Martha E. O. Parera (1720333638) Merisa Setyara (1720333643)
Maulida Fajrin (1720333639) Moris Rahmat Affandi (1720333644) Medina Nurfa M. Ibrahim (1720333640) Nabila Karsan (1720333645) Melisa Yuliyani (1720333641) Nadya Agustina (1720333646) Mella Christanti (1720333642) Niken Claudya E. (1720333647)
PROGRAM PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA 2017 NO. PARAMETER DEFINISI ANGKA NORMAL IMPLIKASI KLINIK Hiperurisemia dapat terjadi pada leukemia, limfoma, syok, kemoterapi, metabolit asidosis dan kegagalan fungsi ginjal yang signifi kan Asam urat terbentuk dari penguraian akibat penurunan ekskresi atau peningkatan asam nukleat. Konsentrasi urat dalam produksi asam urat. Pria ; ≥ 15tahun:3,6- serum meningkat bila terdapat kelebihan Nilai asam urat di bawah nilai normal tidak 1 Asam urat 8,5mg/dL produksi atau destruksi sel (contoh : bermakna secara klinik. Wanita(> 18 tahun) : 2,3- psoriasis, leukemia) atau Obat yang dapat meningkatkan kadar urat 6,6 mg/dL ketidakmampuan mengekskresi urat darah meliputi: tiazid, salisilat (< 2 g/hari), melalui ginjal. etambutol, niasin dan siklosporin. Obat yang dapat menurunkan kadar urat darah meliputi: allopurinol, probenesid, sulfinpirazon dan salisilat (> 3 g/hari). 2 Kalsium Kation kalsium terlibat dalam kontraksi Nilai normal : 8,8 – 10,4 Hiperkalsemia terutama terjadi akibat otot, fungsi jantung, transmisi impuls hiperparatiroidisme atau neoplasma (kanker). saraf dan pembekuan darah. Lebih mg/dL Penyebab lain meliputi paratiroid adenoma kurang 98-99% dari kalsium dalam tubuh SI unit : 2,2 – 2,6 mmol/L atau hyperplasia (terkait dengan terdapat dalam rangka dan gigi. Sejumlah hipofosfatemia), penyakit hodgkin, multiple 50% dari kalsium dalam darah mieloma, leukemia, penyakit addison, penyakit terdapat dalam bentuk ion bebas dan paget, respiratori asidosis, metastase tulang, sisanya terikat dengan protein. Hanya imobilisasi dan terapi dengan diuretik tiazid. kalsium dalam bentuk ion bebas yang Hipokalsemia dapat diakibatkan oleh dapat digunakan dalam proses hiperfosfatemia, alkalosis, osteomalasia, fungsional. penggantian kalsium yang tidak mencukupi, Penurunan konsentrasi serum albumin 1 penggunaan laksatif, furosemide, dan g/dL menurunkan konsentrasi total pemberian kalsitonin. Pseudohipokalsemia serum kalsium lebih kurang 0,8 mEq/dL. kadang-kadang ditemukan bila konsentrasi albumin rendah karena adanya gabungan kalsium dengan albumin. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar kalsium : - Hormon paratiroid bekerja pada tulang untuk melepaskan kalsium ke dalam darah, meningkatkan absorpsi kalsium di usus dan meningkatkan reabsorbsi kalsium di ginjal. - Vitamin D menstimulasi absorpsi kalsium di usus. - Estrogen meningkatkan simpanan kalsium dalam tulang - Androgen, glukokortikoid dan kelebihan hormon tiroid dapat menyebabkan hipokalsemia dan kekurangan kalsium dalam tulang. Jika diperlukan kadar kalsium terion, pH darah haruslah diukur secara bersamaan. 3 Phosfat Fosfat dibutuhkan untuk pembentukan Nilai normal: 2,3 – 4,7 o Hiperfosfatemia dapat terjadi pada gangguan jaringan tulang, metabolism glukosa dan fungsi ginjal, uremia, kelebihan asupan fosfat, mg/dL. Untuk anak-anak lemak, pemeliharaan keseimbangan asam hipoparatirodisme, hipokalsemia, kelebihan basa serta penyimpanan dan transfer 4,0- 7,0 mg/dL. Tingkat asupan vitamin D, tumor tulang, respiratori, energi dalam tubuh. Sekitar 85% total asidosis, asidosis laktat, dan terapi bifosfonat. siaga kurang dari 1,0 fosfor dalam tubuh terikat dengan o Hiperfosfatemia dapat terjadi pada kalsium. Bila kadar fosfat diperiksa maka mg/dL. hiperparatiroidisme, rickets, koma diabetik, nilai serum kalsium juga harus diperiksa. hyperinsulinisme, pemberian glukosa iv secara terus-menerus pada non diabetik, antasida, tahap- tahap diuretik pada luka bakar parah dan respiratori alkalosis. 4 Kreatinin Tes ini untuk mengukur jumlah kreatinin Nilai normal : 0,6 – 1,3 Konsentrasi kreatinin serum meningkat pada dalam darah. Kreatinin dihasilkan gangguan fungsi ginjal baik mg/dL SI : 62-115 μmol/L selama kontraksi otot skeletal melalui karena gangguan fungsi ginjal disebabkan oleh pemecahan kreatinin fosfat. Kreatinin nefritis, penyumbatan diekskresi oleh ginjal dan konsentrasinya saluran urin, penyakit otot atau dehidrasi akut. dalam darah sebagai indikator fungsi • Konsentrasi kreatinin serum menurun akibat ginjal. Pada kondisi fungsi ginjal normal, distropi otot, atropi, malnutrisi kreatinin dalam darah ada dalam atau penurunan masa otot akibat penuaan. jumlah konstan. Nilainya akan meningkat • Obat-obat seperti asam askorbat, simetidin, pada penurunan fungsi ginjal. levodopa dan metildopa dapat Serum kreatinin berasal dari masa otot, mempengaruhi nilai kreatinin pada pengukuran tidak dipengaruhi oleh diet, atau laboratorium walaupun aktivitas dan diekskresi seluruhnya tidak berarti ada gangguan fungsi ginjal. melalui glomerulus. Tes kreatinin • Nilai kreatinin boleh jadi normal meskipun berguna terjadi gangguan fungsi ginjal untuk mendiagnosa fungsi ginjal karena pada pasien lanjut usia (lansia) dan pasien nilainya mendekati glomerular fi ltration malnutrisi akibat penurunan rate (GFR). masa otot. Kreatinin adalah produk antara hasil • Kreatinin mempunyai waktu paruh sekitar satu peruraian kreatinin otot dan hari. Oleh karena itu fosfokreatinin diperlukan waktu beberapa hari hingga kadar yang diekskresikan melalui ginjal. kreatinin mencapai kadar Produksi kreatinin konstan selama masa normal untuk mendeteksi perbaikan fungsi ginjal otot yang signifi kan. konstan. Penurunan fungsi ginjal akan Pedoman Interpretasi Data Klinik | 53 • Kreatinin serum 2 - 3 mg/dL menunjukan menurunkan ekskresi kreatinin. fungsi ginjal yang menurun 50 % hingga 30 % dari fungsi ginjal normal. • Konsentrasi kreatinin serum juga bergantung pada berat, umur dan masa otot. 5 Magnesium Magnesium dibutuhkan bagi ATP Nilai normal: 1,7 - 2,3 Hipermagnesemia dapat terjadi pada gagal ginjal, sebagai sumber energi. Magnesium juga diabetik asidosis, mg/dL SI unit : 0,85 – 1,15 berperan dalam metabolisme karbohidrat, pemberian dosis magnesium (antasida) yang sintesa protein, sintesa asam nukleat, mmol/L besar, insufi siensi ginjal, dan kontraksi otot. Defi siensi hipotiroidisme dan dehidrasi. magnesium dalam diet normal jarang • Hipomagnesemia dapat terjadi pada diare, terjadi, tetapi hemodialisis, sindrom diet fosfat yang tinggi dapat menurunkan malabsorbsi obat (kondisi tersebut mengganggu absorpsi magnesium. Magnesium absorbsi tiazid, amfoterisin juga mengatur iritabilitas neuromuskular, B, cisplatin), laktasi, pankreatitis akut, menyusui, mekanisme penggumpalan darah alkoholik kronik dan absorbsi kalsium. • Defi siensi magnesium dapat menyebabkan hipokalemia yang tidak jelas dan menyebabkan iritabilitas neuromuskular yang parah • Peningkatan magnesium dapat memberikan efek sedatif, menekan aktivitas jantung dan neuromuskular • Untuk mencegah aritmia, pemberian magnesium sulfat i.v tidak lebih dari 2 g/jam • Hipomagnesia menyebabkan aritmia ventrikuler. 6 Kolesterol Nilai normal : <130 mg/dL Nilai LDL tinggi dapat terjadi pada penyakit SI: < 3,36 mmol/L pembuluh darah koroner atau LDL (low Nilai batas : 130 - 159 hiperlipidemia bawaan. Peninggian kadar dapat density mg/dL SI: 3,36 - 4,11 terjadi pada sampel yang mmol/L diambil segera. Hal serupa terjadi pula pada lipoprotein) Risiko tinggi: ≥160 mg/dL hiperlipoproteinemia tipe Ha dan Hb, DM, hipotiroidism, sakit kuning SI: ≥ 4,13 mmol/L yang parah, sindrom nefrotik, hiperlipidemia bawaan dan idiopatik serta penggunaan kontrasepsi oral yang mengandung estrogen. • Penurunan LDL dapat terjadi pada pasien dengan hipoproteinemia atau alfa-beta-lipoproteinemia. HDL (High Nilai normal : Dewasa: 30 - Terdapat hubungan antara HDL – kolesterol dan penyakit arteri koroner density 70 mg/dL SI = 0,78 - 1,81 • Peningkatan HDL dapat terjadi pada alkoholisme, sirosis bilier primer, lipoprotein) mmol/L tercemar racun industri atau poliklorin hidrokarbon. Peningkatan kadar HDL juga dapat terjadi pada pasien yang menggunakan klofi brat, estrogen, asam nikotinat, kontrasepsi oral dan fenitoin. • Penurunan HDL terjadi dapat terjadi pada kasus fi brosis sistik, sirosis hati, DM, sindrom nefrotik, malaria dan beberapa infeksi akut. Penurunan HDL juga dapat terjadi pada pasien yang menggunakan probucol, hidroklortiazid, progestin dan infus nutrisi parenteral. Trigliserida Nilai normal : Dewasa yang Trigliserida meningkat dapat terjadi pada pasien diharapkan yang mengidap sirosis Pria : 40 - 160 mg/dL SI: alkoholik, alkoholisme, anoreksia nervosa, sirosis 0,45 - 1,80 mmol/L bilier, obstruksi bilier, Wanita : 35 - 135 mg/dL trombosis cerebral, gagal ginjal kronis, DM, Sindrom Down’s, hipertensi, SI: 0,4 - 1,53 mmol/L hiperkalsemia, idiopatik, hiperlipoproteinemia (tipe I, II, III, IV, dan V), penyakit penimbunan glikogen (tipe I, III, VI), gout, penyakit iskemia hati hipotiroidism, kehamilan, porfi ria akut yang sering kambuh, sindrom sesak nafas, talasemia mayor, hepatitis viral dan sindrom Werner,s • Kolestiramin, kortikosteroid, estrogen, etanol, diet karbohidrat, mikonazol i.v, kontrasepsi oral dan spironolakton dapat meningkatkan trigliserida. • Penurunan trigliserida dapat terjadi pada obstruksi paru kronis, hiperparatiroidism, hipolipoproteinemia, limfa ansietas, penyakit parenkim hati, malabsorbsi dan malnutrisi. • Vitamin C, asparagin, klofi brat dan heparin dapat menurunkan konsentrasi serum trigliserida. 7 Total serum Penetapan kadar protein dalam serum 1. Dewasa: Protein total: biasanya mengukur protein total, dan Protein total: 6,0-8,0 g/dL protein o Penurunan Kadar: malnutrisi berkepanjangan, albumin atau globulin yang berdasarkan Albumin: 3,5-5,0 g/dL pembiasan cahaya oleh protein yang larut 2. Anak kelaparan, diet rendah protein, sindrom dalam serum. Penetapan ini sebenarnya Protein total: 6,2-8,0 g/dL malabsorbsi, kanker gastrointestinal, kolitis mengukur nitrogen karena protein berisi Albumin : 4,0-5,8 g/dL asam amino, dan asam amino berisi 3. Bayi : ulseratif, penyakit Hodgkin, penyakit hati yang nitrogen. Total protein terdiri atas Protein total: 6,0-6,7 g/dL berat, gagal ginjal kronis, luka bakar yang parah, albumin (60%) dan globulin (40%). Albumin : 4,4-5,4 g/dL 4. Neonatus: intoksikasi air. Protein total: 4,6-7,4 g/dL o Peningkatan Kadar: dehidrasi Albumin : 2,9-5,4 g/dL (hemokonsentrasi), muntah, diare, mieloma multipel, sindrom gawat pernapasan, sarkoidosis. Albumin: o Penurunan Kadar: sirosis hati, gagal ginjal akut, luka bakar yang parah, malnutrisi berat, preeklampsia, gangguan ginjal, malignansi tertentu, kolitis ulseratif, enteropati kehilangan protein, malabsorbsi. Pengaruh obat : penisilin, sulfonamid, aspirin, asam askorbat. o Peningkatan Kadar: dehidrasi, muntah yang parah, diare berat. Pengaruh obat : heparin. 8 Aterial blood Aterial blood gases mengukur keasaman 1. Tekanan parsial oksigen a. Saturasi Oksigen (SaO2) gases (pH), kadar oksigen, dan karbondioksida (PaO2) > 80 mmHg (> 10,6 Implikasi Klinik: dalam darah dari arteri. Tes ini kPa) • Saturasi oksigen digunakan untuk digunakan untuk memeriksa seberapa 2. Tekanan parsial karbon mengevaluasi kadar oksigenasi baik kadar oksigen dalam paru-paru yang dioksida (PaCO2) 35-45 hemoglobin dan kecukupan oksigen pada dapat bergerak ke dalam darah dan mmHg (4,6-5,9 kPa). jaringan mengeluarkan karbondioksida dalam 3. pH: 7,35-7,45. • Tekanan parsial oksigen yang terlarut di plasma darah. 4. Bikarbonat (HCO3): 22- menggambarkan jumlah 26 mEq/L (22-26 oksigen yang terikat pada hemoglobin. mmol/L). b. Tekanan Parsial Oksigen (PaO2) 5. Kandungan oksigen Penurunan nilai PaO2 dapat terjadi pada (O2CT): 15-22 ml/100ml penyakit paru obstruksi kronik darah (6,6-9,7 mmol/L). (PPOK), penyakit obstruksi paru, anemia, 6. Saturasi oksigen hipoventilasi akibat gangguan (O2Sat): 95%-100% (0,95- fisik atau neuromuskular dan gangguan fungsi 1,00). jantung. Nilai PaO2 kurang dari 40 mmHg perlu mendapat perhatian khusus. Peningkatan nilai PaO2 dapat terjadi pada peningkatan penghantaran O2 oleh alat bantu (contoh: nasal prongs, alat ventilasi mekanik), hiperventilasi, dan polisitemia (peningkatan sel darah merah dan daya angkut oksigen). c. Tekanan Parsial Karbon Dioksida (PaCO2) Penurunan nilai PaCO2 dapat terjadi pada hipoksia, anxiety/nervousness dan emboli paru. Nilai kurang dari 20 mmHg perlu mendapat perhatian khusus. Peningkatan nilai PaCO2 dapat terjadi pada gangguan paru atau penurunan fungsi pusat pernafasan. Nilai PaCO2 > 60 mgHg perlu mendapat perhatian. Umumnya, peningkatan PaCO2 dapat terjadi pada hipoventilasi sedangkan penurunan nilai menunjukkan hiperventilasi. Biasanya penurunan 1 mEq HCO3 akan menurunkan tekanan PaCO2 sebesar 1,3 mmHg. d. pH Umumnya nilai pH akan menurun dalam keadaan asidemia (peningkatan pembentukan asam) • Umumnya nilai pH meningkat dalam keadaan alkalemia (kehilangan asam) • Bila melakukan evaluai nilai pH, sebaiknya PaCO2 dan HCO3 diketahui juga untuk memperkirakan komponen pernafasan atau metabolik yang mempengaruhi status asam basa. e. Karbon Dioksida Peningkatan kadar CO2 dapat terjadi pada muntah yang parah, emfi sema, dan aldosteronisme Penurunan kadar CO2 dapat terjadi pada gagal ginjal akut, diabetik asidosis dan hiperventilasi Peningkatan dan penurunan dapat terjadi pada penggunaan nitrofurantoin. f. Anion GAP Nilai anion gap yang tinggi (dengan pH tinggi) menunjukkan penciutan volume ekstraseluler atau pada pemberian penisilin dosis besar. • Anion gap yang tinggi dengan pH rendah merupakan manifestasi dari keadaan yang sering dinyatakan dengan singkatan "MULEPAK", yaitu: akibat asupan metanol, uremia, asidosis laktat, etilen glikol, paraldehid, intoksikasi aspirin dan ketoasidosis • Anion gap yang rendah dapat terjadi pada hipoalbuminemia, dilution, hipernatremia, hiperkalsemia yang terlihat atau toksisitas litium • Anion gap yang normal dapat terjadi pada metabolik asidosis akibat diare, asidosis tubular ginjal atau hiperkalsemia. g. Sistem buffer bikarbonat Peningkatan bikarbonat menunjukan asidosis respiratori akibat penurunan ventilasi Penurunan bikarbonat menunjukan adanya alkalosis respiratori (akibat peningkatan ventilasi alveolar dan pelepasan CO2 dan air) atau adanya asidosis metabolik (akibat akumulasi asam tubuh atau hilangnya bikarbonat dari cairan ekstraseluler).