Anda di halaman 1dari 8

TUGAS METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF

MEMBUAT CATATAN LAPANGAN


Dosen Pengampu: Hieronimus Sujati M.Pd

Disusun Oleh:

1. Ranny Dwi Agustin 16108241046


2. Dyah Novita Purwandari 16108241106
3. Elsa Dwi Rahmasari 16108241145
4. Diandra Izzani Sari 16108244009
Kelas 4E

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018
MEMBUAT CATATAN LAPANGAN

A. Pengertian Catatan Lapangan


Penelitian kualitatif mengandalkan observasi dan wawancara dalam pengumpulan data di
lapangan. Sewaktu di lapangan, peneliti diwajibkan membuat catatan, akan tetapi catatan ini
hanya bersifat sementara dan hanya berguna sebagai alat perantara, yaitu antara apa yang dilihat,
didengar,dirasakan, dicium, dan diraba dengan catatan sebenarnya yang disebut juga dengan
catatan lapangan (Moleong, 2007). Hal serupa juga diungkapkan oleh Bogdan dan Biklen (1982)
bahwa catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan
dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif
(Moleong, 2007).
Catatan yang diperoleh dari lapangan dan disusun secara lengkap, maka catatan inilah
yang dikatakan sebagai catatan lapangan. Catatan ini dapat disimpan dalam bentuk tape ataupun
diketik, tanpa menambahkan atau mengurangi dari apa yang diperoleh dari hasil observasi
(Moleong, 2007). Catatan lapangan dapat berguna dalam pengajuan hipotesis kerja, hal-hal yang
menunjang hipotesis kerja,dan penentuan derajat kepercayaan dalam rangka keabsahan data.
Berdasarkan kegunaan catatan lapangan tersebut, maka sering disebut orang bahwa catatan
lapangan merupakan “jantungnya” penelitian kualitatif (Moleong, 2007). Catatan lapangan
merupakan alat yang sangat penting dalam penelitian kualitatif. Menurut Mandolang (2007)
catatan lapangan adalah tulang punggung riset aksietnografis (ethnographic action research).
Catatan lapangan adalah catatan yang dibuat peneliti dalam sebuah penelitian etnografi dari
lapangan. Catatan tersebut dapat bersifat deskriptif (sesuai yang teramati) atau reflektif
(mengandung penafsiran peneliti).
Adapun krakteristik catatan lapangan, yakni meliputi:
1. Akurat
2. Rinci, namun bukan berarti memasukkan semua data yang tidak berkaitan
3. Luas, agar pembaca memahami situasi dijelaskan
4. Data dapat menyediakan ikhtisar budaya atau pengaturan.
5. Para pengamat harus melakukan lebih dari sekedar melakukan perekaman situasi
sederhana
B. Bentuk Catatan Lapangan
Catatan lapangan memiliki bentuk yang beragam, dapat berupa kartu, notebook, loose
leaf, note kecil atau buku ukuran biasa (Alwasilah, 2002). Secara keseluruhan bentuk
dari catatan lapangan ini merupakan wajah catatan lapangan yang terdiri dari halaman
depan dan halaman-halaman berikutnya yang disertai petunjuk paragraf dan baris tepi
(Moleong, 2007). Berikut ini adalah contoh dari catatan lapangan:
Berdasarkan contoh bagan di atas, maka catatan lapangan terdiri dari halaman
pertama, alinea dan batas tepi. Halaman pertama pada catatan lapangan secara
keseleruhuan memuat latar dan identitas subjek penelitian. Sedangkan alinea atau
paragraf dalam catatan lapangan memegang peranan khusus dalam kaitannya dengan
analisis data. Dimana setiap satu pokok persoalan, peneliti harus membuat alinea
baru. Disamping itu batas tepi kanan, pada catatan lapangan harus diperlebar, hal ini
bertujuan untuk memberikan ruang dal am koding (pemberian kode) sewaktu
melakukan analisis (Moleong, 2007).
Isi catatan lapangan secara ga ris besar dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
bagian deskriptif dan bagian reflektif. Bagian deskriptif memuat gambaran ten tang latar
pengamatan, orang, tindakan, dan pembicaraan, sedangkan untuk bagian reflektif
memuat kerangka berfikir dan pendapat peneliti, gagasan, dan kepeduliannya (Bogdan,
1993).
Bagian Deskriptif (catatan deskriptif), mer upakan bagian terpanjang yang
berisi semua peristiwa dan pengalaman yang didengar dan yang dilihat serta dicatat
selengkap dan seobjektif mungkin. Bogdan dan Biklen (1990) juga menambahkan
bahwa catatan deskriptif lebih memfokuskan dalam mengambil gambar, orang,
perbuatan, dan percakapan yang diamati. Bagian dari catatan deskriptif ini biasanya
berisi hal-hal sebagai berikut:
1. Gambaran dari subjek, pencatatan dilakukan pada penampilan fisik, cara
berpakaian, cara bertindak, dan gaya berbicara.
2. Rekonstruksi dialog, pencatatan dalam upaya mengulang kembali apa -apa saja
yang diperoleh dari subjek ( secara verbal). Kemudian menggambarkan makna
dari latar atau suasana disekitar, selama melakukan observasi ataupun wawancara.
3. Catatan tentang peristiwa khusus, pencat atan yang tertuju kepada hal -hal khusus,
yang dirasa sangat mendukung data, hal ini bisa saja dalam bentuk apa yang
dilakukan, bagaimana peristiwa itu berlangsung, dan hakikat dari peristiwa tersebut.
4. Perilaku pengamat, pencatatan yang terfokus kepada gamb aran fisik, reaksi,
tindakan, serta segala sesuatu yang dilakukan oleh pengamat sebagai instrumen
penilitian (Moleong, 2007).
Bagian Reflektif (catatan reflektif), merupakan bagian yang secara khusus
menggambarkan sesuatu yang berkaitan dengan pengamat itu sendiri. Bagian ini
berisi spekulasi, perasaan, masalah, ide, sesuatu yang mengarahkan, kesan, dan
prasangka (Moleong, 2007). Catatan reflektif lebih banyak memuat kerangka pikiran,
gagasan, dan perhatian peng amatnya. Tujuan catatan refleksi ini ialah untuk memperbaiki
catatan lapangan dan untuk memperbaiki kemampuan melaksanakan studi ini dikemudian
hari. Miles dan Huberman (1992) mengungkapkan bahwa catatan reflektif dapat juga
digunakan s ementara peneliti membuat catatan lapangan yang masih kasar. Hal ini
dapat pula meningkatkan kegunaan catatan lapangan. Bagian catatan refleksi ini juga dapat
diartikan sebagai tanggapan peneliti/pengamat/pewawancaraan. Tanggapan dari pengamat ini
dapat berisi hal-hal sebagai berikut:
1. Refleksi mengenai analisis, bagian ini berisi sesuatu yang dipelajari, tema yang
mulai muncul, pola umum yang mulai tampak, kaitan antara beberapa penggal data,
gagasan tambahan, dan pemikiran yang timbul.
2. Refleksi mengenai metode, bagian yang berisi penerapan metode yang di
rancang dalam usulan penelitian, prosedur, strategi, dan taktik yang dilakukan
dalam studi. Selain itu pada bagian ini juga dapat memberikan arahan tentang
metode yang dilakukan oleh peneliti dan kemudian b agaimana hal itu dilaporkan
dalam laporan penelitian.
3. Refleksi mengenai dilema etik dan konflik, refleksi ini berguna untuk
membantu peneliti menguraikan persoalan dan kemudian dapat memberikan cara
bagaimana sebaiknya dalam menghadapinya.
4. Refleksi mengenai kerangka berfikir peneliti, berisi kepercayaan, kebiasaan,
asumsi, pengalaman, ide politik, latar belakang, etika, pendidikan, suku bangsa, dan
kelamin.
5. Klarifikasi, pada bagian ini peneliti dapat menyajikan butir -butir yang dirasakan
perlu untuk lebih menjelaskan sesuatu yang meragukan atau sesuatu yang
membingungkan yang ada pada catatan lapangan.
C. Membuat Transkrip

Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data yang biasa dilakukan adalah
dengan observasi atau wawancara. Pada tahap tersebut, peneliti menyusun atau membuat catatan
lapangan untuk mengumpulkan data yang didapat ketika berada di lapangan. Peneliti membuat
catatan, setelah pulang ke rumah atau tempat tinggal barulah menyusun catatan lapangan.
Catatan yang dibuat di lapangan sangat berbeda dengan catatan lapangan. Catatan itu berupa
coret-coretan yang sangat dipersingkat, berisis kata-kata inti, frase, pokok-pokok isi pembicaraan
atau pengamatan, mungkin gambar, sketsa, sosiogram dan lain-lain.
Catatatan itu hanya berguna untuk alat perantara antara apa yang dilihat, didengar,
dirasakan, dan diraba dengan catatan sebenarnya dalam bentuk catatan lapangan. Catatan itu
baru diubah ke dalam catatan yang lengkap dan dinamakan catatan lapangan setelah penelitian
tiba dirumah. Proses itu dilakukan setiap kali selesai mengadakan pengamatan, wawancara, tidak
boleh dilalaikan karena akan tercampur dengan informasi lain dan ingatan seseorang itu sifatnya
terbatas (Moleong, 2007:153).
Dalam teknik wawancara, terdapat 2 cara yang dapat dilaukan yaitu wawancara
berstruktur dan wawancara tidak berstuktur. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara
bebas, yaitu peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yang akan
diajukan secara spesifik, dan hanya memuat poin-poin penting masalah yang ingin digali dari
responden. Wawancara pada penelitian sampel besar biasanya hanya dilakukan sebagai studi
pendahuluan karena tidak mungkin menggunakan wawancara pada jumlah responden yang
terlalu besar, sedangkan pada sampel kecil teknik wawancara dapat diterapkan sebagai teknik
pengumpul data (umumnya penelitian kualitatif) (Sekaran, 2006).
Pengambilan data melalui wawancara /secara lisan langsung dengan sumberdatanya, baik
melalui tatap muka atau lewat telephone, teleconference. Jawaban responden direkam dan
dirangkum sendiri oleh peneliti (Haryanto, 2013:37). Idrus (2007:85) juga berpendapat bahwa
catatan lapangan merupakan catatan yang ditulis secara rinci, cermat, luas, dan mendalam dari
hasil wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti tentang aktor, aktivitas ataupun tempat
berlangsungnya kegiatan tersebut. Dalam penjelasan yang lebih lengkap, Idrus memahami
sebagai hasil observasi atau wawancara yang bermakna lebih kolektif, karena terdiri dari catatan
lapangan yang dibuat oleh peneliti sendiri, dan ditambahkan dengan hasil karya orang lain yang
berupa transkrip wawancara (transkip wawancara ini mungkin saja merupakan hasil karya orang
lain, karena si peneliti sendiri menyerahkan hasil rekamannya kepada seorang ahli yang telah
terbiasa menulis transkip hasil wawancara, sehingga tidak perlu dirinya sendiri yang
mentranskripkannya), dokumen resmi yang ada, statistik resmi, gambar, foto, rekaman video,
ataupun catatan resmi lainnya yang dikeluarkan pihak yang terkait dengan situasi fokus
penelitian (Idrus,2007:85).
Melalui hal tersebut, maka akan diperoleh data kualitatif, yaitu data yang berbentuk kata-
kata, bukan dalam bentuk angka.Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik
pengumpulan data misalnya wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus, atau observasi yang
telah dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip). Bentuk lain data kualitatif adalah gambar
yang diperoleh melalui pemotretan atau rekaman video.
Analisis data kualitatif sesungguhnya sudah dimulai saat peneliti mulai mengumpulkan
data, dengan cara memilah mana data yang sesungguhnya penting atau tidak. Ukuran penting
dan tidaknya mengacu pada kontribusi data tersebut pada upaya menjawab fokus penelitian. Di
dalam penelitian lapangan (field research) bisa saja terjadi karena memperoleh data yang sangat
menarik, peneliti mengubah fokus penelitian. Ini bisa dilakukan karena perjalanan penelitian
kualitatif bersifat siklus, sehingga fokus yang sudah didesain sejak awal bisa berubah di tengah
jalan karena peneliti menemukan data yang sangat penting, yang sebelumnya tidak
terbayangkan. Lewat data itu akan diperoleh informasi yang lebih bermakna. Untuk bisa
menentukan kebermaknaan data atau informasi ini diperlukan pengertian mendalam, kecerdikan,
kreativitas, kepekaan konseptual, pengalaman dan expertise peneliti. Kualitas hasil analisis data
kualitatif sangat tergantung pada faktor-faktor tersebut. Menurut Prof. Dr. Sugiyono, analisis
data terdiri dari Analisis Data Sebelum di lapangan dan Analisis Data Selama di lapangan.
Miles dan Huberman (1984) menyebutkan bahwa analisis data selama pengumpulan data
membawa peneliti mondar-mandir antara berpikir tentang data yang ada dan mengembangkan
strategi untuk mengumpulkan data baru. Melakukan koreksi terhadap informasi yang kurang
jelas dan mengarahkan analisis yang sedang berjalan berkaitan dengan dampak pembangkitan
kerja lapangan. Langkah yang ditempuh dalam pengumpulan data yaitu penyusunan lembar
rangkuman kontak (contact summary sheet), pembuatan kode-kode, pengkodean pola (pattern
codding) dan pemberian memo.
Analisa data setelah pengumpulan data, pada tahap ini peneliti banyak terlibat dalam
kegiatan penyajian atau penampilan (display) dari data yang dikumpulkan dan dianalisis
sebelumnya Peneliti kualitatif banyak menyusun teks naratif. Display adalah format yang
menyajikan informasi secara sistimatik kepada pembaca. Penelitian kualitatif memfokuskan pada
kata-kata, tindakan-tindakan orang yang terjadi pada konteks tertentu, konteks mana dapat dilihat
sebagai aspek relevan segera dari situasi yang bersangkutan, maupun sebagai aspek relevan dari
sistem sosial di mana seseorang berfungsi seperti contohnya : ruang kelas, sekolah, departemen,
perusahaan, keluarga, agen, masyarakat lokal dan sebagainya.
Analisis Data Kualitatif adalah suatu proses yang meliputi:
1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar
sumber datanya tetap dapat ditelusuri,
2. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat
ikhtisar dan membuat indeksnya,
3. Berpikir dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari
dan menemukan pola,hubungan-hubungan dan temuan-temuan umum. (Seiddel,
1998).
Pada analisis data kualitatif, kata-kata dibangun dari hasil wawancara dan diskusi
kelompok terfokus terhadap data yang dibutuhkan untuk dideskripsikan dan dirangkum.
Tahapan-tahapan analisis data kualitatif sebagai berikut:
1. Membiasakan diri dengan data melalui tinjauan pustaka;
2. Membaca, mendengar, dan melihat;
3. Transkrip wawancara dari perekam;
4. Pengaturan dan indeks data yang telah diidentifikasi;
5. Anonim dari data yang sensitif;
6. Koding;
7. Identifikasi tema;
8. Pengkodingan ulang;
9. Pengembangan kategori;
10. Eksplorasi hubungan antara kategori;
11. Pengulangan tema dan kategori;
12. Membangun teori dan menggabungkan pengetahuan yang sebelumnya;
13. Pengujian data dengan teori lain; dan
14. Penulisan laporan, termasuk dari data asli jika tepat (seperti kutipan dari wawancara).
Dalam proses pengumpulan data ada tahapan yang harus diperhatikan yaitu,
pengkodean catatan dan membuat catatan. Tahap ini untuk mempermudah peneliti dalam
mengingat data yang diperoleh dan mempermudah dalam menyusun transkrip lapangan.Menurut
Nasution, agar catatan tidak campur aduk sehingga susah dikendaalikan, maka catatan dapat
diberi kode. Salah satu sistematika pengkodean yang sederhana ialah sebgaai berikut: deskripsi
diberi kode yang dimulai dengan huruf “D” si sertai oleh indikator tentang hal yang
diobservasi,sedangkan komentar atau tafsiran diberi kode “R” kependekan dari refleksi atau
pemikiran atau pandangan.
DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A Chaedar, 2002. Pokoknya Kualitatif (Dasar -Dasar Merancang dan Melakukan
Penelitian Kualitatif). PT Dunia Pustaka Jaya dan Pusat Studi Sunda: Jakarta.

Bogdan, R. C., dan Biklen. S. K . 1990. Riset Kualitatif Untuk Pendidikan: Pengantar Ke
Teori dan Metode . Dirjen Dikti. Proyek Pengembangan pusat Fasilitas Bersama
Antar Universitas/IUC. Jakarta.

Bogdan, R. C., dan Taylor, S. J. 1993. Kualitattif (Dasar - Dasar Penelitian). Usaha
Nasional: Surabaya.

Haryanto, S. 2013. Belajar ilmu psikologi dan bimbingan konseling : Metode Pengumpulan
Data. Bali : PT Kayumas Agung. h. 37
http://anannur.wordpress.com/2010/07/08/analisis-data-dalam-penelitian-kualitatif-model-
spradley-studi-etnografi/ diakses pada 16 April 2018 pukul 21.01
https://bersukacitalah.wordpress.com/2011/01/20/tahapan-analisis-data-penelitian-kualitatif/
diakses pada 16 April 2018 pukul 21.23
http://www.infoskripsi.com/Proposal/Proposal-Penelitian-Kualitatif-Skripsi.html diakses pada 16
April 2018 pukul 22. 17
http://massofa.wordpress.com/2008/01/14/kupas-tuntas-metode-penelitian-kualitatif-bag-2/
diakses pada 16 April 2018 pukul 22.01
http://mudjiarahardjo.com/materi-kuliah/221-analisis-data-penelitian-kualitatif-sebuah-
pengalaman-empirik.html diakses pada 16 April 2018 pukul 21.49
Idrus, Muhammad. 2007. Metode Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial (Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif). Yogyakarta: UII Press Yogyakarta
Mandolang. 2007. Metodologi Penelitian. Padang: UNP Press
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Miles M.B. and Huberman. 1984. Complementary Methods for Research in Education Changes.
Washington: ARA
Miles, M. B., dan Huberman. A. M. 1992. Analisis Data Kualitatif . UI Press. Jakarta.

Seiddel, J. V. 1998. Qualitative Data Analysis


Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta : Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai