Anda di halaman 1dari 10

Penetapan Boraks dengan Kurkumin pada Tahu

Maura Syafa Islami

260110150163

Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, Jatinangor,


Sumedang

Abstrak

Penggunaan boraks di dalam makanan sudah lama dilarang oleh pemerintah


melalui undang-undang dan Permenkes. Namun pada kenyataannya, boraks masih
sering digunakan sebagai bahan tambahan makanan, salah satunya tahu. Sehingga
pada praktikum kali ini dilakukan pengujian boraks pada tahu secara kualitatif
dengan menggunakan kertas tumerik dan uji nyala. Dari hasil yang didapat,
diketahui bahwa sampel negatif mengandung boraks.

Kata kunci: Boraks, uji nyala, kertas tumerik

Determination of Borax with Curcumin in Tofu

Abstract

The use of borax in food has long been prohibited by the government through
legislation and Regulation of Health Minister (Permenkes). But in fact, borax is
still used as food addictive, in tofu for example. This experiment was carried out
to test the presence of borax in tofu qualitatively by using turmeric paper and
flame test. From the results obtained, it is known that the sample is negative
contain borax.

Keyword: Borax, flame test, turmeric paper


PENDAHULUAN kompleksasi. Eksitasi elektron adalah
transfer elektron ke tingkat lebih
Penggunaan boraks di dalam
tinggi, namun tetap terikat (Colwell,
makanan sudah lama dilarang oleh
2017). Sedangkan kompleksasi adalah
pemerintah sesuai dengan UU RI
terbentuknya senyawa baru yang
tahun 1996 pasal 10 ayat 1 mengenai
kompleks akibat reaksi satu atau lebih
keamanan pangan, serta Permenkes
konstituen (Martin, et.al, 1990).
RI No. 722/Menkes/Per/X/1988 dan
perubahannya yaitu Permenkes No, Boraks merupakan senyawa
1168/Menkes/Per/X/1999. Hal ini dengan nama kimia natrium tetraborat
disebabkan karena boraks dapat (NaB4O7) berupa hablur transparan
meracuni sel dan pada keracunan atau serbuk hablur putih dan tidak
kronik, dapat mengakibatkan berbau. Senyawa ini larut pada 20
anoreksia, penurunan berat badan, bagian air, 0,6 bagian air mendidih,
muntah, diare, ruam kulit, dan lain- dan 1 bagian gliserol, serta praktis
lain (Saparinto dan Hidayanti, 2006). tidak larut dalam etanol (Depkes RI,
1979; Depkes RI, 1995). Di dalam air,
Namun pada kenyataannya,
boraks merupakan campuran natrium
boraks masih sering digunakan
hidroksida dan asam borat (Haddad
sebagai bahan tambahan makanan,
and Winchester, 1990). Sehingga
salah satunya tahu. Sehingga pada
bahaya boraks identik dengan bahaya
praktikum kali ini dilakukan
asam borat (Khamid, 1993).
pengujian boraks pada tahu secara
kualitatif dengan menggunakan Pada umumnya, pedagang
kertas tumerik dan reaksi nyala. Pada curang menambahkan boraks
kertas tumerik, hasil positif ditandai sebanyak 0,1-0,5% atau 1000-5000
dengan perubahan warna dari kuning ppm ke dalam makanan (Saparinto
ke merah, hingga merah kecoklatan dan Hidayanti, 2006).
(Hartati, 2017).
Perubahan warna kurkumin
Prinsip yang digunakan pada dari kuning menjadi merah, yang
reaksi nyala dan uji dengan kertas merupakan kompleks rososianin
tumerik adalah ekstasi elektron dan dapat mengindikasikan adanya boron
(Ran, et.al, 2009). Rososianin uap. Lalu setelahnya ditetesi dengan
merupakan formasi kompleks 2:1 tiga tetes H2SO4 dan tiga tetes
kurkumin dan asam borat dalam methanol, kemudian dibakar dan
larutan bersifat asam (Wanninger, dilihat nyala apinya.
et.al, 2015).
Uji dengan menggunakan
kertas tumerik dilakukan dengan
menyiapkan kertas tumerik terlebih
METODE
dahulu. Sejumlah kunyit dipotong-
a. Alat potong kemudian dihaluskan. Setelah
Alat-alat yang digunakan pada itu kunyit disaring bagian cairnya.
prosedur penetapan boraks adalah Kertas saring berukuran secukupnya
mortar dan stemper, cawan penguap, dicelupkan ke dalam sari kunyit dan
kertas saring, kurs, oven, dikeringkan.
sentrifugator, neraca, penangas air,
Sebagian sampel yg telah
pipet tetes, dan tanur.
mengabu dari reaksi nyala
b. Bahan
ditambahkan air dan sedikil HCl 5N
Bahan-bahan yang diperlukan
dan dicek pHnya. Kemudian disaring
antara lain air kapur, aquadest, asam
ke dalam cawan uap dan ditetesi asam
oksalat, larutan HCl, larutan H2SO4,
oksalat jenuh 4 tetes. Kertas tumerik
kurkumin, dan methanol.
dicelupkan ke dalam sampel dan
c. Prosedur
dilihat perubahan warna yang terjadi.
Reaksi nyala dilakukan dengan
menimbang sampel sebanyak 10g,
dihaluskan, dan dicampurkan dengan 1
bagian air kapur. Sebagian sampel
kemudian dimasukkan ke dalam kurs
dan dikeringkan di dalam oven.
Setelah kering, kurs dimasukkan ke
dalam tanur hingga terjadi pengabuan
sempurna. Sampel dikeluarkan dari
kurs dan dimasukkan ke dalam cawan
HASIL

a. Reaksi Nyala

No. Perlakuan Hasil


1. Ditimbang 10 gram sampel Sampel halus yang sudah tercampur
tahu, kemudian dihaluskan dengan air kapur
dengan mortar dan stamper
dan ditambahkan 1 bagian air
kapur.

2. Sampel dikeringkan dengan Sampel tahu yang sudah kering


menggunakan oven

3. Sampel dimasukkan ke dalam Sampel berbentuk arang berwarna


kurs dan dimasukkan ke dalam hitam
tanur hingga terjadi pengabuan
sempurna

4. Sebagian sampel dimasukkan Tidak terlihat warna hijau pada nyala


ke dalam cawan uap dan api. Sampel negatif mengandung
diteteskan 3 tetes asam sulfat boraks
dan 3 tetes methanol
kemudian dibakar
b. Uji Kertas Tumerik

No. Perlakuan Hasil


1. Dipotong-potong kunyit, Didapatkan sari kunyit
kemudian ditumbuk halus dan
diambil sarinya

2. Kertas saring yang telah Didapatkan kertas tumerik


dipotong secukupnya
dicelupkan ke dalam sari
kunyit kemudian dikeringkan

3. Sebagian abu sampel pada Sampel dalam cawan uap dengan


metode reaksi nyala pH= 0

ditambahkan dengan HCl 5N


dan disaring ke dalam cawan
uap

4. Sampel ditambahkan 4 tetes Warna kertas tumerik berubah dari


asam oksalat jenuh, kemudian kuning menjadi coklat kehitaman.
kertas tumerik dicelupkan ke Sampel negatif mengandung boraks.
dalamnya dan diberi uap
ammonia
PEMBAHASAN Pertama-tama sampel ditimbang,
Boraks merupakan senyawa dihaluskan dan ditambahkan 1 bagian
berbahaya yang sering kali air kapur, dikeringkan dengan oven,
ditambahkan pada makanan untuk lalu dilakukan pengabuan dengan
mengawetkan serta meningkatkan menggunakan tanur.
tekstur kenyal. Menurut Saparinto Proses pengabuan bertujuan
dan Hidayanti (2006), boraks dapat untuk menghilangkan komponen-
menjadi racun bagi sel apabila komponen senyawa organik dari
dikonsumsi, dan pada keracunan dalam sampel, sedangkan
kronik dapat mengakibatkan penambahan air kapur adalah untuk
anoreksia, penurunan berat badan, membuat garam-garam boraks tidak
muntah, diare, ruam kulit, dan lain- menguap, serta mengikat dan
lain. Sehingga kehadiran senyawa ini mengubah zat-zat organik menjadi
pada makanan dalam konsentrasi karbonat sehingga proses pengabuan
berapapun dilarang tegas oleh dan penghilangan senyawa organik
pemerintah. Berikut merupakan dapat sempurna, menyisakan hanya
struktur kimia boraks (Winarno, senyawa anorganik (termasuk boron)
1992): di dalam sampel.
Selanjutnya sampel ditambahkan
dengan asam sulfat (H2SO4) dan
methanol, lalu dibakar. Jika nyala api
Pada praktikum kali ini, telah berwarna hijau, maka dapat dicurigai
dilakukan pengujian boraks pada bahwa sampel positif mengandung
sampel tahu secara kualitatif dengan boraks karena nyala api hijau
uji nyala dan kertas tumerik dengan menandakan terdapat reaksi antara
metode destruksi. boron dengan api dan methanol.
Pada reaksi nyala, digunakan H2SO4 merupakan katalisator
prinsip eksitasi elektron, yaitu pada proses reaksi asam borat dengan
perpindahan elektron ke tingkat yang metanol yang menghasilkan ester
lebih tinggi, namun tidak permanen. inorganik, yaitu trimetil borat. Reaksi
yang terjadi pada uji nyala adalah mengandung boraks karena tidak
sebagai berikut (Svehla, 1979): terbentuk nyala api berwarna hijau.
Pada uji boraks dengan kertas

Na2B4O7 + H2SO4 + 5H2O 4H3BO3 + 2Na+ + 2SO42- tumerik, pertama-tama sampel yang

H3BO3 + 3CH3OH B(OCH3)3 + 3H2O
telah diabukan (dari metode uji
Atom memiliki dua jenis nyala), ditambahkan HCl 5N
kondisi, yaitu ground state dan kemudian disaring dan ditambahkan
excited state yang di mana pada dengan 4 tetes asam oksalat jenuh.
ground state, setiap elektron pada Penambahan HCl
atom akan berada pada energi dimaksudkan untuk melarutkan
terendahnya. Namun, Murov (2015) garam boraks yang terdapat pada
menjelaskan bahwa proses sampel dan memberikan suasana
pembakaran dapat meningkatkan asam yang diperkuat dengan
elektron dari ground state ke orbital penambahan asam oksalat jenuh.
yang lebih tinggi (excited state). Pengujian boraks dengan
Ketika akan kembali ke tingkat kurkumin harus dilakukan pada
ground state, elektron akan suasana asam karena jika dilakukan
mengemisikan radiasi yang berada pada suasanya yang basa, kurkumin
pada daerah spectrum visible yang akan bereaksi dengan basa dan
memberikan nyala yang khas pada menghasilkan positif palsu.
beberapa senyawa (Raj, 2002). Hal Setelah penambahan asam,
inilah yang menyebabkan sampel kertas tumerik yang telah kering
yang positif mengandung boraks dicelupkan ke dalam sampel tersebut,
akan menghasilkan nyala berwarna kemudian diberi uap ammonia.
hijau saat pembakaran. Yaitu Sesuai dengan prinsipnya,
terdapatnya eksitasi elektron pada pada uji boraks dengan kurkumin,
atom boron yang terkandung dalam akan terbentuk suatu kompleks
senyawa boraks. kurkumin-boron dengan
Hasil dari uji nyala perbandingan 2:1 yang berwarna
menunjkkan bahwa sampel negatif merah cerah, bernama kompleks
rososianin. Reaksinya adalah sebagai Setelah dilakukan uji kualitatif
berikut (Lawrence, et.al, 2012): dengan menggunakan uji nyala dan uji
dengan kertas tumerik dengan metode
destruksi, sampel tahu yang digunakan
tidak menunjukkan hasil positif
mengandung boraks.
Namun, hal ini tidak dapat
menjamin sampel benar-benar tidak
mengandung boraks karena mungkin
saja terdapat kesalahan dalam proses
pengerjaannya. Seperti pada proses
Kompleks rososianin bersifat
kurang stabil. Sehingga senyawa ini pengabuan dengan tanur. Sampel
yang digunakan belum mengabu
mudah terdekomposisi dengan
secara sempurna karena saat
kehadiaran basa seperti ammonia
dikeluarkan, sampel masih berbentuk
yang menurut See, et.al (2010), akan
merubah warna kertas tumerik dari arang berwarna hitam, bukan

merah cerah (kompleks rososianin) berbentuk abu. Hal ini mungkin

menjadi hijau kebiruan. dapat berdampak pada pengujian


yang dilakukan setelahnya
Ada pun menurut Pereira
(2014), ammonia sendiri dapat .

bereaksi dengan kurkumin KESIMPULAN


menghasilkan warna kemerahan.
Telah dilakukan pengujian boraks
Pada sampel yang diuji, warna
secara kualitatif pada sampel tahu
pada kertas tumerik berubah dari
menggunakan uji nyala dan kertas
kuning menjadi merah kecoklatan. Hal
tumerik dengan metode destruksi.
ini menandakan bahwa tidak ada
Dari hasil yang diperoleh, diketahui
boraks yang bereaksi dengan
bahwa sampel negatif mengandung
kurkumin. Merah kecoklatan yang
boraks.
dihasilkan diperoleh dari reaksi antara
ammonia dan kurkumin. .
DAFTAR PUSTAKA Boronic Acids. Analytical
Methods, Volume 4, pp. 2215-
Colwell, C. H. 2017. Excitation.
2217.
http://dev.physicslab.org/Docume
nt.aspx?doctype=3&filename=At Martin, A., J. Swarbick, dan A.
omicNuclear_Excitation.xml Cammarata. 1990. Farmasi Fisik.
[diakses pada 1 Oktober 2017] Jilid 1. Jakarta: UI Press.

Depkes RI. 1979. Farmakope Murov, S. L. 2015. Experiments in


Indonesia. Edisi III. Jakarta: General Chemistry. 6th Ed. USA:
Depkes RI Cengage Learning.

Depkes RI. 1995. Farmakope Pereira, J. 2014. The Elements of


Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Materia Medica and
Depkes RI Therapeutics. UK: Cambridge
University Press.
Haddad, L. M., and J. F. Winchester.
1990. Borate on Clinical Raj, G. 2002. Advances Practical
Management of Poisoning Inorganuic Chemistry. 21th Ed.
and
Meerut: Goel Publishing House.
Drug Overdose. London: WB
Saunders Co. Ran, et.al. 2009. Design, Synthesis,
and Testing of Difluoroboron-
Hartati, F. K. 2017. Analisis Boraks
Derivatized Curcumins as Near-
secara Cepat, Mudah, dan Murah
Infrared Probes for in Vivo
pada Kerupuk. Jurnal Teknologi
Detection of Amyloid-b
Proses dan Inovasi Industri, 2(1):
Deposits. J. Am. Chem. Soc, 131
33-37
(42): 15257-15261.
Khamid, 1993. Bahaya Boraks Bagi
Saparinto, C., dan D. Hidayanti. 2006.
Kesehatan. Jakarta : Penerbit
Bahan Tambahan Pangan.
Kompas
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Lawrence, K. et al., 2012. A Simple
See, A. S., A. B. Salleh, F. A. Bakar,
and Effective Colorimetric
N. A. Yusof, A. S. Abdulamir,
Technique for The Detection of
and L. Y. Heng. 2010. Risk and
Helath of Boric Acid. American
Journal of Applied Aciences, 7(5):
620-627.

Svehla, G., 1979. Vogel's Textbook of


Macro and Semimicro Qualitative
Inorganic Analysis. 5th Ed. New
York: Longman Inc.

Wanninger S., Lorenz V., Subhanb


A., Edelmann F.T. 2015. Metal
Complexes of Curcumin-
Synthetic Strategies, Structures
and Medicinal Applications.
Chem. Soc. Rev., 44, 4986-5002.

Winarno, F. Srikandi, F. Dedi. 1992.


Pengantar Teknologi Pangan.
Jakarta: Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai