36bd PDF
36bd PDF
Abstrak
Ubi kayu (Manihot esculenta) menjadi tanaman pokok sumber penghasilan bagi sebagian besar masyarakat petani
di Desa Rancamanggung Kabupaten Subang selama tiga dekade. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa mitos ubi kayu
sebagai tanaman boros nutrisi dapat dipatahkan. Berdasarkan hal itu, dilakukan sebuah studi kasus yang bertujuan untuk
mengenali inovasi pengelolaan ekosistem pertanian ubi kayu yang diterapkan oleh masyarakat petani di desa tersebut.
Fokus diarahkan pada petani kecil pengelola lahan kurang dari 2000m2. Secara umum petani kecil ditengarai sebagai
komunnitas yang lebih rentan terhadap terhadap tekanan ekonomi yang kerap ditunjukkan melalui ekploitasi lingkungan
berlebihan. Wawancara mendalam dan observasi langsung dilakukan untuk menggali fenomena lapangan. Dapat
disimpulkan bahwa petani kecil di Desa Rancamanggung telah menunjukkan kemampuannya dalam mendayagunakan
potensi lokal dengan baik. Penyesuaian terhadap dinamika ekosistem pertanian,Hal ini dibuktikan dengan kemampuan
memenuhi permintaan pasar terhadap ubi kayu, yang cenderung meningkat. Di dalam keterbatasan sumber daya yang
dikelola, pemenuhan permintaan pasar tersebut dipenuhi dengan melakukan inovasi pengelolaan ekosistem pertaniannya
sehingga jumlah dan mutu hasil panen tetap dapat terjaga dalam jangka waktu panjang.
Kata kunci: ekosistem pertanian, inovasi, Manihot esculenta, petani kecil, ubi kayu.
Abstract
Cassava (Manihot esculenta) has been the main income generating crop for most farmers in Rancamanggung
Village of Subang District during the last three decades. The phenomenon is breaking the myth about cassava as nutrient
removal crop. Based on the observed fact, a case study was conducted to gain thorough understanding of the
agroecosystem management performed by cassava farmers in the area. Focus was directed towards smallholders
performance who manage less than 2000 m2 area of agricultural land. It is a common belief that smallholders are more
prone to economic pressure leading to excessive environmental exploitation. Indepth interview and direct observation
were conducted to explore field phenomenon. However, it is found that the smallholder farmers in Rancamanggung
Village show their capability to reasonably optimize local resources. Adaptation to the dynamics of agroecosystem was
indicated by their ability to fulfill the increasing market demand. Despite resources limitation, the smallhoder farmers
continue to perform by managing their agroecosystem without any sign of productivity nor quality declination in a long
period of time.
Keywords: agroecosystem, cassava, innovation, Manihot esculenta, smallholders.
Kecamatan
Tanjungsiang
Desa
Rancamanggung
Kecamatan
Tanjungsiang
Gambar 1. Letak geografis Desa Rancamanggung Kecamatan Tanjungsiang Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Juli 2016 CAROLINA & NOVIANTI : KOADAPTASI PETANI 243
(2003) bahwa studi kasus layak dilakukan bila (a) terletak di areal bertopografi pegunungan dengan
fokus penelitian adalah untuk menelusur jawaban ketinggian 700 m dpl seluas 551,605 ha. Jumlah
terhadap pertanyaan “bagaimana” dan “mengapa”; penduduk yang berada di desa tersebut adalah 2.846
(b) manipulasi terhadap perilaku obyek studi tidak orang, 1494 di antaranya berumur produktif.
mungkin dilakukan dan (c) perlu peliputan berbagai Sebagian besar penduduk usia produktif, yakni
hal relevan dengan fenomena yang dikaji. Melalui 74,5% bekerja di sektor pertanian. 825 orang
studi kasus, terbuka peluang untuk melakukan diantaranya bekerja sebagai petani pemilik lahan dan
eksplorasi fenomena lapangan, yang kemudian dapat 288 orang bekerja sebagai buruh tani (Anonim,
diarahkan untuk membangun teori, mengevaluasi 2013).
program atau pun merancang suatu intervensi Selain bertanam padi di sawah, petani
(Baxter dan Jack, 2008). umumnya memiliki lahan kebun yang ditanami ubi
Teknik pengumpulan data yang digunakan kayu sebagai tanaman pokok sumber pendapatan
adalah wawancara terstruktur dengan menggunakan keluarga. Ubi kayu yang dihasilkan dari
instrumen berupa daftar pertanyaan. Observasi agroekosistem wilayah ini dikenal bertekstur bagus
langsung dilakukan khususnya terhadap kegiatan dan bercita-rasa enak sehingga memiliki harga jual
budidaya ubi kayu yang merupakan sumber mata yang relatif tinggi. Dikenal dengan nama “sampeu
pencaharian pokok petani Desa Rancamanggung – mangu”, ubi kayu tersebut adalah varietas Adira – II
Kecamatan Tanjungsiang. Sampel yang dipilih yang ditanam secara turun-menurun.. Kalau pun ada
adalah petani yang mengelola lahan dengan luas varietas lain yang ditanam di kebun petani,
maksimal 2000 m2 dan telah berusahatani singkong jumlahnya tidak signifikan dan umumnya hanya
setidaknya selama 10 tahun. Data dan informasi untuk dikonsumsi sendiri.
yang diperoleh dianalisis secara deskriptif agar Ubi kayu yang dihasilkan dari kebun petani,
fenomena lapangan dapat digambarkan secara utuh. sebagian besar dipasarkan ke luar wilayah
Alasan utama dipilihnya petani yang mengelola kabupaten. Pasar besar Caringin di Kotamadya
lahan relatif sempit adalah karena petani kecil Bandung merupakan salah satu penampung
merupakan entitas yang rentan terhadap tekanan, potensial. Hasil bumi yang dimanfaatkan oleh
baik ekonomi, maupun lingkungan (Lasco dkk., penduduk sekitar desa, dimanfaatkan oleh usaha
2014). Oleh karena itu, upaya untuk memperoleh kecil pengolah ubi kayu seperti pengrajin pembuat
hasil maksimal dari keterbatasan luasan lahan keripik singkong, gitrek, opak. Ubi kayu lokal yang
pertanian biasanya ditunjukkan melalui pemanfataan berdiameter kecil sekitar 3-5 cm, digunakan oleh
sumber daya yang cenderung menciptakan tekanan pabrik tapioka lokal. Dengan kata lain, pemanfaatan
terhadap lingkungan (Mulyadi, 2011). Diasumsikan ubi kayu hasil lahan pertanian di Desa
bahwa untuk memperoleh hasil dari pengelolaan Rancamanggung cukup optimal. Semuanya dapat
lingkungan yang diharapkan, akan ada upaya untuk diserap oleh pasar. Kalau pun ada yang tersisa,
beradaptasi terhadap kondisi ekosistem pertanian adalah untuk penganan keluarga sendiri. Hal yang
yang dikelola (Vignola dkk., 2015). Oleh karena itu berkembang dari waktu ke waktu adalah luasan
pengamatan ditujukan pada pola budidaya lahan, produksi, diikuti oleh jumlah usaha kecil
komoditas yang diterapkan dan memperoleh data pengolah singkong. Fakta ini mengindikasikan
serta informasi relevan sehingga terwujud suatu bahwa keberadaan ubi kayu di lingkungan sendiri
interaksi petani dengan lingkungannya yang tidak mampu menjadi pemicu kreativitas masyarakat lokal
eksploitatif. Berdasarkan fenomena tersebut, dalam mendayagunakannnya sebagai bahan baku
digunakan sudut pandang ekologi dimana suatu bagi kegiatan usaha rakyat, yang potensial untuk
unsur tidak berdiri sendiri akan tetapi terhubung dijadikan aset bagi pembangunan desa.
melalui ikatan interaksi di dalam suatu sistem
(Berkes dan Folke, 1991; Levin, 1998; Marten, Pola Kelola Ekosistem Pertanian Berdasarkan
2008). Penekanan dalam pembahasan diarahkan Ruang dan Waktu
pada prinsip interaksi antara manusia dan Selama tiga dekade, petani membudidayakan
lingkungannya yang kemungkinan telah melalui ubi kayu karena permintaan pasar yang tinggi. Baik
proses koadaptasi sebagai sebuah konsekuensi dari pasar lokal, maupun dari luar daerah. Untuk
perubahan-perubahan yang terjadi di berbagai memenuhi permintaan pasar tersebut, petani
komponen ekosistem (Walker, 2004) melakukan pengelolaan lahan pertanian mengikuti
dinamika perubahan lingkungan baik iklim, kondisi
HASIL DAN PEMBAHASAN tanah, serta potensi ekosistem sekitar. Perubahan
musim yang membuat lingkungan mikro
Gambaran Umum Desa Rancamanggung agroekosistem berubah pun telah dikenal dengan
Desa Rancamanggung di Kecamatan baik oleh para petani, sehingga dapat digambarkan
Tanjungsiang Kabupaten Subang di Jawa Barat, siklus pola penanaman ubi kayu dalam setahun
244 J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN Vol. 23, No. 2
secara umum adalah pada Tabel 1. Hanya di bulan- oge kedah istirahat, teu tiasa di dur” (seperti hal nya
bulan tanpa air saja (usum katiga : musim kemarau), manusia, tanah juga membutuhkan istirahat, tidak
petani mengatur diri agar tidak melakukan bisa terus-terusan dieksploitasi).
penanaman bibit ubi kayu. Petani membiarkan lahan tidak ditanami
Menurut para petani, bulan Oktober adalah selama waktu tertentu untuk “memulihkan diri” agar
waktu tanam yang baik. Hal ini karena ketersediaan ketika pada waktunya harus ditanami, tanah sudah
air mencukupi dan temperatur lingkungan sesuai siap untuk dikelola lagi.Lamanya lahan beristirahat
dengan kebutuhan. Bila hujan, maka penyiapan sangat tergantung pada keinginan petani dan juga
lahan dapat dilakukan secara lebih mudah, karena ketersediaan air di dalam tanah. Tingkat kelembaban
tanah menjadi basah dan mudah digemburkan. Kerja tanah yang menjadi ukuran, tidak dapat
penyiapan lahan sepenuhnya dilakukan secara dikuantifikasi, namun petani telah mempunyai
manual menggunakan cangkul. Dalam siklus tanam referensi yang diperoleh dari pengalaman panjang
ubi kayu di Rancamanggung tidak ada sentuhan membudidayakan ubi kayu. Biasanya bila air di
mekanisasi. Selain karena membutuhkan biaya tanah masih mencukupi, petani hanya akan
besar, tidak digunakannya sistem mekanisasi adalah mengistirahatkan lahan selama 1-2 minggu untuk
karena topografi lahan yang memiliki kemiringan 40 kemudian langsung dicangkul kasar. Secara biologi,
– 59%, sehingga sulit mengoperasikan mesin tampaknya “air tanah mencukupi” yang dimaksud
pertanian dalam pengolahan tanah. adalah air tanah dalam kondisi kapasitas lapang.
Hampir semua petani memberikan waktu untuk Kondisi ini memberikan ruang cukup untuk
lahan beristirahat selama kurang lebih 1 bulan pertumbuhan tunas dan akar menembus tanah
sesudah panen (Tabel 2). Lahan sama sekali tidak (Howeler, 2014). Dengan kata lain, kondisi tanah
ditanami apapun, dengan alasan “siga urang, taneuh
yang kondusif untuk berlangsungnya proses mengatur waktu tanam ditunjukkan pula oleh petani
pertumbuhan tunas dikenali dengan baik oleh petani. di Adamawa, Nigeria terhadap perubahan iklim yang
Melalui pola tersebut, produktivitas lahan membutuhkan berbagai penyikapan (Adebayo dkk.,
mencapai rata-rata 207,9 kuintal ubi kayu per hektar, 2012). Mengacu pada parameter langkah
atau di bawah rata-rata produksi ubi kayu Indonesia pengelolaan pertanian berlereng ramah lingkungan
pada tahun 2014 yakni 229,91 kuintal per hektar seperti dikemukakan oleh Sutrisno dan Heryani
(Anonim, 2014). Tingkat produktivitas itu dicapai (2013), dapat dikemukakan bahwa komunitas petani
melalui penerapan pola kelola ekosistem pertanian ubi kayu di Desa Rancamanggung telah menerapkan
yang mengombinasikan karakter biologi tanaman strategi konservasi tanah dan air. Keterampilan
ubi kayu dengan tanaman sela kacang tanah atau dalam mengelola lahan pertaniannya berjalan sekitar
jahe, kencur, jagung manis. tiga dekade dan menjadi kearifan yang dimiliki tidak
Kacang tanah merupakan tanaman sela pilihan saja oleh perorangan akan tetapi komunitas, serta
utama petani ubi kayu. Petani lebih menyukai memiliki peluang penerapannya secara
kacang tanah karena pemeliharaannya yang lebih berkelanjutan.
mudah dan kanopi tanaman ketika sudah umur panen Pemikiran untuk selalu dapat memperoleh hasil
– tidak mengganggu tanaman ubi kayu yang sudah terbaik dari lahan yang ditangani dalam kurun waktu
berumur 3 bulan. Tumpangsari dengan tanaman yang panjang, membuahkan strategi pengelolaan
kacang tanah tidak akan membuat kebun menjadi ekosistem pertanian yang sekaligus mampu
hieum (Bahasa Indonesia : teduh ternaungi oleh mempertahankan kekhasan wilayah sebagai
kanopi tanaman), kondisi yang dihindari ketika produsen ubi kayu berkualitas, khususnya varietas
memelihara kebun ubi kayu. Naungan yang banyak “mangu”. Bila petani di Kabupaten Soppeng
akan mengakibatkan meningkatnya populasi hama mengelola lahan pertaniannya dengan pengaruh
kumbang uret atau kuuk (Famili : kearifan lokal sehingga mereka mampu
Exopolishipoleuca) yang menyukai kelembaban menunjukkan perilaku berwawawasan lingkungan
tinggi. (Mulyadi, 2011), petani ubi kayu di Desa
Kacang tanah ditanam di awal musim tanam di Rancamanggung menunjukkan perilaku
hamparan lahan ubi kayu. Selama 100 hari berada di pemeliharaan lingkungan pertaniannya dengan
kebun ubi kayu, tanaman kacang tanah tersebut tidak motivasi mempertahankan sumber penghasilan
akan mengganggu perkembangan tanaman pokok, keluarga secara turun temurun. Dari penjelasan
justru membantu menyebarkan N yang terikat oleh tersebut, dapat disimpulkan bahwa petani ubi kayu
Rhizobium di akar kacang tanah (Howeler, 2014). di Rancamanggung adalah komunitas yang telah
Struktur morfologis perakaran kacang tanah pun beradaptasi terhadap ekosistem.
membantu menggemburkan tanah dimana tanaman
tersebut berada sehingga ubi kayu yang sedang ada Interaksi Agroekosistem dalam Penerapan
di periode pertumbuhan akan dapat memanfaatkan Inovasi Budidaya Ubi kayu
situasi mikroklimat yang dibutuhkan. Lahan pertanian merupakan aset pokok
Dengan kata lain kombinasi ubi kayu dengan penunjang kehidupan petani yang dikelola agar
kacang tanah memenuhi 2 tujuan yakni memperoleh mampu memberikan manfaat berkelanjutan. Hal itu
penghasilan tambahan yang diperlukan untuk merupakan pola pikir umum yang dimiliki oleh
membiayai pemeliharaan ubi kayu sampai panen, petani dalam mempertahankan kehidupannya dari
dan untuk mendapatkan tambahan nutrisi dan berbagai tekanan yang harus dihadapi (Beckford,
perbaikan mutu tanah yang disiapkan untuk 2009) yang juga menjadi acuan pikir petani ubi kayu
pertumbuhan tanaman ubi kayu. Tumpang sari Desa Rancamanggung. Pengalaman bertahun-tahun
biasanya diterapkan sebagai strategi untuk mengelola lahan pertanian inilah yang kemudian
memenuhi peran ekonomi dan ekologi dari menjadi suatu kearifan khas tersendiri yang
agroekosistem (Setiawan, 2009), demikian pula terkadang tidak terapresiasi. Pada kenyataannya
yang ditemukan di komunitas petani kecil petani dapat menghasilkan inovasi yang terbukti
pembudidaya ubi kayu Desa Rancamanggung mampu menopang kehidupannya. Apresiasi
Kabupaten Subang tersebut. terhadap fenomena ini menjadi penting mengingat
Uraian di atas menggambarkan perilaku petani bahwa di dalam progress perkembangan ekonomi,
ubikayu di Desa Rancamanggung Subang dalam peran dan posisi petani - khususnya petani kecil –di
mengelola lahan pertaniannya merupakan upaya dalam ekosistem pertanian seringkali diabaikan
penyesuaian terhadap kondisi lingkungan yang (Beckford, 2009; Soetjipto, 2008).
dinamis. Petani yang menunjukkan upaya adaptasi Petani ubi kayu Desa Rancamanggung paham
terhadap dinamika lingkungan melalui berbagai bahwa tingkat produktivitas lahan akan sangat
strategi penanganan sumber daya alam termasuk tergantung pada mutu tanah kebun mereka. Dengan
246 J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN Vol. 23, No. 2
produktivitas lahan pertanian dalam waktu yang menjaga kemampuan lahan pertanian menunjang
panjang (Santoso, 2006; Derbile dan Laube, 2014). kegiatan budidaya ubi kayu secara berkelanjutan.
Fenomena di Rancamanggung membuktikan Inovasi terus-menerus tersebut merupakan
bahwa petani kecil mengelola sumber daya alam wujud koadaptasi petani dengan lingkungan
tanpa harus dipengaruhi oleh sifat konsumtif pertaniannya yang dilakukan berdasarkan
materialistik yang dapat menimbulkan tindak kepercayaan bahwa terdapat batas kemampuan
eksplotatif terhadap ekosistem (Armawi, 2013). lingkungan dalam mendukung kinerja budidaya
Bahkan sebagai komunitas petani kecil, ternyata tanaman. Pengertian tersebut mendasari keputusan
mereka tidak berhenti berinovasi. Inovasi ekologi untuk mengelola agroekosistem ubi kayu dengan
yang dihasilkan bersama berjalannya waktu memanfaatkan berbagai sumber daya lokal, baik
mengindikasikan bahwa sebagai komunitas petani produk samping kegiatan peternakan, maupun
kecil, proses demand-driven, diupayakan untuk tetap gulma di hamparan lahan ubikayu.
dapat dipenuhi tanpa harus mengorbankan
keberlanjutan dukungan ekosistem. UCAPAN TERIMAKASIH
Konflik sosio-ekologis pada eksploitasi sumber
daya alam yang didorong oleh pandangan Tanpa dukungan dari Pusat Pengembangan
individualistik-materialistik yang sebetulnya Teknologi Tepat Guna LIPI dan Balai Penyuluh
potensial terjadi (Armawi, 2013), pada kasus budi Pertanian Kecamatan Tanjungsiang, pengenalan
daya ubi kayu di wilayah studi, tidak terjadi. terhadap masyarakat Tanjungsiang tidak akan dapat
Fenomena tersebut merupakan indikasi kapasitas dilakukan. Terimakasih secara khusus disampaikan
sosio-ekologis yang baik bagi pemenuhan pada penyuluh pertanian lapangan, M. Subarnas dan
kebutuhan sosio-ekonomi petani yang memiliki Edeng Sopia yang membantu melancarkan
berbagai keterbatasan. Kapasitas sosio-ekologis pelaksanaan pengamatan lapangan; dan keluarga
yang merupakan menjadi modal penting dalam Pak Aman - Bu Maryati di Sindang Laya –
mempertahankan diri dari tekanan faktor external, Tanjungsiang yang membuka mata kami terhadap
baik dalam benntuk tekanan ekonomi maupun sosial potensi sosial-ekonomi masyarakat sekitar.
(Walker dkk. 2004). Gambaran tersebut DAFTAR PUSTAKA
membuktikan bahwa peran petani kecil dalam skema
strategis pembangunan desa tidak dapat diabaikan. Adebayo, A.A., Onu, J.I., Adebayo, E.F., dan
Seringkali petani hanya diletak-dudukan sebagai Anyanwu, S.O., 2012. Farmers’ Awareness,
obyek dan bukan subyek penting yang seharusnya Vulnerability and Adaptation to Climate
memperoleh manfaat dari berbagai tindak strategis Change in Adamawa State, Nigeria. British
pembangunan desa, atau terjadi bias perlakuan Journal of Arts and Social Sciences, 9(2):104-
terhadap petani yang memiliki lahan luas dengan 115.
status sosial – ekonomi tinggi (Altieri, 2002). Altieri, M., 2002. Agroecology: The Science of
Upaya tata kelola sumber daya lokal seperti Natural Resource Management for Poor
ditunjukkan oleh petani kecil pembudidaya ubi kayu Farmers in Marginal Environment.
di Rancamanggung Kabupaten Subang, layak untuk Agriculture, Ecosystems & Environment.
dikaji lebih dalam –khususnya dari sisi sosio- 1971:1-24
ekologis – sehingga dapat dijadikan acuan secara Anonim, 2013. Kecamatan Tanjungsiang dalam
utuh bagi perancang strategi pengembangan Angka. Kecamatan Tanjungsiang Kabupaten
ekosistem pertanian berbasis komoditas ubi kayu. Subang, Subang.
Suatu langkah antisipatif penting bagi Indonesia Anonim, 2014. Luas Panen- Produktivitas-
yang mencanangkan kebijakan kedaulatan pangan Produksi Tanaman Ubi Kayu Seluruh
dalam skema pikir pembangunan inklusif Provinsi. Kementerian Pertanian Republik
Indonesia. http://www.pertanian.go.id/
KESIMPULAN ap_pages/ mod/datalimatahun (Diakses
tanggal 18 Desember 2015).
Berdasarkan studi kasus yang dilakukan di Armawi, A., 2013. Kajian Filosofis terhadap
Desa Rancamanggung Kecamatan Tanjungsiang Pemikiran Human-Ekologi dalam
Kabupaten Subang, petani kecil yang mengelola Pemanfaatan Sumberdaya Alam. Jurnal
lahan pertanian seluas 500 – 2000 m2 beradaptasi Manusia dan Lingkungan, 20(1):57-67.
dengan terus-menerus melakukan inovasi budidaya Baxter, P. dan Jack, S., 2008. Qualitatitive Case
di agroekosistem ubi kayu. Inovasi yang diterapkan Study Methodology : Study Design and
untuk memenuhi fungsi ekonomi dan fungsi sosial Implementation for Novice Researchers. The
dari ubi kayu, secara sadar juga dilakukan untuk Qualitative Report, 13 (4): 544-559.
248 J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN Vol. 23, No. 2