Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN PRAKTIKUM KINERJA PROSES ENERGI

SISTEM POMPA AIR


Ditujukan untuk memenuhi Praktikum mata kuliah Kinerja Sistem Energi

Dosen Pembimbing :
Tina Mulya Gantina, MT.

Disusun oleh :

Cipta Tri Satria Bakti 151734006


Dewi Mulyani 151734007
Ilham Nurrofik 151734014
Jannati Syifa 151734015
Rifqi Muhammad R. 151734025
Rizal Aqimul Haq 151734026

D-IV TEKNIK KONSERVASI ENERGI


JURUSAN TEKNIK KONVERSI ENERGI
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pompa merupakan salah satu jenis mesin fluida yang dapat memindahan
fluida melalui pipa dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam menjalankan
fungsinya pompa mengubah energi gerak poros untuk mengerakan sudu-sudu
menjadi gerak kemudian menghasilkan fluida bertekanan. Pompa bekerja sesuai
dengan kebutuhan, sehingga perlakuan pada pompa akan mempengaruhi
kinerjanya.
Bukaan katup menjadi parameter pemenuhan kebutuhan air dan proses
penghematan energi pada sistem pompa. Karena perubahan debit dengan
pengaturan bukaan katup air akan mempengaruhi putaran impeller yang
mengakibatkan perubahan tekanan pada impeller yang dipengaruhi oleh
perubahan debit air. Perubahan tekanan tersebut akan mempengaruhi efisiensi
pompa tersebut.
Berdasarkan hukum afinitas perubahan putaran impeller berprngaruh
terhadap Debit air, Daya Listrik dan Head pada sistem pompa. Sehingga pada
praktikum konservasi pada sistem pompa ini kita akan mengetahui kebenaran dari
hukum afinitas.

2. Tujuan
Setelah melakukan praktikum diharapkan dapat :
a. Mengetahui cara kerja pompa sebagai penggerak fluida cair
b. Mengetahui parameter yang berpengaruh pada pompa
c. Mengetahui dampak perubahan parameter terhadap kinerja pompa
d. Melakukan pengujian kinerja pompa pada kondisi exsisting (data kondisi
yang ada)
e. Melakukan langkah konservasi guna meningkatkan kinerja pompa dengan
menggunakan kapasitor
f. Mengetahui pengaruh pemberian kapasitor pada kinerja pompa
BAB II
DASAR TEORI

1. Pompa

Pompa adalah salah satu jenis mesin fluida yang berfungsi untuk

memindahkan zat cair dari suatu tempat ke tempat lain yang diinginkan. Pompa

beroperasi dengan membuat perbedaan tekanan antara bagian masuk (suction)

dengan bagian keluar (discharge). Pompa juga berfungsi mengubah tenaga mekanis

dari suatu sumber tenaga penggerak menjadi tenaga kinetis (kecepatan). Tenaga ini

berguna untuk mengalirkan cairan dan mengatasi hambatan yang ada di sepanjang

aliran. Pompa diklasifikasikan seperti gambar 2.1 berikut ini.

POMPA
RECIPROCATING
POMPA
PERPINDAHAN
POSITIF
POMPA
ROTARY

POMPA POMPA
PENGARUH
KHUSUS

POMPA POMPA AKSIAL


DINAMIK

POMPA
SENTRIFUGAL

Gambar 1.1 Klasifikasi Pompa


1.1 Pompa Perpindahan Positif (Positif Displacmnet Pump)

Pompa perpindahan positif bekerja dengan cara memberikan gaya tertentu

pada volume fluida tetap dari sisi inlet menuju ke sisi outlet pompa. Kelebihan dari

pengguanaan pompa jenis ini adalah dapat menghasilkan power density (gaya

persatuan berat) yang lebih berat dan memberikan perpindahan fluida yang tetap

atau stabil di setiap putarannya.

Pompa perpindahan positif memiliki tipe yang lebih bervariasi dari pada

pompa dinamik. Secara general pompa perpindahan positif dibagi menjadi dua

yaitu jenis pompa rotary dan jenis reciprocating.

1. Pompa Rotary
Pompa rotary ini memindahkan fluida kerja melalui mekanisme

rotary dengan jalan menimbulkan efek vakum sehingga dapat menghisap

fluida kerja dari sisi inlet, dan memindahkannya ke sisi outlet.

Terperangkapnya udara di dalam rotary, secara natural pompa ini akan

mengeluarkan udara tersebut. Jenis pompa rotary antara lain pompa roda

gigi, pompa screw dan pompa kipas.

Gambar 1.2 Pompa kipas, Pompa screw, Pompa roda gigi

2. Pompa Reciprocating
Pompa ini menggunakan piston yang bergerak maju mundur

sebagai komponen kerjanya, serta mengarahkan aliran fluida kerja ke


hanya satu arah dengan check valve. Pompa reciprocating ini memiliki

rongga kerja yang meluas pada saat menghisap fluida dan akan

mendorong dengan mempesempit rongga kerja tersebut. Check valve

digunakan untuk mengatur arah aliran fluida sehingga akan terjadi proses

pemompaan yang seimbang. Berikut ini adalah gambar dari pompa

reciprocating.

Gambar 1.3 Pompa reciprocating

1.2 Pompa Dinamik (Dynamic Pump)


Pompa dinamik terbagi menjadi beberapa macam yaitu pompa sentrifugal,

pompa aksial dan pompa spesial efek atau pompa pengaruh khusus. Pompa- pompa

ini beroperasi dengan menghasilkan kecepatan fluida tinggi dan mengkonversi

kecepatan menjadi tekanan melalui perubahan penampang aliran fluida. Jenis

pompa ini biasanya juga memiliki efisiensi yang lebih rendah dari pada tipe pompa

perpindahan positif, tetapi memiliki biaya yang rendah untuk perawatannya. Pompa

dinamik juga bisa beroperasi pada kecepatan yang tinggi dan debit aliran yang juga

tinggi. Berikut jenis-jenis pompa dinamik.

a. Pompa Sentrifugal
Sebuah pompa sentrifugal tersusun atas sebuah impeller dan saluran

inlet ditengah-tengahnya. Dengan desain ini maka pada saat impeller

berputar, fluida mengalir menuju casing disekitar impeller


sebagai akibat dari gaya sentrifugal. Casing ini berfungsi untuk

menurunkan kecepatan aliran fluida sementara kecepatan putar impeller

tetap tinggi. Kecepatan fluida dikonversikan menjadi tekanan oleh casing

sehingga fluida dapat menuju titik outlet nya.

Gambar 1.4 Pompa Sentrifugal

b. Pompa Aksial
Pompa aksial bisa juga disebut dengan pompa propeler. Pompa ini

menghasilkan sebagian besar tekanan dari propeller dan gaya lifting dari

sudu terhadap fluida. Pompa ini banyak digunakan pada sistem drainase

dan irigasi. Pompa aksial vertikal single stage lebih umum digunakan,

akan tetapi kadang pompa aksial two stage lebih ekonomomis

penerapannya. Pompa aksial horisontal digunakan untuk debit aliran

fluida yang besar dengan tekanan yang kecil dalam alirannya.


Gambar 1.5 Pompa Aksial

c. Spesial Effect Pump


Pompa ini sering digunakan untuk kebutuhan industri. Pompa yang

termasuk dalam spesial effect pump yaitu jet (eductor), gas Lift, hydraulic

ram dan elektromagnetic. Pompa jet digunakan untuk mengkonversi

energi tekanan dari fluida bergerak menjadi energi gerak sehingga

menciptakan area bertekanan rendah, dan dapat menghisap di sisi suction.

Gas lift pump adalah sebuah cara untuk mengangkat fluida di dalam

sebuah kolom dengan jalan menginjeksikan suatu gas tertentu yang

menyebabkan turunnya berat hidrostatik dari fluida tersebut sehingga

reservoir dapat mengangkatnya ke permukaan. Pompa elektromagnetic

adalah pompa yang menggerakan fluida logam dengan jalan

menggunakan gaya elektromagnetic.


1.3 Pompa Sentrifugal
Pompa sentrifugal merupakan pompa yang menggunakan impeller sebagai

penggerak utama. Impeller yang di pasang pada salah satu ujung poros dan pada

ujung yang lain dipasang kopling untuk meneruskan daya dari penggerak. Bentuk

impeller yang dipasang menyebabkan aliran fluida yang keluar dari pompa akan

membentuk aliran yang tegak lerus terhadap poros pompa. Pada pompa sentrifugal

terdapat mechanical seal yang digunakan untuk mencegah kebocoran fluida keluar

atau udara masuk ke dalam pompa.

1.3.1 Prinsip Kerja Pompa Sentrifugal

Prinsip kerja pompa ini adalah fluida memasuki nosel pada sisi masuk

menuju titik tengah impeller yang berputar. Ketika berputar, impeller akan memutar

cairan yang ada dan mendorongnya keluar antara dua siripnya, serta menciptakan

percepatan sentrifugal. Ketika cairan meninggalkan titik tengah impeller,

menciptakan daerah bertekanan rendah sehingga cairan dibelakangnya mengalir ke

arah sisi masuk. Karena sirip impeller berbentuk kurva, cairan akan terdorong

kearah tangensial dan radial oleh gaya sentrifugal terlihat.

Gaya ini terjadi di dalam pompa seperti halnya yang dialami air dalam

ember yang diputar diujung seutas tali. Intinya adalah bahwa energi yang diciptakan

oleh gaya sentrifugal adalah energi kinetik. Jumlah energi yang diberikan ke cairan

sebanding dengan kecepatan pada piringan luar impeller. Semakin cepat impeller

berputar maka semakin besar energi diberikan kepada cairan.

Energi kinetik cairan yang keluar dari impeller tertahan dengan

penciptaan terhadap aliran. Tahanan pertama diciptakan oleh rumah pompa

(volute) yang menangkap cairan dan memperlambatnya.


Pada nosel keluar, cairan makin diperlambat dan kecepatannya diubah

menjadi tekanan sesuai dengan prinsip bernoulli.

Gambar 1.6 Lintasan cairan di dalam pompa sentrifugal

1.3.2 Kelebihan Pompa Sentrifugal

Ada pun kelebihan pompa sentrifugal antara lain :

 Aliran yang halus (smooth) di dalam pompa.

 Tekanan yang seragam pada discharge pompa.

 Biaya rendah.

 Bisa mengatasi jumlah fluida yang besar.

 Dapat bekerja pada kecepatan yang tinggi sehingga pada aplikasi

selanjutnya dapat dikoneksikan langsung dengan turbin uap dan

motor elektrik.

1.3.3 Klasifikasi Pompa Sentrifugal

Pompa Sentrifugal dapat diklasifikasikan berdasarkan :

 Kapasitas

Kapasitas rendah : < 20 m3/jam


Kapasitas menengah : 20 – 60 m3/jam

Kapasitas tinggi : > 60 m3/jam

 Tekanan Discharge

Tekanan rendah : < 5 kg/cm2

Tekanan menengah : 5-50 kg/cm2

Tekanan tinggi : >50 kg/cm2

 Jumlah / Susunan Impeller dan Tingkat

Single stage : Terdiri dari satu impeller dan


satu casing.

Multi stage : Terdiri dari beberapa
impeller yang tersusun seri dalam satu
casing

Multi impeller : Terdiri dari beberapa


impeller yang tersusun paralel dalam
satu casing.

Multi impeller dan multi stage : Kombinasi


multi impeller dan
multi stage.

 Posisi Poros

Poros tegak

Poros mendatar

 Jumlah Suction

Single suction

Double suction

 Arah Aliran Keluar impeller

Radial flow

Axial flow

Mixed flow
1.3.4 Bagian-bagian Utama Pompa Sentrifugal

Secara umum bagian-bagian utama pompa sentrifugal yang tersaji pada

Gambar di bwah ini.

Gambar 1.7 Bagian utama pompa sentrifugal

Keterangan :

A. Stuffing Box

Stuffing Box berfungsi untuk mencegah kebocoran pada daerah dimana poros

pompa menebus casing.

B. Packing

Digunakan untuh mencegah dan mengurangi kebocoran cairan dari casing

pompa melalui poros. Biasanya terbuat dari asbes dan teflon.

C. Shaft (poros)

Poros berfungsi untuk meneruskan momen puntir dari penggerak selama

beroprasi dan tempat kedudukan impeller dan bagian-bagian berputar lainnya.


D. Shaft sleeve

Shaft sleeve berfungsi untuk melindungi poros dari erosi, korosi dan keausan

pada stuffing box. Pada pompa multi stage dapat sebagai leakage joint, internal

bearing, dan interstage atau distance sleever.

E. Vane

Sudu dari impeller sebagai tempat berlalunya cairan pada impeller.

F. Casing

Merupakan bagian paling luar dari pompa yang berfungsi sebagai pelindung

elemen yang berputar, tempat kedudukan diffusor (guide vane),inlet dan outlet

nozel serta tempat memberikan arah aliran dari impeller dan mengkonversikan

energi kecepatan cairan menjadi energi dinamis (single stage).

G. Eye of Impeller

Bagian sisi masuk pada arah isap impeller.

H. Impeller

Impeller berfungsi untuk mengubah energi mekanis dari pompa menjadi

energi kecepatan pada cairan yang dipompakan secara berkelanjutan,

sehingga cairan pada sisi isap secara terus menerus akan masuk mengisi

kekosonga akibat perpindahan dari cairan yang masuk sebelumnya.

I. Casing Wearing Ring

Wearing ring berfungsi untuk memperkecil kebocoran cairan yang melewati

bagian depan impeler maupun bagian belakang impeler, dengan cara

memperkecil celah antara casing dan impeler.


J. Discharge Nozzle

Sisi keluar pada arah discharge.

1.3.5 Pompa Setrifugal Single Stage

Pompa ini mempunyai satu impeller seperti yang diperlihatkan dalam

gambar di bawah ini. Head total yang ditimbulkan hanya berasal dari satu

impeller relatif rendah. Terdapat 2 jenis poros yaitu poros horisontal dan poros

vertical.

Gambar 1.8 Vertical Centrifugal Pump

Keterangan:

A = electric motor G = ceramic bushing

B = drive coupling H = impeller

C = lantern I = delivery duct

D = radial bearing L = intake duct

E = outer column M = bushing

F = shaft sleeve
1.3.6 Pompa Sentrifugal Multi Stage

Pompa ini menggunakan beberapa impeller yang dipasang secara berderet

(seri) pada satu poros. Prinsip kerja dari pompa multistage yaitu air terhisap oleh

impeller. Air yang masuk impeller ikut berputar dan terdorong oleh sudu-sudu

impeller dan membentuk gaya sentrifugal. Gaya sentrifugal tersebut membuat air

menjauhi lingkaran dan menuju difuser dengan kecepatan tinggi. Pada difuser

energi kecepatan berubah menjadi energi tekanan. Air yang meninggalkan titik

tengah impeller menimbulkan kevakuman pada tengah impeller sehingga dapat

menghisap air. Prinsip kerja pada impeller kedua sama dengan imppeler pertama.

Pada impeller terakir atau impeller ke enam air keluar pada sisi discharge. Head

total pompa ini merupakan jumlah dari head yang dihasilkan oleh masing-masing

impeller sehingga lebih tinggi dari pompa single stage. Pemasangan diffuser pada

rumah pompa banyak tingkat lebih menguntungkan daripada dengan rumah volut,

karena aliran dari satu tingkat ketingkat berikutnya lebih mudah dilakukan.

Gambar 1.9 Pompa Sentrifugal Multi Stage Poros Horisontal


1.4 Ganguan-Gangguan Pada Pompa

Gangguan pada pompa dapat menyebabkan menurunnya kinerja pompa tersebut

untuk mengumpan air. Gangguan pada pompa juga dapat memperpendek umur pompa

tersebut. Gangguan-ganggguan tersebut disebabkan beberapa faktor salah satunya yaitu

kurangnya perawatan pompa yang dilakukan. Adapun gangguan yang sering terjadi

pada pompa sebagai berikut :

 Pompa sulit dipancing


 Pompa tidak bisa berputar setelah tombol ditekan

 Pompa berputar tetapi air tidak mau keluar


 Motor mengalami pembebanan lebih
 Bunyi dan getaran terlalu berlebih
 Temperatur bantalan melebihi batas
 Kebocoran dan pemanasan kotak packing
 Terjadi kavitasi
 Impeller macet atau tidak berputar normal

 Terbentuknya kerak pada bagin dalam pompa

1.5 Pompa di Industri

Beberapa pompa yang akan dibahas selanjutnya menjadi sedikit contoh dari jutaan
aplikasi pompa di dunia industri. Kemungkinan sebagian besar belum pernah mengetahui
sebelumnya, karena pompa-pompa berikut adalah pompa dengan desain khusus yang
dipergunakan di kondisi sistem yang khusus pula. Berikut adalah pompa-pompa tersebut:

1.5.1 Electric Submersible Pump (ESP): Pompa Pengeboran Minyak Bumi

Electric Submersible Pump (ESP) adalah sejenis pompa sentrifugal berpenggerak


motor listrik yang didesain untuk mampu ditenggelamkan di dalam sumber fluida kerja.
Tujuannya adalah untuk dapat menghindari terjadinya kavitasi pada pompa. Pompa
dengan desain khusus ini digunakan pada kondisi-kondisi
yang khusus pula. Seperti untuk mengangkat airdari sumber / mata air yang berada di
dalam tanah, mengangkat fluida berwujud sludge (lumpur), dan juga mengangkat
minyak mentah pada proses pengeboran minyak bumi.

ESP digunakan pada proses pengangkatan minyak bumi dari perut bumi, dan
termasuk teknologi yang paling canggih dan efisien hingga saat ini. Namun disisi lain
teknologi ini juga tidaklah murah. Karena selain desain konstruksi pompa dan motor
listrik yang khusus,diperlukan juga teknologi kabel listrik yang harus tahan korosi, serta
tahan terhadap tekanan dan temperatur tinggi.
Pompa ini berjenis sentrifugal multistage dengan jumlah stage yang disesuaikan
dengan kondisi lapangan. Setiap stage terdiri atas impeller dan difuser yang berfungsi
untuk meningkatkan tekanan fluida serta mengalirkannya langsung ke stage
selanjutnya. Diameter pompa umumnya berukuran 90-254mm, dengan ukuran
panjangnya yang bervariasi di 1mhingga 8,7m. Motor listrik yang digunakan adalah
berfasa tiga dengan kebutuhan daya antara 7,5kW hingga 560kW pada frekuensi 60Hz.
Electric Submersible Pump ini membutuhkan daya sebesar 3-5kV dari listrik AC
untuk dapat mengoperasikan motor listrik yang khusus. Motor tersebut harus bertahan
pada tekanan lingkungan kerja 34MPa serta suhu 149oC. Pompa ini memompa minyak
bumi dari kedalaman 3,7km dengan kemampuan produksi hingga 2500m3 per hari.
Energi yang dibutuhkan pompa ini adalah sebesar 1000 tenaga kuda atau sekitar 750kW.
Efisiensi pompa ini akan turundrastis apabila fluida kerja yang dipompa (minyak bumi)
bercampur dengan gas alam, karena akan menimbulkan kavitasi. Untuk mengatasi hal
ini diperlukan instalasi separator gas pada sistem pompa.

1.5.2 Boiler Feed Water Pump: Pompa Siklus Rankine

Boiler Feed Water Pump (BFWP) merupakan salah satu aplikasi penggunaan
pompa sentrifugal berukuran besar pada industri pembangkit listrik tenaga uap. Pompa
ini berfungsi untuk mengontrol dan mensupply air pada jumlah tertentu yang berasal
dari tanki air (Feed Water Tank) menuju boiler dengan spesifikasi tekanan tertentu. Air
tersebut sebelum masuk ke boiler biasanya mengalami pemanasan awal (pre-heating).
Sehingga air yang dipompa oleh BFWP juga memiliki temperatur tertentu yang cukup
panas.
Satu unit BFWP pada PLTU terdiri atas dua pompa dan satu penggerak.
Penggerak yang digunakan bisa berupa motor listrik atau juga turbin uap berukuran
kecil. Turbin kecil tersebut mendapatkan supply uap air yang mengambil dari turbin
uap utama pada stagetertentu (biasa disebut Extraction Steam).

Dua pompa dari BFWP adalah satu booster pump dan satu main pump / pompa
utama. Keduanya menggunakan penggerak tunggal (turbin uap atau motor), yang
sumbunya di- couple dengan atau tanpa sistem transmisi tergantung desainnya.

Air yang ditransfer BFWP menuju ke boiler berasal dari Feed Water Tank (FWT)
yang terletak pada ketinggian tertentu. Ketinggian dari FWT ini menjadi Positive
Suction Head untuk BFWP. Air masuk dari FWT menuju inlet booster pump, dan
keluar dengan kenaikan tekanantertentu yang lebih tinggi, tekanan tersebut menjadi
Positive Suction Head untuk mainpump. Selanjutnya air masuk ke main pump dan
mengalami kenaikan tekanan yang lebihbesar untuk selanjutnya disupply menuju
boiler.

Booster pump memiliki spesifikasi pompa sentrifugal, single flow dan hanya satu stage
pompa. Menggunakan mechanical seal serta thrust dan journal bearing untuk menahan
gaya-gaya yang terjadi. Sedangkan main pump berspesifikasi pompa sentrifugal, multi-
stage, dan single flow. Juga menggunakan mechanical seal serta thrust dan journal
bearing. Dan untuk menahan gaya aksial yang besar, digunakan balance drum yang
mengambil sebagian kecil air dari sisi outlet pompa untuk dimasukkan ke bagian inlet
untuk melawan gaya aksial yang timbul.

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya di atas bahwa BFWP mensupply air
menuju boiler dalam jumlah tertentu, yang pada prakteknya jumlah air yang dibutuhkan
oleh boilerini berubah-ubah. Perubahannya berdasarkan jumlah uap air produk boiler
yang dibutuhkan untuk proses selanjutnya. Semisal pada PLTU, pada saat beban listrik
tinggi maka kebutuhan uap air yang masuk ke dalam turbin uap juga tinggi otomatis
jumlah air yang dibutuhkan untuk masuk ke boiler juga tinggi, sehingga BFWP akan
mensupply air dalam jumlah sesuai kebutuhan. Demikian pula sebaliknya pada saat
beban listrik rendah.

Ilustrasi di atas menggambarkan bahwa ternyata BFWP memompa air ke boiler


dengan jumlah/debit yang bervariasi. Hal ini dengan jalan mengubah - ubah kecepatan
putaran pompa nya. Jika pompa menggunakan penggerak turbin uap, maka kecepatan
putar nyaakan diatur oleh bukaan control valve uap air penggerak turbin tersebut. Jika
bukaannya besar maka uap air yang masuk akan semakin banyak dan putaran turbin
sekaligus putaran pompa akan lebih besar. Sedangkan jika menggunakan penggerak
motor listrik, maka yang mengatur besar debit air adalah fluid coupling yang terpasang
di antara motor dengan main pump. Fluid coupling ini mengatur kecepatan putar pompa
sesuai dengan kebutuhan debit air

yang dibutuhkan. Sedangkan putaran motor listrik sebagai penggerak utamanya adalah
tetap atau konstan.

1.5.3 Pompa Ekstraksi Kondensat (Condensate Extraction Pump)

Pompa Ekstraksi Kondensat lebih dikenal dalam bahasa inggris dengan nama
Condensate Extraction Pump (CEP). Pompa ini menjadi salah satu pompa yang
keberadaannya sangat penting di siklus water-steam pembangkit listrik tenaga uap.
CEP secara sederhana berfungsi untuk mensupply air kondensat yang berasal dari
kondensor menuju ke proses selanjutnya, yaitu deaerator dan feed water tank. Uap air
yang selanjutnya berubah fasemenjadi air didalam kondensor memiliki besar tekanan
nol atau vakum. Untuk itulah dibutuhkan CEP untuk menaikkan head air sehingga dapat
tersupply ke deaerator yang letaknya di ketinggian tertentu.

Pompa Ekstraksi Kondensat berjenis pompa sentrifugal dengan sumbu / shaft


vertikal dan multistage. Digunakannya pompa sentrifugal karena cocok dengan
kebutuhannya pada kondis iyang bertekanan dan volume tinggi, serta hanya dibutuhkan
suction head yang minimum untuk beroperasi. Semisal saya ambil contoh pompa
vertikal, sentrifugal, tiga stage seperti pada gambar di bawah ini. Setiap stage memiliki
impeler tersendiri, jadi total ada tiga impeler. Air kondensat yang keluar dari kondensor,
memiliki temperatur hangat (sekitar 40-50 derajat celcius) dengan tekanan vakum.
Kondensat tersebut masuk kepompa menuju stage pertama dan dinaikan tekanannya.
Selanjutnya masuk ke stage dua dan tiga dan tepat di titik outlet dari stage terakhir
tekanan masih hampir mendekati tekanan yang diinginkan. Selanjutnya kondensat
keluar dari pompa tersebut melewati difuser, yang secara desain akan mendorong
air menuju volute casing dan menaikkan tekanan kondensat sesuai dengan yang
diinginkan.

Pompa ekstraksi kondensat amat rentan mengalami kavitasi. Hal ini disebabkan
karena airinletnya memiliki tekanan yang vakum dan temperatur yang masih hangat,
dan berpotensiterbentuknya gelembunguap air pada CEP. Kavitasi adalah sebuah
fenomema terbentuknya gelembung-gelembung uap air pada pompa yang dapat
menimbulkan suara bising pada pompadan bahkan dapat menghasilkan tekanan nol
pada outlet pompa. Untuk menghindari kavitasi pada CEP, maka level ketinggian air
kondensat di dalam kondensor dijaga pada level tertentu.Ketinggian kondensat di dalam
kondensor menjadi positive suction head dari CEP.Untuk itu level ketinggian dari
kondensat tersebut menjadi salah satu input proteksi untuk pompa CEP. Apabila level
kondensat turun pada nilai tertentu, pompa CEP yang sedang bekerja akan "dihentikan"
oleh system otomasinya untuk menghindari kerusakan yang lebih parah akibat
terjadinya kavitasi.
1.6 Pemanfaatan Pompa Sentrifugal

Pada bidang pertanian, pompa sentrifugal lebih cocok digunakan untuk memindahkan air
dari sumur atau sungai untuk ditampung dalam kolam penampungan atau langsung dialirkan
ke sawah yang memerlukan volume dan debit yang tinggi tetapi tidak pada waktu yang
panjang. Sebagai penggeraknya dapat menggunakan elektromotor maupun mesin diesel. Mesin
diesel yang digunakan biasanya untuk ukuran pompa 2” kapasitas mesin 8,5 Hp, ukuran pompa
3” kapasitas mesinnya 12 Hp, dan untuk ukuran pompa 4” atau 6” menggunakan mesin
kapasitas 20 – 24 Hp.

Diameter hisap & buang : 3” Diameter hisap & buang : 6”

Putaran : 1850/ 2200/ 2450 Putaran : 1450/ 1750/ 1950


Rpm Rpm

Tenaga Mesin : 10 Hp Tenaga Mesin : 24 Hp

Kapasitas : 280/ 425/ 610 Kapasitas : 1340/ 1475/ 1690


liter/min liter/min

Total head : 18/ 23/ 29 M Total head : 16/ 22/ 27 M


1.6.1 Penggunaan Variable Speed Drive (VSD) pada pompa sentrifugal
Penggunaan motor induksi untuk pompa sentrifugal dan kipas (fan) bisa
menjadi contoh aplikasi motor listrik yang tidak efisien. Penggunaan motor induksi ini
membutuhkan energi listrik yang cukup besar. Jika tanpa upaya penghematan,
penggunaan motor – motor ini akan menyebabkan pemborosan energi.
Selain itu pemasangan motor – motor listrik saat ini masih menggunakan cara
konvensional. Penggunaan kontaktor dapat menimbulkan lonjakan arus asutan
(starting) motor saat pertama kali dihidupkan. Lonjakan arus starting yang cukup besar
ini juga mempengaruhi pemborosan konsumsi energi listrik.
Dalam situasi dimana kebutuhan energi listrik terus meningkat, persediaan
sumber dayanya semakin menipis, dan biaya penggunaan energi yang terus naik. Salah
satu upaya penghematan konsumsi energi listrik adalah dengan memodifikasi teknik
pengendaliannya. Variable Speed Drive (VSD) dapat mengendalikan arus starting
dengan prinsip pengendalian kecepatan putar motor melalui perubahan frekuensi
inputnya sehingga dapat dilakukan upaya penghematan energi yang cukup besar.
Sistem pemompaan bertanggung jawab terhadap hampir 20% kebutuhan
energi listrik dunia dan penggunaan energi dalam operasi pabrik industri tertentu
berkisar 25 – 50% (US DOE, 2004). Pompa memiliki dua kegunaan utama :
1. Memindahkan cairan dari satu tempat ke tempat lainnya (misalnya air dari
sumber bawah tanah ke tangki penyimpan air)
2. Mensirkulasikan cairan sekitar sistem (misalnya air pendingin atau
pelumas yang melewati mesin-mesin dan peralatan)

1.7 Karakteristik Sistem Pemompaan

1. Tahanan sistem : Head

Tekanan diperlukan untuk memompa cairan melewati sistem pada laju


tertentu. Tekanan ini harus cukup tinggi untuk mengatasi tahanan sistem, yang juga
disebut “head”. Head total merupakan jumlah dari head statik dan head gesekan
(friksi).

2. Head statik
Head statik merupakan perbedaan tinggi antara sumber dan tujuan dari
cairan yang dipompakan. Head statik merupakan aliran yang independen dan dapat
dihitung dengan persamaan berikut:
Head Static = Head Discharge (Hd) – Head Suction (Hs)

Head statik terdiri dari:


a. Head hisapan statis (Hsuction) : dihasilkan dari pengangkatan cairan relatif
terhadap garis pusat pompa. Hs nilainya positif jika ketinggian cairan diatas
garis pusat pompa, dan negatif jika ketinggian cairan berada dibawah garis
pusat pompa (juga disebut “pengangkat hisapan”)

b. Head pembuangan statis (Hdischarge) : jarak vertikal antara garis pusat


pompa dan permukaan cairan dalam tangki tujuan.

Gambar Head statik

3. Head gesekan atau friksi (Hf)

Head gesekan merupakan kehilangan yang diperlukan untuk mengatasi


tahanan untuk mengalir dalam pipa dan sambungan – sambungan. Head ini
tergantung pada ukuran, kondisi dan jenis pipa, jumlah dan jenis sambungan, debit
aliran, dan sifat dari cairan. Head gesekan (friksi) ini sebanding dengan kuadrat
debit aliran seperti diperlihatkan dalam gambar 2.8. Loop tertutup sistem sirkulasi
hanya menampilkan head gesekan atau friksi (bukan head statik)
Gambar Head gesekan (friksi) versus aliran
Dalam hampir kebanyakan kasus, head total sistem merupakan gabungan antara
head statik dan head gesekan seperti diperlihatkan dalam gambar berikut.

Gambar Sistem dengan head statik rendah

4. Kurva kinerja pompa

Head dan debit aliran menentukan kinerja sebuah pompa sebagai kurva
kinerja atau kurva karakteristik pompa. Pada pompa sentrifugal, head secara
perlahan turun dengan meningkatnya aliran. Dengan meningkatnya tahanan sistem,
head juga akan naik. Hal ini pada gilirannya akan menyebabkan debit aliran
berkurang dan akhirnya mencapai nol. Debit aliran nol hanya dapat diterima untuk
jangka pendek tanpa menyebabkan pompa terbakar.

Gambar Kurva Kinerja Pompa


5. Titik operasi pompa

Debit aliran pada head tertentu disebut titik tugas. Kurva kinerja pompa
terbuat dari banyak titik-titik tugas. Titik operasi pompa ditentukan oleh
perpotongan kurva sistem dengan kurva pompa sebagaimana ditunjukkan dalam
gambar berikut.

Gambar Titik operasi pompa (US DOE, 2001)

6. Kinerja hisapan pompa


Kavitasi adalah pembentukan gelembung dibagian dalam pompa. Hal ini
dapat terjadi karena tekanan statik fluida setempat turun menjadi lebih rendah dari
tekanan uap cairan (pada suhu sebenarnya). Kemungkinan penyebabnya adalah jika
fluida semakin cepat dalam kran pengendali atau disekitar impeller pompa.

Penguapan itu sendiri tidak menyebabkan kerusakan. Walau demikian, bila


kecepatan berkurang dan tekanan bertambah, uap akan menguap dan jatuh. Hal ini
memiliki tiga pengaruh yang tidak dikehendaki:

a. Erosi permukaan impeller, terutama jika memompa cairan berbasis air.


b. Meningkatnya kebisingan dan getaran, mengakibatkan umur seal dan
bearing menjadi lebih pendek.
c. Menyumbat sebagian lintasan impeller, yang menurunkan kinerja pompa
dan dalam kasus yang ekstrim dapat menyebabkan kehilangan head total.
Head Hisapan Positif Netto Tersedia atau Net Positive Suction Head
Available (NPSHA) menandakan jumlah hisapan pompa yang melebihi tekanan uap
cairan, dan merupakan karakteristik rancangan sistem. NPSH yang diperlukan
(NPSHR) adalah hisapan pompa yang diperlukan untuk menghindari kavitasi, dan
merupakan karakteristik rancangan pompa.

7. Kapasitas pompa
Kapasitas pada sebuah pompa adalah kemampuan pompa untuk
mengalirkan atau memindahkan sejumlah cairan ataupun fluida dalam satuan
kapasitas.

8. Peluang Efisiensi Energi

Bagian ini menjelaskan peluang – peluang perbaikan yang dapat dilakukan


pada pompa dan sistem pemompaan. Peluang – peluang untuk penghematan energi
pada motor pompa meliputi:
1. Pemilihan pompa yang benar
2. Pompa dalam susunan paralel untuk memenuhi permintaan yang beragam
3. Kendali start/stop pompa
4. Mengendalikan debit aliran dengan variasi kecepatan

9. Menggunakan Variable Speed Drive (VSD)


Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa pengendalian
kecepatan putaran pompa merupakan cara yang paling efisien dalam
mengendalikan aliran, sebab jika kecepatan pompa berkurang maka
pemakaian daya juga berkurang. Metoda yang biasanya banyak digunakan untuk
menurunkan kecepatan pompa adalah dengan menggunakan penggerak kecepatan
yang bervariasi atau biasa disebut dengan Variable Speed Drive (VSD). Secara
sederhana untuk drive AC, Variable Speed Drive akan mengubah AC ke DC yang
kemudian diatur dengan suatu teknik penyaklaran “switching” mengubah DC
menjadi tegangan dan frekuensi keluaran AC yang bervariasi. Frekuensi keluaran
yang dihasilkan VSD ini yang akan diatur untuk mengubah kecepatan putar
motornya.
VSD memperbolehkan pengaturan kecepatan putar moto - pompa berada
diatas kisaran yang kontinyu, menghindarkan kebutuhan untuk melompat dari satu
kecepatan ke kecepatan lainnya sebagaimana yang terjadi pada pompa yang
memiliki kecepatan berlipat. Pengaturan kecepatan pompa dengan menggunakan
pengendali VSD menggunakan dua jenis sistem:
1. VSD mekanis meliputi sarang hidrolik, kopling fluida, dan belts dan pully
yang dapat diatur – atur.
2. VSD listrik meliputi sarang arus eddy, pengendali motor dengan rotor yang
melingkar, pengendali frekuensi yang bervariasi atau biasa disebut
dengan Variable Frequency Drives (VFDs).
VSD adalah pengendali yang paling populer dalam pengaturan
frekuensi listrik dari sumber daya yang dipasok ke motor untuk pengubahan
kecepatan putaran motor. Untuk beberapa sistem, VSD menawarkan sesuatu
yang berharga untuk memperbaiki efisiensi pompa pada kondisi operasi yang
berbeda-beda. Pengaruh pelambatan kecepatan pompa pada operasi pompa
digambarkan dalam Gambar dibawah.
Ketika VSD menurunkan RPM pompa, kurva head – aliran dan daya
bergerak turun ke arah kiri, dan kurva efisiensi juga bergeser ke sebelah kiri.
Keuntungan utama penggunaan VSD disamping penghematan energi adalah
(US DOE, 2004):
1. Memperbaiki kehandalan sistem sebab pemakaian pompa, bantalan
dan sil jadi berkurang.
2. Penurunan modal dan biaya perawatan dikarenakan kran pengendali,
jalur by-pass, dan starter konvensional tidak diperlukan lagi.
Kemampuan soft starter, VSD membolehkan motor memiliki arus
starting yang lebih rendah.
Gambar Pengaruh dari VSD (US DOE, 2004)
Pada kondisi beban penuh motor berputar pada kecepatan Nn. Pada saat
beban mekanik meningkat, kecepatan motor menurun sampai torsi maksimum
sama dengan torsi beban. Bila torsi beban melebihi Tm, maka motor akan berhenti.
Gambar berikut menggambarkan hubungan antara kecepatan dengan torsi.

Gambar Kurva kecepatan terhadap torsi

Bila motor digunakan seperti pada kurva karakteritik, maka pemasangan


Variable Speed Drive (VSD) akan menghasilkan penurunan daya yang sebanding
dengan penurunan kecepatan putar motor.
Sistem pengendalian kecepatan putar dengan VSD pada aplikasi motor –
pompa didesain untuk pengaturan pengasutan. Dengan kondisi pengasutan tetap
menggunakan metode star – delta, diupayakan pengendalian untuk menurunkan
arus starting guna tercapainya penghematan daya.

Variable Speed Drive (VSD) dirancang untuk mengoperasikan motor


induksi standar dan oleh karena itu dapat dengan mudah dipasang pada
sistim yang ada. VSD kadang dijual secara terpisah sebab motor sudah
beroperasi ditempat, tetapi dapat juga dibeli bersamaan dengan motornya.
Bila beban bervariasi, VSD atau motor dengan dua kecepatan kadangkala
dapat menurunkan pemakaian energi listrik pada pompa sentrifugal dan fan
sebesar 50% atau lebih.

VSD dapat mengontrol arus starting seperti layaknya softstarter yang dapat
mengendalikan lonjakan arus yang terjadi pada saat pengasutan dengan
memperlembut arus startingnya . Disamping itu, VSD juga memungkinkan arus
starting yang lebih kecil daripada menggunakan metode DOL, star – delta dan lain
– lain. Sehingga dapat meningkatkan efisiensi motor dan melakukan penghematan
energi.

VSD dalam hal ini digunakan sebagai softstarter, sehingga penggunaannya


dilakukan untuk menghaluskan lonjakan arus pada saat starting bukan untuk
penstabil tekanan (pressure). Sehingga sistem motor – pompa masih menggunakan
sistem star – delta yang akan start – stop sesuai dengan pressurenya. Dari hasil
pengujian dengan memvariasikan timing acceleration pada VSD maka didapat data
sebagai berikut:
Dari data diatas diketahui bahwa semakin lama akselerasi VSD maka frekuensi
start – stop pompa semakin sedikit dan mengonsumsi energi semakin banyak.
Sedangkan untuk arus starting maks relatif tetap. Dari diatas maka dipilih pengaturan
akselerasi 10 second, karena frekuensi start – stop pompa tidak terlalu banyak guna
menjaga keawetan VSD dan konsumsi energi relatif masih rendah.

1.8 Aplikasi Variable Speed Drive (VSD) di PDAM Tirta Patriot di Bekasi
Salah satu persoalan besar yang dihadapi oleh kebanyakan PDAM
adalah biaya energi listrik yang sangat begitu besar, dengan kondisi itu tentulah
sangat besar pengeluaran biaya untuk pembayaran energi listrik tiap bulannya,
dengan kondisi ini tentunya berat untuk PDAM mendapatkan keuntungan dan
hal ini berdampak pada stabilitas operasional.
Energi efisiensi adalah tindakan mengurangi jumlah penggunaan energi,
yang dapat dicapai dengan penggunaan secara efisien dimana manfaat yang sama
diperoleh dengan menggunakan energi lebih sedikit, ataupun dengan mengurangi
konsumsi dan kegiatan yang menggunakan energi baik dengan menggunakan alat
tertentu maupun dengan membatasi jumlah peralatan yang menggunakan sumber
daya energi karena dengan penghematan energi yang dipakai dapat mempengaruhi
pada berkurangnya biaya operasional energi tersebut, ada beberapa alternatif cara
untuk efisiensi listrik khususnya di lingkungan kerja PDAM, yaitu:
 Dengan menggunakan kapasitor bank, umumnya beban pada
jaringan listrik adalah beban induktif, sehingga beban listrik
kebanyakan adalah beban inductive. Untuk menghilangkan /
mengurangi komponen daya inductive ini diperlukan kapasitor bank.
 Memperbaiki atau mengoptimalisasikan efisiensi motor dan pompa
yang sudah menurun dengan cara perbaikan keseluruhan komponen
dari pompa agar kondisi pompa tetap prima.
 Dengan menggunakan alat Variable Speed Drive yang dapat
mengatur variasi putaran motor pompa secara variable, sehingga
pemakaian energi listrik berdasarkan sesuai kebutuhan.
PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi adalah perusahaan milik pemerintah Kota
Bekasi, sebagai perusahaan milik pemerintah daerah, PDAM Tirta Patriot harus bisa
memberikan kontribusi PAD (Pendapatan Asli Daerah) yang baik bagi Pemerintah
Kota Bekasi, sesuai dengan UU No. 5 tahun 1962 yang menyebutkan bahwa
Perusahaan Daerah dibentuk dengan tujuan untuk memberikan pelayanan umum dan
sekaligus memupuk laba.
Melihat kondisi ini munculah gagasan pada tahun 2012 untuk melakukan
sebuah inovasi yaitu memasang sistem daya listrik untuk pompa pompa, baik itu
pompa pengolahan ataupun pompa pendistribusian serta alat alat penunjang
pengolahan air lainnya dengan tujuan menekan biaya operasional pemakaian listrik
dengan menggunakan alat Variable Speed Drive (VSD), dengan analisis sebelumnya
bahwa Variable Speed Drive mampu menekan biaya operasional yaitu biaya listrik
tanpa harus mengurangi kualitas dan mutu pelayanan yang selalu diberikan oleh
PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi, dengan berpedoman kepada keunggulan serta
keuntungan yang didapat dari alat Variable Speed Drive, yang diantaranya
adalah:
 Mempunyai sistem starting yang halus dan arus start lebih kecil
dari arus nominal motor dibanding dengan sistem start delta atau
sistem direct on line…………………………………
 Akselerasi dapat dikontrol dan dimonitor secara digital
 Kecepatan putaran dapat di set kapan saja atau di set untuk
dikendalikan oleh pressure digital melalui program logic control
sehingga pengoperasian dilakukan secara otomatis
 Hemat energi, karena energi yang diperoleh dari konsumsi
listrikdipakai seperlunya (hemat energi listrik hingga 30%)
 Memperpanjang umur pengoperasian pompa, karena putaran
pompa bervariasi sesuai dengan kebutuhan pemakaian
 Mencegah terjadinya Water Hammer (kecepatan aliran air di
dalam saluran pipa dikurangi atau dihentikan sama sekali,maka
akan menimbulkan kenaikan tekanan di dalam pipa tersebut.
Tekanan ini terjadi karena adanya kejutan aliran akibat
perubahan energi kinetis air yang mengalir menjadi energi
regangan yang akan bisa mengakibatkan kerusakan pada pipa
maupun pompa) sehingga tidak banyak terjadi kebocoran pipa
akibat water hammer tersebut.
 Mempertahankan tekanan air di jaringan distribusi walaupun
pada saat jam puncak, sehingga aliran air terjaga secara kontinyu
 Tidak memerlukan system water tower dan hydrophore ukuran
besar sebagai anti water hammer.
 Pengaliran air kepada pelanggan mengalir secara kontinyu,
sehingga pendistribusian air kepada pelanggan tetap
maksimal……………………………………………………………..

PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi mewujudkan pemasangan alat Variable


Speed Drive pada tahun 2012 dengan harapan dapat melakukan penghematan biaya
operasional listrik pada saat ini hingga masa masa yang akan datang, hal ini dilakukan
dengan mengacu pada konsep pemikiran rasional, pengertian rasional disini adalah
kegiatan pemasangan alat ini dilakukan untuk evaluasi atau direncanakan dengan
memandang hasil keuntungan yang akan didapat oleh PDAM Tirta Patriot Kota
Bekasi Pada masa masa yang akan datang setelah alat Variable Speed Drive Ini
terpasang. Sesuai dengan referensi data analisis dilapangan, Variable Speed Drive
adalah sebuah alat yang mampu mengubah energi listrik secara variatif sesuai dengan
daya yang dihasilkan oleh pompa dan hal ini tentunya sangat cocok digunakan untuk
pompa pompa operasional yang mempunyai frekuensi pemakaian yang tinggi.

Pemasangan alat Variable Speed Drive ini juga sekaligus menjadi ilmu
tersendiri bagi operator produksi pengolahan dan juga sub bagian ME (Mechanical
Electrical) di lingkungan kerja PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi karena secara
langsung mereka mengetahui tata dan cara pengoperasian Variable Speed Drive Ini,
karena dengan meningkatnya kapabilitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh
PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi tentunya akan menjadi aset yang baik bagi
kemajuan PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi itu pada masa masa yang akan datang dan
juga tentunya lebih mudah bagi PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi dalam menghadapi
segala tantangan dan persoalan dimasa mendatang.
Hasil keuntungan serta manfaat dari pemakaian Variable Speed Drive
ini pun banyak dirasakan oleh PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi antara lain
adalah:
 Kuantitas, Kualitas, Kontiunitas & Tekanan (K3T) air pada pipa
jaringan lebih stabil
 Meningkatnya penjualan air karena konstannya tekanan air di pipa
 Terjadinya efisiensi biaya operasional pemakaian energi listrik
 Nilai ekonomis pompa lebih baik
 Pemakaian energi listrik dapat ditekan sesuai dengan kebutuhan
 Tidak terjadi kerugian daya pada pompa karena terjadi efisiensi daya
pada pompa
 Proses pengoperasian pompa jauh sangat lebih mudah
 Pendistribusian air lebih optimal dan merata karena terkontrol oleh
sistem…………….

Dan masih banyak keuntungan dari pemasangan Variable Speed Drive ini,
seperti yang dirasakan oleh Bagian Distribusi sebagaimana dikutip dari pernyataan
bagian distribusi PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi:
“Salah satu sistem kerja dari VSD adalah mengejar kebutuhan debit air yang
didistribusikan ke pelanggan yang setiap harinya dicatat, bilamana hasil catatan
tersebut ditemukan angka yang tidak wajar / perubahan debit yang sangat jauh
perbedaannya bila dibandingkan dengan jumlah pelanggan yang ada dapat dipastikan
telah terjadi kebocoran pada jaringan pipa distribusi. Sebagai contoh yang telah
terjadi di PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi adalah pendistribusian air untuk wilayah
pelayanan utara 1, pada kondisi normal debit yang didistribusikan ke wilayah ini
adalah 90Liter/detik, namun pada kenyataannya angka pada panel VSD menunjukan
angka 180Liter/detik, artinya ada perubahan debit air yang tidak wajar, langkah
berikutnya yang diambil adalah observasi lapangan pada jalur pipa transmisi pada
wilayah pelayanan utara 1 hingga ditemukan titik kebocoran pada jaringan pipa
distribusi berdiameter 250mm, dan setelah dilakukan penanganan pada titik
kebocoran tersebut terlihat jelas pada panel VSD menunjukan kembali angka debit
90Liter/detik.”

1.9 Pengaruh Pemasangan Kapasitor Pada Pompa

Pada mesin pompa air terdapat satu kapasitor yang berfungsi untuk proses
starting pada saat mesin dihidupkan, perlu diketahui pada saat starting, motor
memerlukan energy yang cukup besar untuk menghasilkan energy putar, maka
sebagian arus listriknya dipasok dari kapasitor sehingga beban motor menjadi ringan
saat starting. Besaran kapasitor yang digunakan pada mesin pompa air umumnya
pada kisaran antara 4-16 micro farad.
Kapasitor akan mengalami kerusakan seiring dengan waktu pemakaian, dalam
hal ini fungsi kapasitor akan mengalami penurunan seperti tidak dapat menyimpan
arus listrik lagi, dampak dari kerusakan ini, motor atau pompa air tidak dapat berputar
pada saat mesin dihidupkan, mesin dapat berputar jika dibantu menggunakan tangan,
kejadian ini akan berulang terus menerus sampai kapasitor diganti dengan yang baru.
Ada dua kemungkinan kapasitor rusak yang berpengaruh terhadap putaran pompa
sebagai berikut :
1. Kapasitor dengan rusak ringan artinya kapasitor masih berfungsi namun
kinerja motor listrik tidak dapat berputar dengan sempurna misalnya
putaran motor listrik yang lambat atau tidak kuat lagi untuk mengangkat
beban. Untuk bentuk fisik kapasitor biasanya terlihat kembung
2. Kapasitor dengan rusak berat : jika kapasiroenya sudah rusak berat atau
sudah terbakar maka sama sekali motor listrik seperti pompa tidak dapat
berputar

Tanda-tanda kerusakan pada kapasitor, dapat dilihat dari perubahan fisik pada
badan kapasitor seperti menggelembung, berminyak, terdapat bekas ledakan, jika
tanda fisik tidak terlihat pada kapasitor maka untuk mengetahuinya bisa diukur
menggunakan multi tester atau alat ukur untuk kapasitor
BAB III
METODE PERCOBAAN

1. Waktu dan Tempat


Hari/ Tanggal : Rabu/ 05 November 2017
Pukul : 11.20 – 14.00 WIB
Tempat : Laboratotium Konservasi Energi, Laboratorium Surya
Jurusan Teknik Konversi Energi, Politeknik Negeri Bandung

2. Alat Praktikum
 Pompa
 Terminal Listrik
 Penggaris
 Voltmeter
 Amperemeter
 Wattmeter
 Gelas Ukur
 Stopwatch

3. Prosedur Kerja

A. Tanpa Kapasitor
a. Pastikan tangki terisi air
b. Periksa semua kedudukan alat ukur pada posisi yang benar
c. Pastikan Katup terbuka 100 %
d. Sambungkan sumber listrik tanpa menggunakan kapasitor seperti gambar 1.
e. Lakukan variasi bukaan katup hingga 0 %
f. Data diambil setiap 5 menit, data yang harus diambil adalah sebagai berikut:
 Tegangan Input (V)
 Arus Input (A)
 Daya Pompa (W)
 Faktor Daya
 Bukaan Katup (%)
 Debit air (m3/s)
g. Untuk mengakhiri pengujian matikan mesin dengan mematikan sumber
listrik.
B. Menggunakan Kapasitor
a. Pastikan Katup terbuka 100 %
b. Sambungkan sumber listrik menggunakan kapasitor seperti gambar 2.
c. Lakukan variasi bukaan katup hingga 0
d. Data diambil setiap 5 menit, data yang harus diambil adalah sebagai berikut:
 Tegangan Input (V)
 
 Arus Input (A)

 Daya Pompa (W)

 Faktor Daya

 Bukaan Katup (%)

 Debit air (m3/s)
e. Untuk mengakhiri pengujian matikan mesin dengan mematikan sumber listrik.
F. Gambar Rangkaian

Gambar 5.1. Rangkaian Input Pompa Tanpa kapasitor

Gambar 5.2. Rangkaian Input Pompa Dengan kapasitor


Gambar 5.3. Sistem Pompa Air

G. Pertanyaan.
a. Buatlah tabel data yang akan digunakan!
b. Buat karakteristik pompa dengan
 Kurva Bukaan katup terhadap debit aliran (Q)

  Kurva Daya listrik terhadap debit aliran (Q)
 Kurva ηpompa terhadap debit aliran (Q)

c. Analisis data hasil bercobaan berdasarkan grafik yang didapat!
d. Bandingkan peluang penghematan yang yang terjadi pada percobaan
pompa tanpa kapasitor dengan percobaan pompa yang menggunakan
kapasitor!
e. Berikan kesimpulan saudara!
BAB IV
DATA HASIL PERCOBAAN

1. Pompa Lab Surya

DIMENSI AQUARIUM

Panjang (m) 0,294


Lebar (m) 0,294

Tinggi (m) 0,075

Tebal (m) 0,004

Head (m) 1,4

Panjang pipa (m) 2.87

Volume (m3) 0,006483

SPESIFIKASI POMPA

Tegangan (V) 220

Frekuensi (Hz) 50

Output (W) 125

Arus (Ampere) 1.4

Pipa Hisap (inch) 1

Pipa Dorong (inch) 1


Tanpa Kapasitor
bukaan Debit V I
NO Waktu (s) P (kW) Cos ɸ
katup (m3/s) (Volt) (Ampere)
1 20.94 100 0.0004298 229.5 1.26 0.192 0.663969
2 22.34 87.5 0.00040286 229.5 1.24 0.196 0.688734
3 23.53 75 0.00038249 229.5 1.28 0.204 0.694444
4 24.97 62.5 0.00036043 229 1.29 0.219 0.741343
5 35.00 50 0.00025714 229.3 1.38 0.252 0.796375

Dengan Kapasitor 10 μF
bukaan Debit V I
NO Waktu (s) P (kW) Cos ɸ
katup (m3/s) (Volt) (Ampere)
1 21.44 100 0.00041978 229.4 1.14 0.194 0.741828
2 21.11 87.5 0.00042634 229.2 1.14 0.196 0.75013
3 22.77 75 0.00039526 229.3 1.15 0.204 0.773621
4 23.91 62.5 0.00037641 229.6 1.17 0.211 0.785461
5 25.38 50 0.00035461 229.6 1.23 0.23 0.814425
6 34.22 37.5 0.000263 229.3 1.29 0.263 0.889123

Dengan Kapasitor 8 μF

bukaan Debit I
NO Waktu (s) V (Volt) P (kW) Cos ɸ
katup (m3/s) (Ampere)
1 21,17 100 0,00042513 229,4 1,19 0,193 0,706996
2 22,41 87,5 0,00040161 229,2 1,19 0,196 0,718612
3 23,25 75 0,0003871 229,3 1,21 0,203 0,731655
4 24,15 62,5 0,00037267 229,6 1,23 0,215 0,76131
5 25,6 50 0,00035156 229,6 1,26 0,222 0,76738
6 34,35 37,5 0,00026201 229,3 1,31 0,235 0,782335
2. Pompa Lab U

DIMENSI AQUARIUM

Head (m) 5

Panjang pipa(m) 9.15

SPESIFIKASI POMPA

Tegangan (V) 220

Frekuensi (Hz) 50

Output (W) 125

Arus (Ampere) 1.55

Pipa Hisap (inch) 1

Pipa Dorong (inch) 1

a. Tanpa Kapasitor
Debit
Bukaan I (mili V P
No Cos ɸ Q(VAR) S (VA) PF (l/menit)
Katup Ampere) (Volt) (KiloWatt)
Display
1 100 94.579 222.72 0.0196 0.930469 0.0076 0.02108 0.9328 19.6
2 40 94.624 222.63 0.0197 0.935150 0.0074 0.02115 0.9373 19.3
3 30 94.686 222.93 0.0198 0.938017 0.0074 0.02115 0.9383 19
4 25 95.391 222.75 0.0200 0.941250 0.0072 0.02129 0.9419 18.5
5 20 95.657 222.60 0.0201 0.943961 0.0070 0.02134 0.9442 18
6 18 96.532 222.38 0.0204 0.950305 0.0067 0.02147 0.9497 17.5

b. Dengan Kapasitor 10 μF
Debit
Bukaan I (mili V P
No Cos ɸ Q (VAR) S (VA) PF (l/menit)
Katup Ampere) (Volt) (KiloWatt)
Display
1 100 80.661 223.76 0.0160 0.88649 0.00798 0.01774 0.8899 20
2 87.5 80.660 222.76 0.0161 0.896046 0.00798 0.01796 0.8964 19.8
3 75 80.967 222.79 0.0162 0.898072 0.00798 0.01799 0.8973 19.5
4 62.5 81.356 222.81 0.0163 0.899215 0.00807 0.01812 0.8992 19.3
5 50 81.335 221.19 0.0164 0.911593 0.00818 0.01824 0.9116 19
6 37.5 83.826 222.72 0.0171 0.915921 0.00831 0.0184 0.9146 18.5
7 25 84.760 222.53 0.0173 0.917205 0.00875 0.0191 0.9173 17
c. Dengan Kapasitor 8 μF

Debit Q (VAR)
I (mili
No V (Volt) P (KiloWatt) Cos ɸ (liter/ S (VA) PF
Ampere) Display
menit)
1 77,295 217,61 -0,0161 -0,00096 19,5 0,01683 -0,9523 0,00514
2 78,398 217,13 -0,0161 -0,00095 19 0,017 -0,9495 0,00533
3 79,513 216,98 -0,0164 -0,00095 18,5 0,01726 -0,9491 0,00543
4 80,775 217,29 -0,0166 -0,00095 18 0,01754 -0,9475 0,00561
5 81,924 217,15 -0,0168 -0,00094 17,5 0,01783 -0,9473 0,00574
6 83,408 217,37 -0,0171 -0,00094 17 0,01811 -0,9455 0,00591
7 85,149 217,4 -0,0175 -0,00095 16 0,0185 -0,9442 0,00609
8 88,021 216,91 -0,018 -0,00094 15 0,0191 -0,9413 0,00642
9 98,139 216,65 -0,0199 -0,00094 11 0,0213 -0,9364 0,00745
10 108,58 216,52 -0,022 -0,00094 8 0,02349 -0,9345 0,00833
11 118,28 216,54 -0,024 -0,00094 5 0,02544 -0,9362 0,00894
BAB V
PERHITUNGAN

1. Perhitungan Efisiensi Pompa


Perhitungan efisisensi di tuliskan 1 contoh dari data, lalu sisanya akan disajikan
dalam tabel hasil perhitungan

Contoh pada pompa dengan bukaan 100%, tanpa kapasitor didapat data sebagai berikut

Debit Arus (A) Tegangan (V) Daya (kW) cos


0,000429 1,24 229,5 0,192 0,6639

L = 2.877 m d = 0.0127 m
ΔZ = 1.41 m A = 0.000126613 m2
ρ = 998 kg/m3 𝑣 = 8.93 x 10 -7 m2/s

 Mencari kecepatan (V)


𝑉=𝑄/𝐴
𝑉 = 0,000429 / 0,000126613 = 3,3882 m/s

 Mencari bilangan Reynold (Re)


𝑅𝑒=𝑉 𝑑𝑣
𝑅𝑒 = 3,3882 x 0,0127 x 8,93 x 10 −7 = 48187,15

 Menghitung factor gesek (f) dengan menggunakan diagram moody


Dari grafik didapatkan nilai sebesar 0,0226

 Total koefisien rerugi kecil


K = 9.07 + 0.3288x-3.329
Dimana X adalah bukaan katup, Karena dengan kapasitor ataupun tanpa kapasitor
memiliki bukaan katup = 1 (bukaan penuh) maka koefisien rerugi menjadi
K = 9.07 + 0.3288(1)-3.329 = 9.3988

Menghitung kenaikan hulu pada pompa ,Berdasarkan hukum bernaulli . Karena


asumsi P1=P2 dan V1=V2 , maka :

ℎ𝑝=𝛥𝑍+𝑉22𝑔(𝑓𝐿𝑑+Ʃ𝐾)
ℎ𝑝=1.41+3,3882(9.81)(0.0226 𝑥 2.870.0127+ 9.3988) = 7,9185

 Perhitungan Daya Output Pompa


𝑊𝑝= 𝜌𝑔𝑄ℎ𝑝
Tanpa kapasitor 𝑃= 998 𝑥 9.81 𝑥 0.000429 𝑥 7,9185 =0.0302345 𝑘𝑊
 Efisiensi (ƞ)

ƞ= Pinput/ Poutput = 𝑊𝑝 / 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝐿𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑘 𝑥 100%


ƞ= 0.0302345 / 0,192 𝑥 100% =11.86 %
Dengan kapasitor ƞ= 0.0220410.18 𝑥 100=10,62 %

Dengan menggunakan cara perhitungan yang sama, didapatkan data efisiensi


untuk seluruh data sebagai berikut :

a) Lab Surya Tanpa Kapasitor

Debit Daya Output Efisiensi


0,000429 30,23449637 0,10624252
0,000403 25,68481686 0,08882255
0,000382 22,5019897 0,07659991
0,00036 19,39276221 0,065646939
0,000257 8,782863445 0,027755751

b) Lab Surya dengan Kapasitor 10 μF

Debit Daya Ouput Efisiensi


0,00042 28,55723 0,109199
0,000426 29,74054 0,113823
0,000395 24,45636 0,092745
0,000376 21,6087 0,08044
0,000355 18,6141 0,065912
0,000263 9,216238 0,031157

c) Lab Surya dengan Kapasitor 8 μF

Debit Daya Ouput Efisiensi


0,000425 28,41397663 0,104085838
0,0004016 24,56378286 0,090060359
0,000387 22,35964893 0,080588961
0,0003727 20,34202756 0,072030635
0,0003516 17,61534677 0,060890392
0,000262 8,887010221 0,029585596
d) Lab U Tanpa Kapasitor

Debit Daya Output Efisiensi


0,0003166 24,84070754 0,127061613
0,00025 16,83901313 0,081791293
0,000183 10,76283145 0,047964981
0,0001166 6,174703707 0,024941338
0,0000833 4,24793834 0,016226184

e) Lab Surya dengan Kapasitor 8 μF

Debit Daya Output Efisiensi


0,000325 26,01543353 0,154668124
0,0003166 24,84070754 0,145928173
0,000308 23,67888334 0,137247162
0,0003 22,63426463 0,128958414
0,0002916 21,57389916 0,121271196
0,000283 20,5259303 0,113212801
0,000266 18,56338655 0,100280875
0,00025 16,83901313 0,088196381
0,000183 10,76283145 0,050620475
0,000133 7,203540835 0,030640664
0,0000833 4,24793834 0,016585507

f). Lab Surya dengan Kapasitor 10 μF

Debit Daya Output Efisiensi


0,000333 27,21596 0,150792
0,00033 26,73384 0,148787
0,000325 26,01543 0,144221
0,000322 25,54495 0,140923
0,000317 24,85446 0,138153
0,000308 23,71873 0,127044
0,000283 20,56186 0,109014
2. Perhitungan Kapasitor

 Pompa Lab Surya


Daya = 192 W, tegangan = 220 V, Faktor daya = 0,35 maka :
P = V.I.Cos θ
I1 = P/V.Cos θ = 192 / 229,5 x 0,663969 = 20 / 77 = 1,26 A = 1260 mA

Konsumsi arus listrik yang dibutuhkan secara teori apabila Cos θ sebesar 0,95
adalah :
I2 = P/V.Cos θ = 192 / 229,5 x 0,95 = 0,8806 A = 880,6 mA

Prosentase (%) penghematan konsumsi arus listrik sebesar :


1260 A – 880,6 A = 379,4 A = ± 30,1%

Cara menentukan nilai kapasitas kapasitor :


Cos θ1 = 0,664 à θ1 = Cos-1 x 0,664 = 48,39
Cos θ2 = 0,95 à θ2 = Cos-1 x 0,95 = 18,19

Daya Nyata (P1) = 20 W


Daya Semu (S1) = P / Cos θ1 = 192 / 0,664 = 289,16 VA atau

Daya Reaktif (Q1) = S.Sin θ1


= 289,16 x Sin 48,39
= 216,19 VAR

Daya Nyata (P2) = P1 = 192 W


Daya Semu (S2) = P / Cos θ2 = 192 / 0,95 = 202,11 VA atau

Daya Reaktif (Q2) = S.Sin θ2


= 202,11.Sin 18,19
= 63,09 VAR
Daya reaktif yang harus dihilangkan : ΔQ = Q2 – Q1
= 63,09 – 216,19 = - 153,1 VAR

Nilai kapasitas kapasitor yang digunakan untuk mendapatkan sudut (Phi) = 0,95
adalah :
C = Qc / -V².ω = - 153,1 / (- 229,5² x 314) = 153,1 / 15.197.600 = 9,26 μF
Jadi untuk mendapatkan Cos θ sebesar 0,95 pada pompa di Lab Surya
dibutuhkan nilai kapsitor sebesar 9,26 μF
 Pompa Lab U
daya = 196 W, tegangan = 222,72 V, Faktor daya = 0,93 maka :
P = V.I.Cos θ
I1 = P/V.Cos θ = 196 / 222,72 x 0,93 = 0,946 A = 946 mA

Konsumsi arus listrik yang dibutuhkan secara teori apabila Cos θ sebesar 1 adalah
I2 = P/V.Cos θ = 196 / 222,72 x 1 = 0,88 A = 880 mA

Prosentase (%) penghematan konsumsi arus listrik sebesar :


946 mA – 880 mA = 66 mA = ± 6,97%

Cara menentukan nilai kapasitas kapasitor :


Cos θ1 = 0,93 à θ1 = Cos-1 x 0,93 = 21,56
Cos θ2 = 1 à θ2 = Cos-1 x 1 = 0

Daya Nyata (P1) = 196 W


Daya Semu (S1) = P / Cos θ1 = 196 / 0,93 = 210,75 VA atau

Daya Reaktif (Q1) = S.Sin θ1


= 210,75 x Sin 21,56
= 77,44 VAR

Daya Nyata (P2) = P1 = 196 W


Daya Semu (S2) = P / Cos θ2 = 196 / 1 = 196 VA atau

Daya Reaktif (Q2) = S.Sin θ2


= 196.Sin 0
= 0 VAR

Daya reaktif yang harus dihilangkan : ΔQ = Q2 – Q1


= 0 – 77,44 = - 77,44 VAR

Nilai kapasitas kapasitor yang digunakan untuk mendapatkan sudut (Phi) = 0,95
adalah :
C = Qc / -V².ω = - 77,44 / (- 222,72² x 314) = 77,44 / 15575718,3 = 4,97 μF
Jadi untuk mendapatkan Cos θ sebesar 1 pada pompa di Lab U dibutuhkan
nilai kapsitor sebesar 4,97 μF
BAB VI
PEMBAHASAN

Pompa merupakan salah satu mesin listrik yang penting dan banyak digunakan
dimana saja baik itu di industri, perumahan dan lain-lain, dikarenakan fungsinya yang
berguna untuk mengalirkan fluida dari satu tempat ke tempat lain. Pada aplikasinya
pompa dapat digunakan untuk mengalirkan berbagai macam jenis fluida seperti air,
minyak, zat kimia dan lain-lain.

Dikarenakan fungsinya dan aplikasinya yang banyak digunakan, percobaan


kinerja pompa sangat dibutuhkan. Pada percobaan ini, dilakukan pengujian terhadap
pompa untuk mengetahui kinerja dari pompa itu sendiri. Namun sebelumnya diperlukan
parameter-parameter pompa terlebih dahulu untuk diketahui. Parameter yang
berpengaruh dalam kinerja pompa antara lain adalah Tegangan, Arus, Daya, Cos ɸ,
bukaan katup dan debit aliran fluida. Parameter tersebut penting karena dapat sangat
berpengaruh pada kinerja dari pompa.

Pada percobaan ini pula, dilakukan langkah konservasi untuk meningkatkan


kinerja dari pompa dengan cara pemberian kapasitor ke pompa. Pemberian kapasitor ini
berfungsi pada saat proses start dan running pada pompa dimana meringankan daya saat
start dan merubah faktor daya. Hasil penggunaan kapasitor ini kemudian dibandingkan
dengan saat tidak menggunakan kapasitor.

Untuk parameter yang diatur pada percobaan ini, adalah bukaan katup pada
pompa. Namun parameter yang kami jadikan acuan adalah debit aliran pompa. Hal ini
disebabkan pengukuran bukaan katup bisa saja kurang akurat sedangkan pengukuran
debit memiliki akurasi yang lebih tinggi. Lalu pemilihan parameter debit sebagai acuan
karena debit memiliki hubungan yang sebanding dengan bukaan katup. Maka semakin
besar bukaan katup, maka akan semakin besar pula debit yang dihasilkan.
Pompa yang digunakan dalam percobaan ini ada 2 buah yaitu di Lab Surya dan
Lab U yang masing masing diberikan kapasitor dan tidak sehingga didapatkan lah 4 data.
Percobaan menggunakan 2 pompa ini dimaksudkan untuk melihat perbandingan antara
pompa yang memiliki perbedaan baik itu dari spesifikasi alat, panjang pompa, Head. Dan
lain-lain. Besar nilai kapasitor yang diberikan adalah 10 μF. Namun pada 2 pompa ini
yang dapat dilihat dengan jelas perbedaan pada parameter acuan yaitu debit adalah pada
pompa di Lab U, perubahan bukaan katup yang besar tidak menimbulkan perubahan debit
yang besar, sehingga berbeda dengan pompa pada Lab surya. Sehingga pada grafik
perbandingan, panjang debit pada grafik pompa di lab surya lebih panjang.
Grafik Debit terhadap Tegangan
232
230
228
226
TEGANGAN

224
222
220
218
216
214
0 0.00005 0.0001 0.00015 0.0002 0.00025 0.0003 0.00035 0.0004 0.00045 0.0005
DEBIT
Lab Surya Tanpa Kapasitor Lab Surya dengan Kapasitor 10μF
Lab Surya dengan kapasitor 8 μF Lab U tanpa Kapasitor
Lab U dengan Kapasitor 8 μF Lab U dengan kapasitor 10 μF

Grafik 1. Grafik Debit Terhadap Tegangan


Pada grafik 1, dibuat grafik yang memperlihatkan dampak debit terhadap tegangan.
Perubahan debit disebabkan karena adanya perubahan bukaan katup. Namun dapat dilihat
bahwa perubahan debit tidak terlalu berpengaruh terhadap tegangan. Tegangan yang terjadi
memang berubah namun dalam kondisi yang relatif dekat untuk setiap data. Namun hal
yang dapat terlihat jelas dari grafik 1. Yaitu adanya perbedaan pada besar tegangan pompa
di Lab Surya dengan pompa di Lab U, dimana Pompa di Lab Surya membutuhkan tegangan
yang lebih besar dibandingkat di Lab U. Perbedaan tegangan yang terjadi pada pompa Lab
Surya dan pompa Lab U sekitar 6-7 Volt.

Grafik Debit terhadap Arus


1.6
1.4
1.2
1
ARUS

0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 0.00005 0.0001 0.00015 0.0002 0.00025 0.0003 0.00035 0.0004 0.00045 0.0005
DEBIT
Lab Surya Tanpa Kapasitor Lab Surya dengan Kapasitor 10μF
Lab Surya dengan kapasitor 8 μF Lab U tanpa Kapasitor
Lab U dengan Kapasitor 8 μF Lab U dengan kapasitor 10 μF

Grafik 2. Grafik Debit terhadap Arus


Pada Grafik 2, dapat dilihat pengaruh pemberian kapasitor pada pompa terhadap
arus yang dibutuhkan pompa. Pada ke 4 data yang diambil dari 2 pompa, dapat dilihat
bahwa kecenderungan arus akan menurun saat debit semakin besar, sehingga pada debit
maksimal maka besar arus akan minimal. Hal ini disebabkan pompa memiliki nilai debit
nominal. Pada saat bukaan katup diperkecil, pompa akan membutuhkan lebih banyak daya
untuk mengalirkan fluida disebabkan luas permukaan untuk mengalirkan fluida semakin
mengecil. Singkatnya, arus dan debit memiliki hubungan yang berbanding terbalik.

Lalu, fungsi pemberian kapasitor pada pompa dapat di amati yaitu arus yang terjadi
akan menjadi semakin kecil pada besar debit yang sama. Sehingga pengaruh kapasitor
adalah menurunkan atau memperkecil arus yang ada pada kapasitor. Hal ini sangat penting
karena arus merupakan besaran yang menentukan keamanan pada pompa, karena pompa
memiliki spesifikasi batasan arus aman yang dapat mengalir didalamnya. Lalu dari grafik
2 juga dapat dilihat bahwa arus yang mengalir pada pompa di Lab Surya lebih besar
dibandingkan dengan pompa di Lab U.

Grafik Debit terhadap Daya


1.6

1.4

1.2

1
DAYA

0.8

0.6

0.4

0.2

0
0 0.00005 0.0001 0.00015 0.0002 0.00025 0.0003 0.00035 0.0004 0.00045 0.0005
DEBIT
Lab Surya Tanpa Kapasitor Lab Surya dengan Kapasitor 10μF
Lab Surya dengan kapasitor 8 μF Lab U tanpa Kapasitor
Lab U dengan Kapasitor 8 μF Lab U dengan kapasitor 10 μF

Grafik 3. Grafik Debit Terhadap Daya


Pada Grafik 3, di lihat pengaruh debit terhadap daya. Daya disini merupakan daya
inputan listrik yang didapat dari pembacaan alat ukur tang amper. Daya yang terbaca disini
adalah P atau daya aktif yang memiliki satuan Watt. Persamaan daya dapat di lihat seperti
dibawah :

P = V.I. Cos ɸ (Watt)


Q = V.I. Sin ɸ (VAR)
S = V.I (VA)
Pengaruh debit terhadap Daya yang dapat terlihat di grafik adalah semakin
meningkatnya debit maka daya akan semakin kecil. Hal ini bersangkutan dengan grafik
sebelumnya, yaitu pada debit yang kecil, luas bukaan katup akan lebih kecil sehingga
pompa lebih susah untuk mengalirkan fluida sehingga daya yang dibutuhkan akan lebih
besar. Sehingga pengaruh debit terhadap daya adalah berbanding terbalik. Pada grafik ini
pula dapat dilihat bahwa penggunaan kapasitor akan membuat daya yang digunakan
semakin kecil untuk parameter debit yang sama. Lalu daya pada pompa di Lab Surya lebih
besar dibandingkan dengan pompa di Lab U.

Grafik Debit terhadap Cos ɸ


1.2

0.8
COS ɸ

0.6

0.4

0.2

0
0 0.00005 0.0001 0.00015 0.0002 0.00025 0.0003 0.00035 0.0004 0.00045 0.0005
DEBIT
Lab Surya Tanpa Kapasitor Lab Surya dengan Kapasitor 10μF
Lab Surya dengan kapasitor 8 μF Lab U tanpa Kapasitor
Lab U dengan Kapasitor 8 μF Lab U dengan kapasitor 10 μF

Grafik 4. Grafik Debit Terhadap Cos ɸ

Pengaruh debit terhadap Cos ɸ dapat dilihat pada grafik 4. Dapat dilihat bahwa pada
ke 4 data bisa dilihat bahwa semakin besar debit maka Cos ɸ akan semakin kecil. Sehingga
pada grafik yang satu ini juga menunjukan hubungan yang berbanding terbalik. Dapat
dilihat pula bahwa pada pompa di Lab U memiliki Cos ɸ yang lebih baik dibanding dengan
di Lab Surya. Nilai Cos ɸ memiliki rentang dari 0 – 1,0. Nilai Cos ɸ menunjukan kualitas
faktor daya yang merupakan perbandingan antara daya aktif dengan daya semu. Semakin
tinggi nilai Cos ɸ maka akan semakin baik kualitas dari mesin listrik karena akan lebih
banyak energi yang dapat dikonversi.

Pada pompa di Lab Surya, penambahan kapasitor dapat memperbaiki faktor daya
yang dimiliki pompa. Namun pada pompa di Lab U, pemberian kapasitor justru
memberikan dampak sebaliknya, yaitu faktor daya menjadi semakin buruk. Hal ini dapat
terlihat dalam konsep perbaikan faktor daya.
Dipompa, terdapat daya semu (S), daya aktif (P) dan daya reaktif (Q). Apabila
pompa hanya memiliki beban resisitif, maka tidak akan ada daya reaktif sehingga nilai daya
semu dan daya aktif nilainya sama. Namun disebabkan banyaknya lilitan dalam motor
dipompa menyebabkan bersifat induktif. Karenanya, muncul daya reaktif yang
menyebabkan daya aktif tidak sama nilainya dengan daya semu. Untuk itu nilai daya reaktif
harus dikurangi seperti pada gambar dibawah :

Dengan adanya koreksi Q dengan penambahan kapasitor, nilai daya semua akan
semakin mendekati nilai daya aktif. Dampaknya nilai Cos ɸ akan semakin besar.

Pada perhitungan pompa di lab Surya, untuk mendapatkan Cos ɸ sebesar 0.95,
dibutuhkan kapasitor dengan besar 9,26 μF, kapasitor yang digunakan 10 dan 8 μF, namun
Cos ɸ yang didapatkan belum mencapai 0.95 walaupun nilainya sudah meningkat. Hal ini
disebabkan karena adanya tegangan sisa pada kapasitor dan dipengaruhi oleh kondisi
kapasitor dan pompa itu sendiri, sehingga menyebabkan peningkatan Cos ɸ tidak sesuai
dengan perhitungan.

Adapun pada penambahan kapasitor di pompa Lab U malah menyebabkan nilai Cos
ɸ menurun. Hal itu disebabkan karena pada perhitungan, untuk mendapatkan Cos ɸ sebesar
1, dibutuhkan nilai besar kapasitor 4,97 μF sedangkan nilai kapasitor yang digunakan
adalah sebesar 10 μF. Hal ini menyebabkan daya semu akan muncul lagi karena melewati
garis 0 sehingga menjadi negatif. Penyebabnya adalah nilai Cos ɸ di pompa Lab U sudah
memiliki nilai bagus diatas 0,9. Sehingga penambahan kapasitor tidak diperlukan dan
malah menyebabkan nilai Cos ɸ berkurang. Hal ini sangat disayangkan karena
penambahan kapasitor justru memberikan efek yang kurang baik. sehingga perlu dilakukan
perhitungan sebelum memberikan kapasitor karena justru pemberian kapasitor yang kurang
sesuai akan berdampak kurang baik bagi pompa.

Batasan nilai kapasitor 5 μF terbukti karena pada penambahan dengaan kapasitor 8


μF nilainya lebih baik dibandingkan kapasitor 10 μF.
Grafik Debit terhadap Efisiensi
0.18
0.16
0.14
0.12
EFISIENSI

0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
0 0.0001 0.0002 0.0003 0.0004 0.0005
Lab Surya Tanpa Kapasitor DEBIT Lab Surya dengan Kapasitor 10μF
Lab Surya dengan kapasitor 8 μF Lab U tanpa Kapasitor
Lab U dengan Kapasitor 8 μF Lab U dengan kapasitor 10 μF

Grafik 5. Grafik Debit terhadap Efisiensi


Dalam pompa, daya masukan berupa daya listrik lalu daya keluaran nya berupa
aliran fluida. Untuk mendapatkan nilai efisiensi, dapat menggunakan persamaan berikut :

Efisiensi = Pout / Pin = P(listrik) / P(gerak fluida)

Daya input listrik didapat dari persamaan P = V.I, lalu persamaan daya output gerak
fluida didapatkan dari persamaan seperti berikut

Wp = 𝜌gQhp

Efisiensi yang didapat relatif terbilang kecil karena berada pada kisaran dibawah
20%. Pada kedua pompa didapatkan bahwa efisiensi pada pompa di Lab U lebih baik
dibandingkan pompa di Lab Surya. Lalu didapatkan pula bahwa efisiensi pompa yang
menggunakan kapasitor akan lebih baik dibandingkan dengan pompa yang tidak
menggunakan kapasitor, khususnya pada pompa Lab U yang diberi kapasitor sebesar 8 μF .
Grafik tersebut menunjukan bahwa semakin besar debit, maka akan semakin besar pula
efisiensi yang didapat sehingga hubungan nya adalah sebanding.

Secara keseluruhan, dapat dilihat bahwa dari semua parameter yang telah diamati,
parameter pada pompa di Lab U lebih baik dari pada pompa di Lab Surya. Hal ini dapat di
lihat dari head nya yang berbeda namun pompa di Lab U mengkonsumsi daya yang lebih
rendah. Lalu dari usia pemakaian pun dapat berpengaruh terhadap kinerja suatu pompa.
Perlakuan pemberian kapasitor sebagai upaya peningkatan kinerja pompa pun memiliki
hasil yang cukup baik namun harus di perhatikan dibeberapa hal agar pemberian kapasitor
tidak berlebihan sehingga menyebabkan dampak yang tidak diinginkan.
BAB VII
KESIMPULAN

Pada Praktikum ini, dapat disimpulkan :


1. Pompa merupakan suatu alat yang dapat mengalirkan fluida dari satu tempat ke
tempat lain

2. Parameter yang berpengaruh pada kinerja pompa antara lain;

 Bukaan katup

 Debit

 Tegangan

 Arus

 Daya

 Cos ɸ

 Head
3. Debit digunakan sebagai parameter acuan karena nilainya dapat diatur melalui
katup di pipa pompa, dan karena nilai pengukurannya paling efektif dan tepat

4. Debit berbanding terbalik terhadap arus, daya dan Cos ɸ. Sedangkat hubungan yang
sebanding adalah debit dengan efisiensi. lalu tegangan tidak terlalu terpengaruh
dengan perubahan debit
5. Nilai Cos ɸ terjadi karena adanya impedansi pada pompa dan akan mempengaruhi
kinerja dari pompa itu sendiri.

6. Pemberian kapasitor pada pompa bertujuan untuk memperbaiki nilai Cos ɸ dengaan
mengkoreksi daya reaktif pada pompa lalu meringankan beban pompa pada saat
starting.

7. Pemberian kapasitor juga berpengaruh pada nilai arus, daya yang dikonsumsi
pompa menjadi semakin kecil

8. Nilai kapasitor yang diberikan harus diperhitungkan terlebih dahulu akan tidak
berpengaruh sebaliknya pada pompa. Karena pompa yang memiliki nilai Cos ɸ
yang baik tidak memerlukan kapasitor dengan nilai yang besar.

9. Efisiensi dari pompa merupakan perbandingan dari daya input pompa yang
merupakan daya listrik dengan daya keluaran pompa yang merupakan daya aliran
fluida.
10. Saat debit semakin besar maka efisiensi semakin tinggi
11. Pompa akan memiliki kinerja terbaik saat parameter-parameter yang berpengaruh
pada pompa menunjukan hasil yang terbaik pula.
DAFTAR PUSTAKA

Austin H. Chruch, Zulkifli Harahap, 1990, Pompa dan Blower Sentrifugal,


Erlangga, Jakarta
Fritz Dietzel, Dakso Prijono, 1990, Turbin, Pompa dan Kompresor, Erlangga,
Jakarta.
Hick Erward, 1996, Teknologi Pemakaian Pipa, Erlangga Jakarta

Jack B. Evett, Cheng Liu, 1987, Fundamental of Fluids Mechanics, McGraw Hill
Book Company,NewYork.
LAMPIRAN

Gambar Proses percobaan

Anda mungkin juga menyukai