Anda di halaman 1dari 27

III.

UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN

III. 1. A. Latar Belakang Utama

Kesehatan lingkungan sebagai salah satu upaya kesehatan ditujukan untuk mewujudkan

kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya,

sebagaimana tercantum dalam Pasal 162 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan. Ketentuan mengenai penyelenggaraan kesehatan lingkungan selanjutnya diatur

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan, yang

pengaturannya ditujukan dalam rangka terwujudnya kualitas lingkungan yang sehat tersebut

melalui upaya pencegahan penyakit dan/atau gangguan kesehatan dari faktor risiko kesehatan

lingkungan di permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi serta tempat dan fasilitas umum.

Sampai saat ini penyakit yang terkait kualitas lingkungan masih merupakan masalah

kesehatan masyarakat, antara lain Malaria pada tahun 2012 sebanyak 417.819 kasus dan

Anual Parasite Incident Malaria di Indonesia sebesar 1,69 per1.000 penduduk. Demam

Berdarah Dengue pada tahun 2012 sebanyak 90.245 kasus dengan jumlah kematian 816 (IR=

37,11 dan CFR= 0.9). Sedangkan penemuan Pneumonia Balita pada tahun 2012 cakupannya

sebesar 22,12 %. Angka kesakitan diare pada semua umur menurun tidak signifikan dari 423

per 1000 penduduk pada tahun 2006 menjadi 411 per 1000 penduduk pada tahun 2010, hasil

survey morbiditas tahun 2006 dan tahun 2010 memperlihatkan bahwa tidak ada perubahan

episode diare pada balita sebesar 1,3 kali (Hasil kajian morbiditas diare, Depkes, 2012).

WHO melaporkan sementara ini Indonesia pada peringkat 5 dunia jumlah penderita TB Paru

(WHO Global Tuberculosis Control 2010).


Disamping itu perubahan iklim (climate change) diperkirakan akan berdampak buruk

terhadap lingkungan sehingga dapat terjadi peningkatan permasalahan terhadap penyakit. Hal

lain yang menyebabkan meningkatnya permasalahan penyakit juga diakibatkan oleh

keterbatasan akses masyarakat terhadap kualitas air minum yang sehat sebesar 63 % dan

penggunaan jamban sehat sebanyak 69% (sekretariat STBM, Bappenas, Tahun 2012).

Untuk mengatasi permasalahan kesehatan masyarakat terutama karena meningkatnya

penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh Faktor Risiko Lingkungan,

Pemerintah telah menetapkan Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan terdepan yang

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat

pertama dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Dalam pengaturan

Puskesmas ditegaskan bahwa salah satu upaya kesehatan masyarakat yang bersifat esensial

adalah berupa Pelayanan Kesehatan Lingkungan. Upaya kesehatan masyarakat esensial

tersebut harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas untuk mendukung pencapaian standar

pelayanan minimal kabupaten/kota bidang kesehatan.

III. 1. B. Tujuan Utama

Dengan terselenggaranya Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas diharapkan

dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya preventif, promotif, dan

kuratif yang dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan.

III. 1. C. Metode Pelaksanaan

Kegiatan Pelayanan Kesehatan Lingkungan Puskesmas dilaksanakan di dalam gedung

dan luar gedung Puskesmas, meliputi: 1. Konseling; 2. Inspeksi Kesehatan Lingkungan; dan

3. Intervensi/tindakan kesehatan lingkungan.


III. 1. D. Uraian Kegiatan

D. 1. Pemeriksaan Kualitas Air Minum, Makanan, Udara, dan Bangunan

1.1.1. Latar Belakang

Setiap manusia dimanapun berada membutuhkan tempat untuk tinggal yang disebut

rumah. Rumah berfungsi sebagai tempat untuk melepaskan lelah, tempat bergaul dan

membina rasa kekeluargaan diantara anggota keluarga, tempat berlindung dan menyimpan

barang berharga, dan rumah juga merupakan status lambang sosial (Azwar, 1996; Mukono,

2000). Perumahan merupakan kebutuhan dasar manusia dan juga merupakan determinan

kesehatan masyarakat. Karena itu pengadaan perumahan merupakan tujuan fundamental

yang kompleks dan tersedianya standar perumahan merupakan isu penting dari kesehatan

masyarakat. Perumahan yang layak untuk tempat tinggal harus memenuhi syarat

kesehatan sehingga penghuninya tetap sehat. Perumahan yang sehat tidak lepas dari

ketersediaan prasarana dan saran a yang terkait, seperti penyediaan air bersih, sanitasi

pembuangan sampah, transportasi, dan tersedianya pelayanan sosial (Krieger and Higgins,

2002).

Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya yang dipakai

sebagai tempa t tinggal dan sarana pembinaan keluarga (UU RI No. 4 Tahun 1992). Menurut

WHO, rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung, dimana

lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani

serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan kelu arga dan individu (Komisi WHO

Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

rumah sehat adalah bangunan tempat berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana

pembinaan keluarga yang menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial,

sehingga seluruh anggota keluarga dapat bekerja secara produktif. Oleh karena itu
keberadaan perumahan yang sehat, aman, serasi, teratur sangat diperlukan agar fungsi dan

kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik.

Komponen yang harus dimiliki rumah sehat (Ditjen Cipta Karya, 1997) adalah : (1)

Fondasi yang kuat untuk meneruskan beban bangunan ke tanah dasar, memberi kestabilan

bangunan , dan merupakan konstruksi penghubung antara bagunan dengan tanah; (2) Lantai

kedap air dan tidak lembab, tinggi minimum 10 cm dari

pekarangan dan 25 cm dari badan jalan, bahan kedap air, untuk rumah panggung dapat

terbuat dari papan atau anyaman bambu; (3) Memiliki jendela dan pintu yang berfungsi

sebagai ventilasi dan masuknya sinar matahari dengan luas minimum 10% luas lantai;

(4) Dinding rumah kedap air yang berfungsi untuk mendukung atau menyangga atap,

menahan angin dan air hujan, melindungi dari panas dan debu dari luar, serta menjaga

kerahasiaan ( privacy) penghuninya; (5) Langit-langit untuk menahan dan menyerap

panas terik matahari, minimum 2,4 m dari lantai, bisa dari bahan papan, anyaman bambu,

tripleks atau gipsum; serta (6) Atap rumah yang berfungsi sebagai penahan panas sinar

matahari serta melindungi masuknya debu, angin dan air hujan.

1.1.2. Tujuan

Melakukan pengawasan dan Pembinan terhadap Pemukiman.

1.1.3. Pihak Yang Dilibatkan

No Pihak Yang Dilibatkan Peranan

1 Sanitarian Melakukan pengawasan dan pembinaan

Kesehatan Lingkungan

2 Promkes Penyuluh PHBS

3 Bidan Penyuluhan KIA


4 Ahli Gizi Pengawasan dan Pembinaan Bayi Balita

5 ART Sasaran

1.1.4. Sasaran

Pemukiman di wilayah Distrik Fkour

1.1.5. Rincian Kegiatan

a. Penangung Jawab Program menyurat ke pemerintahan Kampung.

b. Kegiatan dilakukan dengan metode Observasional Langsung dan Tidak Langsung.

c. Mengunakan alat berupa Kuesioner

d. Masing-masing Nakes melakukan tugas sesuai disiplin ilmu

1.1.6. Metode Pelaksanaan

Metode yang digunakan Observasional Langsung dan Tidak Langsung


1.1.7 Capaian Indikator Keberhasilan dan Rencana Tindak Lanjut

a. Capaian Indikator Bulan Februari

JUMLAH DAN PERSENTASE RUMAH


JUMLAH RUMAH TIDAK JUMLAH RUMAH
MEMENUHI SYARAT KESEHATAN JUMLAH RUMAH
MEMENUHI SYARAT DIBINA
JML TRIWULAN YANG LALU DIBINA TRIWULAN INI
NO KAMPUNG KESEHATAN TRIWULAN INI YG
RUMAH DARI JUMLAH "TMS"
(TMS)TRIWULAN YANG MEMENUHI
% RUMAH TRIWULAN LALU
LALU (c-d) SYARAT "MS"
JUMLAH SEHAT
(d/c)x100%
a b c f e f g h
1 Pasir Putih 49 5 5 44 24 5
2 Wandun 55 13 13 42 21 4
3 Welek 24 8 8 16 13 1
4 Bemus 41 7 7 34 14 0
JUMLAH 169 33 33 136 72 10

b. Rencana Tindak Lanjut Bulan Februari

1). Melakukan Pengawsan dan Pembinaan kembali pada bulan Maret 2018
1.1.7.1 Capaian Indikator Keberhasilan dan Rencana Tindak Lanjut

a. Capaian Indikator Bulan Maret

JUMLAH DAN PERSENTASE RUMAH


JUMLAH RUMAH TIDAK JUMLAH RUMAH
MEMENUHI SYARAT KESEHATAN JUMLAH RUMAH
MEMENUHI SYARAT DIBINA
JML TRIWULAN YANG LALU DIBINA TRIWULAN INI
NO KAMPUNG KESEHATAN TRIWULAN INI YG
RUMAH DARI JUMLAH "TMS"
(TMS)TRIWULAN YANG MEMENUHI
% RUMAH TRIWULAN LALU
LALU (c-d) SYARAT "MS"
JUMLAH SEHAT
(d/c)x100%
a b c d E f g h
1 Pasir Putih 49 5 10.204 44 26 6
2 Wandun 55 4 7.273 51 39 10
3 Welek 24 1 4.167 23 18 2
4 Bemus 41 0 0 41 29 0
JUMLAH 169 10 21.644 159 112 18
b. Rencana Tindak Lanjut Bulan Maret

1). Melakukan Pengawsan dan Pembinaan kembali pada Tahun 2019


1.1.8. Evaluasi dan Rekomendasi Bulan Februari

No Evaluasi Rekomendasi

1 Sebagian besar rumah di pemukman Dilakukan Pembinaan dan

Distrik Fkour belum Sehat. Pengawasan pada bulan Maret 2018

1.1.8.1 Evaluasi dan Rekomendasi Bulan Maret

No Evaluasi Rekomendasi

1 Sebagian besar rumah di pemukman Dilakukan Pembinaan dan

Distrik Fkour belum Sehat. Capain Pengawasan pada Tahun 2019

Indikator pengawasan 94,083 %

1.1.9. Dokumentasi

Bulan Februarai
Bulan Maret

D. 2. Inspeksi Kesehatan Lingkungan untuk TTU,TPM, Sarana Air Minum

2.1.1. Latar Belakang

Penyakit lingkungan masih merupakan masalah kesehatan yang terbesar di

masyarakat, tercermin dari tingginya angka kesakitan penyakit berbasis lingkungan

dalam kunjungan ke sarana pelayanan kesehatan. Tingginya angka kesakitan tersebut

disebabkan oleh masih buruknya kondisi sanitasi dasar terutama air bersih dan

sanitasi, rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), kurang hygienisnya cara

pengolahan makanan serta buruknya penatalaksanaan aspek kesehatan dan

keselamatan kerja.

Menurut HL. Blum faktor lingkungan dan perilaku mempunyai pengaruh

terbesar terhadap status kesehatan, disamping faktor pelayanan kesehatan dan genetik.

Untuk itu cara pencegahan dan pengendalian penyakit-penyakit tersebut harus melalui
upaya perbaikan lingkungan/sanitasi dasar dan perubahan perilaku ke arah yang lebih

baik.

Tempat – tempat umum adalah suatu tempat dimana bersifat umum ( semua

Orang ) dapat masuk ketempat tersebut untuk berkumpul melakukan kegiatan baik

secara insidentil maupun terus menerus. Jadi tempat – tempat umum adalah suatu

usaha untuk mrngawasi dan mencegah kerugian akibat dari tempat – tempat umum

terutama yang erat hubungannya dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit.

Setiap aktifitas yang dilakukan manusia sangat erat interaksinya dengan

tempat-tempat umum, baik untuk bekerja, melakukan interaksi sosial, belajar maupun

melakukan aktifitas lainya. Tempat-tempat umum meemiliki potensi sebagi tempat

terjadinya penularan penyakit, penularan lingkungan ataupun gangguan kesehatan

lainya. Kondisi lingkungan tempat tempat umum yang tidak terpelihara akan

menambah besarnya resiko penyebaran penyakit serta penularan lingkungan sehingga

perlu dilakukan upaya pencegahan dengan menerapkan sanitasi lingkungan yang baik

dan tempat-tempat umum perlu dijaga sanitasinya.

2.1.2. Tujuan

a. Untuk mengetahui kondisi Tempat – tempat umum di wilayah kerja

Puskesmas Fkour.

b. Untuk Mengetahui Sanitasi Tempat – tempat umum di wilayah kerja Puskesmas

Fkour.

2.1.3. Pihak Yang Dilibatkan

No Pihak Yang Dilibatkan Peranan

1 Petugas PKM Melakukan pengawasan dan pembinaan

Kesehatan Lingkungan TTU


2 Pimpinan TTU Pemandu

3 TTU Sasaran

2.1.4. Sasaran

Sarana Tempat – tempat Umum di Wilayah Distrik Fkour

2.1.5. Rincian Kegiatan

a. Penangung Jawab Program menyurat ke tempat sasaran.

b. Kegiatan dilakukan dengan metode Observasional Langsung dan Tidak Langsung.

c. Mengunakan alat berupa Kuesioner dan Sanitarian KIT

d. Melakukan Observasional di Fasilitas – fasilitas yang tersedia di tempat sasaran.

2.1.6. Metode Pelaksanaan

Metode yang digunakan Observasional Langsung dan Tidak Langsung


2.1.7. Capaian Indikator Keberhasilan dan Rencana Tindak Lanjut

a. Capaian Indikator Bulan Februari

NO KAMPUNG JENIS SARANA YANG ADA JUMLAH SARANA YANG


MEMENUHI SYARAT

SARANA SARANA SARANA SARANA


PENDIDIKAN KESEHATAN PENDIDIKAN KESEHATAN

SD SMP SMA PKM RS SD SMP SMA PKM RS

1 PASIR 1 0

PUTIH

2 WELEK

3 WANDUN 1 1 0 0

4 BEMUS 1 0

JUMLAH 2 1 1 0 0 0
b. Rencana Tindak Lanjut Bulan Februari

Melakukan pembinaan dan pengawasan kembali pada Bulan Maret


2.1.7.1 Capaian Indikator Keberhasilan dan Rencana Tindak Lanjut

a. Capaian Indikator Bulan Maret

NO KAMPUNG JENIS SARANA YANG ADA JUMLAH SARANA YANG


MEMENUHI SYARAT

SARANA SARANA SARANA SARANA


PENDIDIKAN KESEHATAN PENDIDIKAN KESEHATAN

SD SMP SMA PKM RS SD SMP SMA PKM RS


1 PASIR 1 0

PUTIH

2 WELEK

3 WANDUN 1 1 0 0

4 BEMUS 1 0

JUMLAH 2 1 1 0 0 0

b. Rencana Tindak Lanjut Bulan Maret

Melakukan pembinaan dan pengawasan kembali pada Tahun 2018

2.1.8. Evaluasi dan Rekomendasi


No Evaluasi Rekomendasi

1 Sarana umum yang menjadi sasaran Dilakukan Pembinaan dan

tidak memenuhi syarat minimum Pengawasan kembali pada bulan

utama sehingga di nyatakan Tidak Maret

Sehat
2.1.8.1 Evaluasi dan Rekomendasi
No Evaluasi Rekomendasi

1 Sarana umum yang menjadi sasaran Dilakukan Pembinaan dan

tidak memenuhi syarat minimum Pengawasan kembali pada Tahun

utama sehingga di nyatakan Tidak 2018

Sehat. Cakupan pengawasan 100%

2.1.9. Dokumentasi

Bulan Februari

Bulan Maret
D. 3 STBM ( SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT )

3.1.1 Latar Belakang

Dalam rangka memperkuat upaya pembudayaan hidup bersih dan sehat, mencegah

penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat, serta

mengimplementasikan komitmen Pemerintah untuk meningkatkan akses air minum dan

sanitasi dasar yang berkesinambungan dalam pencapaian Millenium Development Goals

(MDGs) tahun 2015, perlu disusun Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan.

Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait dengan masalah air minum, higiene dan

sanitasi masih sangat besar. Hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program

(ISSDP) tahun 2006, menunjukkan 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar ke

sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka.

Berdasarkan studi Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun 2006, perilaku

masyarakat dalam mencuci tangan adalah (i) setelah buang air besar 12%, (ii) setelah

membersihkan tinja bayi dan balita 9%, (iii) sebelum makan 14%, (iv) sebelum memberi

makan bayi 7%, dan (v) sebelum menyiapkan makanan 6 %. Sementara studi BHS lainnya

terhadap perilaku pengelolaan air minum rumah tangga menunjukan 99,20% merebus air

untuk mendapatkan air minum, tetapi 47,50 % dari air tersebut masih mengandung

Eschericia coli.

Kondisi tersebut berkontribusi terhadap tingginya angka kejadian diare di Indonesia.

Hal ini terlihat dari angka kejadian diare nasional pada tahun 2006 sebesar 423 per seribu

penduduk pada semua umur dan 16 provinsi mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) diare

dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 2,52.


Kondisi seperti ini dapat dikendalikan melalui intervensiterpadu melalui pendekatan

sanitasi total. Hal ini dibuktikan melalui hasil studi WHO tahun 2007, yaitu kejadian diare

menurun 32% dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap sanitasi dasar, 45% dengan

perilaku mencuci tangan pakai sabun, dan 39% perilaku pengelolaan air minum yang aman di

rumah tangga. Sedangkan dengan mengintegrasikan ketiga perilaku intervensi tersebut,

kejadian diare menurun sebesar 94%.

3.1.2 Tujuan
1. Monitoring Pasca Pemicuan
3.1.3 Pihak Yang di Libatkan
No Pihak Yang Peranan

Dilibatkan

1 Sanitarian PKM Fasilitator

2 Kader Natural Leader

3 Masyarakat Sasaran

3.1.4 Sasaran
1. Masyarakat
2. Aparat Kampung
3. Kader
3.1.5 Rincian Kegiatan
1. Fasilitator Mengunakan Metode Observasional Langsung dan Tidak Langsung
2. Fasilitator mendatangi warga yang dicurigai masih BABS
3. Fasilitator mendampingi warga yang ingin membuat sarana Jamban
3.1.6 Metode Pelaksanaan
Metode yang digunakan adalah Observasional Langsung dan Tidak Langsung
3.1.7 Capaian Indikator dan Rencana Tindak Lanjut
a. Capaian Indikator

JUMLAH JUMLAH TANGGAL JUMLAH BASELINE BASELINE BASELINE BASELINE


DISTRIK KAMPUNG
SD DUSUN PEMICUAN KK JSP JSSP SHARING OD

5 2 23 2
Fkour Pasir Putih 1 1 03/04/2017 39
21 4 40 4
Wandun 0 2 01/04/2017 40
3 0 15 2
Welek 0 1 17/04/2017 28
2 5 11 2
Bemus 1 2 13/04/2017 21

b. Rencana Tindak Lanjut


1. Dilakukan Monitoring Secara Berkala

3.1.8 Evaluasi dan Rekomendasi

No Evaluasi Rekomendasi

1 Masih ditemukan masyarakat yang Perli di lakukan Pemicuan SBS

BABS di setiap kampung kepada masyarakat disetiap kampong,

guna menciptakan perilaku SBS

3.2.8 Dokumentasi
3.2.1 Tujuan

Identifikasi Masalah Analisis Situasi (IMAS)

3.2.2 Pihak Yang di Libatkan

No Pihak Yang Peranan

Dilibatkan

1 Sanitarian PKM Fasilitator

2 Kader Natural Leader

3 Aparat Kampung Natural Leader

4 Petugas PKM Petugas

3.2.3 Sasaran

1. Masyarakat Dusun Sauwden Kampung Bemus

2. Tokoh Masyarakat Dusun Sauwden Kampung Bemus

3. Aparat Kampung Dusun Sauwden Kampung Bemus

3.2.4 Rincian Kegiatan

1. Perkenalan

2. Bina Suasana

3. Penyampaian Maksud dan Tujuan

4. IMAS

3.2.5 Metode Pelaksanaan

1. Ceramah Tanya Jawab

2. FGD
3.2.6 Capaian Indikator dan Rencana Tindak Lanjut

a. Capaian Indikator

1. Pengusulan Saarana Air Bersih Melalui Dana Desa Tahun 2018

2. Pengusulan Penampungan Sampah Melalu Dana Desa Tahun 2018

3. Masyarakat Saling Mengingatkan Untuk Tidak Berprilaku BABS

b. Rencana Tindak Lanjut

Dilakukan Pendampingan terkait dengan kesepakatan bersama

3.2.7 Evaluasi dan Rekomendasi

No Evaluasi Rekomendasi

1 Minimnya sarana sanitasi di Dusun


Dilakukan pendampingan dan
monitoring terkait kesepakatan
Sauwden Kampung Bemus, menjadi
bersama
penyebab tingginya angka kesakitan

berbasis lingkungan

3.2.8 Dokumentasi

3.3.1 Tujuan

Kampanye Haygien Sanitasi Sekolah


3.2.2 Pihak Yang di Libatkan

No Pihak Yang Peranan

Dilibatkan

1 Sanitarian PKM Fasilitator

2 Guru Natural Leader

3 Siswa / Siswi Sasaran

4 Petugas PKM Petugas

3.2.3 Sasaran

1. Siswa / Siswi Khususnya Kelas IV – V

2. Pengelola Sekolah

3.2.4 Rincian Kegiatan

1. Perkenalan

2. Bina Suasana

3. Penyampaian Maksud dan Tujuan

4. Kampanye

3.2.5 Metode Pelaksanaan

1. Ceramah Tanya Jawab

2. FGD

3. Alur Kontaminasi

3.2.6 Capaian Indikator dan Rencana Tindak Lanjut

a. Capaian Indikator

1. Siswa / Siswi mengetahui penting dan gunanya lingkungan yang sehat

2. Siswa / Siswi mengetahui teknit haygien perorangan

3. Guru mengetahui penting dan gunanya lingkungan yang sehat di wilayah sekolah
b. Rencana Tindak Lanjut

Dilakukan Pembinaan

3.2.7 Evaluasi dan Rekomendasi

No Evaluasi Rekomendasi

1 Fasilitas Sanitasi di SD sasaran Melakukan Advokasi


Menyampaikan pentingnya
tidak memenuhi syarat Fasilitas Sanitasi di SD,
sehingga pihak sekolah mau
membangunsanitasi di
seolahnya

3.2.8 Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai