Anda di halaman 1dari 6

METODE PERENCANAAN ASD, PLASTIS, LRFD, DAN WSD

- Perencanaan Tegangan Kerja / Allowable Stress Design (ASD)

Di dalam metode ini, elemen struktur pada bangunan (pelat/balok/kolom/pondasi) harus


direncanakan sedemikian rupa sehingga tegangan yang timbul akibat beban kerja/layan
tidak melampaui tegangan ijin yang telah ditetapkan.

σmaks ≤ σijin ......................................... Persamaan 1

Tegangan ijin ini ditentukan oleh peraturan bangunan atau spesifikasi


(seperti American Institute of Steel Construction (AISC) Spesification 1978) untuk
mendapatkan faktor keamanan terhadap tercapainya tegangan batas, seperti tegangan leleh
minimum atau tegangan tekuk (buckling).

Pada kondisi beban kerja, tegangan yang terjadi dihitung dengan menganggap
struktur bersifat elastis, dengan memenuhi syarat keamanan (kekuatan yang memadai)
untuk struktur. Pada dasarnya, tegangan ijin pada baja sesuai kualitasnya yang diberikan
dalam spesifikasi AISC ditentukan berdasarkan kekuatan yang bisa dicapai bila struktur
dibebani lebih dari semestinya (faktor beban tambahan jagaan). Bila penampang bersifat
daktail dan tekuk (buckling) tidak terjadi, regangan yang lebih besar daripada regangan
saat leleh dapat diterima oleh penampang tersebut.

Pada metode tegangan kerja (ASD) ini, tegangan ijin disesuaikan ke atas bila
kekuatan plastis merupakan keadaan batas yang sesungguhnya. Jika keadaan batas yang
sesungguhnya adalah ketidak-stabilan tekuk (buckling) atau kelakuan lain yang mencegah
pencapaian regangan leleh awal, maka tegangan ijin harus diturunkan. Syarat-syarat daya
layan lainnya seperti lendutan biasanya diperiksa pada kondisi beban kerja.

- Perencanaan Plastis

Pada struktur baja perencanaan elemen struktur khususnya pada balok dapat dilakukan
dengan metode elastis atau metode plastis hal ini dikarenakan bahan baja mempunyai dua
sifat yaitu sifat elastis dan sifat plastis. Sifat elastis adalah sifat dimana suatu deformasi
struktur akan kembali pada bentuknya yang semula jika beban yang bekerja dihilangkan
sedangkan sifat plastis adalah batas dimana deformasi dari struktur akan bersifat permanen
meskipun beban yang bekerja telah dihilangkan. Sifat elastis dan plastis dari baja dapat
dipelajari dari diagram tegangan regangan yang didapat dari percobaan tarik.

Perencanaan plastis adalah kasus khusus perencanaan keadaan batas yang tercantum
pada bagian 2 dari spesifikasi AISC. Kelakuan inelastis (tak elastis) yang daktail bisa
meningkatkan beban yang mampu dipikul bila dibanding dengan beban yang bisa ditahan
jika struktur tetap berada dalam keadaan elastis. Batas atas dari kekuatan momen yang
disebut kekuatan plastis diperoleh saat seluruh tinggi penampang meleleh.

Di sini, keadaan batas untuk kekuatan harus berupa pencapaian kekuatan plastis, dan
keadaan batas berdasarkan ketidak-stabilan tekuk (buckling), kelelahan (fatigue), atau
patah getas (brittle fracture) dikesampingkan. Pada perencanaan plastis, sifat daktail pada
baja dimanfaatkan dalam perencanaan struktur statis tak tentu, seperti balok menerus dan
portal kaku.

Pencapaian kekuatan plastis di satu lokasi pada struktur statis tak tentu bukan berarti
tercapainya kekuatan maksimum untuk struktur. Setelah salah satu lokasi mencapai
kekuatan plastis, beban tambahan dipikul dengan proporsi yang berlainan di setiap bagian
struktur hingga lokasi kekuatan plastis kedua tercapai. Pada saat struktur tidak mempunyai
kemampuan lebih lanjut untuk memikul beban tambahan, struktur dikatakan telah
mencapai “mekanisme keruntuhan”.

- Perencanaan Faktor Daya Tahan dan Beban (LRFD)

Pendekatan umum berdasarkan faktor daya tahan dan beban, atau disebut dengan Load
Resistance Design Factor (LRFD) ini adalah hasil penelitian dari Advisory Task
Force yang dipimpin oleh T. V. Galambos. Pada metode ini diperhitungkan mengenai
kekuatan nominal Mn penampang struktur yang dikalikan oleh faktor pengurangan
kapasitas (under-capacity) ϕ, yaitu bilangan yang lebih kecil dar 1,0 untuk
memperhitungkan ketidak-pastian dalam besarnya daya tahan (resistance uncertainties).
Selain itu diperhitungkan juga faktor gaya dalam ultimit Mu dengan kelebihan beban
(overload) γ (bilangan yang lebih besar dari 1,0) untuk menghitung ketidak-pastian dalam
analisa struktur dalam menahan beban mati (dead load), beban hidup (live load), angin
(wind), dan gempa (earthquake).

Mu ≤ Ø.Mn .............................................. Persamaan 2

Struktur dan batang struktural harus selalu direncanakan memikul beban yag lebih
besar daripada yang diperkirakan dalam pemakaian normal. Kapasitas cadangan ini
disediakan terutama untuk memperhitungkan kemungkinan beban yang berlebihan. Selain
itu, kapasitas cadangan juga ditujukan untuk memperhitungkan kemungkinan pengurangan
kekuatan penampang struktur. Penyimpangan pada dimensi penampang walaupun masih
dalam batas toleransi bisa mengurangi kekuatan. Terkadang penampang baja mempunyai
kekuatan leleh sedikit di bawah harga minimum yang ditetapkan, sehingga juga
mengurangi kekuatan.

Kelebihan beban dapat diakibatkan oleh perubahan pemakaian dari yang


direncanakan untuk struktur, penaksiran pengaruh beban yang terlalu rendah dengan
pnyederhanaan perhitungan yang berlebihan, dan variasi dalam prosedur pemasangan.
Biasanya perubahan pemakaian yang drastis tidak ditinjau secara eksplisit atau tidak
dicakup oleh faktor keamanan, namun prosedur pemasangan yang diketahui menimbulkan
kondisi tegangan tertentu harus diperhitungkan secara eksplisit.

Format umum dari spesifikasi LRFD diberikan dengan persamaan. Secara umum
persamaan tersebut berarti bahwa kekuatan (Rn) yang disediakan dalam desain
paling tidak harus sama dengan pemfaktoran beban-beban yang bekerja (iQi). Subskrip i
menunjukan bahwa harus ada isian untuk masing-masing tipe beban Qi yang bekerja,
seperti beban mati, beban hidup dan beban lingkungan. Faktor i mungkin saja berlainan
untuk masing- masing tipe beban.

Spesifikasi LRFD didasarkan atas hal-hal berikut ini :

1. Suatu model atas dasar probabilitas

2. Evaluasi atas dasar pertimbangan dan pengalaman di masa lalu, disertai studi-studi

lembaga desain atas struktur-struktur yang representatif.

- Traditional Allowable Stress Design (Working Stress Design)

Menurut standard API RP 2A, metoda pembebanan struktur bisa berdasarkan Metoda
Working Stress Design (WSD) atau Load and Resistance Factor Design (LRFD). Perbedaan
kedua metode ini terletak pada nilai koefesien terfaktor yang digunakan untuk kondisi
beban yang berbeda

Pada sisi kekuatan, harga nominal resistensi Rn dikalikan dengan faktor resistensi 
(reduksi kekuatan) untuk mendapatkan kekuatan desain. Pada sisi beban persamaan di
atas, berbagai efek beban Qi (seperti beban mati, dan beban hidup) dikalikan dengan
faktor-faktor kelebihan beban i untuk mendapatkan jumlah i Qi dari beban-beban
terfaktor. Subskrip i menunjukan bahwa harus ada isian untuk masing-masing tipe beban
Qi yang bekerja, seperti beban mati, beban hidup dan beban lingkungan. Faktor i
mungkin saja berlainan untuk masing-masing tipe beban. Namun untuk metode WSD,
Faktor i tidak berbeda- beda untuk masing-masing tipe beban, sehingga perubahan-
perubahan dalam berbagai faktor kelebihan beban dan faktor resistensi dilakukan dengan
mengubah tegangan ijin.

Metoda tradisional dari spesifikasi AISC adalah Allowable Stress Design (disain
tegangan yang diijinkan) yang disebut pula Working Stress Design (disain tegangan
kerja). Fokus metoda WSD terletak pada kondisi beban layanan yang harus
memenuhi persyaratan keamanan bagi struktur tersebut.
Dari studi perbandingan metoda WSD dan LRFD untuk analisa struktur tetap anjungan
lepas pantai tipe monopod dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode LRFD
memberikan nilai unity check yang lebih kecil daripada pada metoda WSD. Karena itu,
penggunaan metode LRFD dalam perancangan struktur anjungan lepas pantai akan
memberikan penggunaan bahan yang lebih ekonomis.

Beban lingkungan (angin, arus, dan gelombang) yang terjadi pada struktur tipe
monopod relatif lebih kecil dibandingkan dengan yang terjadi pada struktur tipe jacket
4-kaki atau lebih. Sehingga, perlu studi lebih lanjut mengenai perbandingan metoda
WSD dan LRFD untuk struktur jenis tersebut. Perbandingan beban lingkungan terhadap
beban gravitasi yang terjadi pada struktur jenis jacket 4-kaki atau lebih akan menjadi lebih
besar sehingga pengaruh load factor beban lingkungan akan sangat penting terhadap
besaran Unity Check yang didapat. Karena itu, perlu juga dilakukan Penelitian mengenai
besar load factor bebanlingkungan yang sesuai dengan kondisi lingkungan di Indonesia.

Penggunaan metoda LRFD juga akan sangat bermanfaat untuk analisa struktur
anjungan lepas pantai yang sudah lewat batas umur perencanaan (design life) tetapi akan
terus digunakan.

Anda mungkin juga menyukai