Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“DSS (DENGUE SHOCK SYNDROME)”


DI RUANG 24 C
RSUD Dr SAIFUL ANWAR MALANG

DISUSUN OLEH :

TIM PKRS RSSA


2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN
“DSS (DENGUE SHOCK SYNDROME)”
DI RUANG 24 C
RSUD Dr SAIFUL ANWAR MALANG

DISUSUN OLEH :

1. YULI KRISTYANINGSIH

2. BATARA PRIMA

3. LOLYTA CITRA ARINDI

4. FAIZAL BASTHOMI

PROGRAM STUDY PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2019
LEMBAR PENGESAHAN

Lembar pengesahan Satuan Acara Penyuluhan “DSS (Dengue Shock

Syndrome)” di ruang 24 CRSUD dr. Saiful Anwar Malang sebagai syarat

pemenuhan tugas Profesi Ners STIKES ICMe Jombang yang telah disetujui dan

disahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Megetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan

Kepala Ruangan
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : DSS (Dengue Shock Syndrome)

Sasaran : Keluarga pasien

Hari/Tanggal : Jum’at, 05 Juli 2019

Jam : 09.00 – 09.30 Wib

Waktu : 30 menit

Penyuluh : Mahasiswa Profesi

I. Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Setelah mendapatkan penyuluhan, peserta mampumengenal dan memahami

tentang masalah DSS (Dengue Shock Syndrome)..

II. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Setelah mendapatkan penyuluhan, peserta penyuluhan dapat :

1) Mengetahui pengertian DSS (Dengue Shock Syndrome)

2) Mengetahui penyebab DSS (Dengue Shock Syndrome)

3) Mengetahui tanda gejala DSS (Dengue Shock Syndrome)

4) Mengetahui cara perawatan penyakitDSS (Dengue Shock Syndrome)

III. Sasaran

Keluarga pasien di ruang 24 CRSUD dr. Saiful Anwar Malang

IV. Pengorganisasian

1. Moderator : Lolyta Citra Arindi

2. Notulen : Lusiana Pritasari

3. Penyaji : Yuli Kristyaningsih

4. Fasilitator : a) Faizal Basthomi

b) Batara Prima A

c) Deni Anggi Prasetyo

d) Ajeng Pradani Putri

e) Risna Aninda Putri


V. Metode

1. Ceramah

2. Tanya jawab

VI. Media

1. Leaflet

2. LCD

3. Laptop

VII.Setting Tempat

Pb P M

O
F A F A F

A F A F A

Keterangan :

A = Audien

P = Penyuluh

M = Moderator

F = Fasilitator

O = Observer

Pb = Pembimbing
VIII. Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan penyuluh Kegiatan peserta


1. 5 menit Pembukaan : - Menjawab Salam
- Moderator memberi salam
- Mendengarkan dan
- Moderator memperkenalkan
memperhatikan
semua anggota penyuluh
- Mendengarkan dan
- Moderator membuat kontrakwaktu
memperhatikan
- Moderator menjelaskan tujuan
- Mendengarkan dan
penyuluhan
memperhatikan

2. 15 menit Pelaksanaan :  Mengemukakan


- Menjelaskan pengertian DSS
pendapat
(Dengue Shock Syndrome)
- Mendengarkan dan
- Menjelaskan penyebab DSS
memperhatikan
(Dengue Shock Syndrome)
- Mendengarkan dan
- Menjelaskan tanda gejala DSS
memperhatikan
(Dengue Shock Syndrome)
- Mendengarkan dan
- Menjelaskan cara perawatan
memperhatikan
penyakit DSS (Dengue Shock
- Mengajukan
Syndrome)
pertanyaan
 Memberikan reinforcement dan
- Mendengarkan dan
meluruskan konsep
memperhatikan

3. 10 menit Penutup :  Bersama presenter

- Moderator bersama audien menyimpulkan

menyimpulkan materi materi

- Moderator mengadakan evaluasi - Menjawab pertanyaan

- Moderator memberi salam - Menjawab salam


- Moderator menyimpulkan hasil - Mendengarkan dan

diskusi memperhatikan

- Moderator memberi salam - Menjawab salam

IX. Evaluasi

1. Evaluasi Struktur

- Peserta penyuluhan

- Setting tempat

- Suasana

2. Evaluasi Proses

- Selama proses berlangsung diharapkan audien dapat mengikuti seluruh

kegiatan

- Selama kegiatan berlangsung diharapkan audien aktif

3. Evaluasi Hasil

1. Mampu menjelaskan pengertian DSS (Dengue Shock Syndrome)


2. Mampu menjelaskan penyebab DSS (Dengue Shock Syndrome)
3. Mampu menjelaskan tanda gejala DSS (Dengue Shock Syndrome)
4. Mampu menjelaskan cara perawatan penyakit DSS (Dengue Shock
Syndrome)
Lampiran

MATERI PENYULUHAN

DSS (DENGUE SHOCK SYNDROME)

A. TREND DAN ISSUE

Di dunia 50 juta infeksi dengue terjadi setiap tahunnya, serta 2,5 miliar orang
hidup di negara-negara endemik dengue (WHO-TDR, 2009). Di Indonesia, pada
tahun 2015 Angka kesakitan 50,75%, kematian akibat DBD dikategorikan tinggi jika
CFR >1%. Penyakit DBD masih merupakan permasalahan serius di Provinsi Jawa
Timur, terbukti di Jawa Timur urutan pertama kematian tertinggi (255 kematian)
(KEMENKES, 2015).
Penyakit DBD mempunyai kemungkinan 5% menyebabkan kematian tapi
jika berkembang menjadi sindrom syok dengue (SSD), angka kematian meningkat
menjadi 40%-50%. Kejadian syok akibat DBD di berbagai rumah sakit di Indonesia
bervariasi antara 11,2%-42% (Saniathy et al., 2009). Kan dan Rampengan (2012)
melaporan bahwa prevalensi DBD dengan syok di indonesia hampir semua rumah
sakit di indonesia adalah 16-40% dengan angka kematian antara 5,7% dan 50%.
Pada 29 Januari 2019, jumlah kasus DBD mencapai 13.683 dengan jumlah
meninggal dunia 133 jiwa. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit,
Kementerian Kesehatan RI dr. Anung Sugihantono, M.Kes mengatakan Jawa Timur
masih menduduki jumlah kasus terbanyak di antaranya di Kediri dan ponorogo.
Melihat kenyataan tersebut, semakin mendesaklah kebutuhan akan hadirnya
vaksin DBD. Akhirnya, setelah dilakukan penelitian dan proses pembuatan selama
kurang lebih dua puluh tahun, vaksin DBD telah berhasil dibuat dan disetujui
penggunaannya oleh WHO.
Dengvaxia® merupakan nama dari vaksin DBD pertama di dunia.
Dengvaxia® yang penelitiannya diinisiasi oleh Sanofi Pasteur ini telah menjalani 25
uji klinis di 15 negara di seluruh dunia. Pada penelitian yang dipublikasikan dalam
The New England Journal of Medicine di tahun 2015 disebutkan bahwa vaksin
Dengvaxia® efektif mencegah terjadinya infeksi virus dengue pada anak usia sekitar
9 tahun dengan tingkat keberhasilan hingga 66%. Beberapa penelitian lain juga
menyebutkan efektifitas Dengvaxia® dalam mencegah perburukan manifestasi DBD
dan menekan tingkat rawat inap akibat DBD.
Sumber foto: http://edgedavao.net/the-big-news/2017/12/10/hospitals-probed-private-clinics-told-
submit-lists-dengvaxia-kids/

Di Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah


memberikan izin edar untuk Dengvaxia® sejak September 2016. Vaksin
Dengvaxia® ini boleh diberikan pada anak-anak berusia 9 tahun ke atas. Sementara,
untuk anak usia kurang dari 9 tahun, pemberian Dengvaxia® dikhawatirkan malah
dapat menimbulkan dampak infeksi dengue yang lebih besar dibanding tanpa
pemberian Dengvaxia®.
Pemberian vaksin Dengvaxia® akan optimal jika diberikan saat anak berusia
9 hingga 16 tahun. Vaksin ini diberikan sebanyak tiga kali pemberian, dengan jarak
enam bulan antara pemberian vaksinnya. Anak yang sudah pernah menderita infeksi
dengue juga dapat diberikan vaksin ini karena virus dengue memiliki banyak varian
dan kita tidak tahu virus varian manakah yang menyerang si anak sebelumnya.
Saat ini, vaksin Dengvaxia® memang belum masuk ke program imunisasi
pemerintah, sehingga peminat vaksin Dengvaxia® masih harus merogoh kocek
pribadi untuk mendapatkan vaksin ini. Harga vaksin Dengvaxia® dibanderol kurang
lebih satu juta rupiah untuk sekali pemberian. Tidak murah, ya? Walaupun harganya
memang tidak murah, WHO tetap merekomendasikan pemberian vaksin
Dengvaxia® ini, terutama pada daerah endemik DBD seperti Kulon Progo dan
Papua. WHO juga menargetkan penurunan insidensi DBD di dunia sebesar 25% dan
penurunan angka mortalitas akibat DBD hingga 50% pada tahun 2020 dengan
diberikannya vaksin ini.

B. DEFINISI

Dengue shock syndrome (DSS) atau sindrom syok dengue adalah sindrom
disebabkan virus dengue yang cenderung mempengaruhi anak-anak di bawah 10
tahun dan bisa menyebabkan kematian.
Sindrom syok dengue adalah sindrom penyakit infeksi virus dengueyang
menunjukan manifestasi klinis gangguan fungsi sirkulasi darah ditandai dengan nadi
yang cepat, lemah sampai tidak teraba, jarak sistole dan diastole menjauh atau
mendekat disertai tensi menurun sampai 0. Pada perabaan ujung tangan dan kaki
teraba dingin sekali (Soegijanto, 2012).

C. PENYEBAB DENGUE SHOCK SYNDROME (DSS)


Demam berdarah disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk
Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua nyamuk ini menggigit di pagi hari
sampai sore menjelang petang. Virus dari orang yang terinfeksi akan dibawa oleh
nyamuk dan menginfeksi orang lain yang digigit nyamuk tersebut.

D. TANDA GEJALA DENGUE SHOCK SYNDROME (DSS)


Gejala dari dengue shock syndrome adalah yang paling parah. Gejala demam
syok meliputi semua gejala dengue dan demam berdarah dengue, ditambah:
 Kebocoran di luar pembuluh darah
 Perdarahan parah
 Shock (tekanan darah sangat rendah)
 Mual
 Sakit kepala
 Nyeri perut
 Nyeri otot

E. PERAWATAN DENGUE SHOCK SYNDROME (DSS)


Penanganan penderita DSS pada dasarnya bersifat simptomatik dan suportif
yaitu pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi.
1. Penatalaksanaan DBD tanpa komplikasi :
a) Istirahat total di tempat tidur
b) Diberi minum 1,5-2 liter dalam 24 jam (susu, air dengan gula atau air
ditambah garam/oralit). Bila cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena
tidak mau minum, muntah atau nyeri perut berlebihan, maka cairan inravena
harus diberikan
c) Berikan makanan lunak. Medikamentosa yang bersifat simptomatis. Untuk
hiperpireksia dapat diberikan kompres, antipiretik yang bersifat
asetaminofen, eukinin, atau dipiron dan jangan diberikan asetosal karena
dapat menyebabkan perdarahan.
d) Antibiotik diberikan bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi sekunder.
2. Penatalaksanaan pada pasien syok :
a) Pemasangan infus yang diberikan dengan diguyur, seperti NaCl, ringer
laktat dan dipertahankan selama 12-48 jam setelah syok diatasi.
b) Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu, dan pernapasan tiap
jam, serta Hemoglobin (Hb) dan Hematokrit (Ht) tiap 4-6 jam pada hari
pertama selanjutnya tiap 24 jam. Nilai normal Hemoglobin : Anak-anak :
11,5 –12,5 gr/100 ml darah Laki-laki dewasa : 13 –16 gr/100 ml darah
Wanita dewasa : 12 –14 gr/100 ml darah Nilai normal Hematokrit: Anak-
anak : 33 –38 vol % Laki-laki dewasa : 40 –48 vol % Wanita dewasa : 37 –
43 vol %
c) Bila pada pemeriksaan darah didapatkan penurunan kadar Hb dan Ht maka
diberi transfusi darah.
d) Terapioksigen harus selalu diberikan pada semua pasien syok.Dianjurkan
pemberian oksigen dengan menggunakan masker
e) Pemeriksaan golongan darah dan cross-matching harus dilakukan setiap
pasien syok,terutama pada syok yang berkepanjangan (prolonged
shock).Tranfusi darah diberikan pada keadaan manifestasi pendarahan ynag
nyata.Penurunan hematocrit tanpa perbaikan klinis walaupun telah diberikan
darah segar adalah untuk meningkatkan konsentrasi sel darah merah.Plasma
segar adalah untuk meningkat konsentrasi sel darah merah.Plasma segar
atau suspense thrombosit berguna untuk pasien dengan DIC yang
menimbulkan pendarahan massif.Pemeriksaan hematologi seperti PT,PTT,
dan FDP berguna untuk menentukan berat ringannya DIC.
f) Pemantauantanda vital dan kadar hematocrit harus dimonitor dan dievaluasi
secra teratur untuk menilai hasil pengobatan.Hal-hal yang harus
diperhatikan pada pemantaun adalah:
- Nadi,tekanan darah,respirasi dan temperature harus dicatat setiap 15-30
menit atau lebih sering sampai syok teratasi.ii.Kadar hematocrit harus
diperiksa tiap 4-6 jam sampai klinis pasien stabil.
- Setiap pasien harus mempunyai formulai pemantauan mengenai jenis
cairan,jumlah dan tetesan,untuk menentukan apakah cairan sudah
mencukupi.iv. Jumlah dan frekuensi diuresis (normal diuresis 2-3
ml/kg/BB/jam).

Anda mungkin juga menyukai