Anda di halaman 1dari 4

A.

PRIORITAS MASALAH
Setelah mengidentifikasi beberapa masalah terjadi, tahap selanjutnya adalah
menentukan prioritas masalah untuk dipilih masalah yang akan di intervensi. Prioritas
masalah adalah suatu proses yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan menggunakan
metode tertentu untuk menentukan masalah dari yang paling penting sampai dengan yang
kurang penting (Ilyas, 2001).
Permasalahan yang menjadi perhatian di Instalasi Farmasi sebagai berikut :
1. Kepatuhan penulisan resep obat sesuai dengan formularium rumah sakit yang
belum optimal sebesar 90%
2. Tenaga asieten apoteker yang belum mendapatkan pelatihan dan kewenangan
untuk melakukan review obat.
3. Kurangnya apoteker yang bertugas di instalasi farmasi.
4. Banyaknya item obat di instalasi farmasi.

A. ANALISA PENYEBAB MASALAH


Berdasarkan hasil temuan masalah pada bagian instalasi farmasi, kemudian dilakukan
identifikasi akar-akar penyebab masalah tersebut dengan melakukan penjabaran masalah.
Analisa Penyebab Masalah dilakukan dengan menggunakan beberapa cara, salah satunya
adalah menggunakan diagram tulang ikan (Fish Bone). Diagram tulang ikan digunakan
MATERIAL
MAN METHODEE
untuk mengelompokan sebab-sebab
EE dari masalah yang ditemukan sehingga akan memberi
kemudahan dalam melakukan pemecahan masalah utama, Tujuan penggunaan diagram tulang
ikan ini adalah untuk mengetahui penyebab masalah

Formularium rs , ruang
pelatihan , rapat KFT yang
Kepatuhan dokter , AA.tidak terencana
terlatih, jumlah tenaga
kurang, monitoring Kurang dilakukan sosialisasi,
formularium oleh KFT perencanaan SDM, pelatihan
pada tenaga AA untuk
mereview obat, program kerja
Waktu tunggu
KFT untuk evaluasi formularium pelayanan
farmasi lebih
panjang

Belum ada nya monitoring dan


evaluasi
Jadwal rapat yang kurang
terencana dan partisipasi
FISHsetiap
BONE / ANALISA
profesional pemberi TULANG IKAN
asuhan kurang.

MONEY
ORGANISASI & Manajemen
Kurangnya supervisi

B. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH


Berikutnya adalah menetapkan penyelesaian masalah. Penyelesaian masalah dapat
menggunakan siklus PDCA (Plan, Do, Chech, Act).
Konsep PDCA pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewart pada tahun 1930.
PDCA kepanjangan dari Plan, Do, Chech, Action. PDCA adalah 4 proses interaktif dalam
penyelesaian masalah yang umum digunakan dalam pengendalian mutu. Metode ini dapat
digunakan dalam lingkungan pelayanan kesehatan guna meningkatkan kualitas pelayanan.

RENCANA PERBAIKAN

PLAN  Melakukan sosialisasi perbaikan atau hasil revisi dari


formularium terbaru bagi semua dokter yang menulis resep.
 Tenaga asieten apoteker yang memiliki kewenangan untuk
melakukan review obat.
 Peningkatan jumlah dan mutu Sumber daya manusia yang
bekerja di instalasi
 Melakukan peninjauan kembali kelengkapan data setiap obat
terkait efektivitas dan keamanannya.
DO  Memastikan buku formularium rs tersedia di setiap bagian dimana
ada dokter yang menulis resep.
 Melakukan pelatihan terkait review obat bagi asisten apoteker.
 Melakukan evaluasi SDM dan melakukan pelatihan dan
penambahan SDM
 Evaluasi berkala formularium RS setiap tahunnya.
CHECK  Pemantauan formularium rs
 Evaluasi berkala terkait kepatuhan penulisan resep sesuai
formularium.
 Melakukan review obat yang masuk ke instalasi farmasi
ACTION  Sosialisasi, re-edukasi dan pendampingan melibatkan unsur
pimpinan/managemen, Komite farmasi dan terapi serta seluruh
petugas farmasi
 Memberikan reward dan konsekuensi hasil monitoring dan
evaluasi dari kinerja instalasi farmasi dan dokter.

Langkah-langkah kegiatan Sosialisasi dan re-edukasi mutu pelayanan di


instalasi farmasi

Tahapan Aktifitas / Tindakan Penanggung Jawab


Membuat sosialisasi, re- Memastikan setiap dokter dan Komite Farmasi dan
edukasi terkait kepatuhan bagian memiliki formularium rs, Terapi RS
penulisan resep sesuai sosialisasi di komite medik
formularium rs. Agar terkait capaian kepatuhan dan
tercapai target 95% target yang mau dicapai
Mengevaluasi SDM Melakukan kajian , melaporkan KA.instalasiFarmasi
dan membuat usulan SDM pada
direktur
Menyusun pelatihan dan Pelatihan bagi asisten apoteker KA.instalasiFarmasi
Narasumber, Sosialisasi, re- untuk mampu dan berkompeten
edukasi asisten apoteker dalam melakukan review resep
obat.
Evaluasi berkala tahunan Melakukan pengkajian dan KFT
formularium rs menilai ulang kelengkapan data
serta izin yang masih berlaku
serta melakukan efisiensi
jumlah copy drug

A. KESIMPULAN
Sesuai dengan SK Menkes Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang standar
Pelayanan Rumah Sakit bahwa pelayanan farmasi Rumah sakit adalah bagian yang
tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan Rumah sakit yang utuh dan
berorientasi kepada pelayanan pasien penyediaan obat yang bermutu, termasuk
pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Farmasi
Rumah sakit bertanggung jawab terhadap semua barang farmasi yang beredar di
Rumah sakit tersebut.
Komite Farmasi dan Terapi merupakan suatu wadah penting untuk menjaga
rasionalitas serta keamanan penggunaan obat. Evaluasi formularium wajib dikaji oleh
KFT dengan mengutamakan keamanan dan efektivitas obat tersebut. Obat yang
diusulkan wajib dikaji kelengkapan datanya dan izin edarnya. Setiap obat yang
disetujui untuk masuk formularium maka akan dilakukan pemantauan obat selama 6
bulan. Strategi yang kita gunakan untuk menjaga agar item obat tidak membengkak
adalah dengan menjaga setiap zat aktif memiliki satu generik, satu paten dan tiga copy
drug. Kita juga perlu memantau kepatuhan dokter untuk menulis resep sesuai dengan
formularium.

A. SARAN
1. Lakukan evaluasi berkala pada formularium rumah sakit.
2. Segera melakukan kajian SDM dan mutu pelayanan instalasi farmasi.
3. Melakukan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi SDM instalasi farmasi.

Anda mungkin juga menyukai