Anda di halaman 1dari 6

2.

1 Sekresi Air Mata

Air mata membentuk lapisan tipis setebal 7-10 pm yang menutupi epitel

kornea dan konjungtiva. Fungsi lapisan ultra-tipis ini adalah (1) membuat kornea

menjadi permukaan optik yang licin dengan meniadakan ketidakteraturan minimal

di permukaan epitel; (2) membasahi dan melindungi permukaan epitel kornea dan

konjungtiva yang lembut; (3) menghambat pertumbuhan mikroorganisme dengan

pembilasan mekanik dan efek antimikroba; dan (4) menyediakan kornea berbagai

substansi nutrient yang diperlukan (Vaughan & Asbury’s, 2018).

Sekresi air mata diatur oleh serat kolinergik dari sistem syaraf parasimpatis,

stimulasi simpatik pada kelenjar adrenal, dan fakor humoral tertentu.

2.1.1 Lapisan air mata

Air mata adalah cairan yang dikeluarkan oleh mata untuk memelihara

kesehatan mata dengan cara menjaga kelembapannya dan menjaga keseimbangan

kadar air mata. selaput air mata yang membungkus mata, dikenal sebagai selaput

prekorneal (precorneal film), terdiri dari 3 lapisan yang berbeda, dari permukaan

paling luar sampai ke dalam:

1. Lapisan lipid

Lapisan lipid berfungsi untuk penghalang hidrofobik dan mencegah

meluapnya air mata ke pipi. Lapisan ini disekresi oleh kelenjar meibom

atau meibomian gland.

2. Lapisan air
Mengandung air dan protein. Lapisan air berfungsi untuk barrier

fisiologis dan mengendalikan infeksi pada mata. Lapisan ini disekresi

oleh lacrimal gland.

3. Lapisan mukosa

Lapisan ini disekresi oleh sel goblet pada konjungtiva. Fungsinya adalah

meningkatkan lapisan tahan air, meratakan penyebaran air mata dan

melindungi kornea

(Prabha, 2014)

Gambar 2.1. Tiga lapisan film air mata yang melapisi lapisan epitel superfisial di
kornea (Vaughan & Asbury’s, 2018).

2.1.2 Protein Air Mata

Protein air mata disekresikan oleh kelenjar lakrimal dan mengandung

laktoferin, molekul antimikroba, IgA sekretori lakrimal, dll. Laktoferin


(laktotransferrin) adalah glikoprotein yang berada di dalam neutrofil dan

disekresikan dalam konsentrasi kecil oleh kelenjar eksokrin termasuk kelenjar

lakrimal. Laktoferin adalah bagian dari pertahanan spesifik tubuh secara tidak

langsung. Laktoferin memiliki aktivitas antimikroba dan merupakan protein-

carrier. Saat ini hampir 60 protein air mata diketahui termasuk protein yang sangat

dikenal seperti lacitin, protein kaya prolin, lipocalin, lipofilin, dll. Lisozim memiliki

aktivitas antibakteri. Lipocalin 1 (prealbumin) dan lipofilin A adalah protein

pembawa. Beberapa protein lain termasuk apolipoprotein H, fosfolipase A2,

ribonuclease4, lipophilin C dll. Air mata juga mengandung IgA, IgD, IgG, IgE. IgA

bertindak sebagai agen pertahanan bersama dengan fagosit dan lisozim hadir dalam

film air mata. Karenanya mereka melindungi mata dari debu dan agen infeksi

lainnya. (Prabha, 2014).

2.1.3 Fisiologi Sekresi Air Mata

Sekresi air mata diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu, basal, air mata

emosional dan refleks. Air mata basal disekresikan dan menyebar terus menerus

oleh mata dan berfungsi untuk melembabkan mata. Air mata refleks adalah air mata

yang diproduksi oleh rasa sakit, rangsangan eksternal atau benda asing. Hiposekresi

disebabkan oleh mata kering dan hipersekresi disebabkan oleh peradangan mata,

kornea atau iritasi hidung, dll (Prabha, 2014).

1. Sekresi Air Mata Basal

Adalah sekresi yang dilakukan terus menerus untuk menjaga

kelembapan mata. Setiap hari, pada manusia normal, air mata disekresi

sebanyak 0,75-1,1gram, dan makin berkurang seiring dengan


pertambahan usia. Air mata dikeluarkan setiap detik dengan laju 2

mikroliter per menit setiap hari dan didrainase oleh punctum lakrimalis

(Prabha, 2014)

2. Sekresi Air Mata Emosional

Manusia menangis untuk mengekspresikan emosinya. Ketika

merasakan gejolak emosi, sistem limbik pada otak manusia mengirimkan

sinyal ke Pons dan kemudian diteruskan kepada kelenjar lakrimalis untuk

memproduksi air mata (Mukamal, 2017).

3. Sekresi Air Mata Refleks

Sekresi air mata refleks terjadi karena iritasi mata yang dapat

disebabkan oleh partikel asing, zat iritan, juga dapat terjadi ketika

menguap, batuk, dan muntah.(Prabha, 2014).

Pada sekresi air mata akibat iritasi, reseptor sensorik merespon

kondisi permukaan bola mata pada kornea dan konjungtiva. Reseptor ini

selanjutnya akan mengirimkan sinyal aferen ke sistem saraf pusat yang

kemudian akan memberikan impuls eferen berupa parasimpatis dan

simpatis pada kelenjar lakrimal

2.2 ekskresi Air Mata

Sistem ekskresi terdiri atas punctum, kanalikuli, saccus lacrimalis, dan

ductus nasolacrimalis Setiap kali berkedip, palpebra menutup seperti ritsleting –

mulai dari lateral, menyebarkan air mata secara merata di atas kornea, dan

menyalurkannya ke dalam sistem ekskresi pada aspek medial palpebra. Pada

kondisi normal, air mata dihasilkan dengan kecepatan yang kira-kira sesuai dengan
kecepatan penguapannya. Dengan demikian, hanya sedikit yang sampai ke sistem

ekskresi.

Bila sudah memenuhi saccus konjungtivalis, air mata akan memasuki

puncta sebagian karena sedotan kapiler. Dengan menutup mata, bagian khusus

orbicularis pratarsal yang mengelilingi ampula akan mengencang untuk

mencegahnya keluar. Bersamaan dengan itu, palpebra ditarik ke arah crista

lacrimalis posterior, dan traksi fascia yang mengelilingi saccus lacrimalis berakibat

memendeknya kanalikulus dan menimbulkan tekanan negatif di dalam saccus.

Kerja pompa dinamik ini menarik air mata ke dalam saccus/ yang kemudian

berjalan melalui ductus nasolacrimalis karena pengaruh gaya berat dan elastisitas

jaringan, ke dalam meatus inferior hidung. Lipatan lipatan serupa katup milik epitel

pelapis saccus cenderung menghambat aliran balik udara dari air mata. Yang paling

berkembang di antara lipatan ini adalah "katup" Hasner di ujung distal ductus

nasolacrimalis. Struktur ini penting karena bila tidak berlubang pada bayi, menjadi

penyebab obstruksi kongenital dan dakriosistitis menahun. (Vaughan & Asbury’s,

2018).

Sumber:

1. Prabha JL, 2014, Tears Secretion: a Short Review, J. Pharm. Sci.

& Res. Vol. 6(3), 2014,155-157.


2. Mukamal R, 2017, All About Emotional Tears,

https://www.aao.org/eye-health/tips-prevention/all-about-

emotional-tears (Diakses pada 28 Juni 2019).

3. Eva, P. R., & Witcher, J. P. (2018). Vaughan & Asbury General


Ophtalmology, 19th Edition. United States: McGraw-Hill.

4.

Anda mungkin juga menyukai