Disusun oleh :
2019
A. Pengertian Catatan Lapangan
Catatan lapangan bisa menjadi penting untuk studi kualitatif,
terlepas dari alat pengumpulan data atau metode yang digunakan. Dalam
catatan lapangan, peneliti kualitatif merekam rincian deskriptif mendalam
orang (termasuk diri mereka sendiri), tempat, benda, dan peristiwa, serta
refleksi pada data, pola, dan proses penelitian. Rincian ini membentuk
konteks dan kontrol kualitas yang membentuk beberapa titik data kualitatif
menjadi temuan penelitian yang diartikulasikan, bermakna, dan
terintegrasi.
Fieldnotes adalah jenis jurnal pribadi, yang ditulis, dalam kata
Thomas Schwandt (1997), "untuk audiensi satu" (hlm. 115). Dengan
demikian, mereka unik untuk setiap peneliti, ditulis sebagai orang pertama
dan dengan cara spontan yang mengalir bebas. David Fetterman
menyarankan untuk memisahkan catatan lapangan menjadi dua bagian —
pengamatan dan refleksi spekulatif-pribadi.
Pemisahan ini mungkin paling tepat dalam etnografi, di mana
semua data dari kegiatan seperti pengamatan partisipan dapat dikumpulkan
dalam catatan lapangan dalam bentuk pengamatan. Dalam jenis lain dari
metode kualitatif, seperti wawancara semi-terstruktur, rekaman, data dapat
didefinisikan sebagai rekaman wawancara transkrip atau transkrip dan
catatan lapangan sebagai elemen deskriptif yang tidak dapat ditangkap
oleh rekaman — seperti pakaian; sikap; gerakan; ekspresi wajah; komentar
off-mic; pengaturan karakteristik, seperti apa yang ada di dinding dan
papan buletin dan pengaturan furnitur; cuaca; bau; cerita belakang; dan
kesan peneliti, asumsi, dan perasaan selama waktu di lapangan; dan
seterusnya. Sangat penting bahwa catatan lapangan ditulis sesegera
mungkin setelah setiap kegiatan lapangan dan dalam detail yang kaya
sebanyak mungkin. Catatan-catatan ini harus dilakukan sebelum
mendiskusikan pengalaman dengan siapa pun, karena diskusi semacam itu
dapat melemahkan ingatan. Menulis catatan adalah waktu yang intensif,
tetapi proses yang tak ternilai, dan jumlah pengamatan dan refleksi yang
direkam bisa sangat besar.
Robert Bogdan dan Sari Biklen menyarankan bahwa peneliti
menuliskan garis besar, sekuensial garis sesegera mungkin, dan kemudian,
sesegera mungkin setelah meninggalkan bidang langsung, menulis akun
kronologis pengamatan dan kesan. Mereka menyarankan bahwa bahasa
catatan lapangan deskriptif, khususnya, harus membedah dunia,
menggambarkannya secara objektif dengan kata sifat yang kaya daripada
dengan frasa abstrak, evaluatif, atau sumatif. Jadi, alih-alih
menggambarkan "wanita Afghanistan yang berani dan tegar," orang akan
menggambarkan "seorang wanita Afghanistan berusia pertengahan 30-an,
kepalanya terbuka, yang suaranya melambat dan mengeras, dahi berkerut,
dan matanya menyipit saat dia memandangi milikku dan mendeskripsikan
bekerja untuk hak-hak perempuan, meskipun ada ancaman kematian, di
pos Taliban Afghanistan. ”
Catatan lapangan reflektif dapat ditulis setiap kali kita
merenungkan proses, temuan, masalah, pola, dan sebagainya penelitian.
Mereka menangkap tayangan dan proses analitik peneliti yang sedang
berlangsung. Refleksi sering berubah secara iteratif selama studi, seperti
halnya sebagian besar pekerjaan kualitatif, dan berfungsi sebagai catatan
kemajuan serta tempat untuk menyelesaikan masalah. Catatan lapangan
reflektif juga harus mendokumentasikan bias peneliti, sudut pandang,
dilema, kemungkinan kesalahan, reaksi, dan tanggapan terhadap kerja
lapangan dan peserta. Akhirnya, penting agar semua catatan lapangan
diorganisasikan dengan baik sehingga memoing, pengkodean, dan teknik
analitik lainnya dapat digunakan untuk menarik makna dari alat kualitatif
yang kaya ini.
Yin (2011:159) dalam bukunya yang berjudul Qualitative Research
from Start to Finish mengungkapkan : “ Besides observing and
interviewing , a third common source of field notes comes fro written
materials”. Hal ini menunjukkan bahwa selain mengamati dan
mewawancarai, sumber catatan lapangan ketiga datang dari bahan tertulis.
Penelitian kualitatif mengandalkan pengamatan dan wawancara dalam
pengumpulan data di lapangan. Pada waktu berada di lapangan dia
membuat catatan, setelah pulang kerumah atau tempat tinggal barulah
menyusun catatan lapangan. Catatan lapangan bisa berupa rincian dan
penjabaran dari catatan yang hanya sederhana menjadi catatan yang lebih
rinci yang bisa mempermudah peneliti untuk membuat laporan yang
lengkap. Menurut Moleong (2014: 208) catatan yang dibuat di lapangan
sangat berbeda dengan catatan lapangan. Catatan itu berupa coretan
seperlunya yang sangat dipersingkat, berisi kata – kata kunci, frasa , pokok
– pokok isi pembicaraan atau pengamatan, mungkin gambar, sketsa,
sosiogram, diagram, dan lain – lain.
Catatan itu berguna hanya sebagai alat perantara yaitu antara apa
yang dilihat, didengar, dirasakan, dicium, dan diraba dengan catatan
sebenarnya dalam bentuk catatan lapangan. Catatan itu baru diubah ke
dalam catatan lengkap dan dinamakan catatan lapangan setelah peneliti
tiba di rumah. Proses itu dilakukan setiap kali selesai mengadakan
pengamatan atau wawancara , tidak boleh dilalaikan karena akan
tercampur dengan informasi lain dan ingatan seseorang itu sifatnya
terbatas.
Idrus (2007 : 85) juga berpendapat bahwa catatan lapangan
merupakan catatan yang ditulis secara rinci, cermat,luas, dan mendalam
dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti tentang aktor,
aktivitas ataupun tempat berlangsungnya kegiatan tersebut. Selanjutnya
alam bukunya yang berjudul Qualitative Research for Education An
Introduction to Theories and Methods, Bogdan dan Biklen (2007:72)
mengemukakan dijelaskan bahwa setelah penelitian melakukan observasi
atau wawancara , peneliti harus kembali baik dalam bentuk tulisan maupun
dalam komputer menceritakan tentang apa yang terjadi. Penelitian
mendeskripsikan tentang orang – orang, objek, tempat, kejadian, aktivitas,
dan percakapan. Dalam hal ini bisa membantu penelitian dalam
menuangkan ide – ide, strategi, refleksi yang berupa catatan – catatan.
Dapat disimpulkan bahwa catatan lapangan adalah catatan tulisan tentang
apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka
pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif.
Lebih lanjut Bogdan dan Biklen (2007: 119) mengemukakan
bahwa catatan lapangan merupakan catatan tertulis tentang apa yang di
dengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data
refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif. Pada dasarnya, catatan
lapangan berisi dua bagian. Pertama bagian deskriptif yang berisi
gambaran tentang latar pengamatan , orang , tindakan, dan pembicara.
Catatan lapangan berupa catatan yang sangat penting karena bisa
mencakup keseluruhan hasil penelitian yang digunakan untuk bahan
laporan yang akan disusun nantinya. Karena catatan tersebut berisi hasil
pendengaran, penglihatan, pengalaman, dan pemikiran peneliti sehingga
ditulis secara rinci dan mendalam.
Pengamatan/Wawancara : P / W
Tempat : ------
(Bagian deskriptif)
(judul)
……………...................................................................................................
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………… ………………………………………………
(Bagian reflektif)
Tanggapan pengamat
………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
Agar, M. H. (1996). The professional stranger (2nd ed.). Diego, CA: Academic
Press. Diakses: https://books.google.co.id/books?
id=DcQwBwAAQBAJ&pg=PA198&lpg=PA198&dq=Agar,+M.+H.+(1996).
+The+professional+stranger+(2nd+ed.).+San+Diego,+CA:
+Academic+Press.&source=bl&ots=W-L_O5iFG0&sig=ACfU3U3f-
d4Jas9Vb85SaAm43UyOg8KXmg&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiu3bq3wM3hA
hUd63MBHWswAywQ6AEwAnoECAIQAQ#v=onepage&q=Agar%2C%20M.
%20H.%20(1996).%20The%20professional%20stranger%20(2nd%20ed.).
%20San%20Diego%2C%20CA%3A%20Academic%20Press.&f=false
Yin, Robert K . (2014). Qualitative Research from Start to Finish. New York : The
Guilford Press. Diunduh melalui http://gen.lib.rus.ec/book/index.php?
md5=08BA635182E91672BE0FA1C7E0C4DB97