BPSL Blok 9 2014 Booklet PDF
BPSL Blok 9 2014 Booklet PDF
ORTODONSI 2
SEMESTER V
BLOK 3.5.9
BUKU PRAKTIKUM SKILLS LAB
BLOK 3.5.9
BUKU PRAKTIKUM SKILLS LAB
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
SEMESTER V
TAHUN AKADEMIK 2014-2015
Penyusun :
Tim SL Blok 3.5.9
Editing :
Sekretariat Blok
2
KATA PENGANTAR
Penyusun
3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
1. Tata tertib praktikum / skills lab
1.1 Persiapan sebelum praktikum
1.2 Selama praktikum
1.3 Setelah praktikum
2. Tujuan
2.1 Tujuan umum
2.2 Tujuan khusus
3. Fasilitas yang disediakan
4. Alat yang harus dipersiapkan mahasiswa
5. Materi Skills Lab
6. Metode
7. Tahapan
8. Jadwal skills lab
Daftar pustaka
4
1. TATA TERTIB PRAKTIKUM / SKILLS LAB
1.1. Persiapan sebelum praktikum
- Bacalah buku petunjuk praktikum sehingga dapat menguasai hal
yang harus dikerjakan atau dipahami
- Memakai baju praktikum lengkap dengan name tag, dan membawa
perlengkapan yang diperlukan
- Setiap kali akan mengerjakan / memulai praktikum, periksa dulu
kelengkapan praktikum yang disediakan apakah dalam keadaan baik
atau tidak. Jika ada kekurangan segera lapor kepada instruktur
1.2. Selama praktikum
- Selama praktikum mahasiswa tidak diperbolehkan merokok, makan,
atau memasukkan jari/benda lain ke dalam mulut
- Apabila terjadi kecelakaan sekecil apapun (misal mendapat luka atau
biakan kuman tumpah dalam jumlah cukup banyak) segera lapor
kepada instruktur
1.3. Setelah praktikum
- Bersihkan meja praktikum dan semua peralatan yang dipakai
- Buatlah laporan praktikum secara individu sesuai dengan form dan
dikumpulkan satu minggu sesudahnya.
2. TUJUAN
2.1. Tujuan umum :
Mahasiswa mampu membuat komponen aktif dan pasif, mengaktivasi
komponen aktif sesuai fungsi yang diinginkan, menganalisa model
studi, mendiagnosa suatu kasus maloklusi, menentukan rencana
perawatan, membuat desain peranti alat lepasan.
5
4. Mahasiswa mampu mendiagnosa kelainan maloklusi
5. Mahasiswa mampu menentukan rencana perawatan
6. Mahasiswa mampu membuat desain peranti lepasan
5. MATERI
- Membuat komponen aktif (pegas cantilever tunggal dan busur labial)
dan komponen pasif (cengkeram adams) dari peranti lepasan
ortodonti
- Mengisi Rekam Medik (Melakukan analisis umum, lokal, fungsional,
radiografi model studi , menghitung kebutuhan ruang, menentukan
diagnosa, menentukan rencana perawatan, membuat desain peranti
lepasan ortodonti).
6
6. METODE
- Demonstrasi
- Praktek membuat komponen aktif dan pasif dari peranti lepasan
ortodonti
- Praktek cara mengaktivasi komponen aktif dan sekrup ekspansi
- Mengisi rekam medik (Melakukan analisis umum, lokal, fungsional,
radiografi model studi model studi , menghitung kebutuhan ruang,
menentukan diagnosa, menentukan rencana perawatan)
- Membuat desain peranti lepasan ortodonti sesuai kasus
- Ujian
7. TAHAPAN PEKERJAAN
1. Membuat desain komponen aktif dan retentif (di lembaran ) pada
gambar oklusal gigi RA/RB
2. Masing-masing mahasiswa mendapat 1 model RA atau RB dari gips
keras/stone
3. Membuat komponen aktif (pegas cantilever tunggal dan busur labial)
dan komponen pasif (cengkeram adams) pada model gips
4. Memfiksasi komponen aktif dan pasif peranti lepasan di model gips
5. Peragaan dan latihan cara mengaktivasi komponen aktif dan sekrup
ekspansi
6. Mengisi rekam medik (Melakukan analisis umum, lokal, fungsional,
radiografi model studi model studi , menghitung kebutuhan ruang,
menentukan diagnosa, menentukan rencana perawatan ruang,
membuat desain peranti lepasan ortodonti sesuai kasus).
7
I. MEMBUAT KOMPONEN AKTIF DAN PASIF PERANTI LEPASAN
ORTODONTI
Langkah-langkah :
- Buatlah gambar busur labial pada model dengan pensil.
- Dengan jari bengkokanlah kawat membentuk lengkung geligi
ideal
8
- Perhatikan bahwa apabila dilihat dari samping kedua kaki
busur harus berhimpit, apabila dilihat dari atas, busur harus
melengkung halus tanpa ada lekukan2 tajam dan harus
terlihat simetris
- Cobakan / sesuaikan busur pada model, kemudian
tentukanlah titik untuk bengkokan lup. Letak titik tergantung
pada besar lup yang akan dibuat. Pada umumnya titik
tersebut ditengah-tengah gigi kaninus
- Bengkokanlah kawat pada titik yang telah ditentukan dengan
tang universal
- Buatlah lup sesuai dengan gambar yang telah dibuat memakai
loop forming pliers / tang coil. Panjang lup tergantung pada
kedalaman vestibulum oris. Perhatikan bahwa lup tidak boleh
menjepit gingival atau terlalu jauh dari gingival
- Buatlah lup pada sisi yang lain dengan cara yang sama
- Pembuatan tag: bengkokanlah kawat kearah palatum
melewati embrasure C dan P. Buat pada ke dua sisi
- Busur labial selesai dibuat dilihat dari oklusal
Gambar :
Draw a line mid crown height, level Cut a length of 0.7mm stainless steel
with occlusal plane. wire, then straighten using pliers and
fingers.
9
With fingers and thumbs, form the The wire will bend in the areas where
wire into an ideal arch. the most pressure is applied.
Try the ideal arch against the model, Using the pencil line as a reference,
using the pencil mark as a guide mark the canine eminence onto the
The bow should rest passively against wire.
the teeth.
10
Make a 90 degree bend. Using spring formers, make a U-loop
Length of U-loop should be just
beyond original margin
11
Bend wire at contact point and across Tag end to extend 2/3 into palate.
occlusion.
Uniform spacing of 1mm, with a foot Occlusal view: Notethat U-loop follows
at the end of tag. contour of arch.
12
U-loop position
Should lie approx. 1mm away from
tissue
13
d. Cara aktivasi :
- Digunakan tang pembentuk lup untuk mengaktifkan busur labial
- Lup dipegang dengan tang, tekuk kaki depan lup atau sempitkan lup
dengan tang
- Dengan melakukan ini kaki horizontal busur akan bergerak kea rah
insisal
- Kaki busur perlu dibetulkan dengan menahan lup dan menempatkan
kaki horizontal busur di tengah gigi
14
- Apabila ditanam secara box in maka koil diletakkan menempel
dengan model sedangkan tag sedikit terangkat dari model
- Perhatikan bahwa letak titik fulcrum sangat mempengaruhi
arah gerak pegas
Gambar :
15
Cara aktivasi :
- Dengan menarik lengan pegas kearah pergerakan gigi /
dengan memencet koil sehingga lengan pegas bergerak
kearah yang diinginkan
- Perlu diperiksa apkah posisi pegas dan titik kontak dengan
gigi sudah benar
- Pada kunjungan pertama dilakukan aktifasi ringan saja yaitu
defleksi antara 1-2 mm
- Pada kunjungan berikutnya defleksi dapat sampai 3 mm
16
1.3 CENGKERAM ADAMS
a. Fungsi :
- Sebagai komponen retentif
b. Bahan :
- Kawat Stainless steel diameter 0,7 mm
c. Cara Pembuatan :
1. Meradir pada bagian mesiobukal dan distobukal dengan jarak ±
0.5 – 1 mm dari bagian aproximal gigi. Meradir dilakukan bila gigi
belum erupsi sempurna atau undercut tidak terlihat jelas
Cara meradir :
- Pengambilan gips pada daerah mesiobukal/distobukal gigi
dengan ujung pisau model secara vertical
- Pengambilan gips pada daerah mesiobukal/distobukal gigi
dengan ujung pisau model secara horizontal
2. Menentukan titik pada model untuk tempat kontak kedua ujung
arrow head
3. Tahap membengkokan kawat :
- Mula-mula kawat diluruskan
- Bengkokan kawat dengan kekuatan ibu jari ( tang hanya
sebagai pemegang ) membentuk sudut lancip ± 70º- 80º
- Beri tanda dengan spidol untuk bengkokkan sisi berikutnya
sesuai dengan jarak antara titik mesio dan disto aproksimal
yang telah tergambar
- Bengkokan kawat pada sisi berikutnya
- Pembuatan arrow head :
Panjang arrow head tergantung pada tinggi mahkota gigi
dan posisi gigi. Bidang arrowhead membuat sudut ± 45º
dengan jembatan / bridge ( bagian horizontal kawat antera
bengkokan pertama dan kedua ). Pembuatan arrowhead
dilakukan pada kedua sisi
17
Gambar :
18
19
1.4 SEKRUP EKSPANSI
Terdapat berbagai macam sekrup ekspansi yang dapat
digunakan untuk menggerakkan gigi. Ada yang mempunyai guide pin
tunggal maupun ganda. Sekrup dengan pin ganda lebih stabil, pin
tunggal lebih berguna apabila tempatnya sempit, misal di rahang
bawah.
a. Fungsi :
- Melebarkan / mengekspansi lengkung geligi
- Menggerakan satu gigi / beberapa gigi kearah mesio distal
- Menggerakan satu gigi / beberapa gigi kearah bukal / labial
b. Bahan :
Stainless steel
c. Bagian-bagian sekrup ekspansi :
20
d. Cara Pemasangan :
1. Ekspansi transversal anterior
Sekrup dipasang :
- Sejauh mungkin ke anterior
- Setinggi mungkin di palatum
- Membentuk sudut 90º terhadap garis median
- Bagian posterior diberi kawat penahan diameter 0.9 mm
Gambar :
21
3. Ekspansi tranversal anterior dan posterior
Sekrup dipasang :
- Sedalam mungkin di palatum
- Diantara P1 kiri dan kana
- Membentuk sudut 90º terhadap garis median
- Sumbu panjang sejajar bidang oklusal
Gambar :
e. Cara aktivasi :
- Dilakukan pemutaran dengan kunci yang tersedia, sesuai
dengan arah perputaran yang biasanya berupa tanda panah
- Apabila pada sekrup tidak ada arah pemutaran , sebaiknya
pada lempeng akrilik diberi tanda arah pemutaran
- Sekrup diputar seperempat putaran seminggu sekali
- Operator perlu mengajari pasien atau orang tua cara memutar
sekrup dengan benar
22
II. MENGISI REKAM MEDIS
2.1 Data Pasien
1. Nama Pasien :
Nama pasien dicatat dengan benar
2. Jenis kelamin :
Pencatatan jenis kelamin pasien diperlukan berkaitan segi psikologi
perawatan :
• Pasien wanita lebih sensitif dari pada pasien lelaki oleh karena itu
perawatan harus dilakukan dengan cara yang lebih lemah lembut dari
pasien lelaki.
• Pasien wanita lebih memperhatikan secara detil keteraturan giginya
dari pada pasien laki-laki.
• Pasien wanita biasanya lebih tertib lebih sabar dan lebih telaten dari
pada pasien lelaki dalam melaksanakan ketentuan perawatan
3. Usia :
Pencatatan usia diperlukan untuk :
• Mengetahui apakah pasien masih dalam masa pertumbuhan /
sudah berhenti
• Pertumbuhan gigi-geligi termasuk periode gigi susu/decidui,
campuran/ mixed atau tetap/permanent.
• Gigi yang sudah erupsi sudah sesuai dengan umur pasien
(menurut umur erupsi gigi).
• Menetapkan jenis alat ortodontik yang tepat untuk digunakan
(alat cekat atau lepasan, alat aktif atau fungsional)
• Untuk memperkirakan waktu /lama perawatan yang diperlukan.
Apakah perawatan bisa segera dilaksanakan atau harus ditunda,
berapa lama dibutuhkan perawatan aktif dan berapa lama
diperlukan untuk periode retensi
4. Tanggal Lahir:
Untuk mengetahui usia secara detail berdarkan hari bulan dan tahun
5. Alamat :
Pencatatan alamat (dan nomer telepon) diperlukan agar operator
dapat menghubungi pasien dengan cepat bila diperlukan . Sebaliknya
pasien juga diberi alamat (dan nomer telepon) operator untuk
mempermudah komunikasi.
6. Nama Orang tua:
23
7. Pekejaan Orang tua:
8. Suku bangsa :
Pencatatan suku bangsa diperlukan karena suatu kelompok suku
bangsa atau ras tertentu akan mempunyai ciri-ciri spesifik yang masih
termasuk normal untuk kelompok tersebut (misalnya suku bangsa
Negroid sedikit protrusif masih termasuk normal).
24
Jenis, Kapan, Durasi, Frekuensi, Intensitas, Posisi, Apakah ada
hubungan antara bad habit yang dilakukan dengan keadaan
maloklusi pasien
25
- Jenis : Bad habit apa yang telah dilakukan ?
- Kapan : Umur berapa bad habit dilakukan, apakah sekarang
masih dilakukan ?
- Durasi : Dari sejak kapan sampai kapan dilakukan ?
- Frekuensi : Berapa kali per jam / perhari dilakukan ?
- Intensitas : Seberapa kuat / keras dilakukan ?
- Posisi : Bagaimana dan di bagian mana dilakukan ?
- Apakah ada hubungan antara bad habit yang dilakukan
dengan keadaan maloklusi pasien
Cara pengukuran
pasien di dudukkan kemudian dilihat dr belakang
Indeks kepala = Lbr kepala (B) (jrk bizigomatik supramastoideus) x 100
Panjang kepala (A) (Jarak Gl –Oc)
26
Klasifikasi bentuk muka dan kepala menurut Sukadana (1976)
berdasarkan:
Indeks muka = Tinggi muka ( A) (Jarak N – Gn) x 100
Lebar muka (B) (Jarak bizigomatik)
Klasifikasi indeks muka :
- Euriprosop ( muka pendek, lebar) : 80,0 – 84,9
- Mesoprosop (muka sedang ) : 85,0 – 89,9
- Leptoprosop (muka tinggi, sempit) : 90,0 – 94,9
Jika indeks : < 80,0 : Hipo Euriprosop
> 94,9 : Hiper Leptoprosop
Profil muka : Menurut Graber (1972) dikenal tiga tipe profil muka yaitu :
- Cembung (convex), bila titik petemuan Lcb-Lca berada didepan garis
Gl-Pog
- Lurus (straight ), bila titik petemuan Lcb-Lca berada tepat pada garis
Gl-Pog
- Cekung (concave), bila titik petemuan Lcb-Lca berada dibelakang
garis Gl-Pog
Untuk menentukan profil muka digunakan 4 titik anatomis sebagai acuan
:
- Glabella (Gl) : Titik terendah dari dahi terletak pada tengah-tengah
diantara alis mata kanan dan kiri.
- Lip contour atas (Lca) : Titik terdepan bibir atas.
- Lip contour bawah (Lcb) : Titik terdepan bibir bawah
27
- Pogonoin (Pog) : Titik terdepan dari dagu didaerah symphisis
mandibula.
28
Keadaan lidah : normal /macroglossia / microglossia
Pasien yang mempunyai lidah besar ditandai oleh :
- Ukuran lidah tampak besar dibandingkan ukuran lengkung giginya
- Dalam keadaan relax membuka mulut, lidah tampak luber menutupi
permukaan oklusal gigi-gigi bawah.
- Pada tepi lidah tampak bercak-bercak akibat tekanan permukaan
lingual mahkota gigi (tongue of identation)
- Gigi-gigi tampak renggang-renggang (general diastema)
Palatum : normal / tinggi / rendah serta normal / lebar / sempit
Pasien dengan pertumbuhan rahang rahang atas kelateral kurang
(kontraksi) biasanya palatumnya tinggi sempit, sedangkan yang
pertumbuhan berlebihan (distraksi) biasanya mempunyai palatum
rendah lebar.Jika ada kelainan lainnya seperti adanya peradangan,
tumor, torus, palatoschisis,dll. dicatat.
Cara Pengukuran:
menggunakan kaca mulut no4
< ½ kaca mulut: rendah
> ½ kaca mulut: tinggi
Cara pengukuran palatum dengan indeks Korkhaus :
Tinggi palatum menurut Korkhaus didefinisikan sebagai jarak tinggi
garis vertikal yang tegak lurus dengan midpalatal raphe. Garis vertikal
ini berjalan dari permukaan palatum sampai bidang oklusal (molar
pertama rahang atas).
Palatal height index = Palatal height x 100
Posterior arch width
>42% : palatum tinggi
<42 %: palatum dangkal.
Fonetik: Normal/tidak normal
Garis tengah geligi atas: normal/ bergeser
Garis tengah geligi bawah: normal/bergeser
Amati posisi garis tengah gigi rahang atas dan rahang bawah
terhadap suturapalatina jika didapatkan penyimpangan, kearah mana
penyimpangannya dan ukur seberapa besar penyimpangan tersebut
29
2.6 Keadaan Gigi Geligi
Periksa elemen gigi apa saja yang ada pada pasien. Tulislah rumus
gigi sesuai dengan gigi yang sudah erupsi dan beri keterangan.
Periksa gigi-gigi yang telah mengalami perawatan dan gigi yang tidak
normal atau telah mengalami perawatan.
30
Pola Atrisi: keausan gigi dibandingkan dengan usia pasien
Tidak normal: bila terjadi pengikisan dataran oklusal gigi permanen
pada usia fase geligi pergantian (usia muda)
3.1 Pengertian :
Model studi adalah replika dari keadaan gigi geligi dan jaringan lunak
di sekitarnya yang digunakan sebagai catatan diagnostik penting dalam
membantu mempelajari oklusi dan gigi geligi, yang berupa cetakan
reproduksi dalam bentuk tiga dimensi.
31
7. Untuk mendiagnosa kelainan maloklusi
8. Untuk menganalisa kebutuhan ruang supaya dapat meletakkan
gigi-gigi dalam lengkung yang ideal
9. Untuk menentukan rencana perawatan
10. Untuk mengamati kemajuan selama perawatan
32
2.4 Kesimetrisan Lengkung Gigi dalam Arah Sagital dan
Transversal
Lengkung gigi yang kedudukannya tidak simetris, biasanya bisa terlihat
sejak pemeriksaan estetika wajah, namun bentuk lengkung yang tidak
simetris bisa juga dijumpai pada wajah yang simetris. Pada beberapa
kasus, bisa juga dijumpai keadaan asimetri hanya pada lengkung
giginya saja, sementara lengkung rahangnya normal.
33
pergeseran garis median pada rahang atas, maka garis yang ditarik
pada midline rahang tadi akan berada tepat pada interdental gigi
insisivus pertama atas kanan dan kiri.
Cara menentukan garis median :
RA : menghubungkan titik pertemuan rugae palatine kedua kiri kanan
dengan titik tengah pada Fovea palatine pada daerah psterior
palatum.
RB : membuat titik pada perlekatan frenulum labial dan lingual dan
titik ini melewati titik kontak insisivi sentral bawah
Gambar :
2.6. Diastema
Adalah ruang antara 2 gigi yang berdekatan.
Gambar :
34
- Tempatkan suatu penggaris pada posisi horizontal mulai dari puncak
tonjol gigi insisivus permanen rahang bawah sampai ke cusp
mesiobukal gigi molar pertama permanen rahang bawah.
- Setelah itu gunakan kaliper zurich untuk mengukur kedalaman kurve
Spee, dengan menempatkan kaliper tersebut pada cusp gigi
premolar rahang bawah secara tegak lurus terhadap penggaris.
- Kemudian catat hasilnya dalam satuan milimeter. Pencatatan
pengukuran tersebut merupakan prediksi besarnya ruangan yang
dibutuhkan untuk mensejajarkan gigi premolar bawah dalam
dataran oklusal yang sama.
Gambar :
35
- Jarak gigit / overjet : jarak horizontal antara incisal insisiv
rahang atas dengan bidang labial insisiv rahang bawah.
- Overjet normal : insisivi atas didepan insisivi bawah
dengan jarak 2-3 mm
- Overjet idak normal : jarak gigit terbalik. Edge to edge
Jurusan vertikal
- Tumpang gigit / over bite : jarak vertical incisal insisivi
rahang atas atas dengan insisal insisivi bawah
- Overbite normal : 2 mm
- Tumpang gigit bertambah : gigitan dalam
- Tumpang gigit berkurang : gigitan terbuka
- Tumpang gigit : 0 (edge to edge)
Jurusan Transversal
Normal : gigitan fisura luar rahang atas
Tidak normal : gigitan fisura dalam atas, gigitan tonjol
Jurusan vertical
Gigitan terbuka : tidak ada kontak gigi atas dan bawah pada
saat oklusi
36
3. Ruang yang tersedia (available space) adalah ruang di sebelah
mesial molar pertama permanen kiri sampai mesial molar pertama
permanen kanan yang akan ditempati oleh gigi-gigi permanen
pada kedudukan yang benar yang dapat diukur pada model studi.
Pada Skills Lab kali ini, kita akan belajar mengukur kebutuhan ruang dengan
salah satu cara.
37
1. Sediakan kawat dari tembaga (brass wire) untuk membuat
lengkungan berbentuk busur.
2. Letakkan brasswire dimulai dari mesial M1 permanen kiri,
menyusuri fisura gigi posterior yang ada didepannya, kemudian
melewati insisal incisive yang letaknya benar / ideal (yang
inklinasinya membentuk sudut 110° terhadap bidang maksila),
kemudian menyusuri fisura gigi posterior kanan dan berakhir sampai
mesial M1 permanen kanan (seperti terlihat pada gambar di
bawah).
3. Beri tanda pada brasswire menggunakan spidol sebagai tanda akhir
pengukuran.
4. Rentangkan kembali brasswire membentuk garis lurus kemudian
ukur mulai ujung kawat sampai pangkal (tanda yang sudah dibuat
dengan spidol).
5. Catat hasil pengukuran yang didapat sebagai available space (tempat
yang tersedia) untuk rahang atas
Rahang Bawah :
Tahapan sama dengan cara mengukur tempat tersedia pada rahang
atas, hanya saja brasswire diletakkan pada oklusal gigi dimulai dari
mesial M1 permanen kiri, menyusuri cusp bukal gigi posterior yang
ada didepannya, kemudian melewati insisal incisive yg letaknya benar
/ ideal (yang inklinasinya 90° / tegak lurus terhadap bidang
mandibula), kemudian melewati cusp gigi potrerior kanan dan berakhir
sampai mesial M1 permanen kanan.
38
5. Hitunglah total pengukuran lebar M-D tiap gigi, catat hasil
pengukuran yang didapat sebagai required space (tempat yang
dibutuhkan) untuk rahang atas dan rahang bawah.
Gambar :
X = X’ . Y
Y’
Keterangan :
X = Lebar gigi permanen penggantinya
Y = Lebar gigi sulung pada model studi
X’ = Lebar gigi permanen pada foto roentgen
Y’ = Lebar gigi sulung yang terlihat pada foto roentgen
40
pengukuran molar kedua sulung pada model studi dengan jangka
sorong
41
Cara mengukur tempat yang dibutuhkan (required space):
1. Sediakan jangka berujung runcing atau jangka sorong
2. Ukur lebar mesiodistal gigi permanen yang telah erupsi sempurna
pada model studi dengan jangka sorong
3. Ukur lebar mesiodistal gigi permanen yang belum erupsi atau
erupsi sebagian dengan menggunakan rumus perbandingan
seperti di atas.
4. Hitunglah total pengukuran lebar M-D tiap gigi permanen P2-P2
(baik yang dihitung pada model studi maupun yang dihitung
dengan rumus perbandingan), catat hasil pengukuran yang
didapat sebagai required space (tempat yang dibutuhkan) untuk
rahang atas dan rahang bawah.
42
2. Pengukuran dengan cara segmental, yaitu sbb:
- Bagi lengkung rahang menjadi 4 segmen yaitu segmen I1-I2
kanan, segmen I1-I2 kiri, segmen distal I2-mesial M1 kanan
dan segmen distal I2-mesial M1 kiri.
- Hitung masing-masing segmen dengan menggunakan kawat
atau kaliper.
- Jumlahkan hasil pengukuran lebar segmen I1-I2 kanan+lebar
segmen I1-I2 kiri+ lebar segmen distal I2-mesial M1 kanan+
segmen distal I2-mesial M1 kiri.
- Catat hasil pengukuran yang didapat sebagai sebagai required
space (tempat yang dibutuhkan) untuk rahang atas dan rahang
bawah.
43
b.3 Perkiraan Ukuran Gigi dengan Tabel Sitepu
Cara pengukuran diskrepansi pada fase geligi campuran dengan
menggunakan Tabel Sitepu sama dengan cara pengukuran
diskrepansi menggunakan Tabel Moyers, hanya berbeda pada
Tabel yang digunakan saja.
44
JADWAL SL ORTO BLOK 9 TAHUN 2014
45
ruang pada
mixed dentition
dengan tabel
prediksi Sitepu
& Moyers)
5 Rabu 08.00-11.00 Prosedur B Gijo Lt 2
17-9-2014 Diagnosis 5:
Analisis Model
(analisa
pengukuran
ruang pada
permanent
dentition)
Kamis 12.00-15.00 Prosedur A SL. A
18-9-2014 Diagnosis 5:
Analisis Model
(analisa
pengukuran
ruang pada
permanent
dentition)
6 Jumat 08.00-11.00 Prosedur A& SL. A
19-9-2014 Diagnosis 6: B SL. B
Etiologi
Maloklusi
7 Selasa 08.00-11.00 Prosedur A Gijo Lt 2
23-9-2014 12.00-15.00 Diagnosis 7: B
Desain Peranti I
8 Rabu 08.00-11.00 Prosedur B Gijo Lt 2
24-9-2014 12.00-15.00 Diagnosis 8: A SL.A
Desain Peranti II
(Presentasi )
9 Jumat 08.00-11.00 Pre-test 3: A& SL. A
26-9-2014 Komponen B SL. B
peranti lepasan
& Aktivasi ???
46
Peranti Lepasan
1: membuat
cengkeram
adam
(permanent
dentition)
10 Selasa 08.00-11.00 Peranti Lepasan A Gijo Lt 2
30-9-2014 12.00-15.00 2: membuat B Gijo Lt 2
cengkeram
adam
(permanent
dentition)
11 Rabu 08.00-11.00 Peranti Lepasan B SL.A
1-10-2014 3: membuat
busur labial
(permanent
dentition)
Kamis 12.00-15.00 Peranti Lepasan A SL.A
2-10-2014 3: membuat
busur labial
(permanent
dentition)
12 Jumat 08.00-11.00 Peranti Lepasan A& SL. A
3-10-2014 4: Membuat B SL. B
pegas cantilever
tunggal
(permanent
dentition)
13 Selasa 08.00-11.00 Aktivasi Peranti A Gijo Lt 2
7-10-2014 12.00-15.00 Lepasan B Gijo Lt 2
47
28-10- Ortodonsia Lt.2,
2014 SL A,
SL.B
16 Senin 08.00-11.00 Ujian Remidi SL Gijo
3-11-2014 Ortodonsia Lt.2,
SL A,
SL.B
Daftar Pustaka
1. Rakosi, T., dkk. Color Atlas of Dental Medicine, Orthodontic-Diagnosis.
Edisi I. Germany: Thieme Medical Publishers. 1993. hal. 3-4, 207-235.
2. White, L.W. Modern Orthodontic Treatment Planning and Therapy. Edisi
I. California: Ormco Corporation. 1996. hal. 24-27.
3. Moyers, R.E. Handbook of Orthodontics. Edisi IV. Chicago : Year Book
Medical Publisher. 1988. hal 221-246.
4. Proffit, W.R., dkk. Contemporary Orthodontic. Edisi III. St. Louis : Mosby,
Inc. 2000. hal. 163-170.
5. Chen, Hsing Yen. Computer Aided Space Analysis. J of Clinical
Orthodontic. 1991; 25: 236-238.
6. Santoro, M., dkk. Comparison of Measurement Made on Digital and
Plaster Models. Am J Orthod. 2003; 57 : 101-105
7. Staley, R.N. Textbook f Orthodntic. Edisi I. Philadelphia : W.B. Saunders.
2001. Hal 134-145.
8. Graber, T.M., Orthodontic Current Principles and Techniques. Edisi II.
Philadelphia : Mosby Year Book. 1994. hal. 56-60, 297.
9. Pambudi Rahardjo : Peranti Ortodonti Lepasan, Surabaya : Airlangga
University Press, 2009
10. K.G.ISAACSON .J.G.MUIR.R.T.REED:Removable Orthodontic
Appliance,2002
48