Berdasarkan contoh bagan di atas, maka catatan lapangan terdiri dari halaman
pertama, alinea dan batas tepi. Halaman pertama pada catatan lapangan secara
keseleruhuan memuat latar dan identitas subjek penelitian. Sedangkan alinea atau
paragraf dalam catatan lapangan memegang peranan khusus dalam kaitannya dengan
analisis data. Dimana setiap satu pokok persoalan, peneliti harus membuat alinea baru.
Disamping itu batas tepi kanan, pada catatan lapangan harus diperlebar, hal ini bertujuan
untuk memberikan ruang dalam koding (pemberian kode) sewaktu melakukan analisis
(Moleong, 2007).
Bogdan dan Biklen (2007: 120) mengatakan “…fieldnotes consist of two kinds of
materials. The first is descriptive-the concern is to provide a word-picture of the setting,
people, actions, and conversations as observed. The other is reflective…”. Hal ini berarti
bahwa pada dasarnya, catatan lapangan berisi dua bagian. Pertama, bagian deskirptif,
yang berisi gambaran tentang latar pengamatan, orang, tindakan, dan pembicaraan.
Kedua, bagian reflektif yang berisi kerangka berpikir dan pendapat peneliti, gagasan dan
kepeduliannya.
C. Pembuatan Transkrip
1. Transkrip
Transkrip berupa rekapan dari hasil wawancara maupun observasi. Sebaiknya ditulis
secara jelas dan sederhana supaya mudah untuk dipahami. Dalam penyusunan transkrip
observasi, wawancara ataupun catatan lapangan sebelumnya telah dilakukan analisis
tematik dalam mengolah informasi yang biasanya terkait dengan tema atau hal-hal lain
yang masih memiliki hubungan dengan analisis.
a. Hasil wawancara
Pelaksanaan wawancara dalam pengambilan data penelitian kualitatif harus dibuat
senormal mungkin, supaya responden dapat memberikan data sekaligus informasi yang
maksimal. Peneliti dalam metode ini sekaligus menjadi instrument, karena peneliti harus
mampu megarahkan responden ke pertanyaan utama. Peneliti bisa saja memelai
pertanyaan secara acak dan kurang terarah. Hal ini dialkukan supaya responden nyaman
dan mampu percaya pada peneliti untuk memberikan informasi. Setelah itu, peneliti tidak
dapat memberikan perrtanyaan secara runtut dan terus menerus, tetapi ia harus
melakukannya secara mengalir meskipun pokok bahasan tidak teratur. Namun, di sisi lain
telah diketahui bersama bahwa kemampuan mengingat dengan tepat pernyataan dan
2. Pengkodean
Tahap setelah membuat transkrip ialah pengkodean (coding). Ini merupakan proses
pengolahan data yang sekaligus merupakan tahap awal analisis. Proses ini harus didahului
dengan membaca hasil transkrip yang telah dibuat. Penulisan kode dapat menggunakan
kata-kata atau bagian dari kata-kata yang ada pada transkrip. Terdapat dua level coding
menurut K. Yin (2016: 198) yaitu:) yaitu:
a. Open Coding: berasal dari data asli, merupakan proses merinci, menguji,
membandingkan, konseptualisasi, dan melakukan kategorisasi data (kata-kata, kalimat,
maupun paragraf dari transkrip yang dibuat).
b. Category Codes: berupa proses seleksi kategori inti, menghubungkan secara sistematis
ke kategori-kategori lain, mencari hubungan-hubungan di dalamnya, dan dimasukkan
ke dalam kategori-kategori yang diperlukan lebih lanjut untuk perbaikan dan
pengembangan.
Sedangkan menurut Berg (2007: 253) dan Strauss (1987: 32), terdapat dua tipe coding,
yaitu:
a. Open Coding : di mana data dikode dengan mengasumsikan isi data asli dengan kode
sederhana
3. Sumber Data
a. Kepala Sekolah KS
b. Guru BK GBK
c. Guru Kelas GK
d. Orang Tua Siswa OS
e. Siswa S
4. Fokus Penelitian
Kebijakan sekolah KEBSEK
CATATAN LAPANGAN
DI SD NEGERI “X”
Hasil wawancara :
P : Sejak kapan Bapak B menjadi kepala sekolah di SD X ?
SOE : Sejak tahun 2016, kurang lebih 3 tahun.
P : Berapa banyak penyimpangan sosial yang terjadi selama Bapak menjadi kepala
sekolah ?
SOE : Kalau banyak atau enggak saya kurang tahu mbak, soalnya tugas saya bukan hanya
menangani siswa saja tapi banyak sekali yang saya urus.
P : Apa saja penyimpangan sosial yang terjadi sekolah?
SOE : Ya banyak macam mbak, dari hal kecil sampai yang serius.
P : Apakah Bapak turun tangan dalam menangani kasus tersebut?
SOE : Tergantung kasusnya mba. Kalau cuman yang kecil biasanya guru kelas yang
menangani. Kalau udah yang serius saya baru turun tangan.
P : Bagaimana cara Bapak B menangani kasus tersebut?
SOE : Kalau sudah serius biasanya saya mengundang orang tua murid dan siswa yang
bersangkutan untuk bertemu dengan saya. Kemudian membicarakan hal tersebut secara
baik-baik sampai menemukan titik terang. Selain itu yang saya lakukan
mengumpulkan semua siswa atau sehabis senam bersama saya memberikan sebuah
pengumuman .
P : Apakah dengan cara tersebut dapat membuat siswa sadar dengan perbuatannya?