Anda di halaman 1dari 3

TERM OF REFERENCE (TOR)

Membangun Paradigma Ilmu Dalam Islam

Paradigma Ilmu dalam Islam dan Syahadatain Sebagai Titik Tolak Perubahan

Durasi : 90 menit
Metode : Ceramah (60 menit) dan Diskusi (30 menit)
Tanggal : 13 April 2018
Waktu : Jum’at, Pukul 15.30 s/d 17.02 WIB
Pemateri :
Moderator : Luki lukmanul hakim

Dasar Pemikiran
Paradigma Ilmu dalam Islam
Islam sangat menjunjung tinggi ilmu (pengetahuan). Hal ini dapat kita lihat akan banyaknya
ayat Al-Qur'an yang menyuruh kita untuk mencari ilmu dan berpikir. Ilmu bagi manusia yang
menjadi khalifatul fil 'ardh (wakil Tuhan di bumi) berfungsi sebagai alat dalam mencapai
kesejahteraan dan rahmatan lil 'alamien. Manusia adalah pengelola alam (Q.S. Yunus: 14).
Apa guna ilmu bagi manusia, mungkin kita semua sepakat bahwa pencarian akan hakikat
(kebenaran) lah jawabannya. Masalah baru muncul ketika kita (lagi-lagi) mempertanyakan
Apakah kebenaran itu? Bagaimana kita dapat memperoleh kebenaran secara absah? dan
Untuk apa kebenaran yang telah kita dapatkan itu pada kehidupan manusia sehari-hari?
Tradisi keilmuan dan timbulnya disiplin ilmu dalam Islam merupakan hasil dorongan
yang menjadi pandangan hidup Islam dan bukan pengaruh budaya lain. Maka implikasinya,
pengembangan konsep-konsep ilmiah atau disiplin ilmu baru dalam Islam harus merujuk
kepada pandangan hidup Islam. Sebab Prof. Alparslam mengatakan bahwa ilmu tidak dapat
timbul dan berkembang pada suatu masyarakat dari hasil impor, artinya ilmu tidak dapat
muncul dengan secara tiba-tiba dalam suatu masyarakat atau kebudayaan yang tidak memiliki
latar belakang tradisi ilmiah.
Syahadatain Sebagai Titik Tolak Perubahan
Agama Islam telah menjadikan ikatan agama yang berlandaskan Tauhidullah sebagai ikatan
yang paling kuat bagi umat Islam. Allah telah menjadikan umat ini sebagai umat yang satu.
Tetapi ikatan iman ini sedikit demi sedikit menjadi luntur dan hilang dari kehidupan mereka.
Iman adalah keyakinan yang mantap dalam hati dan dibuktikan dengan perbuatan. Iman tidak
hanya berbentuk keyakinan yang bersifat pasif, tetapi aktif mengajak orang lain untuk
mewujudkannya secara nyata dalam bentuk prilaku dan amal soleh (QS. Al-Baqarah: 8-9, QS.
An-Nisa: 142, QS. An-Naml:14). Iman yang dimaksud adalah iman yang telah masuk ke
relung hati dan jiwa manusia dengan penuh kesadaran, keyakinan, serta penghayatan,
sehingga tidak ada keraguan sama sekali. Bahkan semakin yakin, kuat, istiqomah dan tidak
terpengaruh oleh bisikan-bisikan nafsu. Iman ini telah tertanam dalam hati dan dilahirkan
dalam bentuk perbuatan berupa sikap berbuat, bekerja, dan berjihad di jalan Allah, baik
dengan harta maupun jiwa (QS. At-Taubah: 41).
Pada awal kebangkitannya umat Islam telah berhasil menghancurkan kerajaan-
kerajaan dan imperium-imperium besar, seperti Imperium Romawi dan Persia. Kekuasaan
mereka memanjang dari spanyol sampai Cina, meskipun jumlah mereka hanya sedikit dan
perlengkapan senjata yang sederhana. Mereka berhasil mengalahkan para raja,
menghancurkan para penguasa bathil, dan menghinakan para kaisar tidak melebihi dari satu
abad. Sungguh ini merupakan fenomena sejarah yang tidak mudah terulang, dimana aset-aset
Umat Islam saat ini telah banyak dirampas dari SDM dan SDA. Pengulangan itu terjadi
kecuali oleh orang-orang yang dalam hatinya telah dipenuhi keimanan yang mengalir
diseluruh aliran darahnya.
Keimanan inilah yang menjadi faktor penting mengembalikan kejayaan Islam dari
keterpurukannya, dimana bahwa kelemahan Aqidah merupakan faktor utama yang
menggerogoti Umat Islam saat ini. Bahwa sesungguhnya dengan kekuatan aqidah inilah yang
akan membawa kebahagiaan bagi kehidupan Manusia, yaitu kehidupan baik yang hanya akan
didapatkan apabila orang itu hanya berwala’ kepada satu Tuhan Yang Maha Sempurna yaitu
Allah AWT. Aqidahnya tentang Dzat Allah, sifat-sifat, nama-nama (asma), dan perbuatan-
Nya harus benar sesuai prinsip-prinsip tauhid yang diajarkan oleh Rasulullah saw, yaitu
mentauhidkan Allah dalam berbagai hal.

Tujuan Instruksional Umum


Tujuan umum dari materi ini adalah membentuk aqidah yang benar dan bersih dalam diri
setiap insan tanpa penyimpangan sesuai dengan manhaj para salafushalih. Membentuk
pandangan Islam yang baik dan benar terhadap ilmu pengetahuan

Tujuan Instruksional Khusus


1. Peserta dapat memahami kedudukan dan fungsi ilmu dalam Islam
2. Peserta memiliki tradisi ilmu dan intelektual islam
3. Peserta memiliki karakter aktivisme (membaca, kajian, menulis, amal)
4. Peserta dapat memahami makna syahadat
5. Peserta dapat memahami dan menjelaskan hakikat tauhid sebagai titik tolak perubahan
dalam dakwah Islam
6. Peserta dapat mengaktualisasikan syahadat dalam kehidupan dan bermuamalah
7. Peserta dapat memahami empat bentuk Tauhidullah yang menjadi misi ajaran Islam di
dalam Al-Qur’ an maupun As-Sunnah meliputi: asma wa sifat, rububiyah, mulkiyah dan
uluhiyah

Pokok Bahasan:
1. Definisi ilmu secara istilah dan bahasa
2. Teori ilmu pengatahuan dalam Islam (Indera, Akal, Hati)
3. Al-Qur’an mendahului ilmu pengetahuan dan diturunkan dengan ilmu Allah Swt.
4. Sejarah perpisahan ilmu dan agama (sekularisasi)
5. Makna dan urgensi konsep tauhid La Illa Ha Illallah (QS. 2:165 ; 8:2 ; 6:162 ; 4:49 ;
51:56)
6. Mentauhidkan Allah dalam hal :
a. Asma wa Sifat (QS. 1:1)
b. Rububiyah (QS. 1:2 ; 114:1 ; 7:54)
c. Mulkiyah (QS. 3:26,189 ; 62:2)
d. Uluhiyah (QS. 1:5 ; 114:3)
7. Dakwah Rasulullah adalah seruan revolusi akidah (QS. 21:15 ; 3:31 ; 6:19 ; 16:36)
8. Konsekuensi syahadat dalam kehidupan manusia beriman (QS. 21:25 ; 33:21 ; 2:207-
208)
9. Aktualisasi syahadat dalam membentuk karakter muslim dan perubahan masyarakat
muslim (QS. 16:97 ; 3:64)

Referensi
1. Ilmu Pengetahuan dalam Persfektif Islam (Yusuf Qardhawi)
2. Rukun Dakwah Pertama Al-Fahmu: Ushul Isyrin (Hasan Al-Banna)
3. Dasar-dasar Aqidah Islam (WAMY)
4. Petunjuk Jalan (Sayyid Quthb)
5. Al – Islam (Said Hawwa)
6. Prinsip-prinsip Islam (Abul A’ la Al Maududi)
7. Karakteristik Islam (Yusuf Qaradhawi)
8. Masa Depan Ditangan Islam (Sayyid Quthb)
9. Komitmen Muslim Terhadap Harakah Islam (Fathi Yakan)
10. Risalah Pergerakan I (Hasan Al-Banna)
11. Menuju Kesatuan Fikrah (Yusuf Qaradhawi)

Anda mungkin juga menyukai