tak boleh


menjadi pemarah seperti appa
mu ne..”

Siwon tersenyum
mendengarnya, dan
kemudian merangkul
pinggang Yoona..

“Oh, baiklah.. Aku mengalah,


jadi sekarang apa yang
diingkan istri dan putraku.
Katakanlah..”

“emm.. Bagaimana kalau kau


memasak untukku..”

“tidak.. Kau tahu aku tidak


bisa memasak, Yoona..”

“Oh, ayolah..”

Yoona menarik tangan siwon


menuju kebagian dapur
rumah mereka. Memakaikan
celemek ditubuhnya dan
tertawa saat melihat siwon
kesulitan menyalakan
kompor.

“Astaga.. Suamiku payah


sekali..”
“Jangan menertawaiku
sayang..”

Yoona justru makin terkikik mendengarnya..

***

Pagi hari saat terbangun dari


tidurnya, Yoona merasakan
pelukan lengan siwon
ditubuhnya.

Bergerak pelan memutar


tubuhnya, Ia kemudian
tersenyum saat menjalankan
jari telunjukkan untuk
menelusuri bagian-bagian
wajah siwon. Mengagumi
setiap lekukan yang begitu
indah, yang diberikan Tuhan
pada suaminya..

“Apa yang sedang kau


lakukan sayang?”

“Oh..”

Yoona mengerjap, saat siwon


terbangun dan kemudian dia
meraih tangannya..

“Aku ingin
membangunkanmu..”

“benarkah? Bukan sedang


mengagumiku..?”
“Ck! darimana kau tahu jika
aku sedang mengagumimu..”

Siwon tergelak dan kemudian


mengecup punggung tangan
Yoona..

“Aku sangat mengenal


dirimu.. Harusnya Kau sadar
itu..”

Tak sampai disitu, Siwon pun


lantas meletakkan tangannya
diatas perut Yoona,
mengusap dan menciumnya
juga mengatakan ketidak
sabarannya menunggu bayi
itu lahir dan hadir
ditengahtengah keduanya.

“Aku mencintaimu sayang..”

Yoona teramat bersyukur,


minggu- minggu
penantiannya menunggu
Yoon Jo terlahir, ia
mendapatkan hari- harinya
yang sangat membahagiakan.
***

Hari pernikahan itu akhirnya


datang. Hari cukup sibuk
dimana Sooyoung akan
mengikat janji suci dengan
Kyuhyun, pria yang
mencintai dan dicintainya
untuk menjadi pendamping
hidupnya.

Yoona sedang menyiapkan


dirinya, Ia memakai sebuah
gaun yang dirancang dan
dijahit khusus untuk dirinya
oleh seorang desainer yang
juga mengerjakan secara
khusus gaun pengantin yang
hari itu dikenakan Sooyoung..

“Astaga.. Sayang, aku


benarbenar harus menjagamu
dari tatapan mata orang-orang
yang pasti akan terbengong
saat melihatmu..”

“bukan aku yang menjadi


pengantin hari ini.. Tentu saja
orang-orang akan lebih
tertarik memandangi
kecantikan Sooyoung
daripada wanita hamil
sepertiku..”

“Kau juga cantik Yoona..


Sangat cantik.. Jadi apakah
kau sudah siap?”

“hm..kita pergi sekarang..”

Dengan merangkulkan
lengannya pada siwon,
keduanya memasuki mobil
yang kemudian membawanya
ketempat acara pemberkatan
pernikahan dilakukan.

Mereka sengaja datang lebih


awal, karna sang kakek
meminta untuk menemaninya
menyambut tamu undangan
yang akan datang..

“Kau tidak apa-apa?”

beberapa saat berlalu Siwon


sedikit cemas saat melihat
Yoona berkeringat..

“tidak.. Aku tidak apa-apa..”

“Siwon, sepertinya kau perlu


membawa Yoona duduk dan
beristirahat..”

“Tidak perlu kakek, Aku..


Aku hanya… Awhh..”

Belum selesai kalimat itu


terucap dari bibirnya, Yoona
mendadak merasakan
kontraksi dibagian perutnya
dan melihat darah yang
mengalir dikakinya..
“Siwon.. Awhh..”

“Yoona! gwechana? Oh
Tuhan.. Cepat panggilkan
ambulance. Istriku akan
melahirkan!!”
Sesaat kemudian suasana
berubah menjadi kepanikan,
ketika Yoona mulai tak kuat
lagi menahan tubuhnya, Ia
merosot kelantai dalam
rangkulan siwon yang lantas
menahan tubuhnya.
Meletakkan kepalanya pada
pangkuannya.

Para tamu undangan pun


yang tadinya telah duduk
menunggu prosesi
pemberkatan dimulai,
langsung beranjak mendekat
kearah Yoona yang masih
merintih memegang
perutnya..

“Awhh.. Siwon.. Sakittt..”


Yoona mulai meremas kuat
tangan siwon..

“tenanglah sayang.. Kita akan


kerumah sakit”

meringis menahan sakit, juga


merasakan napasnya yang
mulai terengah dengan
keringat yang membasahi
dahinya, Yoona kemudian
dibuat kalut saat merasakan
sesuatu mengalir dikakinya..
“Darah.. Itu darah. Siwon
kenapa ada darah disana? Ya
Tuhan..”

begitu mendengarnya, Siwon


yang tadinya tak menyadari
ada darah yang mengalir
diantara selangkangan kaki
Yoona langsung merasakan
limbung. Kepalanya
mendadak pusing, dan yang
kemudian terputar cepat
dimemori nya adalah
bayangan saat ibunya
tergeletak bersimbah darah.
Saat ia kehilangan ibunya.

Saat sang ayah dan wanita


yang menjadi ibu Minho juga
mengalami hal yang sama
didepan matanya.

Darah..

Memori kelamnya
berhubungan dengan banyak
darah dan kehilangan
setelahnya..

Tidak..
Kali ini tidak..
Demi Tuhan tidak..

Darah yang kini ia lihat tak


boleh membuatnya
kehilangan lagi.. Tak boleh
merenggut Yoona dari
sisinya..

“Cepat! Dimana ambulance


itu kakek..”

kepanikan yang dirasakan


Siwon kian memuncak saat
Yoona makin merintih dan
mencengkram kuat
tangannya..

“Akan segera datang


Siwon..tenangla h..”

Sang kakek lantas


memerintahkan orang-orang
nya yang berada disana untuk
menghubungi lagi mobil
ambulance yang ia minta..

Sang kakek kemudian juga


mengatakan kejadian itu pada
Kyuhyun dan Minho, yang
selanjutnya juga langsung
didengar oleh Sooyoung,

sang pengantin wanita yang


sedang ditemani oleh Sulli
dan Soojung.

Mereka semua lantas


berlarian panik kearah Siwon
dan Yoona..

“Ya Tuhan Yoona..”


“Oenni..!”

“Siwon, aku takut.. Apa yang


terjadi? Bagaimana dengan
Yoon Jo..?”

“tidak sayang.. Kalian akan


baik-baik saja. Demi Tuhan
kau wanita yang kuat..
Bertahanlah..”

“Siwon.. Ayo cepat! Kita


bawa Yoona kerumah sakit..”

Kyuhyun menyarankan agar


kemudian siwon membopong
tubuh Yoona, dan tak perlu
menunggu ambulance datang.
Dan akan membawa Yoona
dengan mobilnya..

“bagaimana dengan
pemberkatan pernikahannya?
Hyung dan Sooyoung noona
akan tetap menikah kan..”
ucap Minho kemudian..

“tapi ini darurat.. Aku yakin


Sooyoung tidak keberatan
jika pemberkatannya kita
tunda..”

“Iya, tidak apa-apa.. Kalian


cepat bawa Yoona..”

Sooyoung menyetujui, Ia
tak tega melihat dan
mendengar rintihan Yoona.
Terlebih melihat kepanikan
diwajah Siwon yang
langsung membuatnya
terlihat kacau. Ia bahkan
tak memperdulikan tadi
disaat harus menyeret-
nyeret gaun pengantin
yang dipakainya agar bisa
mendekat kearah Yoona..

“Jangan.. pemberkatannya
tidak boleh ditunda.
Semuanya sudah siap..
Kalian harus tetap
menikah..” “Sayang..”

“tidak Siwon.. Aku masih


bisa berta.. Awhh..”

“Sayang! Kita harus cepat


membawanya..!” Siwon
bergerak membopong tubuh
yoona…

“Hyung.. Lakukan
pemberkatannya, dan Aku
yang akan mengantar Siwon
hyung dan Yoona noona..”
“Minho oppa.. Aku ikut
denganmu..”

“baiklah.. Gunakan saja


mobilku. Akan lebih nyaman
untuk Yoona selama
perjalanan kerumah sakit”

Kyuhyun langsung
menyerahkan kunci
mobilnya, sebuah limosien
yang menjadi mobil
pengantin yang telah
disiapkannya akan membawa
Yoona menuju rumah sakit.

Oh, Yoon Jo.. Bayi kecil


yang masih berada dalam
rahim ibunya, telah
membuat kehebohan bahkan
sebelum ia dilahirkan..

Pada akhirnya hari itu semua


harus berjalan tak sesuai
dengan rencana. Pemberkatan
pernikahan Sooyoung dan
Kyuhyun yang telah
direncanakan memang tetap
berjalan meski tanpa
kehadiran Siwon dan Yoona,
juga Minho yang mengantar
mereka dan Soojung yang
ingin menemani Oenni nya
dalam proses persalinan.

Perberkatan pernikahan
berlangsung dengan sang
kakek yang mengantar
Sooyoung berjalan menuju
altar dan menyerahkannya
pada Kyuhyun dan
disaksikan oleh sulli serta
tamu undangan yang hadir.
Cukup khidmat meski
sebelumnya kepanikan
terjadi disana. ***

Sebuah limosin berhias


dengan pita dan bunga-bunga
yang menghentikan lajunya
didepan rumah sakit, cukup
menarik mata siapapun yang
saat itu melihatnya.

Namun jangan hiraukan apa


yang mereka pikirkan
selanjutnya. Yang menjadi
fokus utama sekarang
adalah bagaimana dengan
Yoona…

Setelah mengetahui siapa


yang berada didalam mobil
itu, ada tiga orang suster yang
bergerak cepat mendorong
ranjang beroda yang
kemudian membawa yoona
keruangan sang dokter.

“Apa yang terjadi?”

Dr.Kim yang sejak awal


menangani kehamilan
Yoona, dengan sigap
langsung memeriksanya..

“Ini sudah terjadi


pendarahan..”
Siwon tak tahu lagi apa yang
selanjutnya dikatakan oleh
Dr.Kim, yang kemudian
dengan jelas didengarnya
adalah sang dokter yang
berteriak..

“Siapkan Operasi..!”

Terkejut dengan apa yang


baru saja didengarnya, Yoona
lantas meraih tangan sang
dokter yang masih
memeriksanya..

“Operasi? Haruskah itu dilakukan? Dokter, saya tidak


mau dilakukan operasi..”

“Oenni.. Jika itu yang terbaik


untukmu dan Yoon Jo maka
harus dilakukan”

Soojung nampak khawatir


dengan keputusan Yoona…

“tidak.. Dokter, Anda tahu


saya ingin melakukan
persalinan normal..dan anda
mengatakan saya bisa
melakukannya” ucapnya
sambil menahan sakit yang
terus dirasakannya..

“saya tahu keinginan anda Ny.. Hanya menyiapkan


operasi.. untuk berjaga-jaga,
saya melihat ada sedikit
pendarahan bersamaan
dengan pecahnya air ketuban,
juga karna saya
mengkhawatirkan anda
kehilangan tenaga dan tak
mampu melakukan dorongan
untuk mengeluarkan bayi dari
rahim anda. Segala
sesuatunya bisa terjadi Ny..
Saya melakukan persiapan
untuk keadaan darurat dan
mengharap hasil yang terbaik
nantinya..”

“Saya bisa dokter.. Saya ingin


persalinan secara normal..”

“kita akan coba Ny..”

Saat sang dokter yang


kemudian bergeser dari
sisinya dan melakukan
pembicaraan dengan dua
orang suster yang
membantunya, Yoona
mengalihkan perhatiaannya
pada Siwon yang hanya
terdiam dengan wajah
memucat. Namun tatapan
matanya terus mengarah
padanya.

Ia tahu Siwon pasti sedang tegang dan cemas sama hal nya seperti apa
yang dirasakannya. Ini pengalaman pertama bagi mereka. Wajar saja
bila kemudian kepanikan yang lebih mendominasi..

“Siwon..”
Yoona mengulurkan
tangannya, matanya
mengisaratkan agar siwon
mendekat kepadanya..

“Siwon.. Aku
membutuhkanmu..”

“Ya Tuhan Yoona.. Aku tak


tahu jika akan seperti ini yang
kau rasakan. Itu sungguh
mengerikan..”

Siwon mendekat meraih


tangannya yang kemudian
langsung diremas oleh
Yoona..

“Aku menyesal telah


membuatmu seperti ini.
Seharusnya aku tak pernah
membiarkanmu hamil..”

Jika tidak sedang merasakan


sakit saat itu, ingin rasanya
Yoona memukul siwon untuk
apa yang di katakannya tadi..

“Apa yang kau katakan..


Bukankah ini yang kita
inginkan.. Yoon Jo akan
lahir, kita sudah menunggu
saat-saat ini. Kau begitu
antusias ingin melihatnya..”

“tapi tidak sekarang.. Tidak


setelah aku melihatmu seperti
ini! Kesakitan dan.. dan.. Ya
Tuhan.. Aku ingin kau
baikbaik saja..”

“Tolong percaya padaku..


Aku bisa melakukannya. Aku
akan melahirkan Yoon Jo..
Aku.. Aku, awhh..”

Yoona meremas kuat tangan


siwon saat kontraksi kembali
dirasakan olehnya. Ia
mencoba mengatur napasnya
dengan benar..

“Dokter.. Dokter! Sayang..


Aku tak bisa melihatmu
seperti ini..”

“Tetaplah disini.. Aku


membutuhkan mu.. Awhh..”

“Oenni.. Dokter cepatlah


bantu oenni ku..”

Minho menarik soojung dari


sisi Yoona, dan
merangkulnya saat kemudian
Dr.Kim dan dua suster
mendekat kesisi ranjang yang
ditempati Yoona..

“Kita akan melakukan


persalinan.. Tolong
anda keluarlah..”
pinta seorang suster pada
Soojung dan Minho..

“tapi oenni ku.. Suster Aku


ingin menemani oenni ku..”
“maaf nona..”

“Soojung, kita bisa


menunggu diluar..” “tapi
Oppa..”

“percayalah, Yoona noona


akan bisa melakukannya..
Ada hyung bersamanya..”
dengan tidak rela Soojung
mengikuti rangkulan Minho
keluar dari ruangan itu. Dan
bertambah cemas ketika ia
hanya bisa menunggu
didepan pintu..

Sementara didalam sang


dokter meminta yoona
mengikuti intruksinya,
mengarahkannya agar
membuka kedua kakinya
saat kemudian sang dokter
memposisikan diri
didepannya.. “Awhh..”

“anda bisa mulai


mendorongnya Ny..”

“aawhh.. Sakittt dokter..


Siwon..”
Yoona pasti sudah tak menyadari
betapa pucatnya wajah siwon saat itu,
ketika ia terus meremas kuat tangannya,
atau bahkan telah mencakarnya disana..

Tegang..
Panik..
Takut.. Dan benar-benar
tak tega melihat
kesakitan yang
dirasakannya..

Kenapa Tuhan tak membagi


kesakitan itu dengannya..
Kenapa Tuhan membiarkan
Yoona merasakan kesakitan
itu sendirian..

Oh..
Rasanya Siwon benar-benar
ingin memprotes Nya saat
itu..

“Si won.. Sakiittt.. Awhhh..”

“Yoona.. Ya Tuhan, apa yang


harus kulakukan untukmu
sayang.. dokter.. tidakkah ada
cara untuk menghilangkan
rasa sakit yang dirasakan istri
saya..”

Sang dokter tak menjawab,


Ia cukup paham
menghadapi reaksi yang
seperti itu..
“dorong Ny.. Anda bisa
melakukannya. Atur napas
dan kembali dorong..” sang
dokter terus
mengarahkannya..

“Ya..seperti itu. Lakukan seperti itu dan


kita tak perlu melakukan operasi jika
anda melakukannya dengan
benar..”

“Aku tak ingin operasi


dokter.. Awhh..”

Yoona mulai terengah,


namun Ia masih terus
mengejan, mendorong
bayinya agar keluar seperti
arahan sang dokter padanya..

“Ya, bagus Ny.. Saya mulai


bisa melihat kepalanya..
Teruslah untuk mendorong
Ny..”

“Si won.. Akhh..”

“Ayo sayang.. Kau bisa


melakukannya..”

Pada akhirnya ia tahu, tak ada


yang bisa dilakukannya selain
memberinya semangat.
Meski sangat ingin, Ia takkan
bisa menggantikan posisi
Yoona.. Ia juga tak bisa
menyerap kesakitan itu
darinya..

“Kau bisa sayang.. Kau bisa


melahirkan Yoon Jo.. Kita
akan memilikinya..”

“Si won… Aawhhh..”

“Terus Ny.. dorong dengan


kuat..”

“Awhh.. dok..terrr.. awhh…”

“Sedikit lagi Ny.. ya.. seperti itu.. sedikit lagi.. terus.. terus.. Ny…”

“Si Won.. awhhh…” dengan satu dorongan kuat, Yoona seakan

telah menguras habis tenaganya..

“Ya.. bagus Ny.. Saya sudah


mendapatkannya..”

Yoona merasakan lemas saat


telah kehilangan tenaganya.
Namun mendengar suara tangis bayi dan sang
dokter yang tersenyum saat mengangkat bayi merah
ditangannya, kesakitan itu yang tadi dirasakannya
langsung menguar begitu saja..
Digantikan dengan keharuan yang menyeruak dari dalam hatinya..

Oh Tuhan..
Itu Bayinya..
Yoon Jo nya…

Dengan deru napasnya yang


perlahan menjadi teratur,
Yoona meneteskan
airmatanya merasakan
keharuan yang menyeruak
dari dalam hatinya saat Siwon
menyeka peluh diwajahnya
juga mencium keningnya..

“Kau benar-benar wanita


yang hebat sayang, Kau
mengagumkan..Aku
mencintaimu..Sangat
mencintaimu..Terimakasih..”

Yoona hanya bisa


mengangguk sambil terus
mengeratkan genggaman
tangannya pada siwon.
Airmata masih terus mengalir
di wajahnya..

“Selamat Ny.. Anda


melakukannya dengan baik..”

Sang dokter kemudian


memeriksa kelengkapan
anggota tubuh pada bayi
mungil itu.
Memastikan semuanya
lengkap dan sempurna saat
kemudian menyerahkan bayi
ditangannya pada seorang
suster agar membersihkan
darah pada tubuh kecilnya,
yang selanjutnya akan
dilakukan proses pendekatan
dini untuk Ibu dengan
bayinya.

“Anda baik-baik saja Ny..?”

Yoona berusaha menarik


senyum dari wajahnya dan
kemudian mengangguk
kearah sang dokter sebagai
respon untuk memastikan
bahwa sejauh itu ia masih
dalam keadaan baik. Hanya
sedikit lelah setelah
perjuangannya untuk
melahirkan Yoon Jo yang
telah banyak menguras
tenaganya.

“Suster akan membersihkan


semuanya..”

Dr.Kim tersenyum dan


beralih untuk mencuci
tangannya..

“Sayang..”

“Kau lihatkan aku baik-baik


saja..”

Siwon mendekatkan tangan


yoona dan mencium
punggung tangannya..

“Ya..Setelah apa yang Ku


lihat tadi dan sekarang Kau
masih bisa tersenyum
padaku.. Itu luar biasa. Demi
Tuhan aku benar-benar
bahagia melihatmu
sekarang..”

“Siwon..”

Yoona menyadari ada rasa


emosional lain yang saat itu
dirasakan oleh siwon..

“Tahukah kau bagaimana


frustasinya aku saat
melihatmu kesakitan dan aku
tak bisa berbuat apa-apa
untukmu.. Dan darah itu
membuatku takut. Takut
kehilangan mu.. Aku sangat
takut, Begitu banyak darah
yang pernah kulihat dan
selalu setelahnya membuatku
merasakan kehilangan yang..
Aku…”

“stt.. Siwon..”

Yoona menggelengkan
kepalanya..

“Jangan diteruskan.. Aku tak


ingin melihatmu
mengingatingat lagi kejadian
itu.. Aku masih bersamamu
sekarang, Kau bisa tenang
kan.. Aku tidak apa-apa..”

“Ya, terimakasih untuk itu..”


“Kita lakukan inisiasi nya
Ny..”

Dr.Kim kembali mendekat


dan menyela pembicaraan
keduanya. Saat mereka
menoleh, senyum takjub yang
langsung tergambar dari raut
wajah Yoona dan Siwon.
Melihat bayi kecil mereka
dalam gendongan sang dokter
benar-benar menakjubkan..

“panjang dan beratnya ideal,


Yoon Jo benar-benar sehat
Ny.. Dan Tn.Choi inilah putra
anda yang begitu ditunggu-
tunggu kehadirannya..
Selamat Tuan..”

“terimakasih untuk bantuan


anda dokter..”

Sang dokter tersenyum saat


kemudian meletakkan Yoon
Jo didada Yoona. Bayi itu
menggeliat seperti sedang
mencari-cari puting susu
ibunya..

Oh..
Sungguh mengharukan
melihatnya.. ***
Sementara diluar ruangan itu,
Soojung dan Minho masih
diliputi perasaan cemas.
Belum ada seorangpun yang
keluar dari dalam sana dan
memberikan mereka
kepastian tentang bagaimana
kondisi Yoona juga bayinya
saat itu.. “Soojung ah..
Bagaimana keadaan kakakmu
sayang..?”

Soojung yang terus berada


dalam rangkulan Minho,
menolehkan kepalanya saat
mendengar suara yang
memanggilnya.. “Kakek?”

“bagaimana dengan Yoona


dan bayinya sayang..mereka
baik-baik saja kan?”

Sang kakek mendekatinya


dan dibelakangnya mengikuti
Kyuhyun dan Sooyoung juga
sulli yang melangkah cepat
sambil membantu sooyoung
yang kesulitan dengan
panjangnya gaun pengantin
yang dikenakannya..

Astaga.. Mereka pasti


langsung kabur setelah acara
pemberkatan..

“Bagaimana dengan Yoona?”


“mereka masih berada
didalam, kami belum tahu
bagaimana keadaannya..”

Minho yang pada akhirnya


menjawab karna soojung
justru kembali menangis
mendengar pertanyaan itu.

Ia begitu mengkhawatirkan
Yoona.. Terlebih setelah
kehilangan kedua orangtua
nya.

Hanya Yoona satu-satunya keluarga untuknya, yang dengan


tulus menyayanginya meski tak ada ikatan darah diantara
keduanya.. jika sang kakak mau ia bisa saja meninggalkannya
sendirian setelah Ayah dan ibu nya meninggal karna kecelakaan.
Tapi Yoona tidak melakukannya. Ia lebih memilih menjaganya dan
bekerja keras untuk menghidupinya…

“Oh Tuhan.. Selamatkan


mereka..”

gumam sang kakek dengan


wajah yang sama
khawatirnya. Apalagi setelah
belakangan ini, Ia menjadi
dekat dengan Yoona..

“Oenni bagaimana dengan


pemberkatan pernikahannya..
Semua berjalan lancarkan?”

Soojung melepaskan
rangkulan Minho dan
mengalihkan perhatiannya
pada Sooyoung dan
Kyuhyun..

“Semuanya berjalan dengan


baik.. Kami telah resmi
menikah..”

“Oh, selamat oenni.. Oppa..”

setidaknya telah ada satu


kabar menggembirakan
ditengah kecemasan itu.

“Oh, Siwon Oppa..”

Seruan Sulli sontak


mengalihkan pandangan
mereka menjadi tertuju pada
Siwon yang saat itu membuka
pintu ruangan dihadapan
mereka..

“Bagaimana Siwon?”

“Kakek..”

Siwon langsung memeluk


pria tua itu..

“Yoona baik-baik saja kan?”

“ya.. Dia sudah berhasil


melakukan persalinan. Yoon
jo kami telah lahir..” “Oh puji
Tuhan, syukurlah.. Selamat
untukmu..”
Kelegaan mendengar apa
yang Siwon katakan
benarbenar dirasakan oleh
semuanya yang kemudian
berebut untuk masuk dan
melihat..

“Oppa aku boleh masuk


kan?”

“Aku juga oppa .. Aku ingin melihat Yoon jo..”

Sulli dan Soojung saling berebut untuk menjadi yang terdulu melihat..

“Aku juga ingin melihat


Royal baby kalian itu?
Setampan apa dia?”

Oh..
Royal baby..

Ucapan Sooyoung yang


menyebut Yoon Jo sebagai
Royal baby membuat semua
yang berada disana terkikik
dan juga mengangguk
menyetujui dengan apa yang
dikatakannya..

“Astaga.. apa kalian telah


kabur dari acara
pemberkatan?” Siwon
mendecak heran
memperhatikan sooyoung
yang menjinjing gaun
pengantinnya saat itu..
“Oh, tentu saja ini semua
karna Yoon Jo.. Tidakkah kau
ingat bagaimana tadi dia telah
menghebohkan acara
pernikahanku. Dia bahkan
mengambil mobil
pengantinku.. Maka kurasa
pantas bila aku kemudian
menyebutnya Royal baby..”
“Kau pikir anakku pangeran
dari kerajaan inggris hingga
kau menyebutnya seperti
itu..” “Oh, meskipun kita tak
hidup dalam keluarga
kerajaan.. aku sangat yakin
kau akan memperlakukan
Yoon jo layaknya pangeran..”
“Ya.. mungkin kau benar.. dan maaf untuk kehebohan tadi..”

“Tenanglah Oppa aku takkan


menuntut untuk kehebohan
yang telah Yoon jo ciptakan..
Karna Aku sudah menikah
sekarang..”
Sooyoung memamerkan
sebuah cincin yang
melingkari jari manisnya,
cincin pernikahannya..

“Oh Tuhan.. Maafkan aku,


seharusnya aku ikut menjadi
saksi pernikahan kalian.
Selamat untuk kalian.. Dan
kemarilah Sooyoung, biarkan
aku memelukmu adikku..”

Sooyoung tersenyum saat


mendekat menghampiri
Siwon..

“Tidak apa-apa oppa.. Aku


senang semua pada akhirnya
berjalan dengan baik..”

“Selamat untukmu.. Aku


bahagia kau memilih pria
yang tepat. Jaga dan
hormatilah komitmen
pernikahanmu.. Aku
menyayangimu..”

“Aku mengerti
oppa..terimakasih atas
dukunganmu. Aku juga
menyayangimu dan senang
melihat kebahagiaanmu
saat ini..”

Saat Sooyoung melepas


pelukannya, tak terasa
airmata telah membasahi
wajahnya, merasakan
keharuan saat itu. Siwon
yang kemudian menyeka dan
tersenyum kepadanya,
membuat sooyoung juga
lantas menarik senyum dari
bibirnya..
“jadi bisakah kita melihat
royal baby sekarang..”

“tentu saja..”

Tersenyum Siwon membawa


mereka masuk kedalam. Dan
merasa bangga saat
memamerkan putranya
kehadapan keluarganya.

Yoona yang pada saat itu


sedang menimang Yoon Jo
diatas ranjang rumah sakit,
tersenyum senang
menyambut mereka..

“Selamat untukmu sayang..”

Sang kakek yang diberi


kesempatan untuk lebih dulu
mendekat, memberikan
ucapan selamat juga memberi
perhatian lebih pada bayi
dalam dekapan yoona..

“Dia sungguh tampan..”

“terimakasih kakek..”

Berebut setelah sang kakek


mundur dan memberi
kesempatan pada cucu- cucu
nya yang lain yang sudah tak
sabar ingin melihat Yoon Jo
saat itu..
“Oh, baby Yoon Jo.. Dia
sangat tampan oenni..”

“terimakasih soojung ah..”

merunduk dengan perlahan


soojung lantas menciumnya..

“dan aku sangat senang oenni


baik- baik saja.. Aku sangat
mengkhawatirkanmu..”

“maaf telah membuat kalian


panik tadi..Ini pengalaman
pertama untukku, jadi aku
belum mengerti seperti apa
yang seharusnya kulakukan”

“Pengalaman pertama untuk


kita semua Yoona..”

Sooyoung mendekat dan


menyentuhkan ujung
jemarinya pada pipi Yoon
Jo..

“Sangat lembut dan ya.. Yoon


Jo yang tampan. Selamat
untukmu Yoona..” “Oh,
terimakasih sooyoung.. Dan
bagaimana dengan
pemberkatan
pernikahannya?”

Yoona memandangi gaun


pengantin yang masih
dikenakan sooyoung..
“jangan memandangiku
seperti itu. Aku sudah cukup
mendapatkan pandangan aneh
dari orang-orang yang
melihatku berlarian dilorong
rumah sakit dengan gaun
pengantin
ini..”

Yoona tersenyum
mendengarnya.. “tapi
tenanglah, semua berjalan
baik.. Aku sudah menikah
sekarang..”

Sooyoung kembali
memamerkan cincinnya, yang
kali ini dihadapan yoona..

“Wah selamat untuk


pernikahanmu.. Aku senang
dan ikut berbahagia untuk
kalian.. Selamat Kyuhyun
Oppa..”

“terimakasih Yoona.. Dan


selamat juga untuk kelahiran
bayi kalian..”

“bisakah aku
menggendongnya..?”

Sooyoung tak tahan untuk


menyentuh Yoon Jo ketika
melihat bibir bayi itu
bergerak seperti sedang
merasakan sesuatu, sangat
menggemaskan..

Saat Yoona perlahan


menyerahkannya pada
sooyoung, putra kecilnya
yang saat itu tengah tertidur
menggeliat seakan merasakan
ia telah berpindah tangan dari
tangan ibunya ketangan orang
lain..

“Aigoo.. Benar-benar
menggemaskan. Bisakah aku
juga memiliki bayi seperti
ini..?”

Sooyoung tersenyum saat


kemudian menoleh kearah
kyuhyun..

“Kita bisa membuatnya


chagi..”

“Apa.. Kau pikir gampang


membuat bayi. Itu tak
segampang seperti membuat
adonan kue..”

Kyuhyun justru tergelak


mendengarnya..

“kalian sudah menikah.


Kalian pasti akan bisa
mendapatkannya.. Ah, aku
jadi tidak sabar menunggu
untuk saat itu.. Yoon Jo akan
memiliki teman nanti..”

“Pikirkanlah lagi jika kalian


memang menginginkan
seorang bayi..”

ucapan Siwon cukup untuk


menarik perhatian
semuanya..

“Apa maksudmu oppa?”


“dengarkan aku sooyoungie..
Aku baru saja merasakannya.
Dan astaga itu mengerikan..”

Yoona memutar mata


mendengarnya..

“Mwo.. Mengerikan?
Maksudnya..?”

“Ya.. Yoona benar-benar


merasakan kesakitan dan
itu…”

“Jangan menakut-nakutinya
Siwon.. Tidak apa-apa Soo..”

“tapi Siwon oppa bilang..”

“tidak, percayalah padaku


aku yang merasakannya..
Kurasa kesakitan itu terbayar
dengan begitu luar biasa.
Sepertinya aku memikirkan
untuk memiliki seorang bayi
lagi jika rasanya sebahagia
ini..”

“Oh, tidak sayang.. Aku


takkan membuatmu hamil
lagi..”

“Oh ya.. Berani bertaruh..?


Aku akan hamil lagi Siwon..”
Oh..

Yoona tersenyum penuh arti,


merasa yakin dengan
ucapannya yang seakan
menantang Siwon yang
mengatakan tak akan lagi
membuatnya hamil.

“Kita takkan bertaruh untuk


hal semacam itu sayang.. Aku
akan tetap pada keputusanku,
tidak akan ada kehamilan lagi
setelah ini”

“Oh, jadi kau takut?”

“takut?”

Siwon memberinya senyum


yakin..

“tentu saja tidak.. Aku hanya


memberimu kepastian!”

Yoona memberengut
mendengarnya..
“Oh ayolah Siwon.. Kau tahu,
sebelum aku memiliki
Soojung.. Aku sangat
kesepian karna terlahir tanpa
seorang saudara yang lain.
Dan aku tak ingin Yoon Jo
merasakan hal yang sama
seperti yang dulu kurasakan.
Aku ingin dia punya banyak
saudara sepertimu.. Itu pasti
akan menyenangkan
untuknya dan untuk kita saat
melihat mereka tumbuh
bersama..”

“Kau hanya tak merasakan


betapa merepotkannya
memiliki banyak saudara
seperti mereka..”

“Yak.. Oppa, jadi kami


merepotkan?”

Protes Sulli yang juga


diangguki setuju oleh
sooyoung dan minho, yang
kemudian hanya ditanggapi
oleh siwon dengan
mengedikkan kedua
bahunya.. “Kalian ini,
bisabisa nya memperdebatkan
masalah itu sekarang.. Yoon
Jo saja baru lahir.
Pikirkanlah hal itu nanti..
Aku yakin kalian akan
menemukan kesepakatan
berdua untuk masalah itu..”

Sang kakek yang kemudian


menengahi. Tak ingin
membuat dua kebahagian
yang ia dapatkan dalam hari
itu menjadi terganggu.

Kebahagiaan dengan
pernikahan Sooyoung
cucunya.. Dan kehadiran
Yoon Jo sebagai anggota baru
dalam keluarganya yang ia
yakin akan membawa
suasana baru juga keceriaan
untuk kehidupan dihari tua
nya.
Dan juga yang terutama yang
menjadi harapkannya adalah
kehadiran Yoon Jo bisa
menghilangkan trauma
masalalu yang dialami oleh
Siwon.. ***

Sehari setelah kelahiran Yoon


Jo, dokter sudah
memperbolehkan mereka
membawa putra kecilnya
untuk pulang kerumah..

“Semoga putra anda selalu


sehat Ny..”

“terimakasih dokter untuk


bantuannya selama ini..”
“Saya senang bisa
melakukannya untuk anda
Ny..”

Yoona tersenyum saat


menerima Yoon Jo dari
tangan sang dokter kedalam
dekapannya..

“Saya harap anda akan


kembali membantu saya
dikehamilan kedua saya
nanti..”

Yoona merasakan rangkulan


lengan
Siwon mengencang
dipinggangnya, yang justru
membuatnya tertarik untuk
lebih membahas hal itu
dengan dokter nya..

Oh.. Seberapa takutkah dia


untuk membuatnya kembali
hamil?

“Owh.. Anda sudah


merencanakannya Ny..”
sang dokter tersenyum
menanggapi..

“Ya.. Saya ingin memiliki


bayi lagi. Dan bukankah
dokter pernah mengatakan
bisa membantu saya untuk
memiliki bayi perempuan?
Saya sudah mendapatkan
Yoon Jo yang tampan, dan
untuk yang selanjutnya saya
menginginkan seorang bayi
yang cantik..”

“Oh, hentikan pembicaraan


ini sayang dan cepatlah kita
bawa Yoon Jo pulang..”
Siwon berbisik ditelinganya.
Benar- benar tak
menginginkan Yoona
melanjutkan kembali
pembicaraan semacam itu.

Masih jelas terekam didalam


otaknya, betapa frustasi dan
tegangnya saat dirinya harus
melihat Yoona mengerang
sakit ketika proses persalinan.

Dan sekarang sang istri sudah


berniat untuk mengalami hal
itu lagi?
Oh Tuhan..
Yang benar saja..

“baiklah Ny.. Kita bisa


membicarakan itu nanti
dan…” “Oh, saya rasa sudah
cukup dokter. Saya harus
membawa istri dan putra
saya pulang.. Terimakasih..”
Yoona tersenyum geli ketika
pada akhirnya Siwonlah yang
kemudian menghentikan
pembicaraannya dengan
Dr.Kim dan merangkulnya
erat berjalan kearah mobil
yang akan membawanya dan
Yoon Jo pulang..

“Kau benar-benar begitu


takut jika aku hamil lagi?”

“Oh, Demi Tuhan Yoona..


Kau membuatku frustasi
dengan keinginan konyol mu
itu..”

Yoona tergelak nampak


menikmati tawanya setelah
berhasil menggoda siwon..
***

Setibanya dirumah mereka


telah disambut dengan pesta
kecil yang sudah disiapkan
saudara mereka yang lain
untuk menyambut kehadiran
Yoon Jo disana..

“Selamat datang Royal


baby..!!”

Sooyoung tampaknya
menyukai julukan yang
diberikan untuk keponakan
pertamanya itu..
“Selamat datang Yoon Jo..”

YoonJo menggeliat dalam


dekapan Yoona, dan
terbangun dari tidurnya
setelah mendengar keramaian
disekitarnya..

“Oh, dia bangun.. Kalian ini


jangan lagi membuat
keributan yang mengganggu
tidurnya.. Sayang, ayo bawa
Yoon Jo kekamar dan biarkan
dia menikmati tidurnya..”

Siwon merangkul Yoona


berjalan kekamarnya, yang
kemudian membuat mereka
yang telah datang untuk
memberi sambutan pada
kedatangan Yoon Jo
mendecak kesal karna sikap
berlebihan yang ditunjukkan
oleh siwon hanya karna
suara-suara

mereka yang membuat Yoon


Jo terbangun..

“Yak oppa.. Kami juga ingin


bersama Yoon Jo..”

“Dia akan beristirahat..


Kalian pulanglah saja..”

Siwon langsung menutup


pintu kamarnya..
“Siwon.. Bisakah kau
menggantikanku
menggendongnya.. Aku akan
menyiapkan box bayinya
terlebih dulu”

“tidak, biarkan aku saja yang


menyiapkan box bayi
untuknya..”

“kenapa? Aku tahu kau


bahkan belum menyentuh
Yoon Jo.. Ada apa
denganmu?”

“Dia sangat kecil.. Aku takut


akan mematahkan tulangnya
jika aku menyentuhnya..”

Yoona mendecak serta


memutar mata saat
memperhatikan Siwon yang
sedang memandang Yoonjo
yang berada dalam
gendongannya dengan
tatapan yang seolah-olah
dirinya dapat meremukkan
tubuh putra kecil nya hanya
dengan sentuhannya.

Astaga..
Yang benar saja..

“duduklah..”

Yoona mengarahkan dengan


menggunakan dagunya agar
Siwon duduk pada sisi tempat
tidur mereka.

“tapi aku akan menyiapkan


box bayi untuk Yoonjo
terlebih dulu..” “tidak..
duduklah dulu..”

Siwon lantas mengikuti


kemauan Yoona dengan
mendudukkan tubuhnya pada
pinggiran tempat tidur dan
memandang sang istri dengan
dahi berkerut saat Yoona
bergerak mendekatinya.
“ulurkan tanganmu..”

“tapi untuk apa sayang..”

“kau harus belajar


menggendong Yoonjo..”
“Ah, tidak tidak tidak..”

“Kau hanya akan melakukan


seperti apa yang kulakukan..”

“tidak Yoona.. Aku tak


bisa..”

Siwon beranjak berdiri dan


sedikit menjauh, membuat
Yoona makin mendecak kesal
melihat tingkah kekanakan
yang ditunjukkan suaminya..
“astaga.. Siwon, Kau bilang
kau sangat menantikan
kehadiran YoonJo, Kau
sangat bersemangat
untuknya.. tapi sekarang
Kau bahkan tak mau
menyentuhnya, tidak kah
kau berpikir bisa menyakiti
YoonJo dengan sikap mu
yang seperti itu..”

Yoona mengusapkan
jemarinya kepipi Yoonjo.
Putra kecilnya telah kembali
tertidur dalam dekapannya..
“Sayang..”

“Kau tidak menyayanginya?


Itu menyedihkan siwon..”

“Ya Tuhan.. Bukan begitu


Yoona”

“jadi apa?”

“Sudah ku bilang aku takut


bisa mematahkan tulangnya.
Aku menyayangi Yoonjo, aku
hanya takut akan
menyakitinya..”

“Ck! Itu tidak akan terjadi.


Duduklah, dan buktikan apa
yang kukatakan. Kau takkan
menyakitinya Siwon..”

“tapi..”
“Kau ingin aku marah
padamu..”

Yoona memberengut sebagai


bentuk ancamannya terhadap
siwon..

“Oh sayang, baiklah..”

Sedikit senyum tersembunyi


disudut bibirnya ketika
melihat perlahan Siwon
kembali melangkah
kearahnya, dan duduk
dipinggir tempat tidur
dihadapannya.

“Apa yang harus kulakukan


sekarang?”

“ulurkan tanganmu..”

Siwon lantas memposisikan


kedua tangan diatas
pangkuannya, dan terus
memandangi Yoona dengan
tatapan tak yakin, saat tubuh
kecil Yoon Jo mulai
berpindah ketangannya.
“dekap dia seperti ini..”

“tapi sayang..”

“tenanglah, kau takkan


mungkin menyakitinya..”
Yoona tersenyum dengan
sedikit memundurkan
tubuhnya untuk mengamati
betapa kaku nya siwon saat
itu, yang membuatnya
kemudian menggeleng heran..

“Baiklah, sekarang aku akan


menyiapkan box bayi milik
Yoon Jo terlebih dulu..”

“tidak sayang..bagaimana
jika Yoon Jo menangis, apa
yang harus kulakukan..?”

Siwon memberinya tatapan


cemas, membuatnya merasa
geli dengan kekhawatiran
berlebih yang ditunjukkan
suaminya..

“Astaga, kau pikir aku akan


pergi kemana. Aku hanya
berada beberapa meter
darimu.. Yoon jo sedang
tidur, dia takkan menangis..”

Berbalik dan baru beberapa


langkah bergerak dari
hadapan Siwon untuk menuju
box bayi yang telah
dipindahkan kedalam kamar
mereka, Yoona sudah
mendengar suara putra
kecilnya menangis..
“Sayang, Yoon jo
menangis..”

“Ck! Kau terlalu kaku hingga


membuat dia merasa tidak
nyaman, Siwon..”

Menghembuskan napasnya,
ia lantas menghampiri sang
suami dan kembali meraih
Yoon jo untuk kemudian
mendiamkan tangisnya..

“Aku tak mengerti bagaimana


membuatnya nyaman..”

Siwon beranjak berdiri..

“kurasa Aku akan lebih cocok


untuk menyiapkan box
bayinya..”

Siwon kemudian berjalan


mendekat pada box bayi yang
akan digunakan untuk
menidurkan Yoon Jo.

Tapi bukan lantas


menyiapkannya, Siwon
masih harus menanyakan
berbagai macamnya yang
harus ia lakukan pada yoona.
“apalagi sayang..”

“hanya pasangkan selimut itu


diatasnya..” “lalu?”
“cukup, itu akan
menghangatkannya nanti..
Aku bisa menidurkannya
sekarang..”

Yoon Jo sudah terdiam dan


beberapa saat yang lalu
telah kembali tertidur, yang
kemudian tubuh kecilnya
ditidurkan oleh yoona
kedalam box bayinya.
Sedikit mengeliat, Yoona
lantas mengusap-usap
tubuhnya agar putra
kecilnya merasakan nyaman
berada disana.

“Dia sudah terlelap, sekarang


giliranmu untuk juga
beristirahat sayang.. Kau tak
boleh terlalu lelah..”

Yoona tersenyum mendengar


Siwon membisikkan kalimat
itu, yang disertai dengan
rangkulan lengan
ditubuhnya.

“hm, menyenangkan melihat


yoon jo tertidur nyaman
seperti itu..”

“Ya, rasanya sungguh


damai..”

“kau bahagia?”
“tentu saja sayang.. Sangat
bahagia..”

***

Terbangun dari tidurnya


dipagi hari, Yoona sudah tak
mendapati siwon berada
disampingnya. Yang
kemudian dilihatnya adalah
sang suami yang duduk
disamping box bayi Yoon Jo
sambil terus memandangi
putra kecilnya. “Siwon..”

“Sayang.. Kau bangun?”

“Apa yang kau lakukan? Kau


tak tidur..?”

“Aku tidur.. Hanya bangun


lebih awal. Aku merindukan
Yoon Jo dan sangat ingin
memandangi wajahnya..”
Yoona tersenyum
mendengarnya..

“Jika seperti itu, aku


semakin yakin akan menang
bertaruh denganmu.. Kau
akan menerima dengan baik
jika suatu saat ada beberapa
bayi lagi diantara kita..”
Oh..

Beranjak turun dari atas


tempat tidurnya, Yoona
perlahan melangkah
mendekati Siwon dan
merangkulnya saat sedang
memandangi Yoon Jo dalam
box bayinya..

“Kau menjaganya?”

“sebenarnya aku ingin dia


bangun dan melihatku, tapi
aku tak ingin
membangunkannya”

“Kau ayah yang baik..”

“benarkah seperti itu?”

“emm, untuk itu aku katakan


yakin untuk bertaruh
denganmu”

Yoona tersenyum.. Ia tahu


Siwon menyayangi Yoon
Jo dan ingin terus
berdekatan dengannya, tapi
sayangnya Ia juga masih
merasakan takut ketika
ingin menyentuhnya.

“Oh sayang, kita tak akan


membahas hal itu sekarang.
Hanya satu yang ingin
kupastikan padamu.. Aku
takkan lagi membuatmu
kesakitan” “tapi Aku..”
belum selesai kalimat itu
terucap, Siwon telah lebih
dulu merangkulkan lengan
pada pinggang nya dan
merapatkan tubuh untuk
kemudian membungkam
bibirnya dengan memberikan
ciuman selamat pagi
untuknya..

“Jangan memaksa.. Arraso!”

Yoona memasang wajah


cemberut kearahnya, yang
justru ditanggapi oleh Siwon
dengan sekali lagi
memberikan kecupan
dibibirnya..

“Kau justru terlihat cantik


dengan wajah seperti itu..”

“Ishh..”

Siwon tergelak menanggapi


dengusan kesal dari Yoona..

“Tuan.. Dua suster yang anda


pesan sudah datang”

Ketukan pada pintu kamar,


dan suara seorang pelayan
yang menyertainya kemudian
mengalihkan perhatian
keduanya.
“Ya.. Mereka bisa menunggu
sebentar”

“baik Tuan..”

“Kau memesan suster?”

“hm, mereka akan


membantumu untuk
mengurus Yoon Jo..”

“tapi aku sendiri yang akan


mengurus putra ku”

tolak Yoona yang merasa


kurang setuju dengan apa
yang sudah dilakukan oleh
Siwon..

“Sayang, Kau masih dalam


masa pemulihan setelah
proses persalinan.

Aku tak ingin mengambil


resiko jika nanti terjadi
sesuatu yang tidak kita
inginkan terhadapmu..”
“tapi..”

“sst..jangan membantah. Aku


tahu Kau bisa mengurus
Yoon Jo dengan baik. Tapi
untuk saat ini, biarkan
mereka yang mengurusnya..

Kau juga bisa belajar dari


mereka. Aku menyewa
mereka yang telah terlatih
dalam merawat bayi..”

“Oh, begitukah?”

“hm..”

“Kukira Kau melakukan itu


karna kau tak mempercayaiku
untuk mengurus Yoon Jo..”

“tidak, tentu saja tidak


sayang. Aku hanya
menginginkan kau
memulihkan kondisi tubuhmu
terlebih dulu..”

“gomawo.. Kau selalu


memikirkan dengan baik
segala sesuatunya untukku..”

Siwon tersenyum
menanggapi, dan beberapa
saat setelah Yoon Jo
terbangun dari tidurnya dan
dua orang suster disana
melakukan tugas mereka,
keduanya melihat dengan
gugup, antusias dan berbagai
macam perasaan yang mereka
rasakan saat tubuh kecil Yoon
Jo dimandikan.

Yoona maupun Siwon


samasama sempat merasa tak
tega saat putra kecil mereka
menggeliat dan menangis
kencang.

Ingin rasanya menghentikan


sang suster yang sedang
memandikan Yoon Jo, namun
seorang suster lainnya
mengatakan hal itu bukanlah
sesuatu yang perlu
dikhawatirkan karna
menangis bagi seorang bayi
merupakan hal yang normal.
Dan ketika menangis,
organorgan dalam tubuhnya
akan berkembang dan
menjalankan fungsinya
dengan baik.

***

Hari-hari berikutnya Yoona


banyak mempelajari dari
dua suster yang
membantunya untuk
mengurus Yoon Jo. Hal itu
yang kemudian
membuatnya semakin
menikmati perannya sebagai
seorang ibu. Dan ingin
memberikan yang terbaik
untuk putra kecilnya.
Hal itu juga yang membuatnya lebih yakin jika tak ada yang salah
dengan menambah seorang bayi lagi dalam kehidupannya dan
Siwon. Yang akan menambah keceriaan dalam keluarganya..
apalagi ditambah dengan kekakuan Siwon yang perlahan-lahan sirna
ketika berhadapan dengan Yoon Jo.
Siwon menjadi luwes dan sigap tentu saja.

Hanya saja sikapnya yang berlebihan masih terus bertahan ditambah


lagi sikapnya yang terlalu memanjakan Yoon Jo masihlah menjadi
salah satu perdebatan yang kadang muncul diantara keduanya.

Namun hal itu tak lantas memudarkan niatan Yoona untuk kembali
hamil dan menambah anggota baru dalam keluarganya.

Tinggal membujuk sang


suami adalah faktor
terpenting yang akan
dilakukannya.

Namun itulah faktor


tersulitnya.

Siwon benar-benar tak


menginginkannya untuk
kembali hamil, meski Ia telah
berkali mengatakan
kesiapannya untuk itu.

Dan benar-benar tak mudah


untuk membujuk sang suami
yang disadarinya memiliki
kekeras kepalaan yang telah
berkali membuatnya
mendecak kesal. Siwon
bahkan selalu memastikan
untuk Yoona mendatangi
dokter dan membuatnya
memakai alat kontrasepsi.

Hingga pada suatu waktu,


Yoona merasakan telah
berada dibatas kesabarannya
untuk terus membujuk Siwon.
Yang kemudian membuatnya
diam-diam melepas alat
kontrasepsi yang dipakainya.

Dan benar saja, hal itu


mengundang kemarahan
Siwon saat tak lama
setelahnya Yoona
menyampaikan kabar
kehamilannya.

Butuh usaha ekstra darinya untuk


kembali meyakinkan Siwon jika tak ada
yang perlu ditakutkan dari kehamilannya
kali ini.

Hingga kemudian Siwon


luluh, dan mengijinkannya
untuk meneruskan
kehamilannya.

Dan setahun setelah


kelahiran Yoon Jo, Yoona
kembali melahirkan. Bukan
lagi seorang bayi yang
didapatkannya, melainkan
dua bayi sekaligus. Dua
bayi cantik yang langsung
diberi nama Yoon Ji dan
Yoon Mi.

Tiga malaikat kecil kini


menambah keceriaan
keluarganya. Yang juga
menghapuskan jejak kelam
masalalu Siwon dan
keluarganya. Menggantinya
dengan kebahagiaan yang
tiada terkira.

Semoga untuk selamanya…


Semoga Tuhan…

********** The END ***********

Thx~

@joongly

Anda mungkin juga menyukai