***
“mianhae..aku bangun
kesiangan dan sekarang
mobil ku kehabisan
bensin,aku tak melihat ada
pom bensin disekitar sini, jika
tidak keberatan bisakah kau
mengirim seseorang untuk
menjemputku..” Yoona
sedikit takut-takut
menjawabnya.
“tidak… Aku sendiri yg akan
menjemputmu, dimana kau
sekarang?”
“nde..arraso..”
ia kemudian meletakkan
kembali ponselnya dan
mengeluarkan salah satu map
dari dalam tas kerjanya,
untuk mengipasi tubuhnya yg
mulai kepanasan karna AC
mobilnya juga ikut mati, ia
lantas membuka dua kancing
atas kemejanya, berharap
dengan ini bisa mengurangi
rasa panas ditubuhnya
***
Tak sampai 20 menit Siwon
sudah sampai, yoona segera
keluar dari dalam mobilnya
dan berpindah kemobil milik
siwon.
“kemana mobil yg ku
fasilitasi untukmu, kenapa
kau memakai mobil
itu”
“kau ingat?”
“Siwon..”
Menggenggam tangan
yoona,dia menariknya keluar
dari ruangan menuju tempat
parkir mobilnya, ia tak akan
membuat yoona membatalkan
menonton konser malam ini
karna ia tahu yoona sangat
menginginkan nya.
“sesuatu yg menyegarkan,
kurasa aku akan
menghabiskan energi ku
untuk bergoyang dengan
musiknya” tatapan tajam
siwon mengarah padanya.
menghembuskan napasnya
kasar, yoona menyandarkan
bahunya pada sisi bagian
kanan mobil, menatap
punggung siwon menjauh
darinya. “Hai nona..Kau
tak masuk?” dua pria
berjalan menghampirinya.
“tidak trimakasih..”
Oh Yoona sadarlah..
“hai oenni..”
soojung menyerahkan
setangkup roti dengan selai
strowberry didalam nya.
Menghabiskan rotinya, ia
kemudian meneguk segelas
susu yg dituangkan soojung,
dan lantas berdiri menyudahi
sarapan paginya.
“hehee..mianhae oenni,
kemarin aku terburu-buru dan
oenni masih tidur, kupikir
kau tak kekantor jadi aku
pakai mobil itu, karna aku
lupa mengisi bensin”
Oh baguslah…
Batinnya kembali
meneriakkan protes pada
pemikiran nya.
sebenarnya ia bisa
mendapatkan seorang
personal trainer sebagai
pelatihnya, namun praktis
semenjak siwon berada
ditempat ini, ia tak bisa lagi
mendapatkan nya. dia
melarangnya…
well siwon sendiri yg
akhirnya menjadi pelatih
untuk nya,mengajari nya
bagaimana cara yg benar
untuk membentuk otot
tubuhnya, tapi yoona tak
tertarik memiliki tubuh
berotot, ia hanya
menginginkan mendapatkan
tubuh kencang tanpa lemak
pengganggu. ***
Sudah cukup banyak ia
merasa telah membakar
kalorinya, dan siwon juga
sudah terlebih dulu
meninggal kan tempat ini,
yoona lantas mandi dan
mengganti pakaian nya
dengan pakaian kerja
memoles wajahnya dengan
sedikit makeup juga memakai
perona pipi, dan menata
rambutnya. selesai…
Siap untuk menyibukkan diri
dengan pekerjaan hari ini.
“hai noona..”
“MWO…bekerja?
Bagaimana dengan
kuliahmu?”
“tenanglah noona, aku bisa
mengatasi kuliahku, lagi pula
aku sudah mendapatkan ijin
dari kakek”
“selesaikan dulu
kuliahmu,kalau kau ingin aku
memberimu pekerjaan disini”
“tapi hyung..”
“yak hyung..jangan
meremehkanku, aku bisa
belajar dengan cepat dan lagi
aku punya seseorang yg akan
kuminta jadi mentor ku,
Yoona noona dia akan jadi
mentor yg akan menjelaskan
padaku apa saja yg harus
kupelajari dari perusahaan
ini”
“Ok noona”
“ayo keruanganku..”
“mana yoona?”
Kejutan?
***
Yoona terburu-buru
melangkah dilobi hendak
memasuki lift
lankahnya terhenti
melihat wanita muda itu
merengek pada seorang
security, meminta masuk
itu pasti salah satu wanita
siwon..
Ya Tuhan..
Siwon..
Tuhan please..
“nde..?”
ia mendongak menatap
siwon.. Lega, dia sudah
mengubah ekspresi
wajahnya, ia tak melihat lagi
ada kemarahan dari wajah
siwon betapa pintarnya pria
ini mengontrol dirinya.
“lakukan pekerjaan mu
yoona, aku butuh beberapa
laporan darimu”
“It’s ok noona”
***
menit-menit menjengkelkan
bagi yoona akhirnya berakhir
saat beberapa orang rekan
bisnis siwon saling melempar
senyum sambil berjabat
tangan dan akhirnya keluar
meninggalkan ruangan,
menyisakan siwon dan yoona
hanya berdua didalam nya.
ia berusaha setenang
mungkin, meski sulit ketika
wangi parfum yg bercampur
aroma alami tubuh siwon
begitu mengacaukan otaknya.
siwon kembali
menggelengkan kepalanya
“mianhae”
Wow…
Ini kejutan..
Yoona menyeringai tak yakin
dengan kesediaan siwon atas
undangan nya
“baiklah..akan kusiapkan
kursi Vip untukmu”
***
Well…
“namanya Kibum,
sebenarnya aku tak secara
khusus mendaftar untuk
kompetisi, masalahnya
partner nya mengalami
cedera kaki dan pelatihku
meminta agar aku
membantunya,jadi aku
melakukan nya”
Wow…
yoona mendadak
menghentikan ucapan nya,
dia hampir saja mengatakan
fakta bahwa dirinya selalu
saja dilanda perasaan gugup
ketika dia berhadapan dengan
siwon, dia adalah kelemahan
nya Siwon terlihat tak terlalu
senang saat yoona kemudian
menatapnya, membuatnya
membutuhkan beberapa detik
untuk kembali berbicara
Astaga…
Sial..!!
Oh astaga..
***
“Chukaeo.. Yoona”
“sooyoung trimakasih..”
“Pertunjukan yg
menakjubkan Im Yoona..”
“Siwon..perilakumu yg
seperti ini benar-benar tak
bisa ku terima, kenapa kau
tak bisa menguasai dirimu,
aku bukan anak kecil dan aku
tak suka dengan penilaian mu
padaku tadi, kau tak berhak
menilaiku seperti itu, Kau
bukan Ayahku..”
Sesampainya diapartemen
yoona langsung masuk
kedalam kamar mandi, butuh
sekitar 15 menit untuknya
menyegarkan tubuhnya.
“Hai”
“Oh,trimakasih..ini gaun
lama ku” Siwon tertawa dan
yoona merasa senang
melihatnya, siwon telah
kembali menjadi dirinya
sendiri sangat menawan…
***
Perjalanan menuju cafe yg
telah mereka pesan terasa
menyenangkan dengan canda
dari soojung dan sulli yg
ternyata tadi menunggu
mereka dimobil.
“Apa?”
“Minho.. jangan
macammacam!!” “sekedar
menguji adrenalin Hyung..tak
masalah bukan?”
Sulli merengek…
***
“anio..kecuali ketempat
minho oppa dan soojung
pergi, hanya tempat itu yg
ingin kudatangi sekarang”
bersedekap, sulli
memalingkan wajahnya
menatap keluar kearah situasi
ramai jalan raya yg penuh
dengan kendaraan lainnya
Yoona menyentuh lengan
siwon memberinya kode
untuk bicara
“waeyo?”
“Oppa…”
“ne..”
Yoona menggeleng-geleng
kan kepalanya heran dengan
hubungan persaudaraan
diantara keluarga ini, terlihat
akrab namun juga penuh
dengan ketegangan,
benarbenar aneh. ***
Benarkah?
Oh astaga..
Yoona sudah
mempertimbangkan untuk
mengatakan tidak, tapi jelas
ia juga tak ingin menarik
perhatian siwon, karna pada
kenyataannya ia gugup
memikirkan bagaimana
tangan siwon akan
menyentuhnya ragu, ia
mengayunkan kakinya naik
kepangkuan siwon, dan
menunggu akan apa yg terjadi
pada dirinya sendiri…
***
Yoona bersandar pada lengan
sofa,sementara kakinya
berada dipangkuan siwon.
Wow…
Sial…
Yoona memejamkan
matanya, mencoba untuk
mencerna apa yg terjadi
dengan reaksi siwon seperti
itu.
apakah dia juga merasakan
apapun itu yg yoona rasakan
sekarang? Ketika menyadari
siwon kembali menggosok
telapak kakinya, yoona tak
bisa lagi menahan nya, ia
mengerang dan matanya
seketika terbuka bertemu
langsung dengan tatapan
panas milik siwon. Yoona
terkejut saat kemudian siwon
menggenggam kedua
pergelangan kakinya,
Menyentak tubuhnya menjadi
lebih dekat pada siwon.
Akhirnya…
Siwon telah
merencanakannya..
Mengajaknya nonton
dirumahnya? hanya
berdua..
Memberinya wine? Dan
sentuhan-sentuhan pada
kakinya? Siwon pasti sengaja
merangsangnya.. Siwon
melakukannya setelah apa yg
yoona lakukan pada
kompetisi dansa itu?
Astaga…
Tidak…
“brengsek..”
Yoona membersihkan
dirinya, memakai pakaian nya
kemudian keluar dari kamar
mandi.
Dengan langkah pelan agar
tak membuat siwon
terbangun, ia berjalan kearah
pintu kamar, keluar dari
kamar siwon ia meraih salah
satu kunci mobil dari
gantungan, segera menuju ke
garasi rumah siwon Sebuah
SUV milik siwon yg yoona
kendarai akhirnya keluar
dari garasi, seorang penjaga
rumah membukakan pintu
pagar untuk yoona dan segera
ia memacu kecepatan mobil
itu meninggalkan rumah
siwon. ***
Jam dua dinihari tepatnya
saat yoona akhirnya sampai
ke apartemen nya. sebelum ia
masuk kekamarnya, ia
menyempatkan melongok
kamar soojung, untuk
memastikan soojung pulang
dalam keadaan baik-baik saja,
tidak seperti dirinya.. Ya
dirinya..
Siwon…
“MWO..”
Soojung mulai
mengkhawatirkan ekspresi
diwajah yoona, kadang-
kadang yoona menjadi lupa
jika soojung sangat
memperhatikan segalanya, ia
lantas mendesak soojung
untuk menjawab, berharap
agar soojung tak
menempatkan dugaan dalam
pemikiran nya lebih lanjut
lagi.
Sayang…
“Siwon..entahlah kau
mungkin menyakitiku, dan
kita sama-sama sadar bahwa
yg terjadi semalam adalah
sebuah kesalahan”
Ya takut..
Siwon bukan tidak mau
berkomitmen, tapi dia takut
untuk berkomitmen.
Ya Tuhan…
Siwon melepaskan
pelukannya, menangkup
wajah yoona menatap
matanya dalam, ada gairah
didalam nya ketika dengan
cepat ia sudah mengambil
bibir yoona dan melumatnya.
***
“kalian terlambat?”
“hai soo..masuklah”
“apa yg terjadi?”
Yoona menghentikan
kalimatnya, tak mungkin ia
mengatakan apa yg sudah
terjadi antara dirinya dan
siwon.
“dan apa?”
lanjutnya memberi
penjelasan, ia tak berbohong
untuk itu.
awalnya Yoona memang
mengira setelah apa yg terjadi
diantara keduanya, mereka
akan menjadi canggung, tapi
ternyata itu tidak terjadi.
fakta bahwa ia dan siwon
telah dekat dan berteman
tidak berubah, keduanya tetap
seperti biasanya, bisa
membahas hal apapun berdua
dan itu cukup membuat
yoona merasa lega.
Sooyoung meletakkan
beberapa map keatas meja
kerja yoona “kenapa tak
kau saja yg menyerahkan
nya?”
“oppa bilang sekalian ada yg
akan dia bicarakan dengan
mu”
Sooyoung meninggalkan
ruangan nya, yoona pun
keluar membawa map yg
diberikan soo dan langsung
menuju ruangan siwon.
“kemarilah yoona..”
“MWO..”
“aishh..jangan konyol”
“si won…”
Yoona menyentakkan
tubuhnya, dan berdiri dari
pangkuan siwon.
Yeah…
Kata-kata siwon
mengirimkan gelenyar panas
ketubuh yoona buru-buru ia
menjauh dan mendekat
kearah pintu.
***
“Oenni ya..”
“beberapa mahasiswa yg
lain..”
Yoona menghembuskan
napas pelan, mungkin kali ini
ia belum berhasil
“sudah kalian menurut saja
pada Siwon, daripada
membuang energi untuk
melawan nya, Minho.. Cepat
putar film nya”
“chagiya waeyo?”
***
“Soojung ah..ponselku
tertinggal,kau tunggu
sebentar aku akan
mengambilnya”
“ne oenni..cepatlah”
***
‘Yoona.. Sial sayang dimana
kau? Ini sudah dua jam sejak
kau keluar dari rumahku’
Oh astaga…
Yoona tersenyum
membayangkan kegilaan yg
mungkin dialami siwon.
Oh…
benar-benar berlebihan…
‘trimakasih untuk
mengkhawatirkan aku bos..
Dan… aku mencintaimu’
“hai.. Yoona”
“kibum ssi..”
membuka kulkas, ia
mengambil sereal dan sebotol
susu dari dalam nya,
kemudian menuang nya
kedalam mangkuk yg tak
terlalu besar dan mulai
memasukkan kedalam
mulutnya.
Belum selesai ia
menghabiskan serealnya, bel
apartemen nya berbunyi,
yoona segera meninggalkan
dapur untuk membukanya.
“Hai..”
“Oh..nde..masuklah”
“menjemput mu”
“menjemput ku?”
Yoona menghembuskan
napas lega saat siwon keluar
dari kamarnya, ia pun
langsung meneruskan apa yg
tadi dilakukan siwon,
menambahkan apa yg ia rasa
perlu dan akan dibutuhkan
nya selama berada dirumah
siwon. ***
Yoona memperhatikan
langkah siwon yg tertuju
kearah kamarnya.
Oh astaga..
“gomawo..”
***
“Siwon.. Siwon..”
Oh astaga..
Apa yg dimimpikan siwon??
Sekali lagi yoona
mengguncang tubuh siwon
lebih kencang dibanding
sebelum nya
“aku..tadi aku..”
menghampiri siwon, ia
memeluk tubuhnya dari
belakang.
“aku mencintaimu..aku
mencintaimu siwon..”
Oh..
Pria ini sudah kembali
dengan senyum menawan
nya.. Berbeda jauh dengan
semalam yg terkesan gelap,
dingin dan tak mudah
tersentuh.
Yoona benar-benar
berantakan saat ini.
“euh..ne”
“sangat menyenangkan
melihatmu baru bangun tidur
seperti ini”
Oh…
“siwon..jangan bercanda”
“sungguh..kau memang
terlihat cantik yoona, dan
gadis cantik ini adalah
milikku..”
Yoona mengerucutkan
bibirnya kesal dan kembali
menikmati secangkir kopi
ditangan nya.
Ya Tuhan..
batinnya terus
mengolokolok dirinya, tapi
sekali lagi yoona tak
perduli, bukankah tidak ada
yg tak mungkin didunia ini?
Ia hanya perlu meyakini
itu.. ***
“ayo berangkat..”
“tunggu dulu..”
“waeyo?”
Oh astaga… Rambut?
Jadi itu karna masalah
rambut? Apa yg salah dengan
menggerai rambutnya?
Siwon menunjukan
seringainya, ia lantas masuk
kekamar mandi dan kembali
keluar dengan sebuah
pengikat rambut milik yoona
yg ia temukan disana.
“kemarilah..aku akan
mengurus rambutmu, dan
mengajarimu sejauh mana
kau bisa menjadi cantik diluar
sana”
“Yoona tunggu..”
“apa?”
“apa? Katakanlah..”
“aku..aku…”
Yoona sudah mengantisipasi
apa yg mungkin akan
dikatakan siwon?
“aku…” well…
“sudahlah..ayo berangkat”
dan pada akhirnya baik siwon
maupun yoona melupakan
pembicaraan mereka
sebelumnya.
***
“Si won…”
“tapi kenapa..?”
“si won..”
begitu melihat yoona keluar
dari kamar mandi, siwon
langsung mengangkat
tangannya yg memegang
ponsel yoona, melambaikan
kearahnya.
Astaga..
Apa kibum menelpon nya?
“Yoona..”
mengambil napas
dalamdalam dengan cepat
yoona memakai pakaian nya,
lalu memasukkan pakaian
dan barang- barang lain
miliknya kedalam tas, dan
setelah memastikan
semuanya telah ia bereskan
yoona keluar dari kamar.
membawanya kedalam
pelukan, minho kemudian
memberikan ciuman cepat
dipipinya dan terkejut ketika
siwon berteriak.
Sial…
Tidak….
Tentu tidak…
sepertinya migrain
menyerangnya dan kali ini
salah satu yg bisa dikatakan
paling mengerikan dari
semua yg pernah ia rasakan.
“Terserah kau”
“Yoona,aku membawakan
mu bantalan leher yg sudah
kuhangatkan, aku akan
pasangkan padamu”
Oh..
mengapa ia bisa lupa untuk menggunakan itu..
“Yoona..jangan mengusirku,
aku ingin melihatmu kembali
baik, dapatkah kau bertahan
selama aku berada disini?”
Oh..
“kibum ssi..”
“ne..aku menunggumu”
dan apa yg
yoona rasakan?
Haruskah ia mengatakan
semuanya sekarang..??
Tidak…
***
Ya Tuhan…
Apa yg baru saja siwon
katakan? Apa dia sedang
berpikir yoona mau
menyenangkan nya?
“Siwon..setidaknya untuk
sementara kita perlu
menghindari menghabiskan
waktu berdua”
“Yoona..tidakkah kau
memaafkanku? Aku masih
sahabatmu kan? Dan aku
merindukan mu..”
“ketempat yg menyenangkan,
klub”
“hai..”
Akhirnya ia memutuskan
kembali kemeja untuk
terlebih dulu meminum
segelas air.
Namun yg terjadi kemudian
adalah perasaan siaga yg tiba-
tiba muncul, ia merasa
tersandung dan limbung
melihat siwon duduk didepan
sebuah meja dengan seorang
wanita, pirang yg seksi.
Ya Tuhan…
Sudah berapa lama minho
mengawasinya? Yoona jelas
sedang tidak menutupi sakit
hatinya melihat siwon
bersama wanita lain didepan
matanya.
Oh astaga…
Menggelengkan kepalanya
frustasi. Minho menggandeng
tangan yoona kembali ke
keramaian klub, dan pada
saat itu yoona merasa dirinya
benar- benar terjebak.
Menyapa siwon??
Persetan…
***
“Minho..apa yg terjadi?
Jangan kira aku tak tahu, kau
juga jenis pria yg sama
seperti siwon, kau juga tak
bisa berkomitmen, apa yg
terjadi pada kalian berdua?
Mengapa kalian tak percaya
akan suatu hubungan?”
Oh…
Satu rahasia terbuka dan
yoona tak pernah menduga
ada fakta seperti itu.
Ya Tuhan…
Yoona jelas masih belum mengerti dan hanya bisa menunggu minho
meneruskan critanya.
Tercekat…
Yoona merasa asupan
oksigen nya berkurang saat
ini.
“lalu?”
Ya Tuhan…
“aku tak tahu apa yg terjadi setelah itu karna aku tak sadarkan
diri selama beberapa hari, dan saat aku sadar siwon hyung
satusatunya yg ada disampingku, dia menjaga dan memberi
perlindungan padaku.. dan sejak saat itu hyung tak lagi
membenciku, hyung menyayangiku dan sulli.. Tapi kata- kata
ayah yg diucapkan didepanku dan hyung masih terus melekat
hingga sekarang, jika hidup kami hanyalah sekedar tubuh rusak
yg akan menjadi perusak karna darah ayah telah mengalir
ditubuh kami, itulah mengapa aku dan hyung tak bisa
berkomitmen,kami takut hal yg sama terulang..” Oh Tuhan..
Tidak…
“tidak minho..tidak,
kalian…”
Ya Tuhan..
“molla..”
“bagaimana denganmu?”
“satu-satunya yg menjadi
masalah adalah bahwa kalian
telah termakan omong
kosong yg ayahmu katakan,
Dia memperparah
dosadosanya diakhir dengan
kalimat yg mendoktrinasi
kalian”
“tapi noona..”
“noona..”
“MWO..”
“trimakasih noona..”
“Brengsek! MENGAPA?
Mengapa kau lakukan ini
padaku?”
“Apa sebenarnya
masalahmu?”
mendengar pertanyaannya,
siwon makin menatapnya
penuh kemarahan.
Menggeram dalam
kemarahan, minho
mendorong yoona
menyingkir dan langsung
melayangkan pukulan
kewajah siwon.
Minho menggaruk
tengkuknya sambil tersenyum
geli karna ulahnya yg sengaja
tak memberitahu yoona.
Dan sayangnya…
Sangat intens..
Keduanya bahkan tak bisa berhenti untuk saling menyentuh satu sama
lain.
***
Ya Tuhan…
Apa yg akan ia lakukan?
siwon mencoba
untuk berbicara
namun yoona
menghentikanny
a
Ya Tuhan…
“Oh oppa”
“soojung ah..Oenni..”
Yoona mengangguk,
membiarkan soojung tahu
semuanya, ia menghabiskan
lebih dari duapuluh menit
untuk menceritakan segala
sesuatu yg terjadi, tak ada yg
terlewat, bahkan fakta bahwa
ia telah jatuh cinta pada
siwon.
“ne..oenni, berhati-hatilah
dan bersenang-senanglah,
lantas kembali dengan
keceriaanmu.. secepatnya
telpon aku”
“Apa yg terjadi?
Bagaimana Yoona pergi
tanpa seorangpun tahu
tujuannya..”
“ponselnya dimatikan..”
***
Astaga…
Saat itu juga Yoona langsung
mengubah posisinya menjadi
duduk dan kemudian
menekan kontak atas nama
soojung dari ponselnya.
ia mulai berdiri
mondarmandir karena panik,
belum pernah sebelumnya ia
mendengar soojung seperti
itu semenjak orangtuanya
meninggal.
“Tidak! Jangan
memberitahunya, jangan
membuat ini menjadi sulit
untukku, minho jebal”
“soojung.. Matikan
telponnya dan hapuslah
caller ID pada ponselmu,
jika siwon bertanya katakan
kau tak tahu aku berada
dimana, berbohonglah
untukku.. Aku akan
menelponmu lagi besok, jaga
dirimu sayang” “aku
mengerti oenni..”
Memejamkan mata, ia
meringkuk diatas tempat tidur
memeluk bantal dan
menyerah pada airmata yg
kembali menetas ketika ia
mengulang mendengar
pesannya.
Membayangkan ia akan
berjalan menuju altar
berkeluarga bersama dalam
cinta, ia ingin saat bangun
bisa melihat wajahnya setiap
hari, tertawa bersama,
menangis dengannya,
mencintai dan mendukungnya
disituasi apapun, Dia dan
hanya Dia untuknya.
“Oh..”
Menutup mulutnya ia
tersadar karna semua terasa
jelas sekarang, tanda- tanda
telah ada selama ini
Mengapa ia tak menyadari
itu sebelumnya?
***
Beberapa jam berikutnya
yoona telah tiba di Seoul, ia
tak langsung pulang
keapartemen nya melainkan
pergi kesalah satu mall disana
dan menghabiskan beberapa
jam berikutnya dengan
berbelanja habis- habisan, ia
memulai dengan membeli
heels, pakaian kerja baru,
beberapa mini dress dan rok
pendek, tidak terlalu pendek
memang tapi ia memastikan
semua itu akan menarik
perhatian siwon.
Astaga…
“bagus oenni..aku
mendukungmu, jadi apa yg
sudah kau rencanakan?”
“aigoo.. Mengagumkan
oenni, aku tak bisa
bayangkan saat siwon oppa
tak berkedip menatapmu,
oenni luar biasa.. Inilah oenni
ku yg tak mudah menyerah
untuk hal apapun”
***
Ia gugup..
Memasuki ruangannya, ia
memeriksa beberapa email yg
masuk kemudian membuat
beberapa catatat sebelum
akhirnya ia memutuskan
keluar dari ruangannya untuk
menyusuri lorong menuju
ruangan siwon.
Berdiri siwon
menghampirinya dan
mencoba meraih yoona ke
pelukannya, namun yoona
mengambil langkah mundur
sebelum siwon bisa
meraihnya. “jangan..”
“yoona aku..”
Oh…
Astaga….
Gugup?
“Oppa..”
Tersenyum sekaligus
mengangguk yoona
mengiyakan
Minho mengeratkan
pelukannya.
Minho melepaskan
pelukannya, kemudian
menyipitkan mata melihat
penampilan yoona.
mengangkat salah satu tangan
yoona, minho
mengisyaratkan untuk
memutar tubuhnya.
“oppa pasti
membohongimu..”
“MWO.. Takut?”
“ne..”
“entahlah..Awalnya aku
merasa telah selangkah lebih
maju, tapi sikap siwon tadi
memundurkan semua itu”
“Noona..kurasa Kau perlu
bantuanku..” *** Minho
mengatakan dia akan
membantu yoona, dia juga
mengatakan trimakasih nya
karna setelah apa yg
diketahuinya, ia tak berlari
dan justru mau
memperjuangkannya.
melakukannya?” “jadi
padaku?” “bukan
begitu..hanya saja..”
“api? Maksudmu?”
“minho ya..kenapa
membawaku kesini?”
“ne..aku ingat”
***
Astaga…
“baiklah..sampai jumpa!”
“ne..”
“Noona tunggu..”
“wae minho..?”
“kau yg mengemudi”
“kibum ssi”
“astaga..sudah lama aku tak
melihatmu”
Astaga…
“Hentikan kegilaanmu
yg menjengkelkan dari
hadapanku.. Sekarang
Yoona!!”
Oh..
Akhirnya..
dia datang..
Oh..
“Siwon.. Sakit..”
“Lepaskan tangannya
Bodoh..!”
Siwon melepaskan
pergelangan tangan yoona
untuk kemudian
menggunakan tangan nya
untuk melayangkan pukulan
ke wajah kibum.
“astaga..darimana saja
kalian? Mana minho? Ya
Tuhan tolonglah hentikan
mereka..”
“Hyung tenang..tenanglah,
kau membuat yoona noona
ketakutan jika seperti ini”
“oppa..”
“Kau pikir aku akan melakukannya? Kau pikir aku wanita murahan?
Brengsek Kau..!!”
Siwon menegaskan
ucapannya dengan menatap
yoona, seolah itu adalah
pesan khusus untuknya.
Merengut, ia kembali
menatapnya.
“anio..”
Cemberut mendengar
ucapannya, yoona mengamati
siwon membuka pintu
mobilnya.
Aishh…
***
“Apa yg mencakup
‘semuanya’ itu? Kukira kau
hanya marah karna kibum
memelukku tadi”
“MWO.. Mengacuhkanmu?
Kau pikir aku melakukan itu
padamu?”
Well…
Kau memang melakukannya
yoona, bukankah
mengacuhkan nya adalah
bagian dari rencanamu
untuk menarik
perhatiannya? Dan kini kau
justru mengingkari hal itu
dihadapannya, Apa kau
sedang mencoba bermain-
main dengannya?
Wow…
Terperinci..!
Oh..
Apalagi yg akan kau mainkan
yoona?
“kembalilah padaku..”
“yoona..darimana kau..”
“Menikahlah denganku
Yoona.. Aku tak ingin
melihatmu lari dariku, Aku
tak akan sanggup bila kau
menjauh dariku”
Ya Tuhan..
Apa maksudnya? Tidakkah
itu terdengar seperti
keterpaksaan? Mungkinkah
siwon terpaksa memintanya
menikah hanya untuk
mengikatnya?
Tidak.. Tidak..
Bergerak, Ia mendorong dada
siwon, melepaskan pelukan
keduanya.
“tinggalkan aku..”
Batinnya bersembunyi
diruang paling dalam
dihatinya, ngeri setelah
mendengar ucapan yg
bernada kemarahan dari
siwon.
Oh Yoona..
Mengapa kau bisa jatuh cinta
pada pria seperti ini?
Batinnya kembali
bersembunyi setelah
mengajukan pertanyaan yg Ia
sendiri tak mempunyai
jawabannya..
Apa yg membuatnya
mencintai siwon? Bagaimana
pria pemarah, posesif dan
juga semaunya sendiri itu
begitu menarik hatinya..
Yoona jelas tak punya
jawaban untuk itu.
“Menikahlah denganku Im
Yoona..”
Oh…
“Siwon..”
Batinnya berjingkat
mengantisipasi jawaban apa
yg akan diberikan yoona
disaat siwon tengah
mengeluarkan cincin dari
dalam kotaknya.
Aneh..
Apakah ia merindukan sikap
posesif itu?
“Siwon.. Kau…”
“kau bodoh..”
Menghambur kepelukannya,
Yoona memeluknya erat, lega
karna akhirnya ia mendengar
siwon menyuarakan kalimat
itu padanya.
“emm..tergantung!”
Apa maksudnya?
“tergantung?”
“hm..”
menghembuskan napas
perlahan ia menatap siwon yg
juga tengah menatapnya
penuh ketidak mengertian.
“aku memang menginginkan
kau menyuarakannya, tapi
cinta bukanlah sekedar
pengucapan, dan landasan
sebuah pernikahan bukan
hanya itu”
Oh..
Begitukah?
Astaga…
mengangguk, yoona
akhirnya memberikan
kepastian disertai
senyumnya yg sedikit
mengembang.
Terkejut mendengarnya,
siwon segera memelototinya.
Astaga…
Oh…
“tentu saja..”
Lagi-lagi hanya siwon yg
menanggapi sementara yoona
masih bergelung dengan
pemikiran dan batinnya yg
terus memberontak dengan
penolakan.
Yoona menggelengkan
kepalanya, menolak
perkataan batinnya yg sedari
tadi terus memprotesnya.
“noona gwechana?”
“nde..?”
Minho melepaskan
pelukannya, dia tahu jika
terlalu lama melakukannya,
hyung nya sendiri pasti yg
akan menjauhkannya
“trimakasih minho..”
***
Yoona benar-benar
meneruskan langkahnya, jika
ia bisa membuat siwon untuk
berkomitmen dengan nya,
bukan tidak mungkin ia juga
bisa membuat siwon
menerima kehadiran anak
diantara mereka nantinya.
Tapi untuk saat ini, ia bisa
memahami ketakutan yg
masih siwon rasakan. untuk
itu ia setuju dengan
permintaaan siwon, yg
memintanya mendatangi
salah satu rumah sakit untuk
bertemu dengan dokter yg
akan memasangkan alat
kontrasepsi padanya.
“annyeong haseyo..”
“A pa? Ha..mil??”
Tidak…
Hamil…
“ya..”
Tidak.. Tidak…
Ia mengkonsumsi beberapa
pil waktu itu. Mungkinkah
hal itu bisa merusak janin
nya?
Tiba-tiba yoona mendekap
perutnya, seolah memproteksi
janin dalam perutnya.
Bodoh…
Syukurlah…
Dr.Kim menuntunnya ke
bagian lain dalam
ruanganannya yg berisi
peralatan komputer canggih,
kemudian menarik mesin
ultrasound mendekat, sembari
duduk Dr.Kim memposisikan
layar hingga keduanya dapat
melihat layar itu kini
menyala.
Oh..
Dia pasti bercanda!
“ne..”
Ia menggerutu, ketakukan,
dan mulai melakukan apa yg
Dr.Kim perintahkan.
“disana Nyonya..”
Wow…
Ya Tuhan…
Siwon…
Ia tersadar…
Tidak…
“hai sayang..”
“hai..”
ia menggumam pelan,
kemudian berjalan
melewatinya. “ada
apa?”
Siwon mengikuti
dibelakangnya dan mencoba
melakukan penyelidikan.
Aku hamil..!
“Bagaimana pertemuanmu
dengan Dr.Kim tadi?”
Sial…
“Aku hamil”
“A pa?”
“Aku hamil”
Astaga… Dia
sangat marah..
“maafkan aku”
Ya Tuhan…
Mendorong kursi
dibelakangnya, ia melangkah
meninggalkan ruang makan
sambil terisak… ***
Yoona mengikuti kemana
kakinya ingin melangkah, ia
membuka pintu kamar siwon
kemudian masuk
kedalamnya.
Setelah pembicaraan
pernikahannya, ia memang
terkadang menginap dirumah
siwon untuk membicarakan
sekaligus merancang
pernikahannya.
Ia menggumam pelan
sembari mengelus perutnya.
Ia tahu ini sangat
mengejutkan bagi siwon.
Tapi dia benar-benar
bereaksi berlebihan.
Tidak..
Ia tak boleh berpikir begitu.
Siwon akan kembali. Dia
pasti kembali.
***
‘Dimana Kau?’
Tak ada balasan setelah ia
menunggu lebih dari sepuluh
menit.
Kemana dia?
Siapa yg dia temui? Apa
dia sedang bersama
wanita lain? Pemikiran itu
seakan menohoknya.
“Sialan!”
Oh..
Itu siwon?
Pemandangan yg ia lihat
adalah, Seorang wanita yg
berjalan sempoyongan
memapah tubuh siwon, dua
orang pelayan mencoba
membantu si wanita, namun
dengan tangannya siwon
menghalangi mereka.
“Siwon..”
Ia menatapnya sekilas
kemudian berbalik untuk
mendapati Victoria yg tengah
memperhatikannya.
“trimakasih telah
mengantarkan calon suamiku,
nona…”
“Yoona..”
“kamarnya berputar”
“ayah?”
“kemarilah sayang,
bergabunglah denganku”
Oh sial..
Rasanya jika harus
memilih,yoona akan lebih
memilih siwon yg pemabuk
daripada siwon yg pemarah.
Ketika melakukannya, ia
membiarkan siwon
memegang pergelangan
tangannya.
Yoona menghembuskan
napas pelan, tak yakin jika ia
punya energi lagi untuk
melepaskan pakaiannya lebih
lanjut. Ia lantas menarik
selimut dibawahnya dan
menyelimutinya.
Ia terdiam menatapnya.
Tubuhnya sangat indah
meskipun dia sedang mabuk.
Bibirnya yg indah terbuka,
rambutnya berantakan,
namun wajahnya nampak
rileks.
Dia tampak muda. Ya..
Siwon memang masih
muda. Calon suaminya yg
masih muda, stress, mabuk
dan tidak bahagia.
Sial…
Oh..
Victoria? Pesan yg baru
saja ia baca adalah
darinya? Siapa
sebenarnya wanita itu?
Mengapa siwon dengan
gampangnya menceritakan
masalah pribadi mereka?
Tidak…
“Oh..
Tak ada?”
Untuk memastikannya, ia
membuka semua laci meja,
dan benar pistol itu sudah tak
ada disana.
“Yoona.. Yoona..”
“Yoona..”
“Yoona..”
Berubah menjadi panik,
siwon berlari keluar untuk
bertanya pada para pelayan di
rumahnya.
“Yoona!”
Astaga…
Sial..!
Ya Tuhan…
“ehmm..”
“Yoona!”
Oh..
Sulit untuk menjelaskan
tatapan siwon kali ini.
Apakah dia takut kehilangan dirinya atau justru marah padanya??
“dimana kau?”
“Yoona!”
“Tidak..Pergi kau!”
Oh tidak… Memangnya
dimana kau sedang berada?
Ini rumahnya! Jelas Dia
tak akan pergi.. Kau lah yg
seharusnya pergi..
Batinnya mengingatkan.
“Terserah kau!”
“menurutmu apa?”
Oh…
Wanita itu tahu semua
tentang siwon, termasuk
masalalunya? Kenyataan itu
semakin memukulnya. Dia
jelas bukan sekedar teman
untuk siwon.
“jangan menyentuhku!”
Oh..
Hentikan yoona!
Kau pun mulai berlebihan.
Tidakkah kau lihat
keseriusannya? Kurasa dia
berkata yg sebenarnya..
Batinnya mencoba
menenangkan, ketika emosi
yg didasari kecemburuannya
kian menang.
Siwon membeku,
mengarahkan tatapan kosong
pada yoona.
Oh tidak…
Oh titik kecil…
Yoona terengah-engah
dengan rentetan kalimat nya
sendiri, sementara siwon
seperti kehilangan kata-kata,
dia hanya mampu menatap
yoona dengan rasa perih
dihatinya.
“tapi Tuan..”
“baiklah..saya mengerti”
“mencarimu..awalnya aku
ingin meminta bantuan
mereka untuk mencarimu.
Oh..
Astaga..
Ia bahkan belum menghilang
selama dua puluh empat jam.
Bagaimana bisa siwon
bahkan telah melapor pada
polisi.
Benar-benar pria penakut!
Batinnya menggumam
keheranan.
“aku bukanlah berlebihan yoona. Dan tidak ada yang berlebihan jika
itu tentang mu.. Aku membutuhkanmu yoona”
Oh Tuhan…
***
“noona gwechana?”
Oh..
Minho, haruskah aku
mengatakan padamu. Aku
hamil dan kakak mu itu tak
menginginkan bayi ini…
Yoona bertanya dalam
hatinya sendiri..
“Aigoo.. Noona, apa kau
merindukan hyung? Kau
terlihat sedih”
Minho mengedikan mata
berusaha untuk
menggodanya.
***
Tak ada ruginya bagi kita hanya karna satu proyek gagal kita
dapatkan”
“maksudmu?”
“kenapa dia?”
***
bergelung dengan
perasaannya sendiri, yoona
sampai tak menyadari
soojung telah masuk kedalam
apartemen.
Sementara soojung
meletakkan tas dan beberapa
perlengkapan kuliahnya,
yoona buru-buru menghapus
airmatanya.
“tidak..tidak apa-apa”
“Oh Soojung..”
“MWO.. Oenni, apa yang kau bicarakan?” “Aku tak tahu soojung ah..
Aku benar- benar menjadi tak yakin dengan semua ini”
“MWOO…”
“trimakasih sayang..tapi
oenni masih cukup mampu
menghadapinya”
“Oenni..tapi kau tadi
mengatakan kau mulai tak
yakin”
“hm..”
“titik kecil?”
“terimakasih sayang..”
***
“huek..huekk”
“oenni ya gwechana?”
“baiklah.. Akan
menyenangkan pergi
denganmu, kajja” ***
“baiklah..”
“Okey..”
“noona..gwechana?”
“Oh Minho..”
“astaga Yoona..apa
yg terjadi? Belum apa-apa
tapi dia sudah
membahayakanmu”
“siwon..apa maksudmu?”
Astaga…
Oh..
Apakah siwon nya telah
kembali? Posesif dan
berlebih-lebihan padanya..
Oh yoona..
Kau sepertinya salah bicara.
Batinnya kembali
mengantisipasi reaksi apalagi
yg akan ditunjukan pria itu
dihadapannya.
“Siwon..”
“tapi noona..”
“Oenni..”
“euh..ne oenni..annyeong
minho oppa”
“berhati-hatilah”
***
“ne..”
“yoboseyo..”
***
Oh…
Kandungannya?
Tidak.. Tidak…
Ya Tuhan…
“nde..?”
***
Soojung memberikan
laporan pribadinya diselasela
pembicaraan Dr.Kim dan
yoona.
“ne..”
“Yoona!”
Wow…
Kau datang sangat cepat
oppa. Soojung menggumam
dalam hati sambil
memperhatikan siwon yg
masih mencoba mengatur
napasnya.
Siwon terengah-engah
membuat soojung sangat
yakin dia telah berlari
sepanjang menuju ruangan
Dr.Kim.
“Yoona!”
Dr.Kim mengangguk
mengerti dan
mempersilahkan suster tadi
untuk pergi.
“Ya Tuhan..”
Masih tersimpan
kekhawatiran ketika siwon
mengungkapkan hal itu.
“soojung?”
Ia kemudian melepaskan
pelukan siwon untuk menatap
penuh tanya pada sang adik.
“Soojung ah..apa yg sudah
kau lakukan?”
“aniyo..aku hanya
menghubungi siwon oppa,
dan memainkan sedikit peran
untuk membantu oppa”
“Si won”
“Siwon..”
Dr.Kim tersenyum
melihatnya kemudian
mengarahkan alat USG
keperut yoona.
Ya Tuhan…
Ya Tuhan…
Tidak, tidak…
Tidak…
“tidak yoona..tidak..”
Siwon membalikkan
tubuhnya, menatap yoona
dengan tatapan sendu penuh
kepahitan.
“tidak yoona!”
“Si won..”
Akibatnya ia terpeleset,
tubuhnya terjatuh dan
seketika rasa nyeri ia rasakan
pada perutnya. “awhh..”
Mengabaikan nyeri
diperutnya, ia lebih merasa
ngeri melihat darah yang
mengalir dari
selangkangannya. Tidak…
Titik kecilnya…
“awhh.. Si won..”
“Oh Tuhan.. Maafkan saya
Ny.. saya tak tahu anda akan
melewatinya”
“dokter.. Tolonglah!”
Siwon langsung
membaringkan tubuh yoona
agar dokter segera
menanganinya.
***
Tigapuluh menit berlalu ketika Dr.Kim
akhirnya keluar dari ruangannya dan
langsung diberondong oleh pertanyaan-
pertanyaan bernada memaksa dari siwon
maupun soojung, agar sang dokter
secepatnya memberikan jawaban dan
kepastian tentang kondisi yoona saat ini.
“Tenanglah.. Semuanya
baik.. kakak anda soojung
ssi, dan calon istri anda
Tn.Choi hanya mengalami
sedikit pendarahan,
selebihnya tidak ada yang
perlu dikhawatirkan”
“benarkah?”
***
“Sayang..bangunlah..”
“ya sayang..iya”
Yoona meneteskan
airmatanya, lega karna
sebelumnya ia sempat
ketakutan akan kehilangan
titik kecilnya.
Tangannya kian
menggenggam erat tangan
yoona.
“Kau percaya padaku kan?”
“Saranghaeyo Yoona..”
Yoona telah
membuktikannya, Ia
meyakini cintanya dan
juga berusaha
mewujudkan keyakinan
cintanya pada siwon. Kini
ia telah mendapatkannya.
Keyakinan dan usaha
untuk mendapatkannya
telah berbuah
kebahagiaan yg akan
terus ia pertahankan
selamanya~~
Astaga…
Apa pria ini tak akan bosan
untuk mempermainkan
bibirnya…?
Sebelum meninggalkan
yoona untuk masuk kekamar
mandi, siwon terlebih dulu
membelai pipi yoona,
membisikkan kata-kata cinta
yang membuat sekujur tubuh
yoona merinding karna suka
cita.
Oh…
Istri mana yang takkan
bahagia dan rela
menyerahkan apapun yang
dipunyanya untuk sang suami
bila dirinya diperlakukan
dengan sedemikian berharga.
“sayang.. Kau
mendengarku?”
Oh…
Benar-benar aneh. Haruskah
sebuah warna handuk
menjadi masalah? Batinnya
mengetukngetukkan kaki
dan menyipitkan mata
seolah sedang berpikir.
***
“ancamanmu sungguh
menakutkan sayang.. Baiklah
aku akan berangkat, kau tetap
dirumah dan jangan
melakukan hal yabg
membuatmu lelah” Ucap
siwon penuh dengan nada
protectif yang sama.
Setelahnya ia memberikan
kecupan diberbagai bagian
wajahnya. Tak lupa pelukan
erat pada tubuhnya yang
seolah mengatakan dirinya
tak ingin sedetikpun
berjauhan dari yoona.
“siwon..”
“hmm..”
Hei…
dia hanya seorang bayi. Janin
yang bahkan masih berada
dalam perut ibunya. Batinnya
berdecak heran sambil
menggelengkan kepalanya.
“siwon..”
“ap-pa?”
“ya.. Ap-pa”
Astaga…
“ya..”
Well…
Yoona memang
mengatannya. Tapi bukan
seperti itu. Ia sama sekali tak
bermaksud menutup
kemungkinan bayi mereka
akan terlahir sebagai seorang
laki-laki. Ia hanya mencoba
membuka pikiran siwon dari
ketakutannya kala itu, dengan
mengatakan bayi mereka bisa
saja seorang perempuan
seperti dirinya.
Oh Tuhan..
Mengapa jadi seperti ini?
Mendadak ia merasakan
kecemasan merasuki hati dan
pikirannya.
“Aku yg akan
mengantarmu..” ***
Yoona tengah bersiap
dikamarnya. Senang akhirnya
setelah terlebih dulu
menyelesaikan pekerjaan
dikantornya, siwon akan
mengantarnya menjalani
pemeriksaan rutin
kehamilannya.
Seorang pelayan
memberitahu dari balik pintu
kamarnya.
Yoona buru-buru
mengenakan pakaiannya,
menguncir rambutnya dan
memoleskan sedikit bedak
diwajahnya. Ia keluar dari
kamarnya setelah merasa
tampilannya cukup pas.
“Hai.. Minho”
“hai noona.. Sudah siap?”
“tidak juga..”
sekarang?”
“baiklah.. Oh, Minho ya..
Mianhae kami
meninggalkanmu”
“gwechana noona..”
***
Huuh..
Yoona mendesah pasrah.
Menyerah pada kekeras
kepalaan suaminya. Mungkin
hari ini memang bukan
waktunya.
Dr.”
Yoona merasakan
antisipasinya yang luar biasa.
Ia akan segera tahu apakah
bayi dalam kandungannya
adalah seorang laki-laki atau
perempuan. Dan dalam hati
meneriakkan permohonannya
agar bayinya kelak adalah
seorang perempuan.
Oh..
Atas dasar apa ia
melakukannya kalau bukan
karna siwon.
“bayi anda…”
Oh…
Bukan buruk maksudnya.
Hanya saja sikap siwon masih
cenderung kaku, juga takut-
takut pada bayi mereka. Dan
sampai saat ini ia belum
menemukan solusi untuk
mengatasinya. Jika dokter
mengatakan bayinya adalah
laki-laki, maka sudah bisa
dipastikan, ia harus bekerja
ekstra untuk meyakinkan
siwon bahwa bayi mereka
tidaklah akan menjadi seperti
apa yang siwon khawatirkan
dan takutkan.
“A pa ??”
Well..
Bersiap-siap lah menghadapi
suamimu diluar sana yoona.
Batinnya mengingatkan
dengan tangan bertopang
dagu, terduduk lesu di sisi
paling dalam dari dirinya.
“laki-laki?”
Ya Tuhan…
Tidakkah dia tahu.
Menghadapi kehamilan
pertamanya dengan sikap
siwon yang acuh tak acuh
pada bayinya saja sudah
membuatnya hampir gila.
Bagaimana mungkin ia
memikirkan kehamilan ke
dua?
Tidak …
***
Oh..
Yg benar saja. Itu hanya akan
ada dalam mimpimu yoona.
Batinnya mulai berdiri meski
masih dengan gurat kelesuan
diwajahnya.
“hmm..”
“aku akan mengantarmu
pulang dan kembali
kekantor” huuh..
Daripada terus-terusan
bergelung dengan perasaan
was-was, cemas yang
semakin menambah kadar
kegalauan dalam hatinya.
Yoona memutuskan
menyibukkan diri didapur
cantiknya.
“apa..??”
Ya..
Siwon harus bisa menerima.
Akan sampai kapan dia
bersikap seperti itu.
Bukankah dengan kehadiran
bayi laki- laki nantinya akan
bisa mengubah ketakutan
atau bahkan traumanya
dimasa lalu.
Ya..
Dan jika bayi mereka
perempuan pastilah akan
mewarisi semua sifat yoona
dan bukan dirinya. Bayi
mereka pastilah Bukan hanya
sekedar cantik dan menarik
seperti yoona, tapi juga baik,
penyayang, mandiri, pantang
menyerah dan kuat
menghadapi permasalahan
apapun yang menimpanya.
“sayang..?”
“janji?”
Oh Tuhan ku…
Tidak…
baiklah..
Selamat berjuang yoona!
Batinnya meringkuk pasrah
dengan reaksi yang
ditunjukkan siwon. “apa
masalahnya?”
Yoona menghembuskan
napasnya pasrah. Ia telah
membuka semua kancing
kemeja siwon, tapi tak
berhasil menarik lepas dari
tubuhnya. Rupanya
tenaganya sudah tak cukup
kuat untuk melakukan itu.
Namun setidaknya dengan
begitu ia berharap siwon bisa
merasakan tidur dengan
nyaman malam ini. Hingga
esok ketika dia terbangun,
siwon haruslah sudah
menemukan akal sehatnya.
Dan menerima dengan
pemikiran terbuka apa yang
masih ingin dikatakan oleh
yoona tentang bayi mereka.
Yang harusnya bisa
mengubah pandangan negatif
dalam benak siwon akan
hadirnya seorang bayi
lakilaki dalam kehidupan
mereka.
Oh.. Tuhan…
Ia bisa gila bila harus terus
menerus menghadapi
perubahan sikap tak terduga
dari suaminya. Pria itu sama
pandainya ketika sedang
berubah sikap, persis seperti
bunglon yang juga dengan
mudah mengubah warna
kulitnya.
Bagaimanapun siwon
memang telah berhasil
menguasai dirinya
sepenuhnya.
Oh bukan…
Dia bukan titik kecil lagi.
Ia melihat sendiri bagaimana
‘titik kecil’ itu telah
Well..
Cinta memang telah
membutakan mu yoona.
Batinnya mengedikkan mata
tak mencoba lagi
menginterupsi keyakinannya.
Astaga…
Demi Tuhan..
Itu berlebihan.
Siwon tak seharusnya
menjadi setakut itu.
“siwon..”
“gwechana?”
“Yoona..”
Oh..
Ia bahkan bisa merasakan
hatinya ikut teriris saat siwon
menyebut namanya dengan
suara bergetar.
Yoona mengalihkan
tangannya untuk
menggenggam tangan siwon,
pada saat itu siwon langsung
mengeratkan genggaman
tangannya.
Oh..
Sudah kuduga.
“apa?”
“ayahku..” ya..
“siwon..”
“siwon..”
“siwon..”
“Oh.. Tuan sudah pergi Ny..”
“pergi?”
***
Betapa mengesalkannya
pria itu. Seharian siwon
bahkan tak
menghubunginya. Tak
mengirimkan pesan. Tak
memberi perhatian
seperti biasanya.
“kau menolakku?”
Ya Tuhan.. Lagi-lagi
karna bayi dalam perutnya
siwon seperti itu.
Mungkin semakin parah
setengah tahu bayi dalam
perutnya adalah laki-laki.
Oh..
Wanita itu. Jadi siwon
kembali mengadu pada
wanita itu?
Sialan…!
“apa masalahnya?”
Tidak..
Minho tak boleh tahu. Itu
menjadi masalah rumah
tangganya. Urusannya dan
siwon. Sebaiknya tak ada
orang lain yang tahu
sebelum ia bisa
mengatasinya. Sedekat
apapun minho dengannya,
tetaplah harus ada batasan
dimana tak semuanya mesti
ia curhatkan pada minho.
“aigoo..”
Betapapun besarnya
kekesalan itu pada siwon,
nyatanya ia tak bisa begitu
saja mengabaikannya yang
sedang tertidur diatas sofa
dan pasti kedinginan disana.
Kembali yoona
meninggalkannya disana.
Memasuki kamarnya
kemudian menutup rapat dan
mengunci pintunya. Kali ini
ia harus tidur. Benar-benar
tidur walau tanpa siwon
disisinya. ***
“ya..”
“kemana?”
“Yoona! Yoona!”
Yoona benar-benar
mengabaikan suara keras
siwon yang memanggilnya.
tak beranjak.
Oh..
Yoona tak menginginkan hal
semacam ini.
Memalukan..!
Yoona memperingatkan. Ia
tahu siwon selalu
menempatkan seseorang
untuk mengawasinya.
“tidak..”
Oh..
Dasar bodoh!
Siwon menggantungkan
kalimatnya, dan mengganti
dengan kalimat perintah pada
para pelayannya.
Ya…
Dia pasti akan kembali,
pulang untuknya.
***
Yapp..
Dan ia menemukannya.
Rasanya menyenangkan. Ia
tak perlu risau dengan berapa
uang yang akan ia keluarkan.
Tapi… Kemana
Siwon? Dia bahkan
tak mencoba
menghubunginya
… Menyebalkan!
Yoona sudah akan beralih darisana
ketika tiba- tiba pandangan nya
berubah menjadi gelap.
Oh… Apa
yang terjadi?
Apa mungkin..?
“Siwon?”
Oh..
Sial..!!
“Kibum ssi..?”
Sialan…!!!
***
“Kibum ssi..”
“ne..”
“maksudmu?”
Oh…
apa yang sedang dia coba
sampaikan..?
“dimana suamimu?”
Oh..
Aku bahkan tak yakin siwon
akan
“kibum ssi..”
***
Sialan!!
***
Seharusnya tidak..
“Ne.. annyeong…”
“Berhati-hati lah…”
“siwon..?”
***
Oh…
sia-sia saja..
Tadinya ia yang berniat ingin mengabaikan
siwon. Tapi yang terjadi mengapa malah
terbalik. Justru ia yang kini merasa
diabaikan.
Menyebalkan!
“Yoona..!”
Sialan…
” Oh..tolong bawakan
barang-barang itu kekamar
ku”
“APA?”
Polisi?
Penyerangan?
Apa maksudnya?
“Ya..”
Sialan!!
Pria brengsek itu rupanya…
“Tn.Choi.. Melakukan
penyerangan terhadap
seseorang Ny..”
“penyerangan apa
maksudmu?” “seseorang
bernama Kibum melapor
bahwa dirinya diserang
secara tiba- tiba oleh Tn.Choi
Siwon”
“Siapa? Kibum?”
Oh Astaga…
Siwon!!
Dan melakukan
penyerangan… Oh..
Tentu saja. Dia juga suda pernah
melakukan hal yang sama
sebelumnya. Jika yang pertama
yoona bisa memahami siwon
melakukan itu karna kibum
melakukan hal yang
membuatnya merasa tak nyaman.
Tapi kali ini, kibum bahkan
tak berbuat hal buruk
padanya.
Kibum membantunya.
Bisa-bisanya siwon
melakukan hal demikian.
Yoona mengabaikan
kehadiran para polisi disana
dan menarik siwon kembali
masuk kedalam rumah.
“baik Ny..”
***
Sial..!
Ia terlalu ceroboh untuk tak
memikirkan kemungkinan
terekam bukti disana.
“Persetan dengan semua bukti yang dia berikan.. kalian tak bisa
menahanku disini…!”
***
“apa? Mereka
menahan siwon? Kau bilang
akan menghubungi
pengacara
tadi!”
***
“Kibum ssi..”
Astaga..
Siwon benar-benar
keterlaluan!
“tapi siwon…”
“tapi dia begitu karna aku.. Mianhae, aku tak tahu jika dia akan
menyerangmu..”
“apa?”
“kibum ssi..”
syarat?
Syarat apa yang kemudian diinginkan kibum padanya..
“Apa?”
Itu konyol!
“Kibum ssi..”
Tidak…
Setidaknya siwon tak pernah menyakitinya secara
fisik. tapi..
Ya..
Siwon memang terkadang
membuatnya kesal dan ia
merasakan hatinya tersakiti
karnanya.
“Aku bersungguh-sungguh,
siwon tak pernah
menyakitiku. Jadi aku tak
punya alasan untuk tidak
bersamanya. Maafkan aku..”
Tidak mungkin!
Apa maksudnya?
“jadi apa?”
“berkencanlah denganku,
yoona..” “Mwo!”
berkencan??
“bukan benar-benar
berkencan. Sebenarnya
suamimu itu telah
mengacaukan jadwalku. Aku
seharusnya akan pegi keluar
negri dan menetap beberapa
waktu disana..”
“Kau akan pergi?”
***
Sialan!
“darimana kau?”
“aku.. aku hanya..”
“Siwon..dengarkan aku
dulu…”
“Sialan!!”
Astaga..
Bagaimana dia bisa tahu?
“maksudmu?”
“kencan..”
“Brengsek!!”
Bodoh…
Tidak…
Siwon tak bisa marah lagi
padanya. Memangnya siapa
yang memulai dengan
tindakan bodohnya. Jelas
siwon pelakunya.
Jika dia tak menguntitnya.andai siwon tak
melakukan penyerangan pada kibum, ia pun tak
harus mengikuti kemauan pria itu untuk berkencan.
“karna kau..”
“Sialan!”
Demi Tuhan..
Kau salah bicara yoona.
Batinnya mengantisipasi
untuk ledakan kemarahan
siwon selanjutnya.
Ya Tuhan…
***
“Siwon! Jangan
macammacam lagi!”
“menguntit kalian..”
“MWO.. Siwon!”
Yoona memutar matanya
mendengar niatan yang
diucapkan siwon dengan
begitu yakin.
***
“hmm..”
“apa?”
“Owh.. Noona”
“Oenni.. Bagaimana
kandunganmu? Kapan titik
kecil itu lahir? Aku sudah tak
sabar ingin
menggendongnya”
“Menurut Dr.Kim
kemungkinan besar dia
adalah laki-laki”
Menghembuskan napas
perlahan ia kemudian beralih
untuk kembali kekamarnya.
Pada saat ia masuk, hal yang
sudah pasti menjadi pusat
perhatiannya adalah
keberadaan siwon saat itu.
Oh…
Tentu saja itu sangatlah
kontras dengan apa yang
mereka berdua lakukan tak
lama sebelumnya. Ditempat
yang sama namun kini
berbeda. Terasa ada tembok
besar ditengah- tengah mereka
yang memisahkan keduanya.
Ya Tuhan.. Sampai
kapan ia mampu
bertahan?? ***
“Siwon..!”
Yoona terkesiap. Terjaga dari
tidurnya dengan napas yang
tersengal dan perasaan takut
yang kemudian muncul.
Ya Tuhan..
Mimpi?
Jadi itu tadi hanya mimpi? Ia
melihat bagaimana siwon
memegang sebuah pistol
yang diacungkan pada
kepalanya.
Tidak…
Apa Siwon berniat bunuh
diri?
Oh Tuhan..
Ia bersyukur karna itu hanyalah sebuah mimpi
buruknya. tapi selama ini ia jarang mendapatkan
mimpi buruk. apakah itu pengaruh dirinya yang merasa
tertekan oleh keadaan?
“pagi..”
“pagi..”
“Kau tak membangunkanku
untuk menemanimu
sarapan?” “tidak..”
“kenapa?”
Yoona ternganga
mendengarnya.
Apa maksudnya?
Kehilangan selera makan?
Jadi maksudnya siwon
kehilangan selera makan
karna kehadirannya…
Oh..
Yang benar saja.
Apalagi ini? Apalagi
yg sedang dia
mainkan?
“Tak perlu menungguku
malam ini.. Aku ada urusan
diluar kota. Mungkin aku
akan pulang malam”
Oh..
Aku tak perduli.!
***
“ya..tentu saja”
Mungkin tidak…
Saling mengacuhkan?
Memang terdengar
kekanakan. Tapi Siwon
benar-benar keterlaluan tadi.
Kata-kata yang diucapkannya
terasa menyakitkan bila
yoona kembali
mengingatnya.
Ya Tuhan…
Tidak mungkin! Batinnya
menganalisa dan berakhir
dengan kesimpulan yang
menyakitkan.
Pada akhirnya yoona
menyerah pada rasa
kantuknya. Ini sudah lebih
dari jam sepuluh malam, dan
benar, belum ada tanda-tanda
siwon akan pulang.
Oh..
Benar-benar…
Biarkan saja..
Ini memang rumah siwon.
Tapi ia adalah istrinya. Tentu
saja dirinya juga mempunyai
hak terhadap rumah itu. Masa
bodoh dengan
ketersinggungan siwon.
Bukankah dia sendiri yang
memulainya.
Ia benar-benar merasa
kelaparan. Bukan hanya
dirinya pasti, tapi bayi nya
juga merasakan hal yang
sama, setelah kemarin ia
sama sekali tak menyentuh
makanan.
Oh…
Maafkan oemma titik kecil.
Seharusnya kekesalan oemma
pada appa mu tak membuatku
menelantarkan mu.
“ya..” jawabnya
singkat.
“kemana?”
Oh..
Apakah dia benar ingin tahu.
Yoona berusaha
mempertahankan ketenangan
suaranya dan tak terpengaruh
oleh perubahan raut wajah
dan tatapan mata siwon saat
dirinya menyebut nama
kibum.
Astaga… Reaksi
macam apa itu?
Bukankah dia bilang
akan menguntitnya?
Mengapa sekarang
terkesan siwon
merelakannya??
Aishh..
Yang benar saja…
***
Yoona bergegas
menghubungi soojung dan
meminta sang adik untuk
menjemput dan
menemaninya ke butik. Saat
ini satu-satu nya harapan
untuk membunuh kekesalan
dalam hatinya hanyalah
soojung. Adiknya itu pasti
bisa mengubah mood nya
menjadi lebih baik. “hai
oenni..”
“ya..”
“hah? Maksudnya?”
***
Ketika malam setelah ia selesai
melakukan apa yang menjadi
keinginanya untuk dilakukan,
yoona pulang dengan beberapa
paper bag yang kemudian ia
perintahkan beberapa pelayan
untuk memasukkannya kedalam
kamar. Ia merasa terlalu lelah
sekarang.
“ya..”
“Ya.. jika kau keberatan aku tak memaksa.. kita bisa pergi ketempat
yang kau inginkan..”
“berandalan gila!”
Ya Tuhan.. Apa
yang ada dalam
pikirannya??
Gila!!
***
Ya Tuhan…
Ya Tuhan…
Ia bisa saja membuat yoona
terbunuh.
Tidak…
Bukan hanya yoona, tapi juga
bayinya.
Bukan justru
mencelakakannya.
Ataukah.. Ataukah memang
yoona yang tak seharusnya
bersamanya.
Ya Tuhan..
Harus seperti apa sekarang?
***
“Yoona..”
“euh..ne..”
“sesuatu mengganggumu?”
“Oh.. Tidak”
“Kau terlihat murung..”
Oh…
“Kau..”
“Victoria ssi..”
Ya Tuhan..
Bicara apa dia??
***
Tidak mungkin..!!
***
Plakkk~
“Siwon..”
“Siwon..”
Ya Tuhan…
Jadi siwon sudah Benarbenar
tak perduli padanya?
Tidak…
“yoona..gwechana?”
***
“Siwon..!”
Vic berdecak kesal saat
Siwon langsung
meninggalkannya. Siwon
jelas marah karna apa yang
victoria katakan. Dia
sahabatnya. Bagaimana bisa
dia memberikan penilaian
begitu buruk terhadap wanita
yang dicintainya. Yoona
jelas bukan wanita seperti
itu.
***
Yoona tercenung.
Ya..
Itu jugalah yang menjadi ketakutannya saat ini..
“Ya.. trimakasih..”
***
“pergi? Kemana?”
Oh..
Entahlah…
***
Setelah mencurahkan isi
hatinya, Yoona pulang
dimalam hari dengan
diantar oleh soojung.
Sebenarnya soojung sudah
memintanya untuk
menginap saja diapartemen
bersamanya, atau jika
perlu yoona lebih baik
tinggal disana, daripada
terus tertekan saat tinggal
bersama siwon.
Ya Tuhan..
Jangan sampai itu terjadi.
Yeah…
Coba temukan saja keras
kepala dan pantang
menyerah dimanakah
perbedaan nya? Ataukah
keduanya sama? Atau
benar-benar berbeda
makna?
Huuh.. Sebenarnya
pekerjaan macam apa
yang saat ini dia
kerjakan hingga
belakangan membuatnya
terus pulang larut.
Kenapa tak sekalian saja
menginap dikantornya.
“Oh..tidak, trimakasih..
Aku akan ada diruang baca
sambil menunggu siwon”
Namun
nampaknya yoona
tak
memperdulikan
nya. “baiklah
Ny..”
Yoona kemudian menuju
ruang baca atau perpustakan.
Ia ingat semalam sebuah
buku cukup menarik untuk
dipelajarinya dan ia belum
selesai membacanya. Itu
adalah sebuah buku tentang
bagaimana cara orang tua
mendidik buah hatinya.
Yoona menemukannya
terselip ditengah-tengah
buku lainnya. Pasti itu
adalah buku milik ibu
siwon.
Oh..
Betapa malangnya wanita itu.
Yoona mungkin bisa
memahami
rasa tertekannya. Tapi ia
tidak bisa
memahami bagaimana dia
bisa membunuh dirinya
sendiri dan meninggalkan
anakanaknya.
Tidak… Seharusnya ia
mengatakan tidak.
Tapi…
Ya Tuhan…
“mianhae..”
Memposisikan kedua
lengannya ditubuh yoona,
siwon kemudian mengangkat
tubuh itu berniat untuk
memindahkannya kekamar.
Namun sepertinya
pergerakannya tak cukup
halus dan justru membuat
yoona terjaga…
“Siwon…”
Siwon berhenti
melangkah hanya untuk
memastikan apakah hal
yang dilakukannya
telah mengganggu tidur
yoona. Tapi…
Oh..
Rupanya yoona bukannya
terjaga dari tidurnya,
melainkan mengigau
memanggil nama siwon
dalam tidurnya.
Kembali melangkah,
siwon kemudian
keluar dari dalam
ruang perpustakaan
Siwon kemudian
mengulurkan tangannya
untuk menyentuh wajah
yoona,membelainya.
Menyingkirkan helaian halus
rambutnya yang sedikit
menutupi paras cantiknya.
Ya Tuhan…
Nampaknya ia tak
ingin
mengganggu
tidur yoona. ***
Dalam temaram
kamarnya Yoona
tercenung. Ia membuka
kedua matanya setelah
siwon keluar dari kamar.
Ia tak benar-benar tertidur
tadi dan mendengar
semua yang dikatakan
siwon padanya dan pada
titik kecilnya.
Ya Tuhan…
Syukurlah.. Mendadak
yoona merasakan cairan
bening dikedua pipinya.
Ia menangis.. Kali ini
bukanlah tangis
kesedihannya melainkan
tangis keharuan dari
dalam hatinya yang
sekaligus bercampur
dengan perasaan lega
yang menyertainya..
Astaga..
Yoona menyesalkan
pemikirannya untuk
mengikuti saran soojung.
Untuk pergi meninggalkan
siwon. Untunglah ia baru
memikirkannya dan belum
benar-benar melakukannya.
Dengan sikap siwon tadi,
setidaknya
itu
cukup sebagai pembuktian
bahwa siwon masih peduli
padanya. Peduli pada bayi
laki-laki nya dan tetap
mencintainya.
“aku juga
mencintaimu
siwon..sangat
mencintaimu. Aku
akan menunggumu
sampai kau
mengatakannya
langsung padaku..kau
menerimanya.
Menerima
bayi laki-laki kita” ***
Yoona memerintahkan
beberapa pelayan
rumahnya. Karna
beberapa kejadian
kemarin membuatnya tak
sempat menata barang-
barang yang telah ia beli
untuk bayinya.
Ia benar-benar menikmati
hari itu. Menyusun
pakaianpakaian mungil untuk
bayinya adalah salah satu
yang paling dinikmatinya.
“kakek…”
“Kau sedang
menyiapkan kamar untuk
bayimu?”
Yoona mengangguk,
melihat sang kakek yang
kemudian mengamati
keseluruhan kamar itu, yang
masih belum sepenuhnya
rapi.
“nde?”
Yoona mendongak, terkejut
oleh pertanyaan yang
dilontarkan sang kakek
padanya.
Oh.. Sulli..
Apa yang telah
dikatakannya..?
Yoona memperhatikannya.
Menemukan
gurat-gurat kesedihan
diwajah sang kakek.
Melihat garis-garis
keletihan diwajah tua
nya yang mengeriput.
Entah bagaimana
pembicaraan itu
kemudian berlanjut
menjadi kisah yang
panjang. Sang kakek
bercerita bagaimana
kehidupannya diwaktu
dulu.
ya…
siwon mungkin mewarisi kerapuhan itu dari ibunya
Oh..
Inikah maksudnya?
Inikah tujuan sang kakek
mendatanginya? Untuk
menguatkannya…
“trimakasih yoona..senang
bisa bercerita banyak
denganmu..”
“Aku lebih senang karna kakek mau mencariku.. aku janji akan sering
mengunjungi kakek..”
“Ya.. kau harus melakukan itu. Aku sangat kesepian dan akan senang
jika kau datang kerumahku..”
“Aku juga akan sering membawa bayiku jika dia sudah lahir nanti..”
***
“aku merindukanmu
sayang..”
Oh..
Siwon??
Oh tidak..
Siwon…
“siwon..”
“siwon..”
Oh Tuhan..
Siwonnya telah kembali? Dan
kali ini dia harus benar-benar
kembali padanya.
Ia menangis.. Menangis
untuk bahagia yang sedang
membuncah saat ini.
“maafkan aku..aku
benar-benar minta
maaf sayang..maaf..”
Yoona mengeratkan
pelukannya. Benar-benar
erat hingga tak perduli
dengan ganjalan
diperutnya, dan juga siwon
yang mungkin kesulitan
untuk bernapas.
“Aku mencintaimu..Aku
percaya padamu. Harusnya
kau bisa berlaku sama
sepertiku..”
butuhkan. Aku
percaya padamu..”
Yoona melepaskan
pelukannya. Keduanya duduk
diatas tempat tidur kemudian
saling menautkan jemarinya.
Oh..
“ya..aku mendengarnya..”
“semuanya?”
“semuanya..”
“ssttt..”
Ya Tuhan.. Betapa
ia sangat
merindukannya.
“tadi Kau bilang punya
kejutan untukku.. Apa?”
Oh bukan..
Itu jelas untuk titik kecilnya.
Ya Tuhan…
Untuk apa semua itu?
Bayinya saja belum lahir..
Bagaimana bisa siwon
telah membuat rumah
mereka bak taman bermain.
“Apa Kau
merencanakan
menjadikan rumah
kita taman bermain?”
“Siwon..!”
Astaga…
Jelas yoona percaya
suaminya itu sanggup
melakukannya. Tapi bukan
itu intinya. Bukan maksud
yoona mengecewakan
siwon karna tak menyukai
kejutan darinya.
Ya Tuhan.. Batinnya
ikut mendecak
keheranan. Sepertinya
siwon memang belum
tahu maksud yang ingin
diutarakannya.
“maksudmu?”
“Aku benar-benar
bahagia mempunyai
bayi itu dalam
perutmu. Kau wanita
yang luar biasa
yoona.. Dan aku
mencintaimu sayang,
sangat mencintaimu..”
Siwon mulai
menyentuh perut yoona,
kemudian
mengusapnya.
Ya Tuhan…
Oh..
Apakah itu topik yg salah??
Yoona menghembuskan
napasnya pelan. Heran
dengan reaksi Siwon yang
terlihat waspada
menanggapinya..
Siwon kemudian
menatapnya dengan
sendu, belum cukup yakin
dengan kebenaran ucapan
yoona.
“aku menghargainya
sebagai bentuk usaha untuk
memperbaiki sejarah buruk
keluarganya.. Aku yakin
kakek pastilah ingin
silsilah keluarganya
menjadi lebih baik, dan itu
dimulai dari dirimu
siwon..”
Siwon kembali
mendekati yoona yang
kini duduk dipinggiran
tempat tidur
memperhatikanny
a.
Duduk berlutut, siwon lantas
menggenggam tangannya
erat.
“Ya.. Pasti”
“emmhh..”
“berhenti membuatku
hampir terbunuh dengan
ciumanmu..”
“tunggu sayang..”
“apalagi?”
“aku ingin…”
“siwon!”
Siwon kemudian
bergerak untuk mencium
perutnya dan
membisikkan sesuatu
setelahnya..
“kenapa?”
“nde?”
“bayi itu bergerak dalam
perutmu??”
Oh…
Astaga…
“Siwon.. Kemarilah..”
Yoona mengulurkan
salah satu tangannya.
Menggerakkannya
memberi isarat agar
siwon kembali mendekat
padanya.
Oh..
Astaga..
Pemikiran yang bodoh…
“rasakanlah..”
Yoona meraih tangan
siwon, kemudian
membimbing keatas
perutnya, merasakan
pergerakan dari bayi dalam
perutnya. “otthe..?”
Siwon tertegun, secara
bergantian dia menatap
kedalam mata yoona untuk
“tidak..”
“tidak mengganggumu?”
“menakjubkan..”
Yoona menarik
tangannya dan
membiarkan siwon
sendiri yang
melakukannya. Dia
menjadi nampak antusias
mengikuti kemana
pergerakan bayinya saat
itu.
Yoona menggelengkan
kepalanya heran bercampur
geli dan sekaligus
merasakan apa yang
sedang siwon lakukan
begitu sangat manis
untuknya.
Ia kemudian menyentuh
kepala siwon dan
membelai rambutnya,
membuat siwon
semakin betah
menempel diatas
perutnya.
“sayang..menurutmu apa
yang coba dia katakan dengan
melakukan pergerakan di
dalam sana..”
Yoona terkikik
mendengar perkiraan
siwon. Namun sang suami
nampaknya tak
terpengaruh dengan
kegelian yang ditunjukkan
nya, siwon justru makin
antusias dengan
tebakannya.
“bisa juga dia sedang marah
sayang..
“MWO..!”
“apa?”
“kejutan untukmu..”
“kejutan? Untukku?”
“apa?”
“tunggulah disini..
Aku akan ambilkan
sesuatu terlebih dulu..”
“apa ini?”
“gaun?”
“aku membelinya..karna aku
sudah punya rencana dengan
kejutan untukmu. Jadi
pakailah..”
“apa?”
Setelahnya barulah
dia yang berganti
untuk bersiap
dengan mandi
terlebih dulu, dan
membiarkan yoona
tersipu dengan rona
merah diwajahnya
menatap pantulan
dirinya sendiri dari
balik cermin.
Ia berkali tersenyum
memandangi tubuhnya.
Balutan gaun pemberian
siwon yang ia kenakan
tentulah tak bisa menutupi
perutnya yang membuncit
juga berat badannya yang
terus bertambah.
Yoona menepuk-nepuk
pipinya yang membulat
dengan menggunakan
kedua tangannya, berharap
apa yang dilakukannya
bisa sedikit membantu
mengurangi kebulatan(?)
pipinya dan menemukan
lagi pipi tirusnya yang
dulu dengan tulang
rahangnya yang tegas,
yang kini tidak lagi ia
temukan pada wajahnya
sendiri.
Siwon menyunggingkan
senyum melihatnya,
kemudian melangkah
mendekatinya.
“pipiku membulat..tak
bisakah kau lihat itu?” “aku
lihat.. dan itu membuatmu
terlihat lucu dan
menggemaskan”
“gaunnya cantik
sekali..dan ini sangat pas
ditubuhku..gomawo..”
“Kau akan
membantuku
berpakaian?”
seringainya kemudian.
Yoona tersenyum
mengeratkan rangkulannya
dilengan siwon. Kata-kata
siwon tadi sungguh
menghangatkan perasaannya
dan membuatnya semakin
yakin, pria itu
akan menjadi ayah yang baik
untuk bayi nya.
Oh…
Untuk apa ia
bersusah-susah
memakai gaun tadi..
Siwon merangkulnya,
membimbingnya kearah
halaman belakang
rumahnya, yang
ternyata telah didekorasi
sedemikian indah
dengan kuntum- kuntum
bunga juga nyala lampu
yang begitu terang
ditaman itu.
Ya Tuhan..
Kapan semua itu disiapkan?
“siwon..ini…”
sambung sooyoung
melengkapi ucapan sang
kekasih.
pada keduanya.
“apa?”
“iya..kenapa memangnya?”
Ucap Minho
menyerukan
perdebatan diantara
dua gadis itu.
Yoona menggelengkan
kepala melihatnya,
sementara siwon tampak
mulai gerah dengan dua
gadis itu yang justru
semakin banyak bicara dan
menyita banyak
waktunya untuk
mengumumkan nama
bayinya.
“Hentikan perbincangan
konyol kalian. Dan
dengarkan aku.. Siapa pun
pria yang kalian suka.
Siapapun pria yang
tertarik pada kalian. Dia
tetaplah harus memenuhi
seleksi dan syarat
dariku..”
Tersenyum ia menyambut
tatapan mata siwon yang
meminta tanggapan atas
usulan namanya.
“benarkah?”
“hmm.. Kita akan
memanggilnya Yoon
Jo mulai sekarang”
“memangnya kalian
tak suka dengan nama Yoon
Jo yang siwon berikan?”
tanya yoona kemudian.
“yak.. Soojung,
Sehun akan terdengar
lebih cocok
untuknya..” “Jin Goo
saja oenni..”
“Sehun lebih bagus oenni..”
“Jin goo..”
“aniy.. Sehun..”
Astaga… Yoona
mengangkat bahu, menyerah
dan mengisaratkan pada
siwon agar dia
mengatasinya.
“Hentikanlah.. Kami
sudah memutuskan. Mau
tak mau, suka tidak
suka.. Kalian akan tetap
menerimanya..”
Kyuhyun menyuarakan
persetujuannya dan juga
sooyoung yang kemudian
ditanggapi senyuman oleh
siwon maupun yoona.
“trimakasih..”
Oh..
Betapa siwon telah
mendekapnya kedalam
selimut kebahagian yang
menghangatkan.
Oh…
Tidak..
Jangan…
“Minho oppa..!”
“gwechana noona..
Kami.. Maksudku, aku
dan soojung.. Kami ,
kami berkencan.. Ini yang
ingin
kuberitahukan pada kalian..”
Oh..
Reaksi apa yang kemudian
akan diterima olehnya.
Soojung hanya bisa
menggigit bibir bawahnya,
menghalau panik akan
reaksi dari yoona dan
terutama siwon.
“Siwon..!”
“Oppa..”
“oenni ya..ottokhae?”
Soojung gemetar saat ia
merangkul lengan yoona,
airmata bahkan telah
membasahi wajahnya.
“tenanglah sayang..tenang
dulu, siwon pasti hanya
terkejut.. Sama halnya
denganku, kami semua
terkejut. Tapi kau juga
tahukan siwon selalu
bertindak berlebihan..”
Yoona mencoba
menenangkan sang adik,
sambil terus memperhatikan
apa yang dilakukan siwon
terhadap minho. Meski
minho nampaknya bersikap
tenang saat menghadapi
amukan siwon. Mungkin
hal seperti ini telah ia
prediksikan sebelumnya
akan terjadi.
Siwon mengendurkan
cengkramannya, dan
menatap dikedalaman mata
minho, mencari kebenaran
akan kata-kata yang
diucapkannya.
“dia mengatakan
mencintaimu..”
mengusap pergelangan
tangan soojung, yoona
lantas melepaskan
rangkulannya untuk
kemudian beralih mendekati
siwon.
“Siwon..”
Yoona meraih tangan siwon,
melepaskan cengkraman
tangannya dari minho.
Oh..
Yoona bisa merasakan
keposesifan dari sorot
mata siwon kearahnya dan
sekaligus kehangatan dari
kata- katanya. Ia merasa
dijaga dan dilindungi
olehnya.
“Siwon.. Kau
dengarkan minho sudah
berjanji pada kita”
“tapi yoona..”
Ya..
Rasanya memang sudah
saatnya pria- pria
bermarga ‘Choi’ itu
menikmati indahnya
perasaan cinta yang saling
mengasihi dan mengubah
silsilah keluarga mereka
yang buruk dimasalalu
berganti dengan
kebahagiaan-kebahagiaan
yang bisa mereka
dapatkan.
“Soojung memang
adikku satu- satunya, tapi
Kau juga tahu kan.. Aku
dan soojung tak
berhubungan darah. Tak
ada salahnya mereka
bersama”
“Siwon oppa..trimakasih..”
“aku hanya
mengkhawatirkanmu soojung
ah..”
Tersenyum, yoona
menyambut pelukan
soojung padanya.
“ehmm.. Sekarang
giliranku..”
“ada apa..?”
Kejutan lagi…
***
Mengerjapkan kedua
matanya, yoona
berusaha mencari
keberadaan siwon yang
entah sejak berapa
lama sudah tak lagi
berada diatas ranjang
bersamanya.
“siwon..”
Oh..
Manis sekali…
“Siwon..”
“Aku membawakan
sarapan untukmu..
dan Yoon jo..”
“Kau sedang
memanjakanku?”
“hmm..sangat baik..”
“makanlah sarapanmu..
Sebelum Yoon jo menendang
perutmu
karna dia kelaparan..”
“aku akan
menghabiskannya..
Setelah itu ada yang ingin
ku tunjukkan padamu..”
“apa?”
***
Yoona memperhatikan
pergerakan mata siwon yang
mengawasi perubahan kamar
itu yang kini menjadi lebih
berwarna. Dinding-dinding
nya berlapis wallpaper
bergambar.
Terlihat lucu..
Menggemaskan..
“Mwo..”
“bagaimana caranya?”
“pindahkan saja box bayinya
kekamar
kita..”
“hmm..”
“MWO..!”
“melakukan apa?”
“apa namanya itu.. Yang
kau dan dokter Kim
lakukan hingga bayi kita
yang berada dalam
perutmu bisa terlihat
dilayar monitor?”
Oh…
Batinnya ikut
menggeleng- gelengkan
kepala, heran.
Well..
Mungkin wajar saja,
mengingat hal itu
adalah pengalaman baru
untuk siwon.
Pengalaman pertamanya
sebagai calon ayah.
Yoona tersenyum
memberikan jawabannya.
Aishh…
***
Keluar dari dalam kursi
kemudi mobilnya, siwon
lantas menuju pintu
disebelahnya. Membukakan
pintu dan mengulurkan
tangannya untuk
Keduanya tersenyum,
berjalan masuk ke dalam
lobi rumah sakit. “Apakah
Dr.Kim diruangannya?”
tanya siwon pada salah
seorang suster yang
berjaga dibagian
resepsionis. “dengan
Tn…?”
“Victoria..”
Siwon
mengerutkan dahi
melihatnya,
sementara yoona
menatap bergantian
antara siwon dan
victoria.
Oh..
Apa yang dilakukan
wanita itu dengan
mendatangi Dr.Kim?
“Ayo sayang..”
“euh, siwon..Menurutmu
untuk apa victoria menemui
Dr.Kim? Apa dia sedang…”
Siwon menggenggamkan
tangannya dengan tangan
yoona, menatapnya dan
tersenyum, sebelum akhirnya
dengan senyum yang sama,
siwon mengalihkan
pandangannya pada Dr.kim
yang kini menjadi terlihat
khawatir pada yoona.
“Bisakah anda
melakukan usg? Saya
ingin bisa melihat yoon
jo..” “Yoon jo?”
Dr.Kim menggelengkan
kepala dan terlihat kecewa
dengan apa yang
dikatakannya. Terlebih
setelah melihat betapasiwon
yang begitu bersemangat,
kini juga terlihat kecewa
mendengarnya.
Siwon menganggukkan
kepala, memahami
penjelasan dari sang
dokter. Biasanya ia
akan memaksa bila
keinginannya tak
terpenuhi. Tapi
sepertinya ia memang
harus bersabar.
Yoona
menggelenggelengkan
kepala, tak tahu harus
bersikap seperti apa untuk
‘kegilaan’ siwon kali ini.
“Astaga.. Anda terdengar
sangat bersemangat Tn..”
What…
Sayang??
Oh..
Apa-apaan ini?
Yoona terkesiap
melihatnya. Ia masih belum
mengerti, apa yang menjadi
tujuan wanita itu berada
dirumah mereka.
“Sayang, aku
menunggumu.. Kenapa kau
lama sekali..”
Yoona kini
benarbenar
menyentakkan
rangkulan siwon
ditubuhnya. Ia merasa
limbung. Shock
dengan apa yang baru
didengarnya.
Tidak…
Ya Tuhan.. Dengan
teganya Kau telah
menjungkir balikkan
duniaku.
“bukan urusanmu..”
Ya Tuhan…
Yoona berusaha
memberontak namun
siwon tak
membiarkannya. Ia
merasa terluka. Disaat ia
mencintai siwon begitu
dalam tapi pria itu
justru mengkhianatinya.
Mungkin akan lebih
baik jika ia mengalami
mati rasa, bukan justru
mengalami luka sayatan
seperti yang sekarang
dirasakannya. Teramat
perih… “Biarkan aku
pergi siwon..”
“tidak sayang..tidak..”
pengkhianatan itu?
Tidak.. Rasanya tidak..
Ia tak mungkin
berkhianat dengan
meniduri wanita lain. Ia
bahkan telah kehilangan
gairahnya pada
perempuan lain sejak
yoona masuk kedalam
hidupnya. Yoona yang
mematikan gairahnya
dan hanya menyala
untuknya.
Bercinta dengannya?
Mungkinkah ia
kehilangan kontrolnya
saat itu? Sialan…
“jangan membawabawa
Tuhan sekarang! Kau
pasti juga tak mengingat
ada Tuhan yang
menyaksikan ketika kau
melakukan
penghianatanmu
padaku..”
Yoona kembali
mengalihkan perhatian pada
kopernya. Memasukkan
beberapa potong pakaian
sebelum menutup dan
menariknya, berniat
membawanya
keluar dari dalam
kamarnya, namun siwon
menghadang dengan berdiri
didepannya. “minggir
Kau..!”
“Yoona..”
Benar.. Ia memang
brengsek.. Ia tak ada
bedanya dengan
ayahnya.. Sejarah
terulang.. Harusnya ia
sadar, ada monster itu
dalam tubuhnya. Pria
perusak… ***
meninggikan harga
dirinya, yoona berjalan tegak
berusaha sekuat hati tak
menundukkan wajahnya
ketika victoria dengan
teganya tersenyum.
Senyum palsu..
Senyum meremehkan..
Senyum diatas kesedihannya..
“Persetan denganmu!
Jalang..!”
Sialan..
Persetan dengan mereka!
Victoria gemetar
dibawah tatapan tajam
yang diarahkan siwon
padanya. Merasa
teracam.. Dia benar-
benar marah dengan
ulahnya.
“persetan denganmu..”
Ya Tuhan..
Sialan…
“Kakek..”
Ya..
Entah atas dasar apa, atau
seperti yang diharapkannya
ia dapat menghindar dari
siwon, Yoona memutuskan
untuk mendatangi kakek
siwon.
sedikit membantu..”
“ya.. Trimakasih kakek..”
“Siwon mengkhianatiku..
Seorang wanita mendatangi
kami dan mengaku siwon
telah menghamili nya dan
meminta pertanggung
jawaban dari suamiku atas
anak yang dikandungnya.
Ya Tuhan.. aku bahkan
belum melahirkan bayiku,
tapi suamiku sudah akan
menyambut kehadiran
benih yang ia tanam
dirahim wanita itu..
Menjijikkan!”
“minumlah.. Kau
sedang emosi yoona,
kau perlu menenangkan
dirimu. Setelah
“trimakasih kakek..”
***
Siwon memacu kecepatan
mobilnya dengan cukup
kencang meski ia tak
benarbenar tahu kemana arah
tujuannya.
Sial…
Ia menangis.. Merasakan
hatinya terkoyak. Namun
pasti yoona mengalami
yang lebih sakit dari apa
yang saat ini
dirasakannya…
“maafkan aku..”
Siwonmencengkram erat
roda kemudi mobilnya saat
dengan cepat ia memutar
arah, menuju apartemen
yoona.
Ya..
Kemana lagi yoona akan
pergi jika bukan kesana.
Yoona pasti berada disana
untuk mengeluhkan sakit
hati dan perasaan
terlukanya pada soojung.
“Yoona.. Kau
didalam? Buka
pintunya sayang..
Kumohon.. Yoona..!”
dengan cepat
ketukanketukan pada
pintu yang tadi dilakukan
oleh siwon berubah
menjadi gedoran-gedoran
brutal.
“Ayo masuklah..”
ajaknya ketika melihat yoona
masih saja diam ditempatnya.
“Apa??”
Yoona terbengong
mendengar ucapan yang
pasti hanya candaan
semata
dari sang
kakek.
Oh..
Ia merasa tersanjung..
“baik Tuan..”
***
Ruangannya berbau
harum, sejuk dan
sepertinya nyaman bila
yoona merebahkan
tubuhnya diatas ranjang
besar yang berada disana.
Sendirian didalamnya
membuat sesak
didadanya kembali terasa.
Terngiang suara parau
siwon yang memohon
untuknya tidak pergi.
Bodoh..
Kau bodoh Im Yoona..
Batinnya mengolok-olok
dirinya dan kemudian
memperlihatkan gambaran
bagaimana saat ini Victoria
berada dirumahnya dan
sedang menikmati
keberadaannya disana,
dengan siwon suaminya.
Menjijikkan…
Hingga menginginkan
dirinya bisa sesaat
merasakan mati rasa, agar
tak lagi merasakan
perasaan itu yang sanggup
mengubah hidupnya
menjadi terlihat suram
dan mengerikan. ***
Tidak..
Tidak mungkin..
Ia tidak berkhianat..
Menghancurkan harapannya
untuk melihat yoona
tersenyum, menyambut dan
kemudian memeluknya.
Victoria mencoba
kembali tersenyum meski
ia merasa tersentak oleh
suara siwon, dan tercekat
oleh tatapan matanya
yang tajam menusuk.
Siwon menariknya
menjauh dari hadapan meja
rias yang biasa dipergunakan
oleh yoona.
“Kau bisa
merasakannya kan..
Sesuatu tengah hidup
didalam sana..”
Siwon mencoba menarik
tangannya namun vic dengan
kuat menahannya.
“lepaskan victoria!”
“Kepercayaan apa
maksudmu? Percaya karna
aku akan menyembunyikan
kebusukanmu meniduri
wanita yang kau sebut
‘teman’. Kepercayaan untuk
itu maksudmu? Well..
Mungkin aku akan
melakukannya jika sekarang
tidak ada bayi dalam perutku.
Aku bisa menyembunyikan
itu, tapi tidak sekarang.. Aku
ingin pengakuanmu atas bayi
kita..”
“Soojung ah..”
“Apa?”
Benar-benar Menjijikkan…
“Soojung ah,
tenanglah..tolong dengarkan
aku..”
“Menjauhlah dariku!”
“Menjauhlah Victoria!!”
“Ayo..”
“Soojung ah..”
Keduanya menghentikan
langkah saat suara parau
siwon terdengar dibelakang
mereka.
“Kumohon beritahu aku jika
kalian menemukan yoona..
Aku merindukannya.. Aku
merindukan yoon jo.. Aku
sangat mencintainya. Aku tak
mungkin berniat
menyakitinya. Percayalah
padaku..”
“Siwon..!”
Yoona tertunduk,
memandang keatas perutnya.
Airmata kembali jatuh
diatasnya. Dengan segera,
kedua tangannya ia letakkan
diatas perutnya, seperti
sedang memeluk bayi
didalamnya.
“maafkan aku..maafkan
oemma Yoon
jo..”
“Oh..”
***
***
Yoona menggelengkan
kepala saat batinnya mulai
menyudutkan dirinya.
Tidak..
Bukan itu alasannya.
Yoona memparcepat
langkahnya saat telah
mendekati pintu
apartemennya, tak ingin
segala pemikiran itu
mengganggunya. Akan
menyenangkan saat bersama
soojung, meski ia mungkin
akan menangis lagi
dihadapannya.
Ya Tuhan..
Betapa ia telah banyak
menumpahkan airmata untuk
siwon.
“Soojung ah..”
“Oenni..”
“Yoona noona..”
Soojung langsung
memeluknya dan menerima
pelukan yang sama dari
yoona.
***
“Ny.Yoona berada
diapartemen nona soojung..
Cepatlah Tuan, sebelum Ny.
Pergi..”
Kekhawatiran dan
kerinduaannya pada yoona
sudah tak terelakkan.
Ia rindu mendengar suaranya.
Rindu memandangnya.
Siwon terus
menggumamkan kata itu
disepanjang perjalanannya
keapartemen yoona. ***
“tapi noona..”
Ya..
Yoona mungkin benar.
Minho memang tak pernah
berusaha mendekati kakek
nya.
Oh Tuhan.. Betapa
bodohnya ia jika seperti
itu.
Tapi bukankah kau selalu
mengatakan tak sedikitpun
menyesali kebodohanmu.
Batinnya mendebat,
mendesaknya untuk
benarbenar melakukan apa
yang sebenarnya ia inginkan.
Oh Tuhan..
“Oenni..” Soojung
memperhatikan kediaman
yoona.
“Oppa!”
“Mana yoona!”
“Hyung..”
mendorong tubuh minho,
siwon bisa melihat soojung
yang merangkul tubuh yoona
melangkah kedalam
kamarnya.
“Sayang…”
“Yoona…”
Ironis..
Ya Tuhan.. Apa
wanita itu tidak
mengurusnya??
Menyedihkan..
“Siwon…”
Yoona merasakan kesedihan
yang mendalam saat melihat
siwon berdiri disana. Sangat
kacau dan memprihatinkan
untuk ukuran suaminya yang
tampan dan mempesona.
Semua itu seakan telah hilang
dari sosoknya.
“Yoona..”
“Cukup! Jangan
memanggilku seperti itu..
Kau tak pernah benar-benar
sayang padaku. Kau bohong..
Kau mengkhianatiku, siwon..
Pergi! Aku tak mau
melihatmu lagi..”
“Sayang, kumohon..”
“Sayang kumohon..”
“Oppa..”
“Hyung..”
***
“baik Tuan..”
Oh..
Siwon bahkan langsung
memesan sebuah mercedes
keluaran terbaru, dengan
harapan ia akan membawa
pulang Yoona bersamanya.
“Hai.. Sayang..”
Menarik…
Oh..
Tidak…
Yoona membalikkan
tubuhnya dan kembali
bertatapan dengan siwon.
Yoona menyentakkan
tangannya dari genggaman
tangan siwon, dan kembali
melangkah untuk masuk
kedalam kamarnya. Namun
lagi-lagi siwon mencegahnya.
Dengan menggunakan kedua
tangan, Ia menghalangi pintu
kamar yoona yang akan
ditutup.
“Pergi Kau!”
“Sayang..”
“menjauh dariku!”
“Aku merindukanmu
sayang..”
Brengsek…
“Yoona..”
“KELUAR..!”
Siwon terpaksa mundur,
dengan berat hati ia
melangkah keluar dari kamar
yoona. Membiarkan yoona
membanting pintu kamarnya
untuk kemudian
menguncinya.
“Hyung..”
Sial..
Siwon sendiri tak yakin
apakah ia memang telah
berkhianat atau tidak. Ia
menyesalkan dirinya yang
seringkali mabuk, hingga tak
bisa memastikan apa yang
dirinya lakukan.
“yoon jo..”
“Ya..setidaknya mengalahlah
untuk kebaikan yoon jo.
Oppa tak bisa memaksa oenni
untuk menerimamu lagi..”
Siwon benar-benar terpukul.
Apakah yoona tak akan
pernah memaafkan nya?
Apakah ia akan dipisahkan
dari yoon jo? Tidak.. ***
Satu-satunya yang
membuatnya kemudian tak
bisa memaksa vic pergi dari
rumahnya adalah karna
wanita itu hamil dan
menekankan jika bayi yang
sedang dikandungnya adalah
anak hasil perbuatan siwon,
dan ia tak bisa mengelak.
Oh.. Terserah dengan apa
yang dikatakannya, siwon tak
akan memusingkan hal itu.
Yang menjadi fokus
utamanya adalah yoona dan
yoon jo, bayi mereka. Dan
bagaimana membuat yoona
merasa tidak tertekan dengan
kehadirannya.
Oh..
Ini bahkan masih fajar ia
rasa..
Siwon menyerahkan
bungkusan berisi makanan
pada soojung. Ia kemudian
melangkah mendekati kamar
yoona. Sebelum sempat
membuka pintu kamar itu,
soojung lebih dulu
menahannya.
“Tapi oppa.. Yoona oenni
masih tidur. Kau tak lihat ini
jam berapa..”
Ya..
Yoona masih lah istrinya,
Meskipun yoona mengatakan
mereka telah berakhir.
Tidak.. Ia tak
akan pernah
membiarkannya.
***
“Sayang..”
Tidak..
Tidak.. Kau tak
serius dengan
perkataanmu bukan?
Ya Tuhan..
Oh Tuhan.. Betapa
menjijikkan dirinya hingga
membuat yoona sampai harus
mengatakan hal yang
mengerikan itu.
“oppa..”
“jaga yoona
untukku..hubungi aku bila
kau membutuhkan sesuatu..”
“oenni..”
“oenni ya..”
“Hai sayang..”
“persetan dengan
kehamilanmu.. Lihat apa
yang kau lakukan padaku.
Kau telah menghancurkan
hidupku.. Pergi kau! Sialan!”
“baik Tuan..”
***
Oh..
Sudahlah…
“Oenni ya..”
Yoona mendongak ketika
soojung berdiri dipintu
kamar, memanggilnya. “ada
apa?”
“mwo?”
Soojung terkejut dan
langsung mendekati yoona.
“Ayo oenni..”
menjawab..
“bertugas?”
Oh..
Pengamanan?
Oh..
Ya Ampun.. Menurutmu
ini perhatian atau
pengusiran secara
halus??
astaga.. Jadi ia
akan diawasi? ***
Siwon memang tak lagi
mendatanginya, tapi bagaimana
kemudian yoona bisa pergi
meninggalkan apartemennya. Jika
Dua orang yang terus berada
didepan pintu apartemennya
benar-benar tak beranjak dari
sana.
“Siwon benar-benar
keterlaluan. Dia tidak lagi
datang tapi mengirim dua
pengawal itu..”
Soojung tersenyum
mendengar bantahan dari
yoona.
“yobseyo..”
“Yoona..”
Oh…
Membicarakannya saja
membuatku serasa ingin
muntah..”
Oh..
Yoona memikirkan hal itu
sejenak.
“Tidak..” “Tidak?”
“Tidak.. Jangan
membicarakan itu sekarang.
Fokuslah pada apa yang akan
aku sampaikan padamu..”
Yoona mengangguk..
“Aku menyuruh
orangorangku untuk
menyelidiki wanita itu?
Sedikit terlambat kurasa, itu
karna wanita itu baru keluar
dari rumah siwon setelah tiga
hari berada disana.. Tahukah
kau apa yang mereka
dapatkan dari penyelidikan
itu?”
Yoona masih menyimak dan
berharap ia tak mendapat
berita yang semakin membuat
keadaannya bertambah
buruk..
“Apa? Tapi..bagaimana
mereka tahu?”
Bodoh..
Yoona menilai dirinya sendiri
bodoh hingga dengan mudah
Victoria bisa membodohinya.
“Jika kau masih belum
mempercayai apa yang
kusampaikan? Kau bisa
membuktikannya. Wanita itu
sedang berada di club
sekarang..”
Sialan…
“Hai kau.. ini bukan rumah sakit bersalin.. Kau salah alamat..” Ia
mendengar tawa terkikik dari wanita-wanita yang bersama seorang
yang mengatakan ejekan itu padanya yang terus menular pada yang
lainnya…
“Atau kau sedang mencari ayah dari bayimu? Apa pria itu berencana
meniduri wanita lain lagi malam ini..”
Beberapa wanita itu menjerit melihat apa yang yoona berani lakukan
dihadapan mereka..
Sialan…
“tapi Ny..”
“Kau.. Sialan!”
memalukan.. Ia tak
menyangka yoona
berada disana dan
mempermalukan dirinya.
“Lepaskan tanganku
Brengsek!”
“Diam Kau wanita jalang.. atau aku akan merobek mulut kotormu..!!”
***
“Baik Ny..”
Yoona memperhatikan
sekelilingnya…
“Siwon.. Siwon..!!”
Ya Tuhan..
Dimana dia?
Kemana siwon?
Ini terlalu larut untuknya
berada diluar..
“Ny..Tuan..” Seorang
pelayan
menghampirinya..
“Dimana suamiku..?”
***
“Ny.. Tuan..”
“dimana suamiku?”
Tanyanya dengan tidak
sabar..
“ruang baca?”
Oh..
Siwon…
Yoona buru-buru
melangkahkan kakinya
kearah ruang baca. Dan
menemukan Siwon disana. Ia
masuk dan mendekat.
Melihat siwon tertidur diatas
sofa, dengan mendekap
sebuah buku dalam
pelukannya.
“Siwon..”
Yoona mengulurkan
tangannya untuk menyentuh
wajah siwon.
Ia menangis merasakan
dadanya sesak oleh perasaan
bersalah pada suaminya..
“Maafkan aku..”
Merasakan sesuatu
membasahi pipinya, Siwon
perlahan mengerjapkan
matanya. Terus mengerjap
karna tak mempercayai
penglihatannya.
Siwon menghembuskan
napasnya pelan dan kembali
menutup matanya.
Ia bermimpi..
Ia pasti sedang bermimpi..
Yoona tidak mungkin berada
disana setelah pengkhianatan
yang dilakukan olehnya..
“Kau mengabaikanku?”
“Sayang..”
“Oh sayang..”
“Tidak sayang..Jangan
meminta maaf seperti ini.
Biar bagaimanapun akulah
yang lebih pantas
disalahkan..”
Oh…
Ya ampun..
“dasar pemalas..”
Ya Tuhan…
“hm..”
“Sayang..”
“apa?”
“Sayang..”
Yoona mengernyit..
“Sayang..”
“Ck! Siwon..!”
Siwon tergelak..
“waeyo?”
“Aku benar-benar
merindukanmu..”
Melepas pelukannya, siwon
beralih menangkup wajah
yoona dengan kedua
tangannya dan kemudian
memberikan kecupan bertubi-
tubi dari mulai kening, mata,
hidung, kedua pipi dan
bibirnya. Tak ada satu
bagianpun yang dilewatkan
olehnya.
Astaga..
Yoona menahan napas
merasakannya. “belum
puas?”
Oh..
Tubuhnya juga
mendambakan sentuhannya..
“Saranghaeyo Yoona..”
“nado saranghae.. Ayo,Kau
seharusnya tidur
dikamar..kenapa kau berada
disini?”
“Siwon..”
Oh Tuhan.. Yoona
merasakan butiran
airmatanya yang hampir
jatuh. Siwon pasti kesepian
saat itu..
“Sayang..”
“hm..”
“Tunggu sayang..”
“nde?”
Ia rindu..
Merindukan sikap manis
yang kadang terlihat konyol
dimata yoona.
“Apakah yoon jo
merindukanku? Aku sangat
merindukannya..”
“benarkah?”
Siwon kembali
mengusapnya..
***
“Oenni..”
yang memaksanya..”
“minggir kalian!”
Tak perduli dengan
peringatan para pelayan
rumah siwon soojung
memaksa membuka pintu
kamar, namun kemudian ia
terkejut dengan apa yang
dilihatnya..
“Ommo..!”
“Oenni ya..”
Ya..
Apa yang dilihatnya sekarang
adalah keberadaan yoona
dalam kamar itu, diatas
tempat tidur yang sama,
dibawah selimut yang sama,
sedang tertidur nyaman
dalam pelukan siwon.
Minho mengetahui
keterkejutan diwajah soojung
dan ikut mendekat, melongok
kedalam kamar siwon.
“Oh..”
Ya…
Dengan apa yang mereka
lihat saat itu, keduanya bisa
menyimpulkan bahwa yoona
dan siwon telah berbaikan.
“euh..”
Lenguhan yoona ketika
jemari siwon dengan lembut
menelusuri bagian- bagian
dari wajahnya.
“awhh..pelan-pelan sayang..”
“Oenni ya..”
Siwon memperjelas
penglihatan Minho dengan
menunjuk pada krim
bercukur diwajahnya.
Sementara Yoona
menunjukkan pisau cukur
yang berada ditangannya.
Soojung menggandeng
Minho keluar dari kamar itu.
***
“terimakasih kakek..”
***
Oh..
Seharusnya ia mengatakan
kalimat itu dari dulu.
“Sebentar sayang..”
Vic mendorongnya
menyingkir, namun
sayangnya Ia kemudian
berhadapan dengan tatapan
tajam dari siwon…
Yoona menggeleng
merangkulkan lengannya
dipinggang siwon. Keduanya
kembali mengarahkan
perhatiannya pada Victoria.
Oh..
Harusnya ia tahu hal itu.
***
Disepanjang perjalanan
menuju rumah sakit, Yoona
terus menggenggamkan
tangannya pada siwon saat
melihatnya terus terdiam.
Yoona mengira, Siwon
mungkin merasa shock
dengan apa yang telah
dilakukan Victoria. Seorang
yang telah dianggap sebagai
teman baik olehnya.
“hm..”
Yoona tersenyum..
Merasakan betapa Siwon
sangat menjaganya..
“Annyeong haseyo Dr.Kim..”
“Bagaimana Tuan?”
“Nde?”
Merangkulkan lengannya
pada pinggang Yoona, Siwon
membawanya kembali
kemeja sang dokter. Disana
keduanya menerima hasil
pemeriksaan juga foto usg
yang tadi dilakukan.
“menjelang minggu-minggu
persalinan saya harap anda
bisa menjaga istri anda untuk
tetap dalam kondisi seperti ini
Tuan..”
“Terimakasih untuk
semuanya dokter.. Kami
permisi..”
Semoga Tuhan..
***
“Aku mencintaimu
sayang..Aku mencintai Yoon
Jo..Aku mencintai kalian..”
“Aku tahu itu..terimakasih..”
“Awhh.. Siwon..”
Siwon tersenyum
mendengarnya, dan
kemudian merangkul
pinggang Yoona..
“Oh, ayolah..”
***
“Oh..”
“Aku ingin
membangunkanmu..”
Dengan merangkulkan
lengannya pada siwon,
keduanya memasuki mobil
yang kemudian membawanya
ketempat acara pemberkatan
pernikahan dilakukan.
“Yoona! gwechana? Oh
Tuhan.. Cepat panggilkan
ambulance. Istriku akan
melahirkan!!”
Sesaat kemudian suasana
berubah menjadi kepanikan,
ketika Yoona mulai tak kuat
lagi menahan tubuhnya, Ia
merosot kelantai dalam
rangkulan siwon yang lantas
menahan tubuhnya.
Meletakkan kepalanya pada
pangkuannya.
Darah..
Memori kelamnya
berhubungan dengan banyak
darah dan kehilangan
setelahnya..
Tidak..
Kali ini tidak..
Demi Tuhan tidak..
“bagaimana dengan
pemberkatan pernikahannya?
Hyung dan Sooyoung noona
akan tetap menikah kan..”
ucap Minho kemudian..
Sooyoung menyetujui, Ia
tak tega melihat dan
mendengar rintihan Yoona.
Terlebih melihat kepanikan
diwajah Siwon yang
langsung membuatnya
terlihat kacau. Ia bahkan
tak memperdulikan tadi
disaat harus menyeret-
nyeret gaun pengantin
yang dipakainya agar bisa
mendekat kearah Yoona..
“Jangan.. pemberkatannya
tidak boleh ditunda.
Semuanya sudah siap..
Kalian harus tetap
menikah..” “Sayang..”
“Hyung.. Lakukan
pemberkatannya, dan Aku
yang akan mengantar Siwon
hyung dan Yoona noona..”
“Minho oppa.. Aku ikut
denganmu..”
Kyuhyun langsung
menyerahkan kunci
mobilnya, sebuah limosien
yang menjadi mobil
pengantin yang telah
disiapkannya akan membawa
Yoona menuju rumah sakit.
Perberkatan pernikahan
berlangsung dengan sang
kakek yang mengantar
Sooyoung berjalan menuju
altar dan menyerahkannya
pada Kyuhyun dan
disaksikan oleh sulli serta
tamu undangan yang hadir.
Cukup khidmat meski
sebelumnya kepanikan
terjadi disana. ***
“Siapkan Operasi..!”
Ia tahu Siwon pasti sedang tegang dan cemas sama hal nya seperti apa
yang dirasakannya. Ini pengalaman pertama bagi mereka. Wajar saja
bila kemudian kepanikan yang lebih mendominasi..
“Siwon..”
Yoona mengulurkan
tangannya, matanya
mengisaratkan agar siwon
mendekat kepadanya..
“Siwon.. Aku
membutuhkanmu..”
Tegang..
Panik..
Takut.. Dan benar-benar
tak tega melihat
kesakitan yang
dirasakannya..
Oh..
Rasanya Siwon benar-benar
ingin memprotes Nya saat
itu..
“Sedikit lagi Ny.. ya.. seperti itu.. sedikit lagi.. terus.. terus.. Ny…”
Oh Tuhan..
Itu Bayinya..
Yoon Jo nya…
“Sayang..”
“Siwon..”
“stt.. Siwon..”
Yoona menggelengkan
kepalanya..
Oh..
Sungguh mengharukan
melihatnya.. ***
Sementara diluar ruangan itu,
Soojung dan Minho masih
diliputi perasaan cemas.
Belum ada seorangpun yang
keluar dari dalam sana dan
memberikan mereka
kepastian tentang bagaimana
kondisi Yoona juga bayinya
saat itu.. “Soojung ah..
Bagaimana keadaan kakakmu
sayang..?”
Ia begitu mengkhawatirkan
Yoona.. Terlebih setelah
kehilangan kedua orangtua
nya.
Soojung melepaskan
rangkulan Minho dan
mengalihkan perhatiannya
pada Sooyoung dan
Kyuhyun..
“Bagaimana Siwon?”
“Kakek..”
Sulli dan Soojung saling berebut untuk menjadi yang terdulu melihat..
Oh..
Royal baby..
“Aku mengerti
oppa..terimakasih atas
dukunganmu. Aku juga
menyayangimu dan senang
melihat kebahagiaanmu
saat ini..”
“tentu saja..”
“terimakasih kakek..”
Yoona tersenyum
mendengarnya.. “tapi
tenanglah, semua berjalan
baik.. Aku sudah menikah
sekarang..”
Sooyoung kembali
memamerkan cincinnya, yang
kali ini dihadapan yoona..
“bisakah aku
menggendongnya..?”
“Aigoo.. Benar-benar
menggemaskan. Bisakah aku
juga memiliki bayi seperti
ini..?”
“Mwo.. Mengerikan?
Maksudnya..?”
“Jangan menakut-nakutinya
Siwon.. Tidak apa-apa Soo..”
“takut?”
Yoona memberengut
mendengarnya..
“Oh ayolah Siwon.. Kau tahu,
sebelum aku memiliki
Soojung.. Aku sangat
kesepian karna terlahir tanpa
seorang saudara yang lain.
Dan aku tak ingin Yoon Jo
merasakan hal yang sama
seperti yang dulu kurasakan.
Aku ingin dia punya banyak
saudara sepertimu.. Itu pasti
akan menyenangkan
untuknya dan untuk kita saat
melihat mereka tumbuh
bersama..”
Kebahagiaan dengan
pernikahan Sooyoung
cucunya.. Dan kehadiran
Yoon Jo sebagai anggota baru
dalam keluarganya yang ia
yakin akan membawa
suasana baru juga keceriaan
untuk kehidupan dihari tua
nya.
Dan juga yang terutama yang
menjadi harapkannya adalah
kehadiran Yoon Jo bisa
menghilangkan trauma
masalalu yang dialami oleh
Siwon.. ***
Sooyoung tampaknya
menyukai julukan yang
diberikan untuk keponakan
pertamanya itu..
“Selamat datang Yoon Jo..”
Astaga..
Yang benar saja..
“duduklah..”
Yoona mengusapkan
jemarinya kepipi Yoonjo.
Putra kecilnya telah kembali
tertidur dalam dekapannya..
“Sayang..”
“jadi apa?”
“tapi..”
“Kau ingin aku marah
padamu..”
“ulurkan tanganmu..”
“tapi sayang..”
“tidak sayang..bagaimana
jika Yoon Jo menangis, apa
yang harus kulakukan..?”
Menghembuskan napasnya,
ia lantas menghampiri sang
suami dan kembali meraih
Yoon jo untuk kemudian
mendiamkan tangisnya..
“kau bahagia?”
“tentu saja sayang.. Sangat
bahagia..”
***
“Kau menjaganya?”
“Ishh..”
“baik Tuan..”
“Oh, begitukah?”
“hm..”
Siwon tersenyum
menanggapi, dan beberapa
saat setelah Yoon Jo
terbangun dari tidurnya dan
dua orang suster disana
melakukan tugas mereka,
keduanya melihat dengan
gugup, antusias dan berbagai
macam perasaan yang mereka
rasakan saat tubuh kecil Yoon
Jo dimandikan.
***
Namun hal itu tak lantas memudarkan niatan Yoona untuk kembali
hamil dan menambah anggota baru dalam keluarganya.
Thx~
@joongly