Developmental Care 1
Developmental Care 1
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “MAKALAH DEVELOPMENTAL CARE”.
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya
dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu
dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca
yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah tentang “MAKALAH
DEVELOPMENTAL CARE” ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat
memberikan inpirasi terhadap pembaca.
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Neonatus adalah masa kehidupan pertama di luar rahim sampai dengan
umur 28 hari,dimana terjadi perubahan sangat besar dari kehidupan intra uterin
ke kehidupan ekstra uterin. Masa perubahan paling besar terjadi pada jam ke 24
sampai 72 jam pertama, bayi terus beradaptasi namun kondisi ini lebih sulit
pada bayi dengan resiko tinggi seperti bayi prematur dan berat badan lahir
rendah.
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) sering mengalami beberapa masalah
pada periode segera setelah lahir sebagai akibat karakteristik organ yang belum
matang. Karakteristik organ yang belum matang ini misalnya masalah
gangguan pernafasan karena faktor surfaktan yang belum terbentuk, kurangnya
otot polos pembuluh darah dan rendahnya kadar oksigen darah yang
mengakibatkan terjadinya trauma susunan saraf pusat dan keterlambatan
penutupan duktus arteriosus .
Diperlukan strategi pengelolaan Iingkimgan perawatan intensif untuk
meminimalkan pengaruh lingkungan perawatan yang memberikan stimulus
yang berlebihan. Strategi tersebut dapat tercapai meialui asuhan perkembangan
yang disebut developmental care yaitu asuhan yang memfasilitasi
perkembangan bayi melalui pengelolaan lingkungan yang adekuat yang akan
meningkatkan stabilisasi fisiologi dan penurunan sires bayi (Byers, 2006).
Pengelolaan lingkungan dalam developmental care tersebut diantaranya
meliputi pemberian penutup inkubator untuk meminimalkan pencahayaan,
pemberian nesting atau sarang untuk menampung pergerakan yang berlebihan
dan memberi bayi tempat yang nyaman, pengaturan posisi fleksi untuk
mempertahankan normalitas meregulasi stimulus yang datang rnengakibatkan
bayi cenderung mengalami sires (Bohak. Lodermilkiensen, 2005; Maguire et at,
2008; Kosim et at. 2010).
2
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk dapat memahami tentang Developmental Care pada bayi prematur
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan tepat dan benar tentang definisi
definisi developmental care
b. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan tepat dan benar tentang tujuan
developmental care
c. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan tepat dan benar tentang model
asuhan perkembangan integratif (integrative developmental care
model)
d. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan tepat dan benar tentang dampak
developmental care pada neonatus
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
B. Tujuan Developmental Care
Tujuan dari penerapan developmental care terhadap infant dan keluarga:
1. Mengurangi stress
2. Menghemat energi dan meningkatkan penyembuhan
3. Meningkatkan pertumbuhan dan kesehatan
4. Mendukung perilaku yang timbul dalam setiap tahapan kematangan
perkembangan saraf
5. Memberi semangat dan mendukung orang tua sebagai pemberi pelayanan
keperawatan primer
6. Meningkatkan kualitas emosional keluarga dan kesehatan sosial
5
kembali pada posisi tulang belakang fleksi, ekstremitas bawah mendekati
tubuh.
3. Membantu memperbaiki posisi bayi dengan cara miringdan fleksi pada
tulang belakang, hal ini dilakukan terutamasebelum dilakukan prosedur
invasif unutk mengurangi stress.
4. Pembedongan sering kali digunakan sebelum prosedur invasif dilakukan.
Hasil penelitian membuktikan bahwa pembedongan telah mengurangi
respon nyeri pada bayi saat dilakukan prosedur invasif (Buonocore &
Bellieni, 2008). Dengan dilakukan pembedongan respon fisiologis dan
perilaku akibat adanya stress akibat prosedur invasif, prosedur memandikan
atupun mengukur berat badan (Hockenberry & Wilson, 2009).
5. Nesting (pembatasan) dengan cara menggulung selimut atau kain yang
diletakkan pada tempat tidur bayi bagian bawah untuk membantu
memertahankan posisi fleksi ketika bayi terlenatang atau miring (Maguire
et al., 2009).
6. Skin to skin contact (kangaroo care) dan pijatan sesaat, prosedur ini dapat
menurunkan stress pada bayi premature (Gray et al., 2002). Kontak kulit
pasif antara ibu dan bayi secara regular dapat meringankan stress. Orang tua
dalam hal ini ibu atau ayah tidak mengenakan pakaian bagian atas, demikian
juga bayi, kecuali memakai popok. Bayi diposisikan vertical pada dada ibu,
sehingga terjadi kontak langsung kulit bayi dengan kulit ibu, kontak mata
serta kedekatan secara langsung.
7. Cobedding of twins, merupakan intervensi perkembangan yang
memberikan lingkungan yang lebih baik bagi pertumbuhan dan
perkembangan bayi, bayi kembar ditempatkan pada satu tempat tidur atau
inkubator (Hockenberry & Wilson, 2009). Data menunjukkan bahwa
dengan dilakukan cobedding maka termoregulasi membaik, episode apneu
atau bradikardi yang berkurang, berat badan lebih cepat meningkat dan
mengurangi jumlah hari rawat (La Mar & Dowling, 2006).
6
Beberapa penelitian tentang penerapan developmental care di ruang
perawatan intensif telah banyak dilakukan. Ludington (1990, dalam Blatz 2001)
mengamati efek skin to skin contact terhadap aktivitas dan periode tidur tenang,
hasil penelitiannya menyebutkan bahwa terjadi penurunan level aktivitas
disertai dengan adanya peningkatan periode tidur tenang selama skin to skin
contact antara ibu dan bayi premature. Penelitian lain tentang skin to skin
contact dilakukan oleh Ali et al. (2009) skin to skin contact secara signifikan
meningkatkan saturasi oksigen dan berat badan. Selain itu beberapa penelitian
mengenai dampak jangka panjang developmental care terhadap perkembangan
bayi berat lahir rendah dan premature juga telah dilakukan beberapa penelitian
diantaranya, Resnick et al (2007) yang melakukan penelitian tentang pemebrian
intervensi developmental care terhadap perkembangan fisik dan mental bayi
BBLR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan anatar kelompok intervensi dan control dalam keberlangsungan
hidup namun terdapat signifikansi dalam skor perkembangan fisik dan mental
yang lebih besar pada kelompok intervensi. Dapat disimpulkan bahwa
penerapan developmental care pada bayi memiliki dampak positif untuk
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi.
BAB III
7
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terdapat 5 inti dalam developmental care, inti ini sangat mempengaruhinya,
yaitu memfasilitasi tidur, pengkajian dan manajemen stres dan nyeri, aktivitas
sehari-hari, asuhan berpusat pada keluarga, dan lingkungan yang mendukung
penyembuhan.
Developmental Care merupakan upaya modifikasi lingkungan dan
berespon terhadap perubahan perilaku bayi baru lahir terutama pada bayi.
Developmental Care adalah praktik professional, edukasi, dan penelitian
dimana perawat perlu mengeksplorasi, mengevaluasi, dan menemukan secara
terus menerus perubahan teknologi lingkungan di unit perawatan intensif
neonatal (NICU) yang berfokus meminimalisasi efek jangka pendek dan jangka
panjang akibat pengalaman rumah sakit pada bayi dalam kondisi kritis terhadap
ancaman fisik, psikologis, dan emosional. Developmental Care meliputi
memodifikasi lingkungan neonates dan belajar untuk membaca serta merespon
perilaku bayi dalam pemenuhan kebutuhannya. Developmental Care adalah
kegiatan praktik professional dengan cara memodifikasi lingkungan
perawatan, membaca, dan mempelajari respon bayi agar dapat mendukung
perkembangan bayi dan meminimalisir efek jangka pendek dan jangka panjang
baik fisik, psikologis, dan emosional akibat pengalaman hospitalisasi.
Developmental Care didasarkan pada teori bahwa otak bayi akan berkembang
hingga bayi lahir dan akan terus berlanjut hingga usia 3 tahun. Perubahan otak
janin terjadi pada minggu-minggu terakhir kehamilan. Perkembangan alami
otak bayi in utero terhenti ketika bayi lahir premature. Perkembangan otak akan
terganggu ketika seorang bayi lahir premature. Pertumbuhan otak tidak hanya
tergantung pada faktor endogen saja tetapi juga dipengaruhi input sensori dan
pengalaman.
Perawatan harus dapat memfasilitasi perkembangan otak bayi untuk
tetap mengalami sinaptogenesis, apoptisis, dan mielinisasi juga perkembangan
area korteks abu-abu. Tingkah laku bayi memberikan makna komunikasi, maka
tenaga professional harus selalu mengkaji respon bayi terhadap lingkungan
8
secara sistematis dan menyesuaikan kegiatan perawatan apabila terlihat tanda-
tanda stress. Pemberian sensori yang tepat ditambah gangguan yang minimal
serta perawatan yang tergantung pada isyarat bayi memberikan hasil medis
dan perkembangan memuaskan. Apabila pemberi perawatan tidak
memperhatikan aspek perkembangan otak bayi maka akan terjadi deficit
neuropsychological antara lain kesulitan bicara dan bahasa, keterlambatan
motorik halus dan kasar.
B. Saran
Kita sebagai perawat harus benar-benar memahami tentang 5 inti dalam
developmental care ini.
9
DAFTAR PUSTAKA
10