1. Bagaimana proses penentuan jangkah gamelan dari gaya yogyakarta, surakarta, sunda, dan kromatis
2. Bagaimana Pengaruh jangkah gamelan terhadap musikalitas gamelan gaya yogyakarta, surakarta,
sunda, dan kromatis
3. Bagaimana pengaruh jangkah gamelan terhadap laras dan patet gamelan gaya yogyakarta, surakarta,
dan sunda
1. Raharja, "Larasan dan embat gamelan keraton yogyakarta" (Disertasi untuk memenuhi sebagaIan
persyaratan mencapai derajad S-3 Program Studi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa, Program
Pascasarjana, Universitas Gajah Mada Yogyakarta, 2014
Segala sesuatu yang berkaitan dengan konsep musikal, fungsi, musikalitas, dan mediumnya (gamelan)
didasarkan pada budaya orang jawa. Elemen keindahan musikal disebut rasa larasan dan embat. Analisis
frekuensi membuktikan setiap kategori rasa dapat diidentifikasi melalui tinggi atau rendahnya nada, jarak
jangkauan gembyang atau pola gembyangannya.
2. DR. Mantle hood,Slendro Dan Pelog Redefined(Belanda:Selected Report Institute of Etnomusicology UCLA,1966)
vol 1, no.1.
Pelog mempunyai sifat mineur semu sedih , halus, menyayat dalam irama gendhing-gendhingnya. Selain
itu pendapat mengenai pelog juga dijabarkan oleh DR. Mantle Hood Dalam thesisinya yang berjudul
‘Slendro dan Pelog Redefined’ disimpulkan bahwa jauh sebelum masuk alat musik yang dibawa oleh
bangsa pendatang orang Jawa setelah mengenal alat tabuhan yang bernada pelog. Laras pelog
merupakan laras dalam penyajian komposisi karawitan, kebanyakan lebih merasa enak atau meniknati
laras pelog dalam bentuk komposisi yang menurut Manthel Hood laras tersebut kemungkinan lebih dulu
dari laras selendro sehingga masyarakat lebih mudah menikmati dan merasakan laras pelog tersebut.
Dalam pembuatan komposisi menjadi lebih leluasa dan sebagai penciptaannya sebagai dampak dari
inovasi seniman yang membentuk panutan dan contoh atau sebagai inspirasi para seniman lain pada
setiap jamannya.
Laras pelog dan salendro sebelumnya telah dijabarkan pada buku Bothekan I pada bab III oleh Rahayu
Supanggah. Dijelaskan oleh supanggah mengenai kegunaan laras yang merupakan unsur utama dalam
karawitan. Laras di dalam buku tersebut terutama laras pada karawitan yaitu pelog dan slendo
disebutkan memiliki makna berarti jamak, setidaknya ada 3 makna didalamnya, yaitu bersifat enak untuk
diniikmati dan dihayati, yang kedua nada yang ditentukan frekunsinya. (penunggul, gulu, dhadha, pelog,
lima, nem, dan barang), makna ketiga susunan nadanya telah ditentukan. Laras di dalam laras pelog
memiliki 7 nada namun ada pula yang menyebutkan bahwa pelog memiliki 5 nada hal ini masih menjadi
perdebatan, dilihat dari intrumen gender, siter, yang hanya mengunakan lima nada, terdapat juga
pernyataan yang menyatakan bahwa hampir lebih dari 80% gendhing dalam laras pelog melibatkan
keseluruhan 7 nada.