PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
publiknya, baik publik internal maupun eksternal. Agar fungsi ini berjalan efektif,
(impresi) yang akan diterima orang lain sehingga ia akan melakukan manajemen
membentuk pesan kepada orang lain. Pesan tersebut dapat berupa kata-kata,
tindakan, gaya berpakaian, dan cara lainnya yang dapat menggambarkan dan
membentuk persepsi orang lain terhadap diri kita (Satrio, 2017: 1).
kegiatannya tentunya harus memiliki konsep diri yang positif. Konsep diri
berkaitan dengan bagaimana cara Anda memandang diri Anda dan persepsi Anda
1
tentang bagaimana orang lain memandang diri Anda. Konsep diri adalah segala
yang Anda pikirkan dan rasakan tentang diri Anda serta keseluruhan kepercayaan
dan sikap yang Anda rasa tentang diri Anda. Sering Anda berprasangka buruk
terhadap diri sendiri. Misalnya, jangan-jangan orang lain menganggap saya jelek,
pasti si A menganggap saya tidak bisa. Jika hal ini berlarut, Anda bisa jatuh dalam
fenomena dimana pnadangan orang lain tentang diri Anda terinternalisasi dalam
benak Anda. Misalnya, merasa orang lain menganggap diri Anda bodoh, lama-
lama tanpa Anda sadari anggapan tadi terinternalisasikan ke dalam benak Anda
management”. Artinya, agar tujuan komunikasi kita tercapai, maka kita berusaha
berjalan, dan sebagainya. Pada akhirnya, membuat khalayak terkesan. Jika konspe
diri kita negatif, maka proses manajemen impresi ini sulit dilakukan (Kriyantono,
2008: 264).
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan di kaji dalam makalah ini adalah:
Relations?
2
C. Tujuan Penulisan
3
BAB II
PEMBAHASAN
pengelolaan kesan sering kali dilakukan oleh orang-orang yang memiliki profesi
dan dituntut untuk memiliki self image yang positif. Pengelolaan kesan juga
secara umum dapat didefinisikan sebagai sebuah teknik presentasi diri yang
didasarkan pada tindakan mengontrol persepsi orang lain dengan cepat dengan
mengungkapkan aspek yang dapat menguntungkan diri sendiri atau tim. Gagasan
membantu individu dalam mencapai citra yang baik dan mencapai kesuksesan
tentang diri sendiri agar tampil sesuai dengan keinginan individu tersebut
sehingga orang lain melihat dan menilainya sebagai sesuatu yang sesuai dengan
keinginan individu tersebut (Rosenfeld, Giacalone, & Riordan 1994 dalam Ariani,
2014: 13).
memengaruhi orang lain tentang citra mereka dengan terlibat dalam berbagai
4
perilaku, baik secara sadar maupun tidak. Manajemen impresi telah mendapat
perhatian dalam penelitian organisasi dan diakui sebagai hal yang biasa terjadi
Sosiolog Erving Goffman. Erving Goffman lahir di Alberta, Canada pada 11 Juni
1922. Mendapat gelar S1 dari Univ. Toronto, menerima gelar doctor dari Univ.
Chicago. Beliau wafat pada tahun 1982 ketika sedang mengalami kejayaan
sebagai tokoh sosiologi dan pernah menjadi professor dijurusan sosiologi Univ.
Calivornia Barkeley serta ketua liga Ivy Univ. Pennsylvania. Erving Goffman,
dianggap sebagai pemikir utama terakhir Chicago asli (Travers, 1922: Tselon,
1992); Fine dan Manning (2000) memandangnya sebagai sosiolog Amerika paling
sederetan buku dan esai yang melahirkan analisis dragmatis sebagai cabang
tahun berikutnya, ia tetap paling terkenal karena teori dramtugisnya (Prista Ayu,
2011: 1).
adalah untuk menjelaskan interaksi sosial antarindividu, dalam karya besarnya the
Goffman, dunia ini bagaikan proses pertunjukan atau drama di depan khalayak.
Goffman fokus pada interaksi sosial dimana setiap orang berkembang untuk
5
menampilkan gambaran dirinya atau konsep dirinya di depan orang lain
merupakan peran yang dimainkan seseorang yang terbentuk dari konstruksi sosial
Goffman ini dikenal juga sebagai teori atau pendekatan dramaturgi (Kriyantono,
2014: 219).
presentasi diri yang juga dikenal dengan teori impression management. Teori ini
dapat diterapkan dalam konteks public relations, karena membahas tiga konsep
penting yang juga ada dalam praktik public relations, yaitu relasi, identifikasi, dan
citra. Dalam proses interaksi, individu tidak bisa lepas dari upaya membangun
positif orang lain terhadap dirinya. Karenanya, teori ini pun dapat digunakan
atau konsep dirinya di depan orang lain. Upaya ini disebut manajemen impresi,
6
yaitu individu secara sengaja menggunakan komunikasi untuk menciptakan
impresi yang diinginkan dari orang lain terhadapnya (Johansson, 20017 dalam
Rosenfeld, Giacalone & Riordan (1994) menyebut sebagai teori presentasi diri.
mengelola impresi orang lain terhadap diri individu tersebut (Goffman, 1959).
Komunikasi yang digunakan ini, menurut Goffman dibagi dalam dua bagian, yaitu
1. Bagian yang secara relatif mudah bagi individu untuk mengelola dan
2. Bagian yang relatif lebih sulit sering terjadi diluar kesadaran atau tidak
verbal dan perilaku nonverbal. Akibatnya, muncul situasi simetris dalam proses
pesan, yaitu: pesan yang sengaja disampaikan (expression given on) yang oleh
Goffman disebut “wilayah depan” (front region/front stage) yang berisi upaya
panngung ini bersifat terbuka; dan pesan yang tidak disampaikan (expression
7
given off) yang oleh Goffman disebut “wilayah belakang” (back region/back
stage) merujuk pesan yang sengaja disembunyikan dari penilaian orang namun
fenomena komunikasi interpersonal yang tatap muka. Dalam situasi ini, dua pihak
masing-masing. Agar sifat resiprokal ini berlanjut, kesan pertama sangat penting
menampilkan karakter tertentu kepada orang lain, seperti suatu panggung tempat
paara aktor bermain peran. Orang lain akan menilai peran yang dimainkan
individu itu. Untuk menentukan peran ini, menurut Goffman, individu harus
8
orang lain. Proses bertukar informasi ini menyebabkan individu mengetahui apa
yang diharapkan orang lain (Goffman, 1959 dalam Kriyantono, 2014: 222).
2014:222). Istilah presentasi diri dan presentasi diri strategis digunakan oleh
manajemen kesan. Teori presentasi diri ini didasarkan pada asumsi bahwa
orang lalin menentukan tipe atribusi terhadap orang itu (Littlejohn & Foss, 2016:
611).
lima tipe atribusi atau tipologi startegi presentasi diri yang biasa dilakukan
Kelima tipologi presentai diri Edward Jones (Metts, 2009) yang dikutip
9
Biasanya digunakan oleh organisasi yang ingin dipersepsi sebagai pihak
organisasi yang layak dijadikan contoh atau model bagi organisasi lainnya.
5. Strategi intimidation
10
menampilkan atribut yang mempresentasikan kemarahan atau keinginan
interaksional spesifik itu bersifat cair dan baru, ada empat meta tujuan yang
Adapun keempat meta tujuan tersebut dalam Littlejohn & Foss (2016:613-
Dalam hal ini, kita melakukan interaksi dengan halus sehingga identitas
sosial terbentuk dan dijaga tanpa banyak usaha. Ini terjadi di latar
parameter episode dengan tepat dan bertindak sesuai petunjuk itu. Mereka
mampu dan mau mnegikuti norma, aturan dan ekspektasi komunikasi dan
muka orang lain, yang merupakan hal biasa dalam interaksi rutin.
11
Kadang-kadang adalah perlu untuk mengkonstruksi identitas secara
kita ingin dianggap sudah siap, berpengetahuan, dan fasih. Ketika bertemu
orang baru atau dalam acara sosial, kita ingin dipandang sebagai orang
kita, kita akan berusaha menciptakan kesan bahwa kita suka bekerja keras,
2. Konstruksi Kesan
menciptakan kesan yang paling sesuai. Tentu saja, kunci untuk interaksi
yang lancar dalam situasi ini adalah kemampuan untuk memonitor kesan
yang diciptakan, namun juga memiliki sumber daya kognitif yang cukup
itu (baik bagi diri sendiri maupun orang lain). Penggunaan facework
ini. Ketika usaha untuk mencegah hilangnya muka tidak sukses, maka
12
4. Memulihkan Integrasi Kesan
sosial yang hilang. Strategi restorasi mungkin fokus pada upaya pemulihan
bertanggung jawab atas tindakan yang tidak tepat atau ngawur. Orang
alasan bahwa itu tidak disengaja, atau justifikasi yang menerima tanggung
Meta tujuan ketiga dan keempat berasal dari definisi dasar atas ciri
identitas sosial. Entah itu kita menyebutnya wajah, presentasi diri, atau kesan,
satu sama lain-jika saya mendukung performa identitas Anda, Anda akan
membalas dengan mendukung saya, dan interaksi kita akan lancar. Dalam
kenyataan, tidak ada performa yang sempurna, dan ancaman atas identitas adalah
Istilah identias sosial dalam situasi ini berakar dalam sosiologi melalui
essai dari Erving Goffman. Meski ia mengembangkan teorinya pada saat yang
tidak tertarik pada motivasi psikologis dari penampilan perilaku publik. Dia hanya
13
menyatakan bahwa prinsip pengatur dari semua interaksi sosial adalah manajemen
seperti aktor menjalankan perannya di panggung (Littlejohn & Foss, 2016: 612).
beragaman tersebut harus mampu bekerja sama. Kerja sama baru dapat terjalin
Sama seperti perilaku komunikasi pada konteks yang lain, individu dalam
membangun impresi ini merupakan sifat alami manusia yang ingin dipersepsi
positif oleh manusia yang lain; yang diipresikan yaitu perilaku, motivasi, atau
14
Bisa saja seorang karyawan ingin diimpresikan sebagai orang yang
mandiri, memiliki potensi di masa depan, atau orang yang pandai. Individu
organisasi, sepert minoritas karena etnis, jenis kelamin, dan pendatang baru,
depan khalayak. Segala simbol seperti busana yang dipakai, seragam perusahaan,
cara berjalan dan berbicara, desain dan interior kantor, dan website perusahaan
digunakan untuk presentasi diri agar mendapat kesan positif dari orang lain.
Misalnya, untuk memberi kesan kepada tamu, lobi hotel di desain dengan interior
yang indah, nyaman, dan sejuk. Dalam konteks inilah public relations dituntut
merupakan bagia dari peran public relationa untuk menerapkan strategi rekayasa
menarik dapat memengaruhi bagaimana penerimaan pesan oleh publik. Hal ini
didukung pula oleh pemikiran Marshal McLuhan tentang “The Medium is the
15
Johansson (2007) menemukan bahwa teori impression management
citra. Citra yaitu imaji dan impresi publik apakah organisasi bersifat kredibel dan
legitimate atau tidak. Dengan kata lain, manajemen krisis menuntut suatu
juga dapat diteliti anatra lain: strategi impresi yang bagaimana yang diterapkan
berbeda? Bagaimana impresi itu mengelola fron stgae dan backstage? Bagaimana
terkadang sukses dan tekadang gagal. Namun manajemen ini selalu merupakan
aspek fundamental dan menentukan dalam interaksi sosial (Littlejohn & Foss,
2016: 614).
16
F. Contoh Kasus
Sadar atau tidak, sebagian besar orang telah melakukan pengelolaan kesan
dalam kehidupan sehari-hari. Khusunya pada seseorang yang memiliki peran atau
Menurut pasal 1 Angka 8 UU No. 14 tahun 2008 yang berisi tentang Keterbukaan
Informasi Publik, pejabat publik adalah orang yang ditunjuk dan diberi tugas
untuk menduduki posisi atau jabatan tertentu pada badan publik. Sebagai seorang
yang mempunyai posisi di hadapan publik, salah satu tugas utama dari pejabat
publik adalah melayani kepentingan orang banyak. Karena tugas inilah pejabat
publik dituntut memiliki karakter yang baik dan dapat dijadikan panutan. Pada
umumnya mereka ingin dikenal sebagai orang yang bersahabat, pintar, dan
media sosial adalah Ridwan Kamil. Ia adalah walikota Bandung, Jawa Barat
dengan masa jabatan 2013 - 2018. Dalam akun twitter-nya ia telah men-twitt
sebanyak 41,1 ribu kali dan diikuti oleh 2,97 juta pengikut. Sedangkan dalam
akun Instagram-nya ia telah mengunggah sebanyak 4.574 gambar dan diikuti oleh
7,6 juta pengikut. Ridwan Kamil juga dikenal sebagai tokoh yang paling aktif via
dengan 952 unggahan dan 401 ribu pengikut, melebihi Gubernur DKI Jakarta,
17
bahkan melebihi Presiden RI, Joko Widodo (@jokowi) dengan unggahan
mempengaruhi presepsi orang lain terhadap dirinya. Hal tersebut terbukti atas
kalangan pegiat kreativitas Kota Bandung, dalam beberapa tahun terakhir dia
cukup terkenal. Selain itu, tim suksesnya cukup solid dan berhasil meraih simpati
kaum muda melalui kampanye via jejaring sosial, baik itu melalui Twitter, FB,
dan juga video animasi yang diunggah nya ke Youtube cukup unik sehingga
dan Suplikasi.
militansi.
strategi tersebut.
18
Ridwan Kamil mengunggah buku kumpulan masalah Bandung yang
Bandung (judul cover), yang merupakan permasalahan yang sudah ada di periode
menyelesaikan masalah yang ada. Seperti sifat tindakan favor doing, Ridwan
wakilnya Oden M Danial dalam balutan seragam dinas. Terdapat pula keterangan
sesuai dengan pekerjaannya. Dengan postur tubuh tegak dan senyum di wajah ia
akan dilantik.
dengan foto close up dengan angle terbaiknya yang diunggah di hadapan ribuan
pengikutnya di Instagram. Selain itu melipat tangan juga dapat diartikan dengan
19
membutuhkan banyak tanggung jawab di masa yang akan datang. Kemudian
yang ramah dan seseorang yang positif yang dapat diartikan juga sebagai sifat
optimis. Hal tersebut dikuatkan lagi dengan sapaan “Happy Friday everyone”
dengan apa yang ia miliki dan dapat ia perlihatkan pada masyarakat, bahwa ia
adalah seorang Walikota yang dapat dipercaya dengan semua kepercayaan diri,
kepada orang lain untuk menonjolkan sisi lain dirinya. Contohnya dengan
dengan melakukan apa yang dilakukan orang lain pada umumnya. Selain tindakan
yang disetujui oleh publik seseorang juga bisa menyetujui opini yang datang dari
dan harus diwaspadai. Menimbulkan rasa kuatir dan takut pada lawan dengan cara
20
memberikan peringatan atau ancaman, memamerkan kekuasaan dan
tindakan, yaitu Threats dan Anger, namun Ridwan Kamil hanya menggunkan
pencapaian prestasi atas usaha dalam suatu kompetisi. Mengunggah piala juga
gambar di atas Ridwan Kamil juga menuliskan “Still need to work hard for
keras dan akan bekerja keras lagi dalam meningkatkan pelayanan kesehatan
publik.
21
disekitarnya merupakan bagian dari promosi diri yang memperlihatkan bahwa
walikota.
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
profesi dan dituntut untuk memiliki self image yang positif. Pengelolaan
lain.
23