Anda di halaman 1dari 5

PEMBUATAN SPEKTRUM INFRA MERAH (IR) TERHADAP

NISBAH SINYAL TERHADAP DERAU DAN JUMLAH PAYAR


SERTA PENENTUAN KADAR KAFEIN DALAM TEH

Listiana Cahya Lestari2*, Antonio Kautsar1, dan Mohamad Rafi1


1
Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Taman Kencana Bogor
16128, Indonesia
2
Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Pertanian Bogor, Kampus IPB Dramaga Bogor 16680, Indonesia
*G44120093

Abstrak

Spektroskopi infra merah (IR) menfaatkan interaksi antara radiasi sinar IR


dengan materi. Pada FTIR (Fourier transform infra red)adanya pengaruh antara
jumlah payar dan resolusi mengakibatkan nilai S/N yang berbeda. Semakin besar
nisbah sinyal terhadap derau (S/N) yang semakin besar menunjukkan kualitas
spektrum yang semakin bagus. Hasil senyawa asam benzoat pada pengukuran S/N
terhadap resolusi yang sama dengan variasi jumlah payar, didapatkan nilai S/N
yang tidak berbeda jauh secara signifikan, sedangkan dengan jumlah payar yang
sama dan resolusi yang besar menunjukkan nilai S/N semakin besar yang lebih
segnifikan. Maka semakin besar jumlah payar maupun resolusinya, akan
berkorelasi dengan semakin tinggi nisbah S/N yang didapatkan. Namun umumnya
resolusi 4 syang sering digunakan untuk analisis spectrum pada daerah MID-IR.
FTIR dapat digunakan baik analisis kualitatif maupun kuantitatif. Analisis
kualitatif dilakukan berdasarkan bentuk spektrum dari gugus fungsi yang terdapat
dalam senyawa yang telah diketahui strukturnya. Analisis kuantitatif digunakan
untuk mengetahui kadar senyawa melalui daerah MID-IR yaitu dari 650-4000 cm-
1
. Pada percobaan kali ini dilakukan analisis keberadaan senyawa kafein dalam teh
di bilangan gelombang 1658 cm-1 menggunakan metode spektroskopi FTIR
dengan memanfaatkan kurva larutan standar kafein. Penentuan kadar kafein dalam
pengukuran didapat sebanyak 2,80 % (b/b).

Kata Kunci: FTIR, spektroskopi, kafein, S/N, asam benzoat

Pendahuluan

Spektrofotometri IR adalah teknik yang mempelajari interaksi antara


radiasi elektromagnetik sinar IR dengan materi. Penggunaan metode ini
memudahkan dalam penentuan struktur dan identifikasi senyawa organik baik
yang sederhana maupun yang kompleks dari suatu bahan yang dapat ditentukan
secara cepat. Penggunaan spektrofotometri inframerah pada bidang kimia organik
memiliki kekhasan masing-masing senyawa pada bilangan gelombang dari 650–
4000 cm-1 atau pada panjang gelombang 2,5–15,4 mm yang sering disebut daerah
finger print. Metode yang digunakan meliputi teknik serapan, teknik emisi, teknik
fluoresensi. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dari spektroskopi
inframerah digunakan spektrofotometri inframerah transformasi fourier (fourier
transform infrared - FTIR). Pada dasarnya spektroskopi FTIR penggunaannya
sama dengan spektrofotometri inframerah, yang membedakan ialah
pengembangan pada sistem optiknya. (Atomssa dan Gholap 2011).
Spektrofotometri FTIR memiliki banyak keunggulan dibanding spektroskopi
inframerah diantaranya yaitu lebih cepat karena pengukuran dilakukan secara
serentak (simultan), serta mekanik optik lebih sederhana dengan sedikit
komponen yang bergerak. Spektrofotometer FTIR dapat digunakan baik untuk
analisis kualitatif maupun kuantitatif (Hayati 2007).

Sistem optik FTIR digunakan radiasi LASER (Light Amplification by


Stimulated Emmission of Radiation) yang berfungsi sebagai radiasi yang
diinterferensikan dengan radiasi infra merah agar sinyal radiasi infra merah yang
diterima oleh detektor secara utuh dan lebih baik. (Giwangkara 2006). Mekanisme
untuk menghasilkan spektrum FTIR kunci utamanya adalah interferometer. Sinar
dari sumber inframerah dipecah oleh pemecah sinar (beam splitter) menjadi dua
bagian yaitu 50 % radiasi direfleksi dan 50 % ditransmisi dengan arah saling tegak
lurus. Kemudian kedua sinar tersebut dipantulkan kembali oleh kedua cermin FM
(cermin tetap) dan MM (cermin bergerak) dan bertemu kembali di pemecah sinar
untuk saling berinteraksi. Sebagian sinar diarahkan ke sampel dan detektor,
sedangkan sebagian lagi dikembalikan ke sumber. Gerakan maju mundur cermin
mengakibatkan radiasi IR akan menimbulkan perbedaan jarak yang ditempuh
menuju cermin yang bergerak dan cermin diam. Perbedaan jarak tempuh radiasi
adalah 2(M-F) dan disebut retardasi. Hubungan antara intensitas radiasi IR yang
keluar dari detektor terhadap retardasi disebut interferogram. Interferogram
tersebut diubah oleh komputer menghasilkan spektrum (Hayati 2007). Secara
keseluruhan, analisis menggunakan Spektrofotometer FTIR memiliki dua
kelebihan utama dibandingkan metoda konvensional lainnya, yaitu dapat
digunakan pada semua frekuensi dari sumber cahaya secara simultan sehingga
analisis dapat dilakukan lebih cepat daripada menggunakan cara sekuensial atau
scanning dan sensitifitas dari metoda Spektrofotometri FTIR lebih besar daripada
cara dispersi, sebab radiasi yang masuk ke sistem detektor lebih banyak karena
tanpa harus melalui celah (slitless) (Giwangkara 2006).

Tujuan Percobaan

Membuat spektrum IR, menginvestigasi nisbah sinyal terhadap derau dan


waktu payar sebagai fungsi jumlah payar rerata serta menentukan kadar kafein
dalam teh menggunakan metode spektroskopi FTIR.

Metode Percobaan

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam percobaan adalah spektroskopi FTIR, seperangkat alat
pembuat pelet, tabung reaksi, sentrifusa, sudip, pipet volumetrik, dan neraca
analitik. Bahan yang digunakan adalah KBr, asam benzoat, aluminium foil, plastik
wrap, kafein, serbuk teh, NH4OH 2 M, dan kloroform.
Prosedur
Pembuatan pelet dan pengukuran S/N
Sebanyak 200 mg KBr dan 2 mg asam benzoat dimasukkan ke dalam mortar.
Keduanya dicampurkan dengan baik hingga seragam dengan cepat agar KBr tidak
menyerap air. Pelet
ditempatkan dalam Tabel Spektrum yang dibuat dan nama spektrum
wadah sampel dan Resolusi
Jumlah Payar
spektrum FTIR dibuat 4 8 16
dengan parameter yang 8 4_8 - -
tertera di Tabel. 16 4_16 - -
Spektrum disimpan 32 4_32 8_32 16_32
dengan menggunakan 64 4_64 - -
nama yang sesuai.
Selama proses pembuatan spektrum kompartemen sampel tidak dibuka. Payaran
latar diatur dengan nilai tetap. Setelah itu, untuk mendapatkan spektrum
inframerah diklik OK.

Penentuan kadar kafein dalam sampel teh


Sekitar 250 mg daun teh ditimbang dalam tabung reaksi. Sebanyak 5 ml NH4OH 2
M ditambahkan ke dalam tabung tersebut kemudian campuran tersebut dikocok
selama dua menit. Setelah itu campuran dipisahkan secara sentrifugasi. Fase
kloroform dari campuran diambil dan dibuat spektrum IR diantara bilangan
gelombang 3800-400 cm-1. Spektrum background diperoleh dari larutan blanko.
Untuk penentuan nilai tinggi serapan kafein dilakukan koreksi garis dasar mulai
bilangan gelombang 1800 cm-1 pada sampel yang kemudian diinterpolasi dengan
kurva kalibrasi yang diperoleh dari standar kafein yang dilarutkan dalam
kloroform yang diukur dengan kondisi yang sama seperi sampel dengan koreksi
backgroundnya menggunakan kloroform.

Analisis data
Kurva kalibrasi yang menunjukkan sinyal larutan standar kafein dibuat. Garis
regresi linier selanjutnya dibuat untuk menentukan nilai slope dan intersep dari
kurva. Y adalah sinyal serapan kafein dan X adalah konsentrasi kafein dalam
ppm. Kadar kafein dalam teh (%b/b) dihitung beserta standar deviasi dan selang
kepercayaan 95%.

Pembahasan

Spektrofotometri inframerah (IR) berfungsi untuk menganalisa suatu


senyawa kimia. Spektra inframerah suatu senyawa dapat memberikan gambaran
dan struktur moekul senyawa tersebut. Spektra IR dapat dihasilkan dengan
mengukur absorbansi radiasi, refleksi, atau emisi di daerah IR (Soejoko 2002).
Pada percobaan kali ini digunakan FTIR untuk mengetahui kadar kafein dalam
sampel yang akan dianalisis. Percobaan dilakukan dengan preparasi pelet terlebih
dahulu. Sampel yang digunakan adalah asam benzoat. Preparasi sampel dilakukan
dengan cara menambahkan asam benzoat ke dalam KBr. Pencampuran pelet harus
dilakukan dengan baik hingga seragam dengan cepat agar pada proses
pengempaan yang dilakukan selanjutanya dapat dihasilkan pelet KBr yang baik.
Sinyal merupakan bagian dari suatu data yang menunjukkan informasi
mengenai spesi kimia yang menarik. Sinyal sering kali proporsional dengan massa
analit atau konsentrasi analit. Noise (derau) adalah bagian dari data yang
menunjukkan informasi asing. Derau berasal dari berbagai sumber dalam suatu
sistem pengukuran analitik, seperti detektor, sumber foton, dan faktor lingkungan.
Oleh karena itu, karakterisasi besarnya noise seringkali merupakan tugas yang
sulit dan mungkin tidak independen dari kekuatan sinyal. Menurut Miller (2005)
kualitas dari sinyal dapat dinyatakan dalam nisbah sinyal terhadap derau (S/N)
atau nisbah dari rataan terhadap standar deviasinya. Semakin besar nilai S/N maka
spectrum yang dihasilkan akan semakin bagus, karena spectrum yang terbentuk
semakin jelas (Pavia et al. 2009). Penentuan nisbah sinyal terhadap derau pada
percobaan ini dilakukan dengan dua keadaan, yaitu nisbah sinyal terhadap derau
pada keadaan jumlah payar konstan dan resolusi tetap. Berdasarkan hasil
pengukuran didapatkan besaran nisbah sinyal terhadap derau pada kedua keadaan
ini memiliki nilai yang tidak jauh berbeda. Hasil pengukuran nisbah sinyal
terhadap derau pada keadaan resolusi yang sama dapat dilihat pada Gambar 2.
Dan hasil pengukuran nisbah sinyal terhadap derau pada jumlah payar konstan
dapat dilihat pada Gambar 4, dengan penggunaan jumlah payar yang sama dan
resolusi yang besar menunjukkan nilai S/N semakin besar yang lebih segnifikan.
Oleh karena itu, semakin besar jumlah payar dan resolusinya maka nisbah S/N
akan semakin besar. Namun pada umumnya resolusi yang baik digunakan pada
daerah MID-IR sebesar 4.

Kafein adalah alkaloid yang tergolong dalam keluarga methylxanthine


yang berfungsi sebagai perangsang sistem saraf pusat. Pada dasarnya kafein
berupa serbuk putih yang pahit dengan rumus kimianya C6H10O2 yang memiliki
nama IUPAC berupa 1,3,7- trimetilxantin. Standar kafein yang digunakan yaitu
pada rentang konsenterasi kafein yang dimungkinkan, pada percobaan kali ini
standar yang digunakan adalah kafein dengan konsenterasi 300, 500, 1000,
5000, dan 10000 ppm. Dari hasil percobaan diperoleh bilangan gelombang
maksimum sebesar 1658,66201 cm-1 yang merupakan puncak serapan khas
senyawa kafein. Pada kurva kalibrasi larutan standar kafein yang ditunjukkan
Gambar 6 didapatkan persamaan garis y= 0,0001 – 0,0104x. Setelah didapatkan
persamaan garis dari kurva standar, selanjutnya ditentukan absorbansi sampel
pada nilai bilangan gelombang yang sama. Persamaan garis yang telah diperoleh
sebelumnya digunakan untuk penentuan konsentrasi kafein dalam teh. Pengukuran
sampel tidak langsung dapat diukur menggunakan spektrometer FTIR melainkan
perlu dilakukan tahap preparasi sampel. Prinsip preparasi sampel dalam hal ini
yaitu proses ekstraksi. Mula-mula sampel ditentukan bobotnya pada penimbangan
dengan neraca analitik ditimbang 250 mg. Kemudian dilarutkan dengan NH4OH
2M, dan di vortex selama beberapa menit. Penambahan NH4OH ini berfungsi
untuk ekstraksi kafein dan pengikatan fasa air yang terikut sertakan pada
pemisahan fasa kloroform nanti dan fasa air dengan menggunakan tabung reaksi.
Fasa air bisa ikut serta karena dua hal. Pertama adalah karena ketidaksengajaan
memasukkan fasa air atau emulsi. Kedua, adalah karena air sedikit larut dalam
pelarut senyawa organik seperti kloroform yang digunakan dalam praktikum ini
(Gary 2004). Setelah dilakukan pengocokan, campuran tersebut ditambahkan
kloroform. Penambahan kloroform dilakukan karena kafein larut dalam pelarut
organik. Agar suspensi dan endapan terpisah, maka dilakukan sentrifusa.
Kemudian diambil fase kloroformnya untuk diukur oleh spektrofotometer.
Pengukuran menggunakan FTIR dilakukan dengan cara memasukan sampel yang
telah dipreparasi kedalam omni cell selanjutnya dimasukkan ke dalam
kompartemen sampel dan kemudian diukur berapa besar spektrumnya pada
bilangan gelombang yang telah ditentukan sebelumnya. Berdasarkan hasil
pengamatan didapatkan bahwa konsentrasi kafein yang terkandung dalam sampel
teh sebesar 1379 ppm yaitu sebesar 2,80% (b/b) dalam sampel teh yang ada.

Simpulan

Kemampuan suatu analat untuk mendeteksi sinyal disebut dengan nisbah


sinyal terhadap deraunya (S/N). Semakin tinggi nisbah S/N maka spektrum yang
dihasilkan akan semakin baik. Pengunaan resolusi dan jumlah payar pada
spektroskopi FTIR semakin besar memberikan nilai S/N yang semakin tinggi,
sehingga penggunaan resolusi dan jumlah payar yang semakin besar memberikan
bentuk spectrum yang bagus. Akan tetapi di daerah MID-IR pada umumnya
menggunakan resolusi 4 dalam proses analisis. Bilangan gelombang yang khas
untuk senyawa kafein dalam percobaan kali ini sebesar 1658,66201 cm-1.
Bilangan gelombang yang dihasilkan merupakan bilangan gelombang dengan
nilai absorbans maksimum dari pengukuran satndar kafein dengan konsentrasi
yang berbeda-beda. Bilangan gelombang tersebut digunakan sebagai analisis
penentuan kadar kafein dalam teh yang didapatkan sebesar 2,80% (b/b).

Daftar Pustaka

Atomssa T dan Gholap AV. 2011. Characterization of caffeine and determination


of caffeine in tea leaves using UV-Visible spectrometer. African Journal
of Pure and Applied Chemistry. 3(1): 1-8.

Gary D. 2004. Analitical Chemistry. New York (US): John Wiley and Sons.

Giwangkara SEG. 2006. Aplikasi logika syaraf fuzzy pada analisis sidik jari
minyak bumi menggunakan spetrofotometer infra merah-transformasi
fourier (FT-IR) [Skripsi]. Cepu (ID): Sekolah Tinggi Energi dan Mineral.

Hayati EK. 2007. Dasar-Dasar Analisis Spektroskopi. Malang (ID): UIN Press.

Miller JN, Miller JC. 2005. Statistic and Chemometrics for Analytical Chemistry
Fifth Edition. England (EN): Ellis Horwood.

Pavia DL et al. 2009. Introduction to Spectroscopy. Belmont (US): Cole.

Soejoko DS. 2002. Spektroskopi inframerah senyawa kalsium fosfat hasil


presipitasi. Makara Sains. 6(3): 117-120.

Anda mungkin juga menyukai