Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN KEGIATAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT (UKM)

F6. UPAYA PENGOBATAN DASAR

TINEA KRURIS

BAB I
LATAR BELAKANG

Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis pemerintah dalam


menanggulangi masalah kesehatan di Indonesia. Salah satu upaya yang sangat penting
yang menjadi sasaran puskesmas adalah upaya pengobatan dasar berupa pengobatan
kuratif suau penyakit dengan obat-obatan yang tersedia di puskesmas sampai pasien
tersebut sembuh dari sakitnya. Dari sekian banyak penyakit yang bisa diobati dengan
pengobatan dasar di puskesmas, penyakit kulit merupakan salah satu jenis penyakit
yang banyak sekali ditemukan di masyarakat dan masyarakat banyak yang
memeriksakan sakitnya tersebut di puskesmas. Satu penyakit kulit yang biasa
ditemukan di puskesmas adalah penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh jamur,
yaitu dermatofitosis.
Dermatofitosis adalah penyakit kulit yang disebabkan oeh golongan jamur
dermatofita. Golongan jamur ini mempunyai sifat mencernakan keratin. Dermatofita
termasuk kelas fungi imperfecti, yang terbagi dalam 3 genus, yaitu Microsporum,
Trichophyton, dan Epidermophyton.
Tinea kruris adalah dermatofitosis pada lipat paha, daerah perineum, dan
sekitar anus. Kelainan ini dapa bersifat akut atau menahun, bahkan dapat merupakan
penyakit yang berlangsung seumur hidup. Lesi kulit dapat terbatas pada daerah
genitor-krural saja, atau meluas ke daerah sekitar anus. Kelainan ini dapat bersifat
akut atau menahun, bahkan dapat merupakan penyakit yang berlangsung seumur
hidup. Lesi kulit dapat terbatas pada daerah genitor-krural saja, atau meluas ke daerah
sekitar anus, daerah gluteus dan perut bagian bawah, atau bagian tubuh yang lain.
Kelainan kulit yang tampak pada sela paha merupakan lesi berbatas tegas. Peradangan
pada tepi lebih nyata daripada daerah tengahnya. Efloresensi terdiri atas bermacam-
macam bentuk yang primer dan sekunder (polimorfi). Bila penyakit ini menjadi
menahun, dapat berupa bercak hitam disertai sedikit sisik. Erosi dan keluarnya cairan
biasanya akibat garukan
Kasus tinea kruris ini di masyarakat jumlahnya cukup banyak. Hal ini karena
penyakit ini disebabkan oleh infeksi jamur yang mudah menular lewat kontak
langsung maupun penggunaan alat bersamaan. Tidak jarang ditemukan pasien dengan
tinea kruris yang datang ke puskesmas rata-rata mempunyai anggota keluarga yang
juga memiliki keluhan serupa. Selain itu penderita tinea kruris biasanya berkolerasi
dengan higienitas pakaian dalam maupun daerah kulit sekitar kemaluan. Karena kasus
tinea kruris jumlanya cukup banyak dan pengobatannya pun cukup mudah dan
regimen terapinya tersedia di puskesmas, maka penyakit ini merupakan salah satu
penyakit yang harus dikuasai oleh dokter umum dan seyogyanya dapat ditatalaksana
dengan pengobatan dasar di puskesmas.

BAB II
PERMASALAHAN

Selama menjalani program internship di Puskesmas Dharmarini pasien


beberapa kali menjumpai kasus tinea kruris. Berikut penulis ambil salah satu kasus
pasien tinea kruris yang datang ke Pustu Kowangan pada tanggal 10 April 2013
dengan identitas dan riwayat penyakit di bawah ini :
1. Identitas
Nama : Ny. Wiyati
Usia : 61 tahun
Perkerjaan : Petani

2. Anamnesis
Sejak 1 bulan sebelum ke puskesmas pasien mengeluhkan gatal-gatal
pada kulitnya. Gatal dirasakan di daerah pantat, selangkangan, perut bagian
bawah, dan paha atas. Gatal dirasakan terus-menerus sepanjang hari sehingga
menganggu aktivitas sehari-hari. Gatal bertambah berat jika pasien berkeringat
atau terkena hawa dingin. Pasien juga mengaku bahwa suaminya juga terkena
sakit gatal yang serupa.

3. Pemeriksaan Fisik
Tampak plak hiperpigmentasi berbatas tegas dengan skuama halus, tepi
lesi aktif, central healing (+), di region gluteus dan perianal.

BAB III
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
Pada kasus ini pasien menderita tinea kruris. Idealnya penegakan diagnosis
tinea kruris dilakukan dengan pemeriksaan kerokan kulit dan diperiksa dengan cairan
KOH 10% untuk mengetahui jenis jamur yang menginfeksi. Namun, pada kasus ini
penegakan diagnosis hanya dilakukan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dan itu
secara klinis sudah menunjukkan lesi khas infeksi dermatofita penyebab tinea kruris.
Penatalaksanan yang direncanakan pada kasus ini meliputi medis dan non-medis.
Penatalaksanaan medis berupa pemberian obat antijamur oral dan topikal. Sedangkan
penatalaksanaan non-medis berupa edukasi tentang penyakit dan perawatan penyakit.

BAB IV
PELAKSANAAN

Pada kasus ini pasien mendapat intervensi terapi medikamentosa berupa :


R/ Griseofulvin tab No VII
S 1 dd tab I
R/ Cetirizine tab No III
S 1 dd tab I
R/ Ketokonazol zalf No I
S 2 dd ue

Bentuk edukasi yang penulis berikan kepada pasien antara lain :


1. Penyakit tinea kruris
Bahwa penyakit ini adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh
jamur. Penyakit ini dapat sembuh total dengan menggunakan obat
antijamur baik obat oral maupun topikal, dan pengobatan dari infeksi
jamur biasanya membutuhkan waktu beberapa minggu sehingga pasien
diedukasi untuk rutin minum obat agar jamurnya cepat mati.
2. Cara pencegahan agar penyakit ini tidak menular ke orang lain
Karena disebabkan oleh parasit, maka penyakit ini bisa
menular. Penularan terjadi lewat kontak langsung kulit antar kulit
maupun penggunaan alat mandi seperti handuk atau pakaian bersama
dengan orang lain. Bisa jadi pasien tertular oleh suaminya atau bisa
jadi suami pasien tertular oleh pasien. Untuk menhindari proses
penularan terus-menerus pasien diedukasi untuk tidak menggunakan
barang pribadi bersama dengan orang lain termasuk suaminya.
3. Perawatan lesi kulit
Gatal pada tinea kruris disebabkan oleh kondisi kulit yang
lembab baik karena keringat atau penggunaan celana dalam yang tidak
higienis. Pasien juga diedukasi untuk selalu mengganti celana
dalamnya minimal dua kali sehari dan mengganti celana dalam jika
kondisi kulit lembab atau berkeringat. Jika gatal pasien juga diedukasi
untuk tidak menggaruknya dengan keras karena akan menyebabkan
lecet sehingga bisa terjadi infeksi sekunder.
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI

Dua minggu kemudian, yaitu pada tanggal 24 April 2013 pasien datang ke Pustu
Kowangan untuk kontrol. Dari anamnesis didapatkan keluhan pasien telah berkurang banyak.
Gatal-gatal sudah tidak dirasakan lagi. Saat dilakukan pemeriksaan fisik pada daerah lesi,
didapatkan lesi telah mulai mengering dan terdapat skuama tanda infeksi sudah mulai
mereda. Namun, pasien tetap diberikan terapi medikamentosa sama seperti saat ia datang
pertama kali karena regimen terapi tinea kruris pada kasus ini adalah Griseofulvin yang harus
diberikan dalam jangka waktu 1 bulan. Dan yang paling penting, pasien tetap diedukasi untuk
menjaga kebersihan daerah perianal dan mengganti celana dalam secara rutin.

Komentar / Feed Back

Temanggung, April 2013


Mengetahui
Pendamping Dokter Internship Peserta,
dr Novelia Dian T dr Maulida Laila
A.R.
NIP. 19621104 199910 2001

DAFTAR PUSTAKA

Kuswadji. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Klaus Wolff et al. 2007. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical
Dermatology
Handbook Fifth Edition.

Anda mungkin juga menyukai