Anda di halaman 1dari 13

Pengertian Klausa dan Jenis – Jenis Klausa

INDRIYANA RACHMAWATI 28 MEI 2016

Klausa, akan dibahas dalam artikel ini. Pernahkah kamu membuat sebuah klausa untuk tugas bahasa
indonesiamu? Apa saja yang kamu pahami tentang klausa? Di sini nanti akan dijelaskan tentang banyak
hal yang berkaitan dengan klausa. Supaya kalian bisa paham tentang jenis – jenis dari klausa. Jadi
pelajari baik – baik yaa…

Daftar Bab tampilkan

Pengertian Klausa

Klausa merupakan suatu satuan yang terdiri dari subjek dan predikat. Subjek dan predikat tersebut, baik
disertai dengan objek, pelengkap, dan keterangan, atau tidak disertai dengan ketiga hal tersebut. Klausa
berbeda dengan kalimat, sebab tidak menggunakan unsur intonasi.

Klausa menggunakan bagian dari suatu kalimat. Sama hal nya dengan pendapat lain yang menyatakan
bahwa klausa merupakan suatu kumpulan kata yang setidaknya atau sedikitnya memiliki satu objek dan
satu predikat. Klausa tidak mengandung jeda, intonasi, tempo, dan nada, seperti dalam sebuah kalimat.

Klausa terdiri dari dua bagian, yaitu klausa utama dan klausa bawahan. Masing – masing dari kedua
klausa tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

Klausa bawahan merupakan suatu klausa yang tidak dapat berdiri sendiri dan isi dalam klausa tersebut
belum lengkap.

Klausa utama merupakan suatu klausa yang dapat berdiri sendiri dan isi dari klausa tersebut dapat
dipahami.

Contoh dari klausa utama dan klausa bawahan, yaitu sebagai berikut:

Ketika hujan turun, para siswa memakai jas hujan dengan baik.

Ketika hujan turun (merupakan klausa bawahan)

Para siswa memakai jas hujan dengan baik (merupakan klausa utama)

Baik klausa utama maupun klausa majemuk, dapat digunakan dalam kalimat majemuk bertingkat dan
campuran. Dalam sebuah kalimat majemuk, klausa utama dapat disebut juga sebagai induk kalimat,
klausa atasa, maupun klausa utama.

Selanjutnya, selain klausa utama dalam dapat digunakan dalam sebuah kalimat majemuk, klausa
bawahan pun juga bisa. Dalam kalimat majemuk, klausa bawahan merupakan bentuk perluasan dari
satu fungsi yang ada dalam kalimat. Klausa bawahan dapat dikatakan sebagai anak kalimat. Bahkan,
klausa bawahan juga dapat ditandai dengan menggunakan kata sambung.

Klausa bawahan dinamakan dengan anak kalimat, disebabkan kedudukannya yang rendah dalam kalimat
majemuk bertingkat. Sedangkan klausa utama memiliki kedudukan yang lebih tinggi dalam kalimat
majemuk bertingkat.

Namun, baik antara klausa utama maupun klausa bawahan dapat menempati posisi di awal sebuah
kalimat. Bagaimanakah penulisannya? Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut, apabila klausa
utama menjadi awal dalam sebuah kalimat, maka perlu diberikan tanda koma.

Tanda koma digunakan sebagai pemisah antarklausa utama dari klausa bawahan. Selanjutnya, jika di
awal kalimat merupakan suatu klausa bawahan, maka penggunaan tanda koma sebagai pemisah antar
klausa bawahan dengan klausa utama.

Terdapat beberapa kata penghubung yang dapat digunakan dalam sebuah kalimat majemuk bertingkat
yang disesuaikan dengan fungsi dari kata penghubung, yaitu

Untuk menyatakan waktu, antara lain dapat menggunakan setelah, sesudah, sejak

Untuk menyatakan syarat atau kondisional, antara lain dapat menggunakan jika, asal, apabila.

Jika menyatakan pengandaian, antara lain dapat menggunakan seandainya dan andaikan.

Untuk menyatakan tujuan, antara lain dapat menggunakan supaya dan agar.

Untuk menyatakan perlawanan, antara lain dapat menggunakan meskipun dan sekalipun.

Untuk menyatakan alasan, antara lain dapat menggunakan sebab dan karena.

Untuk menyatakan akibat, antara lain dapat menggunakan sampai dan maka.

Untuk menyatakan perbandingan, antara lain dapat menggunakan bagaikan dan ibarat.

Sudah paham kan tentang pengertian dari klausa.Jadi klausa itu dapat berbentuk satu subjek maupun
satu predikat. Klausa juga berbeda dengan kalimat. Namun, ada juga klausa yang dapat berubah menjadi
kalimat mayor, yang dapat kamu jumpai ketika mempelajari jenis – jenis dari klausa. Selanjutnya, kita
akan belajar tentang jenis – jenis dari klausa. Silahkan diperhatikan baik – baik pembahasan di bawah ini.

Pelajari juga: Pengertian dan Jenis – Jenis Konjungsi

Jenis – Jenis Klausa

Terdapat beberapa jenis dari klausa. Nah, perbedaan jenis klausa tersebut dibedakan berdasarkan
struktur dan berdasarkan pada kategori yang menjadi predikat dalam klausa. Berdasarkan pada
strukturnya, klausa dibedakan menjadi dua hal.
Apa sajakah itu? Yaitu klausa bebas dan klausa terikat. Klausa bebas merupakan suatu klausa yang
mempunyai unsur –unsur yang lengkap. Unsur lengkap tersebut setidaknya memiliki subjek dan
predikat. Sehingga, klausa memiliki kemampuan untuk menjadi suatu kalimat mayor.

Contoh dari klausa bebas yang mampu menjadi kalimat mayor, sebagai berikut.

Adikku masih sehat dan kakakku gagah berani. Klausa tersebut dalam menjadi kalimat mayor dengan
cara diberikan intonasi di akhir. Yaitu sebagai berikut.

Adikku masih sehat.

Kakakku gagah berani.

Selanjutnya, setelah dijelaskan tentang klausa bebas, akan dijelaskan kembali tentang klausa terikat.
Klausa terikat memiliki struktur yang tidak lengkap. Unsur yang terkandung dalam klausa dapat berupa
subjek saja maupun keterangan saja.

Berbeda dengan klausa bebas yang dapat menjadi kalimat mayor. Klausa terikat tidak mampu menjadi
kalimat mayor. Klausa terikat dapat diketahui dari adanya konjungsi atau penghubung antarkata,
antarklausa, antarfrase, dan antarkalimat yang terdapat di depannya.

Kemudian, perbedaan klausa dapat dibedakan berdasarkan kategori unsur yang mampu menjadi
predikat, dapat dibedakan menjadi lima klausa. Klausa – klausa tersebut yaitu klausa nominal, klausa
verbal, klausa ajektival, klausa adverbial, dan klausa preposisional. Masing – masing jenis klausa dapat
dijelaskan sebagai berikut.

1. Klausa verbal

merupakan suatu klausa yang predikatnya menggunakan kategori verbal. Contoh klausa verbal yaitu:
kakak menari, ayam itu bertelur, dan ayah mandi.

Klausa verbal ini masih dibedakan menjadi dua, disebabkan adanya berbagai tipe verba, yaitu klausa
transitif dan klausa intransitif.

Klausa transitif merupakan suatu klausa yang predikatnya berwujud verba transitif atau yang
memerlukan objek. Contoh: Ani membaca buku keterampilan.

Klausa intransitif merupakan suatu klausa yang predikatnya berwujud verba intransitif atau yang tidak
memerlukan objek. Contoh: Budi berlari – lari.

2. Klausa nominal

merupakan suatu klausa yang predikatnya berwujud suatu nomina atau fase nominal. Contoh: Kamu
sekarang guru fisika.

3. Klausa adjektival
merupakan suatu klausa yang predikatnya sebagai kategori ajektif, baik berwujud kata maupun frase.
Contoh: Kantor sudah panas sekali.

4. Klausa adverbial

merupakan suatu klausa yang predikatnya berwujud adverbia. Klausa adverbial jumlah sangat terbatas
dalam bahasa Indonesia. Hal tersebut sejalan dengan jumlah kata maupun frase adverbial yang memang
tidak dalam jumlah yang banyak. Contoh dari klausa adverbial yaitu nakalnya keterlaluan sekali.

5. Klausa preposisional

merupakan suatu klausa yang predikatnya berwujud frase yang sebagai kategori preposisi. Contoh: Ulvi
di kamar, Ibu ke pasar, dan Anton dari Jakarta. Klausa preposisional dalam ditemukan dalam ragam
bahasa yang tidak baku. Klausa perposisional dapat menjadi klausa verbal, jika dilengkapi dengan
keterangan ada, datang, dan pergi.

6. Klausa numeral

merupakan suatu klausa yang predikatnya berwujud kata maupun frase numeralia. Contoh klausa
numeral, yaitu tunjangannya dua juta sebulan, mobilnya sepuluh buah. Kontruksi dalam klausa numeral
dianggap keliru dalam bahasa Indonesia baku. Sebab yang benar adalah tunjangannya adalah dua juta
sebulan, mobilnya ada sepuluh buah. Kata dengan dan ada menunjukkan pada verba, sehingga klausa
numeral tersebut dinamakan dengan klausa verbal. Sama halnya dengan klusa preposisional, klausa
numeral juga ditemukan dalam ragam bahasa indonesia yang tidak baku.
Pengertian Klausa dan Jenis – Jenis Klausa

INDRIYANA RACHMAWATI 28 MEI 2016

Klausa, akan dibahas dalam artikel ini. Pernahkah kamu membuat sebuah klausa untuk tugas bahasa
indonesiamu? Apa saja yang kamu pahami tentang klausa? Di sini nanti akan dijelaskan tentang banyak
hal yang berkaitan dengan klausa. Supaya kalian bisa paham tentang jenis – jenis dari klausa. Jadi
pelajari baik – baik yaa…

Daftar Bab tampilkan

Pengertian Klausa

Klausa merupakan suatu satuan yang terdiri dari subjek dan predikat. Subjek dan predikat tersebut, baik
disertai dengan objek, pelengkap, dan keterangan, atau tidak disertai dengan ketiga hal tersebut. Klausa
berbeda dengan kalimat, sebab tidak menggunakan unsur intonasi.

Klausa menggunakan bagian dari suatu kalimat. Sama hal nya dengan pendapat lain yang menyatakan
bahwa klausa merupakan suatu kumpulan kata yang setidaknya atau sedikitnya memiliki satu objek dan
satu predikat. Klausa tidak mengandung jeda, intonasi, tempo, dan nada, seperti dalam sebuah kalimat.

Klausa terdiri dari dua bagian, yaitu klausa utama dan klausa bawahan. Masing – masing dari kedua
klausa tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

Klausa bawahan merupakan suatu klausa yang tidak dapat berdiri sendiri dan isi dalam klausa tersebut
belum lengkap.

Klausa utama merupakan suatu klausa yang dapat berdiri sendiri dan isi dari klausa tersebut dapat
dipahami.

Contoh dari klausa utama dan klausa bawahan, yaitu sebagai berikut:

Ketika hujan turun, para siswa memakai jas hujan dengan baik.

Ketika hujan turun (merupakan klausa bawahan)

Para siswa memakai jas hujan dengan baik (merupakan klausa utama)

Baik klausa utama maupun klausa majemuk, dapat digunakan dalam kalimat majemuk bertingkat dan
campuran. Dalam sebuah kalimat majemuk, klausa utama dapat disebut juga sebagai induk kalimat,
klausa atasa, maupun klausa utama.

Selanjutnya, selain klausa utama dalam dapat digunakan dalam sebuah kalimat majemuk, klausa
bawahan pun juga bisa. Dalam kalimat majemuk, klausa bawahan merupakan bentuk perluasan dari
satu fungsi yang ada dalam kalimat. Klausa bawahan dapat dikatakan sebagai anak kalimat. Bahkan,
klausa bawahan juga dapat ditandai dengan menggunakan kata sambung.
Klausa bawahan dinamakan dengan anak kalimat, disebabkan kedudukannya yang rendah dalam kalimat
majemuk bertingkat. Sedangkan klausa utama memiliki kedudukan yang lebih tinggi dalam kalimat
majemuk bertingkat.

Namun, baik antara klausa utama maupun klausa bawahan dapat menempati posisi di awal sebuah
kalimat. Bagaimanakah penulisannya? Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut, apabila klausa
utama menjadi awal dalam sebuah kalimat, maka perlu diberikan tanda koma.

Tanda koma digunakan sebagai pemisah antarklausa utama dari klausa bawahan. Selanjutnya, jika di
awal kalimat merupakan suatu klausa bawahan, maka penggunaan tanda koma sebagai pemisah antar
klausa bawahan dengan klausa utama.

Terdapat beberapa kata penghubung yang dapat digunakan dalam sebuah kalimat majemuk bertingkat
yang disesuaikan dengan fungsi dari kata penghubung, yaitu

Untuk menyatakan waktu, antara lain dapat menggunakan setelah, sesudah, sejak

Untuk menyatakan syarat atau kondisional, antara lain dapat menggunakan jika, asal, apabila.

Jika menyatakan pengandaian, antara lain dapat menggunakan seandainya dan andaikan.

Untuk menyatakan tujuan, antara lain dapat menggunakan supaya dan agar.

Untuk menyatakan perlawanan, antara lain dapat menggunakan meskipun dan sekalipun.

Untuk menyatakan alasan, antara lain dapat menggunakan sebab dan karena.

Untuk menyatakan akibat, antara lain dapat menggunakan sampai dan maka.

Untuk menyatakan perbandingan, antara lain dapat menggunakan bagaikan dan ibarat.

Sudah paham kan tentang pengertian dari klausa.Jadi klausa itu dapat berbentuk satu subjek maupun
satu predikat. Klausa juga berbeda dengan kalimat. Namun, ada juga klausa yang dapat berubah menjadi
kalimat mayor, yang dapat kamu jumpai ketika mempelajari jenis – jenis dari klausa. Selanjutnya, kita
akan belajar tentang jenis – jenis dari klausa. Silahkan diperhatikan baik – baik pembahasan di bawah ini.

Pelajari juga: Pengertian dan Jenis – Jenis Konjungsi

Jenis – Jenis Klausa

Terdapat beberapa jenis dari klausa. Nah, perbedaan jenis klausa tersebut dibedakan berdasarkan
struktur dan berdasarkan pada kategori yang menjadi predikat dalam klausa. Berdasarkan pada
strukturnya, klausa dibedakan menjadi dua hal.
Apa sajakah itu? Yaitu klausa bebas dan klausa terikat. Klausa bebas merupakan suatu klausa yang
mempunyai unsur –unsur yang lengkap. Unsur lengkap tersebut setidaknya memiliki subjek dan
predikat. Sehingga, klausa memiliki kemampuan untuk menjadi suatu kalimat mayor.

Contoh dari klausa bebas yang mampu menjadi kalimat mayor, sebagai berikut.

Adikku masih sehat dan kakakku gagah berani. Klausa tersebut dalam menjadi kalimat mayor dengan
cara diberikan intonasi di akhir. Yaitu sebagai berikut.

Adikku masih sehat.

Kakakku gagah berani.

Selanjutnya, setelah dijelaskan tentang klausa bebas, akan dijelaskan kembali tentang klausa terikat.
Klausa terikat memiliki struktur yang tidak lengkap. Unsur yang terkandung dalam klausa dapat berupa
subjek saja maupun keterangan saja.

Berbeda dengan klausa bebas yang dapat menjadi kalimat mayor. Klausa terikat tidak mampu menjadi
kalimat mayor. Klausa terikat dapat diketahui dari adanya konjungsi atau penghubung antarkata,
antarklausa, antarfrase, dan antarkalimat yang terdapat di depannya.

Kemudian, perbedaan klausa dapat dibedakan berdasarkan kategori unsur yang mampu menjadi
predikat, dapat dibedakan menjadi lima klausa. Klausa – klausa tersebut yaitu klausa nominal, klausa
verbal, klausa ajektival, klausa adverbial, dan klausa preposisional. Masing – masing jenis klausa dapat
dijelaskan sebagai berikut.

1. Klausa verbal

merupakan suatu klausa yang predikatnya menggunakan kategori verbal. Contoh klausa verbal yaitu:
kakak menari, ayam itu bertelur, dan ayah mandi.

Klausa verbal ini masih dibedakan menjadi dua, disebabkan adanya berbagai tipe verba, yaitu klausa
transitif dan klausa intransitif.

Klausa transitif merupakan suatu klausa yang predikatnya berwujud verba transitif atau yang
memerlukan objek. Contoh: Ani membaca buku keterampilan.

Klausa intransitif merupakan suatu klausa yang predikatnya berwujud verba intransitif atau yang tidak
memerlukan objek. Contoh: Budi berlari – lari.

2. Klausa nominal

merupakan suatu klausa yang predikatnya berwujud suatu nomina atau fase nominal. Contoh: Kamu
sekarang guru fisika.
3. Klausa adjektival

merupakan suatu klausa yang predikatnya sebagai kategori ajektif, baik berwujud kata maupun frase.
Contoh: Kantor sudah panas sekali.

4. Klausa adverbial

merupakan suatu klausa yang predikatnya berwujud adverbia. Klausa adverbial jumlah sangat terbatas
dalam bahasa Indonesia. Hal tersebut sejalan dengan jumlah kata maupun frase adverbial yang memang
tidak dalam jumlah yang banyak. Contoh dari klausa adverbial yaitu nakalnya keterlaluan sekali.

5. Klausa preposisional

merupakan suatu klausa yang predikatnya berwujud frase yang sebagai kategori preposisi. Contoh: Ulvi
di kamar, Ibu ke pasar, dan Anton dari Jakarta. Klausa preposisional dalam ditemukan dalam ragam
bahasa yang tidak baku. Klausa perposisional dapat menjadi klausa verbal, jika dilengkapi dengan
keterangan ada, datang, dan pergi.

6. Klausa numeral

merupakan suatu klausa yang predikatnya berwujud kata maupun frase numeralia. Contoh klausa
numeral, yaitu tunjangannya dua juta sebulan, mobilnya sepuluh buah. Kontruksi dalam klausa numeral
dianggap keliru dalam bahasa Indonesia baku. Sebab yang benar adalah tunjangannya adalah dua juta
sebulan, mobilnya ada sepuluh buah. Kata dengan dan ada menunjukkan pada verba, sehingga klausa
numeral tersebut dinamakan dengan klausa verbal. Sama halnya dengan klusa preposisional, klausa
numeral juga ditemukan dalam ragam bahasa indonesia yang tidak baku.
Pengertian, Struktur, Unsur-Unsur, dan Ciri Kebahasaan Teks Cerita (Novel) Sejarah

Pengertian, Struktur, Unsur-Unsur, dan Ciri Kebahasaan Teks Cerita (Novel) Sejarah | Kali ini kami akan
membahas tentang Pengertian, Struktur, Unsur-Unsur, dan Ciri Kebahasaan Cerita (Novel) Sejarah.
Sebagian besar penjelasan di sini diambil dari buku pelajaran Bahasa Indonesia kurikulum 2013. Semoga
artikel ini bisa membantu Anda memahami tema dimaksud.

Pengertian dan Struktur Teks Cerita Sejarah

Pada pembelajaran kali ini, kita akan belajar tentang tema yang berhubungan dengan masa lalu dan
sangat erat hubungannya dengan kehidupan saat ini, yaitu teks cerita (novel) sejarah. Melalui cerita
sejarah, kita bisa mengetahui bagaimana kisah para pendahulu yang tidak hanya mementingkan
kehidupan pribadinya, tetapi juga berjuang untuk kehidupan rakyat yang lebih makmur. Dari kisah
perjalanan hidup mereka, kita bisa menyikapi kehidupan nyata sekarang dengan cara meneladani sosok
tokoh yang diceritakan dalam teks cerita sejarah. Oleh karena itu, kita tidak selayaknya melupakan
sejarah. Sebab dalam sejarah banyak terkandung cerminan kehidupan yang mestinya dilihat dan ditiru
oleh generasi saat ini.

Baca Juga

Pengertian, Struktur, dan Ciri-Ciri Kebahasaan Teks Biografi

Pengertian, Struktur, Macam-Macam, dan Unsur Kebahasaan Drama

Pengertian, Unsur, dan Cara Merancang Sebuah Novel

Teks cerita sejarah adalah teks yang menceritakan suatu peristiwa sejarah yang terjadi di masa lampau
dan tetap berpijak pada fakta. Peristiwa sejarah tersebut disusun secara kronologis berdasarkan urutan
waktu terjadinya dan peristiwa tersebut memiliki makna penting bagi kehidupan masyarakat. Sebuah
teks dapat disebut teks sejarah apabila memenuhi struktur yang berlaku. Dalam teks sejarah juga
terdapat ciri kebahasaan yang membedakannya dengan teks yang lain.

Teks cerita sejarah mengisahkan sebuah fakta sejarah manusia yang bersumber dari realisasi diri,
kebebasan dan keputusan daya rohani yang menceritakan kisah masa lampau, studi tentang sebab dan
akibat dalam bentuk teks cerita sejarah. Penyusunannya didasarkan pada fakta dan data yang objektif.
Contoh novel sejarah yang beredar adalah Hulubalang Raja karya Nur St. Iskandar, Ken Arok (Cinta dan
Takhta) karya Zhaenal Fanani, Gajah Mada, Sumpah di Manguntur karya Langit Kresna Hariadi.

Strukter teks cerita sejarah non-fiksi hampir sama denga teks cerita sejarah fiksi. Struktur cerita sejarah
non-fiksi yaitu : 1) disajikan secara kronologis atau urutan peristiwa atau urutan kejadian; 2) bentuk teks
cerita ulang; dan 3) struktur teks orientasi, urutan peristiwa, reorientasi. Sedangkan struktur teks cerita
fiksi berfungsi membangun terbentuknya sebuah teks cerita yang baik, yaitu meliputi: orientasi,
rangkaian kejadian yang saling berkaitan, komplikasi, dan resolusi. Pembahasannya adalah sebagai
berikut:

a. Orientasi

Pada bagian orientasi terdapat gambaran umum tentang peristiwa yang diceritakan pada sebuah teks
cerita sejarah.

b. Urutan peristiwa

Bagian ini isinya menceritakan kronologi peristiwa sejarah yang disusun sesuai urutan waktu.

c. Komplikasi

Bagian ini menyampaikan berbagai permasalahan yang menimbulkan konflik.

d. Reorientasi

Bagian ini merupakan penegasan ulang pada teks cerita sejarah. Bagian ini bukan merupakan struktur
yang harus ada dalam teks cerita sejarah sehingga tidak semua cerita sejarah terdapat bagian
reorientasi.

Baca Juga: Pengertian, Struktur, dan Ciri-Ciri Kebahasaan Teks Biografi

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam meyusun sebuah cerita sejarah. Antara lain sebagai
berikut:
1. Kejadian-kejadian diceritakan dalam urutan kronologis dari awal sampai akhir. Beberapa peristiwa
juga perlu diatur menurut urutan kronologis.

2. Sekelompok fakta (peristiwa) perlu ada penentuan fakta kausal (penyebab)-fakta peristiwa-fakta
penyebab.

3. Jika uraian berupa deskriptif-naratif, maka perlu ada proses serialisasi, yaitu mengurutkan peristiwa
berdasarkan prinsip-prinsip di atas.

4. Dua peristiwa atau lebih yang terjadi secara bersamaan perlu dituturkan secara terpisah.

5. Apabila satu peristiwa sangat kompleks, terjadi atas banyak kejadian kecil, maka perlu dikoreksi
mana yang perlu disoroti karena dipandang penting.

6. Unit waktu dan unit ruang dapat dibagi atas subunit tanpa menghilangkan kaitannya atau dalam
kerangka umum suasana terjadinya.

7. Untuk memberi struktur pada waktu maka perlu dilakukan periodisasi waktu berdasarkan kriteria
tertentu.

8. Suatu peristiwa dengan lingkup waktu dan ruang yang cukup besar sering memerlukan pembabakan
atau episode-episode, seperti gerakan sosial tentu mengalami masa awal penuh keresahan sosial,
munculnya pemimpin dan ideologi, masa akselerasi politik, konfrontasi, dan massa reda.

9. Perkembangan ekonomi sering memperlihatkan garis pasang surut semacam gelombang yang lazim
disebut konjungtor. Di samping itu, perubahan sosial memakan waktu lebih lama sebelum tampak jelas
perubahan strukturalnya. Perubahan yang mendesak, total dan radikal lebih tepat disebut revolusi.
10. Dalam perkembangan metodologi sejarah mutakhir ternyata pengkajian sejarah tidak lagi semata-
mata membuat deskripsi naratif, tetapi lebih banyak menyusun deskripsi analisis. Dalam melaksanakan
proses penulisan, satu hal yang juga penting untuk diperhatikan adalah pemakaian pendekatan. Pada
umumnya pendekatan yang dipakai harus bersifat multidimensional sehingga pembahasannya lebih
bulat dan utuh. Pendekatan multidimensional ini juga penting untuk menghindarkan dari determinisme
tertentu yang hanya memandang bahwa satu peristiwa atau permasalahan seolah-olah hanya
disebabkan oleh satu faktor tertentu saja.

Unsur-Unsur Teks Cerita Sejarah

Setiap ukarya sastra memiliki dua unsur pembangun. Pertama, unsur intrinsik, yaitu hal-hal yang
membangun karya sastra itu dari dalam. Kedua unsur ekstrinsik, yaitu unsur yang mempengaruhi karya
sastra dari luar. Unsur ekstrinsik karya sastra yaitu faktor-faktor sosiologi, ideologi, politik, ekonomi,
kebudayaan dan lain-lain yang turut berperan dalam penciptaan karya sastra. Unsur ekstrinsik itu
merupakan latar belakang dan sumber informasi bagi karya sastra yang tidak dapat diabaikan karena
memiliki nilai dan pengaruhnya. Walaupun penting, unsur ekstrinsik tidak menjadi dasar eksistensi
sebuah karya sastra. Eksisitensi sebuah karya sastra terletak pada unsur intrinsiknya tanpa mengabaikan
unsur ekstrinsiknya. Selanjutnya menurut Renne Wellek (1995: 85), nilai-nilai ekstrinsik secara umum
yang sering dimunculkan dalam karya sastra berbentuk teks cerita sejarah adalah nilai pendidikan, nilai
politik, nilai patriotik, dan nilai moral.

Sedangkan unsur intrinsiknya sama dengan unsur intrinsik dalam karya sastra yang lain, seperti tema,
tokoh, latar/setting, alur/plot, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat.

Ciri Kebahasaan dalam Teks Cerita Sejarah

Dalam novel sejarah terdapat ciri kebahasaan yang membedakannya dengan teks yang lain. Ciri-cirinya
adalah menggunakan kata/kelompok kata nomina untuk menggambarkan peristiwa sejarah secara rinci.
Kelompok kata dalam teks cerita sejarah adalah kelompok kata nomina dan kelompok kata verba.
Terdapat tiga jenis kelompok nomina: 1) kelompok nomina modifikatif, misalnya rumah besar, dua
botol, ruang makan, dan lain-lain; 2) kelompok kata koordinatif (tidak saling menerangkan), misalnya:
lahir batin, sandang pangan, sarana prasarana, hak dan kewajiban, adil dan makmur, dan lain-lain; 3)
kelompok nomina apositif, sebagai keterangan yang ditambahkan atau diselipkan, misalnya: Sinta,
teman sekelasku, pergi berlibur ke Bali.
Menggunakan kalimat simpleks dan kalimat kompleks. Kalimat simpleks adalah kalimat yang memiliki
konjungsi koordinatif atau kata penghubung koordinatif. Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang
menghubungkan dua unsur kalimat atau lebih yang kedudukannya setara atau sederajat. Misalnya
penanda hubungan penambahan (dan), penanda hubungan pendampingan (serta), penanda hubungan
pemilihan (atau), penanda hubungan pertentangan (padahal, sedangkan, bahkan, namun). Sedangkan
kalimat kompleks adalah kalimat yang terdiri dari lebih satu aksi, peristiwa, atau keadaan sehingga
mempunyai lebih dari satu verba utama dalam satu struktur. Kalimat kompleks ini lebih dikenal dengan
kalimat majemuk.

Menggunakan kata rujukan. Kata rujukan ialah kata yang merujuk pada kata lain yang telah diungkapkan
sebelumnya. Kata rujukan dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:

1. Rujukan benda atau hal, yaitu kata yang menyatakan nama dari seseorang, tempat atau semua
benda dan segala yang dibendakan, misalnya: ini, itu, tersebut.

2. Rujukan tempat, yaitu kata yang menyatakan atau merujuk pada kata tempat dimana kejadian itu
berlangsung, misalnya: di sini, di situ, di sana.

3. Rujukan personel atau orang atau yang diperlakukan seperti orang, yaitu kata yang merujuk pada
tokoh dalam sebuah cerita yang mengalami kejadian atau peristiwa tertentu. Misalnya: aku, dia,
mereka, beliau, dlsb.

Anda mungkin juga menyukai