Anda di halaman 1dari 14

celotehan si cebong

Jumat, 15 November 2013


Asuhan Keperawatan pada Sistem Endokrin dengan Kasus Tiroiditis

KONSEP DASAR PENYAKIT

DEFINISI TIROIDITIS
Tiroiditis adalah peradangan pada kelenjar tiroid.Tiroiditis bisa terjadi akut, subakut,
dan kronis.Yang paling sering ditemukan adalah tiroiditis kronis yang juga disebut tiroiditis
Hashimoto.Pada tiroiditis Hashimoto, limfosit dan antibody antitiroid menginfiltrasi atau
memasuki kelenjar tiroid.Tiroiditis Hashimoto juga dikatakan sebagai gangguan
autoimun.Mekanisme gangguan autoimun belum jelas. (Mary Baradero, 2009)
Radang dari kelenjar tiroid dinamakan tiroiditis (thyroiditis).Kalau dokter
memberitahukan bahwa penyakitnya adalah tiroiditis, maka sebenarnya diagnosis demikian
harus dibuat lebih jelas, karena tiroiditis mencakup banyak keadaan.Tiroiditis bisa akibat
reaksi autoimun, karena persalinan, akibat infeksi kuman, karena suatu tiroiditis subakut yang
nyeri sekali, atau akibat pemakaian obat-obatan. Karena penyebabnya bermacam-macam,
tiroiditis bisa menimbulkan hipertiroid, atau hipotiroid, atau mungkin kadar hormonnya tidak
berubah sama sekali (normotiroid). (Tandra, Hans, 2011)
Tiroiditis atau peradangan kelenjar tiroid mencakup sekelompok penyakit yang
berlainan yang ditandai oleh peradangan tiroid. Penyakit ini mencakup penyakit akut dengan
nyeri tiroid hebat (misalnya tiroiditis infeksiosa, tiroiditis granulomatosa subakut) dan
penyakit yang peradangannya relatif ringan dan kelainan terutama bermanifestasi sebagai
disfungsi tiroid (tiroiditis limfositik subakut dan tiroiditis fibrosa). (Kumar, Vinay, 2009)
Tiroiditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid.Keadaan ini bisa bersifat akut, sub akut,
atau kronis.Masing-masing tipe tiroiditis ditandai oleh inflamasi, fibrosis atau infiltrasi
limfositik pada kelenjar tiroid. (Smeltzer, Suzanne C. 2011)
Tioriditis adalah peradangan pada kelenjar tiroid, yang secara lambat mengalami
pembesaran pada kelenjar tiroid.Istilah umum ini digunakan pada kelainan-kelainan yang
ditandai jelas dengan infiltrasi leukosit, fibrosis, atau kedua-duanya dalam kelenjar tiroid.
Tiroiditis dibagi menjadi beberapa jenis yaitu akut, sub akut, dan menahun: limfositik
(hashimoto), nonspesifik, fibrous-invasive (riedel). Pada penyakit tiroiditis ini banyak
menyerang wanita yang berumur antara 32-50 tahun.Inflamasi tiroiditis terjadi 2-4 minggu
sudah infeksi traktus respiratorius bagian atas.
Radang tiroid dapat terjadi akut, subakut, atau menahun.Radang akut biasanya
disebabkan oleh infeksi staphylococcus aureus.Tiroiditis bacterial akut ini sangat jarang
ditemukan.Tiroiditis subakut yang juga jarang ditemukan umumnya terjadi pada infeksi virus
di saluran napas. Tiroiditis menahun pada umumnya adalah penyakit autoimun yang disertai
kenaikan kadar antibody terhadap hormone tiroid/produk tiroid di dalam darah.
(Sjamsuhidajat, R. 2010)

ETIOLOGI
1. Defesiensi Iodin
2. Goitrogenik dalam makanan
3. Tiroiditis hasyimoto
4. Tiroiditis subakut
5. Sintetis hormon tidak adekuat akibat cacat bawaan pada enzim-enzim tiroid yang dibutuhkan
untuk Giosintesis T4 dan T3
6. Defesiensi bawaan pada reseptor T4 pada membran sel
7. Neoplasma, jinak atau ganas

KLASIFIKASI
a. Tiroiditis akut.
Tiroiditis akut merupakan kelainan langka yang disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur,
mikrobakteri atau parasite pada kelenjar tiroid. Staphylococcus aureus atau jenis
staphylococcus lain merupakan penyebab yang paling sering dijumpai. Secara khas penyakit
ini menyebabkan rasa nyeri serta pembengkakan pada leher bagian anterior, panas, disfagia,
dan difonia.Faringitis atau gejala sakit leher sering ditemukan pemeriksaan dapat
menunjukkan gejala rasa hangat, aritema (kemerahan), dan nyeri tekan pada kelenjar
tiroid.Terapi tiroiditis akut mencakup pemberian preparat antibiotic dan penggantian
cairan.Tindakan insisi dan drainase diperlukan jika terdapat abses.
b. Tiroiditis subakut
Dapat berupa tiroiditis granulomatosa sub akut (tiroiditis deQuervain) atau tiroiditis
tanpa nyeri (silent thyroiditis atau thyroiditis subakut).
Tiroiditis granulomatosa subakut meerupakan kelainan inflamasi pada kelenjar tiroid
yang terutama menyerang wanita berusia 40 hingga 50 tahun.(Sakiyama, 1993).Kelainan ini
ditemukan sebagai pembengkakan yang nyeri pada leher bagian anterior dan berlangsung
selama 1 atau 2 bulan dan kemudian menghilang spontan tanpa gejala sisa.Tiroiditis ini
sering terjadisetelah infeksi respiratorius.Kelenjar tiroid membesar secara simetris dan
kadang-kadang terasa nyeri.Kulit di atasnya sering tampak kemerahan dan terasa
hangat.Pasien merasa sulit menelan dan mengalami gangguan rasa nyaman, iritabilitas,
kegelisahan, insomnia, dan penurunan berat badan yang semuanya merupakan manifestasi
hipertiroidisme sering dijumpai, dan banyak pasien juga merasakan gejala demam serta
menggigil.
c. Tiroiditis Kronis.
Tiroiditis kronis yang paling sering dijumpai pada wanita berusia 30 hingga 50 tahun
diberi nama penyakit Hasyimotoatau tiroiditis limfositik kronis. Penegakan diagnosisnya
dilakukan berdasarkan gambaran histologis kelenjar tiroid yang mengalami inflamasi berbeda
dengan tiroiditis akut bentuk yang kronis ini biasanya tidak disertai nyeri, gejala penekanan,
atau pun rasa panas.Aktivitas kelenjar tiroid biasanya normal atau rendah dan bukan
meningkat.
Imunitas, yang diperantarai sel, berperan penting dalam pathogenesis tiroiditis
tersebut.Predisposisi genetik tampaknya merupakan faktor yang bermakna dalam
menyebabkan penyakit infeksi kronis ini. Jika tidak diobati, tiroiditis kronis akan berjalan
lambat diobati, tetapi progresif sehingga akhirnya akan terjadi hipotiroidisme.

MANIFESTASI KLINIS
Biasanya kelenjar dapat relatif keras tetapi sering kali sangat lunak.Penderita mengeluh
gejala-gejala penekanan pada leher, terutama bila menggerakkan kepala ke atas dan ke bawah
dan juga mengeluh kesulitan menelan, kelumpuhan pita suara akibat keterlibatan nervus
laringius rekurens jarang ditemukan.
1. Penurunan atau kenaikan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya.
2. Nyeri otot atau rasa lesu dan lemah.
3. Depresi, gelisah atau cemas.
4. Kelelahan atau sulit tidur.
5. Detak jantung cepat.
6. Sering buang air besar
7. Keringat bertambah
8. Periode menstruasi tidak teratur(pada wanita)
9. Iritabilitas
10. Kram otot
11. Berat badan menurun

PATOFISIOLOGI
Bahan dasar pembentukan hormon-hormon tiroid adalah iodium yang diperoleh dari
makanan dan minuman yang mengandung iodium. Ion lodidum (Iodida) darah masuk ke
dalam kelenjar tiroid secara transfor aktif dengan ATP sebagai sumber energi, selanjutnya
sel-sel folikel kelenjar tiroid akan mensisntesis Trogobulis (sejenis glikoprotein) dan
selanjutnya mengalami lodinisasi sehingga akan terbentuk di lodotiroin (Dit) dan mono
lodotiroin (MIT), proses ini memerlukan enzim peroksida sebagai katalisastor, proses akhir
adalah berupa reaksi penggabungan yaitu:

a. Penggabungan dua meolekul akan membentuk tiroid (T4)


b. Penggabungan molekul DIT dengan MIT membentuk tiroxin (T4)
Selanjutnya T3 dan T4 masuk ke dalam plasma dan berikut dengan PBI (Protein
bending lodin), reaksi penggabungan ini dirangsang oleh hormon TSH dihambat oleh Tirosil,
Tiorea, Sulfanamid sekresi hormon tiroid:
1. Pemasukan lodiun yang kurang.
2. Gangguan berbagai enzim dalam tubuh.
3. Hiposekresi TSH, bahan yang mengandung tiorea, tiorasil, sulfanoid dan metilkaptimida tol,
glukosil goitrogenik.
4. Gangguan pada kelenjar Tiroid.
KOMPLIKASI
1. Hipotiroidisme & Hipertiroidisme.
2. Kerusakan pita suara (bisu).
3. DM tipe 1.
4. Penyakit Addison.
5. Leukemia.
6. Sklerosis multiple.
7. Kanker gastrik.

PENATALAKSANAAN
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pada keadaan timbulnya gejala-gejala subyektif dan temuan dalam pemeriksaan fisik
maka pemeriksaan serum TSH dibutuhkan untuk menegakkan diagnosa.Pemeriksaan TSH
merupakan suatu tes yang sensitif untuk mengetahui fungsi thyroid. Biasanya ditemukan
kadar TSH meningkat, sedangkan kadar T4 total atau T4 bebas rendah. Sedangkan kadar
serum total T3 dan T3 bebas tidak akan menurun hingga ada kerusakan lebih lanjut, karena
terjadinya peningkatan konsentrasi serum thyrotropin menstimulasi thyroid untuk melepaskan
T3. Pada saat total T4 lebih banyak ditemukan daripada T4 bebas, T3 resin uptake dapat
membantu untuk mengkoreksi kadar protein binding antara T4 total dan T3, terutama bila ada
kadar abnormalitas dari TBG. Bila kedua serum TSH dan T4 kadarnya rendah hal ini
memperkuat adanya keadaan hipothyroidisme, begitu pula bila kadar T3 lebih rendah
dibawah kadar normal maka gejala-gejala dan tanda-tanda hypothyroidisme akan muncul.
Ditemukannya autoantibodi thyroid yaitu anti–TPO dan antibodi anti-Tg memperkuat adanya
penyakit thyroiditis Hashimoto.

2. Pemeriksaan Radiologi dan USG


Pemeriksaan USG biasanya tidak diperlukan dalam menegakkan diagnosa thyroiditis
Hashimoto, tetapi berguna untuk memperkirakan ukuran thyroid dan ekstensi retrosternal dan
untuk mengevaluasi bentuk dari nodul jika ada.Alat USG digunakan untuk menentukan nodul
itu kistik atau solid dan mungkin bermanfaat untuk pemeriksaan Fine-needle aspiration dari
nodul berukuran kecil pada saat ada indikasi dan penderita dalam keadaan bentuk anatomi
leher yang berubah.Diagnosa pasti untuk menentukan jinak dan ganasnya lesi daripada
thyroid hanya dapat dikonfirmasikan dengan pemeriksaan sitologi atau histologi dari jaringan
thyroid.
Iodium uptake dan scan biasanya tidak diindikasikan untuk mengkonfirmasi diagnosa
thyroiditis Hashimoto (biasanya uptake iodium mungkin meningkat sementara pada pasien
thyroiditis Hashimoto dengan intake iodium dari makanannya rendah karena efek dari
peningkatan kadar TSH). Pemeriksaan T4 dan T3 berguna untuk membedakan antara
thyroiditis hashimoto dan penyakit Grave jika ada hipertiroidisme sekunder. Pada pasien
dengan nodul yang jelas uptake iodium dan scan mungkin berguna untuk mengklasifikasi
nodul tersebut nodul panas atau dingin, tetapi kadar TSH biasanya adekuat untuk mengetahui
status fungsional dari thyroid.

3. Pemeriksaan lainnya
Pemeriksaan dengan menggunakan biopsi aspirasi jarum dilakukan ketika dijumpai
adanya nodul-nodul yang berkembang/membesar dengan cepat atau ketika ukuran dari
thyroid meningkat dengan cepat untuk menentukan keganasan atau adanya thyroid
lymphoma.
Thyroiditis Hashimoto merupakan diagnosa histologi.Biasanya tampak kelenjar thyroid
memperlihatkan adanya infiltrasi limfosit yang difuse dan infiltrasi sel plasma dengan bentuk
folikel limfoid berasal dari hiperplasia folikular dan kerusakan hingga dasar membran dari
folikel.Adanya suatu atrofi dari parenkim merupakan suatu bukti.Hubungan antara adanya
autoantibodi thyroid yang dinamakan anti-TPO dan anti-Tg sangant membantu dalam
menentukan diagnosa. Pemeriksaan penunjang yang tidak perlu dilakukan secara rutin dalam
menegakkan diagnosa dan untuk mengevaluasi keadaan pasien yaitu:
a. CBC count
b. Pemeriksaan profil lipid total dan fraksi lipid
c. Panel metabolisme basal
d. Kreatin kinase
e. Prolaktin
f. Rontgent dada
g. ECG

4. Penatalaksanaan Medis
Jika penyakit hashimoto dengan goiter tiroid, atau menyebabkan hormon tiroid,
penderita memerlukan penggantian hormon tiroid yang bertujuanmengatasi desfisiensi tiroid
serta mengecilkan ukuran nodul goiter.Pengobatan dengan penggunaan sehari-hari dari
hormon sintesis seperti levotiroksin (levothroid, syhintroid).Levotiroksin sintesis identik
dengan tiroksi, versi alamiah hormon tiroid ini dibuat oleh kelenjar tiroid.
Kadang tidak diperlukan pengobatan karena strumanya kecil dan asimtomatik.Bila
kelenjar tiroid sangat besar mungkin diperlukan tindakan pengangkatan, sebaiknya operasi ini
di tunda karena kelenjar tiroid tersebut dapat mengecil dengan sejalannya waktu.Pemberian
tiroksin dapat memepercepat hal tersebut.Disamping itu juga tiroksin dapat diberikan pada
keadaan hipotiroidisme.
Pada pasien usia tua, dosis yang dimulai dengan yang rendah dan ditingkatkan secara
bertahap. Aksi hormon sangat lambat pada tubuh, sehingga pengobatan diperlukan waktu
beberapa bulansambil melihat perkembangan gejalaatau ukuran goiter.Karena secara umum
gejala hipotiroid pada penyakit tiroid ini bersifat menetap, maka kadang dibutuhkan
pengobatan seumur hidup dengan dosisyang disesuaikan dari waktu ke waktu sesuai keadaan
individual pasien.
Dosis yang tidak adekuat akan mengakibatkan bertambah besarnya goiter, dan gejala
hipotiroid terus menerus. Kondisi ini dihubungkan juga dengan peningkatan kolestrol serum,
peningkatan resikoatherosklerosis dan penyakit jantung.Sedangkan apabila dosis berlebihan,
dapat menimbulkan gejala hipertiroid yang dapat mengakibatkan kerja jantung yang
berlebihan dan meningkatkan resiko osteoporosis.
Bila terjadi hipertiroidisme dapat diberikan obat anti-tiroid.Pemberian
gulkokortikoiddapat menyebabkan regresistruma dan mengurangititer antibodi.Tetapi
mengingat efek samping dan kenyataan bahwa aktivitas penyakitdapat kambuh kembali
sesudah pengobatan dihentikan, maka pemakaian obat golongan ini tidak dianjurkan pada
keadaan biasa.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Data Biografi
a. Identitas klien: nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, pendidikan, penting untuk
mengetahui adanya faktor resiko terhadap timbulnya serangan.
b. Identitas penanggung jawab: nama, umur jenis, jenis kelamin, alamat, hubungan dengan
klien.

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Untuk mengutarakan masalah dan keluhan secara lengkap dianjurkan menggunakan analisa
simptoma PQRST.
- P : Provokatif atau variatif
Apakah yang menyebabkan gejala?Apa saja yang dapat mengurangi atau yang dapat
memperberatnya?
- Q: Quality atau kualitas
Bagaimana gejala dirasakan?
- R : Regional atau area radiasi
Dimana gejala terasa?Apakah menyebar?
- S : Skala nyeri
Seberapakah nyeri yang dirasakan dengan skala1-5?
- T : Time atau waktu
Kapan gejala mulai timbul?
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat dan pemeriksaan kesehatan berfokus pada kekambuhan gejala yang berkaitan
dengan percepatan metabolisme.Hal ini mencakup keluhan keluarga dan pasien tentang
kepekaan dan peningkatan reaksi emosional.Penting juga untuk menentukan dampak dari
perubahan ini yang telah dialami dalam interaksi pasien dengan kelaurga, teman, dan rekan
kerja.Riwayatnya meliputi stresor lain dan kemampuan pasien untuk menghadapi stres.
Status nutrisi dan adanya gejala dikaji.Kekambuhan gejala berkaitan dengan output
sistem saraf berlebihan dan perubahan penglihatan dan penampilan mata.Oleh karena
kemungkinan adanya perubahan emosi yang berkaitan dengan hipertiroid, status emosi dan
psikologi pasien dievaluasi.Keluarga pasien mungkin memberikan informasi tentang
perubahan terakhir dalam status emosi pasien.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan adanya hubungan
atau menjadi predisposisi keluhan sekarang.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Data riwayat keluarga dikumpulkan dengan mengajukan pertanyaan apakah ada
anggota pasien yang pernah menderita seperti yang dialami oleh pasien, atau penyakit kronis
maupun penyakit keturunan

3. Dasar Data Pengkajian


a. Aktifitas / istirahat
Gejala: insomnia, sensitivitas T, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan otot.
Tanda: atrofi otot.
b. Sirkulasi
Gejala: palpitasi, nyeri dada (angina).
Tanda:disritma (vibrilasi atrium), irama gallop, mur-mur, peningkatan tekanan darah dengan
tekanan nada yang berat.Takikardi saat istirahat, sirkulasi kolaps, syok (krisis tiroksikosisi).
c. Eliminasi
Gejala : urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam feces, diare.
d. Integritas ego
Gejala: mengalami stres yang berat (emosional, fisik).
Tanda: emosi labil (euforia sedang sampai delirium), depresi.
e. Makanan dan cairan
Gejala: kehilangan berat badan mendadak, napsu makan meningkat, makan banyak,
makannya sering kehausan, mual, muntah.
Tanda: pembesaran tiroid, goiter, edema non pitting terutama daerah pretibial.
f. Neurosensory
Tanda: bicara cepat dan parau, gangguan status mental, perilaku (bingung, disorientasi,
gelisah, peka rangsang), tremor halus pada tangan, tanpa tujuan beberapa bagian tersentak-
sentak, hiperaktif refleks tendon dalam (RTP).
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala: nyeri orbital, fotofobia.
h. Pernapasan
Tanda: frekuensi pernapasan meningkat, takipnea, dispea, edema paru (pada krisis
tirotoksikosis).
i. Keamanan
Gejala: tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi terhadap iodium
(mungkin digunakan saat pemeriksaan).
Tanda: suhu meningkat di atas 37,4ºC, diaforesis kulit halus, hangat dan kemerahan
Eksotalus: retraksi, iritasi pada konjungtiva dan berair, pruritus, lesi eritema (sering terjadi
pada pretibial) yag menjadi sagat parah.
j. Seksualitas
Tanda: penurunan libido, hipomenorea, amenorea dan impoten.

4. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan fungsi tiroid dapat dilakukan pada tingkat hipotalamus, hipofise, tiroid,
serum atau jaringan perifer.Pemeriksaan yang paling sering dilakukan adalah pemeriksaan
kadar T3 dan T4 serum dan T3 resin uptake. Pemeriksaan T3 resin uptake dilakukan untuk
menilai perubahan konsentrasi protein serum yang dapat merubah ikatan T3 dan T4, T4
merupakan hormon yang lebih poten Perubahan tiroxine-binding globulin (TBG) dan
prealbumin dapat merubah konsentrasi T4 bebas, dan sedikit merubah T3.
Peningkatan kadar T4 biasanya sesuai dengan keadaan klinis hipertiroid berat,
sedangkan pemeriksaan T3 lebih sensitif dalam menentukan hipertiroid ringan.
Radioimmunoassay TSH dan tes stimulasi dapat membantu membedakan hipertiroid primer
dan sekunder.Pemeriksaan nodul tiroid mungkin memerlukan biopsi jarum dan eksplorasi
bedah.

DIAGNOSA
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.
2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya intake
nutrisi.
4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

INTERVENSI
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan rasa nyeri berkurang.

Intervensi Rasional
- Kaji lokasi dan skala nyeri - Untuk mengetahui lokasi dan
berapaskala
- Ajarkan manajemen nyeri dan teknik - Untuk mengatasi rasa nyeri yang
napas dalam dialami
- Pantau kondisi pasien tiap 2 jam - Untuk mengetahui kondisi pasien
dan mencegah terjadinya komplikasi
yang tidak diinginkan
- Kolaborasi untuk pemberian analgetik - Dapat membantu mengurangi rasa
nyeri

2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi


Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan suhu klien menurun dengan
kriteria hasil 36,50C– 37,50C

Intervensi Rasional
- Berikan kompres panas pada ketiak - Dapat membantu proses penurunan
panas yang dialami pasien
- Anjurkan klien untuk menggunakan - Karena kondisi tubuh yang lembab
baju yang dapat menyerap keringat memicu pertumbuhan jamur
sehingga beresiko menimbulkan
komplikasi
- Sebagai indikator untuk mengetahui
- Monitoring perkembangan hipertermi
- Membantu menuunkan suhu tubuh
pasien
- Kolaborasi untuk pemberian obat

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya intake
nutrisi.
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan berat badan kilienmenjadi
normal, tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi, mukosa bibir lembap.

Intervensi Rasional
- Awasi pemasukan diet,berikan makan - Untuk menghindari mual dan
sedikit tapi sering muntah dan memenuhi keb.nutrisi
pasien
- Berikan perawatan mulut sebelum - Untuk menghilangkan rasa tidak
makan enak
- Anjurkan klien makan dalam posisi - Untuk mencegah tersedak
duduk tegak
- Kolaburasi dengan tim gizi - Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi


Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan, pengetahuan klien bertambah, serta klien
mampu mengetahui keadaannya sendiri.
Intervensi Rasional
- Berikan penjelasan mengenai status - Agar pasien mengetahui keadaannya
keadaan pasien sendiri
- Berikan pengetahuan tentang penyakit - Dapat membantu klien dan
tiroiditis tersebut menambah pengetahuan klien
DAFTAR PUSTAKA

http://www.odasunrisenurse.blogspot.com/2011/09/ashuan-keperawatan-tiroiditis.html

Di akses pada 16 November 2013.

Kumar, Vinay.(2009). Robbins & Cotran Dasar Patologis Penyakit Edisi 7. Jakarta: EGC.

Perpustkaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT). Mary, Baradero. (2009). Klien

Gangguan Endokrin. Jakarta: EGC.

Sjamsuhidajat, R. (2010). Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-dejongEdisi 3. Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzanne C. (2011). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC.

Tandra, Hans. (2011). Mencegah dan Mengatasi Penyakit Tiroid. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama.

Diposting oleh Rahayu Kurniawati di 19.04


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Label: asuhan keperawatan, endokrin, kelenjar tiroid, keperawatan, KMB, konsep dasar
asuhan keperawatan, konsep dasar penyakit, laporan pendahuluan, pelajaran, sistem endokrin,
tiroiditis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Posting Komentar (Atom)

Mengenai Saya

Rahayu Kurniawati
Lihat profil lengkapku

Arsip Blog
 ► 2014 (6)

 ▼ 2013 (4)
o ▼ November (4)
 Asuhan Keperawatan pada Sistem Persarafan dengan K...
 Asuhan Keperawatan pada Sistem Endokrin dengan Kas...
 Hukum Kesehatan
 Asuhan Keperawatan pada Sistem Imun dengan Kasus D...

Tema Tanda Air. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai