Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

KISTA OVARIUM

DISUSUN OLEH:

AFRIAN NUR PERMANA 171114401655


CHARISTY ARUM PAWENING 171114401674
EKA KRISTINI MIA 171114401690

PROGAM DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIRGAHAYU
SAMARINDA
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,karna berkat
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Asuhan
Keperawatan Maternitas yang membahas “Kista Ovarium” ini pada waktu nya.
Makalah ini di buat agar dapat bermanfaat bagi yang membacanya,telah
memberikan tugas ini,sehingga dapat menyelesaikan tepat pada waktu nya. Dalam
penyusunan Makalah Asuhan Keperawatan Maternitas tentang “Kista
Ovarium”,kami menyadari masih ada kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena
itu , penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen yang telah membimbing dan
berperan penting dalam proses pembuatan makalah ini :
1. Bernarda teting BSN,.MSN selaku Ketua STIKES DIRGAHAYU
SAMARINDA
2. Bonifasisus Hat, MSN selaku KA. Prodi D III Keperawatan
3. Endang. Wiwiek P,SST, , M.Kes selaku koordinator dosen Maternitas 1
4. Maria Floriana Ping, MSN selaku dosen pembimbing mata kuliah
Maternitas 1
5. Teman teman tingkat 2 A yang selalu memotivasi penulis sampai pada
tahap penyelesaian.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini , maka
dengan ini penulis mengharapkan kritikan & saran yang konstruktif , sehingga
kedepannya lebih baik lagi ,

Samarinda,28 Maret 2019

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar……………………………………………………………….. i
Daftar isi……………………………………………………………………… ii
Bab 1 Pendahuluan……………………………………………………….…… 1
A. Latar belakang……………………………………………………..…... 1
B. Tujuan ………………………………………………………………… 2

Bab 2 Landasan Teori………………………………………………………… 4


A. Pengertian ……………………………………………………………. 4
B. Etiologi……………………………………………………………….. 4
C. Patofisiologi …………………………………………………………. 6
D. Pathway ……………………………………………………………… 8
E. Manifestasi klinis ……………………………………………………. 9
F. Pemeriksaan penunjang ……………………………………………… 9
G. Penatalaksanaan keperawatan ……………………………………….. 9
H. Komplikasi …………………………………………………………… 12

Bab 3 penutup ………………………………………………………………… 13


A. Kesimpulan……………………………………………………………. 13
B. Saran ………………………………………………………………….. 13
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun yang besar,
kistik atau padat, jinak atau ganas yang berada di ovarium. Dalam kehamilan,
tumor ovarium yang dijumpai paling sering ialah kista dermoid, kista coklat
atau kista lutein. Tumor ovarium yang cukup besar dapat menyebabkan
kelainan letak janin dalam rahim atau dapat menghalang – halangi masuknya
kepala ke dalam panggul.
WHO pada tahun 2010 melaporkan bahwa angka kejadian tertinggi kista
ovarium ditemukan pada negara maju dengan rata-rata 10 per 100.000,
kecuali di Jepang (6,4 per 100.000). Insiden di Amerika Selatan (7,7 per
100.000) relatif tinggi bila dibandingkan dengan angka kejadian di Asia dan
Afrika (Linawati, 2013). Di Indonesia, sekitar 20-25% kematian wanita subur
disebabkan oleh masalah yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan
serta penyakit sistem reproduksi misalnya kista ovarium (Depkes, 2011 dalam
Linawati, 2013). Insiden kista ovarium adalah 7% dari populasi wanita
dengan delapan puluh lima persen (85%) kista ovarium bersifat jinak (Standar
Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi RSUD dr. H. Soemarno
Sosroatmodjo, 2010). Insiden kanker ovarium adalah 12.5 per 100.000 wanita
dan penyakit kanker ovarium termasuk dalam lima besar penyakit kanker
pada wanita yang dapat menyebabkan kematian. Insidens kanker ovarium dan
angka kematian meningkat denngan bertambahnya usia. Kebanyakan kasus

1
kanker ovarium terjadi pada wanita dengan usia diatas 50 tahun (Roett,
Michelle, Evans, 2009).
Banyak tumor tidak menunjukkan tanda dan gejala , terutama tumor
ovarium yang kecil. Sebagian besar gejala dan tanda yaitu akibat dari
pertumbuhan, aktivitas endokrin dan komplikasi tumor. Adanya tumor di
dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan pembenjolan perut. Tumor
ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika tumor itu sendiri
mengeluarkan hormon. (Ikamerdeka, 2011)
Pada klien post operasi kista ovarium akan mengalami masalah yang
berhubungan dengan nyeri, resiko infeksi, kurang perawatan diri serta sebagai
masalah yang mengganggu kebutuhan dasar lainnya. Peran perawat
diperlukan untuk mengatasi masalah – masalah, antara lain dengan
mengajarkan teknik manajemen nyeri dengan memberkan kompres hangat
dan mengajarkan teknik relaksasi yaitu latihan tarik nafas dalam untuk
membantu mengurangi rasa nyeri, membantu perawatan luka post operasi
dengan teknik aseptic untuk menghindari terjadinya infeksi, membantu
memenuhi kebutuhan personal hygiene untuk memberikan rasa nyaman dan
mempertahankan kebersihan tubuh. Tindakan keperawatan yang dilakukan
tersebut ialah untuk mencegah terjadinya komplikasi sehingga asuhan
keperawatan pada klien post operasi kista ovarium dapat dilakukan secara
optimal.(ikamerdeka, 2011)

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan penatalaksanaan
keperawatan pada klien Kista Ovarium
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa menjelaskan pengertian kista ovarium
b. Mahasisiswa menjelaskan etiologi kista ovarium
c. Mahasiswa menjelaskan patofisiologi kista ovarium
d. Mahasiswa menyebutkan manifestasi klinis kista ovarium
e. Mahasiswa menyebutkan pemeriksaan penunjang kista ovarium

2
f. Mahasiswa menjelaskan pelaksanaan keperawatan kista ovarium
g. Mahasiswa dapat menyebutkan komplikasi kista ovarium

3
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian
Kista Ovarium adalah sebuah struktur tidak normal yang berbentuk
seperti kantung yang bisa tumbuh dimanapun didalam tubuh. Kantung ini
bisa berisi zat gas, cair, atau setengah padat. Dinding luar kantung
menyerupai bentuk kapsul . (Andang,2013).
Kista Ovarium biasanya berupa kantong yang tidak bersifat kanker yang
berisi maretial cairan atau setengah cair (Nugroho,2014)
Kista berarti kantung yang berisi cairan. Kista Ovarium (Kista indung
telur) berarti kantung berisi cairan, normalnya berukuran kecil, yang terletak
di indung telur (ovarium). Kista indung telur dapat terbentuk kapan saja
(Setyorini,2014)
Jadi, kista ovarium merupakan tumor jinak yang menimbulkan benjolan
abnormal dibagian bawah abdomen dan berisi cairan abnormal berupa
udara,nanah, dan cairan kental (Laelati, S , 2017)

B. Etiologi
Etiologi dari kista ovarium (Wiknjosastro, 2005, Laelati,S ,2017) sampai
sekarang belum diketahui secara pasti akan tetapi dilihat menurut
klasifikasinya yaitu tumor ovarium nonneoplastik dan tumor ovarium
neoplastik jinak maka penyebab kista ovarium adalah sebagai berikut:
1. Tumor Non Neoplastik
Tumor nonneoplastik jinak disebabkan karena ketidakseimbangan
hormon progesteron dan estrogen.
a. Tumor akibat radang
Termasuk disini abses ovarial, abses tubo-ovarial dan kista tubo
ovarial.
b. Tumor lain
a) Kista Folikel
Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak sampai

4
berovulasi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel atau dari
beberapa folikel primer yang setelah bertumbuh di bawah pengaruh
estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim melainkan
menjadi membesar menjadi kista.
b) Kista Korpus Luteum
Kista ini terjadi akibat perdarahan yang sering terjadi didalam
korpus luteum, berisi cairan yang berwarna merah coklat karena darah
tua.
c) Kista Lutein
Kista ini biasanya bilateral dan menjadi membesar sebesar
tinju. Tumbuhnya kista ini adalah akibat dari pengaruh hormon
koriogonadotropin yang berlebihan.
d) Kista Inklusi Germinal
Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian – bagian
kecil dari epitel germinativum pada permukaan ovarium.
e) Kista Endometrium
Belum diketahui penyebabnya dan tidak ada hubungannya
dengan endometroid.
f) Kista Stein-Laventhal
Kista ini dikenal sebagai sindrom Stein-Laventhal dan kiranya
disebabkan oleh ketidakseimbangan hormonal.

2. Tumor Neoplastik Jinak


a. Tumor Kistik
a) Kistoma Ovanii Simpleks
Kistoma Ovanii Simpleks diduga kista ini adalah salah satu jenis
kista denoma serosum yang kehilangan epitel kelenjarnya
berhubungan dengan tekanan cairan dalam kista.
b) Kista Denoma Ovanii musinosum
Asal kata ini belum pasti, menurut Mayer mungkin kista ini
berasal dari suatu teratoma dimana dalam pertumbuhannya satu
elemen mengalahkan elemen lainnya.

5
c) Kista denoma Ovanii Serosum
Pada umumnya kista ini berasal dari epitel permukaan ovarium
(germinal ephitelium).
d) Kista endometriod
Kista ini tidak ada hubungannya dengan endometriosis ovanii
e) Kista demoroid
Suatu teratoma kistik yang jinak dimana struktur-struktur
ektodermal dengn diferensiasi sempurna, seperti epitel kulit,
rambut, gigi dan produk glandula sebasea berwarna putih kuning
menyerupai lemk tampak lebih menonjol daripada elemen-elemen
endoderm dan mesoderm. Bahan yang terdapat dalam rongga kista
ini ialah produk dari kelenjar sebasea berupa massa lemak
bercampur dengan rambut

Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti (Ryta,2008, Laelati,S


,2017) kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor pendukung, yaitu:
1. Ketidakseimbangan hormone progesterone dan estrogen
2. Pertumbuhn folikel yang tidak terkontrol
3. Degenerasi ovarium
4. Gaya hidup tidak sehat
5. Faktor genetic

C. Patofisiologi
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan
diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang
rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur
1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada
oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara
progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan
membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan.

6
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista
fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang
kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi
oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat
terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap
gonadotropin yang berlebih.
Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan
choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan
diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien
dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin
(FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan
sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak
terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia
yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh
ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan
sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan
keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas
yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel
granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial.
Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan
germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal.
Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada
sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan
multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram. (Andini,
Banowati,2015)

7
D. Pathway

E. Manifestasi Klinis
Kebanyakan tumor ovarium tidak menunjukkan gejala dan tanda.
Sebagian besar gejala dan tanda yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan,
aktivitas hormonal atau komplikasi tumor tersebut. Gejala dan tanda tersebut
berupa benjolan di perut, mungkin ada keluhan rasa berat, gangguan atau
kesulitan defekasi karena desakan, udem tungkai karena tekanan pada
pembuluh balik atau limfa dan rasa sesak karena desakan diafragma ke
kranial.
Bila tumor tersebut menghasilkan hormon, kadang ada gangguan
hormonal berupa ganguan haid. Mungkin timbul komplikasi berupa asites,
atau gejala sindrom perut akut, akibatnya putaran tungkai tumor atau
gangguan peredaran darah karena penyebab lain ( Sjamjuhidajat, 2004 ,
Laelati,S ,2017 ).

8
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat menolong dalam pembuatan
diagnosis yang tepat pada kista ovarium ialah:
1. Laparoskopi

Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor


berasal dari ovarium atau tidak dan untuk menentukkan sifat – sifat
tumor itu.
2. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah
tumor berasal dari uterus, ovarium atau kandung kencing, apakah kistik
atau solid dan dapat dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut
yang bebas dan yang tidak.
3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Selanjutnya, pada kista dermoid kadang – kadang dapat dilihat adanya
gigi dalam tumor.
4. Parasintesis
Telah disebut pada pungsi pada asites berguna untuk menentukan sebab
asites. Perlu diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat mencemari kavum
peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk.
G. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Perawatan luka insisi/pasca operasi
Beberapa prinsip yang perlu diimplementasikan antara lain :
1) Balutan dari kamar operasi dapat dibuka pada hari pertama pasca
operasi.
2) Klien harus mandi shower bila memungkinkan.
3) Luka harus dikaji setelah operasi dan kemudian setiap hari Selama
masa pasca operasi sampai ibu diperbolehkan pulang/dirujuk.
4) Luka mengeluarkan cairan atau tembus kepakaian, pembalutanluka
harus diulang sebab bila tidak kemungkinan luka terbuka.

9
5) Bila luka perlu dibalut ulang, balutan yang digunakan harus yang sesuai
dan tidak lengket.
6) Pembalutan dilakukan dengan tekhnik aseptik.
2. Pemberian cairan
Karena selama 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi,
maka pemberian cairan perinfus harus cukup banyak dan
mengandung elektrolit yang diperlukan agartidak terjadi
hipertermia, dehidrasi dan komplikasi pada organ-organ lainnya.
Cairan yang diperlukan biasanya dekstrose 5-10%, garam
fisiologis dan ranger laktat (RL) secara bergantian. Jumlah tetesan
tergantung pada keadaan dan kebutuhan, biasanyakira - kira 20 tetes
per menit. Bila kadar hemoglobin darah rendah, berikan tranfusi
darah atau packed-cell sesuai dengan kebutuhan.
3. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelahpenderita
flatus, laludimulailah pemberian minuman dan makanan peroral
sebenarnya pemberiansedikit minuman sudahboleh diberikan pada 6 –
10 jam pasca bedah berupa air putihatau air teh yang jumlahnya dapat
di naikkan pada hari pertama dan kedua pasca bedah.
Setelah cairan infus dihentikan, berikan makanan bubur saring,
minuman air, buah dan susu. Selanjutnya secara bertahap
diperbolehkan makan bubur dan akhirnya makanan biasa. Sejak
boleh minum pada hari pertama, obat - obatan sudah boleh diberikan
peroral.
Pemberian makanan rutin tersebut diatas akan berubah bila
dijumpai komplikasi pada saluran pencernaan seperti adanya
kembung pada perut dan peristaltik usus yang kurang sempurna.
4. Nyeri
Sejak penderita sadar, dalam 24 jam pertama rasa nyeri
masihdirasakan didaerah operasi. Untuk mengurangi rasa nyeri tersebut
dapat diberikan obat - obatan antisakit dan penenang seperti suntikan
intramuskuler (IM) pethidin dengan dosis 100 - 150 mg atau morpin

10
sebanyak 10 - 15 mg atau secara perinfus atauobat - obatan
lainnya. Dengan pemberian obat–obatan diatas penderita yang kurang
tenang dan gelisah akan merasa lebih tentram.
5. Mobilisasi
Mobilisasi segera tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu
jalannya penyembuhan penderita. Kemajuan mobilisasi bergantung pula
pada jenis-jenis operasi yang dilakukan dan komplikasi yang mungkin
dijumpai secara psikologis hal ini memberikan pula kepercayaan pula pada
klien bahwa ia mulai sembuh. Perubahan gerakan dan posisi ini harus
diterangkan pada penderita atau keluarganya yang menungguinya.
Miring kekanan dan ke kiri sudah dapat dimulai 6-10 jam setelah
penderita sadar. Latihan pernapasan dapat dilakukan sambil tidur
terlentang sedini mungkin setelah sadar. Pada hari ke dua penderita dapat
di duduk selama 5 menit dan diminta untuk bernapas dalam-dalam lalu
menghembuskannya desertai batuk-batuk kecil yang gunanya untuk
melongarkan pernapasan sekaligus memberikan kepercayaan pada diri
penderita bahwa ia mulai pulih. Kemudian posisi tidur terlentang diubah
menjadi setengah duduk (Posisi semi fowler).
Selanjutnya secara berturut-turut, hari demi hari penderita dianjurkan
belajar duduk selama sehari, belajar berjalan dan kemudian berjalan
sendiri pada hari ke tiga sampai hari ke lima pasca operasi.
Mobilisasi berguna untuk mencegah terjadinya trombosisi dan emboli.
Sebaliknya bila terlalu dini melakukan mobilisasi dapat mempengaruhi
penyembuhan luka operasi. Jadi mobilisasi secara teratur dan bertahap
serta diikuti dengan istirahat adalah yang paling dianjurkan.
6. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak
nyaman pada penderita dan menyebabkan pendarahan. Karena itu
dianjurkan pemasangan kateter tetap (Balon kateter) yang terpasang 24 -
48 jam atau lebih lama lagi, tergantung jenis operasi dan keadaan
penderita. Dengan cara ini urine dapat ditampung dan diukur dalam
kantong plastik secara periodik. Bila tidak dipasangi kateter yang tetap,

11
dianjurkan untuk melakukan kateterisasi rutin kira-kira 12 jam pasca
operasi kecuali bila penderita dapat berkemih sendiri sebanyak 100 cc.
(Mochtar, R, 1998, Fitriadi, Dedy,2015).

H. Komplikasi
Tumor jinak kista/padat mengalami degenerasi keganasan (dengan gejala
tumor cepat bertambah besar dengan pendesakan, terdapat pengeluaran cairan
dalam perut [asites], dan terdapat anak sebar dengan gejala tersendiri).
Robekan dinding kista menimbulkan gejala sakit mendadak,penderita tampak
sakit serius, dan timbunan cairan darah dalam perut.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kista Ovarium adalah sebuah struktur tidak normal yang berbentuk


seperti kantung yang bisa tumbuh dimanapun didalam tubuh. Kantung ini
bisa berisi zat gas, cair, atau setengah padat. Dinding luar kantung
menyerupai bentuk kapsul . (Andang,2013).
Etiologi dari kista ovarium (Wiknjosastro, 2005, Laelati,S ,2017) sampai
sekarang belum diketahui secara pasti akan tetapi dilihat menurut
klasifikasinya yaitu tumor ovarium nonneoplastik dan tumor ovarium
neoplastik jinak
Kebanyakan tumor ovarium tidak menunjukkan gejala dan tanda.
Sebagian besar gejala dan tanda yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan,
aktivitas hormonal atau komplikasi tumor tersebut. Gejala dan tanda tersebut
berupa benjolan di perut, mungkin ada keluhan rasa berat, gangguan atau
kesulitan defekasi karena desakan, udem tungkai karena tekanan pada
pembuluh balik atau limfa dan rasa sesak karena desakan diafragma ke
kranial.

B. Saran

Harapannya adalah setelah membaca makalah ini pembaca dapat menjadi


pengaruh positif baik secara individu sekaligus yang mencangkup di
lingkungan pembaca. Dengan memperhatikan dan menjaga selalu kesehatan
berkaitan dengan materi makalah yang ada di atas.

13
Daftar Pustaka

Banowati,Andini.2015.Makalah Asuhan Keperawatan Maternitas pada Klien

dengan Kista ovarium.

https://www.academia.edu/11554145/Asuhan_Keperawatan_pada_pasien_kista_o

varium. Diakses pada 27 Maret 2019

Cahyono,Dista Evi,2013.KISTA OVARIUM.

https://id.scribd.com/doc/129291238/KISTA-OVARIUM-pdf. diakses pada 27

Maret 2019

Fitriadi, Dedy,2015. Asuhan Keperawatan pada Pasien Kista Ovarium.

https://www.academia.edu/29895196/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_PAS

IEN_KISTA_OVARIUM. diakses pada 27 Maret2019

Ikamerdeka,2011 . Latar belakang kista ovarium.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/61982/Chapter%20I.pdf?s

equence=5. Diakses pada 27 Maret 2019

Laelati,S . 2017 . Kista Ovarium.

https://www.google.co.id/url?q=http://repository.unimus.ac.id/1562/3/5.%2520B

AB%2520II.pdf&sa=U&ved=2ahUKEwioqP-

dnqLhAhWHK48KHetPBHYQFjADegQICBAB&usg=AOvVaw3-

XVELoTW2eMToAuo3OYpe. Diakses pada tanggal 27 Maret 2019

14
Universitas Sumatra Utara,2012.

http://repository.usu.ac.id/bitsream/handle/123456789/61982/Chapter%20I.pdf?se

quence=5.

Manuaba, Ida Bagus, 1998. Memahami kesehatan reproduksi Wanita. Jakarta :


Penerbit Arcan

15

Anda mungkin juga menyukai