Dalam masyarakat yang berorientasi pada dialog,narasi lisan menjadi sara
komunikasi yang utama.Narasi ini menjadi media komunikasi antara satu kelompok dengan kelompok yang lain dan dapat dipahami secara verbal misalnya lagu rakyat dan saga.Meskipun zaman terlah berubah namun tak bisa dipungkiri bahwa tradisi lisan masih ditanamkan dalam kebudayaan masyarakat seperti ini yang berorentasi pada narasi lisan. Narasi lisan ini kemudian dipatenkan melalui narasi teks yang biasanya kita kenal dengan cerita rakyat dan Nampak juga dalam adat masyarakat. Seperti ysng telah disebutkan sebelumnya tomina’a di toraja memuat tentang narasi antar agama yang didasarkan pada hubungan silsilah dan sumpah dalam ritual Rambu Solodan Rambu Tuka.Selain itu narasi lagu rakyat dalam tradisi ma’badong merangkum cerita-cerita budaya secara lisan.Lagu rakyat Ma’badong membantu orang toraja memelihara warisan budaya dan agama.Narasi lisan seperti ini biasanya ditayangkan oleh media baik itu TV nasional maupun media sosial ( Youtube,FB,Ig) dengan tujuan agar mendistribusikan memori dan menguatkan ingatan akan silsilah dan paham antar umat beragama.
Di daerah pasca konflik seperti Maluku,lagu rakyat memberikan sumbangsih yang
sangat luar biasa karena menciptakan rasa memiliki dan semangat persatuan yang besar. Lagu daerah (kapata) dapat menciptakan solidaritas sosial yang berdasarkan pada hubungan umat beragama yaitu kristen dan islam.Solidaritas sosial yang lahir dari rasa yang sama seperti masyarakat dimaluku yang akhirnya dipersatukan karena merasa berasal dari satu tempat yang sama yaitu Nunusaku menjadikan narasi lisan sebagai sebuah media berdialog yang mampu memberika titik terang bagi orang yang berkonflik. Nunusaku dalam bentuk lagu akhirnya dapat memberikan suatu rasa dami,aman dan rasa memiliki yang sama bagi masyarakat Maluku sehingga melalui lagu solidaritas sosial berbasis budaya dapat diwujudkan demi menciptakan suatu landasan solidaritas dan identitas kolektif