KELOMPOK 4 :
KERJASAMA ANTARA
FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
DENGAN
FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS NUSA BANGSA
GETAS
2019
INVENTARISASI PADA HUTAN TANAMAN
A. LATAR BELAKANG
Inventarisasi hutan jati (khususnya di Jawa) mengacu pada SK Dirjen Kehutanan
No.143/Kpts/Dj/I/74 tanggal 10 Oktober 1974 tentang "Peraturan Inventarisasi Hutan Jati".
Pelaksanaan di lapangan dilakukan dengan cara “Description of Unit area” atau lebih umum
dikenai dengan istilah “Perisalahan Hutan”. Deskripsi atau perisalahan dilakukan terhadap
tegakan, tanah, lapangan, dan tumbuhan di bawah. Data hasil deskripsi dapat digunakan
untuk menentukan kelas hutan masing-masing unit petak/anak petak dan akhirnya dapat
dihitung “potensi produksi” kawasan hutan yang diinventarisasi.
Khusus untuk deskripsi tegakan, nantinya akan diukur dan dihitung jumlah pohon per
hektar (dkn), rata-rata kuadrat diameter (dkd2), kepadatan bidang dasar per hektar (kbd) dan
akhirnya dapat ditentukan volume kayu per hektarnya (m3 / ha). Selain itu juga nantinya
akan ditentukan kelas hutan untuk petak yang dirisalah. Kelas hutan adalah kelompok
ukuran-ukuran keadaan hutan yang berbeda satu dari yang lain yang dijadikan satu di dalam
ikatan wadah berbatas (petak atau anak petak), kewajaran statistik, dan tindakan terhadapnya.
Ukuran-ukuran keadaa hutan tersebut dapat berupa kesesuaian tanah, jenis umur,
pertumbuhan, kerapatan, dan riap tegakan. Dalam wadah berbatas berupa petak atau anak
petak tersebut kemungkinan akan didapati bagian-bagian dengan kesesuaian tanah untuk jenis
tanaman tertentu yang berbeda-beda. Jika perbedaan-perbedaan tersebut terletak di dalam
kewajaran statistik dan mengelompok, maka bagian ini akan diangkat sebagai kelas
kesesuaian tanah untuk jenis tanaman tertentu.
Salah satu manfaat dari kelas hutan ini adalah agar dapat ditetapkan tindakan
silvikultur yang tepat untuk suatu petak atau anak petak tertentu. Sehingga dalam satu petak
atau anak petak hanya ada satu macam kegiatan pengasuhan yang dilakukanpadanya. Dalam
pengusahaan hutan jati dikenal berbagai macam kelas hutan, namun yang paling berpengaruh
pada kegiatan perencanaan dan pengaturan hasil hanya dua macam kelas hutan, yaitu kelas
hutan produktif yang terdiri dari kelas hutan kelas umur, masak tebang, dan miskin riap, dan
kelas hutan tak produktif yang terdiri dari kelas hutan tanah kosong. Hutan kayulain, hutan
jati bertumbuhan kurang, dan lapangan tebang habis jangka Iampau.
Petunjuk Praktek Pengelolaan Hutan Lestari UNB 2019 Untuk menaksir potensi /
volume kayu per hektar pada tegakan dapat dilakukan dengan menggunakan sampel yang
terdiri dari petak ukur (PU) konvensional sesuai dengan SK Dirjen No. 143/1974. Sesuai
dengan peraturan dalam peraturan tersebut, luas petak ukur yang diterapkan tergantung pada
kelas umur tegakannya. Jarak antar petak ukur ditentukan 200x200 meter, sehingga
intensitas samplingnya juga bervariasi antara 0,5-2,5 persen. Pada praktek kali ini akan
dicoba penaksiran potensi kayu pada kawasan hutan jati dengan berbagai variasi petak ukur
sehingga dapat digunakan problematika dan cara penggunaannya di lapangan. Agar
diperoleh hasil inventarisasi hutan yang baik dan sampel yang diambil dapat mewakili
kebutuhan yang sebenarnya, maka diperlukan perencanaan tentang teknik pengambilan
sampelnya yang dikenal dengan istilah teknik sampling. Di dalam teknik pengambilan
sampel ada beberapa hal yang perlu diperhati antara lain:
a. Metode pengambilan sampel
b. Sampel Intensitas (IS)
c. Bentuk sampel
d. Ukuran sampel
Keluaran dari kegiatan inventarisasi hutan ini adalah register risalah hutan (PK 2)
yang didalamnya terkandung informasi pokok sebagai berikut: nilai derajat kesempurnaan
dari petak tersebut
a. nilai derajat kesempurnaan dari petak tersebut.
b. kelas hutan petak yang dimiliki
c. volume / ha dari petak tersebut
d. Keterangan tentang risalah tanah, lapangan, dan tanaman bawah
e. Rekomendasi mengenai pengelolaan selanjutnya untuk petak tersebut
Daftar risalah hutan ini akan menjadi bahan utama untuk kegiatan perencanaan dan
pengaturan hasil selanjutnya, termasuk juga pelatihan kegiatan pemeliharaan yang melibatkan
penjarangan.
B. TUJUAN
Melatih pelaksanaan teknik perisalahan hutan dengan menggunakan metode
konvensional (Instruksi 1974) untuk menetapkan kelas hutan (PK-2) dan volume per hektar
(m3 / ha Vst).
D. PELAKSANAAN
1. Membuat regu kerja inventarisasi hutan dengan anggota setiap regu 8-12 orang
(sesuai kebutuhan).
2. Regu merisalah jati pada petak terpilih dengan metode “uniform systematic
distribution sampling with random start”.
3. menyalin petak / anak petak terpilih yang sesuai dengan peta kerja skala 1: 10.000
dengan kertas kalkir dan ditepelkan di atas kertas milimeter.
4. Pada salinanan petak / anak petak tersebut rencanakanlah PU- PU, dengan
ketentuan sbb:
a) Bentuk PU lingkaran dengan ukuran PU bervariasi tergantung kelas
berumurmya:
KU I-II:luas PU 0,02 ha (jari -jari, r 7,98 m).
KU III-IV: luas PU 0,04 ha (jari-jari, r 11,28 m).
KU V ke atas: luas PU 0,1 ha (Gari-jari, r 17,84 m)
b) Jarak antar PU di lapangan adalah 200 m X 200 m dengan Arah jalur utara
selatan.
c) PU pertama ditentukan secara acak.
5. Mengukur diameter batang setinggi data (DBH: 1,30 m dari permukaan tanah)
semua pohon yang masuk dalam PU tersebut.
6. mengukur tinggi pohon yang termasuk kategori pohon peninggi (Oh) di dalam PU
tersebut.
7. Catat hasil pengukuran pohon - contoh pohon yang termasuk dalam PU termasuk
hasil. risalah lainnya ke dalam lembar penghitungan / blangko- blangko yang telah
disediakan.
8. Melakukan analisis data yang diperoleh, sehingga diperoleh data potensi (volume
kayu: m3 / ha) dan kelas hutannya sebagai dasar untuk pembuatan rencana
pengelolaan hutan selanjutnya
HASIL
PU 1
PU No Phn Jenis Fungsi Keliling DBH (cm) DBH (m) d2 Tinggi (m) LBDS (m)
PU 2
PU No Phn Jenis Fungsi Keliling DBH (cm) DBH (m) d2 Tinggi (m) LBDS (m)
PU 3
PU No Phn Jenis Fungsi Keliling DBH (cm) DBH (m) d2 Tinggi (m) LBDS (m)
PU 4
PU No Phn Jenis Fungsi Keliling DBH (cm) DBH (m) d2 Tinggi (m) LBDS (m)
PU 5
PU No Phn Jenis Fungsi Keliling DBH (cm) DBH (m) d2 Tinggi (m) LBDS (m)
PETAK BANTU 2
Luas
Petak: 49C No PU 2 PU: 0,02
2
No Phn Dbh (cm) Peninggi D (cm) D2 (m) LBDS
Ikat 19,73521 9 389,4786 0,0389 0,0306
1 21,00845 8 441,3551 0,0441 0,0346
Jumlah 17 0,0652
Rerata 8,5 0,04154
PETAK BANTU 3
Luas
Petak: 49D No PU 3 PU: 0,02
2
No Phn Dbh (cm) Peninggi D (cm) D2 (m) LBDS
Ikat 13,36902 9 178,7306 0,0179 0,0140
1 18,46197 11 340,8445 0,0341 0,0268
2 19,4169 13 377,0161 0,0377 0,0296
3 21,00845 11 441,3551 0,0441 0,0346
4 21,64507 13 468,5092 0,0469 0,0368
5 22,6 12 510,7601 0,0511 0,0401
6 13,68733 9 187,3429 0,0187 0,0147
7 21,32676 14 454,8308 0,0455 0,0357
Jumlah 92 0,2323
Rerata 13,5 0,03699
PETAK BANTU 4
Luas
Petak: 49C No PU 5 PU: 0,02
2
No Phn Dbh (cm) Peninggi D (cm) D2 (m) LBDS
Ikat 15,91549 11 253,303 0,0253 0,0199
1 15,91549 10 253,303 0,0253 0,0199
2 16,87042 11 284,6112 0,0285 0,0223
3 20,05352 12 402,1438 0,0402 0,0316
Jumlah 44 0,0937
Rerata 11,5 0,02983
PETAK BANTU 5
Luas
Petak: 49C No PU 5 PU: 0,02
2
No Phn Dbh (cm) Peninggi D (cm) D2 (m) LBDS
Ikat 15,91549 11 253,303 0,0253 0,0199
1 15,91549 10 253,303 0,0253 0,0199
2 16,87042 11 284,6112 0,0285 0,0223
3 20,05352 12 402,1438 0,0402 0,0316
Jumlah 44 0,0937
Rerata 11,5 0,02983
PK 1.5
1 0,02 20-Jul-19 12 12 3 0,06570679 0,05161 5 150 0,06571 2,5803 1630,8 0,02611 11,648 0,09198 2,5161 0,23143 30,05533 -29,824 49D 8,7 KU II
3 0,02 20-Jul-19 12 13,5 8 0,29593891 0,23243 5 400 0,29594 11,6215 1630,8 0,02611 11,648 0,24528 11,3323 2,77958 135,3672 -132,59 49D 8,7 KU II
4 0,02 43666 12 13 8 0,25540284 0,20059 5 400 0,2554 10,0296 1630,8 0,02611 11,648 0,24528 9,78009 2,39885 116,8253 -114,43 49D 8,7 KU II
jumlah 38,5 19 0,61704854 0,48463 15 950 0,61705 24,2314 4892,4 0,07834 34,944 0,58254 23,6285 5,40985 282,2478 -276,84 0 26,1 0
rata rata 12,8333 6,33333 0,20568285 0,16154 5 316,667 0,20568 8,07715 1630,8 0,02611 11,648 0,19418 7,87618 1,80328 94,0826 -92,279 49D 8,7 KU II
dklbds/kbd : 0,01283 49C
0,01917 49D
BON 4 Umur N BON 4 Umur d (cm) d^2 (cm) d^2 (m) BON 4 Bonita lbds
5 1596 5 12,2 5 9,08
6 6
10 913 6 10 18,8 10 13,36
8 1186,2 8 16,16 261,146 0,02611 8 11,648
BON 3 Umur N BON 3 Umur d (cm) d^2 (cm) d^2 (m) BON 3 Bonita lbds
10 1452 10 9,1 10 9,44
12 12
15 1005 12 15 11,9 15 11,17
8 1630,8 8 7,98 63,6804 0,00637 8 8,748
PK 2
Anak Luas Dirisalah Peninggi Umur dk lbds/ Kls Htn KU I s/d XII
petak (Ha) dalam (Oh) (tahun) Bon KBD Kw c.q. KU Thn tanam Jenis per Tan sela
bulan rata-rata mudaan yg dipakai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
49 C 10,5 20-Jul 10 6 4 - KU I 2013 Tebang Habis -
0,012834157
49 D 8,7 20-Jul 12,8333 12 3 0,019167027 - KU II 2007 Tebang Habis -
13 14 15
Sedang, rata, murni. Tumbuhan
Lereng, Landai, Curam, Berbukit Grumusol, Dalam, mudah 0,126454224 8,765652213
bawah: Ilalang, Rumput. Rapat
sedang, rata, murni. Tumbuhan
Lereng, Landai, Curam, Berbukit, Berombak. Grumusol, dangkal, Dalam, aerasi mudah 0,194178726 7,876175097
bawah: ilalang, Rumput. Rapat
PEMBAHASAN
Dapat disimpulkan bahwa areal Petak / Plot 49 yang diinventarisasi adalah areal hutan
yang seumur dengan kerapatan tanam yang renggang, dan ada beberapa PU yang kerapatan
jarang. Dengan system tebang habis pemanfaatan kesuburan tanah dan cuaca dibuat pola
tanaman bawah yaitu Ilalang, rumput. Selain itu areal Petak Ukur banyak ditanami jagung
sebagai pemanfaatan area dan jangka pendek.
DAFTAR PUSTAKA
Blogspot Ilmu Hutan sebagai refrensi pengenalan matera inventarisasi [diakses 21 juli, pukul
23.48 WIB].
Loetsch, F., K. E. Haller and F. Zohrer. 1973. Forest inventory. Munchen : BLV
Verlagsgesellschaft.
SK Dirjen Kehutanan No. 143/KPTS/DJ/I/74 tangggal 10 Oktober 1974 tentang Peraturan
Inventarisasi Hutan Jati.
Simon, Hasanu. 1996. Metode Inventore Hutan. Media Aditya. Yogyakarta.