Anda di halaman 1dari 9

FORUM TEKNOLOGI Vol. 04 No.

EVALUASI INJEKSI PENAMBAHAN BAHAN KIMIA UNTUK


PENCEGAHAN PEMBENTUKAN GAS HIDRAT

Arluky Novandy *)

ABSTRAK

Pada sistem distribusi gas alam di pipa seringkali digunakan suatu bahan kimia yang
diinjeksikan untuk mencegah pembentukan hidrat. Pembentukan hidrat ini sangat dihindari
mengingat hidrat dapat menimbulkan plugging di pipa distribusi gas sehingga perbedaan
tekanan gas distribusi menjadi tinggi. Untuk menghindari pembentukan hidrate ini biasanya
diinjeksikan bahan kimia inhibitor di pipa, tentunya dalam penambahan bahan kimia inhibitor
ini diperlukan perhitungan yang ekonomis mengingat bahan kimia yang digunakan sangatlah
mahal. Persamaan baru yang dikembangkan ini memiliki perbedaan dari beberapa
persamaan yang ada sebelumnya.

Karena beberapa alasan di atas, maka


BAB IV Pendahuluan
spesifikasi gas alam yang mengalir di
Uap air adalah impurities yang paling pipeline di batasi kandungan airnya yaitu
dihindari di komposisi gas alam. Uap air biasanya tidak boleh lebih besar dari 6 – 8
selalu terkandung di gas alam, biasanya lbm/MMSCF gas.
berada pada range 400 – 500 lb uap
IV.1 Latar Belakang
air/MMSCF gas. Umumnya, keberadaan
uap air di gas dikurangi (bila perlu Hingga saat ini penggunaan inhibitor bahan
dihilangkan) karena uap air ini akan kimia dalam mencegah pembentukan
menimbulkan masalah pembentukan hidrat di pipa masih menggunakan
hydrate. Air bebas dan gas alam akan persamaan yang lama. Dosis yang
membentuk padatan, yang biasanya diperlukan bahan kimia Inhibitor ini telah
disebut dengan “bunga es” yang mana di lama dikembangkan. Tetapi kenyataannya,
gas di sebut dengan hydrate. Hydrate ini persamaan-persamaan yang ada sebagai
akan membuntu di saluran gas, terutama di dasar penentuan jumlah inhibitor
flowline serta akan menimbulkan beberapa dilapangan masih jauh dari perkiraan
permasalahan lainnya. Alasan lain bahwa sebenarnya.
uap air di gas ini harus dihilangkan adalah IV.2 Tujuan Penulisan
antara lain :
1. Dapat mempercepat terjadinya korosi, Tujuan penulisan ini adalah :
terutama bila gas mengandung H2S 1. Memberikan pengetahuan kepada para
dan CO2. pengguna bahan kimia inhibitor gas
2. Menimbulkan aliran slugging jika air hidrat tentang adanya persamaan baru
bebas terbentuk di flow line dalam menentukan banyaknya bahan
3. Uap air yang ada di gas akan kimia inhibitor yang diperlukan.
mengurangi nilai kalori gas alam 2. Memberikan pengetahuan kepada
khalayak tentang Gas Dehydration

43
FORUM TEKNOLOGI Vol. 04 No. 2

BAB V Persamaan-Persamaan seperti : ethylen glikol dan triethylen glikol


Penentuan Kebutuhan Bahan Kimia adalah hal umum dilakukan untuk
Inhibitor mencegah pembentukan Hydrat.
Di industri gas alam, penggunaan alkohol, Berikut adalah tabel sifat-sifat dari inhibitor
seperti : methanol dan penggunaan glikol, yang umum digunakan.

Tabel 2.1 : Karakteristik Inhibitor

ethylen triethylen
properties methanol ethanol
glycol glycol
Molar mass, g/mol 32,042 46,07 62,07 150,17
Boiling point, oC 64,7 78,4 198 288
Vapor pressure (at 20 oC),
12,5 5,7 0,011 < 0,001
kPa
Melting point, oC -98 -112 -13 -4,3
Density at 20 oC, kg/m3 792 789 1116 1126
Viscousity at 20 oC, cP 0,59 1,2 21 49

Bahan kimia lainnya yang bisa digunakan Tm = melting point dari solvent murni, K
sebagai inhibitor pembentukan hydrat
adalah logam-logam ionic lainnya, seperti :
sodium cloride (garam), tetapi logam- Jika persamaan (2.1) ditulis kembali
logaman ini tidak pernah digunakan di dengan mengubah dari mole fraksi menjadi
industri gas alam. mass fraksi maka :
2
Teori dasar tentang menurunkan titik beku M RT Wi
suatu larutan dengan menambahkan suatu T  s m x
hsl (100  Wi ) M i
zat terlarut adalah konsep teori klasik yang
sangat mudah dipahami. Dasar Wi
pemahaman teori ini adalah  Ks .................(2.2)
(100  Wi ) M i
kesetimbangan antara liquid dan padatan
dan disederhanakan dengan persamaan Dimana :
berikut :
Ms = molar mass dari solvent
hsl T
xi  2
………………(2.1) Wi = persen berat solute (inhibitor)
RTm
Mi = molar mass dari inhibitor
Dimana : Ks = 1861 (untuk air)
xi = mole fraksi dari solute (inhibitor) Persamaan (2.2) ini tidak bisa diaplikasikan
ΔT = penurunan temperatur, C o untuk larutan ionic seperti larutan garam.
Berikut adalah hasil ploting dari percobaan
R = konstanta gas universal (8,314
persamaan (2.2) :
J/(mol.K))

44
FORUM TEKNOLOGI Vol. 04 No. 2

____ data lapangan


Pers. (2.2)

Gambar (2.1) : Hasil Ploting Freezing Point methanol+air dan ethylen glycol
Freezing point depression untuk methanol Untuk menggunakan persamaan ini
cukup akurat sampai dengan konsentrasi dengan menggunakan satuan American
30% wt. Untuk ethylen glycol, persamaan Engineering digunakan KH = 2355, dan ΔT
diatas akan akurat sampai dengan digunakan satuan oF.
konsentrasi 15%wt.
Untuk mendapatkan besarnya konsentrasi
a. Persamaan Hammerschmidt inhibitor yang diperlukan maka persamaan
(2.3) dapat ditulis kembali menjadi :
Persamaan Hammerschmidt sangatlah
sederhana dan banyak digunakan untuk
memperkirakan banyaknya bahan kimia
100 M T
yang digunakan sebagai inhibitor. W ...........................(2.4)
Persamaan Hammerschmidt ini adalah K H  M T
sebagai berikut :

K HW Untuk menggunakan persamaan


T  ........................(2.3)
M (100  W ) Hammerschmidt ini kita harus
mengestimasi kondisi hydrat nya terlebih
Dimana :
dahulu tanpa ada inhibitor. Persamaan
ΔT = temperatur depression, oC Hammerschmidt ini hanya memprediksi
deviasi temperatur tanpa adanya inhibitor,
M = molar mass inhibitor, g/mol
bukan memprediksi kondisi pembentukan
W = konsentrasi inhibitor (dalam fasa hydrat nya sendiri.Aslinya, KH di
aqua), %berat persamaan (2.3) dan (2.4) adalah sebuah
KH = konstanta dengan nilai 1297 konstanta, tapi lama-lama banyak
penelitian yang mengajukan perubahan

45
FORUM TEKNOLOGI Vol. 04 No. 2

konstanta KH ini. Berikut adalah konstanta KH yang telah dibuat perubahan :

Tabel 2.2 : Konstanta KH

original Ref.1 Ref.2 Ref.3


Methanol 1297 1297 1297 1297
ethanol 1297 - 1297 1297
Ethylen glycol 1297 2222 1222 1500
Diethylen glycol 1297 2222 2427 2222
Triethylen glycol 1297 2222 2427 3000
Ref.1 = Fu (1998) GPSA Engineering
Ref.2 = Arnold and Stewart
Ref.3 = Pedersen et.al
Umumnya dibuku-buku tersebut terdapat kekeliruan penulisan satuan di tabel, dimana nilai
o
konstanta yang ada dibuku-buku tersebut seharusnya untuk temperatur yang bersatuan F, bukan
oC

Harga 2222 untuk Ethylen Glycol pada


tabel diatas didapatkan dari GPSA
Dimana :
Engineering Data Book, yang mana pada
buku tersebut juga merekomendasikan ΔT = dalam satuan oC
untuk semua jenis Glycol, tetapi xM = mole fraksi methanol
sebenarnya tidak untuk semua jenis Glycol.
Prediksi yang paling baik didapatkan
dengan menggunakan harga 1297. Dua peneliti ini mengklaim bahwa
Persamaan Hammerschmidt terbatas pada persamaan ini akurat sampai dengan
konsentrasi kira-kira sampai dengan 30% konsentrasi methanol 88%.
berat untuk inhibitor methanol dan ethylen Persamaan ini dapat ditulis kembali untuk
Glycol, sedangkan untuk inhibitor glycol mngestimasi konsentrasi methanol sebagai
lainnya kira-kira sampai dengan 20 % berikut :
berat.
b. Persamaan Nielsen-Bucklin
  T 
x M 1  exp  …………..(2.6)
 72 
Nielsen dan Bucklin mengembangkan
persamaan untuk mengestimasi kebutuhan
methanol sebagai inhibitor pencegah
pembentukan hydrat. Persamaan tersebut Dan kemudian untuk mengubah dari mole
adalah : fraksi menjadi persen berat, maka
persamaan tersebut dapat ditulis kembali
sbb :
ΔT = -72 ln(1 - xM)…….......……..(2.5)

46
FORUM TEKNOLOGI Vol. 04 No. 2

xM M M untuk mengetahui konsentrasi inhibitor.


XM  ..(2.7) Persamaan baru ini adalah sbb :
18,015  x M ( M M  18,015)
T   72 ln( w xw ) .........................(2.8)

Dimana : Dimana :
XM = persen berat methanol  W  koefisien aktivitas air
MM = molar mass methanol xW  mole fraksi air
Persamaan Nielsen-Bucklin ini Langkah berikutnya adalah mencari model
dikembangkan untuk penggunaan dengan koefisien aktivitas yang realistis dan
menggunakan methanol, tetapi simple. Model yang paling sederhana
bagaimanapun juga, persamaan ini adalah dengan menggunakan persamaan
sebenarnya tidak bergantung pada Margule sebagai berikut :
pemilihan jenis inhibitor. Persamaan ini
a 2
hanya melibatkan propertis dari air dan ln  W  x1 ............(2.9)
konsentrasi dari inhibitor. Oleh sebab itu, RT
persamaan ini bisa digunakan untuk a
sembarang inhibitor. Jika dilihat persamaan Konstanta tidak bergantung pada
RT
ini lebih bisa digunakan untuk semua
temperatur dan dapat digantikan dengan
inhibitor, tetapi para engineer masih lebih
konstanta yang paling umum yang disebut
suka menggunkan persamaan
dengan A-Margules Coeffisien, sehingga
Hammerschmidt karena lebih sederhana.
persamaan (2.8) berubah menjadi :

 
c. Metode Baru
T  72 Ax1  ln1  x1  ..........(2.10)
2

Basis yang digunakan oleh metode baru ini


adalah tidak jauh berbeda dengan Persamaan (2.10) ini cukup akurat untuk
persamaan Nielsen-Bucklin. Tetapi digunakan berbagai konsentrasi inhibitor.
bagimanapun pula, masih terdapat Harga Koefisien Margule A ini telah di
koefisien aktivity yang harus digunakan tabulasikan sebagai berikut :

Tabel 2.3 : Konstanta Margule

Batasan
Molar Mass Margules
Inhibitor Konsentrasi
(g/mol) Coefficient (A) ΔT (oC)
(%wt)
Methanol 32,04 +0,21 < 85 < 94,3
Ethanol 46,07 +0,21 < 35 < 13,3
Ethylen Glycol 62,07 -1,25 < 50 < 22,9
Diethylen
106,12 -8 < 35 < 10,3
Glycol
Triethylen
150,17 -15 < 50 < 20,6
Glycol

47
FORUM TEKNOLOGI Vol. 04 No. 2

banyak dan sayangnya DEG jarang


Data percobaan tentang inhibitor methanol
digunakan sebagai inhibitor. Konstanta
cukup banyak, tetapi pada kenyataannya
Margules untuk DEG adalah rata-rata dari
hasil pengukuran konsentrasi methanol
harga EG dan TEG.
yang ada saat ini adalah sampai dengan
85%wt. Sayangnya, hasil pengukuran Harus diakui bahwa persamaan (2.8)
inhibitor ethanol tidak pernah ada. adalah sulit untuk digunakan, khususnya
Sehingga, Koefisien Margules untuk bila temperatur depression sudah
ethanol dianggap sama dengan methanol. ditentukan terlebih dahulu dan konsentrasi
inhibitor yang diperlukan harus dihitung.
Data percoban untuk ethylen glycol (EG)
maka, ada versi monograph nya untuk
dan triethylen glycol (TEG) cukup banyak
persamaan (2.10) pada gambar (2.2)
dan konsentrasi yang bisa dicapai adalah
berikut :
sampai dengan 50%wt. Sedangkan data
untuk diethylen glycol (DEG) kurang begitu

Gambar (2.2) : Ppengaruh methanol, ethylene glycol dan triethylene glycol terhadap temperatur
depression dalam SI unit

Tidak ada data hasil percobaan untuk BAB VI Pembahasan


konsentrasi glycol yang lebih besar dari Berikut adalah gambar grafis hasil
50%wt, sehingga bila konsentrasinya lebih perhitungan temperatur depresi untuk
dari 50% harus di extrapolasi. Dari methan hydrat dengan menggunakan
monograph diatas sangatlah mudah bila persamaan baru yang menggunakan
digunakan untuk menentukan temperatur inhibitor methanol :
depression jika konsentrasi inhibitor telah
diketahui, dan sebaliknya.

48
FORUM TEKNOLOGI Vol. 04 No. 2

Gambar 3.1 : Pengaruh methanol terhadap pembentukan metan hidrat yang dihtung dengan
menggunakan persamaan baru
Gambar 3.1 di atas menunjukkan perbandingan tersebut diatas nampak
temperatur depressi methane hidrate bahwa persamaan baru memberikan hasil
dengan menggunakan inhibitor methanol yang sangat bagus meskipun konsentrasi
yang berkonsentrasi 10; 20; 35; 50; 65; methanol tinggi.
73,7 dan 85 %wt. Dari gambar grafis

Pers.
baru

Gambar 3.2 : pengaruh penambahan methanol 65% berat terhadap pembentukan methan hidrate

prediksi dengan menggunakan persamaan


Sebagai perbandingan, gambar 3.2 yang
Hammerschmidt dan Nielsen-Bucklin
menggunakan methanol dengan
memberikan hasil melenceng jauh.
konsentrasi 65 %wt menunjukkan bahwa
Persamaan Hammerschmidt memprediksi

49
FORUM TEKNOLOGI Vol. 04 No. 2

temperatur depressi nya terlalu jauh sekitar dan Nielsen-Bucklin adalah terlalu kecil.
28 oC, sedangkan persamaan Nielsen- Dengan kata lain, bila dilapangan
Bucklin (yang merupakan improvement dari penambahan inhibitor methanol yang
persamaan hammerschmidt) memberikan menggunakan persamaan Hammerschmidt
prediksi terlalu jauh sekitar 4 oC. Artinya dan Nielsen-Bucklin jauh lebih banyak bila
bahwa : secara praktik, laju injeksi dibandingkan dengan menggunakan
methanol yang diprediksi dengan persamaan baru.
menggunakanpersamaan Hammerschmidt

Pers. baru

Gambar 3.3 : pengaruh 35% berat ethylen glycol terhadap pembentukan methan hidrat

diperlukan lebih banyak dari perhitungan


Gambar 3.3 menunjukkan pengaruh
semestinya.
inhibitor ethylen glycol (EG) terhadap
methan hydrat dalam hal memprediksi BAB VII Simpulan Terhadap
temperatur depresi, yang mana persamaan Persamaan Penentuan Inhibitor
baru menunjukkan hasil prediksi yang baik. Metode-metode perhitungan sederhana
Pada Gambar 3.3, untuk konsentrasi EG seperti Hammerschmidt, Nielsen-Bucklin
35%wt, persamaan asli Hammerschimdt dan Metode Baru memeiliki karakteristik
secara mengejutkan menunjukkan hasil umum yang sama. Semua persamaan
prediksi yang baik, tetapi persamaan sederhana tersebut memprediksi
GPSA menunjukkan hasil yang over temperatur depressi dari temperatur
predict. Persamaan GPSA memnujukkan Hydrat. Persamaan-persamaan tersebut
error sebesar 6 oC. Hal ini berarti bahwa tidak menggambarkan prediksi
secara praktik penambahan inhibitor EG pembentukan hidrat yang sebenarnya di
dilapangan untuk temperatur depressi lapangan. Untuk itu, dalam penggunannya,

50
FORUM TEKNOLOGI Vol. 04 No. 2

sebaiknya kita memprediksi terlebih dahulu persamaan penentuan inhibitor


temperatur pembentukan hidrat tanpa (persamaan Hammerschmidt, Nielsen-
adanya inhibitor di gas, setelah temperatur Bucklin dan Persamaan baru dipilih mana
pembentukan hidrat diketahui kemudian yang paling sesuai).
kita menggunakan metode-
Perlu dicatat bahwa, persamaan-
metodeperhitungan diatas untuk
persamaan Hammerschmidt, Nielsen-
mengkoreksi persamaan-persamaan
Bucklin dan Persamaan Baru tidak
sederhana tsb diatas (Hammerschmidt,
memperhitungkan tekanan gas. Maka
Nielsen-Bucklin dan Persamaan baru)
seharusnya dilakukan juga percobaan-
dengan kehadiran inhibitor didalamnya.
percobaan yang juga mempertimbangkan
Tetapi bila dalam menggunakan
adanya tekanan gas dalam penentuan
persamaan penentuan temperatur
inhibitor.
hidratnya tidak sesuai dengan kenyataan di
lapangan (tanpa kehadiran inhibitor Lebih jauh lagi, metode-metode tersebut
didalamnya), maka koreksi untuk diatas mengasumsikan bahwa temperatur
penggunaan persamaan Hammerschmidt, depression tidak bergantung pada
Nielsen-Bucklin dan Persamaan baru juga kehadiran pembentuk hidrat alaminya dan
tidak akurat. Dengan kata lain, kita harus type hidrat yang terbentuk. Jadi temperatur
mencoba-coba setiap metode penentuan depression dengan menggunakan
temperatur hidrat untuk disesuaikan methanol 25%wt itu adalah untuk
dengan kondisi lapangan. Setelah sesuai mencegah pembentukan methan hidrat
barulah kita menggunakan persamaan- (hidrat type I) dan propan hidrat (type II).

DAFTAR PUSTAKA

1. Jhon Carrol, “NATURAL GAS HYDRATE”, 2nd ed, 2009, Elsevier, England
2. Jhon M. Campbell, “GAS CONDITIONING AND PROCESSING”, Vol. 2, 7th ed, 1984,
USA
3. Maurice Stewart and Ken Arnold, “GAS DEHYDRATION FIELD MANUAL”, 2011,
Elsevier, Gulf Professional Publishing.
4. Sanjay Kumar, “GAS PRODUCTION ENGINEERING”, 1987, Gulf Publishing
Company

*) Penulis adalah Widyaiswara Muda Pusdiklat Migas Cepu.

51

Anda mungkin juga menyukai