Laporan Kasus - Siti Makkiah - 1830912320120 PDF
Laporan Kasus - Siti Makkiah - 1830912320120 PDF
Oleh :
Siti Makkiah
1830912320120
Pembimbing :
BANJARMASIN
2019
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I: PENDAHULUAN........................................................................ 1
A. DEFINISI ......................................................................................... 4
B. KLASIFIKASI ................................................................................. 4
C. EPIDEMIOLOGI ............................................................................. 6
E. PATOFISIOLOGI ............................................................................ 8
G. DIAGNOSIS .................................................................................... 13
H. TERAPI .......................................................................................... 14
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
iv
DAFTAR SINGKATAN
EF : Ejection Fraction
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
perubahan dalam banyak bidang setiap saat, perubahan ini membuat negara
dapat diselesikan penyakit tidak menular sudah banyak bermunculan. Salah satu
baru sebanyak 426 dari 741 (57,5%) kasus keganasan yang didiagnosis antara
tahun 2007-2010. Dari semua kasus leukemia akut tersebut, acute myeloblastic
perjalanan penyakit dapat diketahui berapa lama pasien dapat bertahan hidup.
Pada pasien leukemia angka ketahanan hidup yang dipakai sebagai tolak ukur
adalah 5 tahun. Jika seseorang penderita dapat bertahan selama 5 tahun sejak
1
mendapatkan pengobatan maka pasien tersebut dinyatakan sembuh dari
leukemia.1
meningkat menjadi sekitar 70%. Peningkatan ini telah dicapai akibat stratifikasi
risiko yang lebih baik dan intensifikasi rejimen kemoterapi. Perawatan AML pada
masa anak-anak harus disesuaikan dengan berbagai faktor risiko biologis untuk
menghindari perawatan yang berlebihan pada pasien dengan prognosis yang baik
dan memberikan kemoterapi yang memadai untuk meningkatkan hasil terapi pada
Untuk 5 tahun yang sama tingkat ketahanan hidup untuk pasien yang
didiagnosa AML adalah sekitar 14%. Perbedaan ketahanan hidup pada pasien
leukemia dapat disebabkan beberapa hal diantaranya adalah usia saat terdiagnosis,
jenis kelamin, ras dan tipe leukemia, selain itu ketahanan hidup penderita
leukemia tergantung pada kelengkapan terapi, dan respon terhadap terapi dan
pengobatan.1
ketersediaan obat, adanya efek samping, serta perawatan yang lama. Efek samping
terjadinya relaps (kambuh). Relaps merupakan pertanda yang kurang baik bagi
penyakit AML dan dapat terjadi sekitar 20% pada penderita AML yang diterapi.4
2
B. Tujuan Penulisan
komplikasi.
C. Manfaat Penulisan
medis maupun paramedis terkait pendekatan diagnosis melalui deteksi dini dan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
ditandai dengan diferensiasi dan proliferasi abnormal sel induk hematopoetik yang
penekanan dan penggantian komponen sumsum tulang belakang yang normal. Pada
kebanyakan kasus AML, tubuh memproduksi terlalu banyak sel darah putih yang
disebut myeloblast yang masih bersifat imatur. Sel-sel darah yang imatur ini tidak
sebaik sel darah putih yang telah matur dalam melawan adanya infeksi. Pada AML,
mielosit (yang dalam keadaan normal berkembang menjadi granulosit) berubah menjadi
ganas dan dengan segera akan menggantikan sel-sel normal di sumsum tulang. 8,9
B. Klasifikasi
genetik somatik yang mendasarinya, serta perilaku klinis. Standar proses diagnostik
sitogenetika dan karakterisasi molekul dari leukemia yang berasal dari sumsum tulang
atau darah tepi10 Setiap pasien AML dapat diklasifikasikan berdasarkan morfologi,
diferensiasi dan maturasi sel leukemia yang dominan dalam sumsum tulang, serta
penelitian sitokimia. Mengetahui subtipe AML sangat penting, karena dapat membantu
4
Klasifikasi AML yang sering digunakan adalah klasifikasi yang dibuat oleh
menjadi 7 subtipe.12-17 dan ada pula klasifikasi dari World Health Organization (WHO),
diklasifikasikan AML sesuai dengan garis keturunan sel asal dan tahap diferensiasi di
5
Tabel 2.2 Klasifikasi AML menurut FAB10
C. Epidemiologi
Berdasarkan data International agency for research on cancer WHO pada tahun
2008 Insiden leukemia diseluruh dunia adalah 5 per 100.000 penduduk dengan angka
kematian 3,6 per 100.000 penduduk. Insidens leukemia di Australia pada tahun 2002
adalah sebesar 11,6 per 100.000 penduduk. Diikuti negara-negara lain yaitu
Newzealand 10,1, Eropa Barat 85, Asia Timur 5, dan Asia Tenggara 2,7.1
Berdasarkan data statistik rumah sakit dalam Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS)
tahun 2006, kasus leukemia (5,93%) berada pada peringkat kelima setelah kanker
payudara, kanker leher rahim, kanker hati dan saluran empedu intrahepatik, limfoma
6
non Hodgkin dari seluruh pasien kanker rawat inap rumah sakit di Indonesia.1 Melalui
kanker yang paling banyak terjadi pada anak dengan usia dibawah 15 tahun (30-40%)
disusul tumor otak (10-15%) pada anak dan kanker retinoblastoma (10-12%).1 Di
AML terhadap leukemia akut sebesar 27,7%.7 Proporsi ini cukup tinggi apabila
D. Faktor Risiko
Sampai saat ini beum diketahui apa yang menjadi penyebab terjadinya leukemia
pada manusia namun ada beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian
leukemia. Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini. Berikut
Radiasi dosis tinggi : Radiasi dengan dosis sangat tinggi, seperti waktu bom atom di
Jepang pada masa perang dunia ke-2 menyebabkan peningkatan insiden penyakit ini.
Terapi medis yang menggunakan radiasi juga merupakan sumber radiasi dosis tinggi.
Sedangkan radiasi untuk diagnostik (misalnya rontgen), dosisnya jauh lebih rendah dan
heksaklorosiklokeksan
Kemoterapi : Pasien kanker jenis lain yang mendapat kemoterapi tertentu dapat
7
Namun pemberian kemoterapi jenis tersebut tetap boleh diberikan dengan pertimbangan
rasio manfaat-risikonya.
Faktor keluarga / genetik : pada kembar identik bila salah satu menderita AML maka
kembarannya berisiko menderita leukemia pula dalam 5 tahun, dan insiden leukemia
pada saudara kandung meningkat 4 kali bila salah satu saudaranya menderita AML.
Sindrom Down : Sindrom Down dan berbagai kelainan genetik lainnya yang
asfiksia post partum, berat badan lahir >4500 gram, dan hipertensi saat hamil dan ibu
cell yang jarang ditemukan. Jenis virus lainnya yang dapat menimbulkan leukemia
pada sumsum tulang. Penyakit ini sering didefinisikan sebagai pre-leukemia. Orang
E. Patofisiologi
Sel darah berasal dari sel induk hematopoesis pluripoten yang kemudian
berdiferensiasi menjadi induk limfoid dan induk mieloid (non limfoid) multipoten. Sel
induk limfoid akan membentuk sel T dan sel B, sel induk mieloid akan berdiferensiasi
8
Sel darah putih atau leukosit merupakan salah satu komponen dalam darah yang
berfungsi sebagai pembasmi bibit penyakit / bakteri yang masuk ke dalam jaringan RES
(sistem retikuloendotel) melalui darah dan juga sebagai pengangkut / membawa zat
lemak dari dinding usus melalui limpa terus ke pembuluh darah. Leukosit dibentuk di
dalam sumsum tulang dan disimpan dalam sumsum sampai diperlukan di sistem
sirkulasi. Berdasarkan jenis granula dalam sitoplasma dan bentuk intinya, leukosit
leukosit yang memiliki granula sitoplasma yang terdiri dari neutrofil, eosinofil, dan
basofil sedangkan agranulosit merupakan leukosit tanpa granula sitoplasma yang terdiri
Leukemia terjadi akibat adanya proliferasi sel leukosit yang abnormal, dan ganas
yang belum diketahui penyebabnya. Bila hal ini terjadi maka maturasi sel dapat
terganggu, sehingga jumlah sel darah putih immatur meningkat dan menekan
pembentukan sel darah normal dalam sumsum tulang. Sel immatur tersebut dapat
masuk kedalam sirkulasi darah yang kemudian menginfiltrasi organ tubuh sehingga
AML merupakan leukemia yang terjadi pada seri myeloblastic, meliputi neutrofil,
myeloid terhenti pada sel-sel muda (blast) akibat terjadinya akumulasi blast di sumsum
Sel kanker ini kemudian dilepaskan ke dalam aliran darah dan berpindah ke organ
9
lainnya, dimana mereka melanjutkan pertumbuhannya dan membelah diri.
Mereka bisa membentuk tumor kecil (kloroma) di dalam atau tepat dibawah kulit dan
bisa menyebabkan meningitis, anemia, gagal hati, gagal ginjal dan kerusakan organ
lainnya.25
10
Gambar 2.2 Patofisiologi AML2
sumsum tulang yang cepat dan hebat, akan tetapi dapat pula disebabkan oleh infiltrasi
F. Gejala Klinis
Gejala pertama biasanya terjadi karena sumsum tulang gagal menghasilkan sel
darah yang normal dalam jumlah yang memadai. Gejala pasien leukemia bevariasi
tergantung dari jumlah sel abnormal dan tempat berkumpulnya sel abnormal tersebut.
Adapun gejala-gejala umum yang dapat ditemukan pada pasien AML antara lain 11,26,27:
mengeluhkan kelemahan badan dan malaise waktu pertama kali ke dokter. Rata-rata
didapati keluhan ini timbul beberapa bulan sebelum simptom lain atau diagnosis AML
11
dapat ditegakkan. Gejala ini disebabkan anemia, sehingga beratnya gejala kelemahan
b. Demam
ini timbul karena infeksi bakteri akibat granulositopenia atau netropenia. Pada waktu
demam juga didapatkan gejala keringat malam, pusing, mual dan tanda-tanda infeksi
lain.
c. Perdarahan
Gejala lain yang sering terjadi adalah fenomena perdarahan, dimana penderita
mengeluh sering mudah gusi berdarah, lebam, ptekie, epitaksis, purpura dan lain-lain.
badan ini tidak begitu hebat dan jarang merupakan keluhan utama. Penurunan berat
badan juga sering bersama-sama gejala anoreksia akibat malaise atau kelemahan badan.
e. Nyeri tulang
Nyeri tulang dan sendi didapatkan pada 20 % penderita AML. Rasa nyeri ini
disebabkan oleh infiltrasi sel-sel leukemik dalam jaringan tulang atau sendi yang
12
Pada pemeriksaan fisik, simptom yang jelas dilihat pada penderita adalah pucat
karena adanya anemia. Pada keadaan anemia yang berat, bisa didapatkan simptom
kardiorespirasi seperti sesak nafas, takikardia, palpitasi, murmur, sinkope dan angina.
b. Pembesaran organ-organ
atau limfonodi bisa terjadi akibat infiltrasi sel-sel leukemik pada penderita AML.
Hepatomegali jarang memberikan gejala begitu juga spleenomegali kecuali jika terjadi
infark.
Deposit sel leukemik pada kulit sering terjadi pada subtipe AML tertentu,
misalnya leukemia monoblastik (FAB M5) dan leukemia mielomonosit (FAB M4).
Kelainan kulit yang didapatkan berbentuk lesi kulit, warna ros atau populer ungu,
multiple dan general, dan biasanya dalam jumlah sedikit. Hipertrofi gusi akibat infiltrasi
sel-sel leukemia dan bisa dilihat pada 15 % penderita varian M5b, 50 % M5a dan 50 %
M4. Namun hanya didapatkan sekitar 5 % pada subtipe AML yang lain.24
G. Diagnosis
Diagnosis AML dapat ditegakkan melalui pemeriksaan darah rutin, sediaan darah
13
minimal dan leukemia myeloblastic/limpoid (mixed, biphenotype). Keabnormalan
H. Terapi
kemoterapi dan transplantasi sumsum tulang pada sebagian kasus yang terindikasi.
kemoterapi sangat rendah. Sejak mulai ada jaminan kesehatan bagi warga kurang
kausatif. Anak yang menderita AML memerlukan terapi intensif dengan menekan
14
produksi sumsum tulang dan melakukan perawatan di rumah sakit.26 Terapi supportif
dilakukan untuk menjaga balance cairan melalui infus dan menaikkan kadar Hb pasien
melalui tranfusi darah. Pada AML, terapi supportif tidak menunjukkan hasil yang
yang muncul seperti seperti demam, infeksi, perdarahan, leukositosis dan sindrom
tumor lisis, selain itu kemajuan terapi juga ditentukan oleh penggunaan antibiotik
spektrum luas dengan segera dan transfusi trombosit sebagai profilaksis juga
memegang peranan penting dalam upaya survival.26 Yang paling penting adalah terapi
kausatif yaitu dilakukannya kemoterapi yang terbagi atas fase induksi dan fase
pasien AML.24 Karena penyakit ini berkembang dengan sangat cepat, maka pasien
Keluaran dari terapi AML menunjukkan angka kematian tinggi yaitu 54% dan
angka loss to follow-up 37%. Kematian pada fase induksi dan fase konsolidasi
merupakan yang tertinggi yaitu masing-masing 38% dan 34%. Penyebab utama
kematian adalah infeksi berat atau sepsis (62%) dan perdarahan akibat
pada anak dapat mengalami angka remisi total sebesar 75-90%. Pada beberapa pasien
yang tidak berhasil mengalami remisi, setengah populasinya akan mengalami leukemia
resistan dan separuhnya lagi akan meninggal akibat komplikasi penyakit tersebut atau
akibat efek samping pengobatan itu sendiri.26 Pasien dianggap remisi apabila hasil
aspirasi sumsum tulang setelah menjalani 1 blok fase induksi, jumlah sel blast
menunjukkan kurang dari 5%. Apabila sel blast >5% dianggap gagal remisi4 Faktor
15
prognostik untuk menilai kemungkinan gagal remisi pada AML adalah pasien yang saat
didiagnosis memiliki jumlah trombosit <20.000/μL, jenis kelamin laki-laki, AML M5,
hepatomegali, dan sel blast >15% pada 14 hari pasca kemoterapi fase induksi. Angka
remisi yang rendah kemungkinan terkait dengan jenis protokol yang diberikan, faktor
Kemungkinan lain penyebab angka remisi yang rendah adalah toksisitas obat
besar pasien yang menjalani fase induksi pada umumnya mengalami aplasia berat dan
menderita infeksi berat. Komplikasi infeksi banyak terjadi karena tidak adanya fasilitas
ruang isolasi yang baik. Faktor lain yang diduga menyebabkan angka remisi rendah
adalah ketersediaan obat kemoterapi. Sebagian besar pasien tidak mampu membeli obat
Kemoterapi pada AML sering menimbulkan efek samping yang bervariasi tiap
individu antara lain rambut rontok, mulut kering, luka pada mulut (stomatitis), susah
pendarahan, lebih mudah terkena infeksi, hilangnya nafsu makan, dan kerusakan hati.24
Pengobatan pasien dengan AML seringkali membuat penderita lebih sakit sebelum
mereka membaik. Penderita menjadi lebih sakit karena pengobatan menekan aktivitias
sumsum tulang, sehingga jumlah sel darah putih semakin sedikit (terutama granulosit)
regimen terapi untuk anak digunakan cytarabine dan anthracyclin yang dikombinasikan
16
dengan agen lain seperti etoposide dan atau thioguanine. Anthracycline yang paling
Tantangan paling besar dalam terapi AML pada anak adalah untuk
tulang. Pada prakteknya, kebanyakan pasien yang diterapi dengan kemoterapi intensif
setelah remisi dicapai karena hanya sebagian subset yang cocok dengan donor
1. Terapi Induksi
sebagai sel blast dalam sumsum tulang 1.000/μL, dan trombosit ≥ 100.000/μL. Terapi
arabinoside atau cytarabine dan anthracycline antibiotic). Untuk pasien usia 18-60 tahun
idarubicin 10-12 mg/ m2, atau anthracenedione mitoxantrone 10-12 mg/m2 ), dan 7 hari
standar terapi induksi. Respons komplit tercapai pada 60-80% pasien dewasa yang lebih
muda. Untuk pasien usia 60-74 tahun terapi yang diberikan serupa dengan pasien yang
lebih muda, terapi induksi terdiri dari 3 hari anthracycline (daunorubicin 45-60 mg/m2
atau alternatifnya dengan dosis ekuivalen) dan 7 hari cytarabine 100-200 mg/m2 infus
kontinu). Penurunan dosis dapat dipertimbangkan secara individual. Pada pasien dengan
status performa kurang dari 2 serta tanpa komorbiditas, respons komplit tercapai pada
17
Kedua jenis obat ini dimasukkan melalui CVC (Central venous catheter) atau
central line. Selama dilakukan terapi induksi, pasien juga diberikan allopurinol.
Allopurinol bukan obat kemoterapi. Obat ini diberikan untuk membantu mencegah
pembentukan kembali produk-produk sel leukimia yang sudah hancur dan membantu
2. Terapi Konsolidasi
eradikasi minimal residual leukemia dalam sumsum tulang. Biasanya untuk mencegah
kekambuhan, digunakan regimen yang sama dan dosis kemoterapi yang sama atau lebih
tinggi seperti yang digunakan pada terapi induksi. Pada beberapa kasus dimana risiko
a. Terapi Nutrisi
Peningkatan yang signifikan dalam massa lemak jangka panjang (komposisi tubuh yang
berubah) telah dilaporkan pada pasien anak dengan leukemia yang diberikan steroid
18
Hormon leptin adalah pengatur utama nafsu makan dan rasa kenyang.
Peningkatan kadar leptin mengatur nafsu makan dan meningkatkan pemanfaatan energi.
Penelitian pada pasien kanker telah menunjukkan bahwa kadar leptin tidak meningkat
selama penurunan berat badan yang menunjukkan bahwa hormon leptin tidak terlibat
mucositis oral. Mucositis adalah peradangan mukosa akibat radiasi atau obat
kemoterapi. Lesi yang disebabkan oleh mucositis dapat meningkatkan risiko infeksi
sistemik, rasa sakit yang signifikan dan perdarahan oral mengurangi atau menghambat
asupan oral dan meningkatkan risiko malnutrisi (kurang gizi). Perawatan mulut yang
perawatan medis dan kesehatan yang tidak dianggap sebagai bagian dari pengobatan
konvensional. Suplemen makanan dapat terdiri dari satu atau lebih bahan makanan yang
meliputi vitamin, mineral, herbal, asam amino, dan tumbuhan lainnya yang dikonsumsi
melalui mulut dalam bentuk kapsul, cairan, pil atau tablet. Alasan penggunaan yang
paling sering pada individu dengan kanker adalah untuk membantu mengatasi efek
19
Pada pasien yang sedang dalam fase pengobatan ditemukan mengalami penurunan
kadar anti oksidan terutama vitamin C, selenium, dan vitamin E. Beberapa perawatan
tubuh) sebagai bagian dari metode tindakan mereka untuk menghancurkan sel-sel
b. Terapi Supportif
Kebersihan pribadi, perawatan gigi, dan mencuci tangan (yang terakhir juga bagi
harus dilakukan untuk melindungi pasien dari bakteri atau jamur di lingkungan
mereka.37
Infeksi jamur invasif adalah utama penyebab morbiditas dan mortalitas pada pasien
acak pada penderita AML ditemukan terjadinya penurunan yang signifikan dalam
mortalitas terkait infeksi jamur dan infeksi jamur invasif pada pasien yang diberikan
profilaksis anti jamur daripada plasebo. Profilaksis anti jamur dapat diberikan dengan
Infeksi bakteri adalah penyebab penting morbiditas dan mortalitas pada pasien
kematian dan risiko semua penyebab kematian pada uji coba profilaksis dengan
kuinolon, meskipun tetap memiliki efek samping dan terjadinya resistensi. Antibiotik
20
Growth Factor
Banyak studi telah menunjukkan bahwa myeloid growth factor, baik GM-CSF atau
penggunaan antibiotik, durasi demam, dan jumlah hari yang dihabiskan di rumah sakit,
dan tidak menghambat recovery platelet, atau memiliki efek yang merugikan oleh
Transfusi
jumlah trombosit, perdarahan mukosa, infeksi, mucositis parah, dan demam harus
batas transfusi. Transfusi sel darah merah diperlukan untuk menjaga tingkat hemoglobin
I. Prognosis
Faktor prognosis paling penting untuk kelangsungan hidup AML pada anak adalah
respon awal terhadap pengobatan dan tergantung penyimpangan genetik dan molekuler
dengan sangat hasil yang menguntungkan pada anak dengan AML dan sebaliknya,
21
tingkat kelangsungan hidup yang buruk dilaporkan pada AML dengan translokasi t
pasien usia < 60 tahun atau > 2 tahun, kelainan kromosomal minimal, infiltrasi sel blas
multiorgan minimal, kadar leukosit < 20.000/mm3, respon yang baik terhadap
leukemia ekstramedullar dan leukemia sekunder. Angka harapan hidup 2 tahun kedepan
22
(2 years survival rate) bagi kelompok ini adalah 50-85% Sedangkan kelompok
dengan prognosis buruk meliputi pasien usia > 60 tahun atau < 2 tahun, ditemukan dua
atau lebih kelainan kromosomal, infiltrasi sel blas pada banyak organ, kadar leukosit >
sekunder.16 Angka harapan hidup 2 tahun kedepan (2 years survival rate) bagi
adalah peralihan dari baik dan buruk dan mencakup faktor-faktor lain yang tidak
termasuk dalam kelompok prognosis baik maupun buruk dengan angka harapan hidup 2
22
Tabel 2.4 Prognosis AML
23
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
A. Identitas Penderita
Nama : An. FO
Ayah Ibu
II. ANAMNESIS
Alloanamnesis dengan ibu kandung pasien, tanggal 2 April 2019 pukul 15.27
WITA
24
A. Keluhan Utama
Pucat
Pasien merupakan rujukan dari RS. Panglima Sebaya. Keluhan utama saat
pasien datang ke RS. Panglima Sebaya di Tanah Grogot adalah pucat. Pucat
dilakukan pengecekkan lab darah dan menurut ibu pasien didapatkan sel darah
putih yang tinggi dalam darah sehingga pasien di rujuk ke RSUD Ulin
Banjarmasin.
Pasien masuk RSUD Ulin Banjarmasin setelah 1 hari keluar dari RS.
Panglima Sebaya yaitu pada tanggal 28 Maret 2019 . Saat dilakukan anamnesis
pertama kali (2 april 2019) ibu pasien tidak megeluhkan adanya keluhan pada
anaknya. Menurut ibu pasien sebelum terjadinya pucat diseluruh tubuh, pasien
syrup. Selain itu kurang lebih 1 bulan sebelumnya ibu pasien mengeluhkan bahwa
pasien mudah lelah dan terjadi penurunan nafsu makan. Mudah lelah terjadi saat
pasien beraktivitas seperti bermain dengan teman sebaya dan bersepeda. Sehingga
aktivitas pasien dibatasi oleh ibu pasien karena pasien tampak lemas jika
makan 1-2x sehari dengan porsi yang lebih sedikit dari biasanya. Tidak ada
25
riwayat mual, muntah, sakit kepala, gusi bengkak, epistaksis, lebam pada kulit,
pegal-pegal, nyeri perut, pembengkakan pada perut, BAK merah dan BAB hitam.
Tidak ada keluhan serupa, riwayat kanker darah pada keluarga disangkal
Riwayat Antenatal
bidan selama kehamilan. Dikarenakan ibu mengetahui dirinya hamil setelah usia
kehamilan 5 bulan dan saat kehamilan berusia 1-4 bulan ibu bekerja di POM
Riwayat Natal
Penolong : Bidan
F. Riwayat Neonatal
G. Riwayat Perkembangan :
26
- Tiarap : 4 bulan
- Merangkak : 4 bulan
- Duduk : 5 bulan
- Berdiri : 9 bulan
- Berjalan : 10 bulan
- Saat ini : Anak telah bersekolah kelas 1 SD, lingkungan pergaulan pasien
H. Riwayat Imunisasi
Dasar Ulangan
Nama
(umur dalam hari/bulan) (Umur dalam bulan)
BCG Umur 0 hari 1 kali pemberian
Polio 1 2 3 4 4 kali pemberian
bulan bulan bulan bulan
Hepatitis B 2bulan 3 bulan 4bulan 3 kali pemberian
DPT 2bulan 3 bulan 4bulan 3 kali pemberian
Campak 9 bulan 1 kali pemberian
I. Makanan
Sejak lahir pasien minum ASI sampai usia 1,5 bulan. Dalam sehari pasien
minum ASI tidak menentu banyaknya. Setelah usia lebih dari 1,5 bulan pasien
berhenti minum ASI dan dilanjutkan dengan pemberian susu formula dikarenakan
ASI berhenti keluar, susu formula diberikan sampai usia 4 tahun. MPASI mulai
diberikan saat usia 6 bulan berupa biskuit dan bubur / nasi tim hingga usia 11
bulan. Dari umur 12 bulan hingga sekarang, pasien mengonsumsi nasi dan lauk
pauk dan tidak menyukai sayur-sayuran. Pasien mengonsumsi nasi dan lauk pauk
sebanyak 3 kali sehari porsi makanan dewasa. Selama 1 bulan terakhir pasien
hanya makan 1-2 kali sehari dengan porsi makan yang berkurang dari biasanya.
27
J. Riwayat Keluarga
Susunan keluarga :
Pasien tinggal bersama dengan orang tua. Pasien tidur sekamar dengan
saudara yang paling tua. Rumah pasien memiliki ventilasi yang baik, ruangan
rumah terdiri atas 3 kamar tidur dan 1 kamar mandi. Rumah pasien terbuat dari
bangunan semi permanen disebuah gang yang padat penduduk. Jarak antara
rumah dengan rumah yang lain cukup dekat. Rumah jauh dari tempat pembuangan
sampah dan pasar. Air yang digunakan untuk dikonsumsi adalah air galon
sedangkan air untuk mandi dan mencuci berasal dari air PDAM.
28
Tanggal : 2 April 2019 pukul 15.27 WITA
Berat badan : 19 kg
LK : 50 cm
LILA : 16 cm
LPT : 0,769 m2
BBI : 20 kg
HA : 5 Tahun 6 Bulan
A. Tanda vital
Suhu : 36,4°C
Respirasi : 22 kali/menit
B. Kulit
Kulit berwarna kuning langsat, turgor kulit kembali cepat (< 3 detik), kelembaban
cukup. Tidak didapatkan sianosis, pucat, hemangioma dan ikterik pada kulit.
29
C. Kepala/ leher
Kepala : Bentuk kepala normosefali, tidak ada benjolan dan masa, serta
Rambut : Rambut tebal dan lurus serta berwarna hitam. Distribusi rambut
merata
pseudomembran.
D. Leher
Pembesaran KGB (-) dan massa (-) peningkatan JVP (-), kaku kuduk (-), kelenjar
E Toraks
1. Dinding dada/paru :
30
Inspeksi : bentuk simetris, retraksi (-)
2. Jantung :
Perkusi
Auskultasi
F. Abdomen
Inspeksi : Tidak tampak massa, pelebaran vena dan kelainan kulit perut
Perkusi : Timpani
G. Ekstremitas :
31
Tonus otot :
Kuat Kuat
Kuat Kuat
H. Genitalia
l. Neurologi
Refleks Fisiologis : Bisep (+/+), Trisep (+/+) Patella (+/+), Acilles (+/+)
(-/-)
J. Anus
32
Limfosit# 1,99 1,25 – 4,0 ribu/ul
MID# 0,32 0,30-1,00 ribu/ul
PROTROMBIN TIME
Hasil PT 10,1 9,9-13,5 detik
INR 0,94 - -
Control Normal PT 10,8 - -
Hasil APTT 26,9 22,2-37,0 detik
Control Normal APTT 24,8 - -
FAAL LEMAK DAN JANTUNG
LDH 1027 225 – 450 mg/dl
GINJAL
Ureum 16 10-50 mg/dL
Kreatinin 0,30 0,7 – 1,4 mg/dL
Asam Urat 6,4 3,4 – 7,0 mg/dL
HEPAR
SGOT 37 5-34 lU/l
SGPT 21 0-55 U/l
Tabel 3.2 Hasil pemeriksaan sumsum tulang pasien tanggal 1 April 2019
Kesan:
33
Sumsum tulang tampak hiperseluler. Aktifitas sistem granulopoiesis meningkat
besar, kromatin halus, sitoplasma banyak, nukleoli 2-4, Auer rod (+)
Kesimpulan:
Kesimpulan
V. RESUME
Nama : An. FO
Uraian :
An. FO merupakan rujukan dari RS. Panglima Sebaya. Keluhan utama saat pasien
datang ke RS. Panglima Sebaya di Tanah Grogot adalah pucat. Pucat muncul
RS. Panglima Sebaya dan mendaptkan transfusi darah sebanyak 3 kantong dan
34
pengecekkan lab darah dan menurut ibu pasien didapatkan sel darah putih yang
tinggi dalam darah sehingga pasien di rujuk ke RSUD Ulin Banjarmasin. Pucat
muncul mendadak dan terlihat seluruh tubuh pasien. Pucat muncul mendadak
setelah kurang lebih 1 bulan sebelumnya anak sering merasa lelah dan terjadi
penurunan nafsu makan. Pasien merasa lelah terutama setelah bermain dengan
teman sebaya dan bersepeda. Nafsu makan pasien menurun sebelumnya pasien
makan 3x sehari sebanyak porsi makan orang dewasa dan berkurang menjadi 1-2x
sehari dengan porsi makan yang lebih sedikit. Tidak ada riwayat mual, muntah,
sakit kepala, gusi bengkak, epistaksis, lebam pada kulit, pegal-pegal, nyeri perut,
Pemeriksaan Fisik :
Suhu : 36,4 °C
Respirasi : 22 kali/menit
Berat Badan : 19 kg
Kepala : Normal
Rambut : Normal
Mata : Normal
Hidung : Normal
35
Telinga : Normal
Leher : Normal
Toraks : Normal
Abdomen : Normal
Ekstremitas : Normal
Genitalia : Normal
Anus : Normal
VI. DIAGNOSIS
VII. PENATALAKSANAAN
Po allopurinol 2x100 mg
8. PROGNOSIS
36
9. FOLLOW UP
GRAFIK Nama: Fatih Oktapian
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Tanggal April April April April April April April April April April April April April April April April
2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019
Hari ke Ke-6 Ke-7 Ke-8 Ke-9 Ke-10 Ke-11 Ke-12 Ke-13 Ke-14 Ke-15 Ke-16 Ke-17 Ke-18 Ke-19 Ke-20 Ke-21
Subjektif
Demam - - - - - - - + - - - - - - - -
Bintik merah - - - - - - - - - - - - - - - -
Pucat - - - - - - - - - - - - - - - -
Perdarahan - - - - - - - - - - - - - - - -
Mual/muntah + + + + - + + - - - - - - - - -
Nyeri - - - - + + + + - - - - - - - -
Diare 4 kali
- - - - - - - (lendir - - - - - - - -
darah)
Makan/minum Nafsu Nafsu Nafsu Nafsu Nafsu Nafsu Nafsu Nafsu Nafsu Nafsu
+ + + makan makan makan makan makan makan makan makan makan makan + + +
< < < < < < < < < <
Objektif
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
HR RR T April April April April April April April April April April April April April April April April
2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019
200 40 42°C
180 35 41°C
160 30 40°C
140 25 39°C
120 20 38°C
100 15 37°C
37
80 10 36°C
60 5 35°C
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Tanggal April April April April April April April April April April April April April April April April
2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019
Hari ke Ke-6 Ke-7 Ke-8 Ke-9 Ke-10 Ke-11 Ke-12 Ke-13 Ke-14 Ke-15 Ke-16 Ke-17 Ke-18 Ke-19 Ke-20 Ke-21
SpO2 tanpa Oksigen 98% 97% 97% 98% 98% 99% 98% 99% 98% 98% 99% 99% 98% 97% 97% 98%
Turgor kulit cepat
+ + + + + + + + + + + + + + + +
kembali (<3 detik)
Kulit: Ptekie - - - - - - - - - - - - - - - -
Sianosis - - - - - - - - - - - - - - - -
Anemis - - - - - - - - - - - - - - - -
Ikterik - - - - - - - - - - - - - - - -
Mata : Anemis + - - - - - - - - - - - - - - -
Mulut : Stomatitis Mulai Mulai
+ + + + + + + + + + + + + perbai perbai -
kan kan
Toraks : Retraksi - - - - - - - - - - - - - - - -
Abdomen :
- - - - - - - - - - - - - - - -
Hepatosplenomegali
Ekstremitas : Akral
+ + + + + + + + + + + + + + + +
hangat
Assesment Acute Myeloblastic Leukemia type M1 (AML-M1)
Planning
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Tanggal April April April April April April April April April April April April April April April April
2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019
Hari ke Ke-6 Ke-7 Ke-8 Ke-9 Ke-10 Ke-11 Ke-12 Ke-13 Ke-14 Ke-15 Ke-16 Ke-17 Ke-18 Ke-19 Ke-20 Ke-21
IVFD D5 ½ NS
+ + + + - + + + + + + + + + + +
1972,5 ml /24 Jam
PO Allopurinol
+ + + + + + + + + + + + + + + +
2x100 mg
38
Ketricin zalf 0,1%
- - - + + + + + + + + + + + + +
5 gr
Enystin drop 3x0,5ml
- - - + + + + + + + + + + + + +
Inj.Ondansentron
- - - + - + + - - - - - - - - -
4mg/2ml (iv)
Inj. Ampicillin
3x800 mg
- - - - - - - + + + + + + + + +
Inj. Gentamycin
1x100 mg
Zinc 1x20mg
Oralit 200 cc/ BAB - - - - - - - + - - - - - - - -
cair
Transfusi PRC 1 Kolf - - - - - - - - - - - - - + - -
Observasi KU & + + + + + + + + + + + + + + + +
TTV
Pemeriksaan Lab Darah
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Tanggal April April April April April April April April April April April April April April April April
2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019
Hari ke Ke-6 Ke-7 Ke-8 Ke-9 Ke-10 Ke-11 Ke-12 Ke-13 Ke-14 Ke-15 Ke-16 Ke-17 Ke-18 Ke-19 Ke-20 Ke-21
HEMATOLOGI
-Hb - - 12,7 - - 11,8 - - - - - - - 9,1 - 10,7
-Leu - - 39,0 - - 19,6 - - - - - - - 9,2 - 5,9
-Eritrosit - - 4,73 - - 4,43 - - - - - - - 3,38 - 3,90
-Hematokrit - - 40,0 - - 37,6 - - - - - - - 29,0 - 33,4
-Trombosit - - 101 - - 85 - - - - - - - 29 - 69
-RDW-CV - - 14,6 - - 14,3 - - - - - - - 13,6 - 13,5
-Ret-H - - - - - 35 - - - - - - - - - 36
-Retikulosit% - - - - - 0,4 - - - - - - - - - 0,4
-Retikulosit# - - - - - 18200 - - - - - - - - - 14400
MCV,MCH,MCHC
-MCV - - 84,6 - - 84,9 - - - - - - - 85,8 - 85,6
-MCH - - 26,8 - - 26,6 - - - - - - - 26,9 - 27,4
-MCHC - - 31,8 - - 31,4 - - - - - - - 31,4 - 32,0
39
HITUNG JENIS
-Gran% - - 26,9 - - 56,7 - - - - - - - 65,3 - 81,6
-Limfosit% - - 14,1 - - 17,8 - - - - - - - 29,7 - 13,8
-Monosit% - - 58,4 - - - - - - - - - - 3,4
-MID% - - - - 25,1 - - - - - - - 4,8 - -
-Gran# - - 10,48 - - 11,09 - - - - - - - 4,38 - 4,80
-Limfosit# - - 5,50 - - 3,49 - - - - - - - 1,99 - 0,81
-Monosit# - - 22,78 - - - - - - - - - - 0,20
-MID# - - - - 4,92 - - - - - - - 0,32 - -
FAAL LEMAK DAN JANTUNG
LDH - - - - - - - - - - - - - 297 - -
GINJAL
Ureum - - - - - - - - - - - - - 24 - -
Kreatinin - - - - - - - - - - - - - 0,48 - -
Asam Urat - - - - - - - - - - - - - 4,1 - -
HEPAR
SGOT - - - - - - - - - - - - - 15 - -
SGPT - - - - - - - - - - - - - 9 - -
REMATIK
CRP - - - - - - - - - 24,0 - - - - - -
ELEKTROLIT
Natrium - 140 - 139 - - - - - - - - - 138 - -
Kalium - 2,8 - 3,9 - - - - - - - - - 4,1 - -
Chloride - 119 - 106 - - - - - - - - - 105 - -
40
Pada tanggal 18 April 2019, pasien diizinkan pulang dan pengobata lanjutan akan dilakukan pada tanggal 26 April 2019.
41
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada makalah ini dibahas sebuah laporan kasus anak laki-laki 7 tahun 6
rujukan dari RS. Panglima Sebaya. Keluhan utama saat pasien datang ke RS.
Panglima Sebaya di Tanah Grogot adalah pucat. Pucat muncul secara mendadak
Sebaya dan mendaptkan transfusi darah sebanyak 3 kantong dan dirawat disana
dan menurut ibu pasien didapatkan sel darah putih yang tinggi dalam darah
syrup. Selain itu kurang lebih 1 bulan sebelumnya ibu pasien mengeluhkan bahwa
pasien mudah lelah dan terjadi penurunan nafsu makan. Mudah lelah terjadi saat
pasien beraktivitas seperti bermain dengan teman sebaya dan bersepeda. Sehingga
aktivitas pasien dibatasi oleh ibu pasien karena pasien tampak lemas jika
makan 1-2x sehari dengan porsi yang lebih sedikit dari biasanya. Tidak ada
42
riwayat mual, muntah, gusi bengkak, epistaksis, lebam pada kulit, pegal-pegal,
nyeri perut, pembengkakan pada perut, BAK merah dan BAB hitam.
mengeluhkan kelemahan badan dan malaise waktu pertama kali ke dokter. Rata-
rata didapati keluhan ini timbul beberapa bulan sebelum simptom lain atau
didapatkan keluhan utama datang ke rumah sakit dengan pucat. Selain itu kurang
lebih 1 bulan sebelumnya ibu pasien mengeluhkan bahwa pasien mudah lelah dan
demam ini timbul karena infeksi bakteri akibat granulositopenia atau netropenia.
Pada waktu demam juga didapatkan gejala keringat malam, pusing, mual dan
tanda-tanda infeksi lain.26,27 pasien mengalami demam kurang lebih 3 hari yang
Pada pemeriksaan fisik, simptom yang jelas dilihat pada penderita adalah
pucat karena adanya anemia. Pada keadaan anemia yang berat, bisa didapatkan
sinkope dan angina.29 Pada pasien ini tidak didapatkan adanya gejala dan tanda
anemia saat datang di RSUD Ulin karena sudah mendapatkan transfusi darah di
43
Semakin berat dan lama keadaan neutropenia, maka makin mudah dan berat
infeksi yang terjadi. Infeksi yang terjadi pada pasien yang mengalami febrile
timbul infeksi.32 Pada pasien ini diberikan 2 antibiotik Inj. Ampicillin 3x800 mg
sediaan darah tepi dan dibuktikan aspirasi sumsum tulang belakang, pemeriksaan
leukemia akut.22 Pada pasien ini telah dilakukan pemeriksaan BMA dengan
morfologi besar, kromatin halus, sitoplasma banyak, nukleoli 2-4, Auer rod (+)
simptomatis dan kausatif. Anak yang menderita AML memerlukan terapi intensif
sakit.26 Terapi supportif dilakukan untuk menjaga balance cairan melalui infus
dan menaikkan kadar Hb pasien melalui tranfusi darah. Pada AML, terapi
44
supportif tidak menunjukkan hasil yang memuaskan. Sedangkan terapi
seperti demam, infeksi, perdarahan, leukositosis dan sindrom tumor lisis, selain
itu kemajuan terapi juga ditentukan oleh penggunaan antibiotik spektrum luas
segera dan transfusi trombosit sebagai profilaksis juga memegang peranan penting
dalam upaya survival.26 Yang paling penting adalah terapi kausatif yaitu
dilakukannya kemoterapi yang terbagi atas fase induksi dan fase konsolidasi,
AML.24
Dalam beberapa kasus, terutama pada leukemia akut dan metaplasia myeloblastic,
kelainan bentuk sel darah merah, yaitu poikilositosis, sferositosis dan leptositosis,
pada semua jenis. Pengamatan yang dikutip menekankan titik bahwa leukemia
adalah sekelompok penyakit di mana kelainan seluler sama sekali tidak terbatas
45
Terapi induksi bertujuan untuk mencapai remisi komplit yang didefinisikan
sebagai blast dalam sumsum tulang 1.000/μL, dan trombosit ≥ 100.000/μL. Terapi
arabinoside atau cytarabine dan anthracycline antibiotic). Untuk pasien usia 18-60
mg/m2 ), dan 7 hari cytarabine (100-200 mg/ m2 infus kontinu) atau dikenal
60-80% pasien dewasa yang lebih muda. Pasien ini diberikan terapi methotrexate
intratekal dan cytarabine. Selama dilakukan terapi induksi, pasien juga diberikan
kasus dimana fungsi jantung sangat menurun dengan fraksi ejeksi kurang dari
normal.
46
Pasien dengan kemoterapi mempunyai risiko terkena sariawan sebesar 30-
75%. Sariawan terjadi karena kerusakan pada sel epitel akibat pemberian terapi
yang melalui dua cara yaitu secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung
sedangkan secara tidak langsung disebabkan karena depresi sumsum tulang akibat
intratekal.33 Pada pasien ini mengalami sariawan sehingga diberikan terapi enystin
Obat kemoterapi menyerang sel epitel mukosa pada usus yang mempunyai
sifat yang cepat tumbuh dan jika tidak ada pergantian sel meukosa yang baru, sel
ini akan atrofi dan mengalami inflamasi. Mukosa yang terinflamasi akan
hydroxyuera dan dactinomycin.34 Oleh sebab itu pda pasien ini diberikan terapi
Zinc 1x20mg dan oralit 200cc/ BAB cair pada tanggal 10 april 2019 dikarenakan
adanya diare.34
yang kemudian merangsang pusat muntah di sistem saraf pusat. Kemoterapi juga
terlambat, dan reaksi inflamasi. Obat- obat kemoterapi yang dapat menyebabkan
47
mengalami mual dan muntah sehingga diberikan injeksi ondancentron 4 mg
intravena.
terjadinya penurunan nafsu makan sehingga kebutuhan energi dalam tubuh tidak
tercukupi. Menurut ibu pasien setelah menjalani kemoterapi selama 3 hari nafsu
48
BAB V
PENUTUP
Telah dilaporkan sebuah kasus anak laki-laki berusia 8 tahun yang dirawat di
ruang hematologi onkologi anak RSUD Ulin Banjarmasin dengan diagnosis leukemia
dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis didapatkan adanya keluhan pucat dan
telah dilakukan transfusi darah sebanyak 3 kolf dan pada pemeriksaan fisik tidak
M1. Pada pasien telah dilakukan pemberian kemoterapi fase induksi yaitu
49
DAFTAR PUSTAKA
6.Czuczman MS, Dodge RK, Stewart CC, Frankel SR, Davey FR, Powell BL, et
al. Value of immunophenotype in intensively treated adult acute myeloblastic
leukemia: cancer and leukemia Group B study. Blood. 2009;93(11):3931-3940.
7.Preti HA, Huh YO, O'Brien SM, Andreeff M, Pierce ST, Keating M, et al.
Myeloid markers in adult acute myeloid leukemia. Correlations with patient and
disease characteristics and with prognosis. Cancer. 2015;76(9):1564-70.
8.Fiere D, Extra JM, David B, Witz F, Vernand JP, Gastaut JA, et al. Treatment of
adult with acute myeloid leukemia. Semin Oncol. 2007;14(2):64-69.
12. Fiere D, Extra JM, David B, Witz F, Vernand JP, Gastaut JA, et al. Treatment
of adult acute myeloid leukemia. Semin Oncol. 2007 Jun. 14(2):64-69.
14.Durrant IJ, Prentice HG, Richards SM. Intensification of treatment for adults
with acute myeloid leukaemia: results of U.K. Medical Research Council
randomized trial UKALL XA. Medical Research Council Working Party on
Leukaemia in Adults. Br J Haematol. 2007;99(1):84-92.
15.Cuttner J, Mick R, Budman DR, Mayer RJ, Lee EJ, Henderson ES, et al. Phase
III trial of brief intensive treatment of adult acute myeloid leukemia comparing
daunorubicin and mitoxantrone: a CALGB Study. Leukemia. 2011;5(5):425-31.
16.Dekker AW, Veer MB, Sizoo W, Haak HL, Lelie J, Ossenkoppele G, et al.
Intensive postremission chemotherapy without maintenance therapy in adults with
acute myeloid leukemia. Dutch Hemato-Oncology Research Group. J Clin Oncol.
2017;15(2):476-482.
20.Arlin ZA, Feldman EJ, Finger LR, Ahmed T, Mittelman A, Cook P, et al.
Short course high dose mitoxantrone with high dose cytarabine is effective
therapy for adult myeloid leukemia. Leukemia. 2011;5(8):712-724.
26. Cancer Facts& Figures 2016. American Cancer Society. 2016. [cited 8 April
2019 ]. Available from :
http://www.cancer.org/acs/groups/content/@research/documents/document/acspc-
047079.pdf
28. Druker BJ, Sawyers CL, Kantarjian H, Resta DJ, Reese SF, Ford JM, et al.
Activity of a specific inhibitor of the BCR-ABL tyrosine kinase in the blast crisis
of chronic myeloid leukemia and acute myeloid leukemia with the Philadelphia
chromosome. N Engl J Med. 2011 Apr 5. 344(14):1038-42.
30. Wells RJ, Arthur DC, Srivastava A, Heerema NA, Le Beau M, Alonzo TA,
dkk. Prognostic variables in newly diagnosed children and adolescents with acute
myeloid leukemia: Children’s Cancer Group Study 213. Leukemia 2002 ;16:601-
610.
31. Thomas DA, Faderl S, Cortes J, O'Brien S, Giles FJ, Kornblau SM, et al.
Treatment of Philadelphia chromosome-positive acute myeloid leukemia with
hyper-CVAD and imatinib mesylate. Blood. 2014 Jun 15. 103(12):4396-407.
33. Selwood, K. (2008). Side Effect Of Chemotherapy. West Sussex : John Willey
& Sons.
34. ( Newton, S., Hickey, K., & Marrs, j. (2009). Mosby,s Oncology nursing
advisor : A Comprehensive Guide To Clinical Practice . Missouri: Mosby
Elseiver.).
36. Owens JL, Hanson SJ, McArthur JA, Mikhailov TA. The need for evidence
based nutritional guidelines for pediatric acute lymphoblastic leukemia patients:
acute and long-term following treatment. Nutrients. 2013;5(11):4333–4346.
37. Im HJ. Current treatment for pediatric acute myeloid leukemia. Blood Res.
2018;53(1):1–2.
38. Buttarello M. Laboratory diagnosis of anemia: are the old and new red cell
parameters useful in classification and treatment, how? Int J Lab Hematol.
2016;38(1):123-32.