Arluky Novandy *)
ABSTRAK
Pada sistem distribusi gas alam di pipa seringkali digunakan suatu bahan kimia yang
diinjeksikan untuk mencegah pembentukan hidrat. Pembentukan hidrat ini sangat dihindari
mengingat hidrat dapat menimbulkan plugging di pipa distribusi gas sehingga perbedaan
tekanan gas distribusi menjadi tinggi. Untuk menghindari pembentukan hidrate ini biasanya
diinjeksikan bahan kimia inhibitor di pipa, tentunya dalam penambahan bahan kimia inhibitor
ini diperlukan perhitungan yang ekonomis mengingat bahan kimia yang digunakan sangatlah
mahal. Persamaan baru yang dikembangkan ini memiliki perbedaan dari beberapa
persamaan yang ada sebelumnya.
43
FORUM TEKNOLOGI Vol. 04 No. 2
ethylen triethylen
properties methanol ethanol
glycol glycol
Molar mass, g/mol 32,042 46,07 62,07 150,17
Boiling point, oC 64,7 78,4 198 288
Vapor pressure (at 20 oC),
12,5 5,7 0,011 < 0,001
kPa
Melting point, oC -98 -112 -13 -4,3
Density at 20 oC, kg/m3 792 789 1116 1126
Viscousity at 20 oC, cP 0,59 1,2 21 49
Bahan kimia lainnya yang bisa digunakan Tm = melting point dari solvent murni, K
sebagai inhibitor pembentukan hydrat
adalah logam-logam ionic lainnya, seperti :
sodium cloride (garam), tetapi logam- Jika persamaan (2.1) ditulis kembali
logaman ini tidak pernah digunakan di dengan mengubah dari mole fraksi menjadi
industri gas alam. mass fraksi maka :
2
Teori dasar tentang menurunkan titik beku M RT Wi
suatu larutan dengan menambahkan suatu T s m x
hsl (100 Wi ) M i
zat terlarut adalah konsep teori klasik yang
sangat mudah dipahami. Dasar Wi
pemahaman teori ini adalah Ks .................(2.2)
(100 Wi ) M i
kesetimbangan antara liquid dan padatan
dan disederhanakan dengan persamaan Dimana :
berikut :
Ms = molar mass dari solvent
hsl T
xi 2
………………(2.1) Wi = persen berat solute (inhibitor)
RTm
Mi = molar mass dari inhibitor
Dimana : Ks = 1861 (untuk air)
xi = mole fraksi dari solute (inhibitor) Persamaan (2.2) ini tidak bisa diaplikasikan
ΔT = penurunan temperatur, C o untuk larutan ionic seperti larutan garam.
Berikut adalah hasil ploting dari percobaan
R = konstanta gas universal (8,314
persamaan (2.2) :
J/(mol.K))
44
FORUM TEKNOLOGI Vol. 04 No. 2
Gambar (2.1) : Hasil Ploting Freezing Point methanol+air dan ethylen glycol
Freezing point depression untuk methanol Untuk menggunakan persamaan ini
cukup akurat sampai dengan konsentrasi dengan menggunakan satuan American
30% wt. Untuk ethylen glycol, persamaan Engineering digunakan KH = 2355, dan ΔT
diatas akan akurat sampai dengan digunakan satuan oF.
konsentrasi 15%wt.
Untuk mendapatkan besarnya konsentrasi
a. Persamaan Hammerschmidt inhibitor yang diperlukan maka persamaan
(2.3) dapat ditulis kembali menjadi :
Persamaan Hammerschmidt sangatlah
sederhana dan banyak digunakan untuk
memperkirakan banyaknya bahan kimia
100 M T
yang digunakan sebagai inhibitor. W ...........................(2.4)
Persamaan Hammerschmidt ini adalah K H M T
sebagai berikut :
45
FORUM TEKNOLOGI Vol. 04 No. 2
46
FORUM TEKNOLOGI Vol. 04 No. 2
Dimana : Dimana :
XM = persen berat methanol W koefisien aktivitas air
MM = molar mass methanol xW mole fraksi air
Persamaan Nielsen-Bucklin ini Langkah berikutnya adalah mencari model
dikembangkan untuk penggunaan dengan koefisien aktivitas yang realistis dan
menggunakan methanol, tetapi simple. Model yang paling sederhana
bagaimanapun juga, persamaan ini adalah dengan menggunakan persamaan
sebenarnya tidak bergantung pada Margule sebagai berikut :
pemilihan jenis inhibitor. Persamaan ini
a 2
hanya melibatkan propertis dari air dan ln W x1 ............(2.9)
konsentrasi dari inhibitor. Oleh sebab itu, RT
persamaan ini bisa digunakan untuk a
sembarang inhibitor. Jika dilihat persamaan Konstanta tidak bergantung pada
RT
ini lebih bisa digunakan untuk semua
temperatur dan dapat digantikan dengan
inhibitor, tetapi para engineer masih lebih
konstanta yang paling umum yang disebut
suka menggunkan persamaan
dengan A-Margules Coeffisien, sehingga
Hammerschmidt karena lebih sederhana.
persamaan (2.8) berubah menjadi :
c. Metode Baru
T 72 Ax1 ln1 x1 ..........(2.10)
2
Batasan
Molar Mass Margules
Inhibitor Konsentrasi
(g/mol) Coefficient (A) ΔT (oC)
(%wt)
Methanol 32,04 +0,21 < 85 < 94,3
Ethanol 46,07 +0,21 < 35 < 13,3
Ethylen Glycol 62,07 -1,25 < 50 < 22,9
Diethylen
106,12 -8 < 35 < 10,3
Glycol
Triethylen
150,17 -15 < 50 < 20,6
Glycol
47
FORUM TEKNOLOGI Vol. 04 No. 2
Gambar (2.2) : Ppengaruh methanol, ethylene glycol dan triethylene glycol terhadap temperatur
depression dalam SI unit
48
FORUM TEKNOLOGI Vol. 04 No. 2
Gambar 3.1 : Pengaruh methanol terhadap pembentukan metan hidrat yang dihtung dengan
menggunakan persamaan baru
Gambar 3.1 di atas menunjukkan perbandingan tersebut diatas nampak
temperatur depressi methane hidrate bahwa persamaan baru memberikan hasil
dengan menggunakan inhibitor methanol yang sangat bagus meskipun konsentrasi
yang berkonsentrasi 10; 20; 35; 50; 65; methanol tinggi.
73,7 dan 85 %wt. Dari gambar grafis
Pers.
baru
Gambar 3.2 : pengaruh penambahan methanol 65% berat terhadap pembentukan methan hidrate
49
FORUM TEKNOLOGI Vol. 04 No. 2
temperatur depressi nya terlalu jauh sekitar dan Nielsen-Bucklin adalah terlalu kecil.
28 oC, sedangkan persamaan Nielsen- Dengan kata lain, bila dilapangan
Bucklin (yang merupakan improvement dari penambahan inhibitor methanol yang
persamaan hammerschmidt) memberikan menggunakan persamaan Hammerschmidt
prediksi terlalu jauh sekitar 4 oC. Artinya dan Nielsen-Bucklin jauh lebih banyak bila
bahwa : secara praktik, laju injeksi dibandingkan dengan menggunakan
methanol yang diprediksi dengan persamaan baru.
menggunakanpersamaan Hammerschmidt
Pers. baru
Gambar 3.3 : pengaruh 35% berat ethylen glycol terhadap pembentukan methan hidrat
50
FORUM TEKNOLOGI Vol. 04 No. 2
DAFTAR PUSTAKA
1. Jhon Carrol, “NATURAL GAS HYDRATE”, 2nd ed, 2009, Elsevier, England
2. Jhon M. Campbell, “GAS CONDITIONING AND PROCESSING”, Vol. 2, 7th ed, 1984,
USA
3. Maurice Stewart and Ken Arnold, “GAS DEHYDRATION FIELD MANUAL”, 2011,
Elsevier, Gulf Professional Publishing.
4. Sanjay Kumar, “GAS PRODUCTION ENGINEERING”, 1987, Gulf Publishing
Company
51