Anda di halaman 1dari 25

BAB IV

BALOK STATIS TAK TENTU

A. Konsep Dasar
Struktur statis tertentu terjadi dikarenakan adanya kelebihan jumlah komponen
reaksi perletakannya lebih besar dari pada jumlah persamaan keseimbangan statisnya.
Agar struktur tersebut dapat diselesaiakan maka dapat dirubah menjadi stuktur statis
tertentu. Akibat perubahan tersebut, maka gaya kelebihan yang terjadi dapat digantikan
dengan momen pimer, yang dianggap sebagai beban momen.
Sebagai contoh struktur terkekang q
dengan beban merata penuh sebagaimana A B (a)
tergambar pada gambar 4.1a, dapat dirubah
L
menjadi struktur statis tertentu seperti pada q
gambar 4.1b. Akibat adanya perubahan tumpuan (b)
A B
jepit menjadi sendi atau rol, maka pada tumpuan MAB MBA

tersebut terdapat beban momen, yang besarnya RA L RB


q
sama dengan momen primer. Agar EI EI
A B (c)
penyelesaiannya lebih mudah, maka struktur
yang tergambar pada gambar 4.1b tersebut dapat
RA L RB
dipisah-pisah lagi menjadi 3 (tiga) struktur
EI EI
sederhana (simple beam) sebagaimana A B (d)

tergambar pada gambar 4.1c dan gambar 4.1d MAB


RA L RB
serta gambar 4.1e. Dalam penyelesaiannya
struktur tersebut dihitung sendiri-sendiri, baik A EI BEI (e)
MBA
reaksi, gaya lintang maupun momennya,
RA L RB
kemudian hasil akhir merupakan penjumlahan
dari 3 (tiga) struktur tersebut. Gambar 4.1.b, Gambar
EI 4,1. Balok Terkekang
EI
dengan Beban Merata Penuh
merupakan struktur sederhana yang menahan
beban merata, momen di A dan momen di B.
Sedangkan gambar 4.1c. struktur yang menahan
beban merata saja, gambar 4.1d, yang menahan
beban momen di A, dan gambar 4.1e, yang
menahan momen di B.

51
B. Struktur Terkekang dengan Beban Merata Penuh
Struktur terkekang dengan beban merata penuh sebagaimana gambar 4.1a, dapat
diselesaikan dengan cara dirubah menjadi struktur statis tertentu, sebagaimana dijelaskan
pada sub bab A.

1. Reaksi dan Gaya Lintang


Reaksi perletakan merupakan jumlah dari reaksi perletakan akibat beban merata
dari gambar 4.1.c, akibat beban momen dari gambar 4.1d, dan akibat momen dari gambar
4.1e. Besarnya Momen Primer diambil dari Tabel 3.1, yaitu sebesar :
q.L2
M AB  
12
q.L2
M BA 
12
Reaksi akibat beban merata (gambar 4.1c) :
qL
RA = RB =
2
Reaksi akibat momen di A (gambar 4.1d) :
M AB q.L
RA = 
L 12
M AB q.L
RB =  
L 12
Reaksi akibat momen di B (gambar 4.1e)
M BA q.L
RA =  
L 12
M BA q.L
RB = 
L 12
Dengan demikian reaksi di A dan B, sebagai
berikut :
qL q.L q.L qL
RA = + – =
2 12 12 2
qL q.L q.L qL
RB = – + =
2 12 12 2
Berdasarkan hasil reaksi tersebut gaya lintang dapat digambar sebagaimana gambar 4.2a,
yang berupa diagram gaya lintang (Shearing Force Diagram), disingkat SFD.

52
2. Momen
Momen merupakan gabungan dari hasil momen akibat beban merata dari gambar
4.1.c, akibat beban momen dari gambar 4.1d, dan akibat momen dari gambar 4.1e.
Momen maksimum akan terjadi pada SFD sama dengan nol, berdasarkan gambar 4.2a
terletak di tengah bentang.

qL
Momen akibat beban merata (gambar 4.1c) : 2
MA = MB = 0 (a)

L L L qL
MT = R A . – q. . 2
2 2 4
(b)
qL L qL2
= . –
2 2 8
qL2
qL2
= 8
8 (c)
Hasil momen dapat digambarkan sebagaimana qL2

gambar 4.2.b. yang berupa diagram momen lentur 12
qL2 qL2
(Bending Momen Diagram), disingkat BMD.   (d)
12 12

Momen akibat beban momen di A dan B


qL2
(gambar 4.1c dan gambar 4.1d) dapat dihitung qL2
12 qL2
 
12 12
bersamaan dan hasilnya digambarkan pada gambar (e)
4.2.c.
qL2
q.L2
MA = MB =  12
12
Gambar 4,2. SFD dan BMD
Momen di tengah bentang besarnya sama dengan
MA dan MB sehingga didapat :
q.L2
MT = 
12
Gabungan akibat beban merata dan momen dapat digambarkan sebagaimana
gambar 4.2.d, dan jika disederhanakan maka hasilnya sebagaimana gambar 4.2.e,
besarnya momen yaitu :
q.L2
MA = MB = 
12

53
qL2 q.L2 q.L2
MT = Mmax =  =
8 12 24

C. Struktur Terkekang dengan Beban Merata Sebagian


Struktur terkekang dengan beban merata sebagian sebagaimana gambar 4.3a,
merupakan stuktur statis tak tentu. Agar struktur tersebut dapat diselesaiakan maka dapat
dirubah menjadi stuktur statis tertentu. Akibat perubahan tersebut, maka gaya kelebihan
yang terjadi dapat digantikan dengan momen pimer, sebagaimana tergambar pada gambar
4.3b. Dengan demikian struktur tersebut sudah menjadi struktur statis tertentu dengan
beban merata dan beban momen di ujungnya. Untuk mempermudah penyelesainnya maka
struktur tersebut dapat dipisah-pisah menjadi struktur sederhana sebagaimana tergambar
pada gambar 4.3c, gambar 4.3d dan gambar 4.3e.

1. Reaksi dan Gaya Lintang


Reaksi perletakan merupakan jumlah dari reaksi perletakan akibat beban merata
dari gambar 4.3.c, akibat beban momen dari gambar 4.3d, dan akibat momen dari gambar
4.3e. Besarnya Momen Primer diambil dari Tabel 3.1, yaitu sebesar :
11 2
M AB   qL q
192
A B (a)
5
M BA  qL2
192 L/2 L/2
Reaksi akibat beban merata sebagian (gambar 4.3c) : q

M B 0 A B (b)
MAB MBA
L 3
RA . L – q . . L = 0 RA L/2 RB
2 2 L/2
q
3 EI EI
RA = qL A B (c)
8

M A 0
RA L/2 L/2 RB
1 EI
RB = qL A BEI (d)
8
MAB
Reaksi akibat momen di A (gambar 4.3d) :
RA L RB
M 11
RA = AB = qL A EI BEI (e)
L 192
MBA

54 RA L RB

Gambar
EI 4.3. Balok Terkekang
EI
dengan Beban Merata Sebagian
M AB 11
RB =  = qL
L 192
Reaksi akibat momen di B (gambar 4.3e)
M BA 5
RA =  = qL
L 192
M BA 5
RB = = qL
L 192
Dengan demikian reaksi di A dan B, sebagai
berikut :
3 11 5 13
RA = qL + qL – qL = qL
8 192 192 32
1 11 5 3
RB = qL – qL + qL = qL
8 192 192 32
Berdasarkan hasil reaksi tersebut gaya lintang dapat digambar sebagaimana gambar 4.4a,
yang berupa diagram gaya lintang (Shearing Force Diagram), disingkat SFD.

13
2. Momen 32
qL

Momen merupakan gabungan dari hasil (a)


13
x L 3
momen akibat beban merata dari gambar 4.3.c, 32 qL
32
akibat beban momen dari gambar 4.3d, dan akibat
(b)
momen dari gambar 4.3e. Momen maksimum akan
terjadi pada SFD sama dengan nol, yaitu terletak 5
qL2
65
qL264
pada x dari A. Berdasarkan gambar 4.4a jarak 1024

sebagai berikut : (c)


5
SFX = 0 11 2 274 2 8 qL2  qL2
 qL  qL 192 192
192 6144
13
qL – qx = 0 (d)
32 5

11 2
qL  qL2
192 7 192
13 41 qL2
x= L qL2192
32 11 2 1536
 qL 
5
qL2
192 192
Momen akibat beban merata (gambar 4.3c) : (e)
MA = MB = 0 7
41 qL2
qL2
L L L 1536 192
MT = R A . – q. .
2 2 4
Gambar 4.4. SFD dan BMD

55
13 L qL2
= qL . –
32 2 8
5 2
= qL
64
13 13 L
Mx = RA. L – q. L.
32 32 4
13 13 13 2
= qL . L – qL
32 32 128
65
= qL2
1024
Hasil momen dapat digambarkan sebagaimana gambar 4.4b. yang berupa diagram
momen lentur (Bending Momen Diagram), disingkat BMD.
Momen akibat beban momen di A dan B (gambar 4.3c dan gambar 4.3d) dapat
digambarkan seperti pada gambar 4.4c.
11 2
MA =  qL
192
5
MB =  qL2
192
 11 2 5  L 
 qL  qL2  
qL2 –   2 
5 192 192
MT = 
192 L
5  6  1 
=– qL2 –  qL2   
192  192  2 
8
= qL2
192
 11 2 5  13 
 qL  qL2  L  L 
qL2 –  
5 192 192 32 
MX = –
192 L
5  6  13  
=– qL2 –  qL2 1   
192  192  32  
160 114
=– qL2 – qL2
6144 6144
274 2
=– qL
6144

56
Gabungan akibat beban merata dan momen dapat digambarkan sebagaimana
gambar 4.4.d, dan jika disederhanakan maka hasilnya sebagaimana gambar 4.4.e,
besarnya momen yaitu :
11 2
MA =  qL
192
5
MB =  qL2
192
5 2 8 7
MT = qL  qL2 = qL2
64 192 192
65 274 2
Mmax = qL2 – qL
1024 6144
116 41
= qL2 = qL2
6144 1536

Contoh 4.1. Jika diketahui struktur terjepit dengan beban merata sebagian seperti
tergambar pada gambar 4.5.a, dengan beban q sebesar 8 kN/m dan panjang bentang
sebesar 10 meter. Hitung dan gambarkan gaya lintang dan momennya.

Penyelesaian : 8 kN/m
A B (a)
1. Reaksi dan Gaya Lintang
Reaksi perletakan merupakan jumlah dari 5m 5m
reaksi perletakan akibat beban merata dari gambar 8 KN/m

4.5.c, akibat beban momen dari gambar 4.5d, dan A B (b)


MAB MBA
akibat momen dari gambar 4.5e. Besarnya Momen
Primer diambil dari Tabel 3.1, yaitu sebesar : RA 5m 5m RB
8 kN/m
11 2 11 EI EI
M AB   qL =  .8.10 2 = – 45,83 A B (c)
192 192
kNm
RA 5m 5m RB
5 5
M BA  qL2 = .8.10 2 = 20,83 kNm EI
192 192 A BEI (d)

Reaksi akibat beban merata sebagian (gambar 4.5c) : 45,83

M
RA L RB
B 0
A EI BEI (e)
RA . 10 – 8.5.(5/2+5) = 0
20,83
RA L RB
57
Gambar
EI 4.5. Balok Terkekang
EI
dengan Beban Merata Sebagian
300
RA = = 30 kN
10

M A 0

– RB . 10 + 8.5.5/2 = 0
100
RB = = 10 kN
10
Reaksi akibat momen di A (gambar 4.5d) :
M AB 45,83
RA = = = 4,58 kN
L 10
M AB 45,83
RB =  =– = – 4,58 kN
L 10
Reaksi akibat momen di B (gambar 4.3e)
M BA 20,83
RA =  = = – 2,08 kN
L 10
M BA 20,83
RB = = = 2,08 kN
L 10
Dengan demikian reaksi di A dan B, sebagai berikut :
RA = 30 + 4,58 – 2,08 = 32,5 kN
RB = 10 – 4,58 + 2,08 = 7,5 kN
Berdasarkan hasil reaksi tersebut gaya lintang dapat digambar sebagaimana gambar 4.6a,
yang berupa diagram gaya lintang (Shearing Force Diagram), disingkat SFD.

2. Momen
Momen merupakan gabungan dari hasil momen akibat beban merata dari gambar
4.5c, akibat beban momen dari gambar 4.5d, dan akibat momen dari gambar 4.5e. Momen
maksimum akan terjadi pada SFD sama dengan nol, yaitu terletak pada x dari A.
Berdasarkan gambar 4.6a jarak sebagai berikut :
SFX = 0
32,5 – 8 x = 0
32,5
x= = 4,05 m
8
Momen akibat beban merata (gambar 4.5c) :
MA = MB = 0
MT = 30.5 – 8.5.5/2 = 50 kNm
58
Mx = 30.4,05 – 8.4,05.4,05/2 = 55,86 kNm
32,5
Hasil momen dapat digambarkan sebagaimana
(a)
gambar 4.6b. yang berupa diagram momen lentur
x  4,05m
7,5
(Bending Momen Diagram), disingkat BMD.
Momen akibat beban momen di A dan B
(b)
(gambar 4.5c dan gambar 4.5d) dapat digambarkan
seperti pada gambar 4.6c. 55,86
50

MA = – 45,83 kNm
MB = – 20,83 kNm (c)
 33,33  20,83

MT = – 20,83 –
45,83  20,835  45,83  30,98

10
(d)
= – 33,33 kNm  20,83
 45,83 16,67

MX = – 20,83 –
45,83  20,834,05 24,88

10  45,83  20,83
= – 30,98 kNm (e)

Gabungan akibat beban merata dan momen 24,88 16,67

dapat digambarkan sebagaimana gambar 4.6d, dan Gambar 4.6. SFD dan BMD
jika disederhanakan maka hasilnya sebagaimana
gambar 4.6e, besarnya momen yaitu :
MA = – 45,83 kNm
MB = – 20,83 kNm
MT = 50 – 33,33 = 16,67 kNm
Mmax = 55,86 – 30,98 = 24,88 kNm

D. Struktur Terkekang dengan Satu Beban Terpusat


Struktur terkekang dengan beban terpusat sebagaimana gambar 4.5a, merupakan
stuktur statis tak tentu. Agar struktur tersebut dapat diselesaiakan maka dapat dirubah
menjadi stuktur statis tertentu. Akibat perubahan tersebut, maka gaya kelebihan yang
terjadi dapat digantikan dengan momen pimer, sebagaimana tergambar pada gambar 4.5b.
Dengan demikian struktur tersebut sudah menjadi struktur statis tertentu dengan beban
terpusat dan beban momen di ujungnya. Untuk mempermudah penyelesainnya maka
struktur tersebut dapat dipisah-pisah menjadi struktur sederhana sebagaimana tergambar
pada gambar 4.5c, gambar 4.5d dan gambar 4.5e.

59
1. Reaksi dan Gaya Lintang P

Reaksi perletakan merupakan jumlah dari A B (a)

reaksi perletakan akibat beban terpusat dari gambar a b


4.7c, akibat beban momen dari gambar 4.7d, dan
P
akibat momen dari gambar 4.7e. A B (b)
MAB MBA

2. Momen RA a b RB
P
Momen merupakan gabungan dari hasil momen EI EI
A B (c)
akibat beban merata dari gambar 4.7c, akibat beban
momen dari gambar 4.7d, dan akibat momen dari
RA a b RB
gambar 4.7e.
EI EI
A B (d)
MAB
Contoh 4.2. Jika struktur seperti tergambar pada
RA L RB
gambar 4.7a, diketahui nilai beban terpusat P sebesar
A EI BEI (e)
40 kN, jarak a sebesar 2 meter dan b sebesar 6
MBA
meter. Hitung dan Gambarkan SFD, dan BMD nya.
RA L RB

EI 4.7. Balok Terkekang


Gambar EI
Penyelesaian :
dengan Beban Terpusat
Besarnya momen primer berdasarkan Tabel 3.1, sebesar :
P.a.b 2 40.2.4 2
M AB   =  = 20 kNm
L2 82
P.a 2 .b 40.2 2.4
M BA  = = 10 kNm
L2 82
Reaksi akibat beban terpusat (gambar 4.7c) :
Pb 40.4
RA = = = 20 kN
L 8
Pa 40.2
RB = = = 10 kN
L 8
Reaksi akibat momen di A (gambar 4.7d) :
M AB 20
RA = = = 2,25 kN
L 8
M AB 20
RB =  = = – 2,25 kN
L 8
60
20
Reaksi akibat momen di B (gambar 4.7e)
M BA 10 (a)
RA =  =  = – 1,25 kN
L 8  10

M BA 10
RB = = = 1,25 kN
L 8 (b)

Dengan demikian reaksi di A dan B, sebagai


42,5
berikut :
RA = 20 + 2,5 – 1,25 = 21,25 kN
(c)
 10
RB = 20 – 2,5 + 1,25 = 18,75 kN  20  17,5

Berdasarkan hasil reaksi tersebut gaya lintang dapat


digambar sebagaimana gambar 4.8a, yang berupa (d)
 10
 20
SFD. 17,5

 20
 10
Momen akibat beban terpusat (gambar 4.7c) : (e)
MA = MB = 0
17,5
Mmax = RA . a = 21,25 . 2 = 42,5 kNm
Gambar 4.8. SFD dan BMD
Hasil momen dapat digambarkan sebagaimana
gambar 4.8b.
Momen akibat beban momen di A dan B (gambar 4.7c dan gambar 4.7d) dapat
digambarkan menjadi seperti pada gambar 4.8c.
MA = – 20 kNm
MB = – 10 kNm

Mmax = –10 –
20  106 = – 17,5 KNm
8
Gabungan akibat beban terpusat dan momen dapat digambarkan sebagaimana
gambar 4.8d, dan jika disederhanakan maka hasilnya sebagaimana gambar 4.8e, besarnya
momen yaitu :
MA = – 20 kNm
MB = – 10 kNm
Mmax = 42,5 – 17,5 = 25 kNm

E. Struktur Terkekang dengan Dua Beban Terpusat

61
Struktur terkekang dengan dua beban
P P
terpusat sebagaimana gambar 4.9a, merupakan A B (a)
stuktur statis tak tentu. Agar struktur tersebut dapat
a L-2a a
diselesaiakan maka dapat dirubah menjadi stuktur
statis tertentu. Akibat perubahan tersebut, maka P P
A B (b)
gaya kelebihan yang terjadi dapat digantikan MAB MBA
dengan momen pimer, sebagaimana tergambar pada
RAa L-2a a RB
gambar 4.9b. Dengan demikian struktur tersebut P P
EI EI
sudah menjadi struktur statis tertentu dengan dua A B (c)

beban terpusat dan beban momen di ujungnya.


Untuk mempermudah penyelesainnya maka RAa L-2a a RB

struktur tersebut dapat dipisah-pisah menjadi EI


A BEI (d)
struktur sederhana sebagaimana tergambar pada MAB

gambar 4.9c, gambar 4.9d dan gambar 4.9e. RA L RB

A EI BEI (e)
1. Reaksi dan Gaya Lintang MBA

Reaksi perletakan merupakan jumlah dari RA L RB

reaksi perletakan akibat dua beban terpusat dari EI 4.9. Balok Terkekang
Gambar EI
gambar 4.9c, akibat beban momen dari gambar dengan Dua Beban Terpusat
4.9d, dan akibat momen dari gambar 4.9e.

2. Momen
Momen merupakan gabungan dari hasil momen akibat beban merata dari gambar
4.9c, akibat beban momen dari gambar 4.9d, dan akibat momen dari gambar 4.9e.

Contoh 4.3. Jika diketahui nilai beban terpusat P sebesar 40 kN, jarak a sebesar 2 meter
dan L sebesar 6 meter, maka besarnya momen primer berdsarkan Tabel 3.1, sebesar :
Pa(L  a ) 40.2(6  2)
M AB   =  = – 8,89
L 62
kNm
Pa(L  a ) 40.2(6  2)
M BA  = = 8,89
L 62
kNm

62
Reaksi akibat beban terpusat (gambar 4.9c) : 20

40.4  40.2 (a)


RA = RB = = 40 kN
6
Reaksi akibat momen di A (gambar 4.9d) :  10

M AB 8,89 (b)
RA = = = 1,48 kN
L 6
42,5 42,5
M 8,89
RB =  AB =  = – 1,48 kN (c)
L 6
 8,89  8,89
Reaksi akibat momen di B (gambar 4.9e)
M BA 8,89
RA =  = = – 1,48 kN  8,89  8,89 (d)
L 6
25 25
M 8,89
RB = BA = = 1,48 kN  8,89  8,89
L 6
(e)
Dengan demikian reaksi di A dan B, sebagai
25 25
berikut :
Gambar 4.10. SFD dan BMD
RA = 40 + 1,48 – 1,48 = 40 kN
RB = 40 – 1,48 + 1,48 = 40 kN
Berdasarkan hasil reaksi tersebut gaya lintang dapat digambar sebagaimana gambar 4.10a,
yang berupa SFD.

Momen akibat beban terpusat (gambar 4.9c) :


MA = MB = 0
Mmax = RA . a = 21,25 . 2 = 42,5 kNm
Hasil momen dapat digambarkan sebagaimana gambar 4.10b.
Momen akibat beban momen di A dan B (gambar 4.9c dan gambar 4.9d) dapat
digambarkan seperti pada gambar 4.10c.
MA = – 8,89 kNm
MB = – 8,89 kNm
Mmax = MB = –8,89 KNm
Gabungan akibat beban terpusat dan momen dapat digambarkan sebagaimana
gambar 4.10d, dan jika disederhanakan maka hasilnya sebagaimana gambar 4.10e,
besarnya momen yaitu :
MA = – 8,89 kNm
MB = – 8,89 kNm
63
Mmax = 42,5 – 8,89 = 25 kNm

Contoh 4.4. Jika beban terpusat P sebesar 40 kN saling berlawanan seperti pada gambar
4.11a, sedangkan jarak a dan L sama, yaitu sebesar 2 meter dan 6 meter, Hitung dan
Gambarkan SFD dan BMD nya. P P
A B (a)
Penyelesaian :
a L-2a a
Besarnya momen primer berdsarkan Tabel 3.1, sebesar :
P P
M AB = M BA = Pa L  a L  2a  B (b)
A
L2
MAB MBA
40.2(6  2)(6  2.2)
= RAa L-2a a RB
62
P P
= 17,78 kNm EI EI
A B (c)
Reaksi akibat beban terpusat (gambar 4.11c) :
RA = RB = 0 kN RAa L-2a a
Reaksi akibat momen di A (gambar 4.11d) : EI
M AB 17,78
RA = = = 2,96 kN
L 6
M AB 17,78 A B (d)
RB =  = = –2,96 kN
L 6 MAB
Reaksi akibat momen di B (gambar 4.11e) RA L RB

M BA 17,78 A EI BEI (e)


RA = = = 2,96 kN
L 6 MBA
M BA 17,78
RB =  = = –2,96 kN RA L RB
L 6 Gambar 4.11. Balok Terkekang
EI EI
Dengan demikian reaksi di A dan B, sebagai dengan Dua Beban Terpusat
berikut :
RA = 0 + 2,96 + 2,96 = 5,92 kN
RB = 0 – 2,96 – 2,96 = – 5,92 kN
Berdasarkan hasil reaksi tersebut gaya lintang dapat digambar sebagaimana gambar 4.12a,
yang berupa SFD.

Momen merupakan gabungan dari hasil momen akibat beban momen dari gambar
4.11d, dan akibat momen dari gambar 4.11e. Sedangkan momen akibat beban terpusat
64
tidak ada (momen sama dengan nol), hal tersebut diakibatkan karena nilai reaksinya sama
5,92 5,92
dengan nol.
Hasil akhir hanya ada momen akibat beban (a)

momen di A dan B (gambar 4.11c dan gambar


 17,78
4.11d) dapat digambarkan seperti pada gambar
4.12b.
MA = – 17,78 kNm (b)

MB = 17,78 kNm
17,78

F. Struktur Terkekang dengan Beban Segitiga Gambar 4.12. SFD dan BMD
Struktur terkekang dengan beban segitiga sebagaimana gambar 4.13a, merupakan
stuktur statis tak tentu. Agar struktur tersebut dapat diselesaiakan maka dapat dirubah
menjadi stuktur statis tertentu. Akibat perubahan tersebut, maka gaya kelebihan yang
terjadi dapat digantikan dengan momen pimer, sebagaimana tergambar pada gambar
4.13b. Dengan demikian struktur tersebut sudah menjadi struktur statis tertentu dengan
beban merata dan beban momen di ujungnya. Untuk mempermudah penyelesainnya maka
struktur tersebut dapat dipisah-pisah menjadi struktur sederhana sebagaimana tergambar
pada gambar 4.13c, gambar 4.13d dan gambar 4.13e.

Contoh 4.5. Jika diketahui struktur terjepit dengan beban segitiga seperti tergambar pada
gambar 4.13a, dengan beban q sebesar 8 kN/m dan panjang bentang sebesar 10 meter.
Hitung reaksi dan gambarkan gaya lintangnya.

Penyelesaian :
Reaksi perletakan merupakan jumlah dari reaksi perletakan akibat beban segitiga
dari gambar 4.13.c, akibat beban momen dari gambar 4.13d, dan akibat momen dari
gambar 4.13e. Besarnya Momen Primer diambil dari Tabel 3.1, yaitu sebesar :
qL2 8.102
M AB    = – 40 kNm
20 20
qL2 8.102
M BA   = 26,67 kNm
30 30
Reaksi akibat beban segitiga (gambar 4.13c) :

M B 0
65
q
10 2
RA .10 – 8 . . .10 = 0 A B (a)
2 3
266,67 L
RA = = 26,67 kN
10 q

M A 0 A B (b)
MAB MBA
10 1
RA . 10 – 8 . . .10 = 0 RA L RB
2 3
q
133,33 EI EI
RB = = 13,33 kN A B (c)
10
Reaksi akibat momen di A (gambar 4.13d) :
RA L RB
M 40
RA = AB = = 4 kN EI
L 10 A BEI (d)
MAB
M 40
RB =  AB =  = – 4 kN
L 10 RA L RB

Reaksi akibat momen di B (gambar 4.13e) A EI BEI (e)


M BA MBA
26,67
RA =  = = – 2,67 kN
L 10 RA L RB

M BA 26,67 EI EI
RB = = = 2,67 kN 28
L 10 (f)
Dengan demikian reaksi di A dan B, sebagai
berikut : 12

RA = 26,67 + 4 – 2,67 = 28 kN Gambar 4.13. Balok Terkekang


dengan Beban Segitiga
RB = 13,33 – 4 + 2,67 = 12 kN
Berdasarkan hasil reaksi tersebut gaya lintang dapat digambar sebagaimana gambar 4.13f.
Jika diinginkan gambar bidang momen maka letak momen maksimum harus diketahui,
yaitu terletak pada SFD = 0, yang berjarak x dari A. Besarnya nilai dapat dihitung sebagai
berikut :
SFX = 0
q.x q.(L  x ) x
RA – – =0
2 L
8.x 8.(10  x ) x
28 – – =0
2 10
x = 2,05 m

66
G. Struktur Sendi - Jepit dengan Beban Merata Penuh
Struktur sendi-jepit dengan beban merata penuh sebagaimana gambar 4.1a,
merupakan stuktur statis tak tentu, sebab jumlah komponen reaksi perletakannya lebih
besar dari pada jumlah persamaan keseimbangan statisnya. Agar struktur tersebut dapat
diselesaiakan maka dapat dirubah menjadi stuktur statis tertentu. Akibat perubahan
tersebut, maka gaya kelebihan yang terjadi dapat digantikan dengan momen pimer,
sebagaimana tergambar pada gambar 4.1b. Dengan demikian struktur tersebut sudah
menjadi struktur statis tertentu dengan beban merata dan beban momen di ujungnya.
Untuk mempermudah penyelesainnya maka struktur tersebut dapat dipisah-pisah menjadi
struktur sederhana sebagaimana tergambar pada gambar 4.1c dan gambar 4.1d.

1. Reaksi dan Gaya Lintang


Reaksi perletakan merupakan jumlah dari q
A B (a)
reaksi perletakan akibat beban merata dari gambar
4.1.c, dan akibat beban momen dari gambar 4.1d.
L
Besarnya Momen Primer diambil dari Tabel 3.1, q

yaitu sebesar : A B (b)


MBA
qL2
M BA 
8 RA L RB
q
Reaksi akibat beban merata (gambar 4.1c) : EI EI
A B (c)
qL
RA = RB =
2
RA L RB
Reaksi akibat momen di B (gambar 4.1d)
A EI EI (d)
B
M q.L
RA =  BA   MBA
L 8
RA L RB
M BA q.L
RB = 
L 8 3qL EI EI
8 (e)
Dengan demikian reaksi di A dan B, sebagai
berikut :
5qL
qL q.L 3qL
RA = – = 8
2 8 8
Gambar 4,14. Balok Jepit-Sendi
qL q.L 5qL dengan Beban Merata Penuh
RB = + =
2 8 8

67
Berdasarkan hasil reaksi tersebut gaya lintang dapat digambar sebagaimana gambar
4.14e.

2. Momen
Momen merupakan gabungan dari hasil momen akibat beban merata dari gambar
4.1c dan akibat beban momen dari gambar 4.1d. Momen maksimum akan terjadi pada
SFD sama dengan nol, berdasarkan gambar 4.14e terletak pada x. Jarak x sebagai berikut :
SFD = 0
3qL
– qx = 0 (a)
8
3
x= L 15qL2 qL2
8  
128 16
Momen akibat beban merata (gambar 4.1c) : (b)
3qL2 2
MA = MB = 0  qL2 
qL
64  8
16
L L L
MT = R A . – q. . (c)
2 2 4 qL 2

2 8
qL L qL 3qL2
= . –  qL2
2 2 8 32 16 qL2

8
qL2 (d)
=
8
3qL2 qL2
3L 3L 1 
3 32 16
Mx = R A . L – q. . .
8 8 8 2 Gambar 4,15. SFD dan BMD
qL 3 9
= . L– qL2
2 8 128
15 2
= qL
128
Hasil momen dapat digambarkan sebagaimana gambar 4.15a.
Berdasarkan gambar 4.14d. momen akibat beban momen di A, BMD nya dapat
digambarkan seperti gambar 4.15b, dimana besarnya :
MA = 0
q.L2
MB = 
8

68
 q.L2  L 
   
 8  2  q.L2
MT = = 
L 16
 q.L2  3 
   L 
 8  8  3
Mx = =  qL2
L 64
Gabungan akibat beban merata dan momen dapat digambarkan sebagaimana
gambar 4.15c, dan jika disederhanakan maka hasilnya sebagaimana gambar 4.15d,
besarnya momen yaitu :
MA = 0
q.L2
MB = 
8
qL2 q.L2 q.L2
MT =  =
8 16 16 q
15 2 3 2 12 2 3 2
Mx = qL  qL = qL = qL A
B (a)
128 64 128 32
L/2 L/2
q
H. Struktur Jepit - Sendi dengan Beban Merata Sebagian
A B (b)
Struktur jepit-sendi dengan beban merata
MBA
sebagian sebagaimana gambar 4.16a, merupakan
RA L/2 L/2 RB
stuktur statis tak tentu. Agar struktur tersebut dapat q
EI EI
diselesaiakan maka dapat dirubah menjadi stuktur A B (c)

statis tertentu. Akibat perubahan tersebut, maka gaya


kelebihan yang terjadi dapat digantikan dengan RA L/2 L/2 RB

momen pimer, sebagaimana tergambar pada gambar A EI EI (d)


B
4.16b. Dengan demikian struktur tersebut sudah MBA

menjadi struktur statis tertentu dengan beban merata RA L RB


41
qL
dan beban momen di ujungnya. Untuk 128 EI EI
(e)
mempermudah penyelesainnya maka struktur 41
x L 23
128 qL
tersebut dapat dipisah-pisah menjadi struktur 128

sederhana sebagaimana tergambar pada gambar Gambar 4.16. Balok Jepit-Sendi


4.16c dan gambar 4.16d. dengan Beban Merata Sebagian

69
1. Reaksi dan Gaya Lintang
Reaksi perletakan merupakan jumlah dari
reaksi perletakan akibat beban merata dari gambar
4.16c dan akibat beban momen dari gambar 4.16d.
Besarnya Momen Primer diambil dari Tabel 3.1,
yaitu sebesar :
7
M BA  qL2
128
Reaksi akibat beban merata sebagian (gambar 4.16c) :

M B 0

L 3
RA . L – q . . L=0
2 2
3
RA = qL
8

M A 0

1
RB = qL
8
Reaksi akibat momen di B (gambar 4.16d)
M BA 7
RA =  = qL
L 128
M BA 7 (a)
RB = = qL
L 128
9
65 qL2
Dengan demikian reaksi di A dan B, sebagai qL2 256
1024
berikut :
(b)
3 7 41 11 2 274 2 8 qL2 
5
qL2
RA = qL – qL = qL  qL  qL 192 192
8 128 128 192 6144

1 7 23 (c)
RB = qL + qL = qL 5
8 128 128 
11 2
qL  qL2
7 192
192 qL2
41
Berdasarkan hasil reaksi tersebut gaya lintang dapat qL2192
11 2 1536
 qL 
5
qL2
digambar sebagaimana gambar 4.16e. 192 192
(d)

41 7
2. Momen CHECK MX qL2 qL2
1536 192
Momen merupakan gabungan dari hasil
Gambar 4.17. BMD
momen akibat beban merata dari gambar 4.16c, dan
70
akibat beban momen dari gambar 4.16d. Momen
maksimum akan terjadi pada SFD sama dengan nol,
yaitu terletak pada x dari A. Berdasarkan gambar
4.15e jarak x sebagai berikut :
SFX = 0
41
qL – qx = 0
128
41
x= L
128
Momen akibat beban merata (gambar 4.16c) :
MA = MB = 0
L L L
MT = R A . – q. .
2 2 4
41 L qL2
= qL . –
128 2 8
9
= qL2
256
41 41 L
Mx = RA. L – q. L.
128 128 4
41 41 41 2
= qL . L– qL
128 128 504
369
= qL2
16384
Hasil momen dapat digambarkan sebagaimana gambar 4.17a.
Momen akibat beban momen di B (gambar 4.16d) dapat digambarkan seperti pada
gambar 4.17b.
MA = 0
7
MB =  qL2
128
 7  L 
 qL2  
MT =   2  =  7 qL2
128
L 256
 7  41 
 qL2  L
MX =  128  128 
=–
287
qL2
L 16384
71
Gabungan akibat beban merata dan momen dapat digambarkan sebagaimana
gambar 4.17c, dan jika disederhanakan maka hasilnya sebagaimana gambar 4.17d,
besarnya momen yaitu :
MA = 0
7
MB =  qL2
128
9 7 2 1
MT = qL2  qL2 = qL2 = qL2
256 256 256 128
369 287
Mmax = qL2 – qL2
16384 16384
82 41
= qL2 = qL2
16384 8142

Contoh 4.6. Jika diketahui struktur jepit-sendi dengan beban merata sebagian seperti
tergambar pada gambar 4.18a, dengan beban q sebesar 8 kN/m dan panjang bentang
sebesar 10 meter. Hitung reaksi dan gambarkan gaya lintang serta momennya.
8 kN/m
B (a)
Penyelesaian : A

1. Reaksi dan Gaya Lintang


5m 5m
Reaksi perletakan merupakan jumlah dari 8 kN/m
kN/m B (b)
reaksi perletakan akibat beban merata dari gambar A
43,75
4.18c dan akibat beban momen dari gambar 4.18d.
Besarnya Momen Primer diambil dari Tabel 3.1, RA 5m 5m RB
8 kN/m
yaitu sebesar : EI EI
A B (c)
7 7
M BA  qL2 .8.10 2 = 43,75 kNm
128 128
RA 5m 5m RB
Reaksi akibat beban merata sebagian (gambar 4.16c) :
A EI EI (d)
B
 MB  0 43,75

 5 RA L RB
RA . 10 – 8.5.  5   = 0 25,62
 2
EI EI
(e)
300
RA = = 30 kN x
41
L
10 128 14,38

M A 0
Gambar 4.18. Balok Jepit-Sendi
dengan Beban Merata Sebagian
72
100
RB = = 10 kN
10
Reaksi akibat momen di B (gambar 4.16d)
M BA 43,75
RA =  = = – 4,38 kN
L 10
M BA 43,75
RB = = = 4,38 kN
L 10
Dengan demikian reaksi di A dan B, sebagai
berikut :
RA = 30 – 4,38 = 25,62 kN
RB = 10 + 4,38 = 14,38 kN
Berdasarkan hasil reaksi tersebut gaya lintang dapat digambar sebagaimana gambar 4.16e.

2. Momen
Momen merupakan gabungan dari hasil momen akibat beban merata dari gambar
4.16c, dan akibat beban momen dari gambar 4.16d. Momen maksimum akan terjadi pada
SFD sama dengan nol, yaitu terletak pada x dari A. Berdasarkan gambar 4.15e jarak x
sebagai berikut :
SFX = 0
(a
25,62 – 8 x = 0
)
9
x = 3,2 m 65
qL2 256
qL2
1024
Momen akibat beban merata (gambar 4.16c) :
(b)
MA = MB = 0 11 2 274 2 8 qL2 
5
qL2
 qL  qL 192 192
MT = 25,62 . 5 – 8 . 5 . 2,5 192 6144

(c)
= 28,10 kNm 11 2 
5
qL2
 qL 7 192
Mx = 25,62 . 3,2 – 8. 3,2 . 3,2/2 192 41
qL2192
qL2
11 2 1536
= 41,02 kNm  qL 
5
qL2
192 192
(d)
Hasil momen dapat digambarkan sebagaimana
41 7
gambar 4.19a. qL2 qL2
1536 192

Momen akibat beban momen di B (gambar


Gambar 4.19. BMD
4.18d) dapat digambarkan seperti pada gambar
4.19b.
MA = 0

73
MB = – 43,75
43,75.5
MT = – = – 21,88 kNm
10
43,75.3,2
MX = – = – 14 kNm
10
Gabungan akibat beban merata dan momen dapat digambarkan sebagaimana
gambar 4.19c, dan jika disederhanakan maka hasilnya sebagaimana gambar 4.19d,
besarnya momen yaitu : MA =0
MB = – 43,75
MT = 28,1 – 21,88 = 6,22 kNm
Mmax = 41,02 – 14 = 27,02 kNm

I. Soal Latihan
Hitung dan Gambarkan Reakasi, Gaya Lintang dan Momen Struktur yang
tergambar dibawah :
1. Struktur Jepit - Sendi dengan Satu Beban Terpusat
P
A B
EI
MBA
a b
L

2. Struktur Jepit - Sendi dengan Dua Beban Terpusat


P P
A B
MAB MBA
E E
a L-2a a
I I

3. Struktur Jepit - Sendi dengan Dua Beban Terpusat


q

A B
MAB EI
L

74
4. Struktur Struktur Balok – Cantilever dengan Beban Merata dan Beban Terpusat

10 T 10 T

3m 3m 3m

5. Struktur Balok – Cantilever dengan Beban Merata Penuh


3 T/m

6m 3m
6. Struktur Struktur Balok – Cantilever dengan Beban Merata dan Beban Terpusat

3 T/m
10 T

6 m 3m

75

Anda mungkin juga menyukai