Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah sehat dalam kehidupan sehari-hari sering dipakai

untuk menyatakan bahwa sesuatu berjalan secara normal.

Menurut UU No. 36 Tahun 2009, sehat adalah keadaan

sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan

hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Permenkes,

2009).

Kesehatan merupakan suatu keadaan yang didefinisikan

seseorang berdasarkan nilai, kepribadian, dan gaya

hidupnya. Pender, Murdaugh, dan Parsons dalam Potter &

Perry (2010) mendefinisikan kesehatan sebagai perwujudan

potensi manusia intrinsik dan ekstrinsik melalui tingkah

laku yang diarahkan oleh tujuan hidup, perawatan diri yang

kompeten, dan hubungan dengan orang lain yang memuaskan,

dengan penyesuaian yang dilakukan untuk mempertahankan

integritas struktural dan harmoni dengan lingkungan.

Sehat merupakan idaman setiap manusia di dunia, namun

seiring perkembangan jaman dan meningkatnya jumlah

penduduk, peningkatan jumlah penderita suatu penyakit pun


2

semakin tinggi. Salah satu penyakit yang mengalami

peningkatan jumlah penderita yang cukup tinggi adalah

penyakit degeneratif (Potter & Perry, 2010).

Penyakit Diabetes Mellitus merupakan penyakit

degeneratif yang memerlukan upaya penanganan yang tepat dan

serius. Penyakit tersebut akan membawa sebagian komplikasi

yang serius, seperti penyakit jantung, stroke, disfungsi

ereksi, gagal ginjal dan kerusakan sistem syaraf (Soegondo,

2009).

Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit

tidak menular yang terus mengalami peningkatan prevalensi

dan berkontribusi terhadap peningkatan angka kematian

akibat penyakit tidak menular (Soegondo, 2009). Penyakit DM

telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insiden dan

prevalensi penyakit ini terus bertambah terutama di negara

sedang berkembang dan negara yang telah memasuki budaya

industrialisasi (Arisman, 2013). Peningkatan prevalensi DM

di beberapa Negara berkembang dipengaruhi oleh peningkatan

kemakmuran, peningkatan pendapatan perkapita, dan perubahan

gaya hidup terutama di kota-kota besar (Soegondo, 2009).

Berdasarkan data dari Diabetes Atlas edisi ke enam yang

dikeluarkan oleh International Diabetes Federation

(IDF)tahun 2014, jumlah penderita DM semakin bertambah.

Menurut estimasi IDF (2014) 8,3% penduduk di seluruh dunia


3

mengalami DM, prevalensi ini meningkat dari tahun 2011

yaitu 7,0% dan diprediksikan pada tahun 2035 prevalensi DM

akan meningkat menjadi 10,0%. Diperkirakan proporsi

penderita DM yang tidak terdiagnosis adalah sebesar 46,3%.

Satu dari dua penderita diabetes tidak mengetahui bahwa

mereka telah terkena penyakit tersebut.

Global status report on non communicable diseases tahun

2014 yang dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO)

menyatakan bahwa prevalensi DM di seluruh dunia

diperkirakan sebesar 9%. Proporsi kematian akibat penyakit

DM dari seluruh kematian akibat penyakit tidak menular

adalah sebesar 4%. Kematian akibat DM terjadi pada negara

dengan pendapatan rendah dan menengah dengan proporsi

sebesar 80%. Tahun 2030 diperkirakan DM menempati urutan

ke-7 penyebab kematian di dunia (IDF, 2014)

Prevalensi DM di Asia Tenggara pada tahun 2014 adalah

sebesar 8,3% dengan kasus tidak terdiagnosa sebesar 52,8%.

Kematian akibat DM pada penderita yang berusia dibawah 60

tahun adalah 53,8%. Diprediksi pada tahun 2035 prevalensi

DM di Asia Tenggara meningkat menjadi 10,1% (IDF, 2014).

Di Indonesia, berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga

(SKRT) tahun 2005 menunjukkan peningkatan prevalensi DM

dari tahun 2001 sebesar 7,5% menjadi 10,4% pada tahun 2004.

Sementara itu hasil survey Biro Pusat Statistik (BPS) tahun


4

2003 menyatakan prevalensi DM di perkotaan mencapai 14,7%

dan di pedesaan 7,2% (Hotma, 2014). Menurut IDF (2014),

jumlah penduduk dewasa di Indonesia (umur 20-79 tahun)

adalah sebanyak 56,7 juta jiwa. Prevalensi penderita DM di

Indonesia pada usia 20-79 tahun adalah sebesar 5,8% dengan

jumlah kematian sebanyak 176 ribu orang. Peningkatan angka

kasus DM ini menyebabkan pengeluaran biaya kesehatan

meningkat. Biaya perawatan yang dikeluarkan penderita DM

per orangnya adalah sebesar 174,7 dolar Amerika.

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun

2013, proporsi penduduk ≥15 tahun dengan DM adalah 6,9%.

Prevalensi penderita DM (pernah didiagnosa dan ada gejala)

mengalami peningkatan dari 1,1% (tahun 2007) menjadi 2,1%

(tahun 2013). Prevalensi DM yang terdiagnosis dokter dan

atau gejala, tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%),

Sulawesi Utara (3,6%), dan Sulawesi Selatan (3,4%).

Proporsi penduduk umur ≥15 tahun dengan toleransi glukosa

terganggu (TGT) mencapai 29,9%. Hal ini berarti akan

semakin banyak penduduk yang berisiko tinggi untuk

menderita DM. Berdasarkan diagnosis dan riwayat DM di Nusa

Tenggara Barat prevalensinya adalah 32,4% dari total

penduduk Nusa Tenggara Barat. Prevalensi tertinggi DM di

Kota Mataram (39,8%), Lombok Barat (36,9%), Lombok Timur

(29,3%), Lombok Tengah (29,3%), Kota Bima (29,0%), Sumbawa


5

Besar (27,0%), Sumbawa Barat (26,2%), Dompu (18,4%) dari

total penduduk (Riskesdas, 2013).

Berdasarkan hasil pengkajian dan pemerikaan saat Penmas

25 november 2018 di Dusun Muhajirin, bahwa terdeteksi 6

jiwa masyarakat Dusun Muhajirin menderita penyakit Diabetes

Millitus.

Data di atas memberikan gambaran bahwa masalah penyakit

DM merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu

mendapatkan perhatian dan penanganan yang baik, mengingat

prevalensinya yang tinggi dan meningkat, dapat menimbulkan

komplikasi yang cukup berat ditambah besarnya biaya yang

diperlukan dalam penanganan penderita.

Diabetes Mellitus disebabkan oleh menurunnya hormon

insulin oleh karena adanya “disfungsi” sel beta pankreas

atau ambilan glukosa di jaringan perifer. Adapun gejala

yang ditimbulkan pada Diabetes Mellitus adalah banyak makan

(polifagi), banyak minum (polidipsi) dan banyak kencing

(poliuri) (Tjokroprawiro, 2007).

Perlu diketahui bahwa untuk menurunkan kadar glukosa

darah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara

farmakologi dan non farmakologi. Cara farmakologi dengan

pemberian obat penurun kadar glukosa darah dan suntik

insulin (Soeryoko, 2011).


6

Penurunan kadar glukosa darah dengan cara non

farmakologis yaitu : Perencanaan makanan (diet), terapi

(akupuntur, refleksi, terapi tertawa, moksibasi, bekam, dan

sinar infra red), dan terapi herbal. Adapun jenis obat-

obatan herbal yang mampu untuk menangani diabetes mellitus

antara lain : Buah Pare (Momordica charantia), Bawang Merah

dan Bawang Putih (Allium cepa dan Allium sativum), juwet

(Syzygium cuminii), dan daun sirih merah (Piper Crocatum)

(Soeryoko, 2011). Bila tidak segera mendapat terapi,

Diabetes Mellitus akan menimbulkan komplikasi seperti

jantung Koroner, stroke, gangren atau luka kaki, gagal

ginjal, retinopati diabetik, aterosklerosis, kesemutan, dan

disfungsi ereksi. Menghindari terjadinya komplikasi

penyakit pada penderita Diabetes Mellitus maka diperlukan

untuk mengontrol atau menurunkan kadar gula darah

(Utaminingsih, 2009).

Salah satu bentuk terapi yang dapat diupayakan untuk

menormalkan kadar gula darah pada penderita Diabetes

mellitus adalah terapi tawa/yoga tawa (As’adi,

2011).Tertawa dapat menghilangkan berbagai dampak negatif

yang terjadi dalam diri kita seperti gangguan kadar gula

darah, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kecemasan,

depresi, batuk-batuk dan flu kronis, gangguan pencernaan,

insomnia, berbagai alergi, asma gangguan haid, sakit


7

kepala, sakit perut, bahkan kanker (Kateria, 2004). Hal ini

sejalan dengan penelitian Candra (2013), yang menjelaskan

bahwa ada penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes

mellitus setelah diberikan terapi tertawa.

terapi lain yang dapat dilakukan adalah terapi daun

sirih merah. Daun sirih mengandung tannin, alkaloid, dan

polifenol yang bermanfaat untuk menurunkan kadar gula darah

(Fathma, 2012). Hal ini didukung oleh penelitian Setyadi

(2012), yang menyebutkan bahwaada pengaruh pemberian

rebusan daun sirih merah terhadap kadar glukosa darah.

Lebih lanjut Setyadi (2012) menambahkan, terapi pemberian

rebusan daun sirih merah dapat digunakan sebagai pengobatan

alternatif yang dapat menurunkan kadar glukosa darah karena

dalam daun sirih terkandung tannin, alkaloid, dan polifenol

yang memiliki aktifitas menurunkan kadar gula darah.

Atas dasar uraian pada latar belakang diatas maka

peneliti melakukan penelitian tentang “ Pengaruh Terapi

Rebusan Daun Sirih terhadap Perubahan Kadar Gula Darah pada

Pasien Diabetes Mellitus di Dusun Muhajirin Kecamatan

GunungSari Kabupaten Lombok Barat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Apakah ada

Pengaruh Terapi Rebusan Daun Sirih Terhadap Perubahan Kadar


8

Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus di Dusun Muhajirin

Kecamatan GunungSari Kabupaten Lombok Barat.

C. Tujuan

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan umum

Untuk menganalisis perbedaan terapi daun sirih terhadap

perubahan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus di

Dusun Muhajirin Kecamatan GunungSari Kabupaten Lombok

Barat.

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi kadar gula darah pasien diabetes

mellitus sebelum diberikan terapi daun sirih di di

Dusun Muhajirin Kecamatan Gunungsari Kabupaten

Lombok Barat.

b. Mengidentifikasi kadar gula darah pasien diabetes

mellitus sesudah diberikan terapi daun sirih di di

Dusun Muhajirin Kecamatan Gunungsari Kabupaten

Lombok Barat.

c. Menganalisa pengaruh terapi daun sirih terhadap

perubahan kadar gula darah pada pasien diabetes

mellitus di Dusun Muhajirin Kecamatan Gunungsari

Kabupaten Lombok Barat.


9

D. Manfaat

1. Bagi Lansia

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

wawasan lansia tentang terapi alternatif yang dapat

menurunkan kadar gula darahnya.

2. Manfaat Bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan

dan memberi informasi yang berguna bagi Puskesmas, Rumah

Sakit maupun Dinas Kesehatan setempat terkait terapi

Diabetes Mellitus.

3. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi

evaluasi Pendidikan untuk meningkatkan mutu Pendidikan,

khususnya di bidang penanganan penyakit non farmakologi

dan pengembangan riset keperawatan.

4. Manfaat Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapakan dapat menambah

keilmuan dan dapat dijadikan sebagai sumber referensi

dalam ilmu pendidikan untuk memperkaya dan menambah

wawasan tentang penyakit Diabetes Mellitus terutama

berkaitan dengan terapi non farmakologi nya.


10

E. Keaslian Penelitian

Peneliti Farah Fahma Wahyudin Penelitian


(2012) (2012) sekarang
Judul Efektifitas Pengaruh Terapi Daun
daun sirih terapi Sirih
merah untuk tertawa Terhadap
menurunkan terhadap Perubahan
kadar gula kadar gula Kadar Gula
darah pada darah pasien Darah Pada
penderita diabetes Pasien
diabetes mellitus di Diabetes
mellitus di wilayah kerja Mellitus di
kelurahan Beji puskesmas di Dusun
Kec. Beji kota wera Muhajirin
depok. kabupaten Kecamatan
bima GunungSari
Kabupaten
Lombok
Barat.

Tujuan Menganalisis Untuk Untuk


efektifitas mengetahui menganalisis
daun sirih pengaruh Pengaruh
merah untuk terapi Terapi
menurunkan tertawa Rebusan Daun
kadar gula terhadap Sirih
darah pada kadar gula Terhadap
penderita darah pasien Perubahan
diabetes diabetes Kadar Gula
mellitus di mellitus di Darah Pada
kelurahan Beji wilayah kerja Pasien
Kec. Beji kota puskesmas Diabetes
depok. wera Mellitus di
kabupaten Dusun
bima. Muhajirin
Kecamatan
Gunungsari
Kabupaten
Lombok Barat
Rancangan Desain Pra Non pretest-
penelitian Eksperimental randomized posttest
dengan group pre- design
rancangan one- test post-
group pra-post test design
test design.
Tehnik Purposive Quota Purposive
11

sampling sampling. sampling. Sampling.


Analisa uji statistik uji statistik Uji statistik
data Uji T 2 sampel non paired t test
berpasangan parametrik
(Paired T- Wilcoxon dan
test). Mann-Whitney
test pada
taraf
kepercayaan
maksimal 95%.
Tabel 1. Keaslian Penelitian.

Anda mungkin juga menyukai