Anda di halaman 1dari 19

KEGIATAN BELAJAR 4

BENTUK MOLEKUL

Capaian Pembelajaran
Menjelaskan pengaruh interaksi antar / inter molekul yang menyebabkan
sifat fisik suatu zat.

Sub Capaian Pembelajaran


1. Menentukan rumus molekul senyawa yang terbentuk melalui ikatan ion.
2. Mahasiswa mampu menganalisis ikatan kovalen polar dan kovalen
nonpolar
3. Mahasiswa mampu membedakan sifat fisika senyawa ion dan kovalen

Pokok-Pokok Materi
1. Elektron Valensi dan Geometri Molekul
2. Senyawa kovalen polar dan nonpolar
3. Sifat Fisik Senyawa Ion dan Kovalen

Uraian Materi
A. Elektron Valensi dan Geometri Molekul
Molekul yang hanya mengandung 2 atom memiliki geometri linear.
Namun, untuk molekul dengan 3 atom atau lebih, geometri molekulnya dapat
berbeda. Dasar dari pemahaman tentang geometri molekul adalah struktur Lewis.
Struktur Lewis memberikan informasi tentang pasangan-pasangan elektron ikatan
dan pasangan elektron sunyi yang ada disekitar atom pusat. Sebelum menentukan
pasangan elektron ikatan dan pasangan elektron sunyi pada suatu molekul,
terlebih dahulu harus menentukan elektron valensi dari atom-atom yang nantinya
akan bergabung menjadi molekul.
Setelah menentukan elektron valensi masing-masing atom yang akan
bergabung menjadi molekul, kita dapat menggambarkan struktur Lewis molekul
tersebut. Mulai dari menggambarkan struktur Lewis atom pusat berdasarkan
jumlah elektron valensinya sesuai dengan aturan oktet atau duplet. Kamu akan

1
mudah menentukan pasangan elektron ikatan, pasangan elektron sunyi, dan
jumlah domain elektron jika telah menggambarkan struktur Lewisnya.

Pasangan elektron ikatan

Gambar 1. Proses Pembentukan BeCl2


Perhatikan gambar 1, BeCl2 dapat terbentuk dari 1 atom Be dan 2 atom Cl. Hal ini
tergantung kepada elektron valensi atom pusatnya. Be memiliki elektron valensi
yang tidak oktet namun dapat berikatan dengan atom lain. Pada molekul BeCl2
terdapat 2 pasangan elektron ikatan disekitar atom pusat.

Domain elektron ikatan

Gambar 2. Susunan Elektron BF3(Dokumen Pribadi)


Perhatikan gambar 2, BF3 dapat terbentuk dari 1 atom B dan 3 atom F. Hal
ini tergantung kepada elektron valensi atom pusatnya. B memiliki elektron valensi
yang tidak oktet. Molekul BF3 memiliki 3 pasangan elektron ikatan, namun tidak
memiliki pasangan elektron sunyi.

2
Pada materi sebelumnya, kita telah mempelajari tentang struktur Lewis
dari suatu molekul. Struktur Lewis tersebut dapat dijadikan sebagai informasi
dalam mengidentifikasi jumlah domain elektron di sekitar atom pusat. Pasangan
elektron ini terdiri atas pasangan elektron sunyi dan pasangan elektron ikatan.
Sekarang coba perhatikan gambar 1. yaitu BeCl2. Molekul BeCl2 mempunyai
jumlah pasangan elektron ikatan 2 dan pasangan elektron sunyi 0. Untuk
selanjutnya, lengkapi Tabel 1. agar dapat mengidentifikasi jumlah domain
elektron dari suatu molekul.
Tabel 1. Pasangan Elektron disekitar atom

Jumlah
Pasangan elektron Pasangan elektron sunyi
No Molekul Pasangan
ikatan atom pusat atom pusat
elekron

1 BeCl2 2 0 2

2 SO2 ... 1 ...

3 BF3 3 ... ...

4 NH3 ... ... ...

Setiap atom-atom berikatan yang membentuk molekul akan memiliki


pasangan elektron diantaranya ada pasangan elektron ikatan dan ada juga
pasangan elektron yang tidak berikatan atau dapat kita sebut dengan pasangan
elektron sunyi. Dari beberapa molekul tersebut ada yang hanya memiliki
pasangan elektron ikatan dan ada juga yang memiliki kedua jenis pasangan
elektron tersebut. Pasangan elektron inilah yang akan membantu anda
meramalkan geometri molekul.
Perhatikanlah molekul BeCl2 dan BF3, perhatikan Be saat membentuk
molekul menjadi BeCl2 dan saat B membentuk BF3. Perhatikan elektron valensi
Be sebagai atom pusat dan B sebagai atom pusat. Setelah itu, perhatikan struktur
Lewis dari BeCl2 dan BF3.

3
Selanjutnya perhatikan Gambar 1 dan 2, hubungkan struktur Lewis dengan
pasangan elektron ikatan, pasangan elektron sunyi, dan jumlah domain elektron.
Berdasarkan contoh elektron valensi & struktur Lewis dari molekul BeCl2 dan
BCl3, kemukakan hubungan elekron valensi dan struktur Lewis.
Berdasarkan contoh struktur Lewis, pasangan elektron ikatan, pasangan elektron
sunyi, dan jumlah domain elektron, kemukakan hubungan keempatnya.
2. Pasangan elektron sunyi, pasangan elektron ikatan, dan susunan pasangan
elektron

PEI
PES

Gambar 3. Struktur Lewis SCl2


Suatu molekul terbentuk dari gabungan atom-atom yang sejenis atau tidak
sejenis melalui suatu ikatan. Pasangan elektron yang digunakan secara bersama
disebut pasangan elektron ikatan (PEI). Pasangan elektron yang tidak digunakan
untuk ikatan disebut pasangan elektron sunyi (PES).
Geometri molekul dapat diramalkan dengan teori Valency Shell Elektron
Repulsion (VSEPR). Dalam teori ini kita perlu memahami domain elektron yaitu
kedudukan elektron atau daerah keberadaan elektron disekitar atom.

Teori Valence Shell Elektron Pair Repulsion (VSEPR) atau tolakan


pasangan kulit elektron valensi adalah suatu model kimia yang digunakan untuk
menjelaskan bentuk-bentuk molekul kimiawi berdasarkan gaya tolakan
elektrostatik antar pasangan elektron. Teori ini juga dinamakan teori Gillespie-
Nyholm, dinamai atas dua orang pengembang teori ini (Brady, 2012 dan Syukri,
1999 ).

Premis utama teori VSEPR adalah bahwa pasangan


elektron valensi disekitar atom akan saling tolak menolak, sehingga susunan
pasangan elektron tersebut akan mengadopsi susunan yang meminimalisasi gaya

4
tolak menolak. Minimalisasi gaya tolakan antar pasangan elektron ini akan
menentukan geometri molekul. Jumlah pasangan elektron di sekitar atom disebut
sebagai bilangan sterik (Brady, 2012 ).
Geometri molekul atau sering disebut struktur molekul atau bentuk
molekul yaitu gambaran tiga dimensi dari suatu molekul yang ditentukan oleh
jumlah ikatan dan besarnya sudut-sudut yang ada disekitar atom pusat. Perlu
ditekankan istilah molekul hanya berlaku untuk atom-atom yang berikatan secara
kovalen. Karena hal inilah, istilah geometri molekul hanya ditujukan pada
senyawa kovalen ataupun ion-ion poliatomik. Di dalam sebuah molekul atau ion
poliatom terdapat atom pusat dan substituent-substituen. Substituent yang ada
terikat pada atom pusat. Substituent-substituen ini dapat berupa atom (misalnya
Br atau H) dan dapat pula berupa gugus (misalnya NO2).
Terkadang sulit untuk menentukan atom pusat dari suatu molekul atau ion
poliatomik.Berikut beberapa cara yang dapat digunakan untuk menentukan atom
pusat yaitu sebagai berikut.
1. Atom pusat biasanya ditulis di awal rumus formulanya.
2. Atom pusat biasanya atom yang lebih elektropositif atau kurang elektronegatif.
3. Atom pusat biasanya atom yang memiliki ukuran lebih besar dari atom atau
susbstituen-substituen yang ada. H ukuran paling kecil sehingga tidak pernah
berlaku sebagaia atom pusat.
Contoh
BeCl2 atom pusatnya adalah Be
NH3 atom pusatnya adalah N
Elektron valensi atom pusat yang digunakan pada pembentukan senyawa
kovalen terkadang digunakan untuk membentuk ikatan kadang tidak
digunakan. Elektron yang tidak digunakan ditulis sebagai pasangan elektron sunyi
(PES), sedangkan elektron yang digunakan dalam pembentukan ikatan ditulis
sebagai pasangan elektron ikatan (PEI). Selain PES dan PEI pada atom pusat
dapat pula terdapat elektron tidak berpasangan seperti pada molekul NO2.
Dalam suatu molekul elektron-elektron tersebut saling tolak-menolak
karena memiliki muatan yang sama. Untuk mengurangi gaya tolak tersebut atom–

5
atom yang berikatan membentuk struktur ruang tertentu hingga tercapai gaya
tolak yang minimum. Akibat yang ditimbulkan dari tolakan yang yang terjadi
yaitu mengecilnya sudut ikatan dalam molekul. Urutan gaya tolak dimulai dari
gaya tolak yang terbesar yaitu sebagai berikut.
1. Pasangan-pasangan elektron berusaha saling menjauhi semaksimal
mungkin.
2. Jarak yang diambil oleh pasangan elektron bergantung pada
keelektronegatifan atom yang bersangkutan.
3. Urutan elektron jarak yang diambil oleh pasangan elektron sebagai berikut
ini.
PES> PEI rangkap> PEI tunggal (Ahmad, 1992).

Dengan teori ini ternyata struktur ruang suatu senyawa dapat ditentukan
dengan memperhatikan elektron bebas dan elektron ikatan dari senyawa yang
bersangkutan. Sebagai contoh untuk menentukan bentuk molekul dari NH3
1. Tentukanlah atom pusat dan elektron valensi atom pusat ( atom N dengan
jumalah elektron valensi 5)
2. Tentukanlah jumlah atom yang terikat, tentukan jumlah elektron dari atom
pusat dan dari atom yang terikat. (5 dari N + 3 dari H = 8 elektron)
3. Tentukan jumlah pasangan elektron 8/2 =4 pasang, yang berikatan adalah 3
pasang.
4. Tentukan juga jumlah elektron yang tidak berikatan (elektron sunyi)
Bentuk molekul NH3 dapat dilihat pada gambar dibawah ini yaitu bentuk
piramid segitiga dengan susunan elektron tetrahedral.

6
Perhatikanlah Gambar 4!

Gambar 4 . Bentuk Molekul (Brady, 2012: 415-422)


Pada kegiatan pembelajaran sebelumnya kita telah mempelajari penentuan
pasangan elektron sunyi dan pasangan elektron ikatan. Pasangan-pasangan
elektron itulah yang menjadi dalam menentukan domain elektron. Sebagai contoh,
molekul CH4, NH3, dan H2O memiliki jumlah domain elektron yang sama yaitu 4.
Molekul-molekul ini memiliki jumlah pasangan elektron ikatan dan pasangan
elektron sunyi yang berbeda. Hal ini menyebabkan ketiga molekul tersebut
memiliki bentuk yang berbeda dengan sudut ikatan yang berbeda pula. Sudut
ikatan antara H – C – H dalam molekul CH4> sudut ikatan antara H – N – H
dalam molekul NH3 > sudut ikatan antara H – O – H dalam molekul H2O.
Bagaiman hubungan antara geometri molekul dengan teori domain
electron. Perhatikan gambar diatas, ada gambar geometri molekul CH4, NH3, dan
H2O. Perhatikan juga sudut ikatan yang terbentuk antara ketiga molekul tersebut.
Jelaskan kenapa ada perbedaan sudut ikatan antara CH4, NH3, dan H2O. Jelaskan
pengaruh pasangan elektron sunyi terhadap sudut ikatan. Prinsip-prinsip dasar dari
VSEPR adalah sebagai berikut ini.
1. Antar pasangan elektron pada kulit (mengambil formasi) sedemikian rupa
sehingga tolak-menolak diantaranya menjadi minimum. Susunan ruang
(geometri) pasangan elektron yang berjumlah 2 hingga 6 pasangan elektron
yang memberi tolakan minimum.
2. Pasangan elektron sunyi mempunyai gaya tolak yang sedikit lebih kuat
daripada pasangan elektron ikatan. Hal itu terjadi karena pasangan elektron

7
sunyi hanya terikat pada satu atom, sehingga gerakannya lebih leluasa. Urutan
kekuatan tolak-menolak diantara pasangan elektron adalah sebagai berikut ini.
Tolakan antarpasangan elektron sunyi > tolakan antara pasangan elektron
sunyi dengan pasangan elektron ikatan > tolakan antarpasangan elektron
ikatan.

Akibat dari perbedaan daya tolak tersebut adalah mengecilnya sudut ikatan
karena desakan dari pasangan elektron sunyi. Banyaknya jumlah pasangan
elektron sunyi pada atom pusat akan mempengaruhi sudut ikatan. Sebagai contoh
molekul CH4, NH3, dan H2O memiliki jumlah domain elektron yang sama yaitu 4
namun jumlah pasangan elektron ikatan dan pasangan elektron sunyinya berbeda.
Perhatikan Tabel 1. Geometri Molekul.
Selain teori VSEPR, teori hibridisasi juga dapat meramalkan bentuk
molekul. Hibridisasi adalah sebuah konsep bersatunya orbital-orbital
atom membentuk orbital hibrid yang baru yang sesuai dengan penjelasan
kualitatif sifat ikatan atom.Konsep orbital-orbital yang terhibridisasi sangatlah
berguna dalam menjelaskan bentuk orbital molekul dari sebuahmolekul.Konsep
ini adalah bagian tak terpisahkan dari teori ikatan valensi. Walaupun kadang-
kadang diajarkan bersamaan dengan teori VSEPR, teori ikatan valensi dan
hibridisasi sebenarnya tidak ada hubungannya sama sekali dengan teori VSEPR.
Teori hibridisasi dipromosikan oleh kimiawan Linus Pauling dalam
menjelaskan struktur molekul seperti metana (CH4).Secara historis, konsep ini
dikembangkan untuk sistem-sistem kimia yang sederhana, namun pendekatan ini
selanjutnya diaplikasikan lebih luas, dan sekarang ini dianggap sebagai sebuah
heuristik yang efektif untuk merasionalkan struktur senyawa organik.

Teori hibridisasi sering digunakan dalam kimia organik, biasanya digunakan


untuk menjelaskan molekul yang terdiri dari atom C, N, dan O (kadang kala juga
P dan S). Penjelasannya dimulai dari bagaimana sebuah ikatan terorganisasikan
dalam metana.

8
Tabel 1. Geometri Molekul (Chang, 2011: 328)

Hibrid sp3

Hibridisasi menjelaskan atom-atom yang berikatan dari sudut pandang sebuah


atom.Untuk sebuah karbon yang berkoordinasi secara tetrahedal (seperti metana,
CH4), maka karbon haruslah memiliki orbital-orbital yang memiliki simetri yang

9
tepat dengan 4 atom hidrogen. Konfigurasi keadaan dasar karbon adalah
1s2 2s2 2px1 2py1

(Perhatikan bahwa orbital 1s memiliki energi lebih rendah dari orbital 2s, dan
orbital 2s berenergi sedikit lebih rendah dari orbital-orbital 2p)

Teori ikatan valensi memprediksikan, berdasarkan pada keberadaan dua


orbital p yang terisi setengah, bahwa C akan membentuk dua ikatan kovalen, yaitu
CH2. Namun,metilena adalah molekul yang sangat reaktif (lihat pula: karbena),
sehingga teori ikatan valensi saja tidak cukup untuk menjelaskan keberadaan CH4.

Lebih lanjut lagi, orbital-orbital keadaan dasar tidak bisa digunakan untuk
berikatan dalam CH4. Walaupun eksitasi elektron 2s ke orbital 2p secara teori
mengizinkan empat ikatan dan sesuai dengan teori ikatan valensi (adalah benar
untuk O2), hal ini berarti akan ada beberapa ikatan CH4 yang memiliki energi ikat
yang berbeda oleh karena perbedaan aras tumpang tindih orbital. Gagasan ini
telah dibuktikan salah secara eksperimen, setiap hidrogen pada CH4 dapat
dilepaskan dari karbon dengan energi yang sama.

Untuk menjelaskan keberadaan molekul CH4 ini, maka teori hibridisasi


digunakan. Langkah awal hibridisasi adalah eksitasi dari satu (atau lebih)
elektron:

Proton yang membentuk inti atom hidrogen akan menarik salah satu elektron
valensi karbon. Hal ini menyebabkan eksitasi, memindahkan elektron 2s ke orbital
2p.Hal ini meningkatkan pengaruh inti atom terhadap elektron-elektron valensi
dengan meningkatkan potensial inti efektif.

Kombinasi gaya-gaya ini membentuk fungsi-fungsi matematika yang baru yang


dikenal sebagai orbital hibrid.Dalam kasus atom karbon yang berikatan dengan
empat hidrogen, orbital 2s (orbital inti hampir tidak pernah terlibat dalam ikatan)
"bergabung" dengan tiga orbital 2p membentuk hibrid sp3 (dibaca s-p-tiga).

Pada CH4, empat orbital hibrid sp3 bertumpang tindih dengan orbital 1s hidrogen,
menghasilkan empat ikatan sigma. Empat ikatan ini memiliki panjang dan
kekuatan ikatan yang sama, sehingga sesuai dengan pengamatan.

10
sama dengan

Gambar 5. Struktur Molekul CH4


(Syukri, 1999:210-219)

Tabel 2 berikut ini memperlihatkan jenis orbital hibrida dan molekul yang
terbentuk.
Tabel 2. Hibridisasi (Syukri, 1999: 219)

B. Senyawa Kovalen Polar dan Nonpolar


Kedudukan pasangan elektron ikatan tidak selalu simetris terhadap kedua
atom yang berikatan. Hal ini disebabkan karena unsur mempunyai daya tarik
elektron (keelektronegatifan) yang berbeda-beda. Salah satu akibat dari
keelektronegatifan adalah tejadinya polarisasi pada ikatan kovalen. Senyawa
kovalen ada yang besifat polar dan nonpolar. Pada senyawa kovalen nonpolar
mempunyai keelektronegatifan yang hampir sama sehingga kemampuan untuk
menarik pasangan elektron sama kuat, sedangkan pada kovalen polar mempunyai

11
keelektronegatifan yang cukup besar. Perhatikan nilai keelektronegatifan beberapa
unsur pada tabel periodic berikut ini!
H
2,1
Li Be B C N O F
1,0 1,6 2,0 2,6 3,0 3,4 4,0

Na Mg Al Si P S Cl
0,9 1,3 1,6 1,9 2,2 2,6 3,2
K Ca Ga Ge As Se Br
0,8 1,0 1,8 2,0 2,2 2,6 3,0

Rb Sr In Sn Sb Te I
0,8 1,0 1,8 2,0 2,0 2,1 2,7
Cs Ba Tl Pb Bi Po At
0,8 0,9 2,0 2,3 2,0 2,0 2,2

Fr Re
0,7 0,9

Perhatikan contoh dibawah ini!


1) Ikatan kovalen polar 2. Ikatan kovalen non polar
NH3 CH4

H H
H N°° H C H
PES
H H PEI
PEI
PEI : Pasangan Elektron Ikatan
PES : Pasangan Elektron Sunyi
1. Pada masing-masing atom pusat, apakah kedua atom pusat terdapat
pasangan elektron sunyi?

12
2. Pada dua contoh senyawa diatas, manakah yang terdapat pasangan
elektron sunyi?
3. Apa perbedaan pasangan elektron ikatan sunyi dengan paangan elektron
ikatan?
4. Dengan memperhatikan tabel keelektronegatifan, pada contoh senyawa
NH3, berapa selisih nilai keeektronegatifan antara atom N dengan atom H?
5. Dengan memperhatikan tabel keelektronegatifan, pada contoh senyawa
CH4, berapa selisih nilai keeektronegatifan antara atom C dengan atom H?
6. Senyawa yang memiliki selisih keelektronegatifan nya yang cukup besar,
termasuk dalam ikatan kovalen polar atau non polar?
7. Senyawa yang memiliki selisih keelektronegatifan nya yang hampir sama,
termasuk dalam ikatan kovalen polar atau non polar?
Tugas : Sediakan zat dibawah ini !
1. Air
2. Karbon tetrakl (CCl4)
3. Aseton
4. Cairan benzena
Tujuan : Menyelidiki kepolaran senyawa
Diskusikanlah kepolaran senyawa dengan mengamati percobaan dibawah
ini !
Alat dan Bahan:
1. Buret (dapat diganti dengan pipet tetes yang dimodifikasi)
2. Gelas kimia
3 Penggaris polietilena atau barang kaca
4. Kain wol atau kain flanel (dapat diganti dengan rambut kering/tak
berminyak)
5. Air
6. Karbon tetraklorida (CCL4)
7. Aseton
8. Cairan benzene

13
Cara Kerja:
1. Pasang buret pada kelompok masing-masing
2. Isikan air pada buret 1, CCl4 pada buret 2, aseton pada buret 3, cairan benzena
pada buret 4.
3. Gosokkan penggaris polietilena/batang kaca padaa kain wol atau rambut
sampai bermuatan
4. Alirkan zat cair dari buret dan dekatkan batang penggaris pada aliran tersenut.
Amati aliran cairan yang keluar dari buret.

Data Pengamatan:
No Zat cair Rumus Pengamatan Kesimpulan
kimia (polar/non-polar)
1 Air H2O Aliran cairan ditarik
penggaris
2 Karbon (CCl4) Aliran cairan tidak
tetraklorida ditarik penggaris
3 Aseton HCOH Aliran cairan ditarik
penggaris
4 Benzena C6H6 Aliran cairan tidak
ditarik penggaris

14
Pertanyaan Diskusi:
1. Mengapa batang penggaris polietelena/kaca bila digosok dapat menarik aliran
cairan yang keluar dari buret?
2. Mengapa senyawa polar dapat tertarik oleh medan listrik yang terdapat pada
batang penggaris/kaca?
3. Apakah zat yang diselidiki di atas termasuk senyawa yang berikatan ion atau
kovalen? Jelaskan!
4. Bagaimana senyawa ion dapat mempunyai muatan listrik padahal tidak terjadi
perpindahan elektron antara atom-atom yang berikatan? Jelaskan!

C. Sifat Fisik Senyawa Ion dan Senyawa Kovalen


1) Sifat – sifat senyawa ion
Bicara mengenai sifat dari senyawa ion, kita pasti akan menjumpai bahwa
sifat dari senyawa ion sangatlah berbeda dengan senyawa kovalen. sifat dari
senyawa ion dan senyawa kovalen pada penjelasan dibawah ini.
1. Senyawa ion memiliki titik beku dan titik didih yang tinggi
Senyawa ion umumnya memiliki titik didih dan titik beku yang cukup tinggi.
Hal ini terjadi akibat kuatnya ikatan antar ion pada senyawa ion tersebut.
Dalam senyawa ion terlibat energi kisi, yatu energi yang dilibatkan pada
pembentukan kristal padat dari ion ionnya.Semakin besar energi kisi suatu
senyawa iun , semakin tinggi titik leleh dan titik didihnya. Tingginya titik
didih dan titik beku dari senyawa ion,kuatnya ikatan antar ion ini juga
berimbas pada sifat fase dari senyawa ion. Umumnya senyawa ion memiliki
fase padat pada suhu kamar dan hal ini berbeda dengan senyawa kovalen,
umumnya senyawa kovalen memiliki fase cair atau gas pada suhu kamar.
2. Kelarutan dalam air, senyawa ion umumnya memiliki tingkat kelarutan yang
cukup tinggi di dalam air.Air merupkan molekul polar. Antara senyawa ion
dengan air terjadi gaya ion dipol. Tingginya tingkat kelarutan senyawa ion di
dalam air terjadi akibat adanya interaksi molekul-molekul polar dari air
dengan senyawa ion yang memiliki muatan positif dan muatan negatif,
interaksi ini terjadi antara muatan positif dari air dengan muatan negatif dari

15
senyawa ion dan begitu juga sebaliknya. Akibat adanya interaksi tersebut,
maka senyawa ion dapat dengan mudah larut di dalam air membentuk ion-
ion.
3. Dapat menghantarkan arus listrik, Inilah salah satu sifat dari senyawa ion
yang umum kita ketahui, senyawa ion dapat menghantarkan arus listrik
karena senyawa ion larut dalam bentuk ion-ion yang bermuatan positif dan
bermuatan negative.Arus listrik akan dibawa oleh ion-ion tersebut.Hal ini
berbeda dengan senyawa kovalen yang tidak mampu menghantar arus listrik
dikarenakan molekul-molekulnya tidak memiliki keleluasaan untuk bergerak
karena tidak memiliki muatan. Jadi intinya senyawa ion merupakan
penghantar listrik yang baik.
4. Reaksinya berlangsung cepat, umumnya senyawa ion bereaksi dalam tingkat
ion, sehingga energi yang diperlukan untuk mereaksikan senyawa ion yang
satu dengan senyawa ion yang lainya tidaklah besar seperti senyawa kovalen.
Uniknya, reaksi-reaksi yang melibatkan senyawa ion umumnya tidak
membutuhkan energi sama sekali, contohnya dapat kita lihat pada reaksi-
reaksi sederhana seperti reaksi pengendapan. Oleh karena itu reaksi kimia
pada senyawa ion berlamgsung lebih cepat dibandingkan pada senyawa
kovalen.
Contoh senyawa ion
1. Asam kuat seperti H2SO4 , HNO3 , HClO3 , HClO4 dll
2. Basa kuat seperti NaOH , KOH , RbOH , LiOH dll
3. Garam dari unsur logam seperti LiCl , KCl ,MgCl2 , SrBr2 , CaCl2 , dll
2) Sifat – sifat senyawa kovalen
1. Senyawa kovalen memiliki titik didih dan titik beku yang rendah, senyawa
kovalen umumnya memiliki titik didih dan titik beku yang cukup rendah. Hal
ini terjadi akibat lemahnya ikatan antar molekul pada senyawa kovalen
tersebut. selain menyebabkan rendahnya titik didih dan titik beku dari
senyawa kovalen,lemahnya ikatan antar molekul ini juga berimbas pada sifat
fase dari senyawa kovalen. Umumnya senyawa kovalen memiliki fase cair

16
atau gas pada suhu kamar dan hal ini berbeda dengan senyawa ion, umumnya
senyawa ion memiliki fase padat pada suhu kamar.
2. Kelarutan dalam air, senyawa kovalen umumnya memiliki tingkat kelarutan
yang cukup rendah di dalam air, terutama senyawa kovalen non polar seperti
CCl4, CH4, CO2 dll .beberapa senyawa kovalen polar seperti NH3, NO2, dan
HCl memiliki tingkat kelarutan yang cukup tinggi di dalam air. Namun jika
dibandingkan dengan senyawa ion, maka kelarutan senyawa kovalen masih
kalah jauh dibandingkan dengan senyawa ion.
3. Tidak dapat menghantarkan listrik, inilah salah satu sifat dari senyawa
kovalen yang umum kita ketahui, senyawa kovalen tidak dapat
menghantarkan arus listrik karena senyawa kovalen larut dalam bentuk
molekul-molekul yang tidak bermuatan sehingga arus listrik tidak akan bisa
dibawa oleh molekul-molekul tersebut, hal ini sangat berbeda dengan
senyawa ion yang mampu menghantar arus listrik dikarenakan ion - ionya
memiliki keleluasaan untuk bergerak karena memiliki muatan positif dan
muatan negatif. Jadi intinya senyawa kovalen merupakan penghantar listrik
yang buruk.
4. Dapat membentuk polimer atau makromolekul, senyawa organik seperti
Karbohidrat, Protein, Lemak dll merupakan salah satu senyawa
makromolekul yang terdapat pada tubuh kita. senyawa-senyawa ini
sebenarnya disusun oleh molekul- molekul kecil seperti glukosa , asam amino,
dan gliserol. molekul-molekul kecil ini merupakan salah satu senyawa
kovalen, jadi senyawa - senyawa kovalen umumnya memiliki kemampuan
untuk membentuk senyawa yang lebih besar lagi atau lebih sering kita
menyebutnya makromolekul. selain itu, senyawa kovalen juga mampu
membentuk ikatan antar sesamanya dan bergabung untuk membentuk suatu
senyawa yang lebih besar lagi yang biasa juga kita sebut sebagai
polimer.Kemampuan seperti ini tidak dimiliki oleh senyawa ion, sehingga hal
ini merupakan salah satu keunikan tersendiri dari senyawa kovalen.
5. Reaksinya berlangsung lambat, umumnya senyawa kovalen bereaksi dalam
tingkat molekul, sehingga diperlukan energi yang lebih untuk mereak4sikan

17
senyawa kovalen yang satu dengan senyawa kovalen yang lainya. selain it 2u,
untuk mereaksikan senyawa kovalen yang berwujud gas pada suhu kamar
dibutuhkan energi yang besar dan katalis agar reaksi dapat berlangsung, hal
ini dapat kita amati pada reaksi antara gas N2 dengan gas H2, untuk
mereaksikan kedua gas tersebut, dibutuhkan suhu dan tekanan yang tinggi
agar kedua gas tersebut dapat bereaksi. Oleh karena itu reaksi kimia pada
senyawa kovalen dapat dikatakan tidak secepat reaksi pada senyawa ion.
Contoh senyawa kovalen polar = H2O, NH3 , Alkohol , HCl , HF , HBr , Sukrosa ,
SO2 , Methanol , Aseton , Asam Format , Asam Asetat , N2O5 , Cl2O5 dll
Contoh senyawa kovalen non polar = H , N2 ,Cl2, Br2 , I2, CH4, CCl, BCl3 , NO2 ,
SF6, BF3, CO2 dan lain-lainya(Ahmad, 1992). Untuk lebih memahami materi
bentuk molekul, lihatlah link video!

D. Rangkuman
1. Molekul kovalen ada yang polar (berkutub) dan ada yang tidak. Kepolaran
molekul merupakan resultan kepolaran ikatan yang terdapat dalam
molekul tersebut. Kepolaran ikatan adalah akibat keelektronegatifan kedua
atom yang berikatan.
2. Disamping ikatan ion dan ikatan kovalen, terdapat ikatan lain antar atom,
yaitu ikatan hidrogen, ikatan van der waals, dan ikatan logam. Ikatan
hdrogen adalah ikatan tambahan antara hidrogen yang berikatan kovalen
dengan atom yang lain yang elektonegatif. Ikatan hidrogen antar molekul
mempengaruhi titik didih dan titik beku senyawa. ikatan van der waals
adalah gaya tarik listrik antar partikel bermuatan. Partikel itu mungkin
berupa ion, moleku dipol permanen atau dipol terinduksi. Ikatan logam
adalah ikatan antar atom-atom logam. Ikatan ini terjadi akibat atom logam
cenderung melepaskan elektron valensinya sehingga membentuk ion
positif dan elektron. Karena logam mengandung banyak elektron bebas
maka bersifat penghanntar listrik dan panas yang baik.

18
Daftar Pustaka
Brady, E. James. 1999, Kimia Universitas dan Struktur. Jakarta: Binarupa Aksara
Hiskia, Ahmad. 1992. Struktur Atom, Struktur Molekul, dan Sistem Periodik.
Bandung : Penerbit PT. Citra Aditya Bakti
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar Jilid 1. Bandung. Penerbit ITB
Tro, Nivaldo, J. 2011. Introdution Chemistry, Fouth Edition. Boston USA :
Prentice Hall
Silberbeg, Martin S. 2009. Chemistry The Molecular of Matter and Change. New
York : Mc. Graw Hill

19

Anda mungkin juga menyukai