SKRIPSI
Oleh :
Muhammad Zakki Akbar 2111151016
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2019
KARAKTERISTIK METODE PENGELASAN TIG
TERHADAP MATERIAL TIPE SS316 DENGAM TIPE SS304
SKRIPSI
Oleh :
Muhammad Zakki Akbar 2111151016
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2019
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
Oleh :
Diterima Oleh:
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Jenderal Achmad Yani
Pembimbing I
i
Fakultas Teknik Unjani
LEMBAR PERNYATAAN DAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Dibuat di : Cimahi
Yang menyatakan,
ii
Fakultas Teknik Unjani
DAFTAR ISI
iii
Fakultas Teknik Unjani
3.2.1. Studi Literarur ...................................................................................... 30
3.2.2. Persiapan Material ............................................................................... 30
3.2.4. Pengelasan ........................................................................................... 31
3.2.3. Pengujian Material ............................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 35
iv
Fakultas Teknik Unjani
DAFTAR GAMBAR
v
Fakultas Teknik Unjani
vi
Fakultas Teknik Unjani
DAFTAR TABEL
vii
Fakultas Teknik Unjani
DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN
L Panjang (mm)
𝛉 Sudut º(derajat)
T Temperatur ºC
Ε Regangan (%)
Singkatan
E Elektroda
G General
DC Direct Current
viii
Fakultas Teknik Unjani
DCEP Direct Current Elektroda Positive
AC Alternating Current
CE Carbon Equivalent
DT Destructive Test
ix
Fakultas Teknik Unjani
ABSTRAK
Masalah yang ada pada pengelasan baja tahan karat sangat tergantung pada
jenis baja tahan karat yang akan di las. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh metode pengelasan terhadap kekuatan Tarik, kekuatan
impak, uji impak, uji kekerasan serta uji struktur mikro.
x
Fakultas Teknik Unjani
ABSTRACT
In general, the steel used is not in the form of sheets or pieces. However, if
needed, use the connection process (welding) to produce a product that is ready to
use. Various types of welding available must be able to choose the welding
technique that can be produced with the product with good results.
The problem with welding stainless steel is very dependent on the type of
stainless steel to be welded. The purpose of this study was to study the effect of
welding methods on tensile strength, impact strength, impact test, endurance test
and microstructure test.
xi
Fakultas Teknik Unjani
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan karya tulis dengan judul
KARAKTERISTIK METODE PENGELASAN TIG TERHADAP MATERI
AL TIPE SS316 DAN TIPE SS304 Karya tulis ini dibuat untuk memenuhi tugas
akhir sebagai salah satu syarat kelulusan dan sekaligus sebagai penutup program
studi Strata-1 Jurusan Teknik Mesin Universitas Jenderal Achmad Yani. Dalam
penulisan laporan ini, penulis mendapat banyak masukan, dukungan, dan
bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini pula, penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dalam bentuk
apapun.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Wirawan Piseno, S.T., MT., selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin
Universitas Jenderal Achmad Yani.
2. Bapak Toto Triantoro, S.T., M.T., selaku Pembimbing I dalam penelitian dan
penyusunan tugas akhir.
3. Orang tua penulis yang telah memberi dukungan moral dan materi dalam
penyusunan laporan ini.
4. Ibu dan Bapak Dosen Pengampu beserta jajaran staf pengajar dan karyawan
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Jenderal Achmad Yani
Cimahi.
xii
Fakultas Teknik Unjani
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis meminta maaf atas segala kekurangan dan kesalahan yang
terdapat pada laporan ini.
Penulis
xiii
Fakultas Teknik Unjani
1. PENDAHULUAN
Salah satu teknik pengelasan yang dikenal dalam penyambungan baja tahan
karat adalah proses pengelasan busur las (Arc Welding) . salah satu jenis
pengelasan ini Tungsten Inert Gas (TIG). Masalah yang ada pada pengelasan baja
yang umum adalah austentik, ferritik , martensitic dan dupleks. Jenis baja
austenitik merupakan jenis baja yang umum digunakan dalam dunia industry,
karena jenis baja tahan karat ini lebih mudah dilas dibandingkan dengan baja tahan
karat lain nya.(Bayu Indriyanto, 2016)
Karena baja tahan karat (stainless steel) adalah baja paduan tinggi, maka jelas
bahwa kwalitas sambungan lasnya sangat dipengaruhi dan menjadi getas oleh
panas. Jika kita menginginkan masukan panas yang tinggi maka parameter yang
dapat diatur yaitu arus las dipebesar atau kecepatan las dipelambat. Besar kecilnya
arus las dapat diatur langsung pada mesin las. Bedasakan latar belakang tersebut
perlu dilakukan penelitian tehadap pengaruh parameter las TIG tehadap sifat
mekanik sambungan baja tahan karat, agar diketahui variabel arus yang paling tepat
untuk mendapatkan hasil las yang baik. Baja tahan karat mempunyai sifat yang
berbeda dengan baja karbon maupun baja paduan rendah, hal mana sangat
mempengaruhi sifat mampu lasnya. Paduan utama dari baja tahan karat adalah Cr
dan Ni dengan sedikit unsur tambahan lain seperti Mo, Cu dan Mn. Bedasarkan
kenyataan tersebut maka perlu diadakan penelitian tentang sifat fisis dan mekanis
pengelasan baja tahan karat setelah terjadi pendinginan. Dengan perlakuan
pendinginan yang berbeda diharapkan sifat fisis dan mekanis dari baja tahan karat
dapat diketahui. Baja tahan karat memiliki sifat tahan korosi, biocompatible, dan
harga lebih murah di banding biomaterial yang lain. Selain memiliki beberapa
1
Fakultas Teknik Unjani
kelebihan, baja jenis ini juga memiliki beberapa kekurangan di antaranya adalah
kekuatan dan ketahanan aus yang rendah.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mencari pengaruh teknik pengelasan TIG pada baja tahan karat SS316 dan
SS304
2. Mengetahui perbandingan sifat mekanisme dari metode pengelasan TIG
pada baja than karat SS316 dan SS304
3. Mengetahui sifat kekerasan akibat uji kekerasan.
2
Fakultas Teknik Unjani
1.5 Metode Penelitian
Dalam menganalisis permasalahan yang ada pada tugas akhir ini, maka
metode yang digunakan untuk menunjang seluruh kepentingan penelitian
adalah :
1. Melakukan studi diantara permasalahan yang muncul dilapangan,
mempelajari catatan - catatan perkuliahan mengenai masalah yang
dikemukakan serta pencarian buku - buku penunjang untuk memecahkan
permasalahan tersebut.
2. Melakukan observasi, yaitu mengumpulkan data yang diperlukan dengan
melakukan pengamatan secara langsung dilapangan, hal tersebut dilakukan
dengan cara melakukan pengukuran dan pengujian terhadap objek yang
diteliti, mencatat, dan mempelajari data - data yang telah didapat.
3. Diskusi dan tanya jawab yaitu suatu cara pengumpulan data-data dan
informasi yang diperlukan. Dengan cara berdiskusi dan tanya jawab dengan
pembimbing tugas akhir, dosen, dan pihak – pihak yang bersangkutan
diharapkan mampu membantu mendapatkan data yang akurat untuk
pengerjaan tugas akhir ini.
3
Fakultas Teknik Unjani
alir, materi tugas akhir, alat yang akan digunakan dalam proses penelitian
tugas akhir.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN, pada bab ini berisikan tentang proses
perhitungan dan analisa pembahasan mengenai hasil dari benda yang telah
dilakukan pengujian.
5. KESIMPULAN DAN SARAN, pada bab ini berisikan kesimpulan
mengenai hasil akhir dari pembuatan tugas akhir yang diikuti dengan
saran yang diperlukan agar dapat menyempurnakan tugas akhir ini jika
ingin menjadikan tugas akhir yang baru.
4
Fakultas Teknik Unjani
2. TEORI DASAR
5
Fakultas Teknik Unjani
Tabel 2. 1 Kasifikasi Baja Karbon (Wiryosumarto, 2000)
Kadar
Kek. Luluh Kek.Tarik Kek.
Jenis Karbon Penggunaan
(Kg/mm2) (Kg/mm2) Brinel
(%)
Baja Karbon Rendah:
Alat-Alat
Baja Karbon Sedang 0,3–0,5 30–40 50 - 60 140 - 170
Mesin
Baja Karbon Tinggi:
Perkakas,
Baja keras 0,5–0,6 34–46 58 – 70 160 – 200 Rel, Pegas
6
Fakultas Teknik Unjani
mengalami suatu goresan. Peristiwa ini biasa disebut dengan pasivasi, yang
dapat dijumpai pula pada logam lain misalnya aluminium dan titanium. Ada
berbagai macam jenis dari stainless steel. Ketika nikel ditambahkan sebagai
campuran, maka stainless steel akan berkurang kegetasannya pada suhu rendah.
Apabila diinginkan sifat mekanik yang lebih kuat dan keras, maka dibutuhkan
penambahan karbon.
Sejumlah unsur mangan juga telah digunakan sebagai campuran dalam stainless
steel. Stainless steel juga dapat dibedakan berdasarkan struktur kristalnya menjadi:
austenitic stainless steel, ferritic stainless steel, martensitic stainless steel,
precipitation-hardening stainless steel, dan duplex stainless steel
7
Fakultas Teknik Unjani
2.2.2 Stainless Steel Tipe SS316
Stainless steel 316 L merupakan austenistic stainless steel yang berasal dari
logam campur SS CrNiMo. Material tersebut memiliki komposisi karbon
rendah sehingga dapat meningkatkan ketahanan terhadap korosi sama halnya
dengan kandungan molybdenum pada material tersebut. Paduan logam kobalt
kromium molybdenum telah lama digunakan di dalam dunia kedokteran
antara lain sebagai material dental prosthesis dan implan karena sifatnya yang
kuat, tahan terhadap pemakaian dan mudah dipoles. Logam ini telah
dilaporkan berpengaruh dalam perubahan sistem imun di dalam tubuh.
Remanium GM 800 merupakan salah satu jenis alloy kobalt kromium yang
sering dipakai sebagai logam tuang dalam pembuatan gigi tiruan sebagian
dengan kelebihan memiliki resistensi terhadap fraktur yang tinggi serta
modulus elastisitas yang tinggi. tipe 316 merupakan salah satu tipe stainless
halogen dan senyawa anorganik pada rentang suhu dan konsentrasi yang luas.4
Stainless steel jarang dipakai sebagai bahan implan karena potensi alergi nikel
yang terkandung di dalam Stainless steel karena adanya potensi korosi pit
ataupun korosi crevice. Produk korosi pada stainless steel seperti besi, kromium,
nikel dan molybdenum dapat ditransfer ke tubuh dan berpotensi menimbulkan
respon imun yang tidak diinginkan.
8
Fakultas Teknik Unjani
2.3 Pengelasan
Berdasarkan pengertian dari Deutche Industrie Normen (DIN), las adalah
ikatan metalurgi pada sambungan logam atau paduan logam yang dilaksanakan
dalam keadaan cair. Penggolongan jenis las ditinjau dari sumber panas dibagi
menjadi sumber panas mekanik, sumber panas listrik, dan sumber panas kimia.
Sedangkan menurut cara pengelasannya dibagi pengelasan cair (fusion welding),
pengelasan tekan (pressur welding) dan pematrian (Wiryosumarto, 2000).
1. Pengelasan Cair (fusion welding)
Pengelasan cair (fusion welding) adalah proses mencairkan logam dengan
cara mencairkan logam yang tersambung.
Jenis – jenis pengelasan cair yaitu sebagai berikut :
a. Oxyacetyline Welding
b. Electric Arc Welding
c. Shield Gas Arc Welding
d. TIG (Tungten Inert Gas)
e. MIG (Metal Inert Gas)
f. MAG (Metal Aktive Gas)
g. Submerged Welding
h. Resistance Welding
i. Spot welding
j. Seam Welding
k. Upset Welding
l. Flash Welding
m. Electro Slag Welding
n. Electro Gas Welding
o. Electro beam Welding
p. Laser Beam Welding
q. Plasma Welding
2. Pengelasan Tekan (Pressure Welding)
Pengelasan tekan (pressure Welding) yaitu pengelasan di mana kedua logam
yang disambung, dipanaskan hingga meleleh, lalu keduanya ditekan hingga
menyambung. Adapun pengelasan tekan itu dibagi menjadi :
9
Fakultas Teknik Unjani
a. Pengelasan Tempa
Merupakan proses pengelasan yang diawali dengan proses pemanasan pada
logam yang diteruskan dengan penempaan sehingga terjadi penyambungan
logam.
b. Pengelasan Tahanan.
Proses ini meliputi :
1) Las Proyeksi
Merupakan proses pengelasan yang hasil pengelasannya sangat
dipengaruhi oleh distribusi arus dan tekanan yang tepat. Prosesnya yaitu plat
yang disambung dijepit dengan elektroda dari paduan tembaga kemudian
dialiri arus yang besar.
2) Las Titik
Prosesnya hampir sama dengan las proyeksi yaitu pelat yang akan
disambung dijepit dahulu dengan elektroda dari paduan tembaga, kemudian
dialiri arus yang besar dan waktunya dapat diatur sesuai dengan ketebalan
plat yang akan dilas.
3) Las Kampuh
Merupakan proses pengelasan yang menghasilkan sambungan las yang
kontinyu pada dua lembar logam yang tertumpuh. Ada tiga jenis las
kampuh, yaitu las kampuh sudut, las kampuh tumpang sederhana dan las
kampuh penyelesaian.
2.3.1 Las Tungsten Inert Gas Welding (TIG) atau Gas Tungsten Arc Welding
(GTAW)
Las Tungsten Inert Gas (TIG) atau Gas Tungsten Arc Welding (GTAW)
adalah jenis pengelasan dengan memakai busur nyala api yang menghasilkan
elektroda tetap yang terbuat dari tungsten (wolfram), sedangkan bahan
penambah terbuat dari bahan yang sama atau sejenis dengan bahan yang dilas
dan terpisah dari torch. Untuk mencegah oksidasi, maka dipakai gas
pelindung yang keluar dari torch biasanya berupa gas argon dengan
kemurnian mencapai 99,99%. Pada proses pengelasan ini peleburan logam
terjadi karena panas ang dihasilkan oleh busur listrik antara elektroda dan
10
Fakultas Teknik Unjani
logam induk (Aljufri, 2008). Proses pengelasan Gas Tungsten Arc Welding
(GTAW) dapat dilihat seperti pada gambar 1.
11
Fakultas Teknik Unjani
Pencairan kawat las dilaksanakan di ujung kolam las yang sambil proses
pengelasan berjalan.
Terdapat 4 (empat) komponen dasar atau komponen utama dari las
GTAW, yaitu (Sriwidharto, 2006):
1. Obor (torch)
2. Elektroda tidak terkonsumsi (tungsten)
3. Sumber arus las
4. Gas pelindung
12
Fakultas Teknik Unjani
h. Dapat digunakan hampir pada semua jenis metal termasuk pengelasan
metal berbeda.
i. Memungkinkan pengendalian mandiri sumber panas maupun
penambahan filler metal.
4. Elektroda Tungsten
Elektroda tungsten adalah elektroda tidak terumpan (nonconsumable
electode) yang berfungsi sebagai pencipta busur nyala saja yang digunakan
untuk mencairkan kawat las yang ditambahkan dari luar dan benda yang akan
disambung menjadi satu kesatuan sambungan. Elektroda ini tidak berfungsi
sebagai logam pengisi sambungan sebagaimana yang biasa dipakai pada
elektroda batang las busur metal maupun elektroda gulungan pada las MIG
(Tim Fakultas Teknik UNY, 2004).
Titik lebur metal tungsten adalah 6.170oF (3.410o C). Pada saat tungsten
mendekati suhu tersebut, sifatnya menjadi thermonic (sumber pemasok
elektron). Suhu tersebut dihasilkan melalui tahanan listrik, jika saja bukan
karena pengaruh pendinginan dari penguapan elektron yang keluar dari ujung
elektroda, elektroda tersebut akan mencair oleh panas yang dihasilkan dari
tahanan listrik tersebut. Pada kenyataannya suhu pada ujung elektroda jauh
lebih dingin daripada bagian dari elektroda diantara ujungnya dan bagian collet
yang paling dingin (Sriwidharto, 2006). Ada beberapa tipe elektroda tungsten
13
Fakultas Teknik Unjani
yang biasa dipakai dalam pengelasan TIG yang dapat dilihat pada Tabel 2
dibawah ini.
Tabel 2. 4 Elektroda Tungsten (Sumber: Cary, 1993)
14
Fakultas Teknik Unjani
Penggunaan elektroda tungsten untuk pengelasan baja karbon dapat dilihat
pada tabel 2.2.
Tabel 2. 5 Penggunaan elektroda tungsten untuk mengelas baja karbon Sumber:
(Heri Sunaryo, 2008)
15
Fakultas Teknik Unjani
5. Parameter Pengelasan Tungsten Inert Gas (TIG)
Parameter utama pada pengelasan TIG adalah tegangan busur (arc
length), arus pengelasan, kecepatan gerak pengelasan (travel speed), dan gas
pelindung. Jumlah energi yang dihasilkan oleh busur sebanding dengan arus
dan tegangan yang dialirkan, sedangkan jumlah bahan las yang dideposisikan
persatuan panjang berbanding terbalik dengan kecepatan gerak pengelasan.
Busur yang dihasilkan dengan gas pelindung helium lebih dalam dari pada
dengan gas argon (Sriwidharto, 2006).
6. Kecepatan Pengelasan (Travel speed)
Kecepatan pengelasan mempengaruhi lebar lajur las dan kedalaman
penetrasi TIG dan juga berpengaruh terhadap biaya. Pada beberapa aplikasi,
kecepatan pengelasan dipandang sebagai obyektif bersama dengan variabel
lainnya dipilih untuk mendapatkan konfigurasi las yang dikehendaki pada
kecepatan tertentu (Sriwidharto, 2006).
16
Fakultas Teknik Unjani
a. Arus busur
b. Bentuk ujung elektroda tungsten
c. Jarak antara elektroda tungsten dengan bahan induk
d. Jenis gas lindung
Tegangan arus dipengaruhi oleh variabel lainnya, dan digunakan untuk
menjelaskan prosedur las karena mudah diukur. Karena variabel lainnya
seperti gas lindung, elektroda dan jenis arus telah ditentukan sebelumnya,
maka tinggal tegangan busur saja yang digunakan untuk mengendalikan
panjang busur meskipun tegangan busur merupakan variabel yang sulit
dipantau.
Panjang busur pada proses pengelasan sangat menentukan lebar dari
kolam las. Untuk semua pengelasan GTAW kecuali pengelasan pada pelat
tipis (sheet), busur listrik harus dipertahankan sependek mungkin, oleh
karenanya juru las harus selalu waspada agar ujung elektroda pengumpanan
tercelup kedalam kolam las. Namun dengan sistem mekanisasi las yang
menggunakan helium sebagai gas lindung dan arus listrik DCEN (direct
current electrode negative) serta kuat arus yang relatif cukup penetrasi yang
cukup dalam, lajur las yang sempit dan kecepatan las yang tinggi. Teknik ini
disebut dengan las busur terendam (burrried arc) (Sriwidharto, 2006).
8. Arus Busur
Secara umum dapat dikatakan bahwa arus pengelasan menentukan
penetrasi las karena berbanding langsung, atau paling tidak secara
exponensial. Arus busur juga mempengaruhi tegangan. Jika voltasenya tetap
maka arus bertambah. Karenanya untuk mempertahankan panjang busur
pada kepanjangan tertentu, perlu untuk mengubah penyetelan tegangan
manakala arus disetel.
GTAW atau TIG dapat menggunakan arus searah maupun arus bolak-
balik. Pemilihan arus tergantung pada jenis bahan yang akan dilas. Arus
searah dengan elektroda pada bagian negatif dapat menghasilkan penetrasi
yang cukup dalam dan kecepatan las yang lebih tinggi, terutama apabila gas
lindungnya adalah helium. Namun dalam aplikasinya, pada pengelasan TIG
gas pelindung yang banyak digunakan adalah gas argon. Gas argon
17
Fakultas Teknik Unjani
merupakan pilihan yang terbaik untuk pengelasan TIG secara manual baik
dengan menggunakan arus searah maupun arus bolak-balik. Ada
kemungkinan pemilihan arus yang lain, yakni arus searah dengan elektroda
pada bagian positifnya. Proses ini hanya digunakan dalam kondisi khusus
saja, karena polaritas seperti ini akan menyebabkan over heating pada
elektroda.
Jika tegangan busur digunakan untuk mengendalikan panjang busur, harus
diperhatikan variabel lainnya, karena seperti elektroda dan gas lindung dapat
terkontaminasi kawat las yang terganggu pasokannya (feeding), perubahan
suhu pada elektroda, dan elektroda yang tererosi. Jika variabel ini mampu
mempengaruhi tegangan arus, maka tegangan tersebut perlu disetel ulang.
9. Penentuan Penggunaan Arus AC dan DC
Arus AC maupun DC yang digunakan di dalam pengelasan didasarkan
atas beberapa pertimbangan antara lain jenis logam yang akan dilas maupun
kedalaman penetrasi yang akan dicapai dalam pengelasan. Untuk jenis logam
yang permukaannya terbentuk oksid seperti aluminium dan magnesium serta
logam-logam non ferro yang lain, arus AC (alternating current) dan DCEP
(direct current electrode positive) digunakan. Arus AC dan DCEP ini
digunakan untuk mengelupas lapisan oksid yang akan terjadi akibat adanya
aliran elektron dari benda kerja menuju elektroda pada arus DCEP maupun
pada setengah siklus AC.
Penggunaan jenis arus juga mempengaruhi kedalaman penetrasi yang
akan dibentuk. Pada arus AC distribusi panasnya terjadi 1/2 untuk benda
kerja dan 1/2 untuk elektroda. Pada arus DCEP 2/3 panas terjadi pada
elektroda dan 1/3 sisanya terjadi pada benda kerja, sedangkan pada arus
DCEN terjadi sebaliknya yaitu 1/3 panas untuk elektroda dan 2/3 panas
sisanya terjadi pada benda kerja. Konsekuensi distribusi panas yang berbeda
ini akan berpengaruh pada kedalaman penetrasi yang berbeda. Pada AC
kedalaman penetrasi sedang dengan lebar kawah sedang. Pada DCEP, lebar
kawah lebih besar dengan kedalaman penetrasi lebih dangkal bila dibanding
AC. Pada DCEN, Lebar kawah lebih sempit dan kedalaman penetrasi lebih
18
Fakultas Teknik Unjani
dalam bila dibandingkan AC. Pada tabel 2.4 menyarankan jenis logam dan
jenis arus yang mungkin digunakan di dalam pengelasan tungsten inert gas.
Tabel 2. 6 Logam dan jenis arus yang sesuai untuk las TIG (Sumber: Althouse,
Turnquist, Bowditch, Bowditch, 1984:328)
Arus
Logam Dasar
DCEP DCEN AC
Aluminium perunggu J B S
Aluminium tuang J J S
Tembaga beryllium J B S
Paduan tembaga S J B
Besi tuang S J B
Tembaga deoksidasi S J J
19
Fakultas Teknik Unjani
Magnesium tuang J B S
Titanium S J B
Tabel 2. 7 Variabel proses pengelasan TIG untuk baja karbon (Sumber: AusAID
(Batam Institutional Development Project), 2001
20
Fakultas Teknik Unjani
didalam las gas tungsten dapat berupa gas argon, helium, dan campuran
argon-hidrogen.
Argon lebih sering dipakai di dalam las gas tungsten berdasar atas
beberapa pertimbangan yang antara lain:
a. Busur lebih stabil dan halus.
b. Membutuhkan tegangan busur yang lebih rendah bila dibandingkan dengan
gas lindung yang lain untuk panjang busur dan arus yang digunakan.
c. Busur mudah sekali dinyalakan.
d. Harga lebih murah
e. Dengan arus AC, pengelasan aluminium dan magnesium mudah
sekalidilakukan karena aksi pembersihan permukaan logam yang lebih besar.
f. Karena berat atom yang besar, konsumsi gas lindung dibutuhkan lebih
sedikit bila dibandingkan dengan gas lindung yang lain.
Argon yang dipakai sebagai gas lindung di dalam pengelasan gas
tungsten harus mempunyai kemurnian 99,99%. Gas ini biasa disimpan di
dalam silinder baja berukuran 330 cu. ft. (9,34 m3) yang biasanya mirip
dengan silinder baja untuk gas oksigen.
21
Fakultas Teknik Unjani
berhadapan 1200. pada pengujian ini bahan ditekan dengan gaya tertentu dan
terjadi cetakan pada bahan uji dari intan.
Pengujian ini sering dinamakan uji kekerasan piramida intan, karena
menggunakan bentuk piramida intan. Nilai kekerasannya disebut dengan
kekerasan HV atau VHN (Vickers Hardness Number), didefinisikan sebagai
beban dibagi luas permukaan bekas penekanan.
2FSin(θ ) 2FSin(136 2 )
0 1,854F
VHN = 2 2= 2 = 2 ………………..(2-3)
L L L
Dimana : F = Beban (kg)
L = Panjang diagonal rata-rata (mm)
θ = Sudut piramida 1200
2.3.3 Pengujian Tarik
Proses pengujian tarik bertujuan untuk mengetahui kekuatan tarik
benda uji. Pengujian tarik untuk kekuatan tarik daerah las dimaksudkan
untuk mengetahui apakan kekuatan las mempunyai nilai yang sama, lebih
rendah atau lebih tinggi dari kelompok raw materials. Pengujian tarik untuk
kualitas kekuatan tarik dimaksudkan untuk mengetahui berapa nilai
kekuatannya dan dimanakah letak putusnya suatu sambungan las.
Pembebanan tarik adalah pembebanan yang diberikan pada benda dengan
memberikan gaya tarik berlawanan arah pada salah satu ujung benda.
Penarikan gaya terhadap beban akan mengakibatkan terjadinya
perubahan bentuk (deformasi) bahan tersebut. Proses terjadinya deformasi
pada bahan uji adalah proses pergeseran butiran kristal logam yang
mengakibatkan melemahnya gaya elektromagnetik setiap atom logam
hingga terlepas ikatan tersebut oleh penarikan gaya maksimum.
Pada pengujian tarik beban diberikan secara kontinu dan pelan–pelan
bertambah besar, bersamaan dengan itu dilakukan pengamatan mengenai
perpanjangan yang dialami benda uji dan dihasilkan kurva
teganganregangan.
22
Fakultas Teknik Unjani
Gambar 2. 5 Kurva tegangan-regangan (Wiryosumarto, 2000)
Pada pengujian tarik beban diberikan secara kontinu dan pelan–pelan
bertambah besar, bersamaan dengan itu dilakukan pengamatan mengenai
perpanjangan yang dialami benda uji dan dihasilkan kurva
teganganregangan.
Tegangan dapat diperoleh dengan membagi beban dengan luas
penampang mula benda uji.
Fu
σu = ……………………………………..(2.1)
Ao
Dimana: σu= Tegangan nominal (kg/mm2)
Fu = Beban maksimal (kg)
Ao = Luas penampang mula dari penampang batang (mm 2)
Tegangan luluh
Batas elastis
Regangan
24
Fakultas Teknik Unjani
ketangguhan logam las. Pada daerah ini struktur mikro yang terjadi adalah
struktur cor. Struktur mikro di logam las dicirikan dengan adanya struktur
berbutir panjang (columnar grains). Struktur ini berawal dari logam induk
dan tumbuh ke arah tengah daerah logam las (Sonawan, 2004).
25
Fakultas Teknik Unjani
terbentuk sekitar suhu 6500C dan mempunyai ketangguhan paling tinggi
dibandingkan struktur mikro yang lain.
d) Bainit, merupakan ferit yang tumbuh dari batas butir austenit dan
terbentuk pada suhu 400-5000C. Bainit mempunyai kekerasan yang
lebih tinggi dibandingkan ferit, tetapi lebih rendah dibanding martensit.
e) Martensit akan terbentuk, jika proses pengelasan dengan pendinginan
sangat cepat, struktur ini mempunyai sifat sangat keras dan getas
sehingga ketangguhannya rendah.
26
Fakultas Teknik Unjani
Gambar 2. 11 Struktur mikro ferit dan perlit (Sonawan, 2004)
27
Fakultas Teknik Unjani
yang artinya struktur mikro baja mula-mula ferit+perlit berubah menjadi
ferit dan austenit.
28
Fakultas Teknik Unjani
3. METODELOGI PENELITIAN
Mulai
`
Studi literatur
Austenite Austenite
Stainless Steel Persiapan material uji : Stainless Steel
1. Pemilihan material uji
(SS316) (SS304)
2. Pembuatan sudut kampuh las
Pemotongan Pemotongan
Pengujian/Pemeriksaan material :
1. Dye Penetrant
2. Proses Spinning
1. Pengujian Kekerasan
2. Pengujian Tarik
3. Pemeriksaan Struktur Mikro
4. Perhitungan Besar Butir
A B
29
Fakultas Teknik Unjani
A B
Selesai
30
Fakultas Teknik Unjani
dilakukan pengelasan. Adapun spesifikasi dari material yang digunakan,
sebagai berikut :
1. Material yang digunakan adalah plat stainless Steel SS304 dan SS316.
2. Ketebalan material plat 3 mm.
3. Panjang 300 mm dan lebar 200 mm.
Pemotongan material yang digunakan adalah dengan cara pemotongan
busur udara. Ini dilakukan karena pemotongan busur udara lebih efisien dua atau
tiga kali lipat dibandingkan dengan pemotongan gas dan pemotongan busur
udara ini sangatlah kecil pengaruh panas yang terjadi pada material.
3.2.4. Pengelasan
1. Proses pengelasan TIG/GTAW
Dalam penelitian ini, salah satu proses pengelasan menggunakan metode
TIG guna memberikan hasil yang jauh lebih baik pada daerah las karena
pengelesan ini dapat mengatur kecepatan pengumpanan logam pengisi
sehingga terlepas dari besarnya arus, sehingga memungkinkan pengelasan
TIG digunakan untuk plat baja tipis seperti yang digunakan dalam pengujian
ini. Dalam banyak hal, penggunaan elektroda wolfam-torium lebih baik
terutama untuk ketahanan ausnya.
Adapun spesifikasi dari pengelasan TIG (AWS D1.6) ER70S-6 yang
digunakan untuk penilitian sebagai berikut :
1. Diameter elektroda : 2 mm
2. Ampere : 40 A
3. Volt : 25 V
4. Posisi pengelasan : mendatar
31
Fakultas Teknik Unjani
5. Polaritas : AC (Alternating Current atau las
arus bolak balik)
3.2.3. Pengujian Material
1. Dye Penetrant
Penggunaan pada pengujian ini dengan cara membersihkan terlebih dahulu
material yang akan disemprotkan, agar penetrant dapat melekat sempurna.
Setelah bersih dari partikel pengotor, maka disemprotkan red dye penetrant ke
seluruh bagian permukaan yang ingin di uji. Setelah itu biarkan red dye
penetrant kering selama kurang lebih beberapa menit. Kemudian semprotkan
developer application (berwarna putih) ke seluruh bagian yang terkena red dye
penetrant application. Tunggu sekitar 3 menit, jika terjadi porositas, maka
warna merah akibat red dye penetrant application yang dilakukan pada awal
akan muncul keluar berbentuk bulatan-bulatan kecil.
2. Proses Spinning
Proses pembentukan dengan spin ini dimulai dari pusat sumbu pelat dan
ditekan sambil pelat ditarik keluar. Proses ini dilakukan secara bertahap.
Pengulangan ini dimaksukan agar pembentukan merata pada seluruh
permukaan pelat.
3. Pengujian Kekerasan
Pengujian kekerasan yang dilakukan menggunakan metode Vickers.
Pengujian dilakukan pada Plain Surface dengan melakukan penekanan pada
permukaan tersebut dengan menggunakan indentor intan kerucut. Indentor ini
terbuat dari material yang mempunyai kekerasan melebihi kekerasan material
yang akan di uji.
Adapun prosedur pengujian kekerasan sebagai berikut :
a. Menyiapkan material diatas meja/landasan pada alat uji.
b. Melakukan pengujian dengan mesin uji kekerasan Vickers dengan beban
10 kg.
c. Mengukur besarnya penekanan indentor yang digunakan, dan menghitung
angka kekerasannya.
32
Fakultas Teknik Unjani
4. Pengujian Tarik
Pengujian tarik adalah salah satu pengujian mekanik yang bertujuan untuk
mengetahui sifat-sifat mekanik dari suatu logam, yaitu antara lain; kekuatan
tarik (tensile strength), kekuatan luluh (yield strength) dan regangan (strain).
a. Spesimen Uji Tarik
Spesimen uji tarik pada penelitian ini, permukaan spesimen dihaluskan
hingga tidak ada cacat atau goresan pada permukaannya.
b. Prosedur Pengujian Uji Tarik
Dalam penelitian ini, uji tarik dilakukan untuk mengetahui tegangan tarik.
Kekuatan tarik adalah kekuatan yang sering diasumsikan dengan beban
maksimum, di mana logam dapat menahan beban untuk keadaan yang
sangat terbatas.
33
Fakultas Teknik Unjani
Gambar 3. 2 Prinsip uji Tarik
5. Struktur Mikro
Tahapan yang dilakukan pada pengujian struktur mikro :
a. Menghaluskan permukaan dengan ampelas grid 240, 400, 600 dan
800.
b. Melakukan pemolesan (Polishing).
c. Pencelupan benda uji ke dalam larutan etsa selama beberapa saat.
d. Pencucian dengan menggunakan air murni.
e. Pengeringan dengan menggunakan dryer.
f. Pengamatan mikro dengan mikroskop optik pembesaran 400x.
g. Pengambilan foto.
6. Besar Butir
34
Fakultas Teknik Unjani
DAFTAR PUSTAKA
Davis, Troxell, dan Hauck. 1992. The Testing of Engineering Materials. Edisi 4.
Illinois.
Tim Penyusun, Fakultas Teknik UNY. 2004. Mengelas Dengan proses Las Gas Tungsten.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan
Nasional
Sonawan H. 2003. Pengelasan Logam. Alfabeta. Bandung.
Katulistiwa, Inggil. 2014. Pengaruh besar arus pengelasan dan jenis elektroda las
Tungsten Inert Gas (TIG) pada baja karbon rendah terhadap kekuatan tarik dan
bending. Surabaya: Universitas Negri Surabaya.
Aljufri. 2008. Pengaruh Variasi Sudut Kampuh V Tunggal Dan Kuat Arus Pada
Sambungan Logam Aluminium – Mg 5083 Terhadap Kekuatan Tarik Hasil
Pengelasan Tig.
Cary, B. Howard. 1989. Modern Welding Technology, second edition, Prentice
Hall International, Inc. Engewood. New Jersey.
35
Fakultas Teknik Unjani