Anda di halaman 1dari 61

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/326913151

Ayat-Ayat Konservasi

Book · January 2009

CITATIONS READS

0 1,257

1 author:

Onrizal Onrizal
University of Sumatera Utara
73 PUBLICATIONS   510 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Resiliency of coastal vegetation due to natural catastrophes View project

Coastal forest condition immediately post narural catastrophes View project

All content following this page was uploaded by Onrizal Onrizal on 09 August 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Ayat-Ayat Konservasi
Buku yang berjudul “Ayat –ayat konservasi: menghimpun dan menghidupkan khazanah Islam dalam
konservasi hutan Leuser” merupakan salah satu buku yang mencerminkan kekuatan fikiran dan
ilmu yang tinggi tentang sains dan agama. Penulisan tentang kawasan konservasi Leuser juga
menunjukkan kefahaman penulis tentang ilmu lingkungan yang berkait rapat dengan masalah
konservasi. Dengan ayat-ayat bukti yang kukuh berladaskan ayat-ayat al-Quran, buku ini telah
menunjukkan pentingnya pengetahuan al-Quran didalam sains. Dan juga pentingnya fahaman sains
untuk pergertian didalam al Qur’an.
Disini Bapak Onrizal cuba menjelaskan kepetingan konservasi terutama sekali di kawasan Leusar.
Saya percaya buku ini akan dapat mengisi kekosongan terutama sekali ilmu tentang sains dan
agama. Terlalu sedikit buku ilmiah seperti ini didalam pasaran. Buku ini bukan hanya akan dapat
menghibur para pembaca baik di Indonesia dan di Malaysia, malah akan dapat menimba banyak
ilmu.
Akhir kata, saya mengucapkan ‘syabas’ kepada penulis kerana dapat mengemukan isu-isu penting
pada masa sekarang terutama tentang masalah alam sekitar.
(Profesor Mashhor Mansor, PhD – Mantan Dekan School of Biological Sciences, Universiti Sains Malaysia, telah menerbitkan
puluhan buku dan mempublikasikan lebih dari seratus artikel ilmiah pada jurnal internasional terkait ekologi dan konservasi
sumberdaya alam)

“Semoga sumbangan ini berharga untuk kemajuan Aceh, Sumatera Utara dan Umat”
(Fachruddin M Mangunjaya – Penulis buku Konservasi Alam dalam Islam)

Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) sebagai kawasan konservasi alam membutuhkan pendekatan
multidisiplin dan kerjasama multipihak dalam mencapai keberhasilan pengelolaannya. Islam sebagai
agama yang dianut oleh sebagian besar masyarakat di sekitar Leuser dan ajaran Islam mencakup
segala aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu, upaya menggali ajaran Islam terkait konservasi
alam menjadi salah satu upaya yang sangat penting.
Buku yang ditulis oleh Onrizal, akademisi dari Universitas Sumatera Utara (USU), juga saya kenal
sebagai aktivis Islam dan lingkungan. Dengan demikian pendekatan akademis serta pengalaman
penulis akan memudahkan dalam menyimak dan mengaplikasikan kandungan buku ini dalam
aktivitas konservasi alam di lapangan.
(Gatot Pujo Nugroho, ST – Wakil Gubernur Sumatera Utara)

Kami sangat mendukung upaya penerbitan buku “Ayat-ayat Konservasi” dengan menghimpun khazanah
Islam dalam konservasi alam baik melalui penelusuran ajaran Islam berdasarkan al Quran dan praktik
yang dicontohkan oleh Rasulullah saw maupun kearifan masyarakat lokal di sekitar Leuser dalam
pengelolaan sumberdaya alam secara lestari. Harapan besar kami semoga kehadiran buku ini menjadi
salah satu kontribusi dalam menghidupkan nilai-nilai Islam dalam konservasi Leuser.
(Ir. Harijoko SP, MM. – Kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser)
SAMBUTAN
WAKIL GUBERNUR SUMATERA UTARA

Assalamu’alaikum wr. wb.


Pemerintah Provinsi Sumatera Utara sangat menyambut baik penerbitan buku yang berjudul “Ayat-
ayat Konservasi: Menghimpun dan Menghidupkan Khazanah Islam dalam Konservasi Hutan
Leuser.” Hutan Leuser ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia pada tahun 1980 sebagai kawasan
konservasi berupa Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) yang terletak di dua provinsi, yakni
AYAT-AYAT KONSERVASI Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. TNGL memiliki nilai konservasi
Menghimpun dan Menghidupkan Khazanah yang sangat tinggi dan berperan dalam menjaga keberlangsungan jasa ekologi, tidak saja bagi
Islam dalam Konservasi Hutan Leuser masyarakat disekitarnya namun juga bagi masyarakat dunia.
Berdasarkan nilai dan manfaat kawasan TNGL tersebut, pada tahun 2004 United Nations Educational,
Scientific, and Cultural Organization (UNESCO), lembaga PBB yang membidangi pendidikan, ilmu
Penulis : Onrizal
Editor & Perwajahan : Arief Arbianto pengatahuan dan budaya menetapkan TNGL sebagai warisan dunia berupa Tropical Rainforest
Heritage of Sumatra. TNGL selain merupakan rumah bagi banyak jenis yang terancam punah yang
menjadi perhatian masyarakat dunia seperti orangutan Sumatera, harimau Sumatera, gajah Sumatera
ISBN No: 978-602-95312-1-3
dan badak Sumatera, namun juga menyediakan jasa ekologi penting bagi kehidupan seperti sumber
Diterbitkan oleh: YAYASAN ORANGUTAN SUMATERA LESTARI - makanan, minuman dan obat-obatan bagi masyarakat di sekitarnya, pengontrol erosi tanah, pencegah
ORANGUTAN INFORMATION CENTRE (YOSL-OIC)
banjir, pengatur iklim mikro dan penyerap karbon sehingga penting dalam mencegah pemanasan
Medan, Indonesia global (global warming), serta menyediakan pemandangan yang indah.
TNGL sebagai kawasan konservasi alam membutuhkan pendekatan multidisiplin dan kerjasama
multipihak dalam mencapai keberhasilan pengelolaannya. Islam sebagai agama yang dianut oleh
© 2010 by YOSL-OIC sebagian besar masyarakat di sekitar Leuser dan ajaran Islam mencakup segala aspek kehidupan
Hak cipta dilindungi undang-undang manusia. Oleh karena itu, upaya menggali ajaran Islam terkait konservasi alam menjadi salah satu
upaya yang sangat penting.
All rights reserved
Buku yang ditulis oleh Onrizal, akademisi dari Universitas Sumatera Utara (USU), juga saya kenal
sebagai aktivis Islam dan lingkungan. Dengan demikian pendekatan akademis serta pengalaman
Photo sampul: Nick Lyon/www.films4.org, Martin Harvey,
Miran Campbell-Smith, Claire Thompson, Mike O. Griffiths. penulis akan memudahkan dalam menyimak dan mengaplikasikan kandungan buku ini dalam
aktivitas konservasi alam di lapangan. Selanjutnya, saya berharap kehadiran buku yang diterbitkan
oleh Yayasan Orangutan Sumatera Lestari-Orangutan Information Centre (YOSL-OIC) ini akan
mampu menghidupkan khazanah Islam dalam kegiatan konservasi alam oleh seluruh komponen
masyarakat dan pemerintah.
YOSL-OIC merupakan lembaga swadaya masyarakat yang peduli terhadap upaya konservasi
Akhir kata, selamat membaca dan berkontribusi bagi kehidupan yang lebih baik.
Orangutan Sumatera (Pongo abelii) dan hutan hujan tropis sebagai sumber keanekaragaman
hayati yang dibutuhkan untuk kelangsungan kehidupan umat manusia. YOSL-OIC Wassalamu’alaikum wr. wb.
bekerjasama dengan masyarakat lokal yang tinggal di sekitar habitat orangutan dengan
melakukan beragam kegiatan seperti kunjungan sekolah, kunjungan desa, penghijauan,
restorasi hutan, pengembangan mata pencaharian alternative seperti agroforestry dan
Medan, Juni 2010
berbagai macam program pelatihan dan penyadartahuan bagi masyarakat di sekitar Wakil Gubernur Sumatera Utara
Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL).

Telepon/Fax : +62 61 8200218


Email : info@orangutancentre.org
Website : www.orangutancentre.org H. Gatot Pujo Nugroho, ST
SAMBUTAN SAMBUTAN YAYASAN ORANGUTAN SUMATERA LESTARI
KEPALA BALAI BESAR TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER ORANGUTAN INFORMATION CENTRE (YOSL-OIC)

Assalamu’alaikum wr. wb. Assalamu’alaikum wr. wb.


Pada tahun 2010 ini, Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) tepat berumur 30 tahun sebagai salah Sebagai sebuah kawasan konservasi yang kaya akan ragam hayati penting, Taman Nasional Gunung
satu dari lima taman nasional yang pertama dideklarasikan di Indonesia bersama 5 taman nasional Leuser (TNGL) membutuhkan partisipasi segala pihak untuk melestarikannya. Tidak ketinggalan
lainnya. Setahun sejak ditetapkan sebagai taman nasional, Leuser pada tahun 1981 ditetapkan oleh peran serta aktif masyarakat yang menghuni pinggir hutan TNGL.
UNESCO sebagai Cagar Biosfer (Biosphere Reserve). Pendekatan secara agama khususnya agama Islam, adalah sebuah langkah yang dirasa perlu untuk
TNGL merupakan suaka tropis terbesar dan terkaya di dunia, sebagai habitat dari sejumlah besar meningkatkan partisipasi masyarakat khususnya mereka yang tinggal di pinggir kawasan TNGL
spesies fauna. TNGL juga merupakan rumah bagi banyak jenis yang terancam punah yang secara agar ikut ambil bagian dalam kegiatan menjaga dan melindungin kelestariannya.
alami hanya dijumpai di Sumatera dan menjadi perhatian masyarakat dunia seperti orangutan Untuk itulah, Yayasan Orangutan Sumatera Lestari - Orangutan Information Centre (YOSL-OIC)
Sumatera, harimau Sumatera, gajah Sumatera dan badak Sumatera. TNGL juga berperan dalam bekerjasama dengan Forum Da’i Peduli Lingkungan (FORDALING) kemudian berinisiatif untuk
menyediakan jasa ekologi tak tergantikan, seperti penyedia air, sumber makanan dan obat-obatan, menyusun sebuah buku yang dapat membangkitkan semangat memiliki TNGL. Sebuah buku yang
sumber perikanan, pengontrol erosi tanah, pencegah banjir, pengatur iklim mikro dan penyerap mudah dibaca dan juga dipahami oleh semua lapisan masyarakat. Ditulis dengan bahasa yang ringan,
karbon sehingga penting dalam mencegah pemanasan global (global warming), serta penyedia namun tetap sarat dengan informasi yang membuka wawasan masyarakat tentang keberadaan dan
pemandangan yang indah. Mengingat keberadaan, fungsi, dan manfaat serta kekayaan hayati TNGL pentingnya TNGL bagi kehidupan.
sangat besar dalam skala global, pada tahun 2004 UNESCO menetapkan TNGL sebagai warisan dunia
Tropical Rainforest Heritage of Sumatra. Oleh karena itu dibutuhkan inisiatif pengelolaan kolaboratif di YOSL-OIC mengucapkan terimakasih kepada Saudara Onrizal yang telah merampungkan
seluruh tingkatan mulai lokal, nasional, regional dan internasional. penulisan buku ini dengan mengumpulkan berbagai khazanah dan kearifan lokal di sekitar TNGL
bersama Forum Da’i Peduli Lingkungan (FORDALING). Diharapkan dengan terbitnya buku ini,
Sebagai institusi yang mengemban amanat negara, Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser semangat untuk menghidupkan kembali kearifan lokal tersebut dapat menjadi sebuah solusi cerdas
(BBTNGL) menyadari pentingnya kerjasama multipihak dan pendekatan multidisiplin dalam pemeliharaan kelestarian TNGL.
mencapai keberhasilan pengelolaan TNGL yang memberikan manfaat optimal bagi kehidupan
manusia. Dengan demikian, upaya menggali khazanah Islam dalam konservasi alam sangat penting Selamat membaca, semoga memberi pencerahan bagi kita semua tentang tanggungjawab menjaga
dilakukan mengingat sebagian masyarakat yang hidup di sekitar Leuser beragama Islam. kelestarian Taman Nasional Gunung Leuser.

Kami sangat mendukung upaya penerbitan buku “Ayat-ayat Konservasi” dengan menghimpun
khazanah Islam dalam konservasi alam baik melalui penelusuran ajaran Islam berdasarkan al Quran
dan praktik yang dicontohkan oleh Rasulullah saw maupun kearifan masyarakat lokal di sekitar Leuser
Yayasan Orangutan Sumatera Lestari - Orangutan Information Centre (YOSL-OIC)
dalam pengelolaan sumberdaya alam secara lestari. Harapan besar kami semoga kehadiran buku ini
menjadi salah satu kontribusi dalam menghidupkan nilai-nilai Islam dalam konservasi Leuser.
Kepada penulis, Sdr. Onrizal dari Universitas Sumatera Utara dan penerbit, Yayasan Orangutan
Sumatera Lestari-Orangutan Information Centre (YOSL-OIC), kami mengucapkan selamat atas
terbitnya buku ini. Semoga kerjasama yang baik dapat terus kita tingkatkan di masa mendatang.
Selamat membaca dan mari bersama-sama berkontribusi yang terbaik dalam aktivitas konservasi
alam untuk kehidupan yang lebih baik. Panut Hadisiswoyo, SS, MA, MSc
Founding Director
Kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser
Medan, Juni 2010

Ir. Harijoko SP, MM.


KATA PENGANTAR PENULIS UCAPAN TERIMA KASIH

Islam agama yang sempurna, ajarannya mencakup segala hal terkait kehidupan manusia dan alam
semesta. Islam juga menjadi rahmat bagi sekalian alam. Melalui buku ini diulas aspek Islam khususnya Rasa syukur tak terhingga kepada Allah swt atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga
yang terkait dengan konservasi alam. Kata konservasi memang bukan berasal dari kosa kata Arab buku “Ayat-Ayat Konservasi” ini bisa hadir. Semoga nikmat yang besar tersebut terus mengalir
yang menjadi bahasa datangnya agama Islam, namun praktek perlindungan dan pelestarian alam dan memberikan manfaat bagi khalayak ramai serta berkontribusi bagi terciptanya bumi yang lebih
berupa al hima telah diakui FAO sebagai cara konservasi tertua yang dijumpai di Semenanjung baik.
Arabia, bahkan mungkin tertua di dunia. Sistem ini diperkenalkan oleh Rasulullah saw 14 abad yang
lalu, sementara tonggak konservasi modern yang dinisbatkan pada pembentukan Taman Nasional Upaya serius menghadirkan buku ini diawali pertengahan tahun 2009 lalu ketika Founding Director
Yellowstone baru hadir pada 1 Maret 1872 atau 12 abad setelah al hima diperkenalkan. Sejak awal Yayasan Orangutan Sumatera Lestari – Orangutan Information Centre (YOSL-OIC), Mas Panut
pembentukannya, al hima dimaksudkan untuk kemaslahatan umum dan pengawetan habitat alami. Hadisiwoyo, SS., MA, M.Sc. datang berdiskusi dan meminta kesediaan saya untuk menuliskan topik
terkait Islam dan Konservasi Alam. Sejatinya keinginan itu juga saya miliki sejak 10 tahun lalu ketika
Berbagai buku dan artikel yang membahas Islam dan Konservasi telah dipublikasikan sejak tahun
menjadi staf pengajar Departemen Kehutanan Universitas Sumatera Utara yang baru lahir di tahun
1960-an meskipun di Indonesia baru mulai sejak tahun 2000-an. Buku ini hadir berdasarkan berbagai
1999 tersebut dan mengasuh mata kuliah Pengantar Ilmu Kehutanan dan Etika Lingkungan. Berbagai
publikasi tersebut ditambah dengan khazanah konservasi yang hidup atau pernah hidup dalam
kesibukan dan kendala menjadikan ide itu belum terealisasi sampai momentum pertemuan dengan
masyarakat muslim yang bertempat tinggal di sekitar hutan Leuser secara khusus, maupun berbagai
pendiri YOSL-OIC. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih atas kerjasama dan kontribusi
khazanah serupa di tempat lain.
yang sangat besar dari Mas Panut beserta seluruh jajaran YOSL-OIC.
Buku ini berisi 7 (tujuh) bagian. Uraian buku ini diawali dengan (1) bumi, rumah kita bersama, yang
kemudian dilanjutkan dengan pengenalan (2) Leuser, anugrah tak ternilai, (3) refleksi banjir bandang Dalam perjalanan hampir 8 bulan penulisan buku ini, berbagai pihak telah banyak memberikan
Bukit Lawang 2003, (4) konservasi alam di zaman Rasulullah, (5) akhlak Rasulullah terhadap satwa kontribusi, terutama para ulama dan da’i dari Langkat dan Aceh Tamiang yang tergabung dalam
liar, (6) khazanah masyarakat sekitar Leuser dalam konservasi, dan diakhiri dengan (7) penutup Forum Dai Peduli Lingkungan (FORDALING) atas diskusi dan pencarian khazanah konservasi
berupa pembahasan amanat suci nan agung. masyarakat di sekitar hutan Leuser. Khususnya kepada Ustad Khalid, S.Ag., MA. selaku ketua
FORDALING, Ustad Muhammad Irsan Mustafid Halomoan, Kiai Abdul Khahar (Ponpes Al Uswah
Sasaran utama buku ini adalah para pemuda Islam, khususnya pelajar dan santri serta para guru
Kuala), Ustad Syamsul, S.Ag., Ustad Zulkarnain, Lc., MA. (ketua IKADI Langkat), Ustad Dedi
sebagai pendidik generasi muda bangsa. Oleh karena itu, ulasan dalam buku ini sebagian besar
Suriansyah, S.Fil.I. (ketua IKADI Aceh Tamiang), dan seluruh da’i dan ulama khususnya di Langkat
disajikan berupa pembahasan dialogis. Harapan besar agar pemahaman ajaran Islam dalam
dan Aceh Tamiang.
konservasi alam oleh generasi muda tersebut dapat menjadi pemicu dan pemacu aktivitas konservasi
alam yang lebih baik di masa mendatang.
Tidak lupa pula kepada pihak Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Langkat dan Ikatan Da’i
Tak ada gading yang tak retak. Kerenanya penulis menyakini dengan segala keterbatasan, masih Indonesia (IKADI) Langkat dan Aceh Tamiang telah membuka diskusi awal pada 16 November
sangat banyak khazanah Islam dan masyarakat Islam di sekitar hutan Leuser yang belum tergali 2009 lalu dan menambah inspirasi penulisan buku ini. Kepada mereka semua, saya sampaikan rasa
atau dihadirkan dalam buku ini. Oleh karena itu, segala masukan dan kritikan sangat diharapkan hormat dan ucapan terima kasih serta penghargaan yang tinggi.
sebagai bagian upaya pelestarian lingkungan dan sumberdaya alam yang telah Allah anugerahkan
kepada kita semua. Ucapan terima kasih dan penghargaan juga disampaikan kepada Kepala Balai Besar Taman Nasional
Gunung Leuser (BB TNGL) Bapak Ir. Harijoko, MM. dan jajarannya yang banyak memberikan
Medan, 5 Juni 2010
fasilitas dan izin mengunjungi kawasan TNGL dalam memperkaya penulisan buku ini serta berbagai
Penulis masukan dan koreksi yang menjadikan buku ini lebih utuh untuk menjadi referensi bagi pemerhati
dan penikmat Taman Nasional Gunung Leuser.

Onrizal
Kepada Mas Arief Arbianto, asisten program ini saya ucapkan terima kasih tak terhingga atas upaya
tanpa henti dan tak kenal lelah dalam menyusun agenda program, bertemu dan melobi berbagai
pihak yang memungkinkan berkontribusi dalam penulisan buku ini dan pada akhirnya dengan
tekun memeriksa kembali penulisan naskah serta menyusun naskah tersebut menjadi sebuah buku
yang sangat informatif. Yang mulia orangtua beserta Istri dan anak-anakku tercinta yang dengan
Daftar Isi
setia memberikan semangat dan diskusi dalam proses penulisan buku ini, saya sampaikan rasa cinta
dan terima kasih yang tak terhingga.
Kun Faya Kun, Penciptaan Bumi dan Isinya 4
Secara khusus kepada Mas Firman Alamsyah yang saat ini menuntut ilmu program doktor di Tokyo Untuk Apa Bumi dan Isinya Diciptakan? 6
University saya sampaikan terima kasih atas bantuannya dalam mendapatkan artikel jurnal ilmiah Air yang Menghidupkan 7
internasional terkait al-hima. Rekan-rekan staf pengajar Departemen Kehutanan USU, khususnya Tanah Tempat Kita Hidup 10
Kang Pindi Patana, Mas Achmad Siddik Thoha, Mas Alfan Gunawan Ahmad, Mas Luthfi Hakim, Udara Bersih untuk Kita Bernafas 11
Mas Bejo Slamet dan Mas Arief Nuryawan yang telah meluangkan waktu untuk membaca draft buku Bumi Sedang Sakit 13
ini serta memberikan masukan dan koreksi saya ucapkan terima kasih yang mendalam. Masukan
dan koreksi tersebut menjadikan buku ini semakin kaya. Kepada sahabat dan mitra YOSL-OIC yang Peta Taman Nasional Gunung Leuser 18
telah menyumbang photo-photo terbaik untuk mendukung narasi buku ini diucapkan terimakasih. Menyambangi Leuser 20
Leuser: Sumber Air Kehidupan Jutaan Penduduk Aceh dan Sumatera Utara 21
Terima kasih yang mendalam juga saya sampaikan kepada guru-guru saya sehingga membuka Leuser: Rumah Kekayaan Hayati tak Ternilai 23
matahati dan mencerahkan hidup saya. Secara khusus, saya sampaikan terima kasih kepada guru Leuser: Karunia tak Ternilai 28
saya yang selalu mendorong untuk terus membaca dan menulis serta menjadi muslim yang berguna,
yakni Prof. Cecep Kusmana (IPB Bogor) dan Prof. Mashhor Mansor (USM, Penang, Malaysia). Saran Duka di Bulan Suci 34
dan masukan mereka menjadikan buku ini tidak hanya semakin kaya, namun juga semakin hidup. Salahkah Hujan? 35
Hutan dan Banjir 37
Selanjutnya kepada the Mohamed bin Zayed Species Conservation Fund yang telah mendanai Hutan, Banjir, dan Tanah Longsor 38
program Peningkatan Pemahaman Nilai Islam untuk Konservasi sebagai program yang mendukung
penerbitan buku ini diucapkan ribuan terima kasih. Terima kasih juga disampaikan kepada Institusi Islam untuk Konservasi Sumberdaya Alam 42
Departemen Kehutanan RI dan UNESCO Kantor Jakarta atas dukungan dalam penerbitan buku ini. Hima: Kawasan Lindung 44
Al Harim: Zona Larangan 50
Ihya al Mawaat: Menghidupkan Lahan yang Terlantar 54

Menangkap Anak Burung 62


Membakar Sarang Semut vs Membakar Hutan dan Lahan 65

Hutan Larangan 72
Lubuk Larangan yang Menghidupkan 75
Kawasan Sabuk Hijau, Salah Satu Bentuk al Harim 80
Ular dan Produksi Pertanian 84
Konservasi Tanah dan Air di Lahan Pertanian 85
Menyelamatkan Orangutan Sumatera (Pongo abelii) 88
Sang Raja Hutan Diambang Kepunahan 90
Konservasi Gajah dan Wisata Alam Tangkahan 92

Amanat Suci Nan Agung 98


Daftar Pustaka 100
Tentang Lembaga Penerbit dan Pendukung 106
Tentang Penulis 108
BAGIAN 1
Bumi, Rumah Kita
Bersama

Bagian ini mengulas penciptaan bumi dan segala


isinya. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan
tentang untuk apa bumi dan segala isinya diciptakan
dan bagaimana kaitannya dengan kehidupan
manusia?

Pada bagian ini juga dibahas secara


khusus pandangan Islam terkait peranan
air, tanah dan udara dalam kehidupan
muslim, baik sebagai pribadi maupun
sebagai komunitas. Bagian ini diakhiri dengan
meneropong keadaan terkini bumi nan kita diami.

Lawe Alas, Aceh Tenggara (photo: Mustaqim)

2 Ayat-ayat Konservasi Bumi, Rumah Kita Bersama 3


Lalu, Ilham bertanya, “Ustad, berapa lama Selanjutnya Ustad Abdurrahman menjelaskan,
penciptaan tersebut?” “Allah Pencipta Langit dan Bumi, dan cukup
dengan mengatakan ‘Kun’, dengan kehendak-
Kun Faya Kun: Penciptaan Bumi dan Isinya “Enam masa,” jawab Ustad Abdurrahman.
Nya sendiri, dan tak ada yang membantunya.
Coba kita lihat ayat dalam QS Al Hadiid (57):
Perhatikanlah ayat-ayat pada QS berikut: az
4 berikut:
Zumar (39): 38, al Baqarah (2) : 117, ar Rum (30):

“ K isah ini berawal sejak jutaan tahun yang


lalu dan Allah SWT sebagai penciptanya.”
Selanjutnya, Ibrahim yang duduk di samping
Ilham membaca QS al Anbiya (21) : 56 dengan
tak kalah merdunya.
        
25, dan Fathir (35): 40.”

“Setelah itu kemudian Allah yang membina


ciptaan-Nya, menyempurnakan ciptaan-Nya,
Demikian sekilas penjelasan Ustad Abdurrahman           dan Dia pula yang memelihara ciptaan-Nya,
ketika ditanya salah seorang santrinya, Ilham, sekaligus menahannya agar tidak lenyap,
tentang penciptaan bumi dan manusia. Saat itu            sebagaimana nyata diwahyukan Allah dalam
sedang berlangsung pengajian ba’da (seusai) QS berikut ini: an Nazi’at (79): 27-28, az Zukruf
sholat isya di Pondok Pesantren As-Salaam       
      (44): 7, an Naba (78): 37, dan Fathir (35): 41,” kata
(Pondok PAS) di Langkat Hulu, Kabupaten Ustad Abdurrahman menjelaskan.
Langkat, Propinsi Sumatera Utara. Lokasi
Pondok PAS merupakan daerah yang berbatasan Artinya: Dialah yang menciptakan langit
langsung dengan Taman Nasional Gunung Artinya: Ibrahim berkata: “Sebenarnya Tuhan dan bumi dalam enam masa. Kemudian Dia
Leuser (TNGL). kamu ialah Tuhan langit dan bumi yang telah bersemayam di atas ´arsy, Dia mengetahui
menciptakannya, dan aku termasuk orang- apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang
“Coba kita baca al Qur’an surat asy Syua’ara orang yang dapat memberikan bukti atas yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari
(26) : 23-24, al Anbiya (21) : 56, dan ash Shaffat demikian itu”. langit dan apa yang naik kepada-Nya, dan
(37) : 4,” tambah Ustad Abdurrahman. Dia bersama kamu dimana saja kamu
berada, dan Allah Maha Melihat
Sesaat kemudian terdengar lantunan ayat-ayat Terakhir Ilham membaca QS ash Shaffat (37): 4. apa yang kamu kerjakan.
QS asy Syua’ara (26): 23-24 dari suara merdu
Teuku, salah seorang santri di pondok tersebut.
  

Artinya: Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar


Esa.

“Nah, apa inti dari ayat-ayat tersebut?” tanya


Ustad Abdurrahman kepada para santrinya.

Artinya: 23. Fir’aun bertanya: “Siapa Tuhan Tak lama kemudian terlihat Syaiful mengangkat
semesta alam itu?”, 24. Musa menjawab: tangan, lalu berkata: “Ayat-ayat tersebut pada
“Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa-apa intinya menyatakan bahwa pencipta alam
yang di antara keduanya (itulah Tuhanmu), jika semesta adalah Rabb Semesta Alam, yaitu Rabb
kamu sekalian (orang-orang) mempercayai-
yang sebenarnya, Rabb Yang Maha Esa.”
Nya”.
“Benar, tepat sekali Syaiful,” kata Ustad
Abdurrahman

photo: www.earth.google.com

4 Ayat-ayat Konservasi Bumi, Rumah Kita Bersama 5


Untuk Apa Bumi dan Isinya Diciptakan? Air yang Menghidupkan Bumi

P
“ ara santriku yang dimuliakan Allah,”
kata Ustad Abdurrahman seraya kemudian
Sejenak kemudian terdengar suara merdu Anwar
yang duduk di sebelah kanan Syaiful dengan
melantunkan QS al A’raf (7): 10
“M ari kita baca kalam Allah dalam QS al
Baqarah (2): 164” lanjut Ustad Abdurrahman,
segala kekayaan di dalamnya. Allah jadikan
air sebagai komponen penting bagi kehidupan
dan Allah kemudian sebarkan di muka bumi
melanjutkan, “Kita sudah tahu bagaimana Allah sambil meminta Ilham membacakan ayat berbagai jenis hewan”.
SWT menciptakan langit dan bumi beserta segala tersebut. Lalu, Ilham dengan suaranya yang
      
isinya. Ada lagi yang bertanya?” merdu membaca ayat tersebut. “Ustad,” kata seorang santri sambil mengangkat
tangannya dan bertanya, “Untuk apa kemudian
Tampak Teuku mengangkat tangan dan sejurus      
Allah melengkapi bumi dengan air?”
kemudian bertanya, “Apa kegunaan bumi bagi Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu       
manusia, Ustad?” sekalian di muka bumi dan Kami adakan “Pertanyaan yang bagus,” sahut sang Ustad.
bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan.         “Siapa yang bisa membantu menjawab?” kata
“Baik, pertanyaan yang sangat penting,” Amat sedikitlah kamu bersyukur. Ustad Abdurrahman sambil melihat para
kata Ustad Abdurrahman. “Mari kita lihat           santrinya.
“Nah, sekarang jadi jelas bagi kita semua bahwa
kalam Allah dalam surat al A’raf (7): 10 untuk
menjawab pertanyaan tersebut,” lanjut Ustad
penciptaan bumi beserta segala isinya ditujukan          Santri yang duduk di pojok mengangkat tangan
bagi kehidupan terbaik ummat manusia sambil berkata, “untuk minuman dan agar kita
Abdurrahman.
dan penghuninya yang lain,” kata Ustad       bisa bersuci, misalnya mandi dan wudhu”.
Abdurrahman menjelaskan.
     “Benar!” lalu dilanjutkannya, “Siapa yang bisa
“Demikian juga halnya dengan
menambahkan?”
segala apa-apa yang ada
di dalam dan di atas bumi Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan Ilham kemudian mengangkat tangan dan
menjadi sarana bagi kehidupan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan berkata, “Agar tumbuhan bisa tumbuh dengan
manusia. Ketika kita membaca siang, bahtera yang berlayar di laut membawa baik, Ustad”
ayat-ayat Allah SWT dalam apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang
Al Qur’an, akan banyak kita Allah turunkan dari langit berupa air, lalu “Ya, benar,” sahut Ustad, “Coba kita perhatikan
jumpai penjelasan Allah dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah ayat-ayat pada QS an Nahl (16): 10 dan
tentang kegunaan ciptaan-Nya, mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi al Mu’minun (23): 18-19,” kata Ustad
termasuk air, tanah, dan udara,” itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin Abdurrahman sambil mempersilahkan salah
lanjut Ustad Abdurrahman. dan awan yang dikendalikan antara langit seorang santri membacakan ayat-ayat tersebut.
dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda
Beruang Madu/Helarctos malayanus Malu-malu/Kukang/Nycticebus coucang
(keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum
(photo: Siew Te Wong) (photo: Mike O Griffiths)
yang memikirkan.         
Ustad Abdurrahman lebih lanjut menerangkan,
“Allah menggariskan takdirnya atas bumi,     
pertama kalinya dengan memberikan segala
fasilitas terbaik bagi semua penghuni bumi.
Diciptakanlah lautan yang maha luas dengan

6 Ayat-ayat Konservasi Bumi, Rumah Kita Bersama 7


Badak Sumatera/Dicerorhinus sumatrensis sumatrensis (photo: P. Morris) Kedih/Presbytis thomasi (photo: Miran Campbell-Smith)
Artinya: Dia-lah, yang telah menurunkan air Kami jadikan dari air itu segala sesuatu yang hidup...’ “Selain itu, air bagi seorang muslim juga sangat suci dari hadas dan najis yang paling penting
hujan dari langit untuk kamu, sebahagiannya Kita merasakan bahwa kehidupan di bumi sangat menentukan sah tidaknya sejumlah ibadah yang adalah air, melalui wudlu dan mandi (ghusl).”
menjadi minuman dan sebahagiannya tergantung dengan air. Oleh karenanya, masalah yang dia lakukan, misalnya sholat, thawaf dan
(menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada Para santri dengan tekun mendengarkan dan
air merupakan masalah dunia dan kehidupan sejenisnya yang mengharuskan pelakunya suci
(tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan mencatat penjelasan Ustad Abdurrahman.
[1],” papar Ustad Abdurrahman. dari segala hadas dan najis.
ternakmu (QS an Nahl (16): 10).
Sebuah kajian yang sangat penting yang
Kemudian Ustad Abdurrahman membacakan Untuk bisa bersih, kita membutuhkan air yang
berhubungan langsung dengan kehidupan dan
berbagai fakta temuan ilmiah tentang air. bersih dan suci. Fiqih menetapkan bahwa alat
        ibadah mereka.

“Sekitar 75% dari permukaan bumi ditutupi


        oleh air [2]. Air menjadi kebutuhan seluruh
makhluk hidup yang ada di bumi. Sebagaimana
yang sudah banyak diketahui sekitar 70% tubuh
         manusia merupakan air dan setiap harinya
manusia membutuhkan sekitar 1,5 liter air
   untuk tetap survive, dan ekosistem daratan
secara langsung tergantung pada air sebagai
Artinya: 18. Dan Kami turunkan air dari faktor yang menentukan struktur dan fungsi
langit menurut suatu ukuran; lalu Kami seluruh bioma di bumi [3]. Mengingat air amat
jadikan air itu menetap di bumi, dan penting dan merupakan bagian terbesar dari
sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa protoplasma, maka dapatlah dikatakan bahwa
menghilangkannya. 19. Lalu dengan air itu, semua kehidupan adalah ‘akuatik’ [4].”

Kami tumbuhkan untuk kamu kebun-kebun


kurma dan anggur; di dalam kebun-kebun itu “Demikianlah, betapa banyak fungsinya air. Air
kamu peroleh buah-buahan yang banyak dan merupakan prasyarat tumbuh-tumbuhan bisa
sebahagian dari buah-buahan itu kamu makan tumbuh dengan baik, kemudian menghasilkan
(QS al Mu’minun (23): 18-19). buah, sehingga manusia, binatang dan makhluk
lainnya dapat memperoleh makanan. Sebagian
besar dari tubuh kita terdiri dari air,” kata Ustad
“Ayat-ayat tersebut menjelaskan kepada kita Abdurrahman.
semua, bagaimana air yang Allah turunkan dari
langit sangat penting dalam menghidupkan “Namun lebih dari itu,” kata Ustad Abdurrahman.
bumi setelah mati (kering)-nya. Air menjadi “Ajaran Islam sangat memperhatikan air. Air
minuman kita dan makhluk hidup yang bukan hanya sekedar sebagai minuman bersih
lain, serta menyuburkan tumbuh-tumbuhan. dan sehat yang dibutuhkan untuk kelestarian
Selanjutnya dengan tumbuhnya tumbuh- hidup seluruh makhluk hidup, sebagaimana
tumbuhan di bumi tersebut memungkinkan firman Allah dalam QS al Hijr (15): 22, melainkan
berbagai jenis hewan mendapatkan makanannya juga menjadikannya sebagai sarana penting yang
dari bagian-bagian tumbuhan tersebut,” terang menentukan bagi kesempurnaan iman seseorang
Ustad Abdurrahman. sebagaimana hadits Rasulullah SAW: kebersihan
itu bersumber dari iman dan merupakan bagian dari
“Allah sebagaimana firman-Nya dalam QS iman,” terang Ustad Abdurrahman.
al Anbiya (21): 30 juga menjelaskan kedudukan
dan pentingnya air bagi kehidupan, yakni ‘...Dan
Air sebagai faktor penting dalam kehidupan, termasuk pertanian.
Photo di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. (photo: Onrizal)

8 Ayat-ayat Konservasi Bumi, Rumah Kita Bersama 9


Tanah Tempat Kita Hidup Udara Bersih untuk Kita Bernafas

S ambil membetulkan posisi duduknya, Ustad


Abdurrahman yang alumni sebuah universitas
“L alu, di udara kita ada angin
yang berhembus, sebagaimana
terkenal di Timur Tengah, yakni Universitas dijelaskan dalam QS al Baqarah
Madinah menjelaskan tentang tanah. “Dalam (2): 164 tadi. Udara dan angin
pandangan fiqh, tanah adalah bumi itu sendiri. banyak sekali fungsinya, antara
Al Quran menyebutnya sebagai ‘mustaqal’, lain membantu penyerbukan
tempat hunian, tempat kita manusia menetap bunga tumbuh-tumbuhan.
selama hidup di dunia [1]”. Udara yang segar dan tidak
tercemar polusi sangat penting
“Tidak hanya sekedar itu,” kata Ustad
bagi manusia dan makhluk
Abdurrahman, “tanah merupakan asal manusia,
hidup lainnya dalam bernafas,”
tempat manusia berpijak dan tempat manusia
tambah Ustad.
setelah dia wafat sebelum nanti dibangkitkan
di yaumil akhir,” jelas Ustad Abdurrahman. Kemudian Ustad Abdurrahman
“Tumbuh-tumbuhan, pepohonan dan berbagai membaca sebuah buku dan
Rawa Singkil, Aceh Singkil (photo: Onrizal)
satwa hidup dan berkembang biak di tanah. menyampaikan, “Udara dalam
Karenanya, tanah sangat penting bagi kehidupan al Quran disebut jaww al-sama’,
manusia, tidak saja karena sebagian makanan yaitu benda yang meliputi bagian atas dari bumi. karbohidrat, juga menghasilkan oksigen
berasal, tetapi tanah juga bisa digunakan sebagai Udara mengandung berbagai gas yang Allah yang sangat dibutuhkan manusia dan hewan,
alat bersuci untuk kepentingan ibadah dan ciptakan dalam keadaan seimbang, termasuk sebagai imbal baliknya manusia dan hewan
sumber air keluar.” gas oksigen yang dibutuhkan seluruh makluk menghasilkan CO2 dari proses bernafasnya yang
hidup untuk bernafas. Bagi manusia, ketika dia dibutuhkan oleh tumbuhan.”
“Bumi dalam al Qur’an juga disebut sebagai
lahir dari rahim ibunya, kebutuhan pertama
mata’, tempat yang memberikan kenyamanan “Berdasarkan catatan ilmiah,” kata Ustad
dalam memulai hidupnya adalah bernafas
bagi manusia selama tidak diotak-atik oleh Abdurrahman, “udara bersih yang ideal untuk
dan menghirup udara, dimana yang sangat
tangan jahil manusia yang serakah. Disebut kehidupan, baik untuk manusia, tumbuhan
dia butuhkan adalah oksigen. Kapan manusia
tempat kenyamanan (mata’) karena bumi maupun hewan adalah terdiri dari 78,09%
sudah berhenti bernafas, maka itulah gejala fase
menyediakan segala kebutuhan hidup yang gas nitrogen, 20,94% gas oksigen (O2), 0,93%
kematian [1].” gas argon, dan 0,0032% gas karbondioksida
akan menjamin kelangsungan hidup manusia
(CO2), serta sisanya unsur lainnya. Komposisi
[1] dan makhluk hidup lainnya di muka bumi,” “Subhanallah, Allah menciptakan komposisi
terbanyak adalah nitrogen, bukan oksigen
terang Ustad Abdurrahman. udara yang sangat ideal. Nitrogen banyak
atau karbondioksida.”
dibutuhkan tumbuhan sebagai bahan dasar
makanan untuk kelangsungan hidupnya. Selanjutnya Ustad Abdurrahman menjelaskan:
Kemudian tumbuhan melalui proses fotosintesis
atau memasak makanannya, selain menghasilkan

Hutan di Desa Kaperas, Langkat (photo: Indra)

10 Ayat-ayat Konservasi Bumi, Rumah Kita Bersama 11


“Hasil penelitian lain menerangkan bahwa oksigen yang kita butuhkan. Kita tidak bisa
rata-rata seseorang dapat bertahan selama membuat oksigen!” jelas Ustad Abdurrahman.
5 pekan tanpa makanan, kemudian mampu
bertahan selama 5 hari tanpa air, namun Kemudian Ustad Abdurrahman menambahkan
Bumi Sedang Sakit
manusia hanya mampu bertahan tidak lebih penjelasannya, “Banyak lagi ayat-ayat yang
dari 5 menit tanpa udara.”
menerangkan bagaimana hubungan antara

P
keberadaan air dengan pertumbuhan tumbuhan
untuk berkembang banyak yang rusak karena
dan perkembangbiakan berbagai jenis binatang. “ ara santriku,” kata Ustad Abdurrahman. ulah manusia. Daftar ekosistem (sistem alam,
“Subhanallah,” seru para santri serentak Ayat-ayat tersebut antara lain dalam QS “Ayat-ayat Al Quran yang kita baca dan hadist misal hutan, sungai, danau, dan sebagainya)
merasakan keagungan Allah SWT. al Mu’minun (23): 20, al An’am (6): 141 dan Rasulullah serta pandangan fiqih yang tadi kita yang rusak karena manusia sudah panjang.
Luqman (31): 10. Semua yang Allah ciptakan di bahas telah menjelaskan kepada kita bahwa
“Apa arti hasil penelitian di atas?” tanya Ustad Sejumlah besar spesies (flora fauna) menghilang
bumi saling membutuhkan dan dalam keadaan kehidupan kita sangat tergantung pada bumi
Abdurrahman. dengan cepat (beberapa diantaranya telah punah
seimbang.” dan segala isinya yang diciptakan Allah. selamanya) karena perburuan, perusakan habitat
Sejenak kemudian Syaiful mengangkat tangan (rumah flora fauna), dan dampak negatif dari
“Subhanallah,” kata para santri mendengar Kita butuh air bersih, udara yang tidak tercemar
dan menjawab, “Udara sangat penting bagi pemangsa (predator) dan pesaing (kompetitor)
penjelasan Ustad Abdurrahman, sambil berjanji serta tanah yang subur yang kemudian tumbuh-
kehidupan, namun bukan sekedar udara biasa, yang diperkenalkan [5] serta pemanfaatan secara
dalam hatinya untuk melaksanakan apa yang tumbuhan bisa tumbuh dengan baik serta
tapi udara bersih yang mampu mendukung berlebihan dan perburuan dan perdagangan
dititahkan sang guru. berbagai satwa dapat hidup dan berkembang
kehidupan makhluk hidup di muka bumi. ilegal [6].”
biak sebagaimana mestinya, sehingga dapat
Kebutuhan terhadap udara bersih lebih besar
memenuhi kebutuhan hidup manusia. Nah,
dibandingkan kebutuhan makanan dan
kalau bumi dan segala isinya rusak tentu akan
minuman, meskipun semuanya harus kita
“Siklus hidrologi dan kimia alami terganggu
sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia di
penuhi secara seimbang.” Para santri dan Ustad oleh pembukaan lahan yang menyebabkan
muka bumi.”
Abdurrahman mengangguk, milyaran ton tanah subur mengalami erosi
tanda setuju dengan jawaban dan hanyut ke dalam sungai, danau, dan
“Seperti apa dampak kerusakan lingkungan
laut setiap tahun, sehingga sungai, danau,
Syaiful. yang telah terjadi itu, Ustad?” tanya Syaiful,
dan perairan pesisir pantai menjadi dangkal,
salah seorang santri yang dari tadi dengan tekun dimana potensi dan kejadian banjir semakin
“Oleh karena itu,” kata Ustad
mendengarkan penjelasan sang guru. sering terjadi dalam skala yang terus dan
Abdurrahman, “Sangat penting
semakin meningkat [5].”
bagi kita untuk menjaga “O ya, kemaren saya,” kata Ustad Abdurrahman
kebersihan udara kita dan “berdiskusi dan dibawakan beberapa buku
mencegah berbagai pencemaran dan makalah oleh seorang sahabat saya yang
yang dapat mengotori udara mengajar di universitas terbesar di Sumatera “Akibat berbagai kerusakan tersebut,” lanjut
kita, termasuk menjaga agar Utara jurusan kehutanan. Mudah-mudahan bisa Ustad Abdurrahman, dalam buku lain
pepohonan tetap tumbuh, membantu menjawab pertanyaan Syaiful”. dilaporkan hasil penilaian terhadap ekosistem
jangan menebang tanpa dunia saat ini, yakni:
kepentingan dan tujuan yang “Dalam sebuah buku tertulis begini,” kata Ustad
Abdurrahman sambil membalik halaman buku Lebih dari dua per tiga pelayanan ekosistem
baik, agar udara tetap bersih,”
yang dimaksud. dunia telah mengalami penurunan. Manfaat
seraya kemudian menekankan
yang diambil dari pembangunan infrastruktur
suaranya, Ustad Abdurrahman
Apakah kita sadari atau tidak, bahwa komunitas planet, justru mengakibatkan penurunan modal
berkata, “Karena hanya pohon
biologi (makhluk hidup/hayati) di seluruh dunia alam [7].”
dan tumbuhan hijau lainnya
Emisi gas mengotori udara kita yang membutuhkan waktu berjuta-juta tahun
yang dapat menghasilkan

12 Ayat-ayat Konservasi Bumi, Rumah Kita Bersama 13


“Berdasarkan kenyataan tersebut, dapat kita memperbaiki bagian ekosistem di bumi yang
nyatakan bumi kita lagi sakit. Ibaratkan orang rusak dalam berbagai kegiatan konservasi.
yang lagi sakit, tentu dia tidak mampu berfungsi Lihatlah betapa besarnya biaya yang harus
atau menjalankan tugasnya secara sempurna, ditanggung untuk kegiatan tersebut,” kata
sebagaimana bumi kini mengalami penurunan Ustad Abdurrahman menyampaikan penjelasan
lebih dari 2/3 kapasitasnya melayani kehidupan temannya kemaren lalu membacakan buku yang
dunia, seperti yang dinyatakan dalam buku lain:
tersebut. Air bersih semakin sulit didapat. Udara
“Ingat santriku, uang Rp 200 triliyun itu sangat
bersih semakin menjadi barang langka,” kata
besar! Hampir seperlima dari anggaran belanja
Ustad Abdurrahman menjelaskan.
Indonesia tahun 2009,” kata Ustad Abdurrahman.
“Lalu,” kata Ustad Abdurrahman, “Teman Para santri semakin serius mendengar penjelasan
Ustad tersebut kemarin berkata: ‘Sebagian Ustad Abdurrahman sambil mencatat yang
besar manusia menganggap jasa atau pelayanan dijelaskan tersebut.
ekosistem alam (nature ecosystem services) yang
“Meskipun nilai itu sangat besar, namun masih Perambahan TNGL di Sei Minyak, Besitang, Kab. Langkat (photo: Arief Arbianto)
sudah sejak lama dirasakan oleh manusia,
sangat kecil dari nilai kerugian sesungguhnya
misalnya air bersih, udara bersih, pemandangan terdekat mereka bagi kehidupan manusia dan
bagi kehidupan manusia dan makhluk lainnya “Khoir, sangat baik, Ilham,” kata Ustad
nan indah dan sebagainya dianggap sebagai makhluk hidup lainnya di muka bumi agar lebih
di muka bumi. Pada sisi lain, kita seharusnya Abdurrahman
sesuatu yang gratis.’ Sehingga di antara manusia baik.
semakin sadar bahwa bumi dan segala isinya ini “Bumi kita ini satu, rumah bagi kita manusia
atau kelompok manusia ada yang berbuat
bagi kehidupan manusia yang diciptakan Allah Lalu, “Ustad!” kata salah seorang santri sambil serta makhluk lainnya yang diciptakan Allah
semena-mena, serakah dan melupakan tanggung
SWT sangat mahal nilainya,” tambah Ustad mengacungkan tangannya. “Apa itu konservasi? di bumi. Apa yang kita lakukan disini tidak
jawab yang diembankan dipundaknya.”
Abdurrahman. Apakah konservasi itu ada dalam ajaran Islam? hanya akan berdampak di daerah kita, namun
Kemudian Ustad Abdurrahman membuka buku juga berdampak bagi belahan bumi yang lain.
Dan apa pula itu TNGL, Ustad?”
“Kerusakan alam akibat perbuatan manusia Janganlah merusak bumi dan lingkungan kita!
selanjutnya dan beliau kemudian membacakan
telah memicu berbagai bencana. Lihatlah, banjir “Pertanyaan yang sangat bagus,” kata Ustad Karenanya jadilah bagian dari perbaikan dan
sebuah paragraf:
bandang yang melanda Bukit Lawang tahun Abdurrahman. “Insya Allah, nanti kita akan insya Allah itu akan dicatat malaikat sebagai
“Sebuah ironi terlihat jelas, di saat ekonomi 2003 lalu atau daerah Aceh Tamiang yang undang ahlinya ke pesantren kita untuk amal jariah serta pahala karena kita menjalankan
tumbuh, ekosistem justru semakin mengalami terkena banjir bandang Sungai Tamiang tahun menjawab pertanyaan tersebut. Sebelum perintah Allah serta bersyukur atas nikmat dan
kerusakan. Pada sisi lain, upaya-upaya untuk 2006, sebagai contoh yang hadir di dekat kita,” ditutup, silahkan yang ingin menyampaikan rahmat Allah kepada kita semua,” kata Ustad
mengubah kecenderungan (yang merusak) kata Ustad Abdurrahman memberikan ilustrasi. kesimpulan.” Abdurrahman. “Amiin, insya Allah, Ustad,”
kata para santri serentak.
tersebut cukup memprihatinkan [8].” “Bencana banjir bandang tersebut antara lain Ilham mengangkat tangan dan kemudian berkata,
dipicu oleh perusakan hutan di daerah hulu, “Untuk malam ini, kita cukupkan dulu
“Sekitar US$ 20 milyar atau Rp 200 triliyun “Pertama: bumi dan segala isinya diciptakan
padahal daerah tersebut merupakan daerah pengajiannya dan mari kita tutup dengan
diperoleh dari publik dan dana sosial Allah SWT dalam bentuk yang seimbang. Kedua:
yang dilindungi yakni Taman Nasional Gunung mengucapkan hamdalah,” kata Ustad
dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan bumi dan segala isinya tersebut merupakan
Leuser atau TNGL, namun tetap dirusak oleh Abdurrahman.
konservasi. Sebagian besar uang tersebut sumber bagi kehidupan, dan Ketiga: kelalaian,
digunakan untuk memelihara sekitar 100 tangan-tangan tak bertanggungjawab,” lanjut keserakahan, dan kesalahan manusia dalam “Alhamdulillah,” kata para santri secara
ribu daerah perlindungan yang mencakup 12% Ustad Abdurrahman. bersama-sama kemudian mencium tangan
mengelola dan memanfaatkan bumi dan segala
permukaan bumi [9].” Ustad Abdurrahman dan menuju kamar masing-
Para santri manggut-manggut mendengarkan isinya akan memicu berbagai bencana yang akan
masing. Mereka bertekad dalam hati masing-
“Berbagai upaya juga telah dimulai untuk penjelasan sang guru, Ustad Abdurrahman. merugikan kehidupan manusia serta makhluk
masing untuk menjadi bagian yang memperbaiki
mempertahankan dan melestarikan bagian Sepertinya mereka semakin memahami betapa hidup lainnya.”
dan memelihara bumi dan segala isinya.
sumberdaya alam bumi yang masih baik serta pentingnya menjaga bumi mulai dari lingkungan

14 Ayat-ayat Konservasi Bumi, Rumah Kita Bersama 15


BAGIAN 2
Leuser -
Anugrah Tak Ternilai

Mengunjungi Leuser, sebuah kawasan konservasi


dengan nama Taman Nasional Gunung Leuser
(TNGL) yang ditetapkan oleh UNESCO sebagai
warisan dunia (Tropical Rainforest Heritage
of Sumatra) mengawali bagian ini. Selanjutnya
dibahas peranan hutan Leuser sebagai sumber air
bagi jutaan penduduk Sumatera Utara dan Aceh.

Kemudian dilanjutkan pembahasan tentang Leuser


sebagai rumah bagi kekayaan flora fauna yang tak
ternilai. Bagian ini diakhiri dengan ulasan tentang
multi-fungsi Leuser bagi kehidupan, tidak hanya bagi
masyarakat Sumatera bagian utara dimana Leuser
berada, namun juga bagi masyarakat dunia!

16
Hutan Hujan Tropis Taman Nasional Gunung Leuser (photo: Madeleine Hardus)
Ayat-ayat Konservasi Leuser, Anugerah Tak Ternilai 17
Peta Taman Nasional Gunung Leuser

Orangutan Sumatera (Pongo abelii) di Bukit Lawang (photo: Rhett Butler/www.mongabay.com)

18 Ayat-ayat Konservasi Leuser, Anugerah Tak Ternilai 19


Menyambangi Leuser Leuser: Sumber Air Kehidupan Jutaan Penduduk
Aceh dan Sumatera Utara

S iang itu, Sungai Bahorok yang membelah


Bukit Lawang mengalir jernih dan memberikan
Panas terik di siang itu langsung hilang seketika
bila membasuh muka dan membasahi kepala
dengan air Sungai Bahorok. “Subhanallah,” kata
S eusai kata sambutan dari kedua belah
pihak yaitu dari tuan rumah dari Balai Besar
(NAD), yakni DAS Lawe Alas, Kr. Kluet, A.
Simpang Kanan, Krueng Tripa, Krueng Baru,
Krueng Susok, dan Krueng Batee.”
kesejukan bagi yang melintasinya. Perasaan Ustad Abdurrahman sesaat beliau membasuh Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL)
“Jika kita baca buku yang ditulis oleh mantan
yang sama juga dirasakan oleh salah satu muka dengan air Sungai Bahorok. “Sangat segar dan tamu dari rombongan pondok pesantren,
rombongan yang tak seperti biasanya melewati Kepala Balai TNGL [10],” kata juru bicara
dan sejuk,” kata santri yang lain menimpali acara kemudian dilanjutkan dengan penjelasan
kawasan wisata Bahorok yang terkenal itu. ungkapan Ustad Abdurrahman. BBTNGL sambil mengangkat buku berjudul
seputar taman nasional oleh pihak BBTNGL.
Ya, rombongan tersebut adalah rombongan Leuser, Warisan Dunia, “Kita akan tahu bahwa
Tampak pada kelokan-kelokan sungai, anak- Ketika memulai penjelasannya, juru bicara
para santri dan pimpinan pondok pesantren di sungai-sungai tersebut menyediakan air bersih
anak setempat serta para turis domestik BBTNGL bertanya kepada rombongan tersebut,
sekitar Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) bagi 4 juta masyarakat yang hidup di sepanjang
dan mancanegara bermain air dengan suka “Dari manakah air Sungai Bahorok yang tadi
baik yang berasal dari Sumatera Utara maupun aliran sungai tersebut di NAD dan Sumatera
cita. Banyak pula diantara mereka yang kita lewati dan memberikan kesegaran?”
Aceh. Tampak dalam rombongan tersebut Utara,” sambung juru bicara tersebut.
menggunakan rakit dari ban dalam mobil yang
Ustad Abdurrahman beserta para santrinya dari “Dari daerah hulu,” kata Ilham. “Benar,”
mereka sebut dengan nama ‘tubing’ mengarungi “Subhanallah,” kata para peserta serentak.
Pondok PAS. Mereka tergabung dalam Forum kata juru bicara BBTNGL seraya melanjutkan
Sungai Bahorok. Kemudian mereka teringat ayat al Quran surat
Dai Peduli Lingkungan (FORDALING) yang pertanyaanya, “Lalu, dimanakah hulu sungai
menghimpun ulama beserta santri di kawasan Rombongan tersebut tidak hanya sekedar ingin al Anbiya (21): 30 yakni ‘...Dan Kami jadikan
tersebut?” Kemudian Teuku – santri yang lahir
sekitar TNGL yang mencakup Sumatera Utara rihlah – wisata ke kawasan wisata alam terkenal dari air itu segala sesuatu yang hidup...’. Betapa
di Aceh – mengangkat tangan dan menjawab,
dan Aceh. tersebut. Namun juga sekalian ingin memenuhi besarnya nikmat yang Allah berikan berupa
undangan sebuah LSM (Lembaga Swadaya “Dalam hutan di daerah Gunung Leuser”.
hutan Leuser yang mengalirkan air kehidupan.
Ya, Bukit Lawang merupakan salah satu tujuan Jawaban tersebut disambut anggukan dan cap
Masyarakat) konservasi untuk berdiskusi
wisata alam favorit di Sumatera bagian utara. jempol dari sang juru bicara BBTNGL. Para peserta diskusi tersebut kemudian
bersama dengan pengelola TNGL.
Jika pengunjung berasal dari Medan, dapat membayangkan bagaimana jika hutan-hutan
mencapai Bukit Lawang dengan bus umum dari Lalu, rombongan tersebut menyeberang “Sungai Bahorok hanyalah salah satu cabang
di Leuser rusak. Tentu hal itu akan membawa
Sungai Bahorok dengan perahu kecil secara sungai yang hulunya berada dalam kawasan
Terminal Bus Pinang Baris langsung menuju kesengsaraan dan kerugian yang amat sangat
bergantian untuk mencapai kantor TNGL di TNGL,” kata juru bicara BBTNGL lebih lanjut.
Bukit Lawang yang ditempuh sekitar 2 jam. Selain besar bagi jutaan penduduk tersebut, termasuk
wilayah Bahorok yang dikenal dengan Info Kemudian beliau melanjutkan bahwa Sungai
itu, pengunjung juga dapat menggunakan mobil pondok pesantren mereka.
Corner (Pojok Informasi) Leuser. Rombongan Bahorok akan bergabung dengan Sei Wampu
pribadi atau bus wisata dengan menempuh
dan terus bermuara ke laut. Air Sei Wampu
jalan yang sama dengan bus umum Medan – tersebut sangat menikmati penyeberangan yang Jika hal itu terjadi, mereka bisa membayangkan
tidak hanya disumbang dari Sungai Bahorok,
Bukit Lawang. saat kemarau daerah mereka akan dilanda
dipandu oleh seorang juru namun juga oleh puluhan anak sungai lainnya
mudi yang mengarahkan laju yang berhulu di TNGL dan terus mengalir ke kekeringan, sehingga tidak hanya manusia yang
perahu. Sampailah mereka di laut yang kemudian disebut dengan Daerah sengsara, namun juga hewan ternak dan tanaman
tapal batas kawasan TNGL. Aliran Sungai (DAS) Wampu.” pertanian dan kebun mereka juga kekurangan
Tampak oleh mereka papan air. Padahal air adalah sangat penting bagi
“DAS Wampu hanyalah salah satu dari 10 DAS
bertuliskan: kehidupan dan tidak tergantikan. Sementara
yang airnya berasal dari TNGL. Selain DAS
Selamat Datang di Taman saat musim hujan, mereka akan ditimpa banjir
Wampu, terdapat 2 lagi DAS di Sumatera Utara
Nasional Gunung Leuser - bandang karena hutan di kawasan hulu yang
yang berasal dari TNGL, yakni Sei Lepan dan Sei
Tropical Rainforest Heritage telah rusak tidak mampu lagi menyerap air
Besitang. Sebagian besar DAS tersebut mengalir
of Sumatra. hujan tersebut. Lalu, ingatan mereka terbang
di daerah Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam

20 Ayat-ayat Konservasi Leuser, Anugerah Tak Ternilai 21


Penyeberangan menuju Info Corner Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser
(photo: Irsan Mustafid Halomoan)
jauh mengenang banjir bandang yang melanda        
tahun 2003 yang meluluhlantakkan kawasan
wisata Bukit Lawang dan daerah hilirnya.
      Leuser: Rumah Kekayaan Hayati Tak Ternilai
Bencana banjir bandang Bukit Lawang 2003
hanyalah sebuah gambaran pahit betapa karunia  

S
alam yang menghidupi jutaan masyarakat
bertahun-tahun sejak zaman dahulu tiba-tiba Telah nampak kerusakan di darat dan di laut
etelah menjelaskan peran penting “Taman Nasional menurut UU No 5 tahun
menjadi bencana ketika tidak dikelola dengan disebabkan karena perbuatan tangan manusia,
TNGL sebagai sumber air bagi masyarakat 1990 adalah kawasan pelestarian alam
baik (secara lengkap baca di bagian Refleksi supaya Allah merasakan kepada mereka yang mempunyai ekosistem asli, dikelola
di sekitarnya, petugas BBTNGL kemudian
Banjir Bandang Bukit Lawang 2003). Para santri sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, membagikan beberapa leaflet terkait TNGL dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan
dan pengasuh pondok pesantren peserta dialog agar mereka kembali (ke jalan yang benar). kepada peserta diskusi. Pada leaflet diuraikan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan,
dengan BBTNGL teringat pesan suci dalam informasi sejarah, luas dan letak kawasan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata,
kalam Ilahi dalam QS ar Rum (30): 41 serta keanekaragaman flora fauna TNGL. dan rekreasi.”
Ya, ketika manusia tidak mengelola nikmat
berupa alam semesta dengan baik, maka bencana Seusai pembagian leaflet tersebut, Ilham bertanya Selanjutnya sang petugas BBTNGL meneruskan
itu akan menimpa manusia. Bersegeralah kepada petugas BBTNGL, “Pak, salah satu keterangannya, “Konservasi sumber daya alam
bertobat dan lakukan perbaikan. keingintahuan kami untuk datang kesini adalah hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui
apakah itu konservasi?” kegiatan:
“Pertanyaan yang bagus,” kata petugas dan a. perlindungan sistem penyangga
kemudian melanjutkan, kehidupan;

“Konservasi adalah pengelolaan sumber b. pengawetan keanekaragaman


daya alam yang pemanfaatannya jenis tumbuhan dan satwa beserta
dilakukan secara bijaksana untuk ekosistemnya;
menjamin kesinambungan persediaannya
c. pemanfaatan secara lestari sumber daya alam
dengan tetap memelihara dan meningkatkan
hayati dan ekosistemnya.”
kualitas keanekaragaman dan nilainya.”
Perlindungan sistem penyangga kehidupan
“Ekosistem asli yang dimiliki TNGL adalah ditujukan bagi terpeliharanya proses ekologis
hutan alam tropika dengan segala kekayaan flora yang menunjang kelangsungan kehidupan
fauna serta ekosistem yang ada di dalamnya,” untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
kata sang petugas. dan mutu kehidupan manusia. Proses ekologis
“Sekarang kita berada di salah satu kawasan tersebut antara lain adalah pengaturan tata
konservasi, berupa taman nasional, yakni Taman air, produksi udara bersih, serta pencegah
Nasional Gunung Leuser yang merupakan kerusakan alam misalnya pencegah banjir dan
suaka tropis terbesar dan terkaya di dunia [10],” tanah longsor.
lanjut sang petugas BBTNGL. Lalu dia bertanya Pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan
kepada peserta, “Siapa yang tahu, apakah itu satwa beserta ekosistemnya, dilaksanakan
taman nasional?” melalui kegiatan:
Keadaan hening. Satu sama lain peserta saling (a) pengawetan keanekaragaman tumbuhan
Sungai Lau Biang, Desa Kaperas, Langkat (photo: BDoel eSTe) menunggu. Tidak ada peserta yang menjawab. dan satwa beserta ekosistemnya;
Kemudian, sang petugas menerangkan
(b) pengawetan jenis tumbuhan dan satwa.

22 Ayat-ayat Konservasi Leuser, Anugerah Tak Ternilai 23


Pengawetan keanekaragaman tumbuhan (a) pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan “Nah, sekarang silahkan baca leaflet yang Hutan hujan tropika di TNGL terdiri dari
dan satwa beserta ekosistemnya, pelestarian alam; tadi dibagikan,” kata sang petugas, seraya pepohonan nan menjulang tinggi sebagaimana
dilaksanakan dengan menjaga keutuhan (b) pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar. melanjutkan, “Jika ada hal yang kurang yang dapat kita lihat. Pohon-pohon tersebut
kawasan konservasi alam agar tetap dalam Pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan dimengerti, jangan sungkan untuk bertanya memiliki tinggi yang berbeda-beda seperti
keadaan asli. pelestarian alam dilakukan dengan tetap kepada petugas disini.” bertingkat-tingkat, sebagai salah satu ciri hutan
Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam menjaga kelestarian fungsi kawasan. Saat semua peserta membaca leaflet tersebut, hujan tropika yang menyediakan rumah bagi
hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa berbagai jenis satwa serta mengurangi energi
terdengar suara orang bertanya, “Bagaimana
kegiatan: liar dilakukan dengan memperhatikan kinetik air hujan.
UNESCO menentukan sebuah kawasan disebut
kelangsungan potensi, daya dukung, dan
warisan dunia?” tanya salah seorang peserta Berdasarkan berbagai hasil penelitian yang
keanekaragaman jenis tumbuhan dan
kepada petugas BBTNGL. dihimpun [10, 13], tidak kurang dari 4.000 jenis
satwa liar. Setiap orang dilarang melakukan
“Ok, pada salah satu leaflet yang dibagikan tadi flora (tumbuhan) tumbuh di TNGL, termasuk
kegiatan yang dapat mengakibatkan
ada dituliskan tentang kriteria yang digunakan yang paling fenomenal adalah ditemukannya
perubahan terhadap keutuhan kawasan
UNESCO untuk ‘Warisan Dunia’, yakni apabila 3 dari 15 tanaman parasit yang terkenal, yaitu
konservasi.
memuat hal-hal sebagai berikut [10]: jenis Rafflesia arnoldi. Tak kalah fenomenalnya,
Upaya konservasi biologi (hayati) melalui
pada hutan TNGL juga tumbuh bunga yang
pelestarian kawasan dengan pendekatan
tertinggi di dunia, yaitu Amorphophalus titanum
ekosistem memungkinkan penyelamatan Dinyatakan sebagai Warisan Dunia karena: atau dikenal dengan bunga bangkai. Selain
flora fauna langka dari kepunahan dan
itu, terdapat tumbuhan langka dan khas yaitu
memanfaatkannya lagi bagi umat manusia 1. Warisan dunia dapat terdiri dari Warisan
daun payung raksasa (Johannesteijsmannia
secara lestari atau berkelanjutan [11]. Melalui Alam dan Warisan Budaya,
altifrons), bunga raflesia (Rafflesia atjehensis dan
pengelolaan kawasan konservasi yang baik
2. Melestarikan warisan yang tidak dapat R. micropylora) serta Rhizanthes zippelnii yang
diharapkan kualitas dan kuantitas sumberdaya digantikan dan warisan yang memiliki merupakan bunga terbesar dengan diameter
alam hayati yang dikonservasi dapat meningkat. “Nilai Universal Istimewa”,
1,5 meter. Selain itu, terdapat tumbuhan yang
Bunga Bangkai (Amorphophallus sp.) Salah satu upaya tersebut adalah apa yang
di Desa Kaperas (Photo: Sidahin) 3. Perlu melindungi Warisan yang tidak
unik yaitu ara atau tumbuhan pencekik. Selain
dilakukan di Taman Nasional Gunung Leuser.
dapat dipindahkan, itu, taman nasional ini juga tempat yang penting
sebagai habitat tumbuhan obat.
4. Menjadi tanggungjawab kesadaran dan
kerjasama kolektif internasional”
Tingginya keanekaragaman flora di TNGL
terjadi karena didukung oleh kondisi dan
sifat tanahnya yang sangat bervariasi serta
Beberapa saat kemudian terdengar suara orang perbedaan ketinggian, mulai dari pantai sampai
bertanya, “Apa yang dimiliki oleh kawasan pegunungan, sehingga membentuk berbagai
TNGL seluas 1.094.962 Ha sehingga dinobatkan formasi hutan. Hampir seluruh kawasan TNGL
sebagai warisan alam dunia?” Rupanya suara ditutupi oleh lebatnya hutan Dipterocarpaceae
itu dari Syaiful, sambil memegang leaflet yang (kelompok meranti-merantian) dengan banyak
dimilikinya. sungai dan air terjun.

Kemudian sang petugas BBTNGL menanggapi, Kondisi hutan dan ekosistem yang demikian
“Untuk menjawabnya, mari bersama kita baca mendukung keanekaragaman fauna yang tinggi
Telapak kaki harimau Sumatera berbagai hasil penelitian di TNGL.” pula.
(Panthera tigris sumatrae) terlihat Rafflesia arnoldii (Photo: Nick Lyon/www.films4.org)
di Bahorok (Photo: Darma Pinem)

24 Ayat-ayat Konservasi Leuser, Anugerah Tak Ternilai 25


TNGL merupakan habitat dari sejumlah besar spesies fauna mulai dari mamalia, burung, reptil, ampibi,
ikan, dan invertebrata. Kawasan ini memiliki daftar spesies burung yang panjang, yakni dari 380 spesies
burung yang ada (65% dari total jumlah spesies burung di seluruh Pulau Sumatera), 350 di antaranya
tinggal di kawasan ini. Kawasan TNGL juga memiliki 36 dari 50 jenis burung endemik di Sundaland
[10].

Hampir 65% atau 129 spesies mamalia dari total 205 spesies (mamalia besar dan kecil) di Sumatera
tercatat tinggal di taman nasional ini.

TNGL merupakan habitat dari satwa langka dan dilindungi, seperti orangutan Sumatera (Pongo abelii),
harimau Sumateran (Panthera tigris), badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), tapir (Tapirus indicus),
gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), siamang (Hylobathes lar), kedih (Presbytis thomasi) [10,
13, 14], serta kambing hutan (Capricornis sumatrensis), rangkong (Buceros bicornis), rusa sambar (Cervus
unicolor), kucing hutan (Prionailurus bengalensis sumatrana) dan lain-lain [10, 13].

Kawasan TNGL mencakup areal seluas 1.094.962 ha yang menempati dua wilayah propinsi, yakni
Propinsi NAD dan Propinsi Sumatera Utara. Kawasan seluas itu, setara dengan lapangan sepakbola
sebanyak 1.100 buah karena 1 lapangan sepakbola sama dengan 1 ha. Demikian salah satu isi sebuah
leaflet di kantor seksi BBTNGL di Bukit Lawang.

Nama taman nasional tersebut diambil dari nama Gunung Leuser yang terdapat dalam kawasan tersebut
dengan puncak tertingginya pada ketinggian 3.404 m. Sejarah perlindungan kawasan ini diawali dengan
usulan dari tokoh-tokoh Aceh sejak tahun 1912. Para tokoh itu meminta kepada pemerintah kolonial
untuk melindungi kawasan hutan di Singkil dan Lembah Alas, dan tidak mengijinkan penebangan hutan
di sana.

Pada tahun 1928, penanam karet Belanda, yaitu dr. F.C. van Heurn menyiapkan proposal yang pertama.
Di tahun 1934, suaka alam di Gunung Leuser ditetapkan dengan luas 416.500 Ha. Tahun 1936, lahan
basah Kluet (20.000 Ha), dimasukkan sebagai tambahan suaka, dan dua tahun kemudian, Suaka di
Sekundur (79.100 Ha), Langkat Barat and Langkat Selatan (127.075 Ha) ditetapkan. Pada tahun 1980,
dideklarasikan 5 taman nasional pertama di Indonesia, yaitu Leuser, Ujung Kulon, Gunung Gede
Pangrango, Baluran, dan Komodo. Menurut SK.Menteri Kehutanan No. 276/Kpts-II/91 tahun 1997 luas
TNGL adalah 1.094.962 Ha [12].

Sejak tahun 2004 ‘harta’ terpendam di bumi Leuser diakui sebagai warisan alam dunia oleh UNESCO
(United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization), lembaga di bawah PBB yang
membidangi pendidikan, ilmu pengatahuan dan budaya. Penunjukan Leuser dilakukan dalam satu
paket bersama TN. Kerinci Seblat, dan TN. Bukit Barisan Selatan, dengan nama ‘Tropical Rainforest
Heritage of Sumatra’ atau ‘Warisan Hutan Hujan Tropika Sumatera’. Dengan menjadi Warisan Dunia,
maka Leuser sejajar dengan Yellowstone dan Grand Canyon National Park di Amerika yang terkenal itu,
Galapagos di Equador, The Great Wall di China, Taj Mahal di India, dan seterusnya. Pengukuhan tersebut
melengkapi pengakuan sebelumnya pada tahun 1981, ketika Leuser ditetapkan oleh UNESCO sebagai
Biosphere Reserve atau Cagar Biosfer [10].

Sungai Lawe Alas, Aceh Tenggara (photo: Mustaqim)


26 Ayat-ayat Konservasi Leuser, Anugerah Tak Ternilai 27
(run off) dan meningkatkan infiltrasi air bayangkan betapa besar kerugian yang akan kita
hujan ke dalam tanah, sehingga mengurangi alami bila hutan Leuser rusak. Berbagai fungsi
resiko banjir. ekologisnya akan menurun drastis. Air tanah
Leuser: Karunia Tak Ternilai akan berkurang secara drastis, sehingga ancaman
• Pengatur iklim lokal dan penyerap
karbon. Komunitas tumbuhan berperan kekeringan akan selalu terjadi saat musim
sangat penting dalam pengaturan iklim kemarau, serta banjir bandang akan berulang

H utan Leuser telah diakui sebagai warisan


dunia oleh UNESCO. Salah satu tujuan utama
• Cadangan makanan reguler. Secara
tradisional, masyarakat yang hidup di
sekitar hutan Leuser melakukan perburuan
lokal, regional bahkan global serta penting
bagi siklus karbon. Keberadaan hutan
setiap musim hujan karena hutannya telah rusak.
Dengan demikian, masyarakat sekitar Leuser
akan kesulitan mendapatkan air. Selanjutnya,
dengan pepohonan yang menyusunnya
penetapan tersebut agar manfaat keberadaan satwa liar untuk mendapatkan daging dan akan menjaga kelembaban udara, dan hal ini tentu akan berdampak langsung bagi
hutan Leuser, sebagaimana kita rasakan memanen buah dan biji tumbuhan untuk menghasilkan oksigen melalui proses produksi perikanan sungai, perikanan pantai
saat ini, dapat terus lestari sampai generasi- kebutuhan sehari-hari. fotosistesis yang diawali dengan penyerapan maupun perikanan budidaya.”
generasi berikutnya. Kehidupan manusia sangat • Berbagai jenis tumbuhan menjadi sumber karbon dioksida. “Sebaliknya,” kata petugas tersebut, “Apabila
tergantung pada hutan karena menyediakan obat tradisional. Masyarakat sekitar hutan • Sumber perikanan. Serasah pepohonan kelestarian hutan Leuser dapat terjaga, berbagai
berbagai kebutuhan hidup manusia. Leuser dengan tingkat akses yang rendah yang terdekomposisi mengandung hara manfaat proses-proses lingkungan dan jasa
Seusai menjelaskan keanekaragaman hayati dengan sarana kesehatan pemerintah yang tinggi kemudian terbawa air masuk ekosistem akan terus didapatkan yang memberi
yang dimiliki TNGL, petugas BBTNGL memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan ke sungai yang menjadikan perairan sungai keuntungan ekonomi tanpa harus memanen
tersebut melanjutkan penjelasannya tentang sebagai obat yang telah dilakukan secara sampai pantai menjadi subur. Hal ini sangat atau merusak selama penggunaannya. Meskipun
manfaat hutan Leuser yang diawali dengan turun-temurun. penting bagi produktivitas perikanan keuntungan ekonomi itu tidak tercatat dalam
ketergantungan manusia terhadap hutan tropis. • Sebagai penghasil air bersih dan segar bagi pantai dan budidaya perikanan di dalam statistik ekonomi nasional, namun penting bagi
penduduk, tumbuhan dan satwa melalui dan sekitar Leuser. Hasil perikanan tersebut kelangsungan produk alami yang mempunyai
berbagai sungai yang mengalir sepanjang sangat penting bagi masyarakat lokal dan nilai ekonomi tersebut. Jika hutan Leuser tidak
tahun. benkontribusi besar dalam pemenuhan tersedia untuk memberi keuntungan, sumber
“Diperkirakan sekitar 80% penduduk negara- • Pengontrol erosi tanah. Tajuk pohon yang protein hewani. Selain itu, hasil perikanan pengganti harus ditemukan dengan sumber biaya
negara berkembang menggantungkan berlapis mengurangi sebagian besar energi berkontribusi besar bagi pendapatan yang besar, misalnya untuk menemukan sumber
kesehatan dan pemenuhan gizinya pada hasil nelayan dan mendapat keuntungan dari air bersih dan segar, membuat bendungan
kinetik air hujan, sehingga energinya jauh
hutan bukan kayu (HHBK). Dari 500 juta orang perdagangan hasil tangkapan dan budidaya pencegah banjir, pengontrol polusi udara dan
berkurang untuk memecah partikel tanah.
yang tinggal di sekitar hutan tropika di seluruh
Selain itu serasah menjadi pelindung tanah tersebut. sebagainya. Tak kalah pentingnya adalah
dunia, 150 juta di antaranya merupakan
berikutnya serta akar tumbuhan akan • Keindahan alam dan ekowisata. Hutan keberadaan berbagai satwa yang berperan dalam
anggota masyarakat lokal (indegeneous
groups) yang menggantungkan kelangsungan mengikat tanah, sehingga akan melindungi Leuser menyediakan pemandangan alam penyerbukan tanaman pertanian serta musuh
kehidupannya kepada sumberdaya hutan [15]. tanah dari erosi. Apabila tanah tererosi yang sangat indah. Demikian juga dengan alami hama dan penyakit. Inilah tujuan utama
Hutan di TNGL menyediakan mata pencaharian akan menyebabkan tanah menjadi tidak atraksi satwa liar yang dimilikinya. yang ingin dicapai dari kegiatan konservasi
dan berbagai sumberdaya setidaknya bagi 4 TNGL.”
subur sehingga pertumbuhan tumbuhan Kekayaan tersebut menjadi daya tarik yang
juta penduduk yang hidup di sekitarnya [10].
akan berkurang. Selain itu, partikel tanah kuat bagi turis baik domestik maupun Kemudian Ilham bertanya, “Pak berapa nilai
Kehidupan penduduk sekitar Leuser serta
satwa liar di dalamnya sangat tergantung yang tererosi akan masuk ke sungai dan mancanegara untuk mengunjungi TNGL. ekonomi yang didapatkan dari konservasi bila
pada kelestarian TNGL.” akan membunuh organisme dengan Hal ini tentunya akan berkontribusi bagi dibandingkan dengan, misalnya kayu hutan
mengeruhkan air dan mengurangi perekonomian masyarakat lokal, maupun Leuser ditebang kemudian dijual? Apakah
kandungan oksigen. perekonomian nasional. nilai ekonominya lebih tinggi dibandingkan
Kemudian sang petugas melanjutkan, “Berbagai • Pencegah banjir. Pepohonan dengan tajuk “Nah itu diantara sumberdaya yang disediakan nilai ekonomi yang didapatkan dari kegiatan
sumberdaya yang disediakan oleh hutan Leuser berlapis serta keberadaan serasah di lantai oleh hutan Leuser bagi penduduk yang hidup di konservasi?”
antara lain adalah [16]: hutan akan mengurangi aliran permukaan sekitarnya,” kata sang petugas TNGL. “Kita bisa

28 Ayat-ayat Konservasi Leuser, Anugerah Tak Ternilai 29


“Pertanyaan sangat penting dan sangat bagus” sedangkan sumber pendapatan skenario makhluk hidup lainnya. Lalu, ada
kata petugas TNGL. “Siapa yang bisa membantu deforestasi adalah berasal dari keuntungan pertanyaan mendasar yang ada
menjawab pertanyaan tadi?” Suasana hening, penjualan kayu [16],” kata sang petugas. dibenak para peserta kunjungan,
peserta saling berpandangan, namun tidak ada Selanjutnya sang petugas menjelaskan, termasuk para santri Pondok
yang mencoba untuk menjawab. “Berdasarkan hasil perhitungan dalam penelitian PAS. Adakah konservasi alam
“Baik,” lanjut petugas TNGL. “Sebelumnya sudah itu nilai ekonomi kegiatan konservasi hutan dalam ajaran Islam? Jika ada,
ada penelitian untuk memprediksi berapa nilai Leuser lebih menguntungkan dibandingkan bagaimanakah prakteknya yang
ekonomi yang dihasilkan oleh TNGL dengan dengan menebang pepohonan besar yang ada dicontohkan Rasulullah?
beberapa skenario, yakni (a) deforestasi, (b) di hutan tersebut kemudian dijual. Total nilai Ketika pertanyaan itu disampaikan
konservasi, dan (c) pemanfaatan selektif.” ekonomi dalam waktu 30 tahun yang dihasilkan kepada Ustad Abdurrahman
(a) Skenario deforestasi atau kerusakan hutan kegiatan konservasi hutan, pemanfaatan selektif oleh para santrinya, Ustad
digambarkan sebagai kegiatan pemanfaatan dan kegiatan deforestasi hutan Leuser secara Abdurrahman mengisaratkan
hutan melalui penebangan hutan dengan laju berturut-turut adalah US$ 9,5 milyar, US$ 9,0 akan menjawab secara lebih
deforestasi yang sama dengan yang sedang milyar dan US$ 7,0 milyar [16].” mendalam dalam pengajian
terjadi terus berlangsung. Akibat kegiatan tematik pada malam Jum’at di
tersebut ekowisata tidak berkembang pesantren. Dia teringat pertanyaan
“Dengan demikian, kegiatan konservasi santrinya beberapa waktu lalu
dan tingkat investasi internasional untuk
sumberdaya hutan Leuser memiliki nilai
kegiatan konservasi dan penyerapan karbon untuk pertanyaan serupa.
ekonomi lebih dari US$ 2,5 milyar (sekitar
turun sesuai dengan fungsi ekologi hutan Rp 23,75 trilyun) dibandingkan dengan yang Melalui silaturahim dan diskusi
Leuser yang juga turun didapatkan dari kegiatan penebangan kayu dengan petugas BBTNGL,
yang menyebabkan deforestasi,” lanjutnya. Ustad Abdurrahman kini
(b) Skenario konservasi digambarkan
(asumsi nilai tukar US$1 = Rp 9.500,-) telah memiliki gambaran yang
sebagai penghentian seluruh kegiatan
yang menyebabkan kerusakan hutan semakin jelas tentang konservasi
(deforestasi). Ekowisata berkembang secara “Jadi, hutan Leuser selain menyediakan air bagi alam, sebagaimana banyak
maksimum dan invenstasi internasional jutaan penduduk Aceh dan Sumatera Utara didengungkan dunia akademis
untuk kegiatan konservasi dan penyerapan melalui aliran sungai dan mata air dari hutan dan LSM.
karbon tinggi seiring dengan terpeliharanya Leuser, juga sangat penting sebagai rumah Kini, meskipun dalam kitab-
fungsi ekologis hutan Leuser keanekaragaman hayati, yakni flora fauna yang kitab syar’i yang dibacanya tidak
(c) Skenario pemanfaat selektif adalah sangat kaya, pencegah erosi dan banjir serta ada kata ‘konservasi’, tapi dia
kerusakan hutan alam secara nyata selalu menghasilkan udara bersih yang sangat yakin akan dapat menjelaskan
berkurang dan dilakukan kegiatan dibutuhkan makhluk hidup, termasuk kita umat konservasi alam dalam ajaran
rehabilitasi hutan yang rusak. Pemanenan manusia. Manfaat itu akan terus didapatkan Islam, meskipun istilahnya bukan
hasil hutan bukan kayu (HHBK) dilakukan tanpa harus menebang pepohonan dalam hutan KONSERVASI!
bersamaan dengan ekowisata. Investasi Leuser” kata sang petugas. “Itulah beberapa
internasional diperkirakan lebih rendah alasan mengapa kita harus melestarikan hutan
namun tetap nyata. Sebagian jasa ekologis Leuser” tambah sang petugas.
terpelihara.
Para peserta kunjungan dari kelompok
“Sumber pendapatan pada skenario konservasi FORDALING kini semakin memiliki
dan pemanfaatan selektif berasal dari suplai pengetahuan betapa pentingnya nilai konservasi
air, pencegahan banjir, wisata dan pertanian, hutan Leuser bagi kehidupan manusia dan

Air terjun Saringgana di Desa Sulkam, Kutambaru, Langkat. Kawasan ini


30 Ayat-ayat Konservasi memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai daerah ekowisata Leuser Leuser, Anugerah Tak Ternilai 31
(photo: Indra)
BAGIAN 3
Refleksi Banjir
Bandang Bukit
Lawang 2003
Bagian ini secara khusus berisi kilas balik banjir
bandang Bukit Lawang 2003, kemudian diikuti
dengan ulasan dalam pandangan al Qur’an dan
Sunnah: Salahkan Hujan? Pada bagian akhir bab
ini diuraikan tentang tanah longsor. Benarkah
hutan yang terjaga baik mampu mencegah banjir
dan tanah longsor?

Sungai Bahorok, Bukit Lawang (photo: Arief Arbianto)

32 Ayat-ayat Konservasi Refleksi Banjir Bukit Lawang 2003 33


Duka di Bulan Suci Salahkah Hujan?

S aat itu bulan Ramadhan 1424H, bulan nan


suci dan agung bagi kaum muslimin seluruh
datang mendekat dan menerjang apa saja yang
dilaluinya. Banjir bandang itupun menghantam
Bukit Lawang.
P ada tahun 2003, banjir bandang juga
melanda kawasan wisata Pacet (Jawa Timur) dan
ditulis oleh para ulama atau dai. Hari itu mereka
membaca artikel dengan judul: Jangan Salahkan
Hujan [19].
dunia. Pada tahun tersebut, awal Ramadhan tanah longsor di Garut (Jawa Barat). Tahun 2005,
terdapat di pekan akhir bulan Oktober 2003. Musibah banjir bandang Bukit Lawang itu
banjir bandang yang melanda berbagai daerah
Sebagaimana pameo dalam masyarakat, bulan sangat dekat dengan lokasi Pondok PAS. Hanya Beberapa saat setelah kejadian tersebut,
di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) seperti meskipun fakta-fakta kayu gelondongan
yang berakhiran ber-ber, seperti September, saja tidak ada korban jiwa dan fisik bagi warga
Kutacane, Aceh Tamiang, Aceh Besar dan Aceh bergelimpangan, banyak pihak terkait yang
Oktober, November dan Desember setiap tahun pondok, karena pondok berada pada daerah
agar disediakan ember. Kenapa demikian? Tenggara. Berbagai kasus banjir bandang dan menyatakan air bah tersebut disebabkan oleh
yang aman dari amukan air bah. Keesokan hari
tanah longsor seolah terus berulang setiap tahun hujan deras dan bukan dipicu oleh penebangan
Karena pada bulan yang berakhiran ber-ber setelah malam musibah itu, para santri dan
dan sering kita disajikan alasan klasik penyebab liar di daerah hulu yang terdapat di kawasan
tersebut adalah musim penghujan. guru pondok bahu-membahu bersama warga TNGL. Lalu, kayu-kayu besar yang terpotong
banjir bandang dan tanah longsor tersebut dari
Ya, waktu itu di daerah Langkat Hulu sedang membantu korban bencana. jelas seperti gergaji mesin (chaisaw) tersebut
pihak berwenang, “Banjir atau tanah longsor ini datang dari mana?[18] Apakah pelajaran
berlangsung hujan lebat. Air hujan seolah- Air bah yang membawa segala macam material: terjadi karena curah hujan lagi tinggi.” yang bisa kita ambil ketika kita jujur dengan
olah ditumpahkan dari langit, tidak ada kayu gelondongan, lumpur, pasir dan bebatuan
Sekilas jawaban tersebut masuk akal dan sangat berbagai fakta-fakta itu?
hentinya selama beberapa hari terakhir saat menerjang semua yang berada di lembah Sungai
itu. Hari itu Minggu tanggal 2 November 2003 logis. Apalagi data BMG menunjukkan memang
Bahorok, sungai utama yang mengalir di Bukit
bertepatan dengan dengan hari ke-8 bulan puasa curah hujan saat itu lagi tinggi.
Lawang. Gelondongan kayu yang besar tersebut
(Ramadhan) 1424 H. Ketika takbir dan tahmid Sehingga curah hujan yang
beserta material lainnya yang dibawa air bah
dikumandangkan dengan khusuk mengiringi tinggilah sebagai biang kerok
menyergap semua yang berada di bantaran
sholat tarawih, termasuk di Pondok PAS, di atau kambing hitam penyebab
sungai. Rumah, pondok wisata, hotel yang
malam ke-8 Ramadhan tersebut, tiba-tiba suara banjir bandang dan tanah
tersebar di kiri kanan sungai itu pada ketinggian
air bergemuruh di antara derasnya hujan, longsor yang memakan korban
kurang dari 5 meter permukaan sungai saat
nyawa dan harta yang tidak
normal hancur terseret air bah.
sedikit. Namun ketika ditinjau
Kejadian mencekam di malam
lebih jauh, apa memang
hari sekitar pukul 20.30 wib itu
demikian?
telah merenggut 154 jiwa tewas
atau hilang dari penduduk Pagi itu, setelah sarapan, para
asli maupun wisatawan asing santri Pondok PAS sedang
dan lokal. Hingga bulan berkerumun di depan papan
Februari 2004 tercatat 80 orang untuk menempel koran bagi
dinyatakan tidak ditemukan penghuni pondok. Tampak
jasadnya [17]. Ilham dan Syaiful serta santri
lainnya sedang membaca berita
Inna lillahi wa inna ilaihi
di koran Republika. Salah satu
rojiun.
kolom favorit mereka adalah Ribuan kubik kayu gelondongan turut terbawa dalam banjir bandang
Banjir Bandang Bukit Lawang 2003 (Photo: www.sumutcyber.com)
kolom “Hikmah” yang biasa Bukit Lawang 2003 (Photo: www.yelweb.org)

34 Ayat-ayat Konservasi Refleksi Banjir Bukit Lawang 2003 35


Jangan Salahkan Hujan*
Oleh: KH Yusuf Supendi Hutan dan Banjir

T
Allah SWT berfirman, ”Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran, lalu
Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa
menghilangkannya.” (QS al Mu’minun [23]:18). Allah SWT memberikan nikmat kepada aujih K.H. Yusuf Supendi
hamba-Nya dengan beranekaragam nikmat yang sulit dihitung dan dikalkulasikan. dalam kolom hikmah
harian Republika itu sangat
Di antara nikmat-Nya adalah menurunkan air hujan sesuai dengan kebutuhan manusia yang berpengaruh bagi para
cukup dan memadai untuk mengairi pertanian, kebutuhan minum, dan kebutuhan lainnya. santri PAS. Mereka juga
Allah SWT menetapkan dan melestarikan air hujan melalui sungai-sungai, mata air, sawah, ingin tahu lebih banyak, dan
rawa, setu, gunung, bukit-bukit, dan air diserapkan ke daratan dan perut bumi serta menetap pada malam pengajian di
pondok, mereka bertanya
di bumi sebagai cadangan bagi kehidupan manusia dan makhluk lainnya.
kepada guru yang mengajar,
Allah SWT menurunkan air hujan sesuai dengan kebutuhan hidup manusia. Tidak terlalu yakni Ustad Luthfi. Sehingga
banyak yang berakibat banjir, dan tidak terlalu kurang yang berakibat kekeringan. Namun kajian hutan, hujan dan banjir
menjadi pembicaraan hangat
Allah SWT jualah yang berkuasa untuk menentukan lain — menghilangkan dan menyetop
pengajian malam itu. Banjir bandang Bukit Lawang 2003 menimbulkan kerugian material
air hujan sehingga terjadi kemarau panjang atau mencurahkan hujan lebat terus-menerus
dan jiwa (Photo: www.sumutcyber.com)
sehingga terjadi banjir. Pada akhir pengajian, Ustad
Luthfi menyampaikan bahwa
Allah SWT sangatlah berkuasa dan punya wewenang penuh menentukan sesuatu sesuai ia akan menulis kepada
kehendak-Nya, terutama bila manusia kurang bersyukur dan kufur nikmat. ”Maka rekannya yang menjadi
terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya dari dosen di perguruan tinggi di
awan ataukah Kami yang menurunkan? Kalau Kami kehendaki niscaya Kami jadikan dia asin, Medan untuk menanyakan
lalu mengapa kamu tidak bersyukur.” (QS al Waaqi’ah [56]: 68-70). pandangan ilmiah atau orang
kampus tentang kejadian banjir
Nah, ketika terjadi banjir, yang jadi pertanyaan, salahkah hujan? Pada dasarnya, banjir tersebut. Selang beberapa
dapat diantisipasi bila Pemerintah Pusat dan Pemda punya program jelas serta masyarakat waktu kemudian, datanglah
memiliki kesadaran dan peduli lingkungan. Firman Allah menyiratkan, ”Air hujan mestinya jawaban dari rekan Ustad
diserapkan ke bumi.” Namun yang terjadi, kantong-kantong penyangga seperti sawah, setu, Luthfi tersebut.
dan rawa banyak yang hilang serta berubah menjadi perumahan dan perkantoran megah. Surat jawaban itu kemudian
juga ditempel di papan tempat Banjir bandang Bukit Lawang 2003 (Photo: Sumut Pos)
Di hulu, pembalakan dan penggundulan hutan merupakan sumber utama datangnya banjir biasa koran ditempel.
di berbagai wilayah Indonesia. Curah hujan dengan intensitas tinggi, rendahnya kemampuan
tanah menyerap air berakibat rentannya terjadi banjir dan longsor. Salahkah hujan?

Petunjuk Allah dalam Al Quran sudah ada. Undang-undang sudah dibuat. Saatnya bagi
penyelenggara negara dan rakyat tidak berlaku sebagai ‘pemadam kebakaran’ semata, tapi
mengutamakan langkah antisipasi dan preventif. Belum terlambat untuk memulai.

* Bagian ini merupakan artikel kolom Hikmah Harian Republika oleh KH. Yusuf Supendi dengan judul “Jangan Salahkan Hujan”

36 Ayat-ayat Konservasi Refleksi Banjir Bukit Lawang 2003 37


Banjir bandang Bukit Lawang 2003 (Photo: www.sumutcyber.com)
Hutan, Hujan, Banjir, dan Tanah Longsor akan diresapkan ke dalam tanah, sangat sedikit yang menjadi aliran air permukaan,
yakni hanya 0,1 atau 10% dari curah hujan yang terjadi, sehingga potensi banjir sangat
Ba’da tahmid dan syalawat. kecil pada daerah demikian.

Para pengasuh dan santri Pondok PAS yang mulia. Suatu kehormatan bagi kami mendapat Namun, jika hutan tersebut dikonversi menjadi areal non-hutan apalagi lahannya
surat dari Ustad Luthfi yang mewakili para penghuni pondok. Berikut penjelasan kami. dipadatkan, atau tanahnya dibeton, koefisiennya akan meningkat mendekati angka 1.
Artinya hampir 100% curah hujan yang ada menjadi aliran permukaan, sehingga potensi
Fenomena kejadian banjir dan tanah longsor yang meningkat seiring meningkatnya
banjir bandang sangat besar, apalagi areal demikian terdapat di daerah hulu dan
kerusakan hutan dan lahan, saya yakin kita semua tahu dan paham. Apalagi pejabat yang
topografinya curam. Sebaliknya, pada musim kemarau kekeringan akan melanda karena
mengurusi rakyat dengan tingkat pendidikannya yang di atas rata-rata. Dimana sejak SD
air hujan telah mengalir semua saat musim penghujan.
sampai SMA ada pelajaran IPA yang diantara materinya ada yang terkait dengan topik yang
sedang kita bicarakan ini. Jadi, apa mungkin pura-pura tidak tahu atau memang tidak tahu Kondisi yang sama juga terjadi saat banjir bandang melanda Bahorok tahun 2003 atau di
harus berbuat apa buat rakyatnya? Jember di awal tahun 2006. Kasus di Bahorok, karena hutan di hulunya di pergunungan
Leuser banyak yang gundul akibat penebangan haram atau yang lebih dikenal dengan
Contoh berikut bisa memberikan gambaran tentang peranan hutan dalam mencegah banjir.
illegal logging dan perambahan [21, 22, 23] – meskipun banyak yang memperdebatkan.
Pada tahun 1968 mulai dilakukan kegiatan reboisasi dan penghijauan di Daerah Aliran
Lalu, kayu gelondongan berserakan pasca banjir bandang itu berasal dari mana? [18]
Sungai (DAS) Citanduy, Jawa Barat dan berhasil.
Sementara di Jember dilaporkan hutan di pegunungan Argopuro yang merupakan daerah
Ketika dibandingkan perbandingan aliran air maksimum (Qmaks) dan aliran air minimum
hulu dengan kelerengan yang cukup tajam juga dalam kondisi rusak. Sehingga ketika
(Qmin) antara tahun 1968 saat mulai reboisasi dengan tahun 1983 diketahui bawa
musim hujan, sisa hutan yang ada yang telah rusak tidak sanggup lagi menyimpan air dan
perbandingan Qmaks dan Qmin menurun dari 813:1 pada tahun 1968 menjadi 27:1 pada
menahan tanah dari erosi dan longsor. Maka air banjirpun membawa lumpur tanah.
tahun 1983. Bersamaan dengan itu aliran air tahunan turun dengan drastis dari 9.300 juta
m3 (tahun 1968) menjadi 3.500 juta m3 (tahun 1983) [20]. Hasil penelitian Fakultas Kehutanan IPB dalam periode 1978 – 2004 [24] juga bisa
menjelaskan hal tersebut. Pada areal berhutan lebat, laju erosi tertingginya hanya 0,02
Arti dari data tersebut adalah ketika hutan rusak, maka saat musim hujan debit (volume)
ton/ha/th. Jika hutan lebat tersebut kemudian berubah menjadi semak belukar, maka
air yang mengalir, seperti di sungai sangat besar atau sungainya meluap, namun saat musim
laju erosinya meningkat menjadi 2,09 ton/ha/th atau meningkat hampir 105 kali lipat.
kemarau debit sungainya sangat kecil. Ini terjadi tahun 1968. Namun ketika reboisasi
Selanjutnya apabila menjadi lahan gundul tanpa vegetasi, maka laju erosinya meningkat
dan penghijauan di daerah tersebut berhasil, maka pada tahun 1983 ketika dilakukan
secara spektakuler, yakni mencapai 514,00 ton/ha/th atau meningkat 25.700 kali lipat
pengukuran ulang diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang besar antara debit
dari areal berhutan. Sangat bisa dibayangkan, betapa besar peluang banjir bandang
sungai di musim hujan dan di musim kemarau atau dalam arti kata aliran air sungai stabil
membawa lumpur ketika hutan digunduli saat musim hujan.
dan tidak fluktuatif antar kedua musim tersebut. Tentu hal ini menyebabkan saat musim
hujan potensi banjir sangat kecil, demikian pula dengan potensi kekeringan di musim Selanjutnya, pada tanah yang tidak stabil penebangan hutan menaikkan hampir lima
kemarau juga tidak terjadi. kali kejadian longsor dan volume tanah yang longsor meningkat tiga kalinya. Pembuatan
jalan untuk penebangan meningkatkan 50 kali pada kejadian longsor dan volume tanah
Hal sebaliknya terjadi di DAS Citarum, dalam periode 1919-1923 rata-rata 47% curah
yang longsor meningkat 30 kali [20]. Dengan demikian, hutan sangatlah penting untuk
hujan menjadi aliran air sedangkan pada periode 1970-1975 rata-rata tersebut meningkat
pengendalian tanah longsor.
menjadi 52%. Hal tersebut diakibatkan oleh luas hutan yang telah berkurang 33% di
kawasan tersebut [20], sehingga potensi banjir meningkat saat musim hujan dan potensi Dari berbagai fakta dan kejadian serta hasil penelitian ilmiah, sudah sangat jelas kaitan
kekeringan juga meningkat saat musim kemarau. kerusakan hutan dan lahan terhadap meningkatnya potensi banjir dan tanah longsor.

Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa pada DAS yang berhutan resiko banjir menjadi Cukuplah bencana banjir dan tanah longsor tersebut sebagai penyadaran bagi kita
kecil karena mempunyai koefisien air larian yaitu 0,001-0,1 (rasio antara aliran air semua. Jadilah bagian dari solusi, bukan menjadi bagian masalah. Lingkungan adalah
permukaan dan aliran air dasar). Artinya pada DAS yang berhutan, sebagian besar air hujan milik bersama, mari jaga dan kelola lingkungan secara arif, bersama dan berkelanjutan
untuk kemakmuran umat manusia sebagaimana tujuan penciptaannya. Semoga!

38 Ayat-ayat Konservasi Refleksi Banjir Bukit Lawang 2003 39


BAGIAN 4
Konservasi Alam di
Zaman Rasulullah

Pada bagian ini diuraikan konservasi atau


pelestarian alam yang dilakukan di zaman
Rasulullah. Meskipun istilahnya bukan konservasi,
namun prinsip, semangat dan praktek konservasi
telah dilakukan Rasulullah dan sahabatnya melalui
kawasan lindung (hima), kawasan larangan (al
Harim), dan menghidupkan lahan yang terlantar
(Ihya al mawaat) serta pemenuhan hak-hak hidupan
liar, baik satwa maupun tumbuhan.

Sungai Buluh, Tangkahan, Taman Nasional Gunung Leuser (photo: FFI)

40 Ayat-ayat Konservasi Konservasi Alam di Zaman Rasulullah 41


Institusi Islam untuk Konservasi Sumberdaya Alam

S etelah kunjungan ke TNGL, para pengasuh


Pondok PAS sepakat untuk mengangkat tema
5. Fiqih Lingkungan [29]
Kita juga dapat membaca berbagai buku dan
artikel yang dihasilkan oleh para ulama, aktivis
tersebut. Setiap pengasuh pengajian malam
lingkungan dan akademisi muslim di Indonesia
Jumat tersebut diminta membaca, mengkaji dan
yang membahas topik Islam dan konservasi atau
mendalami ajaran Islam terkait tema tersebut
berbagai pendekatan konservasi dengan nilai-
berdasarkan al Qur’an dan kitab-kitab klasik serta
nilai di Indonesia, seperti:
buku-buku terbaru yang relevan. Kesepakatan
6. Konservasi Alam dalam Islam [30]
para pengasuh tersebut kemudian diumumkan
melalui papan pengumuman pondok. 7. Merintis Fiqih Lingkungan Hidup [1]
8. Proceeding Colloqium on Islamic Environmental
Berikut isi pengumuman tersebut:
Law (Fiqh al Biah) [31]
Para santri Pondok PAS yang dirahmati
9. Khazanah Alam: Menggali Tradisi Islam
Allah SWT.
untuk Konservasi [32] Praktik konservasi alam berbasis nilai-nilai Islam patut dipertahankan demi terjaganya kawasan
Menindaklanjuti kunjungan kita bersama 10. Berbagai artikel tentang Islam dan hutan dan ekosistemnya. Sungai Lawe Alas, Aceh Tenggara (Photo: Mustaqim)
FORDALING pada pekan lalu ke Taman konservasi dalam berbagai pertemuan,
Nasional Gunung Leuser (TNGL), pengasuh maupun yang ditulis diberbagai media
Pondok PAS bersepakat untuk mulai malam Selamat belajar dan mendapatkan ilmu yang bermanfaat.
Buku dan artikel tersebut mendasarkan kajiannya
Jumat pekan ini dan beberapa pekan berikutnya, Berdasarkan berbagai rujukan tersebut, terdapat beberapa Institusi Islam untuk Pembangunan yang
terhadap prinsip dan praktek perlindungan dan
pengajian tematik akan membahas tema Islam pelestarian yang dilakukan di zaman Rasulullah, Berkelanjutan dan Konservasi Sumberdaya Alam (Islamic Institutions for Conservation and Sustainable
dan konservasi alam. Beberapa ma’raji (pustaka) serta ada juga yang mengaitkan dengan praktek Development of Natural Resources), yaitu:
berupa buku dan artikel yang dapat dibaca konservasi alam yang dilakukan saat ini.
adalah:
Insya Allah syariat Islam terkait konservasi
1. Hima - kawasan yang dilindungi untuk kemaslahatan umum dan pengawetan habitat alami.
1. Environmental Protection in Islam [25] sumberdaya alam dan pembangunan yang
Termasuk di dalamnya adalah al-Haramaan, yakni daerah sekitar Mekah dan Madinah yang
2. al Hima: A Way of Life [26] berkelanjutan tersebut akan dibahas dalam
merupakan kawasan cagar yang terlarang untuk menebang pohon/tumbuhan serta berburu
pengajian tematik setiap malam Jum’at mulai
3. al Ahkam as Sulthaniyyah [27] binatang
pekan ini sampai selesai. Pada kajian semester
4. A History of The Hima Conservation System 2. Al-Harim - zona larangan lindung.
ini, secara khusus akan dibahas 3 (tiga) institusi
[28] konservasi, yaitu Hima, al-Harim dan Ihya al- 3. Ihya al-mawaat - menghidupkan lahan yang terlantar dengan cara reklamasi atau memfungsikan
Selain itu dapat juga membaca hasil pertemuan Mawaat. Sisanya, 3 (tiga) institusi lainnya akan kawasan tersebut agar menjadi produktif.
para ulama dari berbagai pondok pesantren yang dibahas pada semester berikutnya.
4. Iqta - lahan yang diijinkan oleh negara untuk kepentingan pertanian sebagai lahan garap untuk
berasal dari berbagai penjuru Indonesia pada Bahan rujukan telah tersedia di perpustakaan
pengembang atau investor.
tahun 2004 di Lido, Sukabumi yang mengagas pondok, meskipun dalam jumlah terbatas dan
fiqih lingkungan, sehingga menghasilkan didapatkan dari sumbangan donatur dan ada 5. Ijarah - sewa tanah untuk pertanian.
laporan tentang: yang dibeli. 6. Waqaf - lahan yang dihibahkan untuk kepentingan publik (umat).

42 Ayat-ayat Konservasi Konservasi Alam di Zaman Rasulullah 43


suku nomaden yang cerdik
menggunakan hima untuk
kemakmuran dan kesejahteraan
Hima: Kawasan Lindung rakyatnya. Menurut Ash-
Shafi‘i, seorang ilmuwan
Muslim di era keemasan,

M alam Jum’at seperti biasa adalah kajian


tematik yang berisikan kajian tema tertentu
konservasi [33], namun semangat, prinsip dan
prakteknya sejalan dengan konservasi yang
dikenal hari ini dan ditujukan bagi kelestarian
pada masa pra-Islam, hima
digunakan sebagai alat untuk
melakukan penindasan
terkait hal-hal aktual. Ustad Abdurrahman yang lingkungan kita, dimana kita diperintahkan terhadap suku-suku lain [28].”
mendapat mengisi pengajian pertama setelah oleh Allah SWT untuk memakmurkan bumi,” “Selain itu, dalam beberapa
kunjungan ke TNGL telah menyiapkan materi kata Ustad Abdurrahman. “Malam ini, saya Hutan lindung masyarakat di Desa Kaperas (Photo: bDoel eSTe)
tulisan,” lanjut Ustad
tentang pelestarian alam dalam Islam, sesuai akan menjelaskan salah satu bentuk kawasan Abdurrahman, “Disebutkan
dengan pengumuman yang ditempel di papan konservasi dalam Islam yang disebut dengan
pengumuman pondok. Hima, yang dulu waktu kuliah di Arab Saudi bahwa hima merupakan salah satu istilah yang Pohon-pohonnya tidak boleh ditebang dan binatang-
pernah saya kunjungi.” tepat untuk diterjemahkan menjadi kawasan binatangnya tidak boleh diburu (HR. Muslim) [26].
Setelah tahmid dan syalawat, Ustad Abdurrahman
lindung atau protected area (dalam istilah Sahabat Abu Hurairah mengatakan: Bila aku
mengawali kajian malam ini dengan bercerita
sekarang) [26, 30, 34]. Hima juga merupakan menemukan rusa di tempat antara dua lava mengalir,
pengalamannya kuliah di Universitas Madinah,
Hima merupakan kawasan yang dilindungi istilah yang paling mewakili untuk diketengahkan aku tidak akan mengganggunya; dan dia (Nabi) juga
Arab Saudi. “Saat liburan kuliah, dahulu saya
untuk kemaslahatan umum dan pengawetan sebagai perbandingan kata dan istilah untuk menetapkan dua belas mil sekeliling Madinah sebagai
dan kawan-kawan pernah berwisata ke kawasan habitat alami. Hima adalah suatu kawasan kawasan konservasi: taman nasional, suaka alam, kawasan terlindung (hima) (Riwayat Muslim) [28].
Hima Quraysh di sebelah barat Ta’if, kawasan yang khusus dilindungi oleh pemerintah (Imam
hutan lindung dan suaka margasatwa [32, 34]. Nabi juga melarang masyarakat mengolah tanah
Mekah. Kami juga pernah mengunjungi Negara atau Khalifah) atas dasar syariat
guna melestarikan (mengkonservasi) dan tersebut karena lahan itu untuk kemaslahatan
kawasan Hima Jabal Ral di tenggara al Wajh,
mengelola hutan dan semak belukar, daerah umum dan kepentingan pelestarian [25, 35].
kawasan Tabuk. Apakah itu hima? Nanti akan “Sesungguhnya pionir hima dicontohkan pada
aliran sungai (DAS; watersheds), dan hidupan Dalam sebuah hadistnya Rasulullah bersabda:
saya jelaskan,” kata Ustad Abdurrahman. dua kota suci (Mekah dan Madinah) sejak
liar (wildlife) [25, 26]. tidak ada hima kecuali milik Allah dan Rasulnya
zaman Rasulullah Muhammad SAW. Beliau
“Siapa yang sudah membaca bahan rujukan, (Riwayat Al Bukhari).”
mengumumkan hal itu saat penaklukan Mekah
seperti yang disarankan dalam pengumuman?”
melalui sabdanya : Suci karena kesucian “Oleh karena itu, hima sebagai upaya konservasi
tanya Ustad Abdurrahman. Sebagian besar Jadi, tujuannya sangat mirip dengan konservasi yang diterapkan Allah padanya hingga hari
alam dalam ajaran Islam telah berumur lebih
santri mengangkat tangan tanda telah membaca, kawasan hutan Leuser yang bernama TNGL kebangkitan. Belukar pohon-pohonnya tidak
dari 1.400 tahun,” kata Ustad Abdurrahman
meskipun belum secara keseluruhan. Ustad yang kita kunjungi pekan lalu,” kata Ustad boleh ditebang, hewan-hewannya tidak
boleh diganggu...dan rerumputan yang menjelaskan.
Abdurrahman tersenyum mendapat respon dari Abdurrahman.
para santrinya yang menunjukkan semangat baru tumbuh tidak boleh dipotong (Riwayat
“Dalam catatan sejarah, meskipun keterangannya Muslim) [25, 26].”
belajar dan menuntut ilmu.
masih diragukan, masyarakat Arab telah “Praktek ini merupakan cara konservasi tertua
“Buku-buku dan artikel tersebut penting mengenal hima sebagai instrumen konservasi Kemudian beliau melanjutkan “Rasulullah yang dijumpai di Semenanjung Arabia, bahkan
dibaca dan dipelajari untuk meningkatkan sebelum kedatangan Rasulullah SAW. Pada pernah mencagarkan kawasan sekitar Madinah mungkin tertua di dunia [26] dan diakui FAO
sebagai hima guna melindungi lembah, padang sebagai contoh pengelolaan kawasan lindung
pengetahuan dan pemahaman kita tentang era pra-Islam, hima sering digunakan untuk
paling bertahan di dunia [25, 26] dan diusulkan
ajaran Islam terkait konservasi atau pelestarian melindungi suku-suku nomaden tertentu dari rumput dan tumbuhan yang ada di dalamnya
FAO untuk dikembangkan di Syria berdasarkan
alam. Selama ini kita masih kurang mendalami musim kemarau yang panjang. Hima yang [25, 26] melalui sabdanya : Sesungguhnya Ibrahim
hasil penelitian ahli FAO untuk Syria, yakni
hal-hal ini, padahal merupakan bagian ajaran cenderung subur karena mengandung banyak memaklumkan Mekkah sebagai tempat suci dan Omar Draz yang mengkaji sistem hima di Arab
Islam. Meskipun istilah yang digunakan air dan rumput digunakan sebagai tempat sekarang aku memaklumkan Madinah, yang terletak Saudi di awal tahun 1960-an [25, 28].
dalam al Qur’an dan kitab-kitab klasik bukan menggembala ternak. Para pemimpin suku- antara dua lava mengalir (lembah), sebagai tempat suci.

44 Ayat-ayat Konservasi Konservasi Alam di Zaman Rasulullah 45


untuk tujuan-tujuan yang berkaitan dengan bahwa Umar bin Khattab RA mempekerjakan hima tradisional sebagai berikut:
kesejahteraan umum; pembantunya yang bernama Hani di hima (lahan 1. Penggembalaan dilarang, tetapi rumput
Kini, hima diakui secara internasional sebagai
3. harus terbebas dari kesulitan pada konservasi), Umar berkata kepada Hani: Bersikap dapat dipotong dengan menggunakan
institusi tradisional yang berhasil sebagai
masyarakat setempat, yakni tidak boleh ramahlah kepada orang dan hindarilah doa orang tangan pada waktu dan tempat yang
kegiatan konservasi alam berbasis prinsip-
prinsip ajaran Islam pada negara-negara mencabut sumber-sumber penghidupan yang teraniaya (karenamu), karena doa orang ditentukan terutama di musim kering;
muslim tanpa membutuhkan institusi atau mereka yang tak tergantikan yang teraniaya itu dikabulkan. Izinkanlah masuk rumput yang telah dipotong dibawa ke luar
nilai asing dalam penerapannya, meskipun orang-orang yang mencari rumput dan air. Kalau kawasan hima untuk ternak mereka.
4. harus mewujudkan manfaat nyata yang
dengan beberapa modifikasi yang diusulkan (Abdurrahman) bin Auf dan (Usman) bin Affan
lebih besar untuk masyarakat ketimbang 2. Perlindungan tumbuhan berkayu di
dalam mengadopsi sistem tersebut di berbagai
kerusakan yang ditimbulkannya [26].” masih punya kebun kurma dan sawah jika ternak
wilayah lainnya [28].” dalamnya dari penebangan, misalnya
mereka mati.
Sambil mengangguk, Ustad Abdurrahman terhadap pohon (misalnya Juniperus procera,
berkata, “Benar Teuku.” Selanjutnya Ustad Kalau ternak mereka (para pencari rumput dan air) Acacia spp., Haloxylon persicum) atau
“Apa persyaratan sebuah hima?” tanya Ustad Abdurrahman melanjutkan penjelasannya mati, mereka datang kepadaku dengan anak-anak pemotongan dahan terlarang atau diatur,
Abdurrahman. tentang praktek hima yang dilakukan setelah mereka menuntut: ’Hai amirul mukminin, mengapa pada umum penebangan pohon dilarang
Rasulullah wafat. engkau terlantarkan mereka? (dengan kelaparan) kami kecuali untuk keperluan mendesak sekali.
Setelah mengangkat tangan, Teuku yang dari
hanya membutuhkan air dan padang rumput, bukan 3. Pengolahan lahan telah diatur sebagai
tadi dengan tekun mendengarkan penjelasan “Ketika Khalifah Umar memerintah, lahan hima
emas dan perak’. Demi Allah, mereka menganggapku berikut: (a) penggembalaan dan pemotongan
sang guru, dengan suara yang jelas menjawab, dikelola dengan baik oleh seorang manajer
telah menganiaya mereka, karena lahan konservasi rumput diperbolehkan berdasarkan musim
“Dalam hukum Islam, sebuah hima harus (pengelola hima) dan memiliki fleksibilitas
itu adalah kampung mereka. Mereka berperang tertentu untuk memberikan peluang pada
memenuhi empat persyaratan yang berasal dalam hal-hal tertentu terutama untuk meng-
untuk mempertahankannya pada masa jahiliyah, pertumbuhan alamiah, setelah rumput
dari praktik Nabi Muhammad SAW dan para akomodasi warga miskin yang tinggal di seputar
mereka masuk Islam karenanya. Demi zat yang tumbuh atau kemudian berbunga dan
khalifah, yaitu: kawasan karena Islam mengajarkan supaya
menguasai nyawaku, kalau bukan karena harta yang berbuat, atau; (b) dalam tahun dimana
1. harus diputuskan oleh ‘imam’, yakni manajer kawasan bertindak mengayomi warga
bisa dimanfaatkan untuk jalan Allah, aku tidak akan penggembalaan diizinkan pada putaran
pemerintahan yang sah (memiliki yang ada di sekitarnya. Gambaran ini bisa dilihat
mengkonservasi sejengkal tanah pun dari kampung tahun hal ini harus dibatasi hanya pada
legitimasi) dari dialog Khalifah Umar RA dengan Hunay
mereka” (Shahih al Bukhari Juz 3 halaman 1113 jenis ternak tertentu misalnya hanya pada
2. harus dibangun sesuai ajaran Allah, yakni (Hani) seorang manajer hima ketika beliau
No 2894) [29]. jenis sapi perah atau hewan darat, atau,
mengadakan inspeksi.
“Riwayat di atas memberikan gambaran tentang (c) dimana hanya sejumlah ternak terbatas
“Dari Zaid bin Aslam, dari ayahnya menceritakan
kawasan konservasi yang dikelola dengan yang diizinkan untuk merumput pada saat
baik. Pada sisi lain, tidak menafikan akan waktu tertentu saat musim kering.
adanya konflik dengan masyarakat sekitar yang 4. Kawasan perlindungan untuk peternakan
berkepentingan terhadap lahan tersebut. Oleh lebah, dimana penggembalaan dalam
sebab itu, petuah Umar ibnu Khattab kepada musim tertentu dilarang atau sama sekali
pegawainya tentang memperbolehkan orang dibiarkan selama lima bulan dalam setahun
yang tidak mampu untuk masuk ke kawasan (termasuk pada saat musim semi) dan
konservasi merupakan contoh yang sangat penggembalaan diperbolehkan setelah
baik dan pantas direnungkan [28],” kata Ustad musim bunga berakhir.
Abdurrahman. 5. Kawasan ini digunakan untuk konservasi
“Salah satu kelebihan hima adalah sifatnya yang ibex (sejenis kambing gunung, di Timur
adaptif yang dapat diatur atas dasar kesepakatan Tengah) [26]”
dengan keperluan lahan dari masyarakat yang “Hingga kini,” lanjut Ustad Abdurrahman,
Praktik hima’di masyarakat Desa Ketambe, Aceh Tenggara dalam
ada di sekitar kawasan tersebut. Peneliti-peneliti “Hima diketahui menyebar dipraktikkan dari
bentuk pelestarian hutan lindung masyarakat. (Photo: Indra)
yang bekerja di Saudi Arabia mencatat tipe-tipe

46 Ayat-ayat Konservasi Konservasi Alam di Zaman Rasulullah 47


kawasan Afrika Utara hingga Asia Tengah, luas yang berbeda-beda, dari beberapa hektar dikutip Kilani dalam bukunya.[26].” Rasulullah SAW, maka hukum perlindungan
termasuk Timur Tengah dan Lebanon. Sebagai sampai ratusan kilometer persegi [26], dan “Mengapa hima yang telah hadir sejak 1.400 lahan tersebut tetap eksis, dan menghidupkannya
suatu khazanah dan tradisi perlindungan berbeda dengan kawasan lindung sekarang lalu masih bertahan sampai saat ini, dan diakui (mengalihfungsikan) tidak diperbolehkan. Apalagi
alam yang baik, kini hima telah diketahui yang umumnya mempunyai luasan yang sangat lembaga dunia seperti FAO dan IUCN sebagai sebab perlindungan tanah tersebut sifatnya abadi.
secara internasional sebagai langkah variatif besar.” Kemudian Ilham melanjutkan, “Sebagai salah satu bentuk konservasi alam yang baik?” Siapa pun orangnya tidak boleh menentang hukum
untuk merespon dan mencapai pembangunan contoh Hima al Rabadha, yang dibangun oleh tanya Ustad Abdurrahman. Rasulullah SAW dengan cara membatalkan kawasan
berkelanjutan di kawasan-kawasan tersebut.” Khalifah Umar ibn al Khattab dan diperluas lindung (hima) beliau,” kata Syaiful menjelaskan
Tak berapa lama kemudian Syaiful mengangkat
Upaya ini misalnya, tercermin pada usaha untuk oleh Kalifah Usman ibn Affan, adalah salah jawabannya.
tangan dan menjawab, “Alasan utama mengapa
mendirikan kawasan lindung di zona laut Pulau satu yang terbesar, membentang dari tempat Tak terasa, malam telah larut. “Pengajian malam
hima masih bertahan adalah karena keyakinan
Misali, Zanzibar Afrika Selatan. Di kawasan ar Rabadhah di Barat Najed sampai ke dekat ini kita cukupkan dulu” kata Ustad Abdurrahman.
(nilai) bahwa kawasan tersebut dilindungi oleh
ini, organisasi lingkungan Islamic Foundation for kampung Dariyah. Di antara hima tradisional “Namun sebelum ditutup, sekarang kita paham
hukum Allah dan Rasul-Nya, sehingga alih
Ecology and Environmental Science (IFEES) berhasil adalah lahan-lahan penggembalaan yang paling bahwa konservasi alam telah dicontohkan oleh
fungsi terhadap hima sangat ditentang. Hima
meletakkan landasan: dimana syariah mampu baik dikelola di semenanjung Arabia; beberapa Rasulullah dan diteruskan oleh para khalifah,
juga telah memberikan banyak sekali manfaat
berkontribusi untuk perlindungan sumberdaya di antaranya telah dimanfaatkan secara benar dan alhamdulillah sampai saat ini masih tetap
bagi kehidupan manusia dan alam sekitarnya.
laut yang ada di kawasan tersebut [32]. untuk menggembala ternak sejak masa-masa terjaga sampai saat ini. Saatnya bagi kita untuk
Imam Al-Mawardi dalam bukunya [27] menulis:
Conservation International bekerjasama dengan awal Islam dan merupakan contoh pelestarian mengamalkannya di lingkungan terdekat kita.”
Jika tanah telah resmi dilindungi secara hukum,
IFEES telah membantu inisiasi masyarakat kawasan penggembalaan yang paling lama
kemudia ada orang yang datang dengan maksud “Insya Allah, Ustad” sahut para santri menyambut
Mandailing Natal yang mayoritas muslim dan bertahan yang pernah dikenal. Sesungguhnya
menghidupkannya dan membatalkan perlindungan ajakan sang guru. Kemudian pengajian malam
memiliki banyak pondok pesantren untuk beberapa sistem kawasan lindung diketahui
terhadapnya, maka tanah tersebut harus dilindungi. Jumat ditutup dengan doa bersama.
membangun hima berupa Taman Nasional memiliki riwayat yang sama lamanya dengan
Jika tanah tersebut termasuk yang dilindungi
Batang Gadis dengan sistem hima [26].” hima-hima tradisional [32].”
“Bagus sekali Ilham,” kata Ustad Abdurrahman.
Lalu Ustad Abdurrahman menambahkan
Di zaman modern ini, dorongan untuk penjelasannya, “Hima yang lahir di Semenanjung
mendirikan hima, sebenarnya didasari oleh
Arabia yang diperkenalkan Rasulullah kemudian
keinginan untuk mencontoh sunah Nabi SAW
berkembang luas di wilayah tersebut. Hima
dalam perlindungan dan perawatan sumber
daya alam, sebagai suatu langkah alternatif tersebut ada yang dikelola masyarakat lokal,
menghimbau muslim agar menyadari dan namun ada pula yang dikelola oleh pemerintah
memelihara khazanah alam dan mensyukuri pusat [28]. Pada tahun 1960-an diperkirakan
apa yang dimilikinya berdasarkan prinsip- terdapat 3000 hima di Saudi Arabia, mencakup
prinsip etika Islam. sebuah kawasan luas di bawah pengelolaan
konservasionis dan berkelanjutan. Hampir setiap
desa di barat laut pegunungan itu termasuk ke
Kemudian Ustad Abdurrahman bertanya,
dalam salah satu atau lebih hima, yang terkait
“Berapa luas suatu kawasan hima? Apakah
juga dengan sebuah perkampungan sebelahnya.
luasnya sama dengan kawasan lindung yang
Hima-hima ini bervariasi dari 10 sampai 1000
kita kenal sekarang?”
hektar. Hima tradisonal dibangun pada areal
Ilham yang telah membaca buku “Al-Hima: A yang luas melalui konservasi dan pemanfaatan
Way of Life” [26] dan beberapa buku lainnya yang berkelanjutan, sehingga kawasan tersebut
mengangkat tangan dan kemudian menjawab, terkelola dengan baik di Semenanjung Arabia,
“Dalam sejarahnya, hima memiliki ukuran seperti yang dikatakan oleh Llewellyn dan Sungai Lawe Alas, Aceh Tenggara (photo: Mustaqim)

48 Ayat-ayat Konservasi Konservasi Alam di Zaman Rasulullah 49


Kemudian Ustad Salman menyampaikan perlindungan kawasan di bawahnya, dan (b)
sebuah aksioma, “Bukankah air penting dalam kawasan perlindungan setempat.”
kehidupan kita, termasuk dalam pelaksanaan
Al Harim: Zona Larangan ibadah kita?”
Selanjutnya Ustad Salman mengajak para santri
membaca aturan dalam Keppres tersebut. Dalam
Para santri yang hadir dan mendengarkan Keppres tersebut antara lain diatur:

S
dengan perhatian penuh serentak mengangguk 1. Kawasan yang memberikan perlindungan
pemeliharaannya, serta untuk mencegah tanda setuju dan paham apa yang disampaikan kawasan di bawahnya, yakni berupa:
etelah pekan lalu membahas hima, pada gangguan atau bahaya.” sang guru.
pengajian tematik malam Jumat pekan ini, Ustad a. Perlindungan terhadap kawasan hutan
Setelah Ustad Salman menjelaskan hal tersebut,
Salman menyampaikan topik tentang al-harim Kemudian Ustad Salman melanjutkan uraiannya, lindung dilakukan untuk mencegah
Syaiful kemudian bertanya “Ustad, bagaimana
atau zona larangan. “Dalam menetapkan batas-batas tentang zona terjadinya erosi, sedimentasi, dan menjaga
pencadangan al-harim, misalnya pada pesantren
larangan (harim), Islam menetapkan sebagai fungsi hidrologis tanah untuk menjamin
Ustad Salman mengawali kajiannya dengan kita?”
berikut: ketersediaan unsur hara tanah, air tanah,
mengatakan “dalam hukum Islam terdapat
“Pertanyaan yang bagus” kata Ustad Salman. dan air permukaan (pasal 7). Kriteria yang
berbagai zona larangan (al-harim) yang
“Dalam sebuah buku [32]” kata Ustad Salman, digunakan untuk kawasan hutan lindung
didalamnya pembangunan terlarang atau sangat 1. Kawasan terlarang (harim) untuk sebuah
dijelaskan begini: (pasal 8) adalah:
terbatas untuk mencegah terjadinya kerusakan sungai adalah meliputi ukuran setengah
“Harim sesungguhnya dapat dimiliki atau dari lebar sungai pada kedua tepinya. i. Kawasan hutan dengan faktor-faktor lereng
atau menurunnya manfaat dan sumberdaya
dicadangkan oleh individu atau kelompok 2. Kawasan terlarang (harim) untuk lapangan, jenis tanah, curah hujan yang
alam. Beberapa bentuk al harim adalah [25]:
di sebuah daerah yang mereka miliki. Lokasi sebatang pohon meliputi jarak dua melebihi nilai skor 175, dan/atau;
1. Dalam hukum Islam, setiap kota atau
pesantren yang strategis untuk daerah tangkapan setengah hingga tiga meter di sekeliling ii. Kawasan hutan yang mempunyai lereng
perkampungan harus dikelilingi oleh
air, atau kawasan perumahan (kompleks) dalam pohon tersebut. lapangan 40% atau lebih dan/atau
zona larangan yang merupakan kawasan
skala yang lebih kecil, dapat disisakan untuk 3. Untuk sumur ditetapkan kawasan zona iii. Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian
penyangga yang tidak boleh didirikan
zona larangan (harim). Jadi harim merupakan larangan sekurangnya sejauh 20 meter diatas permukaan laut 2.000 meter atau lebih
bangunan atau sangat terbatas. Lahan-
gabungan dua kawasan yaitu yang telah digarap keliling.
lahan tersebut umumnya dikelola bersama b. Perlindungan terhadap kawasan bergambut
(lahan ihya) dan yang tidak digarap (lahan 4. Kawasan terlarang (harim) untuk mata
oleh masyarakat yang bermukim dekat dimaksudkan untuk mengendalikan
mawaat). Sebagai muslim ketergantungan air didasarkan pada keadaan air dengan
kawasan tersebut untuk mendapatkan hidrologi wilayah, yang berfungsi sebagai
terhadap keberadaan dan ketersediaan air memberikan pertimbangan yang memadai
berbagai kebutuhan yang mereka perlukan penambat air dan pencegah banjir, serta
adalah sangat penting. Kata harim yang berarti tentang saluran, ukuran kolam yang akan
dalam jumlah terbatas, seperti makanan, dibuat, tempat yang dibutuhkan bagi
melindungi ekosistem yang khas di kawasan
terlarang. Biasanya harim terbentuk bersamaan
dan kayu bakar atau sejenisnya, dan untuk orang dan binatang untuk bergerak di yang bersangkutan (pasal 9). Kriteria kawasan
dengan keberadaan ladang dan persawahan,
menjamin kehidupan yang lebih kondusif sekitarnya dan tipe tanah dimana air itu bergambut adalah tanah bergambut dengan
tentu saja luasan kawasan ini berbeda-beda.
serta untuk mencapai kesejahteraan dalam mengalir [32].” ketebalan 3 meter atau lebih yang terdapat
Biasanya harim dalam ukuran lahan tidak terlalu
jangka panjang. dibagian hulu sungai dan rawa (pasal 10).
luas [32].”
2. Berdasarkan hukum Islam, sumber-sumber c. Perlindungan terhadap kawasan resapan
“Nah, pada daerah strategis di pesantren kita,” “Kalau kita perhatikan, negara kita
air, misalnya danau, laut, sungai, mata air dilakukan untuk memberikan ruang
kata Ustad Salman, “Kita telah mengatur daerah sesungguhnya juga punya aturan yang sangat
air, aliran air, dan sumur merupakan yang cukup bagi peresapan air hujan pada
sumber air, seperti daerah tangkapan air, mata mirip dengan al-harim. Peraturan tersebut
zona larangan (al-harim) agar manfaatnya daerah tertentu untuk keperluan penyediaan
air dan wilayah sekitar sumur menjadi daerah antara lain adalah Keppres No 32 tahun 1990
selalu didapatkan dalam jangka panjang. kebutuhan air tanah dan penanggulangan
terlarang untuk bangunan atau kegiatan lain tentang kawasan lindung, yang tidak boleh ada
Demikian juga dengan sarana umum seperti banjir, baik untuk kawasan bawahnya
yang merusak. Hal ini dimaksudkan agar sumber pembangunan di atasnya atau kegiatan lain yang
jalan dan perempatan juga merupakan maupun kawasan yang bersangkutan (pasal
air kita tidak rusak atau tercemar, sehingga mengurangi fungsi kawasan tersebut. Dalam
zona larangan untuk mencegah kerusakan, 11). Kriteria kawasan resapan air adalah
kita dapat memanfaatkan sebaik mungkin.” peraturan tersebut yang sangat mirip dengan
dan untuk menjamin pemanfaatan dan curah hujan yang tinggi, struktur tanah
al-harim berupa (a) kawasan yang memberikan

50 Ayat-ayat Konservasi Konservasi Alam di Zaman Rasulullah 51


meresapkan air dan bentuk geomorfologi ii. Untuk sungai di kawasan pemukiman berupa tersebut berada pada daerah yang lebih tinggi
1. Larangan menebang hutan dalam jarak
yang mampu meresapkan air hujan secara sempadan sungai yang diperkirakan cukup dari perkampungan. Hutan larangan tersebut
1.200 depa atau setara dengan 2 km
besar-besaran (pasal 12). untuk dibangun jalan inspeksi antara 10 - 15 berfungsi untuk menjaga ketersediaan air bagi
keliling sumber mata air
2. Kawasan perlindungan setempat yang meter. masyarakat desa. Alhamdulillah desa tersebut
2. Larangan menebang pohon dalam jarak
berupa c. Perlindungan terhadap kawasan sekitar sampai saat ini masih dialiri air bersih dan segar
60-120 depa atau setara dengan 100-200
a. Perlindungan terhadap sempadan pantai danau/waduk dilakukan untuk melindungi sepanjang tahun. Setiap orang dilarang menebang
m dari kiri kanan sungai
dilakukan untuk melindungi wilayah danau/waduk dari kegiatan budidaya yang pepohonan di kawasan hutan larangan tersebut,
3. Larangan menebang pohon sejarak 600
pantai dari kegiatan yang mengganggu dapat mengganggu kelestarian fungsi danau/ kecuali untuk kebutuhan mendesak setelah
depa atau sekitar 1 km dari pinggir laut
kelestarian fungsi pantai (pasal 13) dengan waduk (pasal 17). Kriteria yang digunakan mendapat izin melalui musyawarah desa.
kriterianya adalah daratan sepanjang tepian (pasal 18) adalah daratan sepanjang tepian Selain itu, kata tokoh masyarakat desa tersebut
“Fakta-fakta ini menunjukkan kepada kita bahwa
yang lebarnya proporsional dengan bentuk danau/waduk yang lebarnya proporsional menambahkan bahwa dahulu daerah di kiri
khazanah dalam perlindungan dan pelestarian
dan kondisi fisik pantai minimal 100 meter dengan bentuk dan kondisi fisik danau/ kanan sungai juga merupakan daerah larangan
lingkungan dalam masyarakat kita yang
dari titik pasang tertinggi ke arah darat waduk antara 50 - 100 meter dari titik pasang untuk dibuka, namun kini semakin berkurang,
bermukim di sekitar hutan Leuser, baik yang
(pasal 14). tertinggi ke arah darat. terutama sejak dibukanya perkebunan kelapa
tinggal di Aceh maupun Sumatera Utara telah
b. Perlindungan terhadap sempadan sungai d. Perlindungan terhadap kawasan sekitar mata sawit di desa tersebut. Hanya pada daerah
lama dipraktekkan. Namun, banyak kearifan
dilakukan untuk melindungi sungai dari air dilakukan untuk melindungi mata air tebing sungai yang curam yang tidak digarap.
yang telah dicontohkan oleh pendahulu kita
kegiatan manusia yang dapat mengganggu dari kegiatan budidaya yang dapat merusak Selebihnya kawasan tepi sungai yang landai
yang merujuk pada ajaran Islam tersebut kini
dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik kualitas air dan kondisi fisik kawasan sebagian besar telah ditanami sawit.
telah banyak ditinggalkan. Akibatnya banyak
pinggir dan dasar sungai serta mengamankan sekitarnya (pasal 19). Kriteria yang digunakan Ustad Salman juga mendapat cerita dari rekannya kita lihat dan rasakan hari ini. Fungsi lindung
aliran sungai (pasal 15). Kriteria yang (pasal 20) adalah sekurang-kurangnya yang berasal dari Aceh Tamiang bahwa dahulu kawasan tersebut terus berkurang, karena
digunakan (pasal 16) adalah: dengan jari-jari 200 meter di sekitar mata air. daerah di kiri kanan sungai merupakan daerah kondisinya telah rusak, padahal kita sering
i. Sekurang-kurangnya 100 meter dari kiri “Kalau kita perhatikan,” kata Ustad Salman, terlarang untuk mendirikan bangunan atau diingatkan bahwa daerah kita adalah daerah
kanan sungai besar dan 50 meter di kiri “Prinsip dan praktek al-harim telah diakomodasi menebang pohonnya juga dilarang. Namun kini rawan bencana. Jika kawasan lindung tersebut
kanan anak sungai yang berada di luar dalam peraturan negara kita.” aturan itu sudah banyak dilanggar, sehingga yang sangat identik dengan al-harim terjaga
pemukiman. pinggir sungai mengalami abrasi, sehingga kelestariannya, tentu akan menjadi pengaman
Kemudian Ustad Salman sungai sering meluap dan airnya kotor saat dan menekan dampak bencana tersebut
teringat beberapa waktu lalu musim penghujan. Musibah banjir sering sehingga korban bisa diminimalisir” kata Ustad
dengan beberapa anggota mengintai mereka sepanjang tahun. Salman sambil mengajak para santrinya untuk
FORDALING, beliau “Aturan tersebut” kata Ustad Salman “juga saya merenung.
mengunjungi ulama dan baca pada sebuah makalah [36] dalam sebuah Beberapa saat kemudian, Ustad Salman
tokoh masyarakat Desa Ujung hasil pertemuan (prosiding) [31]. Saat saya menyampaikan, “Insya Allah kajian kita akan kita
Bandar, Kecamatan Salapian, berkunjung ke Aceh Singkil dalam beberapa lanjutkan pada waktu mendatang, mengingat
yakni Ustad Syuhada. Desa waktu lalu” lanjut Ustad Salman “saya juga malam yang semakin larut. Insya Allah setelah
tersebut berbatasan langsung diinformasikan hal yang sama oleh Panglima ini kita istirahat untuk bersiap bangun sebelum
dengan kawasan TNGL yang Hutan daerah Aceh Singkil.” waktu subuh tiba, dan mudah-mudahan bisa
masuk bagian Kabupaten
Teman Ustad Salman yang berasal dari Aceh melaksanakan qiyamul lail.”
Langkat. Ustad Syuhada
Tamiang yang juga merupakan ulama tersebut “Amiin,” kata para santri serempak.
menginformasikan bahwa
juga mengatakan bahwa dalam adat Aceh
desa mereka memiliki hutan
terdapat aturan, yakni:
larangan yang telah ditetapkan
Daerah Tangkapan Air, Desa Ujung Bandar, Langkat sejak lama. Letak hutan larangan
(photo: Irsan Mustafid Halomoan)

52 Ayat-ayat Konservasi Konservasi Alam di Zaman Rasulullah 53


Ihya al Mawaat: menjelaskan bahwa: salah satu cara yang dapat oleh manusia. Tapi bila berada di daerah yang dekat
dengan pemukiman, atau daerah strategis yang
dilakukan untuk dapat memperoleh hak mengelola
Menghidupkan Lahan yang Terlantar tanah ini, yakni apa yang disebut dengan cara ihya’. menjadi incaran setiap orang, untuk melakukan ihya’
Yakni pemanfaatan lahan yang dilakukan oleh izin imam sangat dibutuhkan.”
individu. Dalam hal ini, seseorang mematok lahan untuk “Selanjutnya,” kata Ustad Abdurrahman, “Saya
dapat digarap dan difungsikan untuk kepentingan

I
akan menguraikan, apa yang disebut dengan
Ulama berselisih paham ketika mendefinisikan tanah pribadinya. Orang yang telah melakukannya dapat ihya al mawaat atau menghidupkan lahan yang
“ slam adalah agama yang mengajarkan mawaat ini. Sebagian mereka mengatakan, bahwa yang memiliki lahan tersebut. Karena itu, orang lain terlantar berdasarkan beberapa rujukan berikut:
pemeluknya untuk selalu produktif, selalu dimaksud adalah tanah yang tidak ada pemiliknya. tidak dibenarkan untuk mengambil alihnya. Dalam
1. Environmental protection in Islam [25]
melakukan perbaikan (ishlah) dan menjauhkan Karena itu, tanah yang sudah lama ditinggalkan oleh masalah ini, terjadi perbedaan pendapat diantara pakar
diri dari perbuatan yang sia-sia,” demikian fiqih. Madzhab Syafi’i menyatakan siapapun berhak 2. Al-Ahkam As Sulthaniyyah [27]
pemiliknya, masih digolongkan tanah mawaat. Yang
pembukaan kajian tematik di malam Jum’at lain mengartikannya dengan tanah yang tidak pernah mengambil manfaat atau memilikinya, meskipun tidak 3. Fiqih Lingkungan [29]
yang dibawakan oleh Ustad Abdurrahman. dikelola oleh seorangpun. Tanah yang sudah pernah mendapat izin dari pemerintah. Beda halnya dengan 4. Konservasi Alam dalam Islam [30]
Kemudian Ilham bertanya, “Ustad, bagaimana dimanfaatkan, lalu ditinggalkan oleh pemiliknya, Imam Abu Hanifah. 5. Khazanah Alam: Menggali Tradisi Islam
dengan lahan-lahan yang terlantar? Ketika saya tidak disebut tanah mawaat. untuk Konservasi [32]”
pulang melewati tepian Danau Toba atau lahan Ibn Rif’ah membagi dua bentuk mawaat, yaitu: “Bagi yang ingin bertanya di ketika saya
Imam Abu Hanifah berpendapat, ihya’ boleh
yang tidak jauh dari pesantren kita banyak menjelaskan nantinya, silahkan mengangkat
1. Tanah yang tidak pernah dikelola oleh seseorang. dilakukan dengan catatan mendapat izin
sekali dijumpai lahan demikian. Lahan tersebut dari pemerintah yang sah. Imam Malik juga tangan dan mengajukan pertanyaanya. Sekarang
Ini adalah bentuk asal dan tanah mawaat.
ada pemiliknya, namun terlantar dan tidak berpendapat hampir sama dengan Imam Abu akan saya lanjutkan,” kata Ustad Abdurrahman.
2. Tanah yang pernah dimanfaatkan oleh orang
diolah sehingga menjadi semak belukar atau Hanifah.
kafir, kemudian ditinggalkan. “Ihya al mawaat dalam kajian fiqih Islam
padang alang-alang. Apakah ini juga termasuk
Al-Zarkasyi membagi lahan itu menjadi empat Cuma, beliau menengahi dua pendapat itu dengan berarti mengolah atau menggarap lahan
perbuatan sia-sia dengan menjadikan lahan gersang dan tandus karena diterlantarkan
macam, yaitu: cara membedakan dari Ietak daerahnya. Jika tanah
tersebut terlantar?” kemudian mengubahnya melalui pengolahan
tersebut berada di daerah yang tidak terlalu penting
1. Tanah yang dimiliki dengan cara pembelian, menjadi lahan subur, produktif yang dapat
Ustad Abdurrahman merasa kagum dengan bagi manusia, maka tidak perlu izin Imam. Misalnya
hibah, dan semacamnya. dimanfaatkan bercocok tanam, bertempat
pertanyaan santrinya tersebut: tajam dan sangat berada di daerah padang pasir yang tidak dihuni tinggal atau hunian, dan lainnya.
aktual. 2. Tanah yang digunakan untuk kepentingan
umum. Seperti lahan yang diwaqafkan untuk
“Pertanyaan dan analisa yang sangat baik
masjid, madrasah; dan juga lahan yang
Ilham,” kata Ustad Abdurrahman. “Insya Allah,
digunakan untuk kepentingan umum seperti
malam ini kita akan membahas hal tersebut
pasar, jalan, dan semacamnya.
dalam pengajian tematik kali ini.”
3. Tanah milik orang atau kelompok tertentu.
“Saya akan awali dengan pembahasan status
Misalnya waqaf khaissah (waqaf untuk
lahan kosong. Hal ini pernah diuraikan oleh
komunitas tertentu), tanah desa, dan
Ustad HM. Misbahus Salam, S. Ag dari Pondok
semacamnya.
Pesantren Nurul Islam, Jember pada pertemuan
4. Tanah yang tidak dimiliki baik oleh perorangan,
ulama dalam menggagas fiqih lingkungan
kelompok, ataupun umum. Inilah yang disebut
tahun 2004 lalu [37]. Beliau menguraikan setelah
dengan tanah mawaat. Beberapa definsi ini
mengkaji berbagai teks dalam kitab-kitab klasik.”
sebenarnya memiliki maksud yang hampir
Kemudian Ustad Abdurrahman menyampaikan,
sama, bahwa yang dimaksud adalah tanah yang
“Berikut di antara yang beliau sampaikan: dalam
tidak dikelola oleh seseorang.”
fiqh klasik, tanah kosong itu disebut dengan al-mawaat.
“Selanjutnya Ustad HM. Misbahus Salam, S. Ag
Hutan yang rusak menghilangkan banyak fungsi dan manfaat hutan bagi
ummat manusia dan makhluk lainnya. Kegiatan rehabilitasi hutan yang
rusak sebagai salah satu bentuk praktik ihya al mawaat perlu dilakukan
54 Ayat-ayat Konservasi untuk memulihkan fungsi dan manfaat hutan tersebut. (Photo: bDoel eSTe)
Konservasi Alam di Zaman Rasulullah 55
Oleh karena itu, Ihya al mawaat, merupakan Selanjutnya, secara khusus, Ihya al mawaat “Hamparan bumi dengan gunung-gunung, Akan tetapi salah satu dari dua unsur tersebut,
syariat dalam memakmurkan dan memanfaatkan memiliki pengertian luas mencakup penghijauan, jurang, lautan, dan daratan yang luas diserahkan sudah cukup untuk menjadi objek Ihya al mawaat.
bumi untuk kepentingan kemaslahatan manusia pemanfaatan, pemeliharaan dan penjagaan. sepenuhnya kepada manusia untuk dikelola, Untuk syarat pertama, yaitu ‘lahan terlantar’
baik secara individu maupun kolektif. Semangat dimanfaatkan, dipelihara kelestariannya, serta umumnya berada di wilayah perkotaan dan
ini tercermin dengan penguasaan dan upaya dijaga keseimbangannya. Hal ini sesuai dengan dimiliki oleh perseorangan, sekelompok orang
memberikan nilai pada sebuah kawasan yang Penghijauan yang dimaksud adalah usaha firman Allah, misalnya QS an Nahl (16) 10-15 (keluarga) dan atau perusahaan, sedangkan
memproduktifkan lahan dengan cara menanam
tadinya tidak mempunyai manfaat sama sekali [32],” urai Ustad Abdurrahman, dan kemudian ‘lahan tidur’, biasanya terletak di wilayah
bagi lahan subur sesuai karakternya (jenis
(lahan kosong) menjadi lahan produktif karena meneruskan, “Ayat-ayat al Qur’an tentang pedesaan atau pedalaman yang sulit dijangkau
tanah untuk tanaman atau pohon tertentu),
dijadikan ladang, ditanami buah-buahan, dan upaya pengolahan bagi lahan tandus pemakmuran bumi oleh manusia juga memiliki oleh kendaraan bermotor [32].”
sayuran dan tanaman yang lain. Semangat ihya tanpa mengubah karakter dasarnya. arti Ihya al mawaat dan didukung pula oleh Kemudian Ilham bertanya, “Ustad, kapan
(menghidupkan) al-mawaat (kawasan yang hadis Nabi SAW, yaitu: ‘Bagi siapa saja yang tanah terlantar itu boleh diambil, sebagai
tadinya tidak hidup atau mati, gersang, tandus menghidupkan lahan tidur (mati), maka ia berhak salah satu bentuk dari Ihya al mawaat?” Ustad
dan tidak produktif) merupakan anjuran kepada Kemudian, yang dimaksud pemanfaatan adalah atasnya’ (Riwayat Abu Daud, an Nasa’i dan Abdurrahman menebarkan pandangannya
setiap muslim untuk mengelola lahan supaya memanfaatkan lahan dan atau hasilnya sesuai at Turmudzi) [30, 32], serta hadist yang lain kepada seluruh santri, dan kemudian berkata,
tidak ada kawasan yang terlantar (tidak bertuan) kebutuhan secara seimbang, tidak berlebihan yaitu: ‘Bagi siapa saja yang menyuburkan lahan “Siapa yang bisa membantu saya untuk
dan tidak produktif [25, 30, 32] dan merupakan dan tidak pula kurang. Pemeliharaan yang tandus (menghidupkan lahan tidur), maka ia berhak menjawab pertanyaan tersebut.”
petunjuk syariat secara mutlak [30]. dimaksudkan adalah pemeliharaan lahan memperoleh pahala, dan apa saja yang dimakan
dan segala yang ada padanya termasuk hasil Syaiful yang dalam beberapa hari ini sering
“Kemudian Mangunjaya dan Abbas dalam binatang kecil dari lahan itu, merupakan sedekah
kandungan lahan itu sesuai aturan yang patut membaca buku di perpustakaan pesantren
bukunya [32] menjelaskan sebagai berikut: Ihya berpahala’ (HR. an Nasa’i dan Ibnu Hibban
dibenarkan oleh syari’at dan undang-undang. mengangkat tangan dan menjawab, “Khalifah
al mawaat secara umum maksudnya adalah bercocok mensahkannya) [32].”
Umar bin Khattab menetapkan untuk mengambil
tanam, yaitu memperlakukan lahan sesuai fitrahnya Selanjutnya, yang dimaksud penjagaan “Ustad, saya mau bertanya,” kata Teuku setelah alih tanah dari pemiliknya andai kata tanah
dengan cara menanaminya dengan jenis tanaman adalah jaminan atas lahan dan semua yang mengangkat tangan sebelumnya. Setelah tersebut dibiarkan terlantar selama tiga tahun [30,
yang bermanfaat bagi manusia. Bermanfaat disini, terkait berdasarkan peraturan perundang- dipersilahkan, Teuku kemudian mengungkapkan 32, 39, 40]. Dengan demikian, apabila terdapat
maksudnya dapat memenuhi kebutuhan manusia undangan yang diakui secara nasional maupun pertanyaanya, “Apa kriteria lahan yang dapat lahan-lahan yang berstatus tidak jelas dan
berupa makan, minum dan yang mendukung internasional” urai Ustad Abdurrahman sambil menjadi objek Ihya al mawaat?” tidak ada tanda-tanda kehidupan, masyarakat
keduanya, agar ia bertahan hidup. memegang buku Khazanah Alam: Menggali
“Pertanyaan yang bagus,” kata Ustad – pemerintah – dapat memproses lahan tersebut
Tradisi Islam untuk Konservasi.
Abdurrahman. “Jawabannya ada dalam kitab agar dialihkan kepemilikannya supaya dapat
Fikih Sunnah yang ditulis Syech Sayyid Sabiq dihidupkan dan menjadi produktif. Demikian
[38 ]. Dalam kitab tersebut dituliskan: pula, Islam melarang individu memiliki tanah
secara berlebihan, dan juga dilarang memungut
sewa atas tanah karena pada hakekatnya tanah
Kriteria lahan Ihya al mawaat sebagai itu adalah milik Allah [32].”
berikut:
“Benar sekali,” kata Ustad Abdurrahman.
(1) lahan terlantar perkotaan, dan
“Al Qurtuby menegaskan bahwa upaya
(2) lahan tidur atau mati yang berada di
pemakmuran lahan dengan cara bercocok tanam
kawasan pedalaman dan tertinggal oleh
atau lainnya berimplikasi hukum fardlu kifayah
kemajuan.
dan pemerintah berkewajiban menyeru secara
paksa terhadap masyarakat untuk melakukannya
Dua syarat di atas tidak bersifat kumulatif yang [32]. “Namun demikian” kata Ustad
Praktik ihya’ al mawaat dengan cara menanam kembali hutan sehingga kehidupan berarti harus dua-duanya ada secara bersamaan. Abdurrahman, “Semangat menghidupkan lahan
ekosistem hutan dapat terselamatkan. (Photo: Mustaqim)

56 Ayat-ayat Konservasi Konservasi Alam di Zaman Rasulullah 57


yang terlantar (tidak mempunyai pemilik) ini Agraria [42] menulis: dibuktikan ‘ketidaksengajaannya’. di luar substansi peraturan tersebut agar
penting sebagai landasan untuk memakmurkan Semua jenis hak yang diatur dalam UU No 5/1960 Untuk itu, lubang sempit berupa ‘sengaja’ pelaksanaannya sukses adalah kepemimpinan
bumi. Tentu saja pemerintah dan perundang- (UUPA) menjadi objek tanah yang disasar PP ini, atau ‘tidaknya’ ini harus diperjelas agar dapat dari aparat pemerintah (khususnya BPN dan
undangan harus akomodatif dalam mengelola meliputi: ”Objek penertiban tanah terlantar meliputi menjadi instrumen dalam menertibkan tanah pemda) yang jujur, amanah, paham pembaruan
dan menerapkan peraturan pemilikan lahan tanah yang sudah diberikan hak oleh negara berupa yang diterlantarkan BUMN/D. Inilah pekerjaan agraria, mampu bekerja efektif, dan senantiasa
secara konsisten. Ketentuan penggarapan tanah Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, rumah krusial dalam pengaturan lebih lanjut memihak rakyat lemah.
tersebut menurut jumhur ulama tidak berlaku bagi Hak Pakai, dan Hak Pengelolaan, atau dasar operasionalisasi PP 11/2010, yang disertai keberanian, Pertanyaannya, akankah pembaruan agraria
yang dimiliki oleh orang lain; atau kawasan yang penguasaan atas tanah yang tidak diusahakan, tidak ketegasan, dan konsistensi pejabat dan aparat dalam jadi arus utama kebijakan dalam menata
apabila digarap akan mengakibatkan gangguan dipergunakan, atau tidak dimanfaatkan sesuai dengan implementasinya. keagrariaan di negeri agraris ini? Jika tidak,
terhadap kemaslahatan umum; misalnya tanah keadaannya atau sifat dan tujuan pemberian hak atau operasi penertiban dan pendayagunaan tanah
“Nah, semangat syariat untuk memakmurkan
yang rawan longsor atau Daerah Aliran Sungai dasar penguasaannya,” (Pasal 2). terlantar akan sulit membongkar akar penyakit
tanah yang terlantar juga menjadi aturan positif
(DAS) yang mengakibatkan berubahnya aliran struktural agraria yang akut, yakni ketimpangan
Sementara itu, objek yang dikecualikan (Pasal 3) di negara kita,” kata Ustad Abdurrahman.
air [30].” dan ketidakadilan sosial [38]”.
meliputi: “Tidak termasuk objek penertiban tanah “Hal yang penting dan mutlak dibutuhkan
“Menarik kondisi aktual yang disampaikan Ilham terlantar sebagaimana dimaksud dalam Pasal
di awal pertanyaannya tadi, yakni saat ini banyak 2 adalah: (a) tanah Hak Milik atau Hak Guna
sekali lahan yang terlantar, tidak produktif dan Bangunan atas nama perseorangan yang secara tidak
dibiarkan begitu saja oleh pemiliknya” kata sengaja tidak dipergunakan sesuai keadaan atau sifat
Ustad Abdurrahman. dan tujuan pemberian haknya; dan (b) tanah yang
“Sesungguhnya peraturan perundangan negara dikuasai pemerintah, baik secara langsung maupun
kita mengatur pembatasan kepemilikan lahan, tidak langsung, dan sudah berstatus maupun belum
yakni PP No. 11 tahun 2010 tentang Penertiban berstatus Barang Milik Negara/Daerah yang tidak
dan Pendayagunaan Tanah Terlantar. Salah satu sengaja tidak dipergunakan sesuai dengan keadaan
yang menjadi pertimbangan dalam PP tersebut atau sifat dan tujuan pemberian haknya.”
adalah (a) berdasarkan UU No 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria
yang menyatakan hak atas tanah terhapus antara Persis di bagian inilah titik terlemah PP
11/2010. Hal ini berpotensi menyulitkan
lain karena diterlantarkan, dan (b) kenyataan
upaya penertiban tanah-tanah terlantar
yang menunjukkan penelantaran tanah makin
dalam skala luas yang dikelola perusahaan
menimbulkan kesenjangan sosial, ekonomi, dan negara/daerah. Padahal, selama ini kawasan
kesejahteraan rakyat serta menurunkan kualitas yang dikelola perusahaan negara di sektor
lingkungan,” kata Ustad Abdurrahman. kehutanan maupun perkebunan merupakan
penyebab penting lahirnya ketimpangan
“Berdasarkan catatan BPN yang dikutip oleh
penguasaan dan pemilikan tanah.
Menteri Kehutanan bahwa terdapat sedikitnya
7 juta ha tanah terlantar yang kondisinya sangat
kritis. Tanah terlantar tersebut bila dikelola dan Hal ini kerap melahirkan konflik dan sengketa
ditanami untuk kepentingan masyarakat akan pertanahan dengan warga miskin di sekitarnya,
dapat mensejahterakan masyarakat [ 41].” memicu penurunan kualitas layanan alam, dan diduga
“Terhadap diterbitkannya PP No 11 Tahun menjadi sarang korupsi. Akan tetapi, penertiban
2010 tersebut,” sambung Ustad Abdurrahman, tanah telantar yang penguasaan dan pengusahaannya
Menanami kembali kawasan hutan yang rusak juga bagian dari praktik ihya’ al mawaat. Karena kegiatan menghutankan
“Ketua Dewan Nasional Konsorsium Pembaruan pada perusahaan negara, menurut PP ini harus bisa kembali adalah salah satu upaya menyelamatkan kehidupan bumi. (Photo: Azhari)

58 Ayat-ayat Konservasi Konservasi Alam di Zaman Rasulullah 59


BAGIAN 5
Akhlak Rasulullah
terhadap Satwa Liar

Dua contoh teladan Rasulullah dalam memperlakukan


binatang, yakni peristiwa penangkapan anak burung
dan pembakaran sarang semut menjadi bahasan
utama bagian ini. Nilai dan aplikasi akhlah Rasulullah
tersebut dalam kehidupan kekinian dibahas detil
untuk setiap kasus tersebut. Rasulullah benar menjadi
rahmat sekalian alam semesta!

Orangutan Sumatera (Pongo abelii) (Photo: Helen Buckland)

60 Ayat-ayat Konservasi Akhlak Rasulullah terhadap Satwa 61


anaknya kemudian datanglah induknya terbang hadist Rasulullah berikut ini: dari Syaddad
diatas kami, maka datang Nabi SAW. dan bersabda: bin Aus mengatakan: “Ada dua hal yang kuhafal
Siapakah yang menyusahkan burung ini dengan dari sabda Rasulullah SAW. Beliau bersabda:
Menangkap Anak Burung mengambil anaknya? Kembalikan kepadanya anaknya ‘Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat baik
(Hadist Riwayat Abu Dawud) [43]. kepada segala sesuatu. Jika engkau membunuh
Kemudian Ustad Salman melanjutkan (binatang), lakukanlah dengan baik, jika menyembelih

P uraiannya, “Dalam kitab tarikh diriwayatkan (binatang), lakukanlah dengan baik dengan mengasah
hidupan liar, seperti burung dan sumberdaya
bahwa pribadi nabi berperangai sangat kasih tajam pisaunya, sehingga tidak menyiksa binatang
ondok PAS dilindungi banyak pohon- alam lainnya mempunyai hak dalam Islam.”
kepada satwa/hewan. Nabi melarang orang yang disembelih” (Riwayat Muslim).
pohon besar serta pohon-pohon pinang Demikian Ustad Salman mengawali ulasannya
yang membatasi lahan pesantren dengan menjawab pertanyaan Ilham, “Apakah boleh yang membebani binatang dengan muatan yang Dari Amru bin Syarid, ia berkata: “Aku mendengar
lahan masyarakat. Banyak burung bersarang menangkap anak burung?” berat. Nabi memerintahkan jika menunggang Rasulullah SAW. bersabda: ‘Siapa yang membunuh
diberbagai pohon besar tersebut. Kicauan merdu binatang dengan laku perbuatan yang baik, dan seekor burung dengan sia-sia (tanpa maksud tertentu),
Lalu, Ustad Salman membuka kitab Riyadhus
burung menyemarakkan suasana pagi dan sore binatang tersebut sedang dalam keadaan sehat. burung tersebut akan mengadukan kepada Allah di
Solihin. “Mari kita baca hadist Rasulullah pada
bagi penghuni Pondok PAS. Nabi menyuruh kepada orang yang kebetulan hari kiamat, seraya berkata: “Wahai Tuhan, si fulan
halaman 472,” kata Ustad Salman. Kemudian
memelihara binatang, supaya memeliharanya telah membunuhku dengan sia-sia dan aku dibunuh
Ilham teringat saat dia masih di kampung Ibrahim membaca terjemahannya setelah
dengan baik. Jika binatang itu hendak dimakan, tidak dengan tujuan yang bermanfaat” (Riwayat Ibn
asalnya sebelum masuk Pondok PAS. Saat itu diminta Ustad Salman. Berikut terjemahannya:
hendaklah ia dalam keadaan baik, tidak dalam Hibban).
sore hari di ujung kampung, dia bersama kawan-
Ibnu Mas’ud RA. berkata: Ketika kami bersama kesakitan. Nabi melarang orang membunuh
kawannya sedang asik menangkap anak burung Dalam kehidupan di zaman modern ini, masih
Rasulullah SAW dalam bepegian dan Rasulullah binatang kecuali hendak dimakan [44 ].”
di sarangnya dengan memanjat pohon tempat banyak manusia yang senang atau punya
sedang pergi berhajat, kami melihat seekor burung
sarang itu. Mereka sangat bersuka cita karena “Dalam Ensiklopedi Muhammad,” kata Ustad pengalaman dalam memelihara anak burung
yang mempunyai dua anak, maka kami ambil kedua
mendapatkan berbagai anak burung yang lucu- Salman dikatakan, “Rasulullah Muhammad yang diawali dengan mengambil anak burung
lucu dan menggemaskan. SAW amat penyayang pada binatang. Pada dari sarangnya dengan memanjat pohon tempat
masa sebelum kerasulannya, mayoritas bangsa sarang tersebut, apakah dilakukan sendiri atau
Kini, ketika mendengar kicauan burung di
Arab memperlakukan hewan-hewan mereka mendapatkan dari orang lain. Benar demikian,
pepohonan yang tumbuh di pekarangan Pondok
dengan buruk, misal menyayat sebagian daging bukan? Pemenuhan ego manusia, misalnya
PAS di sore hari, Ilham berkata dalam hatinya,
hewan yang masih hidup untuk dimasak dan kesenangannya adakalanya seperti kasus
“Boleh tidak ya menangkap anak burung, seperti
g
tersebut mengabaikan g tersebut.
hak burung
yang dulu aku lakukan bersama kawan-kawan dimakan, mencabuti bulu-bulu
kampung dahulu? Aku akan tanyakan kepada atau memotong ekor hewan-
Ustad nanti saat pengajian malam Jum’at.” hewan tersebut. Rasulullah
Malam Jumat itu sedang kajian kitab Riyadhus kemudian melarang semua
Sholihin yang dibawakan Ustad Salman. Kitab perbuatan tersebut. Kebiasaan
yang membicarakan kehidupan orang-orang lain bangsa Arab saat itu
sholeh. adalah mengadu hewan
dan Rasulullah mengatakan
“Rasulullah SAW diutus Allah SWT dengan perbuatan tersebut melanggar
membawa Islam adalah untuk memperbaiki hukum. Sebagian masyarakat
(ishlah) akhlah/perilaku manusia. Kehadiran ketika itu juga biasa mengikat
beliau sekaligus sebagai rahmat bagi sekalian hewan dan menjadikannya
alam (rahmatan lil ‘alamin), termasuk bagi objek untuk melatih memanah.
hidupan liar (wildlife). Dalam sejarah hidupnya, Praktek ini juga dilarang
Rasulullah SAW telah memberikan banyak Contoh pemeliharaan Julang jambul-hitam (Aceros Rasulullah [ 45].”
contoh tauladan langsung bagi ummatnya terkait corrugatos). Perilaku ini sangat menyengsarakan Perlakuan yang sangat menyengsarakan. Seekor elang-ular bido
hal tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. hewan yang mestinya hidup liar di alam lepas. Setelah itu, Ustad Salman (Spilornis cheela) yang mestinya hidup liar di alam lepas.
Rasulullah SAW memberikan contoh bagaimana (photo: Azhari) mengatakan, “Perhatikanlah (photo: Azhari)

62 Ayat-ayat Konservasi Akhlak Rasulullah terhadap Satwa 63


Rasulullah SAW telah Kemudian Ustad Salman
memberikan contoh langsung bertanya kepada para santrinya,
Membakar Sarang Semut vs
bagaimana kita manusia tidak “Adakah khazanah Islam ini Membakar Hutan dan Lahan
boleh menyusahkan seekor hidup di lingkungan kamu
burung sekalipun. Demikian semua? Bagaimana pemberian
pula, tidak selayaknya manusia hak satwa liar dipraktekkan

S
menyiksa binatang dengan di lingkungan kamu semua,
kabut asap berkisar US$ 674-799 juta, biaya ini
membakarnya. Nah, jika masih misalnya terhadap burung
alah seorang santri Pondok PAS, Ilham kemungkinan lebih tinggi karena perkiraan
berlaku demikian (merampas atau satwa lainnya? Saatnya
berasal dari Aceh Selatan. Setiap pulang dampak ekonomi bagi kegiatan bisnis tidak
hak binatang), berhentilah! kita memberikan penerangan
liburan akhir tahun dari pesantren menuju tersedia. Penilaian ekonomi yang terkait dengan
atau ketika melihat orang bagi saudara kita yang belum
lain yang berbuat demikian, mengetahui dan masih kampungnya, yakni sekitar bulan Juni dan emisi karbon yang dilepaskan akibat kebakaran
cegahlah dan ingatkan serta jahil,” kata Ustad Salman kembali lagi ke pesantren pada akhir bulan Juni tersebut kemungkinan menelan biaya mencapai
beri pengertian! mengajak para santrinya untuk umumnya bertepatan dengan musim kemarau. US$ 2,8 milyar [46]. “Angka yang sangat besar
melakukan ‘amar ma’ruf nahi Dalam perjalanan itu, sudah sangat umum Ilham sekali,” kata Ilham dalam hati.
Bila menyiksa binatang saja
munkar. melihat lahan atau hutan terbakar atau ada yang
tidak boleh, apalagi merampas Ilham juga pernah membaca artikel di koran
hak manusia.” mengatakan hal itu sengaja dibakar.
yang menyatakan Greenomics Indonesia pada
Selain itu, berbagai berita tentang kebakaran tahun 2006 memperkirakan kerugian akibat
Beberapa temuan perlakuan masyarakat yang memelihara hutan dan lahan juga sering terjadi pada bulan- pembakaran hutan dan lahan mencapai Rp
hewan liar yang semestinya hidup di alam lepas. Perlakuan bulan musim kering tersebut dan asapnya 227,19 miliar per hari. Kerugian tersebut terdiri
ini hanya menciptakan kesengsaraan bagi hewan, karena sampai ke negeri tetangga. Ya, asap terbang tak atas kerugian yang diakibatkan pembakaran
kebebasannya telah direnggut. Siamang (Symphalangus
syndactylus) yang dipelihara dengan diikat, sangat menyedihkan
perlu passport dan visa, karena dia memang tak (fires) dan asap (haze). Kerugian yang diakibatkan
kondisinya. Lutung Kelabu (Trachypithecus cristatus), yang diikat di lewat port (pelabuhan laut atau bandar udara) pembakaran mencapati rata-rata Rp 170,92 miliar
Siamang /Symphalangus pagar, terlihat pula sangat memprihatinkan. Kukang (Nycticebus coucang) serta tidak ada petugas yang memeriksa passport per hari, yakni hilangnya nilai intrinsik dan fungsi
syndactylus (photo: Azhari) yang hidupnya terkurung. Ketiga hewan ini belakangan diketahui mati dan visa itu. ekosistem hutan dan lahan. Sementara kerugian
dalam keadaan memprihatinkan.(photo: Azhari)
Seringkali ketika kebakaran besar terjadi, yang diakibatkan asap diperkirakan mencapai
penyakit pernafasan yang sering dikenal 56,27 miliar per hari. Kerugian itu tidak hanya
dengan ISPA (infeksi saluran pernafasan atas) ditanggung masyarakat lokal, pelaku ekonomi,
menjangkiti penduduk di wilayah tersebut, lalu dan pemerintah Indonesia secara kolektif, tapi
lintas terganggu, dan malah banyak penerbangan juga menyebar ke Malaysia dan Singapura [47].
yang dibatalkan. Betapa besar kerugian yang Kerugian akibat asap didominasi kerugian-
dialami oleh kebakaran atau “pembakaran” kerugian yang menimbulkan dampak ekonomi
hutan dan lahan itu, tidak hanya kerugian tak langsung yang secara kolektif ditanggung
ekonomi, namun juga kerugian kesehatan dan masyarakat dan pelaku ekonomi. Dia
sosial serta kerugian ekologis. menjelaskan, kerugian dari dampak tak langsung
Kebakaran hutan pada bencana El Nino (ENSO) ini bisa mencapai angka rata-rata Rp 25,69
1997/1998 lalu menghanguskan 25 juta ha di miliar per hari atau 45,66% dari total kerugian
seluruh dunia dan kebakaran hutan di Indonesia asap. Kerugian terbesar kedua terjadi terhadap
pada waktu itu mencapai 11,7 juta ha. Kebakaran kesehatan masyarakat yang diperkirakan
yang mengakibatkan deforestasi dan degradasi mencapai Rp 16,39 miliar per hari atau sebesar
Lutung Kelabu / Trachypithecus cristatus Kukang / Nycticebus coucang hutan Indonesia menelan biaya ekonomi sebesar 29,12% dari total kerugian akibat asap [47].
(photo: Azhari) (photo: Azhari)
US$ 1,62-2,7 milyar. Biaya akibat pencemaran

64 Ayat-ayat Konservasi Akhlak Rasulullah terhadap Satwa 65


Hal-hal tersebut menjadi pertanyaan dalam hati ribuan satwa serta berbagai jenis tumbuhan juga
Ilham, dan juga para santri yang lain. Sebenarnya musnah. Lalu, asapnya menyebar kemana-mana
peraturan pemerintah tentang larangan jauh sampai ke negara tetangga.”
membakar lahan dan hutan sudah ada. Namun, Sebagai khalifah, manusia memiliki tugas
mengapa kebakaran hutan dan lahan sepertinya dan tanggung jawab untuk ikut merawat,
masih terus berlangsung? Dalam hatinya, Ilham memelihara dan melestarikan berbagai fasilitas
bertekad akan menanyakan berbagai pertanyaan- alam yang telah disediakan oleh Allah untuk
pertanyaan tersebut kepada pengasuh pesantren. manusia. Memang Allah telah membolehkan
Bagaimana pandangan Islam terhadap hal itu? manusia untuk menggunakan seluruh sumber
Ketika pertanyaan itu diajukan, yang menjadi daya alam ini sebagai sumber rizki bagi manusia
pengasuh pengajiaan saat itu adalah Ustad dan juga seluruh makhluk hidup yang ada
Abdurrahman. Beliau mengawali jawabannya diatasnya, namun bukan dengan cara merusak
dengan membacakan sebuah hadist Rasulullah dan merugikan yang lain. Kayu gelondongan yang disinnyalir hasil penjarahan
hutan (illegal logging). (photo: Azhari)
SAW: Ustad Abdurrahman kemudian membacakan
Ibnu Mas’ud ra. berkata: Ketika kami bersama sebuah hasil penelitian yang dilakukan oleh
Rasulullah SAW dalam bepergian dan kemudian Laboratorium Kebakaran Hutan dan Lahan IPB milyar. Padahal selisih yang akan diperoleh
sedikit orang yang menyadari hal ini dan yang
Nabi melihat sarang semut terbakar, maka beliau bekerjasama dengan Kantor Kementrian Negara dengan memanipulasi kegiatan penyiapan lahan
sangat dikhawatirkan adalah ketika sadar
bertanya: Siapa yang membakar ini? Jawab kami: Lingkungan Hidup yang isinya, “Bila penyiapan yang seharusnya dilakukan dengan tanpa bakar
ternyata sumberdaya tersebut telah hilang [48].”
Kamilah ya Rasulullah. Bersabda Nabi: Tidak harus lahan dilakukan dengan menggunakan api namun dilakukan dengan pembakaran mungkin
menyiksa dengan api kecuali Tuhan yang menjadikan dan terjadi di lahan gambut untuk areal seluas hanya sekitar Rp 15-20 Milyar[48].” “Oleh karena itu,” kata Ustad Abdurrahman,
api (Hadits riwayat Abu Dawud) [43]. 3000 ha dengan ketebalan gambut yang rusak “Pemanfaatan itu tidak boleh semena-semena,
Selanjutnya dalam artikel tersebut ditulis,
rata-rata 10 cm, maka biaya yang dibutuhkan dan seenaknya saja dalam mengeksploitasinya.”
“Sekarang, coba bayangkan,” kata Ustad “Informasi ini kembali menunjukkan bahwa
untuk mengganti kerusakan ekologis dan Pemanfaatan berbagai sumber daya alam
Abdurrahman, “Membakar sarang semut saja keuntungan besar yang tampak dari penyiapan
ekonomis akibat pembakaran tersebut serta baik yang ada di laut, di daratan dan di dalam
dilarang oleh Rasulullah, apalagi membakar lahan dengan pembakaran sehingga banyak
memulihkannya hanya dengan kompos saja hutan harus dilakukan secara proporsional
hutan dan lahan sembarangan. Tidak saja pengusaha yang nekat melakukannya,
maka diperlukan biaya sebesar hampir Rp. 800 dan rasional untuk kebutuhan masyarakat
sarang semut yang terbakar, namun rumah sebenarnya merupakan bencana yang tengah
banyak dan generasi penerusnya serta menjaga
diciptakan. Fakta lapangan telah membuktikan
ekosistemnya. Allah sudah memperingatkan
ini semua, seperti yang terjadi di beberapa
dalam surat al A’raf ayat 56:
daerah (Sumatera dan Kalimantan) pada lahan
gambut yang dikelola oleh masyarakat dengan Dan janganlah kamu membuat kerusakan di
penyiapan lahannya menggunakan api, sekarang muka bumi, sesudah Allah memperbaikinya
mereka tengah menikmati hasil kerjanya berupa dan berdo’alah kepadaNya dengan rasa takut
tanah sulfat masam dan peristiwa banjir di musim tidak diterima dan harapan (akan dikabulkan).
hujan yang justru menimbulkan penderitaan Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada
baru. Jadi jelas sekali bahwa penyiapan lahan orang-orang yang berbuat baik (QS al A’raf (7): 56).
dengan pembakaran sebenarnya tidak murah “Menyadari hal tersebut maka dalam
bahkan sangat mahal bila dikaitkan dengan pelaksanaan pembangunan, sumber daya alam
keinginan agar sumberdaya tersebut tetap Indonesia harus digunakan dengan rasional.
menghasilkan dari pada dibiarkan musnah Penggalian sumber kekayaan harus diusahakan
Kebakaran hutan di daerah Dairi menuju Danau Toba mengakibatkan
secara perlahan-lahan, namun sayangnya hanya dengan sekuat tenaga dan strategi dengan tidak
rusaknya habitat dan mengakibatkan kerugian yang besar.
(photo: Onrizal)

66 Ayat-ayat Konservasi Akhlak Rasulullah terhadap Satwa 67


merusak tata lingkungan dan tata hidup manusia. Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan
Perlu diusahakan penggunaan teknologi (dengan) sebuah negeri yang dahulunya
aman lagi tentram rizkinya datang kepadanya
yang ramah lingkungan dan bisa menjaga
melimpah-ruah dari segenap tempat, tetapi
kelestariannya sehingga bisa dimanfaatkan (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat
secara berkesinambungan [49]. Kita harus bisa Allah karena itu Allah merasakan kepada
mengambil i’tibar dari ayat Allah yaitu: mereka pakaian kelaparan dan ketakutan,
disebabkan apa yang selalu mereka perbuat
       (an Nahl (16): 112).”
Kita harus menguasai teknologi itu, sehingga
        dapat mengelola alam kita dengan baik dan
mensejahterakan. Karenanya rajin dan gigihlah
       belajar,” kata Ustad Abdurrahman.

  

Kerugian Per Hari


Komponen
(Milyar Rupiah)

Kerugian Akibat Pembakaran (Fires) 170,92


Kayu 27,45
Pertanian/Perkebunan 26,16
Nilai Ekosistem Hutan (Langsung & Tak Langsung) 99,11
Keanekaragaman Hayati Lokal 1,67
Penyerapan Karbon 15,13
Biaya Pemadaman Kebakaran 1,40
Kerugian Akibat Asap (Haze) 56,27
Kesehatan 16,39
Produktivitas 9,30
Dampak Ekonomi Tak Langsung 25,69
Pariwisata dan Penerbangan 4,89
Membelah Rawa Singkil bersama Panglima Hutan

Total Kerugian 227,19

Sumber: Greenomics Indonesia, Agustus 2006


(paling belakang). (photo: Onrizal)

68 Ayat-ayat Konservasi Akhlak Rasulullah terhadap Satwa 69


BAGIAN 6
Khazanah Masyarakat
Sekitar Leuser dalam
Praktik Konservasi
Kearifan masyarakat yang hidup disekitar hutan
Leuser diangkat dalam bagian ini. Khazanah
konservasi yang masih hidup dan berhasil diharapkan
akan terus ditingkat, sementara khazanah yang
menuju atau telah punah, diupayakan dapat
bangkit kembali. Konservasi berupa hutan dan
lubuk larangan, kawasan sabuk hijau, ular dan
produksi pertanian, dan pengolahan lahan yang
berkelanjutan serta kontribusi masyarakat sekitar
Leuser dalam konservasi orangutan, harimau dan
gajah dibahas dalam bagian ini.

Partisipasi masyarakat untuk menyelamatkan Hutan Leuser. Program Tabungan Konservasi YOSL-OIC di
Sekitar Taman Hutan Rakyat (Tahura), Sibolangit. (Photo: Mustaqim)

70 Ayat-ayat Konservasi Khazanah Masyarakat Sekitar Leuser Dalam Konservasi 71


saat ini, hutan larangan tersebut masih terjaga tempat mencari makan, tempat mencari obat
dan masyarakat selalu mendapatkan air bersih dan lainnya. Keyakinan untuk menjaga hutan
Hutan Larangan yang cukup sepanjang tahun dan tercegah dari telah disyaratkan nenek moyang Talang Mamak
banjir dan tanah longsong [50].” terhadap Sultan Indragiri di Rengat. Sultan
“Subhanallah,” kata peserta pertemuan Melayu dari Negeri Malaka itu meminta Talang
FORDALING di sore itu. Mamak untuk menjaga pertahanan Kota Rengat

S
hutan larangan adalah agar sumber air bagi di pinggiran Sungai Indragiri dengan menghuni
Kemudian pimpinan pertemuan FORDALING seluruh kawasan hutan yang mengelilingi Sungai
penduduk tetap terjaga. Kawasan hutan larangan
alah satu agenda pertemuan Forum Dai menambahkan, “Aturan hutan larangan yang Indragiri [52]” kata sang pimpinan pertemuan.
tidak dibolehkan dirubah menjadi areal pertanian.
Peduli Lingkungan (FORDALING) adalah terdapat di Desa Ujung Bandar ini sesungguhnya
Penebangan pepohonan secara umum dilarang, Kemudian pimpinan pertemuan FORDALING
membicarakan kekayaan khazanah masyarakat juga banyak hidup dalam masyarakat muslim di
kecuali untuk kebutuhan pembangunan rumah mengatakan “Islam hadir untuk membentuk
dalam mengelola sumberdaya alam mereka. bumi nusantara. Misalnya masyarakat Minang
bagi masyarakat yang tinggal di Kampung manusia berperadapan tinggi dengan budaya
Pada salah satu pertemuan, Ust Abdul dengan pandangan hidup adat bersandi syarak
Deleng Payung. Pengambilan kayu untuk yang luhur. Menurut Jatna Supriatna, PhD
Kahar, salah seorang pengurus FORDALING (syariat Islam), syarak bersandi kitabullah
tujuan tersebut setelah melalui persetujuan salah seorang ahli konservasi menulis sebuah
menceritakan hasil silaturrahimnya dengan (al Quran dan Sunnah Rasulullah) punya
musyawarah kampung. Pengambilan kayu pengantar pada buku “Konservasi Alam dalam
masyarakat di sebuah kampung di tepi kawasan khazanah yang disebut rimbo larangan. Rimbo
untuk dijual dilarang. Sanksi moral yang Islam” [30] menyatakan:
Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). artinya adalah hutan.
kuat menjadikan tidak ada masyarakat yang
Sesuai aturan adat, pepohonan di rimbo “Nah, jika kita melihat sejarah hutan larangan,
Tersebutlah Kampung Deleng Payung yang melanggar aturan tersebut, sehingga sampai
larangan tidak boleh ditebang karena fungsinya sesungguhnya sangat terkait dengan keyakinan
termasuk dalam wilayah Desa Ujung Bandar,
yang sangat vital sekali sebagai persediaan air para nenek moyang mereka yang beragama
Kecamatan Selapian, Kabupaten Langkat.
sepanjang waktu untuk keperluan masyarakat. Islam. Ajaran Islam telah memberi arahan bagi
Kampung tersebut berbatasan langsung dengan
Selain itu, kayu yang tumbuh di hutan juga mereka dalam mengelola sumberdaya alam
kawasan TNGL. Masyarakat hidup sederhana
dipandang sebagai perisai untuk melindungi mereka, misalnya berupa hutan larangan.
dan penuh kedamaian. Sumber air untuk
segenap masyarakat yang bermukim di sekitar Pertemuan ulama dalam menggagas fiqih
masyarakat desa berasal dari mata air yang
hutan dari bahaya tanah longsor. Apabila ada lingkungan antara lain mengutip salah satu
kemudian mengalir menjadi anak sungai sampai
terdapat di antara warga yang akan membuat hadist Rasulullah saw yang tercantum dalam
ke perkampungan di Desa Ujung Bandar.
rumah yang membutuhkan kayu, maka harus kitab al Targhib wa at Tarhib, Juz 1 hal 53 no
Dalam salah satu pertemuan FORDALING Ust 113. Yakni dari Anas berkata: “Rasulullah saw.
minta izin lebih dulu kepada aparat nagari
Abdul Kahar bercerita “saat silaturrahim saya bersabda: Ada tujuh macam orang yang pahalanya
melalui para pemangku adat untuk menebang
beberapa waktu lalu ke Desa Ujung Bandar, terus mengalir setelah mereka meninggal: (1) orang
kayu yang dibutuhkan dengan peralatan kapak
Ustad Syuhada, salah seorang ulama dan tokoh yang mengajarkan ilmu, (2) membuat sungai, (3)
dan gergaji tangan [51]. Tidak dibenarkan
masyarakat desa tersebut menginformasikan menggali sumur, (4) menanam pohon kurma, (5)
menebang dengan menggunakan gergaji mesin
bahwa Desa Ujung Bandar memiliki hutan mendirikan masjid, (6) mewariskan al Qur’an, (7)
(chain saw).”
larangan yang terletak di Kampung Deleng meninggalkan anak yang selalu mendoakannya [29]”
Payung. Hal yang sangat menarik, hutan “Contoh lain adalah hutan keramat yang kata pimpinan pertemuan.
larangan itu sudah ada dan ditetapkan oleh terdapat di sebagian masyarakat Melayu
para sesepuh kampung sejak kampung itu dulu di Propinsi Riau. Salah satu contoh hutan Islam adalah agama yang berperan dalam
dibuka.” keramat terkenang di propinsi itu adalah hutan membentuk kelompok-kelompok budaya,
keramat Talang Mamak di Desa Talang Pengi, misalnya budaya Melayu yang biasa
“Untuk apa hutan larangan itu dan bagaimana
Kecamatan Rakit Kulim, Kabupaten Indragiri diidentikkan dengan Islam, begitu pula
aturannya?” tanya salah seorang peserta
Hulu, Riau. Hutan tersebut terdapat di daerah beberapa suku bangsa besar di Indonesia yang
pertemuan itu.
perbukitan yang berada pada daerah yang lebih mempunyai berbagai kearifan tradisional
Lalu Ustad Abdul Kahar menjawab, “Ustad Salah satu praktik hutan larangan di Desa Sulkam, tinggi dari perkampungan. Bagi masyarakat termasuk dalam cara pandang dan sikap
Syuhada menyampaikan tujuan utama adanya Kec. Kutambaru, Kab. Langkat (Photo: bDoel eSTe) desa itu, hutan itu adalah tempat mereka hidup, melestarikan alam”.

72 Ayat-ayat Konservasi Khazanah Masyarakat Sekitar Leuser Dalam Konservasi 73


“Lalu, perhatikan hadist Rasulullah saw lainnya, hutan larangan yang dibuat di berbagai tempat
yakni: terutama ditujukan agar air selalu tersedia atau
Anas bin Malik meriwayatkan dari Nabi SAW: agar sungai selalu mengalirkan air sepanjang Lubuk Larangan yang Menghidupkan
“Seorang muslim yang menanam tanaman jika tahun. Sungai tidak akan dialiri air sepanjang
(bagian dari pohon itu) dimakan oleh seseorang tahun apabila hutannya tidak ada atau rusak.
atau binatang, maka itu menjadi sedekah” (Sahih al- Justru yang terjadi adalah kekeringan di musim

A
Bukhari Juz 5. hal 2239 no 5666). Kemudian dari Sahih kemarau, banjir di musim penghujan. Membuat menangkap ikan lainnya. Selain itu, daerah di
Muslim Juz 3 hal 1188 no hadits 1552: Rasulullah hutan larangan antara lain sama dengan membuat sekitar sungai juga dilarang dikonversi menjadi
sungai, yang menurut sabda Rasulullah saw “ pa itu lubuk larangan, Ustad?” tanya salah
bersabda: “Seorang muslim yang menanam pohon, areal kebun, misalnya sawit. Namun kini,
tersebut merupakan salah satu dari 7 amal yang seorang santri Pondok PAS pada salah satu
jika ada yang memakan (bagian) dari pohon itu, berbagai aturan itu telah dilanggar. Banyak
akan mengalirkan pahala, meskipun mereka pengajian tematik malam Jum’at di pondok
maka menjadi sedekah, jika dicuri, menjadi sedekah, orang menangkap ikan dengan cara diracun
telah meninggal dunia. tersebut. Pertanyaan itu muncul ketika pada
jika dimakan oleh burung, menjadi sedekah, dan jika atau disentrum. Akibatnya populasi ikan jauh
siang harinya sang santri yang bertanya tersebut
dirusak oleh seseorang, menjadi sedekah” [29]. Apalagi kemudian, menanam pohon dalam berkurang dan tidak bisa lagi diandalkan untuk
membaca berita di sebuah koran tentang lubuk
“Manusia untuk hidup juga butuh pohon untuk daerah yang luas atau lahan yang rusak, tentu menambah penghasilan rumah tangga [53]” kata
larangan.
menghasilkan kayu. Namun, yang utama adalah akan menjadi pahala yang terus mengalir. Ustad Abdurrahman menceritakan hasil temuan
bagaimana memanfaatkannya, dimana pohon Sesungguhnya menanam pohon dan pembuatan Ustad Abdurrahman yang menjadi pengasuh Ustad Irsan Halomoan.
yang boleh ditebang yang tidak akan memicu hutan larangan merupakan salah satu pengajian pada malam itu kemudian berkata
Sesaat kemudian, Teuku bertanya “Ustad,
bencana, berapa banyak yang boleh ditebang pengamalan perintah Rasulullah dalam hadist “Pertanyaan yang bagus. Lubuk larangan
apakah masih ada praktek lubuk larangan yang
dalam satu kawasan serta tentu yang sangat tersebut, dan juga sangat mirip dengan kawasan merupakan salah satu khazanah masyarakat
konservasi berupa hima yang juga diperkenalkan masih hidup dan terpelihara di masyarakat kita?
penting kemudian harus menanamnya kembali. dalam mengelola sungai dan hasil perikanan
Rasulullah saw” kata pimpinan pertemuan Kalau masih ada, bagaimana pengelolaannya?”
Rasulullah telah melarang kita berbuat sesuatu sungai. Insya Allah, kita akan bahas pada
yang nantinya akan mendatangkan bencana, FORDALING menutup pertemuan di sore itu. pertemuan malam ini. Beberapa waktu lalu, topik “Baik” kata Ustad Abdurrahman. “Dalam
yakni hadits berbunyi: “La dlarara wala diraar” ini juga dibahas di pertemuan FORDALING.” pertemuan FORDALING yang lalu juga
(tidak boleh melakukan perbuatan bahaya bagi dibicarakan berbagai praktek lubuk larangan
Lalu, Ustad Abdurrahman melanjutkan, “Ustad
diri sendiri dan orang lain). Rasulullah saw. yang masih tetap terpelihara sampai saat ini,
Irsan Halomoan yang tinggal di dekat Stabat
Bersabda: “Tidak boleh malakukan perbuatan bahaya terutama di daerah Mandailing Natal yang
pernah mendapatkan informasi praktek Lubuk
bagi diri sendiri dan orang lain. Siapa yang membuat banyak memiliki pondok pesantren. Kearifan
Larangan ini pernah hidup pada masyarakat di
celaka orang lain, maka Allah akan mencelakakannya. atau khazanah itu sangat terkait dengan
Dusun Paya Redas dan Dusun Paya Kasih di
Siapa yang mempersulit orang lain, Allah akan pemahaman mereka bahwa hidup mereka
Desa Mekar Jaya, Dusun Paya Kasih dan Dusun
mempersulitnya” (Sunan al Baihaqi al Kubra Juz sangat terkait dengan air, sungai dan hutan
Bukit Gantung di Desa Sidorejo, Kecamatan
6 hal 69 no 11166) [29]. yang dilandasi oleh pemahaman religius mereka
Wampu, Kabupaten Langkat. Pada daerah
“Apa kaitan hadist-hadist tersebut dengan sebagai masyarakat muslim. Dalam sebuah
tersebut terdapat anak sungai yang terus
hutan larangan?” lanjut pimpinan pertemuan tulisan diungkapkan begini:
mengalir ke sungai Batang Serangan dan Sungai
seperti menarik perhatian peserta diskusi Besilam. Jenis ikan utama yang dihasilkan “Bagi masyarakat Mandailing penduduk asli Tapsel
FORDALING. dari sungai-sungai di daerah tersebut dahulu dan Madina, eksistensi air sungai maupun anak
“Hutan terdiri dari pepohonan sehingga terutama berupa belut dan berbagai jenis ikan sungai yang ada di sekitar pemukiman mereka
menungkinkan berbagai satwa lain hidup, baik sungai lainnya, seperti jurung.” berperan multi-fungsi, sebagai air minum dan
sebagai tempat hidup maupun sumber makanan. mandi cuci kakus (MCK), mengairi lahan pertanian,
“Dahulu pernah ada aturan larangan mengambil
Hutan sebagai pernah kita bahas antara lain mendukung fungsi sosial budaya (misalnya dalam
ikan dengan cara meracun. Untuk menangkap
berfungsi mengatur tata air, sehingga tersedia Hutan hujan tropis di Ketambe, Langkat, memberi ritus patuaekkon boru), religius (mendukung
keseimbangan udara di bumi dan memperlambat ikan hanya dibolehkan menggunakan bubu,
sepanjang tahun, tidak banjir saat musim hujan pelaksanaan ibadah), dan juga ekonomi (mencari
pemanasan global. (Photo: David Dellatore) jaring, bubu limbat, jaring atau pancing untuk
dan tidak kekeringan saat musim kemarau. Lalu, emas/manggore, ikan, bahan bangunan berupa pasir,

74 Ayat-ayat Konservasi Khazanah Masyarakat Sekitar Leuser Dalam Konservasi 75


kerikil dan juga batu). Dengan kata lain, bagi orang sungai dengan panjang tertentu dengan larangan sekitar Kecamatan Wampu yang diungkapkan
Mandailing air merupakan “mata air kehidupan” mengambil ikan dengan cara apapun bagi siapa saja, oleh Ustadad Irsan Halomoan [53]” kata Ustad
yang sekaligus bertali-temali dengan institusi sosial, kecuali pada waktu tertentu. Daerah yang dilarang Abdurrahman.
budaya, ekonomi dan ekologis. Oleh karena banyak tersebut disebut dengan “lubuk larangan”. Bagi yang
Kemudian Syaiful bertanya “Ustad, bagaimana
sekali kepentingan orang Mandailing terhadap melanggar akan dikenakan denda berupa sejumlah
masyarakat disana mengatur penangkapan
sumber daya air, maka tidak heran, sejak tahun uang tertentu [56, 57]. Praktek lubuk larangan juga
ikan?”
1980-an bermunculan gagasan di 70 desa Kabupaten dikenal di masyarakat Sumatera Barat dan Jambi,
Mandailing Natal untuk menyelenggarakan sistem hanya saja berbeda dalam daerah yang dilindungi. “Perwakilan masyarakat bersama aparat desa
pengelolaan sungai dengan model lubuk larangan Lubuk larangan di Jambi dan Sumatera Barat adalah biasanya membentuk suatu panitia” kata Ustad
atau ‘river protected area’ [54, 55].” larangan mengambil ikan pada “bagian sungai yang Abdurrahman dan kemudian melanjutkan, “Saat
dalam” atau dikenal dengan nama “lubuk” sebagai lubuk larangan dibuka, setiap orang yang ingin
“Tulisan lain mengungkapkan apa yang
tempat perlindungan sumber benih ikan [58].” mengambil ikan di kawasan tersebut terlebih
dimaksud dengan lubuk larangan yang
dahulu membeli kupon kepada panitia yang
dipraktekkan oleh masyarakat Mandailing, Kemudian Ustad Abdurrahman melanjutkan
telah dibentuk oleh masyarakat yang difasilitasi
yakni: penjelasannya, “Salah satu contoh lubuk
pemerintah desa. Orang yang ingin mengambil
“Lubuk larangan yang dipraktekan di daerah larangan adalah yang terdapat di Desa Tamiang,
ikan saat lubuk larangan dibuka tidak harus
Tapsel dan Madina adalah bagian tertentu dari Kecamatan Kotanopan, Kabupaten Mandailing
berdomisili di desa tersebut, bisa dari desa lain.
Natal. Lubuk larangan tersebut adalah bagian
Untuk kasus di Desa Tamiang, pada pembukaan
dari Batang Gadis yang melintasi desa tersebut
lubuk larangan tahun 1427 H atau tahun 2006,
dengan panjang sekitar 1,5 km dan dalam
setiap yang ingin mengambil ikan dikenakan
setahun dibuka hanya selama 2 hari yang
biaya sebesar Rp 30.000 yang disetor kepada
berdekatan dengan hari raya Idul Fitri, yakni
Metar, sebuah aktifitas penangkapan ikan panitia untuk mendapatkan kupon sebagai
tanggal 2 - 3 Syawal, dan mulai tanggal 4 Syawal
secara tradisional menggunakan panah di prasyarat untuk mengambil ikan. Pada tahun
lubuk arangan tersebut ditutup kembali.
Damar Hitam, Kab. Langkat (Photo: bDoel eSTe) tersebut terkumpul uang sebesar Rp 65.000.000,-
(enam puluh lima juta rupiah) dari uang kupon
pengambilan ikan tersebut [56]. Pada awal
“Saat pembukaan lubuk larangan tersebut, bulan Mei 2009 saat dilakukan pembukaan
Bagi yang mengambil ikan pada lubuk larangan masyarakat dengan antusias mengambil ikan. lubuk larangan di Sungai Simarpingan, Desa
di luar waktu tersebut akan dikenakan denda Selain untuk mendapatkan kesempatan langka Simarpingan Kab Tapsel, uang yang terkumpul
sebesar Rp. 1.000.000,- per orang. Angka satu untuk mendapatkan ikan yang hanya setahun panitia mencapai Rp. 300.000.000 (tiga ratus juta
juta rupiah merupakan angka yang sangat sekali, namun juga sambil rekreasi bersama rupiah) [59].”
besar bagi masyarakat tersebut. Berdasarkan
keluarga. Berbagai jenis ikan, seperti ikan jurung,
informasi masyarakat, diketahui bahwa “Jadi, hasil pengelolaan lubuk larangan cukup
sampai saat ini belum ada yang melakukan
baung, limbat dan sebagainya. Pengambilan
mengagetkan. Pengelolaan lubuk larangan
pelanggaran terhadap aturan tersebut karena ikan tidak boleh menggunakan racun, atau
yang dibangun dengan mengandalkan modal
masyarakat secara keseluruhan memahami disentrum dengan listrik, tetapi hanya boleh
sosial (bukan modal material/finansial), mampu
secara baik tujuan dan maksud ketetapan dengan bantuan pancing, jala, jaring atau alat
tersebut dan mereka terlibat dalam menghasilkan banyak hal di desa [54, 55, 56].
sejenisnya. Malah ada yang menangkap ikan
penetapan tersebut [56]. Jadi, pembukaan Misalnya mendirikan gedung madrasah (seperti
hanya dengan tangan saja karena tidak punya
lubuk larangan sangat terkait dengan hari di Desa Hutarimbaru dan desa Singengu, Kec.
alat tangkap [56]. Aturan larangan menangkap
besar Islam, yakni Idul Fitri setelah sebulan Kotanopan), masjid (di banyak desa di Kec. Muara
berpuasa.” ikan saat pembukaan lubuk larangan dengan cara
Sipongi, Kotanopan dan Batang Natal), menggaji
Sungai sebagai daerah tangkapan air di Ujung meracun atau menyentrum sama dengan aturan
Bandar, Kab. Langkat (Photo: Arief Arbianto) guru SD Negeri (di Batang Natal), menyantuni
yang pernah dipraktekkan oleh masyarakat

76 Ayat-ayat Konservasi Khazanah Masyarakat Sekitar Leuser Dalam Konservasi 77


anak yatim dan fakir miskin (di banyak desa Jadi, masyarakat disana sangat mengamalkan
Kec. Batang Natal), membangun titi/rambin dan ajaran Islam untuk menjaga persaudaraan dan
jalan desa (di desa Koto Baringin, Kec. Muara menjaga kepercayaan sebagaimana norma-
Sipongi, desa Husor Tolang, Kotanopan) dan norma yang diajarkan Islam.”
berbagai bentuk lainnya [54]. Selain itu, uang
“Mengapa sistem pengelolaan lubuk larangan
tersebut juga dipergunakan untuk memberi
oleh masyarakat bisa bertahan hingga sampai
insentif bagi yang bisa membunuh babi karena
babi merupakan hama bagi padi sawah atau saat ini, sementara pengelolaan dana bantuan
kebun masyarakat (Desa Tamiang) [56]” kata dari pemerintah seringkali gagal?” tanya Ilham
Ustadad Abdurrahman menjelaskan. “Berdasarkan hasil penelitian” kata Ustad
“Selain itu” kata Ustad Abdurrahman, “Sistem Abdurrahman “Kuncinya adalah kemampuan
lubuk larangan juga membangun kebersamaan masyarakat desa pengelola lubuk larangan
dan saling mempercayai bagi segenap anggota membangun kebersamaan di antara mereka.
masyarakat sebagaimana Islam mengajarkan
Dengan kata lain, mereka mampu menanam dan
kepada kita semua. Ketika dana Bangdes dan
mengembangkan investasi modal sosial dalam
dana-dana pembangunan lainnya masuk ke
sistem pengelolaan lubuk larangan.
desa, yang sering terjadi adalah sikut-sikutan
antar elit desa (bahkan konflik terbuka), dalam “Lubuk larangan hanyalah salah satu contoh
sistem pengelolaan dan pemanfaatan hasil kearifan masyarakat lokal dalam pengelolaan
lubuk larangan hal itu tidak ditemukan [54, 55]. sumberdaya alam. Mereka memberikan contoh
Kemudian, pengelolaan lubuk larangan, selain nyata dalam pengelolaan sumberdaya alam
menjaga sumberdaya perikanan sungai, juga secara lestari dan dilakukan secara mandiri.
menyediakan sumberdana bagi pembangunan Mereka menjaga sungai yang ada di hulu,
desa, juga sekaligus dapat mengurangi gangguan
sehingga masyarakat di hilir tidak terkurangi
hama babi bagi pertanian dan kebun masyarakat
haknya untuk mendapatkan sumber kehidupan
sehingga petani dapat menikmati hasil jerih
dari sungai yang airnya terus mengalir [56, 57].
payahnya [56] serta sekaligus melestarikan
Kesadaran dan partisipasi masyarakat berperan sangat besar dalam
menjaga kelestarian sumber air. Sungai Lepan, Sei Lepan di Damar

Mereka mengamalkan perintah Allah untuk


keanekaragaman hayati (biodiversitas) berbasis
mengelola alam dengan baik, mereka belajar
pengetahuan masyarakat lokal [60].”
dari alam, sehingga mereka arif dan bijak dalam
mengelola sumberdaya alam.”
Aspek-aspek kunci dari modal sosial itu
adalah: “Subhanallah” kata para santri serentak tanda

(i) kemampuan merajut atau membangun kekaguman mereka akan kekayaan khazanah
pranata dan norma-norma (crafting dan manfaat praktek pengelolaan sungai yang
institutions); dilakukan saudara mereka di sekitar Mandailing
Hitam, Kab. Langkat (Photo: bDoel eSTe)

(ii) kemampuan mengembangkan Natal dan Tapsel. Mereka kini memahami, jika
partisipasi yang setara dan adil (equal
sumberdaya alam sebagai karunia Allah yang
participation);
diberikan kepada manusia akan memberikan
(iii) kemampuan mengembangkan sikap saling
Praktik lubuk larangan menjaga kelestarian sumber air bagi percaya di antara warga suatu kelompok manfaat yang sangat besar bagi manusia.
masyarakat (Photo: OIC) sosial/trust [55].

78 Ayat-ayat Konservasi Khazanah Masyarakat Sekitar Leuser Dalam Konservasi 79


Kawasan Sabuk Hijau, Salah Satu Bentuk al Harim

B
Lalu, ust Salman melanjutkan “Di antara
berita duka yang mendera tersebut, kita
encana tsunami 26 Desember 2004
mendapatkan kabar jika saudara kita di Pulau
membawa duka mendalam bagi masyarakat
Simeulu sebagian besar selamat dari tsunami.
dunia. Gempa dahsyat dengan kekuatan 8,9 skala
Demikian juga dengan saudara kita yang tinggal
richter yang berpusat di Samudra Hindia dekat
di Lahewa, Nias bagian utara yang sebagian
Pulau Simeulu telah memicu gelombang tsunami Hutan cemara laut sebagai sabuk hijau di pantai Suaka Margasatwa Rawa Singkil, Aceh Singkil (Photo: Onrizal)
besar masyarakatnya beragama Islam. Mereka
dengan ketinggian mencapai 30 m melanda
mengenal tanda-tanda alam. Seketika terjadi
sebagian besar wilayah Sumatera bagian utara
gempa dahsyat dan melihat air laut surut dengan langsung berbatasan dengan laut di daerah kerusakan yang sedikit atau malah terlindung
dan belasan negara lainnya, mulai dari Asia
cepat, mereka paham bahwa bahaya besar bagian utara Pulau Nias. Sebagian besar rumah sama sekali dari tsunami. Pada daerah pantai
Tenggara sampai pantai timur Afrika. Sebuah
mengancam, yakni gelombang air laut akan penduduk berupa rumah panggung bertiangkan barat Aceh, terdapat kisah perkampungan yang
laporan dari pemerintah Indonesia mencatat
naik berikutnya dengan kecepatan yang tinggi. kayu, berdindingkan anyaman kulit dan bambu selamat dari terjangan tsunami di Aceh Selatan.
[61] setidaknya 120 ribu orang kehilangan
Tidak ada cara lain kecuali menyelamatkan diri atau kayu, dan beratapkan daun nipa atau Tersebutlah dua desa, yakni Desa Lhok Pawoh,
nyawa hanya di Aceh dan Sumatera Utara,
dengan mencari perlindungan di daerah yang rumbia. Sawang, dan Desa Ladang Tuha, Pasie Raja yang
sekitar setengah juta orang kehilangan tempat
lebih tinggi [63].” merupakan dua desa di pesisir pantai barat Aceh
tinggal dan 250 ribu rumah hancur. Belum lagi Sangat sedikit dijumpai rumah yang semi
yang termasuk dalam Kabupaten Aceh Selatan.
berbagai sarana dan prasarana umum yang “Seperti kata pepatah orang minang “alam permanen. Melihat kondisi tersebut, dapat
Kedua desa tersebut juga selamat dari tsunami,
rusak dan tidak bisa digunakan lagi. Lebih dari takambang jadi guru” yang lebih kurang dinyatakan sebagian besar mereka tergolong
sebagaimana dilaporkan [65]. Di daerah pesisir
900 km2 kawasan pesisir pantai Aceh tergenang artinya adalah alam semesta dengan segala ekonomi pra-sejahtera. Ketika penelitian
Desa Lhok Pawoh terdapat padang lamun,
air tsunami dan sebagian besar hancur dan rusak kejadian yang menyertainya merupakan sumber dilakukan di awal bulan Maret 2005 atau 2
pantai berbatu dan terumbu karang yang masih
berat [62]. Innalillahi wainna ilaihi rojiun. pelajaran dan pengetahuan (guru) atau tadabbur bulan setelah tsunami melanda, sangat sulit
baik, lalu di Desa Desa Ladang Tuha yang
alam dalam bahasa Al Quran. Demikianlah, melihat bekas atau dampak secara fisik dari
“Ya, bencana dahsyat itu” kata Ustad Salman memiliki hutan pantai yang rapat dan kompak
saudara kita di pesisir pantai utara Nias selamat tsunami pada kedua desa tersebut, kecuali bekas
“telah memberi pelajaran yang sangat berharga yang didominasi oleh pohon-pohon cemara laut
dari tsunami karena ketika tsunami datang dan tanda-tanda bekas air di dinding rumah-rumah
bagi kita akan kekuasaan Allah swt. Gempa (Casuarina equisetifolia)” kata Ustad Salman.
merendam rumah dan perkampungan, mereka penduduk yang merupakan batas tertinggi air
dan tsunami adalah kejadian alam diluar kuasa
sudah berada di daerah yang tinggi dan tidak tsunami. Hanya ada 1 rumah di pinggir sungai “Ada yang tahu jawabannya” tanya Ustad
manusia.”
terjangkau oleh tsunami. Tidak ada seorangpun di Desa Moawo yang hancur total sampai Salman kepada para santrinya. Suasana hening.
Sejenak kemudian Ilham bertanya “Ustad, lalu penduduk pesisir pantai di Kecamatan Lahewa fondasinya. Meskipun, sebagian desa tersebut Tidak ada santri yang menjawab dan mereka
apa yang bisa kita lakukan?” yang menjadi korban tsunami! [63, 64].” juga tenggelam saat tsunami datang, namun hanya saling pandang.
“Pertanyaan yang sangat bagus” kata Ustad mengapa tidak terlihat kerusakan rumah serta Lalu, Ustad Salman melanjutkan uraiannya
“Saya juga membaca hasil penelitian untuk
Salman. “Salah satu upaya yang bisa kita lakukan sarana dan prasarana lainnya di desa tersebut, “Permukiman penduduk di Desa Moawo
daerah Nias” lanjut Ustad Salman. “Ada dua
adalah mengurangi resiko atau dampak bencana kecuali hanya 1 rumah, seperti telah disebutkan dan Desa Pasar Lahewa berada pada daerah
desa di Kecamatan Lahewa yang selamat dari
tersebut. Bukankah banyak ayat dalam Al Quran di atas? [63, 64]” pasang surut. Hanya saja perumahan penduduk
tsunami 26 Desember 2004, yakni Desa Moawo
yang memerintahkan kita untuk mempelajari dan Desa Pasar Lahewa. Kedua desa tersebut “Penelitian lain juga melaporkan bagaimana tersebut tidak langsung berhadapan dengan
dan mentadabburi ayat-ayat Allah yang ada di daratannya berbatasan langsung dengan laut, daerah yang memiliki hutan mangrove dan laut, namun antara permukiman dengan laut
alam semesta?” termasuk Kecamatan Lahewa yang desanya hutan pantai yang masih baik hanya mengalami terdapat hutan mangrove dengan lebar sekitar

80 Ayat-ayat Konservasi Khazanah Masyarakat Sekitar Leuser Dalam Konservasi 81


200 – 300 m dan kerapatan pohon berdiameter pinggir sungai tersebut tidak terhalang oleh Kemudian Ustad Salman melanjutkan tentu akan mendangkalkan sungai dan
2-10 cm yang sangat lebat (lebih dari 17.000 hutan mangrove [63, 64]” kata Ustad Salman. penjelasannya, “Nah, kita bisa membayangkan pada akhirnya memperbesar potensi banjir.
ind/ha) [66]. Meskipun pohon-pohon mangrove “Berbagai hasil penelitian lain [67, 68, 69,70, jika aturan ini ditegakkan, yakni di tepi pantai Tidak terlaksananya aturan ini telah me-
tersebut diameternya masih relatif kecil, namun 71, 71] juga mengungkap hutan mangrove dan selebar 1 km hutan di pesisir pantai tidak nyebabkan Sungai Tamiang sangat sering
tegakannya kompak dan tersebar secara merata hutan pantai yang lebat dan dalam kondisi yang ditebang atau dijaga kelestariannya, tentu akan mengalami banjir sehingga menimbulkan
dengan ketinggian pohon mencapai 9 meter [63, baik mampu meredam dan mengurangi energi mampu meminimalisir kerusakan yang terjadi korban nyawa dan kerusakan serta kehilan-
64].” perusak gelombang tsunami. Pada sisi lain apabila tsunami terjadi dan melindungi banyak gan harta.
“Saat tsunami datang di pantai utara Nias, kerusakan berat terjadi pada daerah yang hutan nyawa. Bukankan banyak penelitian ilmiah telah 3. Larangan menebang pohon yang berada
gelombang tsunami tidak langsung menghantam mangrove dan hutan pantainya telah rusak. membuktikan peranan hutan di pesisir pantai di puncak gunung dan daerah lereng yang
perumahan penduduk, namun terlebih dahulu Malah batang pohon dari hutan mangrove dan dalam melindungi tsunami. Nah, sesungguhnya terjal. Juga tak boleh ditebang pohon dip-
melewati hutan mangrove. Setelah melewati hutan pantai yang rusak mudah tumbang karena aturan melindungi daerah pesisir dengan cara inggiran jurang yang jaraknya kira-kira
hutan mangrove lebat tersebut, arus tsunami tumbuh jarang, sehingga malah menambah larangan menebang pohon pohon sekitar 1 km dua kali kedalaman jurang. Larangan ini
menjadi tenang sesampai di permukiman. energi perusak dari tsunami. Oleh karena itu, dari pinggir laut merupakan salah satu bentuk dimaksudkan agar tidak terjadinya longsor
Fenomena di pantai utara Nias menggambarkan sangat penting bagi kita melindungi hutan praktek al harim.” yang dapat merusak lingkungan, dan dapat
bahwa banjir akibat gelombang tsunami yang mangrove dan hutan pantai yang berada di “Selain itu, adat Aceh yang dibagun oleh pula menimbulkan kerugian bagi manusia
menggenangi rumah-rumah penduduk setinggi 2 pesisir pantai. Bukankah Allah swt menciptakan masyarakat Muslim dimana sebagian besar itu sendiri.”
– 3 m tidak menyebabkan kerusakan yang berarti sesuatu tidak ada yang sia-sia?” urai Ustad kawasan TNGL berada juga punya aturan “Pada daerah dekat pesantren kita, dulu juga
pada permukiman tersebut karena airnya sudah Salman. melindungi kawasan sabuk hijau untuk hidup khazanah yakni menanami tepi sungai
tenang karena diredam oleh hutan mangrove. Ustad Salman kemudian teringat kunjungannya melindungi sumber air, melindungi sungai dari dengan bambu, pohon beringin dan jenis pohon
Hanya terdapat 1 (satu) rumah yang hancur ke Aceh Tamiang beberapa waktu lalu, dan abrasi dan mencegah partikel erosi masuk ke lainnya agar tebing sungai kokoh dan tidak
di Desa Moawo karena rumah tersebut berada pernah diceritakan kepada para santri di sungai yang akan menyebabkan sungai menjadi longsor atau abrasi. Namun, kini kearifan ini
persis di bibir sungai yang tegak lurus terhadap pengajian terdahulu. Sesungguhnya masyarakat dangkal sehingga menambah potensi banjir saat sudah mulai banyak ditinggalkan [75]” urai
datangnya air laut, sehingga arus tsunami di Aceh memiliki kearifan atau khazanah dalam hujan, serta melindungi hutan-hutan di daerah Ustad Salman.
melindungi hutan pada daerah pesisir [36, 73] yang tinggi atau tepi jurang.
“Nah, para santri yang saya sayangi” kata Ustad
yakni larangan menebang pohon sejarak 600 Aturan tersebut selain larangan menebang pohon Salman, “berbagai aturan yang dibangun oleh
depa atau sekitar 1 km dari pinggir laut. sejarak 1 km dari tepi laut [36, 73, 74] adalah: para pendahulu kita di sekitar hutan Leuser
1. Larangan menebang hutan dalam jarak sungguh sesuatu yang mencontoh apa yang
1.200 depa atau setara dengan 2 km kelil- diajarkan Rasulullah. Kearifan itu, sesungguhnya
ing sumber mata air. Hal ini sangat berguna adalah warisan Islam. Oleh karenanya, mari kita
akar mata air tidak tercemar atau rusak, se- bersama melaksanakannya dan mendakwahkan
hingga air bersih terus mengalir sepanjang agar ummat dan masyarakat kita kembali
waktu menghidupkan khazanah melindungi kawasan
2. Larangan menebang pohon dalam jarak sabuk hijau atau dalam istilah syariat Islam
60-120 depa atau setara dengan 100-200 m disebut al harim.”
dari kiri kanan sungai. Hal ini ditujukan “Insya Allah Ustad” kata para santri serentak.
agar tepi/tebing sungai kokoh sehingga ti- Mereka sangat mengagumi para leluhur mereka
dak terjadi abrasi tepi sungai serta kawasan yang telah berpikir dan bertindak jauh ke depan
tersebut penting untuk menangkap partikel bagi kepentingan generasi anak cucu mereka.
Hutan mangrove sebagai sabuk hijau di pantai utara Nias, erosi tanah dari kawasan lain, sehingga ti- Dan, sesungguhnya hal itu semua sangat sejalan
menyelamatkan warga sekitar dari ganasnya tsunami 2004 dak masuk ke dalam sungai. Apabila par- dengan syariat Islam.
(Photo: Onrizal)
tikel-partikel erosi masuk ke dalam sungai

82 Ayat-ayat Konservasi Khazanah Masyarakat Sekitar Leuser Dalam Konservasi 83


Ular dan Produksi Pertanian Konservasi Tanah dan Air di Lahan Pertanian

P ada satu waktu, beberapa orang anggota


FORDALING melakukan perjalanan dan sekalian
dimakan dapat menghangatkan tubuh mereka
yang hidup di daerah yang dingin.” S ebagian besar masyarakat yang tinggal di
sekitar hutan Leuser hidup dari hasil pertanian
“Praktek ini masih dapat kita jumpai di daerah
kecamatan Wampu terutama desa Stabat Lama
dan desa Bingai yang semakin berkembang”
Kini, sejak aturan itu dilarang, sangat sering hasil
silaturrahim dengan tokoh dan masyarakat di atau mengambil hasil hutan seperti madu lebah, kata Ust. Irsan. “Salah satu contohnya adalah
pertanian mereka diserang hama tikus. Hasil
Desa Ujung Bandar, yang berbatasan dengan rotan, gaharu atau hasil lainnya. Pada areal pada tanaman karet yang telah berumur di
pertanian sudah mulai tidak mampu mencukupi,
hutan negara berupa TNGL. Salah satu informasi kebun, biasanya masyarakat terbiasa menanam atas 4 atau 5 tahun (sudah mulai rindang),
sehingga banyak yang harus membeli dari
berharga yang didapatkan saat kunjungan berbagai jenis tanaman menggabungkan jenis kemudian ditambah dengan menanam durian
daerah luar.
tersebut bahwa dahulu ada khazanah di daerah tanaman tahunan dengan jenis musiman [76]. dan pohon lainnya. Kemudian apabila tanaman
tersebut namun kini telah hilang, yakni larangan “Oleh karena itu, penjelasan aturan yang telah Informasi ini disampaikan oleh Ust. Irsan selain karet sudah melewati pohon karet, cabang
membunuh sejenis ular yang memakan tikus diturunkan para pendahulu serta ditambah Halomoan dalam salah satu pertemuan diskusi yang sejajar dengan cabang utama pohon karet
yang menjadi hama tanaman pertanian mereka, dengan pendidikan agama bahwa memakan FORDALING di Stabat, Langkat. kemudian dipotong. Pada lantai hutan juga
khususnya padi. binatang melata, seperti ular secara fiqih adalah
ditanam tanaman musiman
terlarang” kata Ust. Syuhada sambil meminta
Ust. Syuhada mengatakan “Sampai sekitar yang tahan naungan. Motivasi
kesediaan para da’i yang tergabung dalam
10 tahun lalu, larangan membunuh ular yang utamanya adalah agar pemilik
FORDALING untuk membantunya memberikan
memakan tikus masih berjalan baik di desa kebun tidak bergantung
pendidikan agama bagi masyarakat di desa
kami. Saat itu, hasil pertanian kami sangat cukup pada satu hasil. Apabila hasil
tersebut yang secara pendidikan masih sangat
malah lebih untuk menghidupi masyarakat tanaman karet telah menurun
tertinggal.
kami karena gangguan tikus sangat sedikit hasilnya, mereka masih punya
pohon durian yang biasanya
atau malah tidak ada. Namun berbuah pada masa produksi
setelah ada yang membawa lateks menurun, sehingga
isu bahwa ular tersebut bisa dapat membantu penghasilan.
menghangatkan tubuh, banyak Tanaman lain biasanya
anak muda yang kemudian jenis pohon kayu yang kuat
berburu ular tersebut untuk (halaban, medang, biak dan
dimakan atau dijual. Mengapa lainnya) yang ditanam tidak
mereka bisa melanggar aturan terlalu banyak, yakni antara
yang telah lama yang baik 5 – 7 pohon untuk bahan buat
tersebut? Alasan utamanya rumah. Kebun yang dibangun
adalah lemahnya pemahaman tersebut juga sangat mirip
agama para anak muda dengan hutan.”
tersebut, bahwa ular tersebut
“Sesungguhnya praktek
terlarang untuk dimakan bagi
Ular Sawah Tadung (Trimeresurus puniceus) Praktik memaksimalkan lahan dengan cara agroforestri, ini dalam dunia akademik
seorang muslim, sehingga
Photo: duniasatwa.dszoo.com yaitu dengan cara bercocoktanam di antara tegakan pohon disebut dengan agroforestry.
mereka hanya berpatokan ular
karet di Desa Mekar Makmur. (Photo: Bdoel eSTe) Dr Hiroyuki Watanabe, salah
tersebut bisa dijual dan apabila

84 Ayat-ayat Konservasi Khazanah Masyarakat Sekitar Leuser Dalam Konservasi 85


Masyarakat Desa Mekar Makmur berpartisipasi aktif dalam
praktik agroforestri demi penyelamatan hutan Leuser.
(Photo: Bdoel eSTe)

seorang Profesor Emeritus di Kyoto University, tumpangsari yang banyak dikenal di Jawa [78].
Jepang menyatakan bahwa : Hal yang sangat penting diperhatikan dalam
sistem tersebut adalah interkasi antara tanaman,
baik interaksi positif maupu negatif, sehingga
Agroforestry adalah sebuah metode
akan didapatkan hasil panen yang optimal serta
penghutanan kembali (reforestation) dengan
perlindungan kesuburan tanah dan pengaturan
menanam anakan pohon dan tanaman

Orangutan Sumatera (Pongo abelii) di Taman Nasional


musiman secara simultan, sehingga hasil tata air serta iklim mikro” kata salah seorang
tanaman musiman dapat dipanen sampai areal peserta diskusi FORDALING.
tersebut tertutup oleh pohon yang semakin
“Nah, praktek yang dilakukan turun temurun
besar [77].”
oleh masyarakat lokal merupakan sesuatu yang
sangat bernilai tinggi dalam konservasi alam
“Dalam beberapa dekade terakhir, kearifan dan kini secara akademis telah terbukti manfaat

Gunung Leuser (Photo: Nick Tignonsini)


tersebut telah menjadi banyak perhatian tersebut. Belajar dari alam yang merupakan salah
ilmuan dunia, karena selain hasilnya yang satu bentuk ayat-ayat Allah (tadabbur alam)
beranekaragam, juga memiliki fungsi ekologi telah menjadi perintah Islam. Hikmah yang baik
sebagaimana hutan alam, yakni melindungi itu, harus terus kita hidupkan dan kembangkan”
kesuburan tanah serta mengatur tata air. kata pimpinan pertumuan FORDALING waktu
Nama lain sistem tersebut antara lain adalah itu.

86 Ayat-ayat Konservasi Khazanah Masyarakat Sekitar Leuser Dalam Konservasi 87


lebih dari 1000 jenis tumbuhan, hewan kecil betina membutuhkan daerah jelajah minimun
dan jamur yang menjadi pakan orangutan. 850 ha, dan orangutan Sumatera jantan dengan
Menyelamatkan Orangutan Sumatera (Pongo abelii) Selain itu, orangutan merupakan hewan arboreal daerah jelajah minimum 2500 ha.
(menghabiskan sebagian besar waktunya di atas “Bagaimana pandangan Islam terhadap
pohon) yang berukuran besar, memiliki daerah orangutan yang termasuk kelompok primata,
jelajah yang luas dan masa hidup panjang

I
khususnya jenis-jenis kera?” tanya pimpinan
[82]. Orangutan betina dewasa memiliki berat sehingga berperan penting dalam pemencaran diskusi itu.
ndonesia punya dua jenis orangutan, yakni badan berkisar 35-55 kg dan jantan dewasa 85- biji-biji tumbuhan yang dikonsumsinya. Untuk
orangutan Sumatera (Pongo abelii) dan orangutan Salah seorang ustadz yang hadir saat itu
110 kg dengan berat bayi yang baru lahir sekitar memenuhi kebutuhan hidupnya, artikel lain [85]
Kalimantan (Pongo pygmeus). Orangutan mengatakan “Para jumhur fuqaha berpendapat,
1-2 kg. Orangutan betina siap bereproduksi pada menginformasikan bahwa orangutan Sumatera
Kalimantan secara alami tersebar di Pulau usia 14 tahun dengan lama kehamilan antara seperti dinyatakan Ibn Rush dalam
Kalimantan yang meliputi Indonesia, Malaysia 8-9 bulan. Setiap kelahiran orangutan hanya Bidayat al-Mujtahid, bahwa kera dari
dan Brunei, sedangkan orangutan Sumatera menghasilkan satu bayi dengan jarak kelahiran kelompok primata tidak dimakan dan
hanya terdapat di pulau Sumatera bagian 6-9 tahun [83]. tidak pula diambil manfaatnya secara
utara. Saat ini orangutan Sumatera termasuk
Kerusakan habitat akibat penebangan dan langsung. Pendapat ini mempunyai
satwa dengan status kritis (Critically Endangered)
konversi hutan tropis Sumatera menjadi lahan dampak penting terhadap kelestarian
yang merupakan status ancaman kepunahan
pertanian, perkebunan, permukiman dan jenis-jenis kera, termasuk orangutan
tertinggi menurut IUCN Red List [79]. Selain
pertambangan merupakan ancaman terbesar [30].”
itu, orangutan Sumatera juga terdaftar dalam
kelangsungan hidup orangutan Sumatera [80, “Sebuah hasil penelitian disertasi
Appendix I CITES (Convention on International
81]. Kerusakan habitat diduga juga menyebabkan mahasiswa program doktor, yakni
Trade in Endangered of Wild Species of Fauna and
perubahan perilaku orangutan. Perilaku kanibal Birute Galdikas yang dikutip oleh
Flora atau Konvensi Perdagangan Internasional
pada dua induk orangutan betina semiliar di Mangunjaya [30] memberikan kesan
Satwa dan Tumbuhan Liar Terancam Punah).
Bukit Lawang, Sumatera Utara. Perilaku ini yang sangat mendalam pada mahasiswa
Hal ini berarti orangutan Sumatera, termasuk
sebelumnya belum pernah dilaporkan pada program doktor tersebut karena
bagian tubuhnya tidak boleh diperdagangkan
orangutan Sumatera maupun orangutan menemukan banyak orangutan hidup
[80].
Kalimantan [84]. Selain itu perburuan dan di pesisir Taman Nasional Tanjung
Mengapa mereka orangutan Sumatera dan perdagangan juga terus mengancam kelestarian Puting, Kalimantan Tengah dimana
orangutan Kalimantan terancam punah? populasi orangutan meskipun kegiatan tersebut penduduknya memiliki kebudayaan
Ancaman utamanya adalah kerusakan habitat, terlarang menurut peraturan internasional. dan agama Islam yang berakar sangat
perburuan dan perdagangan liar, sementara
“Dalam ilmu ekologi, orangutan dalam suatu kuat dan penduduknya berpantangan
tingkat kelahirannya sangat rendah. Demikian
kawasan hutan berperan sangat penting dalam memakan daging primata dan babi.
kalimat pembuka dalam salah satu pertemuan
penyebaran tumbuhan atau pohon berbuah. Oleh Nah, oleh karena itu, pendekatan
FORDALING.
karena itu, keberadaannya sangat penting bagi melalui ajaran agama terbukti mampu
Orangutan Sumatera hidup di hutan-hutan regenerasi hutan itu sendiri, sehingga manusia melestarikan populasi orangutan.
Sumatera bagian utara yang mencakup Propinsi dapat memperoleh manfaat dari hutan tersebut. Kenapa tidak dicoba pada masyarakat
Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Propinsi Berbagai hasil penelitian yang dihimpun oleh yang hidup pada daerah yang juga
Sumatera Utara (Sumut) [81], terutama hidup sebuah artikel [82] diketahui bahwa orangutan habitat orangutan Sumatera?” ungkap
di hutan Leuser dan hutan-hutan disekitarnya. termasuk frugivora (pemakan buah), walaupun pimpinan diskusi sambil mengajak para
Selain itu, orangutan di Borneo/Kalimantan satwa ini juga memakan daun, liana, kulit kayu, da’i yang hadir untuk mensosialisasikan
sebagian besar (90%) dijumpai di Indonesia dan Induk orangutan sumatera (Pongo abelii) dan
serangga dan kadang-kadang memakan tanah informasi yang tadi dibahas kepada
anaknya di Bukit Lawang (Photo: M. Kurnia Indra)
sebagian kecil lainnya termasuk wilayah Malaysia dan vertebrata kecil. Hingga saat ini tercatat para jama’ahnya.

88 Ayat-ayat Konservasi Khazanah Masyarakat Sekitar Leuser Dalam Konservasi 89


Sang Raja Hutan Diambang Kepunahan

harimau Bali telah punah pada


tahun 1940-an dan harimau
Jawab telah punah pada tahun
1980-an. Kini harimau Bali dan
harimau Jawa tinggal menjadi
sejarah satwa liar di Indonesia
[86].”
Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae)
Harimau Sumatera secara alami (Photo: bDoel eSTe)

hidup di hutan hujan dataran


rendah hingga pegunungan, 40 – 70 km2. Kemudian daerah jelajah harimau Way Kambas, Berbak dan Bukit Barisan Selatan)
dengan ketinggian antara 0 – sumatera jantan dewasa sangat bervariasi, yaitu dan dua suaka margasatwa (Kerumutan dan
3.000 meter di atas permukaan antara 180 km2 pada kisaran ketinggian antara Rimbang), sementara sekitar 100 ekor lainnya
laut dan menghuni berbagai 100 – 600 meter di atas permukaan laut (m dpl.), berada di luar ketujuh kawasan konservasi
jenis habitat, seperti hutan 274 km2 pada kisaran ketinggian antara 600 tersebut. Jumlah tersebut diduga terus menurun
Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae)
(Photo: bDoel eSTe) primer, hutan sekunder, hutan – 1.700 m dpl., dan 380 km2 pada ketinggian di [86, 87]. Akankah harimau Sumatera bernasib
pantai, hutan rawa gambut, atas 1.700 m dpl. Daerah jelajah satu harimau sama dengan dua kerabatnya dari Jawa dan Bali
jantan dewasa dapat mencakup daerah jelajah yang telah punah? Sehingga nanti kita hanya bisa

“S elain orangutan Sumatera, sang raja hutan,


yakni harimau bersama gajah Sumatera dan
hutan tebangan, perkebunan, hingga belukar
terbuka. Hasil tinjauan pustaka dalam sebuah
literatur [86] menunjukkan bahwa harimau
dua betina dewasa. Salah satu faktor utama yang
mempengaruhi luas jelajah harimau sumatera
adalah ketersediaan satwa mangsa [86].
melihat binatang telah diawetkan di museum
atau foto dan videonya saja. Atau nanti kita
hanya bisa mendengar cerita atau dongengnya
badak Sumatera merupakan satwa kunci bagi Sumatera utamanya memangsa satwa dari saja sebagaimana kerabatnya di Bali dan Jawa
Harimau merupakan satwa yang menempati
Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Siapa keluarga Cervidae berukuran besar dan Suidae, yang kini telah punah
posisi puncak dalam rantai makanan (top
yang tidak kenal Harimau Sumatera, sang raja seperti rusa sambar (Cervus unicolor) dan babi predator) di hutan tropis. Peranannya sebagai Bagaimana pandangan Islam terkait harimau
penguasa hutan Sumatera? Meskipun harimau hutan (Sus scrofa). Dalam keadaan tertentu top predator, menjadikan harimau menjadi ini?
Sumatera adalah penguasa hutan Sumatera, harimau Sumatera juga memangsa berbagai salah satu satwa yang berperan penting dalam
jenis mangsa alternatif lain, seperti kijang Harimau mewakili binatang bertaring yang
namun kini dia terancam punah. Kok bisa?” keseimbangan ekosistem [80]. Artinya, apabila
dilarang keras (haram) bagi seorang muslim
Demikian salah satu diskusi FORDALING. (Muntiacus muntjac), kancil (Tragulus sp), beruk harimau populasi terus turun atau malah punah
untuk mengkonsumsi dagingnya. Penjelasan ini
(Macaca nemestrina), landak (Hystrix brachyura), tentu akan merusak keseimbangan ekosistem dan
Kemudian pada diskusi itu juga diungkapkan antara lain telah dibahas oleh Imam Syafi’i yang
trenggiling (Manis javanica), beruang madu pada akhirnya juga akan merugikan manusia.
hal-hal sebagai berikut “Indonesia awalnya hidup 12 abad silam. Namun demikian, tidak
(Helarctos malayanus) dan kuau raja (Argusianus
punya tiga sub jenis harimau dari delapan sub Populasi harimau Sumatera terus berkurang. jarang pemeluk Islam sendiri yang kemudian
argus).
jenis yang ada di dunia, yakni harimau Bali Pada tahun 1978, harimau Sumatera diperkirakan memburu dan memperjualkan belikan daging
(Panthera tigris balica), harimau Jawa (Panthera Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, harimau berjumlah 1000 ekor. Jumlah terus berkurang, dan kulit binatang buruan tersebut [30]. Oleh
tigris sondaica) dan harimau Sumatera (Panthera membutuhkan daerah yang luas yang biasa dan pada tahun 1992 populasi harimau Sumatera karena itu, penyampaian nilai-nilai Islam harus
tigris sumatrae). Namun kini, 2 sub jenis harimau disebut dengan daerah jelajah [80]. Daerah jelajah diperkirakan hanya tersisa 400 ekor di lima terus disampaikan kepada ummat dengan cara
yang disebutkan diawal telah punah, yakni harimau Sumatera betina dewasa berkisar antara taman nasional (Gunung Leuser, Kerinci Seblat, hikmah dan argumentasi yang kuat.

90 Ayat-ayat Konservasi Khazanah Masyarakat Sekitar Leuser Dalam Konservasi 91


tersebut sangat potensial
karena memiliki hutan yang
Konservasi Gajah dan Wisata Alam Tangkahan masih perawan, namun yang
sangat disayangkan adalah
infrastruktur jalan menuju
lokasi tersebut yang masih

G ajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus)


merupakan salah satu sub jenis gajah Asia yang
jambô tidak boleh didirikan di tempat lintasan
binatang buas atau tempat-tempat yang diyakini
ada makhluk halus penghuni rimba. Bahan yang
buruk [89]. Penggunaan gajah
Sumatera untuk perlindungan
hutan dan kegiatan ekowisata,
hanya dijumpai di Pulau Sumatera. Hampir digunakan untuk penyangga gubuk juga tidak menurut masyarakat di
seluruh Pulau Sumatera mulai dari Lampung boleh menggunakan kayu bekas lilitan akar Tangkahan, telah menekan
sampai Aceh merupakan habitat gajah. Gajah (uroet), karena ditakutkan akan mengundang pembalakan liar pada hutan
Sumatera dapat ditemukan di berbagai tipe ular masuk ke jambô tersebut [74]. Khazanah di Tangkahan dan sekitarnya
ekosistem. Mulai dari pantai sampai ketinggian ini, sesungguhnya telah mengantisipasi agar serta pada kesempatan yang
di atas 1.750 meter seperti di Gunung Kerinci. tidak terjadi konflik antara manusia dan satwa, sama juga menjadi sumber
Habitat gajah dapat berupa hutan primer, hutan termasuk gajah Sumatera yang hidupnnya selalu ekonomi bagi masyarakat lokal
sekunder bahkan di daerah pertanian. Habitat berpindah-pindah. karena mereka terlibat secara
yang paling disenangi adalah hutan dataran langsung dalam pengelolaan
Masyarakat di Tangkahan, sebuah kawasan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus)
rendah [88]. Di Sumatera Utara, gajah dapat kawasan ekowisata yang (Photo: Lismaidi Darjo Malau )
yang berbatasan dengan TNGL kini bekerjasama
dijumpai di hutan tropis yang termasuk wilayah dikoordinir melalui Lembaga
dengan beberapa LSM telah mengembangkan
Kabupaten Langkat dan Kabupaten Karo. Pariwisata Tangkahan [80].
kegiatan wisata alam dengan memanfaatkan manusia [91]. Namun, berbagai publikasi terkini
Gajah Sumatera saat ini berada dalam kategori Wisata alam (ekowisata) Tangkahan merupakan
jasa gajah. Saat ini, gajah-gajah yang berada di telah mengungkap konservasi yang adil telah
terancam karena terjadi perubahan di kawasan sebuah fenomena dalam pengelolaan taman
kawasan wisata Tangkahan sudah dimanfaatkan lahir dan diperkenalkan oleh Rasulullah saw
hutan yang merupakan daerah jelajah (home nasional di Indonesia. Mengapa? Alasan
untuk patroli safari hutan. Bahkan gajah tersebut sejak 14 abad lalu, misalnya melalui sistem hima.
range) gajah tersebut. Gajah Sumatera biasanya utamanya adalah karena berkembang atas
saat ini sudah menjadi sebuah ikon wisata safari Praktek ini merupakan cara konservasi tertua
berpindah tempat dengan menggunakan inisiatif lokal, kemudian didukung secara
gajah yang membawa wisatawan berkeliling yang dijumpai di Semenanjung Arabia, bahkan
kawasan hutan yang sama dalam kurun waktu konsisten oleh manajemen taman nasional dan
hutan. mungkin tertua di dunia [28] dan diakui FAO
tertentu. Dalam perkembangannya daerah hutan mitra Indecon (Indonesian Ecotourism Network)
Selanjutnya Darwin, Direktur Lembaga sebagai contoh pengelolaan kawasan lindung
perpindahan gajah Sumatera tersebut banyak [12]. Pada awalnya, pengelolaan taman nasional
Pariwisata Tangkahan (LPT Tangkahan) kepada paling tua bertahan di dunia [26, 28].
yang berubah menjadi lahan yang digunajan di Indonesia yang dimulai sejak tahun 1980-an,
antarasumut.com [89] mengatakan, para namun masih mengadopsi pola pengelolaan dari Mantan Kepala TNGL pernah menulis
oleh manusia, seperti perumahan dan lahan
wisatawan yang berkunjung dapat menikmati Yellowstone, yang mengedepankan pendekatan khusus tentang ekowisata Tangkahan dalam
pertanian. Hal ini kemudian memicu terjadi
perjalanan keliling hutan dengan menunggangi pengamanan (security approach) dengan memperingati seperempat abad TNGL, yakni
konflik ketika gajah kembali ke home range dan
gajah patroli yang telah dilatih. Gajah-gajah mengutamakan kepentingan konservasi di atas dengan ungkapan:
bertemu dengan manusia [80].
tersebut bertugas untuk berkeliling menjaga segalanya [90]. Taman Nasional Yellowstone Kini, hutan TNGL dekat Tangkahan menjadi salah
Dalam adat Aceh, terdapat pantangan saat hutan dari berbagai ancaman praktek ilegal merupakan taman nasional pertama di dunia satu kawasan aman dari gangguan. Balok-balok kayu
membuka lahan di wilayah seuneubôk -- sebuah logging yang dilakukan pihak pembalak. yang didirikan pada 1 Maret 1872 yang dijadikan berlumut di dalam hutan menunjukkan telah terjadi
wilayah baru di luar gampông yang pada mulanya
Saat ini objek wisata Tangkahan tergolong satu- sebagai tonggak sejarah konservasi moderen. illegal logging beberapa tahun lalu namun kini
berupa hutan dan kemudian dijadikan ladang.
satunya di Asia yang menyediakan layanan Pada awal pembangunnya, taman nasional sudah berhenti. Masyarakat Tangkahan merasakan
Pantangan itu seperti peudong jambô. Jambô atau
berkeliling hutan dengan gajah. Para wisatawan hanya ditujukan untuk perlindungan spesies langsung bahwa ternyata yang bisa “dijual” dari
gubuk tempat persinggahan melepas lelah sudah
dapat menikmati perjalanan tersebut hanya tertentu sebagai prioritas utama sehingga taman nasional bukan hanya kayu. Justru jasa
tentu ada di setiap lahan. Dalam adat meublang,
dengan biaya Rp 250.000 per jam. Objek wisata “menyingkirkan” kepentingan kehidupan

92 Ayat-ayat Konservasi Khazanah Masyarakat Sekitar Leuser Dalam Konservasi 93


hutan yang berupa jernihnya aliran sungai berkelok khusus ini. Tentu saja pendampingan pengembangan
di dalam hutan, bebatuan, lumut, liana, terjalnya mereka oleh Indecon, TNGL, dan mitra lainnya sangat
bebatuan jungle trek, air terjun, arung jeram, ceruk menentukan penguatan kelembagaan masyarakat
air panas, memotret dan mengamati mekarnya lokal ini menjadi lembaga pengelola ekowisata yang
Rafflesia atjehensis, wisata patroli gajah, dan cukup handal. Tangkahan telah menjadi icon baru di
sebagainya, menjadi modal dasar yang menggemakan dunia ekowisata Leuser, nasional, dan internasional.
nama Tangkahan ke dunia luar. Mereka mendapatkan Mulai menyaingi Bohorok/Bukit Lawang. Hutan
manfaat langsung dari pengembangan wisata minat TNGL di Tangkahan telah diposisikan sebagai

“Bank”, modal pokok yang berupa


hutan perawan, sungai, air terjun,
kayu-kayuan, berbagai fenomena
alam, flora dan fauna yang tidak
diambil, tidak diganggu, sementara
jasa lingkungannya justru dapat
dimanfaatkan secara terbatas tetapi
memberi kemanfaatan langsung.
Ekonomi lokal mulai digerakkan
oleh jasa lingkungan dan bukan
oleh bisnis kayu. Patut dicatat,
Tangkahan dapat terwujud setelah
upaya selama lebih dari 5 tahun
yang secara konsisten dilakukan
baik oleh masyarakat maupun
pihak Balai TNGL dan mitra [12].
Kearifan masyarakat di
Tangkahan, Kecamatan
Batang Serangan, Kabupaten
Kawanan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus)

Langkat tidak hanya mampu


memberikan sumbangan
perekonomian masyarakat
setempat, namun juga sekalian
memberi harapan terjaganya
di Tangkahan (Photo: Lismaidi Darjo Malau )

kelestarian hutan dan sekaligus


populasi gajah. Agar tujuan
tersebut tercapai, keterlibatan
para dai dan ulama dalam
upaya penyelamatan hutan
Leuser termasuk satwa langka
didalamnya merupakan suatu
Tangkahan, Taman Nasional Gunung Leuser keniscayaan. Semoga!
(Photo: Lismaidi Darjo Malau)

94 Ayat-ayat Konservasi Khazanah Masyarakat Sekitar Leuser Dalam Konservasi 95


BAGIAN 7
Penutup

Episode penciptaan bumi beserta isi dan fungsinya


bagi kehidupan manusia, serta gambaran kerusakan
di bumi yang terjadi telah dikupas. Kemudian diikuti
dengan Leuser sebagai anuegerah tak terhingga yang
disertai refleksi banjir bandang Bukit Lawang 2003.
Kesadaran itu mengusik, adakah konservasi alam
dalam ajaran Islam? Petanyaan ini telah dijawab
dalam konservasi alam di zaman Rasulullah.

Contoh akhlak Rasulullah terhadap satwa liar juga


telah dikupas. Demikian pula berbagai khazanah
masyarakat sekitar Leuser dalam konservasi alam
telah dihimpun dan mudah-mudahan akan bangkit
dan terus hidup. Bagaimana hal itu bisa dicapai?
Mudah-mudahan Amanat Suci Nan Agung, sebagai
penutup ayat-ayat konservasi ini dapat memotivasi
pelestarian alam Leuser demi kesejahteraan dan
ketentraman hidup sampai generasi-generasi
selanjutnya. Amiin.

Rawa Singkil, Aceh Singkil (Photo: Onrizal)

96 Ayat-ayat Konservasi Penutup 97


AMANAT SUCI NAN AGUNG

P engajian malam ini, diisi oleh Ustad


Abdurrahman. Beliau mengulas kajian tematik
“Kita juga memahami, wahai para santriku,”
kata Ustad Abdurrahman bahwa, “Setiap amanat
semestinya harus dijaga. Setiap titipan tentunya
yang telah berjalan hampir satu semester atau harus disampaikan. Akan tetapi manusia telah
6 bulan. Kepada para santri telah disampaikan merusak dirinya dengan kemaksiatan setelah
betapa Allah SWT telah melengkapi alam Allah menancapkan tonggak syariat melalui
semesta dengan segala isinya sebagai sarana dan panji panji rasulnya. Manusia merusak bumi
pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Ketika dan segala isinya setelah sekian banyak nikmat
manusia tidak mengelola dan memanfaatkan telah Allah berikan kepada mereka. Kerusakan
alam serta sumberdaya alam dengan baik, justru moralitas agama menjadi awal mula sebelum
yang terjadi kerusakan yang memicu berbagai kemudian ambisi duniawi menjadi penentu
bencana. rusaknya tatanan lingkungan di atas muka bumi
“Nah, karena itu,” kata Ustad Abdurrahman ini”.
sambil memandang para santri yang “Sebelumnya, sebagian besar kalangan
disayanginya, “Tidaklah patut bagi kita berbuat masyarakat muslim menganggap konservasi
yang dapat merusak bumi dan segala isinya, tapi bukan hal penting terkait dengan agama mereka,
justru kita berkewajiban menjaganya.” sehingga tidak menjadi perhatian. Namun, kini
“Ingatlah para anak-anakku yang saya sayangi, setelah kita membahas konservasi alam hampir
setelah selesai dengan penciptaannya atas bumi selama satu semester serta diikuti kunjungan
dan segala isinya beserta kegunaan penciptaan lapangan telah memberikan pencerahan kepada Pembagian bibit di Desa Tanjung Barus,
tersebut, Allah memberikan titipan amanat kita semua bahwa konservasi alam adalah Barus Jahe, Kab. Tanah Karo (Photo: Azhari)
kepada manusia. Bacalah Al Quran surah Al bagian dari syariat Islam. Betapa banyak ayat-
A’raf ayat 56” kata beliau. ayat al Quran yang memerintahkan kita untuk
melestariakan alam lingkungan kita. Demikian
      pula, Rasulullah SAW nan agung dan mulia
telah memberikan contoh kepada kita dalam
        mengelola alam secara lestari.”
alam akan berkontribusi bagi terbangunnya perbaikilah bumi, rumah bagi manusia dan
“Islam adalah agama yang sempurna dan makhluk lainnya yang Allah SWT ciptakan di
lingkungan kita yang lebih baik serta sumberdaya
   menjadi rahmat bagi sekalian alam. Kini, bumi,” demikian penjelasan tambahan dari
alam yang lestari dan terus mengalirkan manfaat
saatnya bagi kita menambah topik dakwah kita Ustad Abdurrahman.
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di terbaik bagi generasi berikutnya,” ajak Ustad
selain topik yang selama ini kita dalami seperti
muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya Abdurrahman kepada para santrinya. “Amiin, Insya’Allah Ustad,” jawab para santri
aqidah, ibadah mahdoh, seperti sholat, zakat,
dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut “Jadi ada amanat penting bagi manusia yang serentak sambil berjanji dengan sepenuh hati
puasa, dan haji, serta akhlaqul karimah, yakni
(tidak akan diterima) dan harapan (akan Allah SWT berikan akal dan ilmu pengetahuan. untuk terus berkontribusi bagi kehidupan yang
topik konservasi alam. Harapan kita semua, agar
dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat Jangan rusak bumi, namun pelihara, jaga dan lebih baik.
penyebarluasan ajaran Islam terkait konservasi
dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.

98 Ayat-ayat Konservasi Penutup 99


18. Malley, F.C. 2004. Kataspora Banjir Bahorok dan Persekongkolan Mengelabui Publik. Intip
Hutan edisi Juni 2004: 6-9

Daftar Pustaka 19. Supendi, Y.. 2007. Jangan Salahkan Hujan. Rubrik Hikmah Harian Republika
20. Soemarwoto, O. 1991. Indonesia dalam Kancah Isu Lingkungan Global. PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta
21. Ridho, P.G. 2003. Walhi: Banjir Bahorok Akibat Degradasi Lingkungan. [http://www.
1. Yafie, Ali. 2006. Merintis Fiqh Lingkungan Hidup. Jakarta: Ufuk Press. Jakarta
tempointeraktif.com/hg/nasional/2003/11/04/brk,20031104-80,id.html]
2. Barus, T.A. 2004. Pengantar Limnologi: Studi tentang Ekosistem Air Daratan. USU Press. Medan:
22. Julianty. 2006. Menengok Kembali Peristiwa Banjir Bandang Bahorok – Apa Yang Harus
Universitas Sumatera Utara.
Diperbaiki? Buletin Planolog 1: 12-17
3. DeSanto, R.S. 1978. Concepts of Applied Ecology. New York: Springer-Verlag. New York.
23. BAPPENAS dan BAKORNAS PB. 2006. Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana
4. Odum, E. P. (1971). Fundamental Ecology 3rd ed. Phildelphia: W. B. Saunders Company. 2006-2009. Kerjasama antara Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) dengan
Phildelphia Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana (BAKORNAS PB)
5. Primack, R.B., J. Supriyatna, M. Indrawan, & P. Kramadibrata. 1998. Biologi Konservasi. Yayasan 24. Kusmana, C., Istomo, S. Wilarso, E.N. Dahlan, & Onrizal. 2004. Upaya Rehabilitasi Hutan
Obor Indonesia. Jakarta dan Lahan dalam Pemulihan Kualitas Lingkungan. Makalah utama pada seminar nasional
6. Santosa, A. (Ed) 2008. Konservasi Indonesia, Sebuah Potret dan Kebijakan. Pokja Kebijakan lingkungan hidup dan kemanusiaan, pada 4 Juni 2004 di Klub Rasuna, Ahmad Bakrie Hall,
Konservasi. Jakarta Jakarta
7. MEA (Millennium Ecosystem Assessment). 2005. Ecosystems and Human Well-being: General 25. Bagader, A.A., A.T.El-C. El-Sabbagh, M.Al-S. Al-Glayand, & M.Y.I-D. Samarrai. 1994.
Synthesis. Washington, DC: Island Press and World Resources Institute. Washington, DC. Environmental Protection in Islam. IUCN Environmental Policy and Law Paper No 20 Second
8. Eijk, P. van & R. Kumar. 2009. Bio-rights dalam Teori dan Praktek. Sebuah Mekanisme Revised Edition. IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge, UK.
Pembiayaan Pendanaan untuk Pengentasan Kemiskinan dan Konservasi Lingkungan. Wetlands 26. Kilani, H., A. Serhal, & O. Llewlyn. 2007. Al-Hima: A Way of Life. IUCN West Asia regional
International, Wstafingen, the Netherlands. Office, Amman Jordan – SPNL Beirut, Lebanon.
9. Bishop, J., S. Kapila, F. Hicks, P. Mitchell, and & F. Vorhies. 2008. Building Biodiversity Business. 27. Al-Mawardi, I. 2000. Al Ahkam as Sulthaniyyah. (Penerjemah: Fadhil Bahri). Darul Falah.
Shell International Limited and the International Union for Conservation of Nature: . London, Jakarta
UK, and Gland, Switzerland. 164 pp. 28. Gari, L. 2006. A History of the Hima Conservation System. Environment and History 12 (2): 213-
10. Wiratno. 2007. Leuser, Warisan Dunia. Balai Taman Nasional Gunung Leuser 228
11. Wiratno, A. Kartikasari, D. Indriyo, dan & A. Syarifudin. 2002. Berkaca di Cermin Retak: Refleksi 29. Muhammad, A.S., H. Mumammad, R. Mabrur, A.S. Abbas, A. Firman, F.M. Mangunjaya, K.I.B.
Konservasi dan Implikasinya bagi Pengelolaan Taman Nasional. The Gibbon Foundation Pasha, & M. Andriana (Editor). 2004. Fiqih Lingkungan (Fiqh al-Biah). Laporan Indonesia Forest
Indonesia, dan PILI – NGO Movement. Jakarta and Media Campaign (INFORM): Pertemuan Menggagas Fikih Lingkungan (Fiqh al-Bi’ah) oleh
12. Wiratno. 2005. Seperempat Abad Leuser. Balai Taman Nasional Gunung Leuser. Ulama Pesantren di Lido, Sukabumi, 9-12 Mei 2004
13. LIF. 2008. Leuser International Foundation. [www.leuserfoundation.org] 30. Mangunjaya, F.M. 2005. Konservasi Alam dalam Islam. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta
14. YOSL-OIC. 2009. Guidebook to the Gunung Leuser National Park. Orangutan Information 31. Khalid, F., & F. Mangunjaya. 2007. Proceeding Colloqium on Islamic Environmental Law. KLH,
Centre. Medan. Indonesia CI Indonesia, WWF Indonesia. Jakarta
15. Gardner, T., & R. Engelman. 1999. Forest Future: Population, Consumption and Wood Resources. 32. Mangunjaya, F.M., & A.S. Abbas. 2009. Khazanah Alam: Menggali Tradisi Islam untuk
Population Action International. Washington D.C. Konservasi. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta
16. van Beukering, P.J.H., H.S.J. Cesar, & M.A. Janssen. 2003. Economic Valuation of The Leuser 33. Royyani, M.F. 2009. Islam dan Konservasi: Penjelajahan Sekilas. [http://buntetpesantren.org]
National Park on Sumatra, Indonesia. Ecological Economics 44: 43-62 34. Mangunjaya, F.M. 2006. Beberapa Prinsip Konservasi Alam dalam Perspektif Islam. Paper
17. Brahmantyo, B. 2009. Mengenang Kembali Banjir Bandang Bukit Lawang Bahorok 2003-2009. pengantar disampaikan dalam Lokakarya Islam dan Konservasi Alam di Panyabungan,
Ekspedisi Geografi Indonesia 2009 Sumatera Utara. Bakosurtanal, Bogor, Hal. 88 – 89 Mandailing Natal 1-2 Februari 2006 dan Banda Aceh, 7-9 Februari 2006

100 Ayat-ayat Konservasi Penutup 101


35. Hardani, S. 2008. Sistem Ekologi Menurut Syariat Islam. Hukum Islam 8 (1): 110-120 51. BP DAS Agam Kuantan. 2009. Kearifan Lokal di Ranah Minang. [http://www.bpdas-
36. Kaoy, A. 2007. Adat Aceh Tentang Lingkungan Hidup. Dalam Khalid, F., F. Mangunjaya. 2007. agamkuantan.net/index.php?option=com_content&task=view&id=19&Itemid=69]
Proceeding Colloqium on Islamic environmental law. KLH, CI Indonesia, WWF Indonesia. 52. Bataviase. 2010. Hutan Keramat Sumber Hidup Talang Mamak. [http://bataviase.co.id/
Jakarta detailberita-10467937.html]
37. Salam, M. 2004. Beberapa Konsep Pengelolaan dalam Fiqh Islam. Dalam Muhammad, A.S., H. 53. Halomoan, I. 2009a. Khazanah Konservasi Ikan dan Daerah Aliran Sungai yang Mulai Punah di
Muhammad, R. Mabrur, A.S. Abbas, A. Firman, F.M. Mangunjaya, K.I.B. Pasha, & M. Andriana Kecamatan Wampu. Bahan Diskusi Forum Dai Peduli Lingkungan. Stabat.
(Editor). 2004. Fiqih Lingkungan (Fiqh al Biah). Laporan Indonesia Forest and Media Campaign 54. Perbatakusuma, E.A. 2007. Lubuk Larangan dan Mata Air Kehidupan Warga Mandailing.
(INFORM): Pertemuan Menggagas Fikih Lingkungan (Fiqh al Bi’ah) oleh Ulama Pesantren di [http://www.conservation.or.id/home.php?catid=22&tcatid=62&page=g_peluang.detail]
Lido, Sukabumi, 9-12 Mei 2004. Hal.: 78-85 55. Lubis, Z.B. 2007. Membangun Kebersamaan untuk Memelihara Mata Air Kehidupan. [http://
38. Sabiq, S. 1994. Fikih Sunnah. (Penerjemah: Mahyuddin Syaf.). PT Al-Ma’arif. Bandung zulkifliblubis.wordpress.com/2007/06/05/bermula-dari-air/]
39. Syahyuti. 2006. Nilai-nilai Kearifan pada Konsep Penguasaan Tanah Menurut Hukum Adat di 56. Onrizal. 2007. Lubuk Larangan: Melestarikan Sumberdaya Perikanan Sungai dan Mendukung
Indonesia. Forum Penelitian Agro Ekonomi 24 (1): 14-27 Produksi Pertanian. Warta Konservasi Lahan Basah 15 (2): 17, 24-25
40. Nur, R.M. 2009. Pengelolaan Tanah dalam Islam. Ekonomi Islam Online [http://ekisonline. 57. Onrizal. 2009a. Lubuk Larangan yang Mengalirkan Kehidupan. Ekspedisi Geografi Indonesia
com] 2009 Sumatera Utara. Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional. Cibinong. Hal 101-103
41. Walhi. 2010. Pandangan Terhadap PP No 11 tahun 2010 tentang Penertiban Tanah Terlantar. 58. Aliadi, A., & W.A. Djatmiko. 1998. Hasil Hutan Non-kayu Ekstraktif di Desa Sungai Telang,
[http://www.walhi.or.id/in/kampanye/advokasi-kebijakan/54-uu-psda/825-pp-11-tahun- Rantau Pandan, Jambi. Southeast Asia Policy Research Working Paper, No. 5. ICRAF Southeast
2010-tentang-penertiban-tanah-terlantar] Asia. Bogor
42. Setiawan, U. 2010. Regulasi Baru Tanah Terlantar. Sinar Harapan: Rabu, 10 Maret 2010. [http:// 59. Okezone.com. 2009. Panen Ikan di Lubuk Larangan. [http://news.okezone.com/
www.sinarharapan.co.id/cetak-sinar/berita/read/regulasi-baru-tanah-telantar/] play/2009/05/12/235/9915/panen-ikan-di-lubuk-larangan]
43. Yahya, A.Z. 1987. Terjemahan Riadhus Shalihin. Jilid II. Penerjemah: Bahreisy, S. Bandung: 60. Ferrari, M.F. 2006. Rediscovering Community Conserved Areas in South-east Asia: Peoples’
Alma’arif. Hal. 472 Initiative to Reverse Biodiversity Loss. Parks 16 (1): 43-48
44. Cholil, M. 1994. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad S.A.W. Jilid 8. Jakarta: PT Bulan Bintang. 61. BAPPENAS & the International Donor Agency. 2005. Indonesia: Preliminary Damage and Loss
Hal. 15. Assessment, the December 26, 2004 Natural Disaster. Consultative Group on Indonesia, 99 pp
45. Rahman, A. 2009. Ensiklopedi Muhammad SAW: Muhammad sebagai Pribadi Mulia. 62. Iverson, R. and Prasad, A.M. 2007. Using Landscape Analysis to Assess and Model Tsunami
Penerjemah: Moerdiarta, R. Bandung: Pelangi Mizan. Damage in Aceh Province, Sumatra. Landscape Ecol. 22, 323–331
46. Tacconi, L. 2003. Kebakaran Hutan di Indonesia: Penyebab, Biaya dan Implikasi Kebijakan. 63. Onrizal. 2005. Hutan Mangrove Selamatkan Masyarakat di Pesisir Utara Nias dari Tsunami.
CIFOR Occasional Paper No. 38(i) Warta Konservasi Lahan Basah 13 (2): 5-7
47. Greenomics Indonesia. 2006. Pembakaran Hutan dan Lahan: Kerugian Rp 227,19 M per Hari. 64. Onrizal. 2009b. Refleksi 4,5 Tahun Pasca Tsunami: Menyelamatkan Lingkungan, Menyelamatkan
Rabu, 30 Agustus 2006. Harian Seputar Indonesia Kehidupan Manusia. Ekspedisi Geografi Indonesia 2009 Sumatera Utara. Badan Koordinasi
48. Saharjo, B.H. 2004. Benarkah Penyiapan Lahan dengan Pembakaran Murah? Warta Konservasi Survei dan Pemetaan Nasional. Cibinong. Hal 90-92
Lahan Basah 12 (3): 6-7 65. WI-IP. (2005). Photos of Coastal Wetlands Of Aceh: Wetlands International - IP Rapid Assessment
49. Abta, A. 2004. Konsep Islam tentang Pelestarian Lingkungan. Dalam Muhammad, A.S., H. (29 Januari - 13 Februari 2005). [http://www. wetlands.or.id/tsunami/ tsu-photo.htm; diakses
Mumammad, R. Mabrur, A.S. Abbas, A. Firman, F.M. Mangunjaya, K.I.B. Pasha, & M. Andriana pada tanggal 06-04-2005]
(Editor): Fiqih Lingkungan (Fiqh al biah). Laporan Indonesia Forest and Media Campaign 66. Onrizal, C. Kusmana, & M. Mansor. 2009. The Effect of Tsunami in 2004 on Mangrove Forests,
(INFORM): Pertemuan Menggagas Fikih Lingkungan (Fiqh al-Bi’ah) oleh Ulama Pesantren di Nias Island, Indonesia. Wetland Science 7 (2): 130-134
Lido, Sukabumi, 9-12 Mei 2004. Hal. 75-85 67. Mazda Y., Magi, M., Kogo, M. and & P. N. Hong. 1997. Mangroves as A Coastal Protection from
50. Kahar, A. 2009. Khazanah Konservasi Hutan Kampung Deleng Payung. Bahan diskusi Forum Waves in The Tong King Delta, Viet Nam. Mangroves and Salt Marshes 1: 127-135
Dai Peduli Lingkungan. Stabat.

102 Ayat-ayat Konservasi Penutup 103


68. Dahdouh-Guebas, F., L.P. Jayatissa, D. Di Nitto, J.O. Bosire, D. Lo Seen, and & N. Koedam. 2005. 83. Wich, S.A., Utami-Atmoko, S.S., T. Mitra-Setia, H.D. Rijksen, C. Schurman, J.A.R.A.M. van
How Effective Were Mangroves as A Defence Against The Recent Tsunami? Current Biology Hoof, & C.P. van Schaik. 2004. Life History of Wild Sumatran Orangutans (Pongo abelii). Journal
15(12): 443-447 of Human Evolution 47: 385-398
69. MSSRF. 2005. Mangrove Can Protect Against Tsunamis. Appropriate Technology 32 (1): 16-17 84. Dellatore, D.F., C.D. Waitt, & I. Foitova. 2009. Two Cases of Mother–infant Cannibalism in
70. Danielsen, F., M.K. Sørensen, M.F. Olwig, V. Selvam, F. Farish, N.D. Burgess, T. Hiraishi, V.M. Orangutans. Primates DOI 10.1007/s10329-009-0142-5
Kanuragan, M.S. Rasmussen, L.B. Hansen, A. Quarto, and & N. Suryadiputra. 2005. The Asian 85. Singleton, I., & C. Van Schaik. 2001. Orangutan Home Range Size and Its Determinants in A
Tsunami: A Protective Role for Coastal Vegetation. Science; Oct 28, 2005; 310, 5748; ProQuest Sumatran Swamp Forest. International Journal of Primatology 22 (6): 877-911
Science Journals pg. 643 86. Soehartono, T., H.T. Wibisono, Sunarto, D. Martyr, H.D. Susilo, T. Maddox, & D. Priatna. 2007.
71. Dahdouh-Guebas, F. 2006. Mangrove Forests and Tsunami Protection. In Ecological Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) 2007 – 2017.
Communities, Forest Management, Mangrove, Tsunami. McGraw-Hill Encyclopedia of Science Departemen Kehutanan. Jakarta
& Technology. Pg. 187-191 87. Shepherd, C.R. & N. Magnus. 2004. Nowhere to Hide: The Trade in Sumatran Tiger. TRAFFIC
72. Cochard, R., S.L. Ranamukhaarachchi, G.P. Shivakoti, O.V. Shipin, P.J. Edwards, and & K.T. Southeast Asia
Seeland. 2008. The 2004 Tsunami In Aceh And Southern Thailand: A Review On Coastal 88. Sinaga, W.H. 2009. Pelestarian Gajah Sumatera, antara Harapan dengan Kenyataan. Laporan
Ecosystems, Wave Hazards And Vulnerability. Perspectives in Plant Ecology, Evolution and Utama KKI Warsi. Pp 16. [http://www.warsi.or.id/]
Systematics 10: 3–40 89. antarasumut. 2009. Menikmati Hutan Tangkahan Bersama Gajah. 9 Februari 2009. [http://
73. Taqwaddin. 2008. Adat Hutan Aceh. Makalah pada Semiloka Pengendalian dan Konservasi www.antarasumut.com/berita-sumut/ekonomi-dan-bisnis/wisata-berkeliling-hutan-dengan-
Lingkungan Menuju “A Green Aceh”, tanggal 4-5 November 2008, Hotel Hermes Palace, Aceh gajah-di-ekowisata-tangkahan/]
74. Herman, R.N. 2009. Adat Meublang, Mitos atau Kearifan. [http://sosbud.kompasiana. 90. Dugio, I., & H. Gunawan. Telaah Sejarah Kebijakan Pengelolaan Taman Nasional di Indonesia.
com/2009/12/21/adat-meublang-mitos-atau-kearifan/] Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan 6(1) : 43 - 56
75. Halomoan, I. 2009b. Kearifan Melindungi Tepi Sungai. Bahan Diskusi Forum Dai Peduli 91. Putro, H.R. 2006. Kemitraan dalam Pengelolaan Taman Nasional: Pelajaran untuk Transformasi
Lingkungan. Stabat Kebijakan. Departemen Konservasi Alam dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor
76. Halomoan, I. 2009c. Budaya Tanam Campuran pada Kebun Masyarakat Sekitar Hutan Leuser.
Bahan Diskusi Forum Dai Peduli Lingkungan. Stabat
77. Watanabe, H. 2009. Mini-review: Taungya Reforestation Method in Southeast Asia and
Traditional Yakihata-zorin (Kobasaku Or Kirikaebata) In Japan. Tropics 18 (3): 87-92
78. Kartasubrata, Y. 1979. Tumpangsari Method for Establishment of Teak Plantation in Java. Trop.
Agric. Res. Ser. 12: 114-152
79. IUCN. 2008. 2008 IUCN Red List of Threatened Species. IUCN
80. Onrizal. 2009c. Diambang Kepunahan: Sejuta Asa Menyelamatkan Kekayaan Dunia di Sumatera
Utara. Ekspedisi Geografi Indonesia 2009 Sumatera Utara. Badan Koordinasi Survei dan
Pemetaan Nasional. Cibinong. Hal 84-87
81. Ellis, S., I. Singleton, N. Andayani, K. Traylor-Holzer, & J. Supriyatna (Eds.). 2006. Sumatran
Orangutan Conservation Action Plan. Conservation International. Washington, DC & Jakarta
82. Yuwono, E.H., P. Susanto, C. Saleh, N. Andayani, D. Prasetyo, & S.S.U. Atmoko. 2007. Guidelines
for the Better Management Practices on Avoidances, Mitigation and Management of Human-
orangutan Conflict In And Around Oil Plam Plantations/Petunjuk Teknis Penanganan Konflik
Manusia-Orangutan di Dalam dan Sekitar Perkebunan Kelapa Sawit. WWF-Indonesia. Jakarta

104 Ayat-ayat Konservasi Penutup 105


Tentang Lembaga Penerbit dan Pendukung Visi:
• Berperan serta secara aktif dalam mewujudkan masyarakat yang peduli akan kelestarian lingkungan
hidup dan konservasi alam.
• Berkontribusi dalam menyusun konsep konservasi alam sebagai bagian integralistik dari dakwah
Yayasan Orangutan Sumatera Lestari - Islamiyah.
Orangutan Information Centre (OIC) • Berperan aktif dalam membantu mengembangkan dan/atau menghidupkan konsep konservasi alam yang
ada di masyarakat berbasis nilai-nilai adat dan agama Islam.
www.orangutancentre.org
Misi:
• Membangun jaringan dan komunikasi dengan perorangan, kelompok masyarakat, LSM serta badan
lainnya yang peduli terhadap pelestarian lingkungan hidup dan konservasi alam
YOSL-OIC merupakan lembaga swadaya masyarakat yang peduli terhadap upaya konservasi Orangutan
• Mencari, memfasilitasi, meneruskan, memantau dan memonitor adanya bantuan dari pemerintah (G) atau
Sumatera (Pongo abelii) dan hutan hujan tropis sebagai sumber keanekaragaman hayati yang dibutuhkan untuk
Non Pemerintah (NGO) dari luar negeri untuk upaya-upaya pemberdayaan masyarakat dalam pelestarian
kelangsungan kehidupan umat manusia. YOSL-OIC bekerjasama dengan masyarakat lokal di sekitar habitat
lingkungan hidup dan konservasi alam.
orangutan dengan melakukan beragam kegiatan seperti kunjungan sekolah, kunjungan desa, penghijauan,
• Membangkitkan, memberdayakan dan memelihara semangat serta dukungan sebagai bentuk partisipasi
restorasi hutan, pengembangan mata pencaharian alternatif seperti agroforestry dan berbagai macam program
masyarakat menuju terwujudnya umat Islam yang konstributif secara aktif pada praktik konservasi
pelatihan dan penyadartahuan bagi masyarakat di sekitar Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL).
alam.
YOSL-OIC bekerja untuk:
• Meningkatkan kesadaran publik dan strategi konservasi Orangutan sumatera melalui pendidikan dan
komunikasi global;
• Mendidik dan memberdayakan masyarakat setempat melalui kegiatan pendidikan dan penyadartahuan
di lingkungan masyarakat dan sekolah; The Mohamed bin Zayed Species
• Mempromosikan inisiatif pembangunan berkelanjutan melalui pelatihan dan peningkatan kapasitas di Conservation Fund
bidang konservasi dan penguatan ekonomi lokal yang berkelanjutan; www.mbzspeciesconservation.org
• Bekerjasama dengan berbagai pemangku kepentingan untuk mencapai tujuan konservasi sumber daya
alam di Indonesia.
The Mohamed bin Zayed Species Conservation Fund adalah lembaga yang didirikan untuk mengelola dana
hibah yang diperuntukkan bagi upaya inisiatif konservasi spesies yang terancam punah di dunia. Selain itu,
lembaga ini mendorong kepemimpinan dalam bidang pengelolaan konservasi spesies, dan mensosialisasikan
isu tentang pentingnya konservasi spesies secara lebih luas.
Visi
Menkomunikasikan isu spesies yang terancam punah dalam upaya konservasi spesies global yang terus
berkembang.
Forum Da’i Peduli Lingkungan (FORDALING) Misi
Menyampaikan pentingnya konservasi spesies yang terancam punah dengan cara:
www.fordaling.org
• Memberikan dukungan yang tepat untuk inisiatif berbasis masyarakat yang akan memberikan perubahan
nyata bagi kelangsungan kehidupan spesies yang terancam punah
• Mendukung berbagai inisiatif yang memiliki semangat, dedikasi dan pengetahuan kunci untuk
Forum Da’i Peduli Lingkungan (FORDALING) adalah lembaga yang menghimpun para aktifis dakwah menyelamatkan spesies
sebagai bagian dari masyarakat yang peduli terhadap masalah lingkungan dengan memanfaatkan segala • Membantu upaya konservasi spesies in-situ, yaitu di habitat alami mereka
potensi dan sumber daya untuk membangun dan mengembangkan ide serta pemikiran bagi upaya pelestarian • Meningkatkan kesadaran tentang konservasi spesies dan merangsang minat baru di kalangan masyarakat
lingkungan hidup dan konservasi alam berkelanjutan. Terwujudnya da’i dan ulama yang memiliki pemahaman luas terutama kaum muda dalam ilmu pengetahuan sumber daya alam
yang cukup dan komunikatif serta memandang permasalahan lingkungan sebagai bagian dari objek dakwah • Mendorong kontribusi lebih lanjut bagi upaya konservasi spesies dari berbagai pihak di seluruh dunia.
Islamiyah serta memberikan masukan bagi pemerintah dan masyarakat agar pelestarian lingkungan hidup dan
konservasi alam yang komprehensif dan simultan.

106 Ayat-ayat Konservasi Penutup 107


Tentang Penulis

Onrizal dilahirkan pada 25 Februari 1974 di Sungai Dareh,


sebuah nagari di Sumatera Barat yang berada di tepi Sungai
Batanghari. Wilayah nagari tersebut juga berbatasan langsung
dengan hutan alam tropis, sehingga kehidupan sungai dan
hutan telah menjadi bagian kehidupan sehari-hari penulis sejak
kecil.
Masa SD dan SMP di kampung, penulis punya pengalaman
langsung melihat Sungai Batanghari meluap dan menghayutkan
beberapa rumah penduduk selain banjir bandang membawa
kayu gelondongan yang besar-besar. Kejadian tersebut merupakan hal yang luar biasa mengingat
sebelumnya belum pernah terjadi. Setelah bertanya kepada orang-orang tua dan guru, mereka
menduga penyebabnya adalah pembalakan kayu oleh HPH yang bermula sejak awal tahun 1980-
an di daerah hulu Sungai Batanghari. Selain itu, kerusakan hutan akibat pembalakan tersebut juga
diduga mendorong terjadinya peristiwa ternak yang dimakan harimau termasuk penyerangan
penduduk oleh harimau di masa yang lain. Berbagai peristiwa tersebut memberi kesan kuat dan
pemikiran bagi penulis: bagaimana memanfaatkan sumberdaya alam tanpa melakukan kerusakan?
Setelah menamatkan SMA di ibu kota kabupaten Sawahlunto Sijunjung, Sumatera Barat, penulis
melanjutkan pendidikan pada Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian
Bogor (IPB) mulai tahun 1992. Pengalaman yang didapatkan di masa kecil menjadi pemicu utama
penulis untuk masuk Fakultas Kehutanan. Penulis menamatkan pendidikan sarjana tahun 1997
dan kemudian mengabdi sebagai asisten pada Laboratorium Ekologi Hutan, Fakultas Kehutanan
IPB sampai tahun 1999. Pada tahun yang sama, penulis bersama 11 alumni Fakultas Kehutanan IPB
hijrah ke Medan menjadi staf pertama pada Departemen Kehutanan Universitas Sumatera Utara
yang ketika itu bernama Program Ilmu Kehutanan.
Penulis menempuh pendidikan S2 dalam periode tahun 2002-2004 pada Program Studi Ilmu
Pengetahuan Kehutanan, Sekolah Pascasarjana IPB. Sejak tahun 2008, penulis melanjutkan pendidikan
S3 pada School of Biological Sciences, Universiti Sains Malaysia mendalami ekologi hutan tropis.
Penulis telah menerbitkan buku pengenalan mangrove di Papua yang telah 3 (tiga) kali cetak ulang,
23 artikel pada jurnal ilmiah nasional dan internasional, 20 makalah pada seminar/simposium
nasional dan internasional serta beberapa tulisan ilmiah populer pada media massa terkait ekologi
dan konservasi sumberdaya hutan. Selain aktif di kampus, penulis juga bekerjasama dengan
berbagai lembaga baik terkait penelitian maupun pengabdian masyarakat dalam upaya pengelolaan
sumberdaya alam yang lebih baik serta yang mensejahterakan masyarakat.

Hutan hujan tropis di Uru Gedang Desa Kaperas, Kab. Langkat. (Photo: bDoel eSTe)

108 Ayat-ayat Konservasi Penutup 109


View publication stats

Sungai Buluh, Tangkahan (Photo: Bdoel eSTe)

110 Ayat-ayat Konservasi Penutup 111

Anda mungkin juga menyukai