Anda di halaman 1dari 2

Inflamasi hadir di paru, lebih spesifik lagi pada jalur nafas kecil di semua orang yang merokok.

Respon perlindungan ini terjadi ketika seseorang menghirup toksin. Ini akan mengakibatkan destruksi
jaringan, dan rusaknya mekanisme perbaikan dari jaringan. Pada umumnya, inflamasi dan proses
remodeling jaringan akan menetap walaupun seseorang berhenti merokok. Selain inflamasi, dua proses
lainnya ikut bertanggung jawab dalam pathogenesis PPOK, yaitu tidak seimbangnya jumlah protease dan
antiprotease (defisiensi alpha-1 antitripsin) , dan ketidakseimbangan antara oksidan dan antioksidan
(stress oksidatif) di paru.
Defisiensi α-1 antitripsin dan Lingkungan,
1. Peningkatan produksi (atau aktifitas) protease dan inaktivasi (atau mengurangi produksi dan
aktifitas) dari antiprotease akan mengakibatkan ketidakseimbangan. asap rokok, dan peradangan
itu sendiri, menghasilkan stres oksidatif, yang dapat menyebabkan beberapa sel inflamasi untuk
melepaskan kombinasi protease dan menginaktivasi beberapa antiprotease oleh oksidasi.
Protease utama yang terlibat adalah yang diproduksi oleh neutrofil (termasuk protease serin
elastase, cathepsin G, dan protease 3) dan makrofag (sistein protease dan cathepsins E, A, L, dan
S), dan berbagai metalloproteases matriks (MMP-8, MMP-9, dan MMP-12). antiprotease utama
yang terlibat dalam patogenesis emphysema termasuk α- 1 antitrypsin, inhibitor leucoprotease
sekretori, dan inhibitor jaringan metalloproteases.
Pelepasan Mediator inflamasi, dan ikut campurnya neutrophil protease akan
mengakibatkan degradasi dari dinding alveolar (lebih tepatnya penurunan repair dari dinding
alveolar) dan kapiler. Aktifitas ini akan mengakibatkan penurunan elastisitas recoil dan daya
temple dari alveolar dan menyebabkan pembesaran ruang udara, terganggunya difusi udara, dan
air trapping saat ekspirasi dan semua itu akan mengakibatkan emfisema.
2. Beban oksidatif meningkat pada PPOK. Sumber oksidan termasuk asap rokok dan oksigen dan
nitrogen spesies reaktif dilepaskan dari sel-sel inflamasi. Hal ini menciptakan ketidakseimbangan
dalam oksidan dan antioksidan stres oksidatif. Banyak penanda stres oksidatif meningkat pada
PPOK stabil dan lebih meningkat pada eksaserbasi. Stres oksidatif dapat menyebabkan inaktivasi
antiprotease atau stimulasi produksi lendir. Hal ini juga dapat memperkuat peradangan dengan
meningkatkan aktivasi faktor transkripsi (seperti faktor nuklir k B) dan karenanya ekspresi gen
mediator pro-inflamasi.
Peningkatan stress oksidatif yang disebabkan baik dari genetic maupun etiologi merokok
akan menyebabkan fibrosis, penebalan, maupun edema dari bronkiolus dan menyebabkan
penyempitan saluran udara, dan akan berujung pada bronchitis kronis. Inflamasi karena merokok
juga akan menyebabkan hipersekresi mucus dan menyebabkan penyempitan saluran udara dan
menyebabkan bronchitis kronis.

SUMBER:
MacNee, W. 2006. ABC of chronic obstructive pulmonary disease Pathology, pathogenesis, and
pathophysiology. British Medical Journal. Available at:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2713323/
Chaudhry, S., Dua, B., dan Wong, E. 2006. Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD). British
Medical Journal. Available at: http://www.pathophys.org/copd/

Anda mungkin juga menyukai