Anda di halaman 1dari 90

701.

Bulan Ramadhan Dikunci oleh 'iyd al-Fithri dan


Menegakkan Syari'at Islam

Alla-hu Akbar 2x, laa ila-ha illaLla-hu


Alla-hu Akbar 2x, wa liLla-hilHamd!

Maha besar Allah! Di tanganNya tergenggam segala kekuasaan dan


keadilan. DitinggikanNya hambaNya yang taat. DirendahkanNya
mereka yang asyik dalam ma'shiyat. Tercurah pahala kepada mereka
ahli puasa, tertindih penyesalan bagi mereka yang melalaikan puasa.
Hebat sungguh kalimah Takbir ini, sampai menyentuh hati dan
membuai perasaan, menimbulkan nostalgia masa lampau. Terbayang
wajah orang tua, kasih sayang ayah bunda. Mereka berdua telah
bersusah payah mengasuh kita dalam keadaan masih kecil dan lemah.
Lalu diberinya kita nama sehingga kita dikenal, dididiknya, sehingga
kita menjadi besar dan dewasa dengan berbagai sebutan kehormatan
di tengah-tengah masyarakat pergaulan. Ya, Ila-hi, curahkanlah kasih
sayang kepada keduanya seperti mereka memelihara dan mengasuh
kami semasa kecil. Sungguh belum apa-apa bakti yang telah sempat
kita tunaikan kepada kedua orang tua kita, ketimbang curahan kasih
sayang keduanya kepada kita. Kepada guru-guru kita, kepada
masyarakat sekeliling kita, mereka semuanya telah berjasa
membentuk kita menjadi manusia.

Bulan suci Ramadhan sudah berlalu. Bulan yang telah dianugerahkan


Allah sebagai pinjaman sekali setahun kepada hambaNya. Betapa
tidak, bukankah di dalamnya terletak kewajiban ibadah puasa?
-- FMN SyHD MNKM ALSyHR FLYShMH (S. ALBQRt, 2:185),
dibaca: faman syahida mingkumusy syahra falyashumhu, artinya:
Barangsiapa yang menyaksikan di antara kamu bulan (Ramadhaan)
itu, maka berpuasalah. Ibadah puasa yang menjadi pembentuk jiwa
yang ikhlas, penempa jujur dan perangai yang mulia, pengikis riya,
pembersih dari semua akhlaq yang rendah. Bukankah ibadah puasa
yang mengangkat derajat insan beriman ke derajat yang lebih mulia,
yaitu derajat taqwa?
-- YAaYHA ALDzYN AMNWA KTB 'ALYKM ALShYAM KMA
KTB ALDzYN MN QBLKM L'ALKM TTQWN (S. ALBQRt,
2:183), dibaca: ya-ayyuhal ladzi-na a-manu- kutiba 'alaikumush
shiya-mu kama- kutiba 'alal ladxi-na ming qablikum la'allakum
tattaqu-n, artinya: Hai orang-orang beriman, telah diwajibkan atasmu
berpuasa, seperti telah diwajibkan atas mereka sebelum kamu, supaya
kamu taqwa.
Taqwa yang memberikan bekas di dalam jiwa. Taqwa yang
melahirkan potensi sifat-sifat yang baik, yang dapat menumbuhkan
kemampuan untuk mengendalikan diri dari segi negatifnya
penguasaan dan perebutan serta ketamakan dalam bidang harta dan
ekonomi. Taqwa yang menumbuhkan potensi mengendalikan diri
dari kecenderungan kepada demoralisasi. Taqwa mampu menghiasi
tingkah laku kita dalam pergaulan sesama manusia.

Ya, para Muttaqin, mereka yang senantiasa mensyukuri karunia


ni'mat Ila-hi dengan membayarkan zakatnya, mengeluarkan infaq dan
sadaqahnya kepada kaum yang lemah, dhu'afa, fukara dan masaakin
di tengah-tengah manusia tamak egois. Mereka yang senantiasa
terpelihara dari segala macam malapetaka. Bukankah taqwa yang
akar katanya dibentuk oleh huruf-huruf : Waw, Qaf, Ya, berarti
terpelihara? Mereka inilah yang menikmati 'IydulFithri. Mereka
inilah yang telah mempunyai kemampuan menaburkan kegembiraan
dan kebahagiaan di perladangan hidup ini. Allahu Akbar, alangkah
ni'matnya 'IydulFithri.

Bulan Ramadhaan, bukankah di dalamnya itu dinuzulkan Al-Quran


menjadi:
-- HDY LALNAS WBYNAT MN AKHDT WALFRQAN (S.
ALBQRt, 2:185), dibaca: hudal linna-si wabayyina-tim minal huda-
wal furqa-n, artinya: petunjuk manusia, keterangan nyata dari
petunjuk itu dan Al-Furqan.

Al-Quran petunjuk bagi manusia bermakna bahwa manusia itu baik


sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial membutuhkan
petunjuk Al Quran, jika menginginkan kehidupan yang selamat di
dunia menuju akhirat. Sebagai makhluk individu dibutuhkan
petunjuk yang strategis yaitu aqidah dan petunjuk yang taktis yaitu
ajaran akhlaq. Sebagai makhluk sosial di butuhkan petunjuk yang
bersifat operasional yaitu hukum-hukum syari'at. Aqidah, akhlaq dan
hukum-hukym syari'at dipelihara kemurniannya dengan "yatafaqqahu
fiddiyn":
-- FLWLA NFR MN KL FRQT MNHM THA^FT LYTFQHWA FY
ALDYN (S ALTWBt, 9:122), dibaca: falawla- nafara ming kulli
firqatim minhum tha-ifatal liyatafaqqahu- fid di-ni, artinya:
mengapakah tidak sebagian di antara mereka yang tinggal berfiqh
(memahami) addin. Makanya jangan pandang enteng ulama fiqh, hai
Ainun Najib dan Gus Dur.

Al-Furqan maknanya pemisah antara yang haq dengan bathil. Berasal


dari akar kata yang dibentuk oleh Fa, Ra, Qaf, artinya membelah,
memisahkan, ibarat pisau yang membelah sebuah bongkah menjadi
dua bagian yaitu bagian positif (baik, benar) dengan yang negatif
(buruk, salah).

Al-Quran dalam fungsinya sebagai Al-Furqan berhubungan dengan


petunjuk yang taktis, yaitu pembinaan akhlaq. Seorang muslim harus
tahu betul mana yang positif, mana yang negatif, yaitu antara benar
dengan salah, baik dengan buruk, adil dangan zalim, istiqamah
dengan munafik, menyejukkan dengan meresahkan, sabar dengan
beringas, sopan dengan brutal, lemah lembut dengan vulgar, terpuji
dengan tercela, rendah diri dengan arogan, membujuk dengan
menterror, mau mendengar pendapat orang lain dengan memaksakan
kehendak, tasamuh dengan tidak toleran, jujur dengan curang, ikhlas
dengan ada pamrih, cermat dengan ceroboh, menolong dengan
mencelakakan, bermanfaat dengan merugikan, membangun dengan
merusak, menghormati dengan melecehkan, beradab dengan
jahil/biadab.

Kombinasi petunjuk yang strategis yaitu aqidah dan petunjuk yang


taktis yaitu ajaran akhlaq, serta petunjuk yang bersifat operasional
yaitu hukum-hukum syari'at, diaplikasikan dalam membumikan Nilai
Wahyu di atas bumi Indonesia. Yaitu mentransfer Nilai Wahyu
sebagai rahmatan lil'alamiyn menjadi konsep dasar dalam menyusun
sistem politik, ekonomi, dan pemerintahan. Itulah yang kita kenal
selama ini dengan menegakkan Syari'at Islam. Dengan tegaknya
Syari'at Islam dapatlah dibumikan Nilai Wahyu yang berwujud
hukum positif, menjadi peraturan perundang-undangan dalam Negara
Republik Indonesia. Itulah hakekat Penegakan Syari'at Islam di bumi
Indonesia yang kita cintai ini untuk merealisasikan Islam sebagai
rahmatan lil'a-lamiyn. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 6 November 2005 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

702. Motto IMMIM vs Relativisme Epistemologis

Belum lama ini, ada sebuah buku yang terbit yang membahas tentang
Pluralisme. Judulnya sangat indah: "Nilai-nilai Pluralisme dalam
Islam". Penerbitnya didanai oleh Ford Foundation. Paham Pluralisme
Agama merupakan proyek yang sangat mudah menyedot dana dari
lembaga asing yang bergelimang uang seperti Ford Foundation.
Fatwa MUI sudah menjelaskan tentang definisi paham ini dengan
lugas dan jelas. Yakni, menurut MUI, Pluralisme Agama yang
difatwakan haram hukumnya itu, adalah suatu paham yang
mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya
kebenaran setiap agama adalah relatif; oleh sebab itu, setiap pemeluk
agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang
benar.

Para penyebar paham ini seperti tidak perduli dengan kerusakan


berpikir dan kerusakan iman yang disebabkan oleh paham Pluralisme
Agama utamanya dalam hal relativisme epistemologis. Maksudnya,
pada wilayah ini maka yang selayaknya menjadi pegangan adalah
bahwa kita tidak dapat mengetahui kebenaran absolut. Kita dapat
mengetahui kebenaran hanya sejauh itu absah bagi kita. Artinya,
kebenaran yang selama ini kita pahami tak lain adalah kebenaran
sepihak. (hal. 58).

Rektor UIN Jakarta, Azyumardi Azra, dalam buku ini, mengungkap


tentang konsep "Islams" (banyak Islam). Keceknya, Islam itu
memang pluralis, Islam itu banyak, dan tidak satu. Kata Azra:
"Memang secara teks Islam adalah satu tetapi ketika akal sudah
mulai mencoba memahami itu, belum lagi mengaktualisasikan, maka
kemudian pluralitas itu adalah suatu kenyataan dan tidak bisa
dielakkan." (hal. 150).

Uzair, eh Azra menunjuk pada contoh perbedaan pemahaman di


antara para imam mazhab dalam memahami Al-Quran dan hadits. Ia
juga menegaskan bahwa Al-Quran sekalipun bisa disebut punya bias
kultural. "Kenapa Al-Quran harus dengan berbahasa Arab, bukan
berbahasa Indonesia, bahasa Jawa? Dan ketika Al-Quran itu di-
frame, disampaikan kepada manusia, dalam hal ini orang Arab, maka
ketika itulah kerangka cultural Arab juga masuk." (hal. 150-151).

Cara berpikir relativisme dengan alat hermeneutika semacam itu,


apakah itu benar? Tentu saja produk hermeneutika itu tidak benar dan
jelas-jelas salah. Cara berpikir relativisme dengan memakai tool
hermeneutika ini muncul dari cara pandang yang salah, yang
menyamakan antara Islam sebagai agama wahyu dengan agama-
agama lain yang tumbuh dari kultur manusia. Cara berpikir Rektor
UIN Jakarta itu juga salah dilihat secara epistemologis, pelurunya
ibarat bumerang dikembalikan kepadanya.

Kepada para santri Pesantren Pendidikan Al-Quran IMMIM


diajarkan:
-- "Bersatu dalam 'Aqidah, toleransi dalam Khilafiyah-Furu'iyah."
Azra mengabaikan klasifikasi 'Aqidah dengan Khilafiyah-Futu'iyah.
Karena Islam adalah agama wahyu, maka tafsir dan pemahaman
terhadap Islam dan Al-Quran ada yang bersifat tetap (tsawabit) dan
ada yang berubah (mutaghayyarat). Tafsir juga ada yang qath'iy dan
ada yang zhanniy, yang ijtihadi. Ada yang sama dan ada yang
berbeda, tanpa pandang latar belakang kultural penafsir. Semua
penafsir al-Quran akan sama dalam memahami dan menafsirkan ayat
`Qul HuwaLla-hu Ahad`. Bahwa, Allah adalah satu. Bukan tiga, atau
tiga dalam satu. Semua mufassir akan memahami seperti itu, di
manapun dia berada dan di waktu kapanpun ia hidup, serta apa pun
latar belakang kebangsaan dan budayanya. Bahwa para mufassir itu,
akan sama berpaham bahwa ibadah haji harus dilakukan di Tanah
Suci, bukan di Washington atau Moskwa. Yang berbeda, yang plural
adalah dalam hal yang zhanni, yang ijtihadi, yang Khilafiyah-
Furu'iyah.

Karena itu, sepanjang sejarah Islam, masalah perbedaan kultural


tidaklah dijadikan sebagai hal yang signifikan. Para mufassir dan
ulama Islam dari berbagai belahan dunia memahami Al-Quran
dengan cara yang sama untuk hal-hal yang pokok dalam Islam. Imam
Bukhari bukanlah orang Arab, tetapi cara pemahamannya terhadap
Islam sama dengan Imam Syafi'i yang Arab. Menyatakan bahwa
Islam itu banyak, dengan contoh perbedaan fiqhiyyah di kalangan
Imam Mazhab yang dicontohkan oleh Rektor UIN Jakarta tersebut,
adalah hasil kesesatan berpikir secara 'Aqidah dan kesalahan telak
secara epistemologis.

Alhasil, pemahaman bahwa Islam adalah banyak (Islams), bahwa


kebenaran setiap agama adalah relatif, adalah hasil hermeneutika
yang effeknya mendustakan ayat-ayat Allah. Na'udzubiLlah
pemahaman hasil hermeneutika itu perlu dibuang jauh-jauh, karena
ke atas ia tidak berpucuk, ke bawah ia tidak berakar, di tengah-tengan
ia dimakan kumbang.

Firman Allah:
-- WATL 'ALYHM NBA ALDzY aATYNH aAYTNA FANSLKh
MNHA FATB'AH ALSyThN FKAN MN ALGhAWYN . WLW
SyaNA LRF'ANH BHA WLKNH AKhLD ALA ALARDh WATB'A
HWH FMTsLH KMTsL ALKLB AN ThML 'ALYH YLHTs AW
TTRKH YLHTs DzLK MTsL ALQWM ALDzYN KDzBWA
BaAYTNA FAQShSh ALQShSh L'ALHM YTFKRWN (s.
ALA'ARAF, 7:175,176), dibaca: watlu 'alaihim nabaa a-taina-hu a-
ya-tina- fansalakha minha- faatba'ahusy syaitha-nu faka-na minal
gha-wi-n . walaw syi'na- lafa'na-hu biha- wala-kinnahu akhlada ilal
ardhi wattaba'a hawa-hu famatsuluhu- kamatsalil kalbi intahmil
'alaihi yalhats aw tatrukhu yalhats dza-lika matsalul qawmil ladzi-na
kadzdzabu- bia-ya-tina- faqshushil qashasha la'allahum yatafakkaru-
n, artinya: Dan bacakanlah kepada mereka pekabaran orang yang
telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami, kemudian dia
melepaskan diri dari ayat-ayat itu, maka syaitanpun menjadikan dia
pengikutnya, lalu jadilah dia (di antara) orang-orang yang tersesat.
Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan
(derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia
dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya
seperti anjing, jika kamu menghalaunya maka dia menjulurkan
lidahnya dan jika kamu membiarkannya, dia mengulurkan lidahnya
(juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar
mereka berfikir. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 13 November 2005 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

703. Menegakkan Benang Basah

Ini disadur oleh Muslim In Suffer dari


http://www.theage.com.au/>www.theage.com.au. Kemudian kita edit
kembali, di mana sang ayah kita lihat sebagai personifikasi dari Bush,
Blair dan Howard yang menegakkan benang basah.

Anak: apa sih teroris itu?

Ayah: Seseorang atau sekelompok orang yang menggunakan


kekerasan dan intimidasi serta kadang-kadang sampai membunuh.

Anak: Mengapa teroris membunuh mereka?

Ayah: Karena teroris benci mereka atau negara mereka.

Anak: Seperti orang Irak yang menculik orang dan mengatakan akan
membunuh mereka jika seluruh pasukan asing tidak segera pergi?

Ayah: Tepat sekali! Itulah perbuatan jahat yang dinamakan


'pemerasan'. Orang-orang tak bersalah itu menjadi sandera, dan
teroris yang mengatakan bahwa bila pemerintah tidak melakukan apa
yang mereka inginkan, para sandera akan dibunuh.

Anak: Jadi itu disebut 'pemerasan'. Bila kita mengatakan akan


menyerang Irak dan membunuh rakyat tak bersalah, kecuali mereka
mengatakan dimana semua persenjataan mereka?

Ayah: Bukan! Um ... iya, saya kira. Tetapi itu adalah sebuah
'ultimatum', sebut saja sebagai 'pemerasan yang baik'.

Anak: Pemerasan yang bertujuan baik? Apa itu?

Ayah: Itu adalah bila dilakukan untuk tujuan baik. Persenjataan itu
sangat berbahaya dan bisa mencelakai banyak orang di seluruh dunia.
Sangat penting untuk menemukan dan menghancurkannya.

Anak: Tetapi ayah, persenjataan itu tidak ada.

Ayah: Betul. Kita tahu itu sekarang. Tetapi siapa yang bisa yakin
pada saat sebelumnya. Kita mengira persenjataan itu ada.

Anak: Jadi pembunuhan seluruh korban tak bersalah di Irak hanya


sebuah kesalahan?

Ayah: Tidak. Itu adalah tragedi, tapi kita juga menyelamatkan


banyak nyawa. Bisa kamu lihat, kita berhasil menghentikan
seseorang yang sangat kejam yang disebut Saddam Hussein, dalam
usahanya membantai sangat banyak rakyat Irak, atau memberikan
siksaan yang mengerikan, bahkan anak-anak.

Anak: Seperti anak laki-laki yang saya lihat di TV itu? Seorang anak
yang hancur tangannya karena bom?

Ayah: Betul, seperti anak itu.

Anak: Tapi ayah, kita yang melakukan itu. Bukankah ini berarti
pemimpin kita teroris?

Ayah: Ya Tuhan, bukan! Itu hanyalah sebuah ketidak sengajaan.


Malangnya, rakyat tak bersalah menjadi korban di dalam perang.

Anak: Jadi di dalam peperangan, hanya tentara yang semestinya


terbunuh?

Ayah: Benar, tentara dilatih untuk berjuang demi negara. Ini tugas
mereka, semenjak mereka mengenakan seragamnya, mereka menjadi
sasaran tembakan musuh.

Anak: Seragam apa yang dipakai oleh teroris?

Ayah: Itulah masalahnya ... mereka tidak punya! ... teroris tidak
mengikuti aturan peperangan.

Anak: Apakah perang ada aturannya?

Ayah: Oh ya. Tentara harus memakai seragamnya. Dan kamu tidak


dapat begitu saja menyerang seseorang kecuali mereka
melakukannya kepadamu lebih dahulu. Maka kamu dapat membela
diri.

Anak: Jadi, itukah kenapa kita menyerang Irak? Karena Irak


menyerang kita terlebih dulu dan kita sekedar membela diri.

Ayah: Itu kurang tepat. Irak tidak menyerang kita ... tetapi punya
kehendak itu. Kita memutuskan untuk melakukannya lebih dahulu.
Ini pencegahan, kalau-kalau Irak bermaksud mempergunakan
persenjataan yang kita maksud.

Anak: Yaitu yang mereka tidak punyai? Jadi kita telah melanggar
aturan peperangan?

Ayah: Secara teknis, ya. Tapi ...

Anak: Jadi jika kita melanggar aturan itu lebih dahulu, mengapa
bangsa Irak yang tidak berseragam itu tidak diperbolehkan
malakukannya juga kemudian?

Anak: Wah itu masalahnya berbeda. Kita sedang melakukan sesuatu


kebaikan saat kita melanggar aturan itu.

Anak: Tapi ayah ... bagaimana kita tahu bahwa kita sedang
melakukan itu demi kebaikan?

Ayah: Bush dan Blair dan Howard ... mereka mengatakan bahwa itu
demi kebaikan. Mereka mengatakan bahwa perlu mengambil
tindakan tertentu untuk membuat Irak menjadi tempat yang lebih
baik.

Anak: Apakah Irak menjadi 'tempat yang lebih baik' sekarang?

Ayah: Saya mengharapkannya begitu, saya tidak tahu pasti. Orang


tak bersalah masih menjadi korban penculikan itu adalah hal yang
mengerikan. Saya ikut prihatin kepada keluarga para sandera yang
malang itu, tetapi kita jangan mudah menyerah kepada para teroris.
Kita harus tegar menghadapinya.

Anak: Apakah ayah tegar juga bila saya diculik oleh teroris?

Ayah: Um ... ya ... tidak ... maksud saya, ini masalah yang sungguh
rumit.

Anak: Kalau saya, jika ada seseorang menyerang kita dan mengebom
rumah kita dan membunuh ayah dan ibu dan adikku, saya tahu pasti,
apa yang akan saya lakukan.

Ayah: Apa itu?

Anak: Saya akan cari siapa orang yang telah melakukannya dan
kemudian membunuhnya. Dengan cara apapun yang saya bisa. Saya
benci mereka untuk selama-lamanya. Dan kemudian saya terbangkan
sebuah pesawat dan jatuhkan bom ke kota-kota mereka.

Ayah: Tapi ... tapi ... kamu bisa membunuh banyak orang tidak
bersalah.

Anak: Saya tahu. Tapi ini khan perang, ayah. Dan seperti itu khan
peperangan terjadi, seperti yang ayah katakan tadi, masih ingatkah?

Ilustrasi dalam bentuk dialog itu menunjukkan kepada kita, bahwa


Bush, Blair dan Howard termasuk dalam hizb (kelompok) yang
disebutkan dalam Al-Quran:
-- FY QLWBHM MRDh FZADHM ALLH MRShA WLHM
'AdZAB ALYM BMA KANWA YKDzBWN . WADzA QYL LHM
LA TFSDWA FY ALARDh QALWA ANMA NhN MShLhWN (S.
aLBQRt, 2:10,11), dibaca: fi- qulu-bihim maradhun faza-da
humuLla-hu maradhan walahum ;adza-bun 'ali-mum bima- ka-nu-
yakdzibu-n. wa idza- qi-la lahum la- rufsidu- fil ardhi qa-lu- innama-
nahnu mushlihu-n, artinya: Dalam hati mereka ada penyakit (syak
wasangka), lalu ditambah Allah penyakit itu, dan untuk mereka itu
siksa yang pedih, karena mereka berdusta. Apabila dikatakan kepada
mereka, janganlah kamu merusak di muka bumi, maka jawab
mereka, kami sebenarnya berbuat baik. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 20 November 2005 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

704. Anak Yatim dan Orang Miskin

Sesungguhnya Seri ini telah dipersiapkan sebagai no.urut 700, yaitu


urutan/lanjutan Seri 699. Namun tertunda karena lebih dahulu
melayani pertanyaan tentang angka 19 dan 17 (Seri 700), 'Iyd al-
Fithri (Seri 701), memenuhi janji saya kepada Ketua MUI Makassar
mengenai Motto IMMIM (Seri 702) dan akar dari terrorisme (Seri
703).

Mengapa Seri 704 ini merupakan urutan Seri 699, karena masih
menyangkut pernyataan penceramah Isra-Mi'raj, di mana dalam Seri
699 telah saya bahas pernyataan penceramah tersebut yang bertitik
tolak bahwa ada Al-Quran rahasia yang ujung-ujungnya keluar jalur
ajaran Islam dengan menyatakan bahwa Al-Quran yang
dikodifikasikan/dibukukan dalam 30 Juz, 114 Surah, tidak dapat
dijadikan sebagai pegangan hidup/penentu/penunjuk.

Adapun yang disorot dalam Seri 704 ini adalah pemahamannya


tentang anak yatim dan orang miskin dalam S. ALMA'AWN (dibaca:
al ma-'u-n), seperti berikut:
-- Yang dimaksud dengan menghardik, yaitu "tidak mengenal/tidak
mau mengenal" sedangkan yang dimaksud anak yatim adalah karena
tidak berayah sejak awal kejadiannya. Yang dikatakan miskin, yaitu
karena tidak berpakaian apalagi mengenakan perhiasan, sebagai
manusia adanya. Si yatim/miskin itulah perbendaharaan Allah yang
ada di dalam setiap diri manusia yang dikenal/disebut dengan RUH.

Ada dua hal yang mengusik batin saya sehubungan pernyataan di atas
itu, sehingga saya merasa perlu kedua hal itu dibahas dalam kolom
ini.

Yang pertama, tentang RUH. SubhanaLlah, penceramah sangat


berani untuk menjelaskan apa itu RUH, merasa lebih pintar dari Nabi
Muhammad SAW. Pada waktu orang Yahudi bertanyakan tentang
RUH kepada Nabi Muhammad SAW, beliau tidak segera menjawab,
karena menantikan wahyu dahulu. Maka turunlah ayat:
-- WYSaLWNK 'AN ALRWh QL ALRWh MN AMR RBY WMA
AWTUTM MN AL'ALM ALA QLYLA (S. ASRY, 17:85), dibaca:
wayas.alu-na 'anir ru-hi qulir ru-hu min amri tabbi- wama- u-ti-tum
munal 'ilmi illa- qali-lan, artinya: Mereka bertanya kepadamu (hai
Muhammad) tentang ruh, katakan: ruh itu sebagian dari urusan
Rabbku, tiadalah kamu diberi ilmu (ttg ruh) kecuali sedikit.

Yang kedua, karena pembicara itu hanya mentafsirkan yatim dan


miskin itu diperciut menjadi yang ada dalam diri manusia
(ilalanganna tauwa), maka pembicara menjadikan ajaran Islam itu
menjadi kerdil, hanya berwawasan pribadi manusia saja, tidaklah
difahamkan oleh pembicara bahwa Syari'at Islam itu juga
berwawasan yang operasional dalam bidang kemasyarakatan,
pemahaman pembicara sangatlah egois, ia mengabaikan anak yatim
dan orang miskin dalam arti yang sebenarnya.

Syari'at Islam menuntun manusia baik sebagai makhluk individu


maupun makhluk sosial supaya manusia itu beroleh kehidupan yang
selamat di dunia menuju akhirat. Sebagai makhluk individu
dibutuhkan petunjuk yang strategis yaitu aqidah dan petunjuk yang
taktis yaitu ajaran akhlaq. Sebagai makhluk sosial di butuhkan
petunjuk yang bersifat operasional yaitu hukum-hukum syari'at.

Dalam S. ALMA'AWN dapat kita lihat petunjuk strategis, taktis dan


operasional itu bersinergi.
-- ARaYT ALDzY YKDzB BALDYN(1). FDzLK ALDzY YD'A
ALYTYM(2). WLA YhDh 'ALY Th'AAM ALMSKYN(3). FWYL
LLMShLYN(4). ALDZYNHM 'AN ShLATHM SAHWN(5).
ALDzYNHM YRAaWN(6). WYMN'AWN ALMA'AWN(7)
dibaca:
ara.aital ladzi- yukadzdzibu biddi-n . fadza-likal ladzi- yad''ul yatim .
wala- yahudhdhu 'ala- tha'a-mil miski-n . fawailul lilmushalli-n .
alladzi-nahum 'am shala-tihim sa-hu-n . alladzi-nahum yura-u-n .
wayana'u-nal ma-'u-n.
artinya:
(1)adakah engkau ketahui orang yang mendustakan addin? (2)itulah
dia orang yang mengusir anak yatim. (3)dan tiada menghimbau orang
untuk memberi makan orang miskin. (4)maka azab-wail bagi yang
shalat. (5)yaitu mereka yang lalai dalam shalatnya. (6)Yaitu mereka
riya/suka pamer. (7)Dan enggan (menolong dengan) barang berguna.
Perhatikan: Dalam ayat(1) bersinergi antara petunjuk strategis dan
taktis. Dalam ayat (2,3) bersinergi antara petunjuk taktis dan
operasional. Dalam ayat (4,5) bersinergi antara petunjuk strategis
dengan taktis. Dalam ayat (6,7) bersinergi antara petunjuk taktis dan
operasional.

Demikianlah S. ALMA'AWN menunjukkan akhlaq dalam kehidupan


sosial yang populis menyantuni anak yatim dan orang miskin (sayang
saya tidak hafal dan tidak sempat menanyakan kepada orang yang
tahu Lagunya Bimbo: Rasul menyuruh kita mencintai anak yatim,
Rasul menyuruh kita menyantuni orang miskin, sebab kalau saya
hafal baik sekali jika saya tuliskan pula).

Terakhir mengenai ejaan. Dalam S. ALMA'AWN ayat (107:5), kata


Shalat dituliskan: Shad-Lam-Alif-Ta. Sedangkan dalam ayat berikut:
-- WAQYM ALShLWt WAT ALZKWt WARK'AWA M'A
ALRAK'AYN (S. ALBQRy, 2:43), dibaca wa aqi-mus shala-ta wa a-
tuz zaka-ta warka'u- ma'ar ra-ki'i-n, artinya: Tegakkanlah shalat dan
keluarkanlah zakat dan ruku'lah bersama dengan orang-orang yang
ruku', kata shalat dituliskan: Shad-Lam-Waw-Ta.

Apabila ejaan itu diseragamkan yaitu diubah hurufnya, yakni kata


shalat dalam ayat (2:43), yaitu Shad, Lam, Waw, Ta, diubah menjadi
Shad, Lam, Alif, Ta, supaya seragam dengan tulisan kata shalat
dalam ayat (107:5), maka sistem 19 akan mengontrol. Jumlah huruf
Alif + Lam + Mim dalam Surah 2, 3, 7, 13, 29, 30, 31, 32, yaitu
12312 + 8493 + 5871 = 26676 = 1404 x 19. Kalau Waw diganti
dengan Alif dalam kata shalat, maka akan rusaklah sistem 19 dalam
jumlah huruf Alif + Lam + Mim dalam ke-8 Surah yang di atas itu.

Sampai sekarang tetap kata shalat dalam dua ejaan, Shad-Lam-Alif-


Ta dan Shad, Lam, Waw, Ta. Itu menunjukkan tidak ada tangan-
tangan gatal untuk mengubah Rasm (ejaan) 'Utsmany, artinya Al-
Kitab, teks Al-Quran sampai kepada ejaannyapun otentik. WaLlahu
a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 27 November 2005.[H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

705. Gayung Bersambut, Kata Berjawab


Baru-baru ini saya menerima "surat panjang" dari yang menyatakan
dirinya "Imam" Majlis Al-Munajah Al-Ardh dengan tembusan
kepada segala macam, yang tebalnya cukup lumayan 28 halaman.
Pada pokoknya sang "Imam" memprotes apa yang saya tulis dalam
Seri 699 mngenai bagian ceramahnya, bahwa itu sudah menyeleweng
dan keluar jalur ajaran Islam, karena sang "Imam" menyatakan ada
Al-Quran rahasia, dan untuk dapat mengetahui Al-Quran rahasia itu
haruslah mengetahui rahasia titik nun dan titik ba, yang ujung-
ujungnya sang "Imam" menyatakan: "Al-Quran yang
dikodifikasikan/dibukukan dalam 30 Juz, 114 Surah, tidak dapat
dijadikan sebagai pegangan hidup /penentu/penunjuk." Anehnya
dalam "surat panjang" itu sama sekali sang "Imam" tidak
menyinggung sedikitpun tentang "Al-Quran yang
dikodifikasikan/dibukukan dalam 30 Juz, 114 Surah, tidak dapat
dijadikan sebagai pegangan hidup /penentu/penunjuk."

Pengasuh kolom ini, yang Wakil Ketua Majlis Syura KPPSI, menjadi
"kesal" dengan pernyataan sang "Imam" bahwa Al-Quran yang
dikodifikasikan/dibukukan dalam 30 Juz, 114 Surah, tidak dapat
dijadikan sebagai pegangan hidup /penentu/penunjuk. Mengapa
"kesal", karena pernyataan itu "menantang/menyalahkan" yang
diperjuangkan KPPSI menegakkan Syari'at Islam menurut AL-Quran
yang 114 Surah dan 30 Juz. Seperti diketahui, berdasarkan hasil jajak
pendapat dari Tim Pengkajian Konsep Syari'at Islam (TPKSI) yang
dibentuk atas dasar SK Gubernur Sul-Sel No.601/X/2001, tgl.2
Oktober 2001, masyarakat di Sul-Sel 91% yang setuju pelakanaan
Syari'at Islam. Perlu ditabayyun kata "Konsep" dalam TPKSI itu
bukan "Konsep" tentang Syari'at islam, karena Syari'at Islam itu
bukan "Konsep" manusia, melainkan dari Allah SWT. Alhasil yang
dimaksud ialah "Konsep" tentang PELAKSANAAN Syari'at Islam.

***

Saya fokuskan jawaban saya pada titik Nun dan titik Ba yang
dijadikan paradigma, karena dengan tertebasnya paradigma tersebut,
maka tertebaslah pula pandangan sang "Imam" yang keluar dari Jalur
Syari'at Islam tersebut, yaitu "Al-Quran yang dikodifikasikan /
dibukukan dalam 30 Juz, 114 Surah, tidak dapat dijadikan sebagai
pegangan hidup / penentu / penunjuk."

Dalam "surat panjang" itu, sang "Imam" menulis:


-- "Pernyataan tuan ini, yaitu tidak ada titik Nun dan titik Ba, dengan
sendirinya membantah keotentikan Al-Quran yang tuan maksudkan.
Jika menurut tuan awal turunnya quran itu tidak mempunyai titik dan
sekarang sudah mempunyai titik dan tanda baca berarti secara logika
sederhana dengan sendirinya Al-Quran telah dirubah (mestinya
diubah-HMNA-) dengan adanya campur tangan manusia." Sang
"Imam" menguatkan pendapatnya itu dengan ayat yang sama sekali
tidak relevan dengan apa yang dibantahnya itu.
-- Dan demikianlah Kami menurunkan Al-Quran itu sebagai
peraturan (yang) benar dalam bahasa Arab ... (S. Ar-Ra'd: 37).
Ini lucu, sang "Imam" memakai ayat dari "Al-Quran yang
dikodifikasikan / dibukukan dalam 30 Juz, 114 Surah", padahal sang
"Imam" bilang itu "tidak dapat dijadikan sebagai pegangan hidup /
penentu / penunjuk." Rupanya sang "Imam" hanya memakainya
untuk "berdebat" saja.

Dalam museum di Al Qahirah (Cairo) ada tersimpan surat asli Nabi


Muhammad SAW kepada Pembesar Qibthi, kita kutip kalimat
pertama dari surat itu:
-- MN MhMD 'ABD ALLH WRSWLH ALY ALMQWQS 'AzhM
ALQBTh dibaca min muhammadin 'abdiLla-hi warasu-lihi ilal
muqawqisi 'azhi-mil qibthi. Artinya: Dari Muhammad hamba Allah
dan RasulNya, kepada Muqawqis pembesar Qibthi. Dalam surat asli
tersebut ada huruf-huruf Nun, Ba, Ya, Qaf dan Zha yang semuanya
tidak pakai titik.

Pemberian titik dan tanda baca tidak mengubah Rasm 'Utsmaniy,


tidak menambah ataupun mengurangi jumlah huruf. Kalimah
Basmalah; terdiri atas huruf-huruf: (1)Ba, (2)Sin, (3)Mim, (4)Alif,
(5)Lam, (6)Lam, (7)Ha, (8)Alif, (9)Lam, (10)Ra, (11)ha, (12)Mim,
(13)Nun, (14)Alif, (15)Lam, (16)Ra, (17)ha, (18)Ya, (19)Mim,
jumlahnya 19. Angka 19 ini tidak berubah baik sebelum maupun
sesudah huruf Ba dan Nun dalam kalimah Basmalah diberi titik.

-- Atas perintah Nabi SAW, Al-Quran ditulis oleh penulis-penulis


wahyu di atas pelepah kurma, kulit binatang, tulang dan batu.
Semuanya ditulis teratur seperti yang Allah wahyukan dan belum
terhimpun dalam satu mushhaf. Semuanya ditulis dalam huruf gundul
belum ada titik dan belum diberi baris.
-- Atas anjuran 'Umar ibn Khattab RA, maka Khalifah Abu Bakar
As-Shiddiq RA, memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit untuk
mengumpulkan ayat-ayat Al Qur'an dari para penulis wahyu,
kemudian di simpan oleh Hafshah bt. 'Umar.
-- Di masa Khalifah 'Usman bin 'Affan, untuk pertama kali Al Qur'an
ditulis dalam satu mushhaf. Penulisan ini disesuaikan dengan tulisan
aslinya berupa huruf gundul yang terdapat pada Hafshah. 'Usman bin
'Affan RA memberikan tanggung jawab penulisan ini kepada Zaid
Bin Tsabit, Abdullah Bin Zubair, Sa'id bin 'Ash dan Abdur-Rahman
bin Al Haris bin Hisyam. Mushhaf tersebut ditulis masih tetap tanpa
titik dan tanpa baris. Hasil penulisan tersebut satu disimpan oleh
'Usman bin 'Affan RA dan sisanya disebar ke berbagai penjuru
wilayah Khilafah.
-- Abul Asad Ad-Dualy, yang ditugaskan Mu'awiyah bin Abi Sufyan,
meletakkan titik pada tiap akhir kalimat dari ayat. Abdul Malik bin
Marwan menugaskan Al Hajjaj bin Yusuf supaya huruf-huruf Ba, Ta,
Tsa, dst dengan mudah dapat dibedakan. Al Hajjaj minta bantuan
kepada Nashr bin 'Ashim dan Hay bin Ya'mar, maka pada Ba diberi
satu titik di bawah, Ta dua titik di atas, Tsa tiga titik di atas dst.
Peletakan baris atau tanda baca (i'rab) seperti: Dhammah, Fathah,
Kasrah, Sukun dan tanda panjang, dilakukan oleh Khalil bin Ahmad
Al Farahidy.

Alhasil dengan belum adanya titik Nun dan titik Ba pada zaman
RasuluLlah SAW, tertebaslah paradigma yang di atasnya bertumpu
pandangan sang "Imam" yang keluar dari Jalur Syari'at Islam, yaitu
yang katanya: "Al-Quran yang dikodifikasikan/dibukukan dalam 30
Juz, 114 Surah, tidak dapat dijadikan sebagai pegangan hidup
/penentu/penunjuk." Na'udzu biLlah min dzalik. WaLlahu a'lamu
bisshawab.

*** Makassar, 4 Desember 2005 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

706. Sepuluh Ribu dari Faran

Berdasar atas Perjanjian Gencetan Senjata Hudaibiyah selama


sepuluh tahun di antara Madinah dengan Makkah, maka qabilah
Banu Bakr bergabung ke dalam aliansi kaum kafir Quraisy Makkah,
sementara Banu Khuza'ah ke dalam aliansi kaum Muslimin Madinah.
Ternyata dua tahun kemudian Banu Bakr dengan dukungan pihak
Makkah menyerang Banu Khuza'ah. Dalam penyerangan itu banyak
penduduk Banu Khuza'ah yang terbunuh. Utusanpun dikirim ke
Madinah melaporkan pihak Makkah telah melanggar Perjanjian
Hudaibiyah. RasuluLlah SAW segera mengumpulkan pasukan, lalu
bergerak menuju Makkah, dan dalam perjalanan beberapa qabilah
lain datang bergabung dengan RasuluLlah SAW. Tatkala pasukan itu
tiba di FARAN jumlahnya telah mencapai SEPULUH RIBU orang.
RasuluLlah SAW yang memimpin pasukan SEPULUH RIBU orang
dari FARAN ini dinubuwatkan jauh sebelumnya oleh Nabi Musa AS.
Kita kutip dari The Holy Bible, King James (authorize) Version:

"And this is the blessing, where-with Moses the man of God blessed
the Children of Israel before his death. And he said the LORD came
from Sinai, and rose up from Seir unto them; he shined forth from
mount PARAN and he came with TEN THOUSANDS of saints;
from his right hand sent a fiery law for them" (Deuteronomy 33:1-2).
Dan inilah berkat atas Bani Israil yang diberikan oleh Musa orang
kepercayaan Tuhan sebelum wafatnya. Dan ia berkata: Tuhan datang
dari Thursina dan terbit dari Seir atas mereka; ia terus bersinar
gemerlapan dari bukit FARAN dan ia datang dengan SEPULUH
RIBU pasukan syuhada; dari tangan kanannya datang syari'at yang
cemerlang untuk mereka.

Bunyi nubuwat tersebut bersinergi dengan nubuwat Habakkuk dan


Isaiah. Tidak seorangpun bangsa Israel termasuk Yesus, yang ada
hubungannya dengan Paran. Hajar, dengan anaknya Ismail AS,
berkelana di padang gurun Birsheba, yang kemudian menetap di
padang gurun Paran (Genesis, 21:14,21). Ismail AS mengawini
perempuan Mesir dan dari kelahiran anak sulungnya, Haidar (Kedar),
memberikan keturunan kepada bangsa Arab, yang juga merupakan
garis lurus silsilah: Haidar - Jamal - Sahail - Binta - Salaman -
Hamyasa - 'Adad - 'Addi - Adnan - Ma'ad - Nizar - Mudhar - Ilyas -
Mudrikah - Khuzaimah - Kinanah - Nadhar - Malik - Fihir - Ghalib -
Luaiy - Ka'ab - Murrah - Kilab - Qushay - 'Abdul Manaf - Hasyim -
'Abd.Muththalib - 'Abdullah - NABI MUHAMMAD SAW.

Inilah nubuwat dalam (Habakkuk 3:3):


-- The Holy One from Mount Paran. His glory covered the heavens
and the earth was full of his praise. Esa yang Suci dari gunung Paran.
Kemuliaannya meliputi langit dan bumipun penuh dengan pujiannya.

Dan inilah nubuwat dalam Isaiah mengenai Kedar, para penghuni


padang gurun FARAN.
-- The oracle concerning Arabia. In the thickest in Arabia you will
lodge, O caravans of De'danites . For they have fled from the swords,
.... from the bent bow, ... For thus the Lord said to me, "Within a
year, according to the years of a hireling, all the glory of Kedar will
come to an end . And the remainders of the archers of the mighty
men of Kedar will be few (Isaiah 21:13,15-17). Ucapan ilahi terhadap
Arabia. Di belukar Arabia engkau akan bermalam, wahai kafilah-
kafilah orang Dedan . Karena mereka melarikan diri dari pedang ...
dan dari busur yang dilentur, .... Karena beginilah Tuhan berfirman
kepadaku: "Dalam setahun lagi, menurut masa kerja prajurit upahan,
maka semua kemuliaan Kedar akan habis. Dan dari pemanah-
pemanah yang gagah perkasa dari bani Kedar, akan tersisa sejumlah
kecil saja.
-- "For behold darkness shall cover the earth, .... but the LORD will
arise upon you, and the glory will be seen upon you .... All the flocks
of Kedar shall be gathered to you, .... and I will glorify My Glorious
House" (Isaiah, 60:2,7). Karena sesungguhnya kegelapan akan
meliputi bumi, .... namun (terang) Tuhan akan terbit atas kamu, ....
Semua kawanan domba Kedar akan berhimpun kepadamu, .... dan
Aku akan menyemarakkan Rumah KeagunganKu."

Kaitkanlah nubuwat-nubuwat dalam Isaiah itu dengan nubuwat


dalam Deuteronomy dan Habakkuk. Kedar runtuh dan jumlah
pemanah, orang-orang kuat dari anak-anak Kedar, lenyap dalam
setahun setelah mereka itu melarikan diri dari pedang-pedang dan
dari busur-busur yang dibentang (Isaiah). Maka "sinar gemerlapan
dari bukit FARAN" (Deuteronomy) adalah Muhammad SAW. Dalam
Habakkuk, praise from Mount Paran adalah Muhammad SAW,
karena secara harfiah Muhammad berarti praise. Terang Tuhan yang
terbit atas bani Kedar yang dalam kegelapan adalah Muhammad
SAW, karena beliau adalah satu-satunya Nabi melalui siapa bangsa
Arab menerima wahyu di masa kegelapan jahiliyah.

Dan tak lebih dari setahun setelah hijrah, anak cucu keturunan Kedar
yaitu pasukan dari Makkah berjumpa dengan pasukan mujahidin
Muhajirin dan Anshar dari Madinah dalam Perang Badar. Maka
tumbanglah kemuliaan Bani Kedar, yaitu kafir Quraisy penduduk
Makkah, kalah telak dalam Perang Badar. Muhammad SAW
mensucikan kembali itu "Glorious House, Rumah Keagungan Tuhan,
BaituLlah" di Makkah dengan membersihkannya dari patung-patung
berhala. Setiap sekeping berhala tumbang, RasuluLlah SAW
mengucapkan ayat:
-- WQL JAa ALhQ WZHQ ALBAThL AN ALBARhL KAN
ZHWQA (S ISRAa, 17:81), dibaca: waqul ja-al haqqu wazahaqal ba-
thilu innal ba-thila ka-na zahu-qan. Katakanlah telah datang
kebenaran dan telah lenyap yang batil, sesungguhnya kebatilan itu
niscaya lenyap. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 11 Desember 2005 [H.Muh.Nur Abdurrahman]


[BACK] [HOME]

707. Melayari Laut dalam Konteks Nilai Sub-Kultur Bugis


Makassar

Kita buka perbincangan ini dengan kelong (syair Makassar) yang


menggambarkan nilai semangat istiqamah (konsisten), baik dalam hal
prinsip maupun dalam hal operasional:

Takunjungaq bangun turuq


Takuginciriq gulingku
Kualleanna
Tallanga natoaliya

Tak kumau angin buritan


Kemudi takkan kuputar
Kendatipun akan tenggelam
Pantang aku urung berlayar

Yang berikut adalah nilai keberanian yang bersinergi kecakapan


berlayar.

Saya masih ingat waktu kecil ketika bermain-main sampan layar,


saya yang sedang memegang kemudi di bagian belakang sampan
berteriak jagako kepada teman yang bertugas mengimbangi
kemiringan sampan, yang berdiri dipinggir sampan pada sisi yang
berlawanan dengan layar. Biasanya sampan mempunyai
cadik/kengkeng, semacam tangkai yang menganjur keluar kiri kanan
sampan untuk keseimbangan sampan. Tetapi waktu saya masih anak-
anak dalam soal sampan layar mempunyai nilai tersendiri: Anak-
anak/remaja yang melayarkan sampan layar yang memakai cadik
dicap penakut. Teriakan jagako itu saya ucapkan untuk
memperingatkan teman tadi agar siap siaga akan datangnya angin,
karena melihat kerutan kecil air laut yang melaju ke arah sampan
layar kami itu. [Cuplikan dari Seri 029, bertanggal 17 Mei 1992]

Yang berikut adalah nilai "pandangan berisi" dan kecekatan berlayar


menggergaji menghadapi angin sakal, yaitu dengan
mengoperasionalkan tujuan taktis yang kelihatannya menyimpang
dari tujuan strategis.

Pada zaman Jepang seorang heitai (serdadu Jepang) membentak


nakhoda perahu sambil meludahi kedua telapak tangannya: "Bagero,
kunapa purahu kusituka?". Tentera Jepang kalau membentak dengan
bagero disertai dengan meludahi telapak tangan itu berarti siap-siap
untuk menempeleng. Ia marah besar kepada nakhoda perahu, oleh
karena tujuan perahu menyimpang sekitar 45 derajat ke kiri dari arah
pulau yang akan dituju, p.Jampea. Melihat gelagat tentera Jepang
yang menyandang samurai itu, nakhoda perahu dengan tenang
menatap mata heitai Jepang itu dengan sinar mata yang tajam dengan
"pandangan berisi", yang mengandung pengaruh sirap. Hasilnya,
Jepang itu tertunduk, sikapnya melemah, butir-butir keringat
menyembul di keningnya. Dahulu para nakhoda perahu bukan hanya
terampil melayarkan bahtera saja, melainkan harus pula menguasai
ilmu "pandangan berisi" sebagai salah satu persyaratan untuk
menjadi nakhoda. "Tuan, kita menggergaji, kita mendapat angin
sakal, bukan angin buritan", nakhoda itu menjelaskan. Sungguhpun
serdadu Jepang itu kurang begitu mengerti penjelasan sang nakhoda,
ia mangguk-mangguk saja, maklumlah hatinya sudah kecut oleh sinar
mata sang nakhoda. Apa sesungguhnya yang terjadi ialah perahu itu
harus menempuh lintasan seperti mata gergaji, zig zag, oleh karena
angin tidak bertiup dari belakang perahu. Itu biasa dalam dunia
pelayaran, yang belum difahami oleh serdadu Jepang itu. [Cuplikan
dari Seri 096, bertanggal 26 September 1993]

Yang berikut adalah nilai musyawarah dan kebersamaan dalam


membina negeri:

Malam Jumat, 4 Agustus 1994, di lantai 3 Gedung Harian Fajar itu


tatkala mendengarkan alunan suara budayawan Mappaseleng Dg
Maqgauq, menyanyikan "Minasa ri Boritta", saya bernostalgia, ingat
tempo doeloe, ketika saya masih kecil di kampung halaman, sewaktu
lagu-lagu daerah masih sangat dominan, oleh karena belum terjadi
akulturasi budaya kita dengan budaya luar. Waktu itu setiap ada
"paqgaukang", pesta kenduri, tidak pernah ketinggalan acara
kesenian Rambang-Rambang, yaitu nyanyian solo diiringi oleh empat
atau lima biola dan rabbana (rebana). Sebelum Perang Dunia kedua
kalau ada Pasar Malam di Makassar, Parambang-Rambang Silayaraq
(Selayar) tidak pernah absen. Mengapa nyanyian solo yang diiingi
dengan perangkat bunyi-bunyian biola dan rebana itu dinamakan
apparambang-rambang, menggelar rambang-rambang, oleh karena
senantiasa lagu pertama yang dinyanyikan ialah lagu/kelong
Rambang-Rambang. [Cuplikan dari Seri 139, bertanggal 7 Agustus
1994).

Kata dasar rambang menjadi kata kerja aqrambangang, itu terkhusus


istilah yang digunakan dalam kalangan pelaut, artinya berbanjar
mengembang layar. Dalam bahasa Makassar kata kerja ditasrifkan.
Untuk orang pertama tunggal aqrambangang. Orang pertama jamak
kiqrambangang. Orang pertama jamak waktu yang akan datang
(future tense) nakiqrambangang. Tasrif (konyugasi) terakhir ini dapat
dilihat dalam kelong Rambang-Rambang di bawah.

Pakabajiki boritta
Kimassing massamaturuq
Nakiqrambangang
Ansombali mateqneya

Benahilah negeri kita


Masing-masing bersepakat
Berbanjar mengembang layar
Berlayar mencapai sejahtera

Karena nakiqrambangang dalam bentuk future tense, maka berbanjar


mengembang layar baru dikerjakan setelah terjadi kesepakatan. Jadi
nilai filosofis kelong Rambang-Rambang, yaitu pekerjaan
membenahi negeri barulah dilakukan setelah terjadi kesepakatan,
bukanlah tiba masa tiba akal.

***

Hasil istinbath (penggalian) nilai Sub-Kultur di atas itu utamanya


nilai musyawarah/kesepakatan dan kebersamaan serta istiqamah
dalam membenahi negeri mestilah berutumpu pada paradiqma Nilai
Al-Furqan dari Syari'at Islam. yaitu bertawakkal kepada Allah,
seperti FirmanNya:
-- WSyAWRHM FY ALAMR FADzA 'AZMT FTWKL 'ALY
ALLH AN ALLH YhB ALMTWKLYN (S. AL'AMRAN, 3:159),
dibaca: wasya-wirhum fil amri faidza- 'azamta fatawakkal 'alaLla-hi
inaaLla-ha yuhibuul mutawakkli-na, artinya: Dan bermusyawaralah
dengan mereka dalam urusan (negara dan kemasyarakatan), maka
apabila engkau telah menetapkan cita-cita, bertawakkallah kepada
Allah, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang tawakkal.
WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 18 Desember 2005 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]
708. Fenomena Alam Dijadikan Perumpamaan

-- WLQD SHRFNA LLNAS FY HDzA ALQURAN MN KL MtSL


FABY AKTsR ALNAS ALA KFWRA (S.ALASRY, 17: 89), dibaca:
walaqad sharrafna- linna-si fi- ha-dzal qur.a-ni ming kulli matsalin
faaba- aktsaran na-si illa- kafu-ran, artinya:
-- Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulang kepada manusia
dalam Al Qur'an ini tiap-tiap macam perumpamaan, namun
kebanyakan manusia enggan (mengambil ibarat), (karena) mereka itu
kafir.

Pengikisan tanah di lereng-lereng gunung oleh air bah yang mengalir


dengan ganas disebut erosi. Di dalam Al Quran fenomena alam yang
berupa erosi ini dinformasikan sebagai bahan bandingan
perumpamaan untuk erosi amal sedekah seseorang.
-- YAsYHA ALDzYN AMNWA LA TBThLWA ShDQTKM
BALMN WALADzY KALDzY YNFQ MALH RaAa ALNAS WLA
YWaMNWA BALLH WALYWM ALAKhR FMtSLH KMTsL
ShFWAN 'ALYH TRAB FAShABH WABL FTRKH ShLDA LA
YQDRWN 'ALY SyYa MMA KSBWA WALLH LA YHDY
ALQWM ALKFRYN (S. ALBQRt, 2:264), dibaca: ya-ayyuhal ladzi-
na a-manu- la- tubthilu- shadaqa-tikum bilmanni wal a-dza- kalladzi-
yunfiqu ma-lahu- ria-an na-si wala- yu'minu- biLla-hi walyawmil a-
khiri famatsaluhu- kamatsali shafwa-nin 'alayhi tura-bun faasha-
bahu- wa-bilun fatarakahu- shaldan la yaqdiru-na 'ala- syaiim
mimma- kasabu- waLla-hu la- yahdil qawmal ka-firi-na, artinya:
-- Hai orang-orang beriman, janganlah kamu batalkan amal
sedekahmu, dengan cara menyiarkan (kepada umum) dan melukai
perasaan (yang diberi sedekah), seperti cara menyumbang dengan
penampilan (riya) dari orang-orang yang tidak beriman kepada Allah
dan Hari Akhirat; adapun cara yang demikian itu ibarat batu karang
licin yang di atasnya terdapat lapisan tanah diguyur oleh curahan
hujan yang lebat yang memberikan bekas tanah hanyut dan tinggallah
batu karang licin yang gundul, maka demikian pulalah keadaan amal
sedekahnya hilang tidak ada yang tinggal.

Perbuatan batil diibaratkan sebagai buih dalam fenomena alam.


-- FASALT AWDYt BQDRHA FAhTML ALSYL ZBDA RABYA
WMMA YWQDWN 'ALYH FY ALNAR ABTGhAa hLYt AW
MTA'A ZBD MTsLH KDzLK YDhRB ALLH ALhQ WALBAThL
FAMA ALZBD FYDzHB JFAa WAMA YNF'A ALNAS FYMKtS
FY ALARDh KDzLK YDhRB ALLH ALAMTsAL (s. ALR'AD,
13:17), dibaca: fasa-lat awdiyatun biqadariha- fahtamaks sailu
zabadar ra-biyan wamimma- yu-qidu-na 'alaihi finna-rib tigha-a
hilyatin aw mata-'in zabzdun mitsluhu- kadza-lika yadhribu Lla-hul
haqqa walba-thilun faammaz zabdu fayadzhabu jufa-an wamma- ma-
yanfaqun na-sa fayamkutsu fil ardhi kadza-lika yadhribu Lla-hul
amtsa-la, artinya:
-- maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa
(logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau
alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah
membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun
buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun
yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi.
Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan.

Untuk penjelasan lebih lanjut perlu terlebih dahulu dibahas dua kata-
kunci: syaithan dan rajm.
Syaithan; antara lain ialah pemimpin kaum munafiq yang memusuhi
Nabi Muhammad SAW, seperti Firman Allah:
-- WADzA KhLWA ALA SyYTHYNHM QALWA ANA M'AKUM
(S. ALBQRt, 2:14), dibaca: waidza- khalau ila- syaya-thi-nihim qa-
lu- inna- ma'akum, artinya:
-- Dan ketika mereka berkhalwat (menyendiri) bersama setan-setan
(pemimpin) mereka, mereka berkata kami bersama kalian.
Dalam hal ini setan-setan itu ialah anak buah iblis yang memusuhi
Nabi Muhamamd SAW yang terdiri dari dua golongan dalam hal
politik dan dalam hal perdukunan ramal-meramal.
Rajm; umumnya berarti melempar dengan batu. Kalau Al-Quran
dijadikan kamus maka kata rajm berarti pula ramalan, ini dapat
dilihat dalam ayat:
-- RJMA BALGhYB (S. ALKHF, 18:22), dibaca: rajman bil ghaybi,
artinya:
-- meramal tentang yang ghaib
dan rajm berarti juga mengeluarkan umpatan, seperi ucapan ayah
Ibrahim kepada Ibrahim AS. Ini dapat dilihat dalam ayat:
-- LARJMNKM (S. MRYM, 19:46), dibaca: laarjumannakum,
artinya:
-- kuumpat engkau
Dan rajm juga berarti usir, yaitu setan atau iblis diusir Allah keluar
dari alam malakut.

-- WLQD ZYNA ALASMAa ALDNYA BMShABh WJ'ALNHA


RJWMA LLSyYThYN (S. AlMLK, 67:5), dibaca: walaqad
dzayyannas sama-id dunya- bimasha-biha waja'alnaaha- rujumal
lisysyaya-thi-ni, artinya:
-- Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan
pelita-pelita dan Kami menjadikannya pelempar setan.
-- MN KhThF ALKhFThFt FATB'AH ShHAB TsAQB (S.
ALShFAT, 37:10), dibaca: man khathifal khathfata faatba'ahu- shiha-
bu tsa-qibun, artinya:
-- Bagi siapa (setan) yang menangkap tangkapan (di langit) maka ia
segera dikejar oleh suluh api (tahi bintang) yang cemerlang.

Setan-setan anak buah iblis kontemporer berupa pemilik mesin


perang satelit mata-mata yang mendata negeri-negeri Islam (seperti
Aghanistan dan Iraq) dari atas angkasa, dalam rangka melumatkan
negeri-negeri yang dibenci oleh setan-setan itu. Satelit mata-mata itu
dikejar oleh tahi bintang berupa meteor-meteor yang terbakar karena
bergesek dengan atmosfer bumi. Itu adalah fenomena alam sebagai
perumpamaan perbuatan sesat dukun-dukun peramal yang ramalan
dan umpatannya diusir oleh cahaya Islam yang yang mengusir
kebohongan ramalan dan umpatan para dukun peramal tersebut.

Yang terakhir Firman Allah:


-- MTsL ALJNt ALTY W'AD ALMTQWN TJRY MN ThTHA
ANHAR AKLHA DAaM WZhLHA TLK 'AQBY ALDzYN
ATQWA AW 'AQBY ALKFRYN ALNAR (ALR'AD, 13:35),
dibaca: matsalul jannatul lati- u'idal muttaqu-na tajri- min tahtaihal
anha-r ukuluha- da-imuw wa'uqbal ka-firi-nan naari, artinya:
-- Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang
taqwa ialah (seperti taman), mengalir sungai-sungai di bawahnya ;
makanannya tak henti-henti, sedang naungannya (demikian pula);
itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertaqwa; sedang
tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka.

Adapun surga itu tak terkira jauh lebih menyenangkan dari


perumpamaan fenoma alam yang dijadikan pembanding. WaLlahu
a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 25 Desember 2005 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

709. Genderisme yang Kebablasan

Pada 10 Desember 2005 lalu, Metro TV menayangkan Lia


Aminuddin punya "Tahta Suci Kerajaan Tuhan Eden". Tak pelak,
tayangan ini memicu kegelisahan masyarakat, FPI pun bergegas
menggelar tabligh akbar di masjid dekat markas Kerajaan Eden.
Polisi pun pada 29 Desember lalu menyeret Lia Aminuddin bersama
para pengikutnya untuk diperiksa. Sebenarnya media massa pernah
meributkan ajaran sesat Lia Aminuddin yang mengaku nabi, terus
jadi Maryam dan katanya anaknya jadi Nabi Isa yang ujung-ujungnya
ia kesurupan setan yang disangkanya Jibril. TPI-pun tidak
ketinggalan menayangkan ajaran sesat Lia Aminuddin ini dalam
acara Jejak Kasus pada 2 Januari 2006.

Fenomena aktivitas Lia ini berupa bandul Genderisme yang berayun


ke posisi ekstrem kanan. Ya Genderisme dewasa ini sudah
kebablasan. Genderisme kebablasan ini dianut baik oleh perempuan
maupun laki-laki. Tidak percaya?

Yang berikut dibeberkan jenis kelamin perempuan yang kesurupan


Genderisme yang kebablasan tsb:

Tim Pengarus-utamaan Gender (TPG), diketuai oleh Siti Musdah


Mulia, yang disponsori/didanai oleh The Asia Foundation
menganggap pemberlakuan masa iddah hanya kepada perempuan itu
melanggar "aqidah" Genderisme sehingga kebablasan bikin fiqh baru
antara lain hasil istinbathnya: Masa iddah bagi laki-laki adalah
seratus tiga puluh hari [buah fiqh baru TPG: ps.88 ayat 7(a)]. Padahal
masalah iddah ini sudah jelas diatur oleh ayat Qath'i:
-- WALMTHLQ YTRBSHN BANFSHN TSLTSt QRWa (S.
ALBQRt, 2:228), dibaca: walmuthallaqa-tu yatarabbashna
bianfusihinna tsala-tsata quru-in, artinya: Perempuan-perempuan
yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru'.
Hanya perempuanlah yang ada masa iddah. Prinsip gender oleh
Jaringan yang menamakan diri Islam Liberal (JIL), dimana Siti
Musdah Mulia dan para anggota tim TPG termasuk para
penganut/benggolan JIL, meletakkan akal pada posisi mengatasi
wahyu. Prinsip gender yang secara fanatik diletakkan pada posisi
mengatasi wahyu oleh para penganut JIL, membutakan mata hati
mereka, lalu membuat bid'ah, tidak melihat bahwa hanya perempuan
yang bisa hamil, laki-laki tidak.

Hari Jum'at, 18 Maret 2005 sekelompok yang mengaku Muslim dan


Muslimah Amerika sekitar 90 orang melakukan ibadah Jum'at. Ini
jum'atan asal-asalan, karena khatibnya merangkap imam serta
muadzzin semuanya perempuan (lahir kosa-kata baru khatibah,
imamah dan muadzzinah, padahal imamah selama ini bukan berarti
imam perempuan). Khatib dan imam perempuan itu konon bernama
Aminah Wadud, seorang doktor berpangkat Associate Professor
dalam filosofi dan kajian agama di Virginia Commonwealth
University, Richmond, USA. Sedangkan muadzzin perempuan itu
bernama Suehyla el-Attar yang berucap kepada Al-Jazirah bahwa itu
berdasar atas ingatannya tatkala masih kecil yang didengarnya dari
ayahnya sewaktu masih di Mesir. Parahnya lagi muadzzin perempuan
ini betul-betul asal-asalan, karena berkepala telanjang alias tidak
bertutup kain telekung. Betul-betul liberal, liberte et egalite. Jum'atan
asal-asalan ini diselenggarakan oleh yang mengaku Progressive
Muslim Union bertempat di aula Synod House pada Katedral St.
John the Divine. Dalam talkshow di TV Aminah Wadud ini dibela
oleh dedengkot dari JIL.

Yang berikut ini disajikan jenis kelamin laki-laki yang juga


kesurupan hantu Genderisme yang kebablasan tsb:

Dr Nasaruddin(*) Umar, yang juga benggolan JIL, menulis tentang


Wacana Genderisme dan Wahyu untuk Ibu Nabi Musa, ada Nabi
yang perempuan. Ini dibuktikan dengan sebuah wahyu yang
menyebutkan... "dan kami wahyukan kepada ibu Nabi Musa." Wahyu
adalah pesan yang diturunkan oleh Allah SWT kepada seorang Nabi
dan bukan orang sembarangan. Hanya karena pada saat wahyu itu
turun, dunia (Arab khususnya) sangat tidak bersahabat dengan
perempuan; maka nabi perempuan sangat tidak populer, demikian
menurut Nasaruddin.
[Sumber: http://www.suaramerdeka.com/harian/0103/23/kha5.htm
Jumat, 23 Maret 2001 Karangan Khas]

Buah pikiran Nasaruddin Umar tentang adanya Nabi perempuan itu


menunjukkan bahwa Nasaruddin berpikir parsial, tidak kaffah,
karena dia hanya melihat ayat tentang ibu Nabi Musa AS yang
mendapatkan wahyu. Tidak semua yang mendapat wahyu itu Nabi.
Al-Quran juga menyebutkan bahwa lebahpun mendapatkan wahyu.
Apakah lebah itu boleh disebut Nabi? Kalau mau bersilat lidah
bahwa yang dimaksudkan pada lebah adalah instink, maka simaklah
ayat berikut:
-- FB'ATs ALLH ALNBYN MBSyRYN WMNDzRYN WANZL
M'AHM ALKTB BALhQ LYhKM BYN ALNAS FYMA
AKhTLFWA FYH (S. ALBQRt, 2:213), dibaca: faba'atsa Lla-hun
nabiyyi-na mubasysyiri-na wamundziriyna waanzala ma'ahumul kita-
ba bil haqqi liyahkuma baynan na-si fi-makh talafu- fi-hi, artinya:
-- Maka Allah membangkitkan nabi-nabi untuk penggembira dan
penggentar dan menurunkan Kitab bersama mereka itu di atas
kebenaran untuk (menetapkan keputusan) hukum (siapa yang benar)
di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan (2:213).

Jadi menurut ayat [2:213] barulah perlu dan cukup tentang kriteria
seorang Nabi ialah mendapat wahyu dan mendapatkan Kitab sebagai
rujukan untuk menetapkan keputusan hukum (yahkum). Nasaruddin
membuat definisi "seenak" benaknya mengenai ta'rif (definisi) Nabi.
Tidak ada keterangan dalam Nash bahwa Allah SWT menurunkan
Kitab kepada ibu Nabi Musa AS. Tampaklah pula ciri-khas pola pikir
penganut JIL yaitu konfigurasi akal mengatasi wahyu.

***

Yang di atas itu menyangkut ayunan bandul Genderisme ke posisi


ekstrem kanan yang melabrak Syari'ah. Lalu yang mana itu posisi
ayunan bandul Genderisme pada ekstrem kiri? Nah inilah dia
paradigmanya: HOUSEWIVES ARE UNPAID SLAVES (Para isteri
adalah budak-budak yang tidak digaji). Di atasnya bertumpulah
rumus Genderisme ekstrem kiri: The abolition of institutional
marriage, home and family, instead men and women living in large
communes where the welfare and rearing of the children would be
public responsibility (Penghapusan lembaga perkawinan, rumah-
tangga, menukarnya dengan hidup bersama dalam komunitas kumpul
kebo(**) di mana kesejahteraan dan pemeliharaan anak-anak adalah
tanggung-jawab publik). Na'udzu biLlah min dzalik. WaLlahu a'lamu
bisshawab.

*** Makassar, 8 Januari 2006 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

_____________________
(*) Mestinya Nashruddin, kemudian dipreteli secara liberal pakai
rumus: +a-h, shad diubah sin, tanda mati diubah jadi baris-atas, maka
menjadilah Nasaruddin.
(**) Komunitas kumpul kebo, adalah sekumupulan kawanan manusia
yang seperti kawanan kerbau (kebo) liar, dimana di dalamnya gonta-
ganti tidak ada pasangan tetap, alias free sex, ya seperti kawanan
binatang pada umumnya yang hidup bergerombol/kawanan.

[BACK] [HOME]

710. Perempuan Berjihad yang Bersih dari Genderisme


Apabila disebut perkataan 'jihad', apakah yang terlintas di dalam
pikiran kita? Serta-merta tergambar kesungguhan berkorban yang
akan menimbulkan semangat berjuang hingga ke tetesan darah yang
terakhir! Semangat ini memang baik dan perlu dipupuk bertepatan
dengan ketetapan Islam serta kehendak Allah SWT.

Menurut arti bahasa (lughawi), jihad adalah bersungguh-sungguh.


Jahada filamri, artinya berusaha dengan sungguh-sungguh. Dengan
mendasarkan pada pengertian bahasa tersebut, oleh sebagian tokoh
agama dan intelektual, kata jihad diimplementasikan dalam banyak
aspek. Maka, menurut mereka, semua kegiatan kebaikan yang
dilakukan dengan sungguh-sungguh adalah jihad. Menuntut ilmu,
bekerja, atau berbagai kegiatan lain, bila dilakukan secara sungguh-
sungguh dan bertujuan baik semua adalah jihad. Tetapi, jihad tidak
boleh dibatasi pengertiannya hanya menurut arti bahasa saja. Karena
di samping arti bahasa, jihad juga memiliki makna yang digali dari
nash-nash syar'i yang menjelaskan tentang perintah jihad.
Berdasarkan pengertian menurut Syari'ah (syar'i) jihad memiliki arti
spesifik, yaitu : "qitaalu lkuffaari fiy sabiyliLlahi li i'lai
kalimatiLlahi", yaitu memerangi orang-orang kafir di jalan Allah
dalam rangka meninggikan kalimat Allah (Islam). Jadi, jihad adalah
mengangkat senjata untuk melawan atau memerangi orang-orang
kafir, dalam rangka membela kehormatan Islam dan kaum Muslimin.
Demikianlah menurut definisi yang syar'i, jihad ialah mengerahkan
tenaga untuk mempertahankan/membela Islam dan kaum Muslimin,
bagi mencapai keredaaan Allah. Dari sini nanti akan terbentuk
sebuah masyarakat Islam dan seterusnya akan terbina negara Islam
yang sehat. Jihad mesti berterusan hingga ke hari qiamat. Martabat
jihad yang paling rendah ialah jihad di dalam hati dan yang paling
tinggi ialah berperang di atas jalan Allah. Mengorbankan waktu,
harta dan kepentingan diri sendiri demi kebaikan Islam serta
ummatnya juga adalah jihad. Begitu juga dengan menyeru kearah
kebaikan dan mencegah kemungkaran (amar ma'ruf nahyi munkar)
serta memperjelaskan hakikat Tawhid (keEsaaan Allah) juga
merupakan sebahagian daripada jihad.

Bagimanakah kedudukan perempuan dalam jihad yang bersih dari


Genderisme?
Jawaban atas pertanyaan ini mesti benar-benar difahami supaya
sumbangan kita dalam jihad akan menguntungkan Islam. Oleh karena
itu, kita perlu menyingkap kembali lembaran sejarah Rasulullah
SAW untuk mengambil iktibar tentang persoalan jihad bagi kaum
perempuan. Diriwayatkan oleh Al-Bazzar dan Ath-Thabrani, pada
suatu hari seorang perempuan bernama Zainab yang bergelar
Khatibatin-nisa' (seorang tokoh perempuan yang pintar berpidato)
datang menemui Rasulullah SAW lalu berkata: "Aku telah diutus
oleh kaum perempuan kepada engkau. Jihad yang diwajibkan oleh
Allah ke atas kaum lelaki itu, jika mereka luka parah, mereka
mendapat pahala. Dan jika mereka gugur pula, mereka hidup disisi
Allah dengan mendapat rezeki. Manakala kami kaum perempuan,
sering membantu mereka. Maka apakah pula balasan kami untuk
semua itu?"
Bersabda Rasulullah SAW: "Sampaikanlah kepada barang siapa yang
engkau temui daripada kaum perempuan, bahawasanya taat kepada
suami serta mengakui haknya adalah menyamai pahala orang yang
berjihad pada jalan Allah, tetapi adalah sangat sedikit sekali daripada
golongan kamu yang dapat melakukan demikian."

Pada dasarnya, kaum perempuan disamakan dengan kaum lelaki


dalam tanggungjawab agama samada mengenai aqidah, ibadah dan
muamalah, kecuali tanggungjawab yang khusus yang sesuai dengan
fitrah (nature) kaum perempuan. Begitu juga dengan tanggungjawab
jihad yang diwajibkan kepada kaum lelaki tidak diwajibkan kepada
kaum perempuan. Seandainya kaum perempuan berupaya pergi
bersama-sama kaum lelaki ke medan pertempuran, tidaklah ditolak
oleh Islam. Bagaimanapun tugas ini hanya dianggap sebagai
sumbangan tambahan. Jelaslah, jihad yang paling utama dan dituntut
kepada setiap perempuan ialah taat kepada suami dan mengakui hak
suami, manakala jihad di luar rumah adalah sumbangan tambahan
bagi mereka yang berbuat demikian.

Oleh sebab itu kita mesti menyakini bahawa berjihad di barisan


depan adalah kaum lelaki, sedangksn jihad kaum perempuan sebagai
tulang belakang adalah ketetapan Allah SWT yang Maha Adil. Kita
perlu memahami firman Allah yang bermaksud:
-- WALMWaMNWN WALMWaMNT B'ADhHM AWLYAa B'ADh
YAaMRWN BALM'ARWF WYNHWN 'AN ALMNKR (S.
ALTWBt, 9:71), dibaca:
-- walmu'minu-na walmu'mina-ti ba'dhuhum awliya-u ba'dhin
ya'muru-na bilma'ru-fi wayanhauna 'anil mungkari, artinya:
-- Dan orang-orang beriman laki-laki dan orang-orang beriman
perempuan sebahagian mereka (adalah) wali bagi sebahagian yang
lain, mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf dan mencegah
yang mungkar (At-Taubah, 71).

Alhasil, sudut-sudut jihad perempuan, yaitu:


1. Menjadikan rumahtangga tempat yang bahagia untuk keluarga
berkumpul.
2. Mewujudkan suasana Islam dalam proses pendidikan dan
pembesaran anak-anak.
3. Menyempurnakan segala urusan rumah tangga menurut syara'
dengan penuh keikhlasan semoga akan beroleh keberkatan.
4. Mengajak sesamanya perempuan memahami prinsip-prinsip Islam
dan cara hidup yang Allah tetapkan.
5. Memerangi perkara-perkara bid'ah, khurafat serta pemikiran yang
salah dan adab-adab yang buruk yang mengusai perempuan masa
kini.
6. Menyertai rancangan kemasyarakatan yang berfaaedah untuk umat
manusia umumnya, seperti menjaga anak-anak yatim, organisasi
perempuan, sekolah-sekolah dan bantuan untuk keluarga miskin.

Sebagai kesimpulan, sekali lagi perlu dicamkan bahawa jihad yang


utama bagi perempuan adalah wajib bagi semua muslimah dalam
batas kemampuan yang telah Allah kurniakan. Manakala jihad
tambahan yang Allah anugerahkan bersama keistimewaan tertentu
tidak boleh membatalkan jihad yang utama. Jihad utama mesti
dilaksanakan dahulu, yang bagi kaum perempuan keenam butir di
atas itu. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 15 Januari 2006 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

711. Lagi-lagi Terror, Bertemu Ruas dengan Buku

Terror apa lagi itu? Bukankah Doktor Azhari sudah almarhum? Baru-
baru ini pada hari Rabu pagi-pagi muncul di TV Azhari Sisters
berpakaian seronok, memajang tiga perempat menyembul pengayu
daranya, bicara tentang terror baru, majallah Playboy, alias Buaja
Akkarena. Ini bahasa Makassar, buaja = boyo, buaya dan akkarena =
main. Maka bertemulah ruas dengan buku, ATM kingdom, eh
kondom dengan Playboy. Dua terrorrist baru yang menterror para
orang tua yang punya anak setahun jagung, Anak Baru Genit, eh
Gede (ABG). Maka para AGB dan Orang Tua Genit (OTG) akan
banyak mendapatkan pilihan dalam memilih jenis dan merek
kingdom, karena majalah Buaja Akkarena sudah pastilah akan jadi
salah satu sarana bagi perusahaan kondom untuk memasang iklan
produk kingdomnya.

Apa itu kondom? Itu suatu alat untuk memproteksi (?) akibat buruk
dari hasil perbuatan buruk. Jika ada sepasang remaja akan melakukan
akkarena seks bebas, salah seorang bertanya: Bagaimana kita
melakukannya? Yang satu menjawab: Gampang! Bukankah sekarang
ada ATM kondom! Kalau malu-malu beli di apotek, nanti pada gelap
malamlah merayap seperti buaya ke tempat ATM kondom, tidak
dilihat orang, murah lagi, lebih murah dari kalau beli di apotek.!
Masukkan tiga buah uang logam lima ratus rupiah = Rp.1.500,00 ke
dalam ATM, nanti akan keluar sebuah kotak kondom merek "Artika"
berisi 3 buah. Pilihan aroma terserah pembeli. Ada lima buah tombol
untuk memilih kondom dengan aroma yang diinginkan, pisang,
cokelat, atau stroberi. Kondom murah liwat ATM? Tentu saja karena
bersubsidi. Harga Rp 1.500,00 adalah harga sesudah disubsidi. Di
apotek harga untuk kondom yang sama mencapai Rp 3.500,00 per
kotak.

Dengarlah ceritanya ! ATM kondom adalah program dari WHO dan


diterapkan dalam rangka penanggulangan penyakit AIDS dan HIV.
Tanggal 20 Desember 2005 lalu, pada acara Pertemuan Institusi
Masyarakat Pedesaan Regional yang diikuti Jawa Barat, Bali, dan
Kalimantan Barat, Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) Pusat Dr. Sumarjati Arjoso, SKM. memberikan
sepuluh unit mesin kondom itu kepada Ketua Komisi
Penanggulangan AIDS (KPA) dengan pesan penggunaannya tidak
hanya untuk kepentingan AIDS, juga untuk program KB, begitu
ceritanya Kepala BKKBN Jabar Drs. H. Hertog N. Saud, M.P.A.
tentang asal muasal ATM yang ditolak di beberapa tempat seperti
Bogor dan Yogyakarta, tetapi di Makassar ini belum ada suara.

Ada suara-suara banci yang mengatakan tidak perlu terlalu keras


menolaknya, yaitu ATM itu diletakkan di lokasi pelacuran.
Ketahuailah bahwa pada awalnya, mungkin akan taat dengan
pemberlakuan lokasi yang disepakati. Tetapi jika berikutnya pebisnis
ATM kondom itu mencoba untuk memperluas pasarnya dengan
meletakkannya di tempat umum, maka hukum dan aparat belum tentu
bertindak tegas untuk menghilangkannya. Sehingga pada ujung-
ujungnya, lokasi ATM itu menyebar lebih luas dari tujuan semula.
Dan biasanya, semuanya akan diam dari mencoba mentertibkan
kesalahan ini. Maka ketentuan lokasi untuk mencegah penyalah-
gunaan mesin ATM itu menjadi tidak berarti. Bisnis memang seperti
itu. Pertimbangan moral selalu dikorbankan. Padahal taruhannya
adalah ABG generasi muda kita.

Sama halnya dengan percobaan penerbitan majalah Playboy


Indonesia. Walaupun ada janji dari pihak penerbit bahwa Playboy
Indonesia tidak akan cabul (Fajar, edisi 21/1-06), itu bukan jaminan.
Sebab ada urusan uang di sini, sehingga apa yang terjadi kemudian?
Majalah Buaja Akkarena itu akan mulai sedikit demi sedikit menjadi
model Amerika! Karena, sekali lagi begitulah sifat bisnis yang tidak
mengindahkan moral. Jadi pada pokoknya majalah ini harus ditolak,
karena mananya saja, Playboy, menunjukkan identitasnya: CABUL
Pokoknya TOLAK, habis perkara.

Berdasar atas struktur piramida penduduk tanpa penelitian kita yakin


bahwa ABG yang masih labil jiwanya jauh lebih banyak, karena
berada pada posisi yang dekat ke dasar piramida, ketimbang jumlah
para suami pejajan seks yang suka terjun ke lapangan hitam, karena
mereka ini berada lebih ke puncak dari piramida.

Dinegeri-negeri yang penduduknya berperilaku jahiliyah modern


yaitu bebas-seks, pemasyarakatan kondom bukanlah masalah bagi
ABG. Akan tetapi di negeri-negeri yang menolak bebas-seks seperti
di Indonesia, pemasyarakatan kondom niscaya membawa akibat
seperti apa yang dikatakan oleh peribahasa: Tuah anjing celaka kuda.
Dengan pemasyarakatan kondom membawa keuntungan (tuah) bagi
para suami pejajan-seks, tetapi mendatangkan kecelakaan bagi ABG.

Menurut qaidah skala prioritas, menolak mudharat yang ditimbulkan


oleh sesuatu lebih diprioritaskan ketimbang mengambil manfaatnya.
Menolak pemasyarakatan kondom yang membawa mudharat bagi
ABG lebih diprioritaskan ketimbang mengambil manfaat
pemasyarakatan kondom yang memproteksi suami-suami nakal yang
suka jajan seks.

Alhasil pemasyarakatan kondom wajib kita tolak, jangan sampai


terjadi tuah anjing celaka kuda! Lagi pula efektivitas kondom sebagai
alat proteksi terhadap HIV tidak meyakinkan, oleh karena siapa yang
berani menjamin dalam teknologi kondom, bahwa kondom yang
berpori-pori itu, tidak ada n % yang lebih besar dari HIVirus? Sekali
lagi siapa yang berani jamin? Ketahuilah, tidak ada sistem quality
control yang efektif 100 % , yaitu selalu ada saja titik-titik di mana
pori-pori itu lebih besar dari virus HI, sehingga HIV dapat
menembusnya !
Proteksi yang paling aman yaitu menurut Al Quran, dengan metode:
-- LA TQRBWA ALZNY (S. BNY ASRAaYL, 17:32), dibaca: la-
taqrabuz zina-, aerinya:
-- Janganlah kamu dekati zina.
Membeli kondom baik di apotek maupun di ATM kondom dengan
niat dipakai untuk berzina itu artinya sudah mendekati zina. Jadi niat
harus diperbaiki. Ayat (17:32) wajib dituangkan dalam peraturan
perundang-undangan, sebagai mekanisme. Jadi HVS harus dilawan
dengan social engineering, memperbaiki niat, sambil melasanakan
dengan ketat law enforcement dengan sanksi hukuman cambuk 100
kali bagi yang melanggar, yang mengerjakan zina. WaLlah a'lamu
bisshawab.

*** Makassar, 22 Januari 2006 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

712. Seks Bebas, Narkoba HIV dan Kondom

Seks bebas biasa dilembutkan menjadi seks pra-nikah. Sebenarnya


ada hal yang pantas dilembutkan, namun ada pula yang tidak pantas,
termasuk di antaranya seks bebas itu. Juga seperti misalnya PSK
pekerja seks komersiel untuk pelacur serta kata-kata lainnya yang
menunjukkan perbuatan ataupun status yang hina lainnya. Biarkanlah
semua kata-kata yang menunjukkan kehinaan itu tidak dilembutkan.
Gaya lembut (euphemism) jangan dibiarkan iiberal, semua ada
batasnya. Bahkan bila perlu kata itu dialihkan menjadi bernuansa
ejekan, seperti misalnya kondom disebutlah jas-mani. Demikianlah
sekarang ini masyarakat digiring ke arah rasa bahasa bernuansa tidak
enak mengenai kata "keras", bahwa keras itu tidak baik, sehingga
kata-kata itu perlu dilembutkan, sebab keras itu tidak baik. Tidak
boleh menghukum anak dengan pukulan, karena itu keras, itu tidak
baik. Dalam hal ilmu logam keras itu baik. Dalam Syari'at kita
disuruh menghukum dengan pukulan jika anak kita sudah berumur
sepuluh tahun malas shalat. Pukulan mendidik menurut Syari'at itu
jangan disamakan dengan menganiaya. Pukulan mendidik menurut
Syari'at itu terasa sakit tetapi tidak berbahaya, seperti misalnya
telapak tangan, betis, dipukul pakai mistar, atau daun telinga dipiting
bagian atasnya, jangan bagian bawah. Pukulan yang tidak menurut
Syari'at adalah pukulan yang menganiaya yang menyebabkan anak
cedera, dan itu bisa ditangkap dengan tuduhan melanggar Undang-
Undang Perlindungan Terhadap Anak. Lihatlah akibatnya metode
pendidikan yang menganggap menghukum dengan pukulan itu tidak
baik, karena itu keras, lalu apa hasilnya? Anak-anak menjadi liberal,
kurang ajar terhadap orang tua dan gurunya, bahkan perilaku yang
liberal berupa bernakoba dan berseks bebas yang semakin buas di
negeri ini.

Hasil pendidikan bergaya lembut yang menghasilkan perilaku liberal


itu ibarat tanaman yang diberi pupuk berupa bacaan sampah
pornografi dan tayangan erotis pornoaksi yang menimbulkan hasrat
nafsu hewani, serta disiram air berupa kondom yang menimbulkan
rasa aman dan berani untuk berbuat hina berseks bebas. Bangsa ini
sudah babak belur dengan citra negara terkorup no 2. Dan itu semua
di alamatkan kepada ummat Islam, karena ummat Islam yang
mayoritas di negara ini. Lalu apa jadinya bangsa ini jika kemudian
menjadi negara seks bebas no 2 juga di dunia? Tidak! Pertumbuhan
populasi peseks bebas harus diredam. Sekurang-kurangnya grafik
pertumbuhan yang menanjak harus dipatahkan dijadikan menurun
dengan mekanisme Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi
dengan sanksi yang keras harus cepat-cepat disahkan.

Sejalan dengan mekasisme itu populasi yang berseks bebas itu


diperbaiki niatnya serta lingkungan dibersihkan dari setan-setan yang
merusak niat yang baik, dari setan-setan yang merangsang hasrat
nafsu kebinatangan seksual. Juga dari lingkungan yang menimbulkan
keberanian serta rasa aman melakukan seks bebas. Yang manakah itu
setan-setan yang merangsang hasrat nafsu kebinatangan seksual
tersbut? Itulah dia terutama majallah-majallah porno yang sudah
banyak bercabul di negeri ini dan akan ditambah lagi dengan
Playboy. Dan yang manakah itu setan-setan yang menimbulkan
keberanian serta rasa aman melakukan seks bebas? Itulah dia
kondom yang telah tersebar diperjual-belikan secara liberal di negeri
ini, dan akan ditambah lagi dengan ATM kondom. Playboy dan ATM
kondom ini akan menambah populasi peseks bebas, rangsangan
bertambah, kemudian yang selama ini masih malu-malu secara
terbuka membeli kondom akan merayap secara diam-diam pada
waktu gelap malam mendatangi ATM kondom.

Seks bebas dan narkoba adalah dua sejoli dalam menyebarkan HIV.
Mengapa? Karena baik seks bebas maupun narkoba masing-masing
pakai mekanisme jarum suntik. Pada seks bebas jarum suntiknya
tumpul sedangkan pada narkoba ada yang pakai jarum suntik yang
runcing. Namun ada bedanya, yaitu jarum suntik yang tumpul
"katanya" ada alat proteksi yang disebut kondom, sedangkan jarum
suntik yang runcing tidak ada proteksinya. Saya beri tanda kutip
"katanya" karena kondom itu tidak menjamin sebagai alat proteksi
terhadap HIV. Mengapa?

-- Pertama, many visitors to a sexual health clinic report usage of


condoms, which appears to lead to a statistically significant increase
risk of gonorrhea among men, according to the results of a new
study. More than 15 percent of study participants had been diagnosed
with either gonorrhea or chlamydia, some both. Men who said a
condom had broken during the last 30 days were more than 90
percent more likely to have gonorrhea. [sumber:
http://www.msnbc.msn.com/id/8974735]

-- Kedua, pori-pori karet lateks yang menjadi bahan pembuatan


kondom adalah 0,003mm, sedangkan ukuran virus jenis HIV adalah
0,000001mm. Perbandingan keduanya adalah seperti pintu gerbang
yang besar dengan seekor tikus. Logikanya "tikus" dengan sangat
mudah bisa mondar-mandir di pintu gerbang yang sangat besar itu
tanpa halangan sedikitpun.

Alhasil, kondom tidaklah aman sebagai alat proteksi. Adapun


proteksi yang paling ampuh yaitu menurut Syari'at:
-- WLA TQRBWA ALZNY ANH KAN FAhSyt WSAa SBYLA (S.
BNY ASRAaYL, 17:32), dubaca: wala- taqrabuz zina- innahu- ka-na
fa-hisyatan wasa-a sabi-lan, artinya:
-- Janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu keji dan
jalan yang amat jahat. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar 29 Januari 2006 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

713. Perlu Tabayyun

Sebermula, akan saya layani dahulu permintaan beberapa orang


melalui telepon, supaya dalam hubungannya dengan Seri 712, saya
terjemahkan bahasa Inggris dari sumber berita
[http://www.msnbc.msn.com/id/8974735], perihal kondom itu tidak
menjamin sebagai alat proteksi terhadap HIV. Inilah terjemahannya
(tidak lagi dituliskan bahasa Inggrisnya untuk menghemat ruangan):
"Banyak pasien pengunjung klinik kesehatan seksual yang
melaporkan perkara penggunaan kondom bahwa ternyata secara
statistik sangat berarti (signifikan) meningkatnya risiko terserang
penyakit kelamin gonorrhea (kencing nanah), demikian menurut hasil
riset terbaru. Lebih dari 15 % telah didiagnosa terserang penyakit
kelamin gonorrhea atau chlamydia, atau keduanya. Mereka yang
mengatakan kondom yang dipakainya robek sementara esek-esek
dalam 30 hari terakhir observasi, lebih dari 90% terserang penyakit
kelamin gonorrhea."

***

Tabayyun adalah bahasa Al-Quran yang dibentuk oleh akar kata yang
terdiri dari 3 huruf: BA, YA, NUN, artinya "jelas". Tabayyun
bermakna mengusut, mencari kejelasan tentang suatu ALNBA
(dibaca: annaba'). Jadi annaba' berarti berita dan tabayyun bermakna
klarifikasi dan dalam komunikasi politik hak tabayyun disebut hak
interpelasi (bukan interpolasi = sisipan), yang dimiliki anggota DPR
menurut Undang-Undang.

Diriwayatkan, Al Walid bin 'Uqbah bin Abu Mu'ith mendapat


amanah, yaitu diutus oleh RasuluLlah SAW untuk mengambil zakat
dari Bani Musthaliq. Tatkala tim Al Walid hampir tiba di pemukiman
Bani Musthaliq, maka sayup-sayup dari jauh tim Al Walid
menyaksikan "pengerahan massa" di pemukiman Bani Musthaliq
tersebut. Tampaklah pula dengan tergopoh-gopoh seseorang
(kemudian ternyata orang itu fasiq) menemui tim Al Walid,
kemudian menyampaikan annaba', bahwa Bani Musthaliq telah
murtad, mereka tidak mau membayar zakat, bahkan mereka telah
berhimpun berdemonstrasi untuk "menyambut" kedatangan tim Al
Walid. Serta-merta Al Walid memerintahkan kepada timnya untuk
pulang kembali ke Madinah, tanpa mengutus salah seorang anggota
tim ke pemukiman Bani Musthaliq tersebut untuk melakukan
tabayyun. Tiba di Madinah dengan segera Al Walid melapor kepada
RasululLah SAW annaba' yang diterimanya dari orang fasiq itu,
bahwa Bani Musthaliq telah murtad, mereka tidak mau membayar
zakat. Maka turunlah ayat yang berikut ini:

-- YAYHA ALDZYN AMNWA AN JAaKM FASQ BNBA


FTBYNWA AN TSHYBWA QWMA BJHALT FTSHBHWA 'ALY
MA F'ALTM NADMYN (S. ALHJRAT, 49:6), dibaca: ya-ayyuhal
ladzi-na a-manu- in ja-kum fa-siqum binabain fatabayyanu- an tushi-
bu qawman bijaha-latin fatushbihu- 'ala- ma- fa'altum na-dimi-n (s. al
hujura-t), artinya:
-- Hai orang-orang beriman, jika datang kepadamu orang-orang fasiq
dengan annaba', maka lakukanlah tabayyun, jangan sampai kamu
tanpa pengetahuan menimpakan musibah kepada suatu kaum, lalu
kamu menyesal atas perbuatanmu.
Maka Nabi Muhammad SAW segera menugaskan Khalid ibn Walid
membawa pasukan kecil kepemukiman Bani Musthaliq itu dengan
perintah: "Jangan terburu-buru mengambil tindakan represif,
kedatangan pasukan harus secara diam-diam sehingga tidak
menghebohkan, lakukan penyelidikan saksama." Khalid mengatur
laju pasukannya untuk dapat tiba di pemukiman Bani Musthaliq di
malam hari, dan segera mengirim masuk pengintai secara diam-diam.
Hasil pengintaian dilaporkan kepada Khalid, azan subuh
berkumandang, penduduk shalat berjama'ah subuh di masjid. Bani
Musthaliq tidaklah murtad. Annaba' yang diterima oleh tim
pengumpul zakat Al Walid berasal dari orang fasiq.

***

http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=232294&kat_id=89

Hingga kini, Komite Pemberantasan Aids (KPA) dan Badan


Koordinasi Keluarga Berancana Nasional (BKKBN) Jabar masih
kebingungan menempatkan 10 ATM kondom yang dimilikinya.
Dikabarkan, salah satu mesin ATM itu akan ditempatkan di lokasi
pelacuran. Pasalnya, ungkap Kepala BKKBN Jabar, Hertog N Saud,
selain untuk membantu program KB, kehadiran ATM kondom itu
ditujukan untuk menekan angka penderita HIV/AIDS. Sementara
Ustadz Jeffry Al Buchori menyatakan, kehadiran ATM kondom di
lokasi prostitusi tidak boleh ditafsirkan sebagai upaya legalisasi
terhadap kegiatan prostitusi. Namun, tutur dia, keberadaan ATM
tersebut harus dipandang sebagai upaya perhatian pemerintah
terhadap pelaku prostitusi. Hertog N Saud, mengatakan, hingga kini
10 mesin ATM itu masih disimpan di gudang kantor BKKBN.
Dijelaskan olehnya, saat ini BKKBN dan KPA masih mengkaji
tentang lokasi ideal untuk menempatkan mesin ATM tersebut.

Sepertinya saya tidak mempercayai berita ttg pernyataan Jeffry itu,


perlu tabayyun. Sebab kalau memang benar demikian annaba' itu,
maka:
-- Pertama, pendapat Jeffry itu secara logika meleset, sebab yang
dilindungi oleh ATM kondom itu adalah para hidung belang, bukan
para pelacur itu.
-- Kedua, sebelum saya baca annaba' itu, dalam Seri 711 termaktub:
"Ada suara-suara banci yang mengatakan tidak perlu terlalu keras
menolaknya, yaitu ATM itu diletakkan di lokasi pelacuran.
Ketahuailah bahwa pada awalnya, mungkin akan taat dengan
pemberlakuan lokasi yang disepakati. Tetapi jika berikutnya pebisnis
ATM kondom itu mencoba untuk memperluas pasarnya dengan
meletakkannya di tempat umum, maka hukum dan aparat belum tentu
bertindak tegas untuk menghilangkannya. Sehingga pada ujung-
ujungnya, lokasi ATM itu menyebar lebih luas dari tujuan semula.
Dan biasanya, semuanya akan diam dari mencoba mentertibkan
kesalahan ini. Maka ketentuan lokasi untuk mencegah penyalah-
gunaan mesin ATM itu menjadi tidak berarti. Bisnis memang seperti
itu. Pertimbangan moral selalu dikorbankan. Padahal taruhannya
adalah ABG generasi muda kita."

Maka sayang sekali, dalam hal ini Jeffri tidak dibidik tetapi kena, ia
termasuk banci dalam tulisan saya dalam Seri 711 itu. Qulil-Haqqa
Walau Kaana Murran, katakanlah kebenaran itu walaupun pahit,
demikian Sabda RasuluLlah SAW. Oleh sebab itu, sekali lagi, perlu
tabayyun dari Jeffry sendiri, mudah-mudahan berita itu tidak benar.
WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 5 Februari 2006 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

714. Tangan Mencencang, Bahu Memikul

Dalam The Post edisi 29 Januari 2006, karikatur serdadu Amerika


yang kehilangan tangan dan kakinya diprotes oleh para jenderal
Amerika yang naik pitam, karena katanya itu menghina militer AS.
Ini sangat kontras dengan pernyataan yang mengaku Muslim
bernama Adley Subakti spb: "Haruskah kita marah dengan adanya
karikatur seperti itu? Penghinaannya memang jelas, tapi apakah kita
harus marah? ... Well, saya sih gak akan mencak2 atau marah2." Dan
banyak ucapan yang senada dengan itu dari yang menganggap
dirinya Muslim. Inilah latar belakangnya Seri No.714 ini ditulis.

Koran-koran la'natuLlah yaitu: Jylland Posten terbitan Denmark edisi


30 September 2005, Magzinet terbitan Norwegia edisi tanggal 10
Januari 2006, diikuti pula koran-koran la'natuLlah terbitan: Swedia,
Perancis, Jerman, Belanda, menyusul koran-koran la'natuLlah:
Dominion Post serta The Press di Selandia Baru, dan terakhir tabloid
Peta la'natuLlah dari Indonesia, mempublikasikan 12 karikatur yang
menunjukkan penghinaan terhadap Rasulullah SAW.

Pemerintah Denmark berulang kali membela hak kebebasan


berbicara. "Pemerintah tidak dapat mempengaruhi media. Pemerintah
Denmark karena itu tidak dapat bertanggungjawab atas apa yang
diterbitkan oleh media independen," kata Perdana Menteri Denmark
Anders Fogh Rasmussen. Bahkan Ratu Margrethe II dari Denmark
menghasut bangsanya: "Kita harus tunjukkan perlawanan terhadap
Islam, .... , kita harus mampu menanggung risiko mendapat cap buruk
karena sesuatu dimana kita tidak perlu memperlihatkan toleransi."

Di Indonesia sendiri, selain dari tabloid Peta la'natuLlah yang telah


disebutkan di atas, penghinaan terhadap Nabi Muhammad
RasuluLlah SAW pernah terjadi, walaupun tidak sebiadab seperti
koran-koran la'natuLlah tersebut di atas itu. Yaitu cerpen "Langit
Makin Mendung," karangan Ki Panji Kusmin, yang dimuat dalam
majalah sastra "Kisah" edisi Agustus 1968. Begitu pula dalam tahun
1990 dalam majallah Monitor Arswendo Atmowiloto memposisikan
Rasulullah SAW berada pada urutan di bawahnya dari 100 tokoh
yang menurutnya paling berpengaruh. Untuk itu Arswendo ini
mendapat hadiah meringkuk tahunan di balik jeriji besi karena
ulahnya tersebut menghina Nabi SAW.

***

Menyakiti, mencela, mengolok-olok, mencaci-maki ataupun


merendahkan martabat Rasulullah SAW, dalam terminologi ilmu
Fiqh dikenal dengan istilah Syatama al-Rasul. Untuk mengetahui
lebih lanjut seperti apa sanksi atas mereka yang berbuat Syatama al-
Rasul, marilah kita simak Ayat dan Hadits di bawah ini:

Allah SWT mengazab mereka yang menyakiti Nabi SAW dengan


FirmanNya:
-- WALDzYN YWaDzWN RSWL ALLH LHM 'ADzAB ALYM (S.
ALTWBt, 9:61), dibaca: walladzi-na yu'dzu-na rasu-laLla-hi lahum
'adza-bun ali-m, artinya:
-- Mereka yang menyakiti RasuluLlah, bagi mereka azab yang pedih.

(Abdullah bin Abbas berkata) bahwa ada seorang lelaki buta yang
istrinya selalu mencela dan menjelek-jelekkan Nabi saw. Lelaki itu
berusaha memperingatkan dan melarang istrinya agar tidak
melakukan hal itu. Namun, ia tetap melakukannya. Pada suatu
malam, istrinya mulai mencela dan menjelek-jelekkan lagi Nabi saw.
(Karena tidak tahan) lelaki itu mengambil kapak dan dihunjamkan ke
perut istrinya hingga mati. (Mendengar itu) Rasulullah SAW
bersabda:
-- Saksikanlah bahwa darah (perempuan itu) halal. (HR Abu Dawud
dan an-Nasa'i).

Nash tersebut menegaskan sanksi azab atas pelaku Syatama al-Rasul,


dan darah pelaku Syatama al-Rasul adalah halal. Demikianlah, azab
itu di dunia ini berupa hukuman mati (halal darahnya) ditegaskan
sendiri oleh Rasulullah SAW secara langsung, bukan pendapat
(ijtihad) para fuqaha maupun ulama. Dengan kata lain, sanksi itu
bukan hasil tafsiran atau ijtihad, melainkan pasti (qath'i).

***

Sanksi hukuman mati bagi pelaku Syatama al-Rasul itu tidak bisa
dilaksanakan di Indonesia ini, oleh karena Al Quran dan Hadits
tidaklah dijadikan sumber hukum positif di negara ini. Maka dalam
hal ini boleh dipakai pendekatan kontekstual. Yang salah ialah
apabila mempunyai otoritas untuk melaksanakan sanksi secara
tekstual, tetapi diambil yang kontekstual dengan mengabaikan yang
tekstual. Apa yang bisa dilaksanakan Pemerintah Indonesia ialah
pendekatan kontekstual di bidang politik yaitu pemutusan hubungan
diplomatik dengan Denmark, dan protes keras kepada negara-negara
yang koran-korannya memuat karikatur itu, serta tindakan di bidang
ekonomi yaitu Pemerintah memutuskan hubungan dagang dengan
Denmark dan Ummat Islam Indonesia memboikot produk dari negeri
Skandinavia yang sudah terlanjur dipasarkan di Indonesia.
Sedangkan terhadap Penanggung-jawab tabloid Peta la'natuLlah
dijatuhi hukuman yang jauh lebih berat dari Arswendo dan tabliod
Peta dimatikan.

Di negara-negara yang menjadikan Al Quran dan Hadits sebagai


sumber hukum positif juga sanksi hukuman mati itu tidak bisa
dilaksanakan secara tekstual, karena mereka tidak punya otoritas
untuk melaksanakannya. Sehingga tindakan nyata meraka sekarang
adalah:

-- Yang menjatuhkan sanksi secara kotekstual di bidang politik yang


keras ialah 4 negara di Kawasan Tengah (Saya tidak pakai istilah
Timur-Tengah, karena daerah itu terletak sebelah barat Indonesia),
yaitu Arab Saudi, Lybia, Syria dan Iran, dengan menutup kedubesnya
di Kopenhagen.
-- Organisasi Konferensi Islam (OKI), di mana Indonesia termasuk
salah satu anggotanya, menjatuhkan sanksi di bidang politik yang
lunak. Dalam KTT Luar Biasa di Makkah sejak Desember tahun lalu
telah menyampaikan protes keras kepada Pemerintah Denmark dan
komunike yang ditandatangani semua utusan anggota OKI itu
mengenai desakan agar Barat mengkriminalisasikan gejala ini
sebagai tindak rasisme. Sayangnya karena ulah tabloid Peta
la'natuLlah itu, maka keikut-sertaan Indonesia dalam protes dan
desakan kriminalisasi itu menjadi bumerang bagi Indonesia.

Sedangkan di bidang ekonomi sampai sekarang baru dua


kerajaan/negara yang menjatuhkan sanksi boikot, yaitu:
-- Para khatib di seluruh masjid dalam Kerajaan Arab Saudi
membawakan khutbah Jumat tgl.3 Februari 2006 yang lalu untuk
kampanye boikot. Arab Saudi yang selama ini menjalin hubungan
dagang dengan ketiga negeri Skandinavia itu telah memboikot 37
item produk. Dengan sanksi boikot itu ketiga negara Skandinavia tsb.
menelan pil pahit yang bukan obat. Rezeki yang selama ini diperoleh,
yaitu 2 milyard Euro pertahun untuk Norwegia dan 1 milyard Euro
untuk Swedia dan Denmark pupuslah sudah. Arab Saudi memulai
menjalin hubungan dagang dengan RRC untuk menggantikan posisi
ketiga negara Skandinavia itu.
-- Demikian pula Iran telah memberikan sanksi ekonomi atas
Selandia Baru yaitu pemboikotan 100 juta dollar atas ekspor negeri
itu.

Maka sanksi ekonomi itu membuahkan pengangguran ribuan rakyat


negeri Skandinavia dan Selandia Baru itu akibat di-PHK-kan oleh
perusahaan yang tidak bisa lagi mengekspor ke Kawasan Tengah dan
Iran. Inilah sanksi hukuman mati secara kontekstual di bidang
ekonomi atas penghinaan Nabi Muhammad RasuluLlah SAW.
WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 12 Februari 2006 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

715. Yang Berada di Belakang Kartun Penghinaan itu

Saya kutip dialog di cyber space spb:

From: H. M. Nur Abdurrahman [mailto:hmna@telkom.net]


Sent: Monday, February 13, 2006 6:33 AM
To: Agus S. Djamil

Hak kebebasan berekspresi dengan kartun yang bernada penghinaan,


haruslah diimbangi pula dengan hak kebebasan berekspresi berupa
"tindakan" membalas penghinaan itu oleh yang dihina terhadap
"sistem" yang menghina itu. Contoh telaknya: kartun yang menghina
Nabi Muhammad SAW oleh sistem (media, negara) yang merasa
berhak bebas berekspresi, imbangannya ialah hak kebebasan
berekspresi pula berupa tindakan oleh yang dihina menurut
paradigma "seekor kerbau berkubang seluruh kawanan kerbau itu
kena lumpurnya".

Wassalam,
HMNA

***

From: Agus S. Djamil


To: H. M. Nur Abdurrahman
Sent: Monday, February 13, 2006 09:10

Ustadz,
Saya setuju dengan Ustadz, tentang "mengimbangi" ini.

Saya melihat masalah kartun Denmark ini tidak terlepas dari


continuous warfare yang sedang dijalankan oleh pihak Zionis
Amerika. Kenapa justru munculnya penghinaan ini dari Denmark dan
Eropa. Bukan dari Amerika dan Inggris?

Kenapa melalui media? kartun? bukannya suatu yang DI LUAR


media. Media dunia identik dengan kekuasaan Zionis, yang saat ini
sedang bercokol di Amerika. Inilah senjata yang sedang mereka
pakai dalam continuous warfare terhadap kita.

Kartun Denmark tidak ubahnya, dan satu paket, dengan Playboy


Indonesia, dan upaya barat membeli media-media Indonesia.
Amerika bisa tampil bak pahlawan, karena dia bukan culprit yang
menerbitkan kartun, meski sesungguhnya mereka juga yang ada
dibelakang (media)itu.

Rakyat Eropa yang pada saat serbuan ke Iraq & Afghanistan, berada
dalam posisi pasif (dan sebagian justru anti Amerika), kini
diterpaksakan (fait a compli) oleh kartun ini dan kemudian diserang
oleh negara2 Islam, untuk sharing pandangan orang2 zionis Amerika
bahwa "muslim memang common enemy".
Balasan lomba karikatur holocoust dari Iran, mengenai sasaran. Pagi
ini saya lihat di berita, Condoleza Rice marah2. Alasan dan argumen
dia, kalau tidak bisa kita balikkan sendiri ke mereka, sudah cukup
membuka tabir, bahwa skenario kartun ini bersumber dari para
neocon di rezim Bush juga.

"Perang" ini sedang dimainkan di segala disiplin ilmu, sektor dan


geografis. Indonesia adalah salah satu hotspot dunia yang jadi objek
perang mereka. Posisi geografis, geoekonomis dan demografis kita
yang paling penting di dunia, mustahil untuk dinegasikan oleh
mereka begitu saja.

Wassalamu'alaikum wr wb
Agus S. Djamil

***

Rasulullah SAW tidak marah ketika pergi ke Thaif untuk mengajak


penduduknya masuk Islam, padahal banyak diantara mereka yang
menyambut beliau dengan cacian, sumpah serapah dan umpatan yang
buruk, melempari beliau dengan batu sampai bercucuran darah. Alih-
alih marah, beliau malah berdoa antara lain: "Ya Allah berilah
petunjuk pada kaumku, karena sesunguhnya mereka belum
mengetahui."

Namun penduduk Thaif bukanlah seperti protokol zionis yang punya


"power" di belakang media dunia, yang mempunyai tujuan politik.
Benar yang dikatakan Agus di atas itu, bahwa masalah kartun
Denmark ini tidak terlepas dari continuous warfare yang sedang
dijalankan oleh pihak Zionis Amerika, yang tujuan politiknya
menterpaksakan Eropa, yang selama ini (kecuali Inggris) pasif dalam
meluluh-lantakkan Afghanistan dan Iraq, lalu berubah menjadi aktif
berhadapan dengan Islam dan kaum Muslimin sebagai common
enemy.

Dalam Seri 446 telah dikemukakan, bahwa seecara substansial


protokol Zionisme adalah suatu konspirasi jahat terhadap
kemanusiaan. Protokol berarti pernyataan jika dinisbatkan kepada
para konseptornya, dan berarti laporan yang diterima serta didukung
sebagai suatu keputusan jika dikaitkan pada muktamar di Bale,
Switzerland, tahun 1897, yang diprakarsai oleh Theodor Hertzil.

Protokol-protokol Zionisme itu merancang juklatnya dengan


menyebarkan faham-faham yang bermacam-macam. Faham yang
mereka tebarkan berbeda dari masa ke masa. Suatu waktu
mempublikasikan sekularisme liberalisme kapitalisme, suatu waktu
menebar atheisme komunisme, suatu waktu berselubung agnostik
sosialisme. Untuk menebarkan pengaruh internasional, protokol-
protokol itu antara lain berisikan perencanaan keuangan bagi
kerajaan Yahudi Internasional yang menyangkut mata uang,
pinjaman-pinjaman, dan bursa. Media surat kabar adalah salah satu
kekuatan besar dan melalui jalan ini akan dapat memimpin dunia.
Manusia akan lebih mudah ditundukkan dengan bencana kemiskinan
daripada ditundukkan oleh undang-undang.

Sebagian kecil dari protokol-protokol Zionisme itu akan disampaikan


seperti berikut: Manusia terbagi atas dua bagian, yaitu Yahudi dan
non-Yahudi yang disebut Joyeem, atau Umami. Jiwa-jiwa Yahudi
dicipta dari jiwa Tuhan, hanya mereka sajalah anak-anak Tuhan yang
suci-murni. Kaum Umami berasal-usul dari syaithan, dan tujuan
penciptan Umami ini untuk berkhidmat kepada kaum Yahudi.
Sesungguhnya tabiat asli kaum Yahudi ini bukan hanya ada
disebutkan dalam protokol dokumen rahasia Zionis tersebut,
melainkan ini adalah warisan turun-temurun sejak cucu Nabi Ibrahim
AS dari jalur Nabi Ishaq AS ini mulai mengalami dekadensi (baca:
busuk ke dalam), yaitu sepeninggal Nabi Sulaiman AS. Ini diungkap
dalam Al-Quran (transliterasi huruf demi huruf):
-- QALWA LYS 'ALYNA FY ALAMYN SBYL (S. AL 'AMRAN,
75), dibaca: qa-lu- laysa 'alayna- fil ummiyyi-na sabi-l (s. ali 'imra-n),
artinya:
-- mereka berkata tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang
ummi (3:75).

Protokol Zionisme tentang faham jiwa-jiwa Yahudi dicipta dari jiwa


Tuhan, hanya mereka sajalah anak-anak Tuhan yang suci-murni,
sangatlah menyimpang dari syari'at yang dibawakan oleh Nabi Musa
AS. Mereka yang menyimpang inilah yang dimaksud dengan
ALMGhDhWB (almaghdhu-b), artinya yang dimurkai dalam Surah
Al Fa-tihah ayat 7.

Alhasil, sikap ummat Islam menghadapi kartun penghinaan itu


bukanlah sikap memaafkan seperti Nabi Muhammad SAW terhadap
penduduk Thaif, melainkan mengikuti sikap tegas Nabi Muhammad
SAW menghadapi konspirasi konfederasi (Al Ahzab: Yahudi-
Quraisy-Ghatafan) yang bermarkas di lembah Khaibar. Dalam
konteks ini sikap tegas itu merupakan salah satu pilar dari Rahmatan
li-l'Alamin. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 19 Februari 2006 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

716. Perlu Transparansi Penanganan Pranata Hukum

-- The distasteful cartoons of the Prophet Muhammad, first published


in Denmark in September 2005 and subsequently reproduced in other
media, continue to spark a chain of reactions ranging from peaceful
protest to violence in many Muslim communities. ... Another vital
step would be to discontinue their reproduction, which only prolongs
the outrage. ... To non-Muslims, the image of the Prophet
Muhammad may only be of casual interest. But to Muslim
communities worldwide, it is of enormous spiritual importance.
Demikian secuil (a little bit) kutipan dari tulisan Presiden SBY yang
dimuat di bagian Opinion, International Herald Tribune.
Alihbahasanya kira-kira demikian:
-- Kartun berselera rendah tentang Nabi Muhammad (SAW) yang
pertama kali diterbitkan di Denmark bulan September 2005 dan
kemudian diterbitkan ulang di media lain, terus memicu reaksi
berantai protes bergeser meningkat dari damai hingga yang keras di
banyak negeri Muslim. ... Langkah penting lainnya adalah berhenti
melakukan reproduksi yang hanya akan memperpanjang ketegangan.
... Bagi non-Muslim, gambaran Nabi Muhammad mungkin tidak
terlalu penting. Namun, bagi komunitas Muslim di antero dunia, hal
tersebut teramatlah penting secara spiritual.

Ditegaskan pula oleh Presiden SBY sikap beliau mengenai kartun


penghinaan Nabi Muhammad SAW yang pada pokoknya seperti
kutipan tulisan yang di atas itu di depan majelis yang menghadiri
upacara pembukaan Kongres HMI ke-25 di Balai Prajurit Jenderal
M.Yusuf di Makassar tgl.20 Februari 2006 yang lalu. Dan juga
sehubungan dengan dijeratnya beberapa koruptor yang kabur keluar
negeri bahwa kepada mereka dilakukan proses hukum yang benar
dan dijelaskan kepada rakyat sejelas-jelasnya dan transparan.
Selanjutnya pada hari itu juga menurut Presiden SBY akan menjadi
wacana besar dalam masyarakat, sehubungan dengan ketokan palu
hakim yang membebaskan mantan Dirut Bank Mandiri ECW Neloe
beserta dua direkturnya. Itu diucapkan Presiden SBY saat
silaturrahim dengan tokoh pers dan pimpinan media di Hotel
Imperial Aryaduta.
***

Benar apa yang ditulis Presiden SBY bahwa Langkah penting adalah
berhenti melakukan reproduksi yang hanya akan memperpanjang
ketegangan. Namun langkah menghentikan reproduksi kartun
berselera rendah bahkan biadab itu belumlah cukup di Indonesia ini.
Juga penolakan secara spiritual belumlah cukup, melainkan haruslah
pula diselesaikan secara nyata di bidang hukum, tidak perduli
walaupun tabloid Peta telah ditarik dari peredaran dan penanggung
jawabnya telah minta maaf. Ummat Islam sama sekali tidak berhak
untuk memaafkan, karena hak itu hanya dimiliki oleh Allah dan
Rasulnya. Al-Quran hanya menyebutkan sanksi hukumnya dan
Sunnah Rasul sebagai juklat dari apa yang disebutkan oleh ayat.
Untuk menyegarkan ingatan pembaca eloklah jika dikemukakan
sekali lagi apa yang telah dikemukakan dalam Seri 714 tentang
perkara sanksi hukum ini.

-- WALDzYN YWaDzWN RSWL ALLH LHM 'ADzAB ALYM (S.


ALTWBt, 9:61), dibaca: walladzi-na yu'dzu-na rasu-laLla-hi lahum
'adza-bun ali-m, artinya:
-- Mereka yang menyakiti RasuluLlah, bagi mereka azab yang pedih.

(Abdullah bin Abbas berkata) bahwa ada seorang lelaki buta yang
istrinya selalu mencela dan menjelek-jelekkan Nabi saw. Lelaki itu
berusaha memperingatkan dan melarang istrinya agar tidak
melakukan hal itu. Namun, ia tetap melakukannya. Pada suatu
malam, istrinya mulai mencela dan menjelek-jelekkan lagi Nabi saw.
(Karena tidak tahan) lelaki itu mengambil kapak dan dihunjamkan ke
perut istrinya hingga mati. (Mendengar itu) Rasulullah SAW
bersabda:
-- Saksikanlah bahwa darah (perempuan itu) halal. (HR Abu Dawud
dan an-Nasa'i).

Nash tersebut menegaskan sanksi azab atas pelaku Syatama al-Rasul,


dan darah pelaku Syatama al-Rasul adalah halal. Demikianlah, azab
itu di dunia ini berupa hukuman mati (halal darahnya) ditegaskan
sendiri oleh Rasulullah SAW secara langsung, bukan pendapat
(ijtihad) para fuqaha maupun ulama. Dengan kata lain, sanksi itu
bukan hasil tafsiran atau ijtihad, melainkan pasti (qath'i). Sanksi
hukuman mati itu tidak bisa dilaksanakan di Indonesia ini, oleh
karena Al-Quran dan Hadits tidaklah dijadikan sumber hukum positif
di negara ini. Maka dalam hal ini boleh dipakai pendekatan
kontekstual. Yang salah ialah apabila mempunyai otoritas untuk
melaksanakan sanksi secara tekstual, tetapi diambil yang kontekstual
dengan mengabaikan yang tekstual.

Pranata hukum yaitu hakim pernah mengetukkan palu menghukum


Arswendo yang menghina Nabi Muhammad SAW walaupun
penghinaan Arswendo itu tidak seberat dengan kartun penghinaan
yang bikin marah ummat Islam seluruh dunia itu. Seperti diketahui
Arswendo Atmowiloto yang memposisikan Rasulullah SAW berada
pada urutan di bawahnya dari 100 tokoh yang menurutnya paling
berpengaruh, telah pernah mendapat hadiah meringkuk tahunan di
balik jeriji besi karena ulahnya tersebut.

Tindakan polisi yang sementara menangani pelaku yang dilaknat


Allah menghina Nabi Muhammad SAW, yaitu mereka yang
bertanggung-jawab mereprodiksi kartun penghinan itu dalam tabloid
Peta haruslah pula berlanjut ke kejaksaan, terus dilimpahkan ke
pengadilan secara transparan. Ummat Islam berhak untuk
mendapatkan informasi secara transparan proses hukum yang telah
ditangani oleh pranata hukum secara menyeluruh terhadap
penanggung-jawab tabliod Peta la'natuLlah dan sekali-gus ummat
Islam ingin menyaksikan ketukan palu hakim mematikan hak hidup
tabloid Peta itu sendiri.

Adapun dalil gelar tidak hormat la'natuLlah (dilaknat Allah) atas


pendurhaka/pengolok-olok Allah dan Rasulnya antara lain dalam
wujud memproduksi dan mereproduksi kartun penghinaan atas Nabi
Muhammad SAW, adalah Firman Allah seperti berikut:
-- AN ALDzYN YWaDzWN ALLH WRSWLH L'ANA ALLH FY
ALDUNYA WALAKhRt (S. ALAhZAB, 33:57), dibaca:
-- innal ladzi-na yu'dzu-naLla-ha warasu-lahu- la'na humuLla-hu fid
dunya- wal a-khirah, artinya:
-- Sesungguhnya mereka yang durhaka/mengolok-olok Allah dan
RasulNya, mereka dila'nat Allah di dunia dan akhirat.

WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 26 Februari 2006 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

717. Menjawab Yang Anti RUU RI Tentang Anti Pornografi-


Pornoaksi
Beberapa pendapat/alasan dari mereka yng anti RUU RI Tentang
Anti Pornografi-Pornoaksi, yaitu dari sejumlah LSM bahwa dalam
KUHP sudah ada pasal-pasal untuk menjerat pornografi dan
pornoaksi, lalu buat apa harus dibuat UU yang baru. Sedangkan Para
seniman liberal mengatakan RUU ini membatasi hak berekspresi,
membatasi kegiatan seni. Husna Mulya dari Komnas Perempuan
menyatakan bahwa batasan "sensual" yang menjadi inti RUU APP
menyasar pada tubuh perempuan, RUU ini berpotensi
mendiskriminasi perempuan. Bahkan dari para aktivis perempuan
mengemukakan penjelasan sensual untuk Pasal 4 yaitu: alat kelamin,
paha, pinggul, pantat, pusar, dan payudara perempuan, baik terlihat
sebagian maupun seluruhnya, ini sangat lelaki sentris, tidak
menampung aspirasi persepsi perempuan tentang bagian tubuh laki-
laki yang sensual. Ada logika yang aneh dan sewenang-wenang
dalam hal ini. Franz Magnis-Suseno (FMS) menyorot RUU ini tidak
membedakan antara porno dan indecent (tak sopan) dan bahkan
mencampuraduk dua-duanya dengan erotis. Ia bertanya: "Tarian
erotis mau dilarang? Tetapi apakah ada tarian yang tidak erotis?"
Selanjutnya FMS menulis: "Moralitas pribadi bukan urusan negara.
Menurut agama saya kalau saya sendirian melihat-lihat gambar
porno, itu dosa. Tetapi apakah negara berhak melarangnya? Bidang
negara adalah apa yang terjadi di depan umum."

***

Gayung bersambut kata berjawab. Memang benar dalam KUHP ada


pasal yang dapat menjaring pornografi. Pasal 282, ayat (1): Barang
siapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di muka
umum tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya
melanggar kesusilaan, atau barang siapa dengan maksud untuk
disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum, dst.,
diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun enam bulan
atau pidana denda paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah. Juga
benar bahwa dalam Pasal 281 termaktub ttg pornoaksi: Diancam
dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau
pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah: (1). barang
siapa dengan sengaja dan terbuka melanggar kesusilaan.

Pasal-pasal tsb tidak efektif untuk menjaring pornografi dan


pornoaksi, karena terpidana dapat menebus sanksi penjara dengan
uang sekecil paling tinggi Rp.4.500,-

Adapun para seniman liberal yang menganut kebebasan ekspresi


tanpa batas, itu sama dengan prinsip kebebasan yang kebablasan
yang kini menghebohkan/menggeramkan Ummat Islam sedunia. Di
Denmark dan negeri Skandinavia yang bebas-seks, karikatur yang
menghina Nabi Muhammad SAW itu dipandang sebagai karya seni
bernilai tinggi.

Tidak ada diskriminasi perempuan dalam RUU ini. Tidak ada yang
aneh dan sewenang-wenang dalam hal ini. Itu cuma alasan yang
dicari-cari oleh yang memberhalakan HAM dan kesetaraan gender
yang kebablasan. Alat kelamin, paha, pinggul, pantat, pusar itu
adalah bagian tubuh yang sensual bagi lelaki maupun perempuan.
Lelaki itu tidak mempunyai pengayu dara yang menonjol, tidak
seperti perempuan. Ini logikanya sama dengan logika Tim Pengarus-
utamaan Gender (PUG) yang diketuai oleh Siti Musdah Mulia
(SMM), yang disponsori/didanai oleh The Asia Foundation. Tim
PUG ini dengan sia-sia membongkar Kompilasi Hukum Islam (KHI).
Tim PUG yang diketuai SMM ini berkehendak bahwa ada masa
iddah juga bagi laki-laki. Tim PUG menganggap pemberlakuan masa
iddah hanya kepada perempuan itu melanggar "akidah" gender.
Prinsip gender oleh tim PUG secara fanatik membutakan mata hati
mereka, lalu berbuat bablas, tidak melihat bahwa hanya perempuan
yang bisa hamil, laki-laki tidak.

FMS yang menyorot RUU ini tidak membedakan antara porno dan
indecent (tak sopan) dan bahkan mencampuraduk dua-duanya dengan
erotis, cuma bermain semantik saja. Dalam bahasa Indonesia cabul
itu adalah homonim. Cabul berarti apa saja yang meransang nafsu
berahi (porno), cabul berarti tidak sopan karena mempertontonkan
bagian tubuh yang meransang nafsu berahi (indecent) dan cabul
berarti genit berakting merangsang berahi yang disuguhkan untuk
audiensi tertentu (erotis). FMS meragukan ttg adanya tarian yang
tidak erotis, ini dijawab oleh fakta tarian yang tidak erotis yaitu tari
Seudati di Aceh (lelaki semua), tari Serampang 12 dari Tanah Deli
(lelaki-perempuan), tari Payung dari Ranah Minang (lelaki -
perempuan), tari Ganrang Bulo (semua bocah lelaki) serta tari
Pakarena (semua perempuan) di tanah Bugis-Makassar.

Ajaran Islam bukan hanya sekadar spiritualisme dan dosa yang


privat. Tidak mungkin ada kondisi yang murni privat. FMS bilang
tentang sendirian melihat-lihat gambar porno dalam kamarnya.
Namun, bagaimana yang dilihat itu sampai dalam kamarnya. Gambar
porno dalam kamar FMS sampai di tempat itu melalui proses yang
tidak privat, melainkan sudah publik. Dalam ajaran Islam ada prinsip
memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran dalam arena
publik. Firman Allah:

-- WLTKN MNKM AMt YD'AWN ALY ALKHYR WYAaMRWN


BALM'ARWF WYNHWN 'AN ALMNKR WAWLaK HM
ALMFLhWN (S. AL 'AMRAN, 3:104) dibaca:
-- waltakum mingkum ummatuy yad'uwna ilal khayri waya'muruwna
bilma'ruwfi wayanhawna 'anil mungkari waula-ika humul muflihu-n,
artinya:
Wajiblah ada di antara kamu kelompok yang menghimbau kepada
nilai-nilai kebajikan dan memerintahkan berbuat baik, mencegah
kemungkaran, serta mereka itulah orang-orang yang menang.

Waltakun, di dalamnya ada lam al amar, lam yang menyatakan


perintah, jadi Allah memerintahkan mesti ada tiga kelompok, yaitu
-- pertama, organisasi yang menghimbau, seperti MUI, FUI,
Muhammadiyah, NU, IMMIM, KPPSI dll. Organisas-organisasi
keagamaan ini berda'wah secara kultural menanamkan nilai-nilai Al
Furqan dalam masyarakat. Ini yang dikenal dengan Lembaga
Kemasyarakatan, sekarang ini lebih populer disebut Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM).
-- kedua, organisasi yang memerintahkan, yang beroperasi di bidang
da'wah politik / struktural, yaitu birokrasi yang memerintah dengan
peraturan perundang-undangan yang ditimba dari Nilai Mutlak Al
Furqan.
-- ketiga, organisasi yang mencegah, yaitu pranata hukum yang
mencegah kejahatan. Dalam mekanisme kenegaraan di Indonesia
adalah polisi, jaksa dan hakim.
Yang kedua dan ketiga itu adalah Lembaga Negara.

Alhasil, individualisme liberalisme yang berfaham Negara tidak


boleh mencampuri urusan privat, itu bertentangan dengan ayat
[3:104]. Negara wajib campur tangan dalam hal moral masyarakat.
Terpuruknya bangsa ini karena masalah moral. Negara harus campur
tangan dalam hal memerintahkan perbuatan baik yang bermoral dan
mencegah perbuatan mungkar. Itulah latar belakang perjuangan
untuk menegakkan Syari'at Islam. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 5 Maret 2006 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

718. Bali Mau Merdeka?


Masyarakat Bali mengancam akan keluar dari Negara Kesatuan
Republik Indoensia (NKRI) bila Rancangan Undang-Undang Anti
Pornografi dan Pornoaksi (RUU APP) diberlakukan. Ancaman
disampaikan oleh Ketua DPD KNPI Bali I Putu Gede Indriawan
Karna dan sejumlah tokoh masyarakat lainnya dalam dialog
mengenai RUU APP di Kantor Gubernur Bali, Jalan Basuki Rahmat,
Denpasar, Bali, pada hari Jumat (3/3/2006).

Dialog tersebut dihadiri 200-an tokoh masyarakat Bali. Antara lain


dari Pemprov Bali, DPRD, agamawan, intelektual, LSM, mahasiswa,
kalangan parisawata, seniman, dan budayawan. Juga hadir
mendengarkan berbagai pendapat masyarakat Bali, 8 anggota Pansus
RUU APP DPR yang dipimpin Yoyoh Yusroh. "Kalau RUU ini
diberlakukan, kami tidak segan-segan keluar dari NKRI," kata
Indriawan disambut gemuruh teriakan merdeka dari peserta dialog.
Pada acara penenutupan, Wakil Gubernur Bali IGN Alit Kelakan
meminta agar Pansus RUU APP ditinjau ulang. "Jangan sampai
Pansus RUU memfasilitasi kami untuk terlibat konflik dengan daerah
lain," tandasnya.

***

Seorang yang menamakan diri "ni londo" di cyber space berkomentar


seperti berikut:
-- "pengecualian itu merupakan penghinaan terhadap budaya Bali dan
juga Papua... soalnya RUU itu akan berbunyi: semua yang berbau
porno dilarang, kecuali di Bali dan Papua, disana boleh terus
ber'porno', karena memang budayanya udah begitu... lho... berarti
budaya Bali dan Papua dianggap porno kan? Tapi boleh terus
'berporno-ria' karena memang udah dari dulunya begitu... sudah jadi
tradisi... berarti Pulau Dewata secara implisit akan distigmatisasi
sebagai Pulau Porno."

Salah seorang cucu saya yang masih dibangku Aliyah angkat bicara:
-- "Bali mengancam merdeka kalau RUU PP disahkan? Silakan kalau
berani bikin GBM ! GAM saja sudah surut langkah masuk RI
kembali. Sedangkan A tidak berhasil, apa lagi B. Sekali lagi ana
serukan, silakan bikin GBM untuk mempertahankan budaya porno
(minjam istilah ni londo). Apa tidak malu dibilangin GBM berjuang
untuk merdeka karena mempertahankan budaya porno?"

Ada bidal Melayu Lama memberi nasihat seperti berikut: Pikir itu
Pelita Hati; pikir dahulu pendapatan, sesal kemudian tidak berguna.
Memang kalau dipikir-pikir, penentangan sejumlah kecil (200-an)
rakyat di Bali itu, pada hakekatnya bukan berlandaskan kebudayaan,
karena betullah apa yang dikatakan ni londo dan cucu saya itu,
sungguh tidak enak jika dikatakan budaya Bali itu budaya porno, dan
tentu ke-200 orang itu tidaklah mencerminkan rakyat di Bali. Yang
200 orang itu menampilkan budaya ke depan hanyalah sebagai kulit,
namun sesungguhnya isinya adalah perkara ekomomi. Mengapa?

Dalam Rgveda VII.21.5 dinyatakan: ma sisnadeva api gur rtam nah.


Artinya: Semoga nafsu seks tidak merugikan (membahayakan)
kekuatan diri kami. Rgveda VIII. 33.19 mengajarkan kepada kaum
perempuan agar merapatkan kakinya waktu duduk. Ini dimaksudkan
kalau perempuan itu duduk dengan membukakan kedua kakinya
dapat menjadi objek porno bagi yang berpikiran porno. Kalau
merapatkan kakinya hal itu akan dapat menutup kesempatan bagi
laki-laki yang pikirannya porno. Manawa Dharmasastra IV.45
mengajarkan hendaknya tidak mandi telanjang di tempat terbuka.

Oleh sebab itu perkara ekonmilah yang menjadi motif utama yang
mendorong protes yang emosional tersebut. Tegasnya perkara
ekonomi itu berupa kekuatiran bahwa orang-orang asing pelaku
pornoaksi berjemur bugil akan segan ke Bali lagi, sehingga
pendapatan daerah menurun. Tanpa isi kocek orang-orang asing
penyandang pornoaksi itu, maka tercapailah keadilan di seluruh
daerah di Indonesia mempromosikan keindahan alam dalam
mendatangkan wisatawan yang tidak berbudaya porno. Itulah dia
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab yang bernaung di bawah
payung Ketuhanan Yang Maha Esa (Tawhid). Jadi bukan konflik
dengan daerah lain sebagaimana dinyatakan secara emosional oleh
Wakil Gubernur Bali IGN Alit Kelakan, melainkan berkompetisi
secara sehat dan adil dengan daerah-daerah lain di seluruh Indonesia.

Di samping Bidal Melayu lama seperti dikemukakan di atas itu, tentu


pada umumnya yang berakal sehat akan lebih menampilkan theorem
yang tak asing lagi: Menolak sesuatu yang merugikan harus lebih
diprioritaskan ketimbang mengambil manfaat daripadanya. Yang
dalam kasus kedatangan orang-orang asing penyandang pornoaksi itu
berdampak lebih merugikan secara spiritual ketimbang mendapatkan
keuntungan material dari kocek orang-orang asing penyandang
pornoaksi itu.

Lagi pula sebagai sebuah produk budaya, RUU ini tak mungkin bisa
terlepas dari pengaruh superstruktur agama para produsennya. Yang
dimaksud dengan superstruktur adaklah nilai, cita-cita, dan simbol-
simbol ekspresif. Disadari atau tidak setiap produsen budaya apakah
dia radikal atau tidak akan berusaha memasukkan superstruktur
agama ke dalam dasar-struktur kehidupan sosial berupa: hukum,
politik, struktur kelas, lembaga-lembaga, ekonomi, demografi, dan
teknologi.

Tambahan pula Lembaga Legislatif sebagai produsen budaya adalah


keniscayaan baginya tak bisa berlepas diri dari dasar-struktur saat
merancang sebuah UU. Karena itu bisa difahami mengapa realitas
sosial dijadikan dasar pertimbangan oleh penggagas RUU tersebut.
Realitas sosial termaksud ialah terjadinya sekarang ini peningkatan
pembuatan, penyebar-luasan, dan penggunaan produk-produk porno,
sedangkan belum tersedia UU yang mampu memberikan sanksi yang
dapat membuat jera pembuat serta penyebar pornografi dan pelaku
pornoaksi itu. Jadi, setidaknya ada dua unsur dasar-struktur yakni
hukum (sanksi yang bikin jera) dan teknologi (pembuatan dan
distribusi) yang mendorong kelahiran RUU APP ini.

Akhrulkalam, seperti dikemukakan di atas, bahwa RUU ini sebagai


sebuah produk budaya tak mungkin bisa terlepas dari pengaruh
superstruktur agama, dan Lembaga Legislatif sebagai produsen
budaya tak bisa berlepas diri dari dasar-struktur saat merancang
sebuah UU, maka kepada para anggota Lembaga Legislatif apapun
agama dan partai politiknya, agar secepatnya mensahkan RUU ini
dengan sikap: Anjing menggonggong kafilah lalu. Terkhusus kepada
yang beragama Islam, ingatlah tanggung-jawab antum, bukan hanya
bertanggung-jawab kepada negara dan rakyat Indonesia di dunia,
akan tetapi juga, dan ini lebih penting, bertanggung-jawab kepada
Allah SWT, di Yawm al-Diyn (Hari Pengadilan) kelak. Firman
Allah:
-- TSM J'ALNK 'ALY SYRY'AT MN ALAMR FATB'AHA WLA
TTB'A AHWAa ALDZYN LA Y'ALMWN (S. ALJATSYT, 18),
dibaca:
-- tsumma ja'alna-ka 'ala- syari-'atim minal amri fattabi'ha- wala-
tattabi' ahwa-al ladzi-na la- ya'lamu-n (s. alja-tsiyah), artinya:
-- Kemudian Kami jadikan engkau (hai Muhammad) atas syari'at di
antara urusan, maka ikutilah syari'at itu dan janganlah engkau turut
hawa-nafsu orang-orang yang tidak berilmu. WaLlahu a'lamu
bisshawab.

*** Makassar, 12 Maret 2006 [H.Muh.Nur Abdurrahman]


[BACK] [HOME]

719. Dari Sana-Sini Kelompok "Mayoritas Diam" Angkat Bicara

Pada kali ini, dalam kolom ini tidak dilakukan bahasan, melainkan
mengumpulkan dari sana sini suara-suara "jubir" mayoritas diam
(silent majority) yang mendukung RUU APP. Namun sebelumnya
akan dikemukakan dahulu ancaman oleh mayoritas gegap-gempita
(loud majority} dari Sulawesi Selatan: "Kalau sekiranya UU APP
keluar dan ternyata banci, maka kami di DPRD Sulsel akan membuat
Perda yang berlaku khusus di Sulsel," demikian ancaman anggota
DPRD Bukhari Abd Qahhar Mudzakkar (saudara kembar Abd Aziz
Qahar Mudazakkar anggota DPD dan Ketua Lajnah Tanfidziyah
KPPSI).

Berlawanan dengan apa yang diberitakan selama ini, generasi muda


Bali rupanya tidak sedikit yang menyetujui RUU tersebut. Berangkat
dari kekhawatiran dan tanggung jawab akan nasib bangsa ke depan,
Ketut Agung Ayu Aridewi menyatakan sepakat dengan aturan yang
tengah digodok itu. "Jika dibiarkan leluasa begitu, dampak
pornografi akan sangat buruk," kata Ari di Denpasar. Pendapat Ari
didukung Ratna Citaresmi, rekannya sesama mahasiswa lain kampus.
Ratna yakin, dengan adanya regulasi yang tegas akan pornografi,
dampak dan keberadaan monster perongrong akhlak itu bisa
diminimalkan.

Mereka yang 200-san yang datang ke tempat pertemuan dengar


pendapat dengan pansus RUU APP DPR yang dipimpin Yoyoh
Yusroh itu justru orang-orang dari luar Bali. Bagaimana mungkin
Bali mau menyatakan merdeka hanya gara-gara RUU tersebut.
Apalagi RUU itu memang tidak dominan berdasarkan kepentingan
suatu agama, sebagaimana yang digembar-gemborkan selama ini.
Jero Wijaya, mantan anggota DPRD Kabupaten Bangli menganggap
penolakan sejumlah elemen masyarakat Bali terhadap RUU itu tidak
lebih dari ikut-ikutan. Dari apa yang dilihatnya di lapangan, menurut
Wijaya tidak semua dari mereka memahami isi dan makna RUU
tersebut.

Mantan anggota DPRD Kabupaten Bangli itu dengan tegas


menyatakan: ""mendukung secara total pemberlakuan RUU APP.""
Dukungan Wijaya bukan tanpa alasan. Ia mengajak masyarakat Bali
tidak menutup mata terhadap begitu banyaknya perilaku masyarakat
yang menyimpang dan dipertontonkan di depan umum. Misalnya,
kata Jero Wijaya, makin lazimnya orang berciuman terbuka di ruang
tunggu keberangkatan Bandara Ngurah Rai, mengenakan bikini ke
pusat perbelanjaan. ""Itu jelas bukan budaya Bali,"" kata dia. Bila hal
seperti itu dibiarkan terus berkembang, mau tidak mau budaya Bali
akan diselewengkan. Berkaitan dengan pariwisata yang selalu
dijadikan alasan pihak yang kontra, Jero Wijaya justru mengajak
mereka cerdas bertanya, mau ke mana pariwisata Bali akan dibawa.
"Tidak seharusnya Bali menjual seks sebagai pariwisata. Pertahankan
pariwisata budaya serta pariwisata spiritual," kata Wijaya. Wijaya
juga menyayangkan pernyataan Wagub Bali, Alit Kelakan, yang
menyatakan bahwa masyarakat Bali secara bulat menolak RUU itu
saat dengar pendapat dengan pansus yang datang ke sana. ""Itu tidak
bijaksana,"" kata Wijaya.

"Bung wartawan, Anda tahu jumlah penduduk Indonesia, kan? Dua


ratus juta lebih. Mereka itu juga harus didengar, bukan hanya
sebagian artis dan sekelompok aktivis LSM itu saja," kata ibu muda
yang bernama Zulfiani. Bersama sekelompok ibu-ibu muda lainnya,
selepas shalat Zuhur, Zulfiani memang tengah berdiskusi kecil ttg
perkara yang hangat saat ini: RUU APP. Obrolan antar para ibu
pengajian di Masjid Al-Jihad Padang Panjang, Sumatra Barat, itu
akhirnya mengerucut pada demonstrasi para artis dan perempuan
aktivis LSM yang menentang diundangkannya RUU APP. "Kami
juga punya hak yang sama dengan para artis dan aktivis LSM itu.
Suara kami tegas, mendukung RUU APP segera diundangkan," kata
Hj Nurainas Abizar, Ketua Bundo Kanduang, organisasi payung
berbagai perkumpulan perempuan di Ranah Minang. Nurainas
menyatakan, dia mendapat kesan kuat bahwa kehidupan para
perempuan, bahkan masa depan generasi muda, hendak ditentukan
para artis dan aktivis LSM tersebut. "Bila dunia mereka menyibak
penutup tubuh atas nama seni, mereka harus tahu bahwa dunia orang
lain tidak seperti itu," kata perempuan yang akrab dipanggil Bundo
itu, tegas. Sebagaimana Zulfiani, Nurainas mengingatkan, tidak elok
jika sekelompok kecil kalangan itu merasa memiliki hak untuk
mengatur sebagian besar yang lain.

Sandi Kurniawan, seorang karyawan swasta dari Bandung, melihat


bahwa saat ini media cetak dan elektronika terlalu gamblang
memublikasikan gambar ataupun tayangan porno. "Dampaknya
besar. Kini pakaian minimalis itu merebak dan menjadi acuan para
perempuan hingga ke desa. Jika tidak diatur melalui UU, saya yakin
kondisinya akan makin bablas," kata Sandi. Ia melihat, hal itu
gampang menular karena saat ini televisi telah menjadi kebutuhan
setiap rumah tangga.

Dari Jawa Timur, Ny Suprihatin mendapati kedua anaknya yang


masih duduk di bangku SMP, ternyata diam-diam menyimpan
cakram padat (VCD) porno di tas sekolah mereka. "Bayangkan,
bukan saling pinjam buku pelajaran, tapi justru VCD porno," kata
warga Kelurahan Kutoanyar, Tulungagung, yang juga seorang guru
SD itu. Suprihatin mengaku tak habis pikir, "yang menentang itu kok
ada yang dari kelompok perempuan. Bukankah RUU itu justru
hendak menyelamatkan keluarga kita?"

Fitri, seorang ibu rumah tangga, karyawan Biro Humas Pemprov


Lampung, menyatakan RUU APP perlu segera diundangkan.
Alasannya, kata ibu dua anak itu: "Orang tua hanya mampu
mengawasi saat di rumah, selebihnya tidak. Bila ada aturan baku soal
itu, peredaran media porno yang sangat mempengaruhi moral
generasi muda bisa ditekan," ujar Fitri.

Itulah suara-suara jubir mayoritas diam yang menonjok hidung


minoritas bising (noisy minority) yang anti RUU APP. Minoritas
bising inilah yang ditonjok oleh ayat:
-- WADzA QYL LHM LA TFSDWA FY ALARDh QALW ANMA
NhN MShLhWN (S. ALBQRt, 2:11), dibaca: waidza- qi-la lahum la-
tufsidu- fil ardhi qa-lu- innama- nahnu mushlihu-n, artinya:
-- Apabila dikatakan kepada mereka, janganlah kamu berbuat
bencana di muka bumi, maka jawab mereka, sesungguhnya kami
hanya berbuat kebaikan. WaLlahu a'lamu bissahawab.

*** Makassar, 19 Maret 2006 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

720, Bali, Sekali Lagi Bali

Firman Allah:
-- YAYHA ALDZYN AMNWA AN JA^KM FASQ BNBA
FTBYNWA AN TSHYBWA QWMA BJHALT FTSHBHWA 'ALY
MA F'ALTM NADMYN (S. ALHJRAT, 49:6), dibaca:
-- ya-ayyuhal ladzi-na a-manu- in ja-kum fa-siqum binabain
fatabayyanu- an tushi-bu qawman bijaha-latin fatushbihu- 'ala- ma-
fa'altum na-dimi-n (s. al hujura-t), artinya: Hai orang-orang beriman,
jika datang kepadamu orang-orang fasiq dengan annaba' (berita,
pernyataan), maka lakukanlah tabayyun (klarifikasi), jangan sampai
kamu tanpa pengetahuan menimpakan musibah kepada suatu kaum,
lalu kamu menyesal atas perbuatanmu.

Diriwayatkan, Al Walid bin 'Uqbah bin Abu Mu'ith mendapat


amanah, yaitu diutus oleh RasuluLlah SAW untuk mengambil zakat
dari Bani Musthaliq. Tatkala tim Al Walid hampir tiba di pemukiman
Bani Musthaliq, maka sayup-sayup dari jauh tim Al Walid
menyaksikan "pengerahan massa" di pemukiman Bani Musthaliq
tersebut. Tampaklah pula dengan tergopoh-gopoh seseorang
(kemudian ternyata orang itu fasiq) menemui tim Al Walid,
kemudian menyampaikan annaba', bahwa Bani Musthaliq telah
murtad, mereka tidak mau membayar zakat, bahkan mereka telah
berhimpun berdemonstrasi untuk "menyambut" kedatangan tim Al
Walid. Serta-merta Al Walid memerintahkan kepada timnya untuk
pulang kembali ke Madinah, tanpa mengutus salah seorang anggota
tim ke pemukiman Bani Musthaliq tersebut untuk melakukan
tabayyun. Tiba di Madinah dengan segera Al Walid melapor kepada
RasululLah SAW annaba' yang diterimanya dari orang fasiq itu,
bahwa Bani Musthaliq telah murtad, mereka tidak mau membayar
zakat. Maka turunlah ayat (49:6) seperti yang telah dikutip di atas itu.

Maka Nabi Muhammad SAW segera menugaskan Khalid ibn Walid


membawa pasukan kecil kepemukiman Bani Musthaliq itu dengan
perintah: "Jangan terburu-buru mengambil tindakan represif,
kedatangan pasukan harus secara diam-diam sehingga tidak
menghebohkan, lakukan penyelidikan saksama." Khalid mengatur
laju pasukannya untuk dapat tiba di pemukiman Bani Musthaliq di
malam hari, dan segera mengirim masuk pengintai secara diam-diam.
Hasil pengintaian dilaporkan kepada Khalid, azan subuh
berkumandang, penduduk shalat berjama'ah subuh di masjid. Bani
Musthaliq tidaklah murtad. Annaba' yang diterima oleh tim
pengumpul zakat Al Walid berasal dari orang fasiq. Sementara itu
tiba pula di Madinah tim utusan dari Bani Musthaliq, yang rupanya
berselisih jalan sehingga tidak bertemu dengan pasukan kecil Khalid
di tengah perjalanan. Utusan itu menyatakan sikap bernuansa protes:
"Ya RasulaLlah, kedatangan kami ke mari untuk bertanya mengapa
utusan RasuluLlah tidak sampai kepada kami untuk memungut zakat,
mengapa mereka kembali sebelum sampai kepada kami, padahal
kami dengan gembira telah bersiap-siap menyambut tim itu beramai-
ramai."

***
Ini ada annaba' di situs http://www.kompas.com/kompas-
cetak/0603/19/seni/2520766.htm

Gde Aryantha Soethama (GAS) antara lain menulis: Di Bali, cabul


itu biasa, tak ada hukum yang mengatur. Ada pula istilah jalema
jaruh, manusia tunasusila. Orang-orang jaruh tidak dihukum di dunia,
tetapi mereka akan menerima kesengsaraan itu di akhirat.

Kepada siapa annaba' dari GAS itu mesti dilakukan klarifikasi?


Kepada kelompok minoritas bising (noisy minority) para artis dan
LSM serta penganut genderisme yang keliwat batas itu?, yang
menolak RUU APP itu? Tentu tidak ! Klarifikasi itu harus dilakukan
kepada Peraturan Daerah.

Annaba' dari GAS Itu tidak benar. Ada hukum yang mengatur di
dunia di Bali atas orang-orang jaruh, jadi bukan hanya di akhirat saja
ada itu sanksi hukuman. Mana buktinya yang ditulis GAS itu tidak
benar? Ini dia: Ada PERATURAN DAERAH KABUPATEN
BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG
PEMBERANTASAN PELACURAN yang mengatur dengan sanksi
hukum bagi yang melanggar. GAS bikin kebohongan publik secara
terang-benderang, karena tidak mungkin GAS yang orang Bali itu
tidak tahu adanya Perda ttg Pemberantasan Pelacuran di Kabupaten
Badung yang ibu Kotanya Den Pasar itu.

Dalam BAB II Pasal 2 termaktub:


Setiap orang dilarang melakukan Perbuatan Tuna Susila dan atau
Pelacuran Dalam Daerah Kabupaten Badung. Selanjutnya pada Pasal
3, ayat (1) termaktub:
Setiap orang atau Badan Hukum dilarang:
a. Menyediakan tempat Kegiatan Perbuatan Tuna Susila dan atau
Pelacuran;
b. Menjadi Tuna Susila dan atau Pelacuran Dalam Daerah;
c. Mendatangkan Tuna Susila dan atau Pelacuran Dari Luar Daerah;
d. Melindungi atau Menjadi Pelindung Perbuatan Tuna Susila dan
atau Pelacuran di Daerah;

Selanjutnya pada Pasal 4 termaktub:


Desa dapat berpartisipasi aktif dalam upaya pemberantasan pelacuran

Dalam BAB V tentang ketentuan pidana, Pasal 7, ayat (1) termaktub:


Setiap orang yang melanggar ketentuan yang tercantum dalam
Peraturan Daerah ini diancam Pidana kurungan paling lama 3 (tiga)
bulan atau denda paling banyak Rp.5.000.000,- (Lima Juta Rupiah).

Jadi di dunia ini di Bali ada sanksi hukuman. Terbuktilah


kebohongan publik GAS yang mempublikasikan bahwa orang-orang
jaruh, manusia tunasusila, tidak dihukum di dunia.

Perda ini yang terdiri dari 7 BAB dan 11 Pasal disahkan di Denpasar
Pada Tanggal 20 September 2001
Ditanda tangani oleh Bupati Badung A.A. Ngurah Oka Ratmadi
Diundangkan di Denpasar
Pada Tanggal 25 September 2001

***

Dengan cara tabayyun yang diprintahkan oleh Al-Quran dengan


mencontoh Sunnah RasuluLlah SAW, ternyata terungkap ke publik,
bahwa Bali tidaklah seperti yang digambarkan oleh noisy minority
yang menolak RUU APP, yang melakukan kebohongan publik,
menutupi keadaan sebenarnya dari masyarakat Bali yang
sesungguhnya anti pornografi-pornoaksi. Bahkan Kabupaten Badung
telah mendahului Kabupaten Tangerang yang belakangan membuat
Perda Anti Pelacuran. Bahkan, sekali lagi bahkan, mendahului kita
punya Kotamadya Makassar ini, yang baru dalam tahap desakan oleh
KPPSI supaya dibuat Perda tentang memberantas pelacuran.
WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 26 Maret 2006 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

721. Teori Konspirasi

Biasanya, majalah TEMPO selalu menolak dengan sinis terhadap


teori konspirasi jika itu diajukan oleh kalangan Muslim. Konspirasi
dibalik serangan 9 September, ditolak. Konspirasi di balik kerusuhan
Ambon-Poso, ditolak. Konspirasi Bisnis Konglomerat-CSIS di balik
gerakan pemurtadan ummat Islam Indonesia, ditolak.. Sekonyong-
konyong pada 9 Maret 2006 di ruang Diponegoro hotel Mandarin
Jakarta yang adem, Bambang Harymurti pemimpin redaksi majalah
TEMPO bersemangat mengkampanyekan sebuah teori konspirasi.
Bambang termakan omongannya sendiri, ibarat melempar bumerang,
sinis terhadap teori konspirasi, ujung-ujungnya berteori konspirasi
juga. Menurut Bambang, segala usaha menggolkan RUU Anti
Pornografi Pornoaksi (RUU-APP) semata-mata merupakan agenda
politik tersembunyi Ikhwanul Muslimin dan Hizbut-Tahrir dari
Timur Tengah, demi memaksakan nilai dan gaya hidup mereka di
sana kepada bangsa Indonesia.

Sebelum melanjut, elok kiranya ungkapan "Timur Tengah" ini


dikritisi. Kita ini di Indonesia, yang dimmksud dengan "Timur
Tengah" bukankah itu di Barat? Di mana bumi dipijak di situ langit
dijunjung, artinya kepala menyatu dengan kaki. Bagi kita di sini
"Timur Tengah" itu di barat. Jadi kalau kita bilang "Timur Tengah"
berarti kepala dipenggal dipisah dengan tubuh yang berjejak di tanah
Indonesia, kepala ditaruh di Amerika. Kaki berjejak di Indonesia,
kepala menjunjung langit Amerika. Ummat Islampun dengan tidak
sadar ikut memenggal kepalanya juga. Bagi ummat Islam, camkanlah
Firman Allah:
-- YWQD MN SyJRt MBRKt ZYTWNt LA SyRQYt WLA GhRBYt
(S. ALNWR, 24:35), dibaca:
-- yu-qadu min syajaratim muba-rakatin zaitu-natil la- syarqiyyatiw
wala- gharbiyyatin, artinya:
-- (lampu) itu dinyalakan dengan minyak pohon yang diberkati, yaitu
minyak zaitun yang (tumbuh) tidak di timur dan tidak di barat (S.
Cahaya).

Maka "Timur Tengah" sangat patut dan logis diganti dengan


"Kawasan Tengah".

Kita lanjutkan. Bambang yang lulusan Universitas Harvard, Amerika,


mengatakan, "Kalau berbagai tayangan dan penerbitan porno itu
menjadi sebab perkosaan dan lain-lain, tentu Skandinavia adalah
kawasan yang tingkat perkosaannya paling tinggi. Tapi, Timur
Tengah justeru yang tingkat perkosaannya paling tinggi. Selanjutnya
Bambang dengan teori konspirasinya itu nyeleneh seperti berikut:
Konspirasi itu mendorong pelaksanaan syariat Islam di negeri ini,
seperti Taliban di Afghanistan. Saya menghawatirkan, potensi
gerakan kekerasan jika RUU ini diberlakukan."

Teori yang absurd ini ini diamini oleh Leo Batubara, salah satu Ketua
Dewan Pers, yang berbulan-bulan ini sangat bersemangat membela
majalah porno Playboy Indonesia agar boleh terbit di sini. "Saya
tidak suka multiparty system, tapi saya suka multi-posision (dalam
melakukan
hubungan seks)," katanya. "Dari mana saya dan istri saya bisa belajar
posisi-posisi itu kalau bukan dari media porno?"

***

Kita buat juga tandingan teori konspirasi. Yang berdiri di belakang


gerakan anti RAA-APP adalah sama dengan konspirasi di belakang
kartun penghinaan Nabi Muahammad SAW, yaitu Zionis Amerika
seperti yang telah termaktub dalam Seri 715. Ini saya kutip dari Seri
715 tersebut:

Saya melihat masalah kartun Denmark ini tidak terlepas dari


continuous warfare yang sedang dijalankan oleh pihak Zionis
Amerika. Kenapa justru munculnya penghinaan ini dari Denmark dan
Eropa. Bukan dari Amerika dan Inggris? Kenapa melalui media?
kartun? bukannya suatu yang DI LUAR media. Media dunia identik
dengan kekuasaan Zionis, yang saat ini sedang bercokol di Amerika.
Inilah senjata yang sedang mereka pakai dalam continuous warfare
terhadap kita. Kartun Denmark tidak ubahnya, dan satu paket, dengan
Playboy Indonesia, dan upaya barat membeli media-media Indonesia.
Amerika bisa tampil bak pahlawan, karena dia bukan culprit yang
menerbitkan kartun, meski sesungguhnya mereka juga yang ada
dibelakang (media) itu. Rakyat Eropa yang pada saat serbuan ke Iraq
& Afghanistan, berada dalam posisi pasif (dan sebagian justru anti
Amerika), kini diterpaksakan (fait a compli) oleh kartun ini dan
kemudian diserang oleh negara2 Islam, untuk sharing pandangan
orang-orang Zionis Amerika bahwa "Muslim memang common
enemy".

Pada November 1875, pusat gerakan Zionis di Inggris, Fremasonry


(di Belanda Vrijmetselarij), mengutus Madame Blavatsky -demikian
Helena Balavatsky biasa disebut- ke New York. Sesampainya di
sana, Blavatsky langsung mendirikan perhimpunan kaum Theosofi.
Sejak awal, organisasi kepanjangan tangan Zionis-Yahudi ini, telah
menjadi mesin pendulang dolar bagi gerakan Freemasonry-
Vrijmetselarij. Zionisme itu merancang juklatnya dengan
menyebarkan faham-faham yang bermacam-macam. Faham yang
mereka tebarkan berbeda dari masa ke masa. Suatu waktu menebar
faham Theosofi, suatu waktu menebar dwitunggal: atheisme-
komunisme, agnostik-sosialisme, suatu waktu melancarkan tiga-
sejoli sekularisme-liberalisme-kapitalisme.

Di luar Amerika, misalnya di Hindia Belanda (setelah merdeka


menjadi Indonesia), Blavatsky dikenal sebagai propagandis utama
ajaran Theosofi. Pada tahun 1853, saat perjalanannya dari Tibet ke
Inggris, Madame Blavatsky pernah mampir di Batavia (Betawi,
Jakarta). Selama satu tahun di Batavia, ia mengajarkan Theosofi
kepada para elit kolonial dan masyarakat Hindia Belanda.

Sejak itu, Theosofi menjadi salah satu ajaran yang berkembang di


Indonesia. Sikap ajaran Theosofi bertitik tolak pada asumsi dasar
yaitu menganggap semua ajaran agama itu sejajar, sehingga Theosofi
itu memungut dari semua agama yang dianggapnya benar. Salah satu
metamorphosis dari kaum Thesofi di Indonesia ialah kelompok yang
menamakan diri Islam Liberal, dengan asumsi yang tetap, tidak
berubah, bertitik tolak pada asumsi dasar yaitu menganggap semua
ajaran agama itu sejajar, yang melahirkan Fiqh Lintas Agama.
Diminta kesabaran pembaca menuggu Seri 722 yang insya-Allah
akan disajikan pada hari Ahad pekan depan. WaLlahu a'lamu
bisshawab.

*** Makassar, 2 April 2006 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

722 Kebebasan Berekspresi

Dalam Seri 721 yang lalu telah dijelaskan konspirasi di belakang


masalah kartun Denmark, yaitu itu tidak terlepas dari continuous
warfare yang sedang dijalankan oleh pihak Zionis Amerika. Media
dunia identik dengan kekuasaan Zionis, yang saat ini sedang bercokol
di Amerika. Rakyat Eropa, kecuali Engla Terra, yang pada saat
serbuan Bush-Blair ke Iraq & Afghanistan, berada dalam posisi pasif,
diterpaksakan oleh kartun ini yang diserang oleh negeri-negeri
Muslim, untuk sharing pandangan orang-orang Zionis Amerika
bahwa "Muslim memang common enemy".

Kita lihat pula konspirasi dibelakang serbuan Bush-Blair ke Iraq.


Pada waktu penyerbuan ke Iraq itu orang-orang sekeliling Bush
adalah: Dick Cheney-Wapres, Colin Powell-Menlu, Richard Perle--
penasihat utama Bush, Paul Wolfowitz--Deputi Menhan, Ari
Fleischer -Jubir resmi Pemerintahan Bush, dll. Mereka itu adalah
orang-orang Yahudi aliran keras. Maka penguasaan terhadap Iraq
oleh Amerika Serikat adalah juga penguasaan Zionisme atas Iraq.
Jadi selain menyangkut penguasaan minyak di Iraq, maka
Zionismelah yang memetik keuntungan politik, yaitu Kawasan
Tengah berhasil dikepung olehnya. Kekepala-batuan Bush yang tidak
mendengarkan protes seluruh dunia, ketidak pedulian Bush akan
korban perang penduduk sipil Iraq, dan juga Afghanistan,
memperlihatkan karakteristik Zionisme, sikap Yahudi yang
menganggap boleh berlaku apa saja terhadap manusia kelas dua,
yang mereka sebutkan dengan Joyeem, atau Umami, yang dalam Al
Quran disebut Ummi:
-- QALWA LYS 'ALYNA FY ALAMYN SBYL (S. AL 'AMRAN,
75), dibaca:
-- qa-lu- laysa 'alayna- fil ummiyyi-na sabi-l (s. ali 'imra-n), artinya:
-- Mereka berkata tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang
ummi (3:75).

Dalam Seri 721 ybl telah dikemukakan pula bahwa Zionisme itu
merancang juklatnya dengan menyebarkan faham-faham yang
bermacam-macam yang mereka tebarkan yang berbeda dari masa ke
masa, berupa: faham Theosofi, atheisme-komunisme, agnostik-
sosialisme, sekularisme-liberalisme-kapitalisme. Dari pusat gerakan
Zionis di Inggris, Fremasonry mengutus Madame Blavatsky (MB) ke
New York, dan langsung mendirikan perhimpunan kaum Theosofi,
sebuah organisasi kepanjangan tangan Zionis-Yahudi. Saat
perjalanan MB dari Tibet ke Inggris, MB pernah mampir di Batavia
(Betawi). Selama satu tahun di Batavia, MB mengajarkan Theosofi
kepada para elit kolonial dan masyarakat Hindia Belanda. Sejak itu,
Theosofi menjadi salah satu ajaran yang berkembang di Indonesia.
Theosofi bertitik tolak pada asumsi dasar yaitu menganggap semua
ajaran agama itu sejajar. Salah satu metamorphosis dari kaum
Theosofi di Indonesia ialah kelompok yang menamakan diri Islam
Liberal, dengan asumsi yang tetap, tidak berubah, bertitik tolak pada
asumsi dasar yaitu menganggap semua ajaran agama itu sejajar, yang
melahirkan Fiqh Lintas Agama.

Seperti disebutkan di atas, Zionisme suatu waktu melancarkan


sekularisme-liberalisme-kapitalisme, maka gerakan yang menolak
RUU-APP yang mempergunakan peluru/tombak kebebasan
berekspresi untuk menembak/menohok RUU-APP tersebut, tidak
dapat dilepaskan dari konspirasi lontaran Zionisme berupa
liberalisme-kapitalisme. Coba baca tembakan Cokorda Sawitri yang
bertemakan: manusia jangan memakan kemanusiaannya. Apa
katanya? Bagaimana sih, sebuah negara melakukan intervensi kepada
privacy warganegaranya ? Sedih sekali, kami mendengarnya. Ini pun
pembunuhan proses kreatif. Kalau proses kreatif dibunuh, bikin
sandal pun kita nanti nggak bisa lagi.
"Liberalisme" berasal dari bahasa Latin, liber, yang artinya `bebas'
atau `merdeka'. Hingga penghujung abad ke-18 Masehi, istilah ini
terkait erat dengan konsep manusia merdeka. Pakar sejarah Barat
biasanya menunjuk motto Revolusi Perancis 1789: kebebasan,
kesetaraan dan persaudaraan (liberté, égalité, et fraternité) sebagai
piagam agung (magna charta) liberalisme modern. Prinsip liberalisme
yang paling mendasar ialah pernyataan bahwa tunduk kepada otoritas
-apapun namanya- adalah bertentangan dengan hak asasi, kebebasan
dan harga diri manusia, yakni otoritas yang akarnya, aturannya,
ukurannya, dan ketetapannya ada di luar dirinya. Di sini kita
mencium bau sophisme dan relativisme ala falsafah Protagoras yang
mengajarkan bahwa "manusia adalah ukuran dari segalanya", sebuah
doktrin yang kemudian diberhalakan oleh para penganut nihilisme
semacam Nietzsche.

Dalam politik, liberalisme dimaknai sebagai sistem di mana negara


tidak boleh mencampuri "privacy" warga-negara, negara tidak boleh
mencampuri urusan moral individu. Sementara di bidang ekonomi,
liberalisme merujuk pada sistem pasar bebas di mana intervensi
pemerintah dalam perekonomian tidak dibolehkan sama sekali.
Dalam hal ini liberalisme identik dengan kapitalisme. Di wilayah
sosial, liberalisme berarti emansipasi perempuan, penyetaraan
gender, pupusnya kontrol sosial terhadap individu dan runtuhnya
nilai-nilai kekeluargaan. Biarkan perempuan menentukan nasibnya
sendiri, tak seorang pun berhak dan boleh memaksa ataupun
melarangnya untuk melakukan sesuatu.

Sedangkan dalam urusan agama, liberalisme mereduksi agama


menjadi urusan privat. Maka prinsip amar ma'ruf maupun nahi
mungkar bukan saja dinilai tidak relevan, bahkan dianggap
bertentangan dengan semangat liberalisme. Asal tidak merugikan
pihak lain, orang yang berzina, berseks-bebas, tidak boleh dihukum,
jika dilakukan atas dasar suka sama suka. Karena menggusur peran
agama dan otoritas wahyu dari wilayah politik, ekonomi, maupun
sosial, maka liberalisme dalam hal ini dipadankan dengan
sekularisme.

Di dunia Islam virus liberalisme juga berhasil masuk ke kalangan


cendekiawan yang konon dianggap sebagai "pembaharu". Mereka
yang menjadi liberal antara lain: Rifa`ah at-Tahtawi (1801-1873 M),
Qasim Amin (1863-1908 M) dan Ali Abdur Raziq (1888-1966 M)
dari Mesir, Sayyid Ahmad Khan (1817-1898 M) dari India.
Di abad keduapuluh muncul pemikir-pemikir yang juga tidak kalah
liberal seperti Fazlur Rahman, Mohammed Arkoun, Nasr Hamid Abu
Zayd, Mohammed Shahrour dan pengikut-pengikutnya di Indonesia
yang bersekongkol dalam wadah yang mereka namakan dirinya
Jaringan Islam Liberal (JIL), yang pada pokoknya libralisme yang
dibungkus oleh kemasan yang kelihatannya Islami. Pemikiran dan
pesan-pesan yang dijual para tokoh liberal itu sebenarnya kurang
lebih sama saja. Ajaran Islam harus disesuaikan dengan
perkembangan zaman, al-Qur'an dan Hadits mesti dikritisi dan
ditafsirkan ulang menggunakan pendekatan historis, hermeneutis dan
sebagainya.

Alhasil gerakan yang menembak/menohok RUU APP dengan


peluru/tombak kebebasan ekspresi sangatlah terang benderang,
bahwa yang berdiri di belakangnya adalah konspirasi Zionisme yang
menebarkan liberalisme-kapitalisme. Inilah jawaban pengasuh kolom
ini terhadap teori konspirasi dari Bambang Harymurti pemimpin
redaksi majalah TEMPO yang menyatakan bahwa: "Segala usaha
menggolkan RUU-APP semata-mata merupakan agenda politik
tersembunyi Ikhwanul Muslimin dan Hizbut-Tahrir dari Timur
Tengah, demi memaksakan nilai dan gaya hidup mereka di sana
kepada bangsa Indonesia." WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 9 April 2006 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

723 Doktrin Freud dengan Playboy

Reaksi atas terbitnya Majalah Playboy versi Indonesia masih terus


bergulir. Kini giliran Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang kembali
buka suara. Melalui juru bicaranya Ismail Yusanto, Kamis (13/4),
HTI justru menyoroti sikap pemerintah dalam menanggapi terbitnya
majalah tersebut sejak 7 April 2006 lalu. Ismail mengaku kecewa
atas pernyataan Menteri Komunikasi dan Informatika Sofyan Djalil
yang menyebutkan bahwa sulit bagi pemerintah untuk melarang
penerbitan majalah Playboy tersebut karena pemerintah tidak
memiliki wewenang untuk melakukan hal tersebut.

***

Dalam KUHP ada pasal yang dapat menjaring pornografi. Pasal 282,
ayat (1): Barang siapa menyiarkan, mempertunjukkan atau
menempelkan di muka umum tulisan, gambaran atau benda yang
telah diketahui isinya melanggar kesusilaan, atau barang siapa
dengan maksud untuk disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan di
muka umum, dst., diancam dengan pidana penjara paling lama satu
tahun enam bulan atau pidana denda paling tinggi empat ribu lima
ratus rupiah.

Walaupun sanksi KUHP itu sangat ringan, namun itu masih efektif
untuk menjaring Pornografi, menunggu disahkannya RUU APP
menjadi UU. Seharusnya Pranata Hukum yang dalam hal ini polisi
seyogianya bertindak gesit menyita semua majalah Playboy dan
Popular, sehingga FPI (ada sumber yang mengatakan bukan FPI
melainkan LPI) tidak sempat melakukan tindakan shock therapy,
yang dampaknya berhasil bikin gentar pengecer dan pemilik toko
buku.

***

Dalam beberapa hari yang lalu dalam rubric opini ada yang menulis
tentang justifikasi Playboy berdasar atas doktrin Freud. Istilah
doktrin dipakai dan bukan istilah teori, oleh karena para pengecer
psikoanalisis Freud itu tidak memandangnya lagi sebagai suatu teori,
melainkan sudah diyakini sungguh-sungguh kebenarannya. Padahal
psikoanalisis Freud belum pernah dibuktikan secara ilmiyah. Dari
hasil observasi pasiennya di Vienna, Freud membuat rampatan
(generalisasi), bahwa semua manusia mesti demikian itu.

Kita akan mencoba menebas doktrin Freud ini dengan prinsip


Syari'ah. Sigmund Freud (1856 - 1939) mengumpamakan alam
pikiran manusia ibarat gunung es. Sebagian besar tenggelam dalam
air, tersembunyi dalam alam bawah sadar. Di bawah permukaan air
itu tersembunyilah motif, perasaan dan keinginan-keinginan, yang
tidak hanya tersembunyi bagi orang lain, melainkan menjadi rahasia
pula bagi dirinya sendiri. Menurut doktrin Freud alam bawah sadar
itu adalah sumber dari nereuse.

Freud mengklasifikasikan aktivitas mental dalam tiga level: Id, Ego


dan Super-Ego. Id dan Super-Ego terletak dalam alam bawah sadar.
Yang terpenting ialah Id, bagian yang gelap dari personalitas. Id
dapat diungkapkan dengan cara mengkaji mimpi (interpretation of
dreams) dan nereutic symptom. Id adalah pusat dari naluri dan iradah
(impuls) yang bersifat primitif dan kebinatangan. Id itu buta dan
serampangan (ruthless), hanya menginginkan kesenangan hura-hura,
dan asyik ma'syuk (pleasure), tanpa mengindahkan konsekwensinya.
Id tidak mengenal nilai, tidak mengenal baik dan buruk, tidak
mengenal moralitas. Semua impuls dari Id menurut doktrin Freud
diisi oleh tenaga psikis (psychic energy) yang disebutnya libido,
berkarakteristik seksual. Teori libido ini disebut dengan "hakikat
(essence) dari doktrin pasikoanalisis". Semua kehandalan kultural
manusia, seperti seni, hukum, agama dll. dipandang sebagai
perkembangan libido.

Apakah semua kehandalan kultural manusia, seperti seni, hukum,


agama dll. dipandang sebagai perkembangan libido? Apakah semua
mimpi itu adalah pencapaian (fulfillment) tersembunyi dari hasrat
yang tertekan? Apakah semua mimpi itu merupakan drama dalam
alam bawah sadar? Apakah semua mimpi itu adalah buah (product)
konflik? Walaupun sekarang sudah dikenal ilmu statistik, namun
sangatlah sulit untuk mengujicoba bahwa doktrin Freud itu berlaku
umum untuk semua manusia. Kesulitan itu pada hakekatnya adalah
suatu keniscayaan.

Firman Allah Dalam Al Quran:


-- ADz QAL YWSF LABYH YABT ANY RAYT AhD 'ASyR
KWKBA WALSyMS WALQMR RAYTHM LY SJDYN (s. YWSF,
12:4), dibaca:
-- idzqa-la yu-sufu liabi-hi ya-abati inni- raaytu ahada 'asyara kaubaw
wasysyamsa walqamara raaytuhum li- sa-jidi-n, artinya:
-- Ingatlah tatkala yusuf berkata kepada ayahnya: Hai bapakku
sesungguhnya aku lihat (dalam mimpiku) sebelas bintang, matahari
dan bulan sujjud kepadaku.

Jadi Nabi Yusuf AS bermimpi melihat 11 bulan, matahari dan bulan


sujud kepadanya. Itu bukan drama dalam alam bawah sadar. Itu
bukan hasrat terpendam Yusuf yang masih remaja itu ingin menjadi
orang berkuasa sehingga orang-orang tunduk kepadanya. Itu adalah
pertanda dari Allah SWT untuk masa yang akan datang. Yaitu Nabi
Yusuf AS kelak di kemudian hari akan menjadi raja muda Mesir.
Tatkala itu ke-11 saudaranya, bapaknya (Nabi Ya'qub AS) dan
ibunya menghormatinya sebagai raja muda.

Di samping mimpi sebagai pertanda dari Allah SWT untuk para nabi
dan waliyullah serta orang-orang tertentu yang dipilih Allah, mimpi
adalah aktivitas jiwa dalam qalbu (sadru + fuad + hawa) yang bekerja
terus. Mimpi tukang jahit Singer dikejar-kejar orang memegang
tombak yang ujungnya berlubang adalah proses berpikir dalam
fuadnya berjalan terus selagi ia tidur. Ia berhasil memecahkan
permasalahan di dalam tidur bagaimana menyelesaikan jahitan yang
bertumpuk menjelang tahun baru, yaitu dengan membuat jarum yang
berlubang pada ujungnya yang runcing. Mimpi makan kenyang orang
terapung di atas rakit di tengah laut, adalah proses naluri
mempertahankan hidup dalam ALHWY (dibaca: al hawa-) yang
berlanjut terus sementara ia tidur.

Demikianlah mimpi itu bukanlah pencapaian tersembunyi dari hasrat


yang tertekan. Mimpi itu bukanlah drama dalam alam bawah sadar,
dan bukan pula produk konflik dalam alam bawah sadar. Mimpi itu
tidak lain adalah pertanda untuk masa yang akan datang dari Allah
SWT yang diberikan kepada para Nabi, waliyuLlah ataupun orang-
orang tertentu, atau mimpi itu adalah proses merasa, berpikir dan
bernaluri yang berlanjut terus tatkala tidur.

Tidak ada konflik antara Id dengan Super-Ego dalam alam bawah


sadar, karena alam bawah sadar itu tidak ada. Sesungguhnya persepsi
Freud tentang alam bawah sadar tidak lain melainkan rekaman pada
kulit otak tentang pengalaman proses merasa, berpikir dan bernaluri,
ibarat rekaman pada tape recorder. Doktrin alam bawah sadar
bertentangan dengan aqidah adanya Hari Pengadilan. Manusia harus
mempertanggung-jawabkan seluruh aktivitasnya di dunia ini pada
Hari Pengadilan kelak. Allah Maha Adil, memberikan ganjaran baik
atau buruk sesuai yang dilakukan manusia dengan sadar. Semua
aktivitas jiwa disadari, karena jiwa itu disinari oleh ruh. Ruh inilah
yang menyebabkan manusia itu sadar akan eksitensinya.

Alhasil doktrin Freud bertentangan dengan Syari'ah sehingga tidak


absah (valid) dijadikan tumpuan untuk menjustifikasi peredaran
Palyboy dan sejenisnya. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 16 April 2006 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

724 Fabianus Tibo, Dominggus da Silva, dan Marinus Riwu

Poso dihuni dua kelompok besar pemeluk agama. Daerah pinggir


Poso Kota dan pegunungan dihuni penduduk asli, suku Toraja,
Manado, dan lain-lain. Mereka beragama Kristen Protestan dengan
pusatnya di Tentena, pusat Sinode Gereja Kristen Sulawesi Tengah
(GKST). Daerah Poso Pesisir kebanyakan dihuni oleh pendatang
Bugis, Jawa, Gorontalo, dan penduduk asli. Agama mereka Islam.
Pemeluk Katolik hanya sedikit, termasuk Tibo Cs yang datang dari
Flores.

Vonis mati dijatuhkan Pengadilan Negeri Palu pada 5 April 2001,


diperkuat Pengadilan Tinggi Sulteng, 17 Mei 2001, dan Mahkamah
Agung, 21 Oktober 2001. Penolakan grasi dari presiden 9 November
2005. Pengajuan kembali perkara (PK) telah dilakukan, tetapi
dianggap tidak benar. Menurut ahli hukum, PK boleh diajukan bila
syaratnya memang terpenuhi.

Ir. Lateka adalah mantan pejabat di Dinas Kehutanan Sulawesi


Tengah. Dia adalah pimpinan "perang" Kelompok Merah yang
membakar pemukiman dan membunuh masyarakat Muslim di Poso
Pesisir pada 23 Mei 2000. Pada hari itu Tibo Cs yang setelah
menyerang dan merusak beberapa kelurahan, ternyata ketahuan oleh
massa Muslim berlindung dan terperangkap dalam kompleks Gereja
Santa Maria. Segera kompleks itu dikepung oleh massa. Tibo Cs
bernegosiasi dengan polisi agak lama dan alot, akhirnya polisi
melepas Tibo Cs melalui pintu belakang kompleks mengikuti
rombongan penghuni kompleks yang dievakuasi. Massa Muslim
yang jumlahnya makin banyak menjadi naik pitam lalu merusak dan
membakar kompleks, karena polisi membiarkan Tibo Cs lolos,

Pada 2 Juni 2000, Lateka dan pasukannya masuk Poso Kota, setelah
menelpon Kapolres Baso Opu bahwa Lateka akan masuk Poso pada
malam itu juga. Kapolres yang berasal dari Selayar ini menyarankan
agar Lateka mengurungkan niatnya, tetapi Lateka tidak perduli. Dia
datang dengan massa dalam jumlah besar, dengan menggunakan truk
dan mobil mikrolet. Sasarannya adalah membumi-hanguskan Poso
Kota. Di Kayamanya, mereka dihadang oleh Jamaah Majelis Dzikir
Nurul Khairaat dan para santri pimpinan Habib Shaleh Alaydrus serta
penduduk setempat, sehingga terjadi pertempuran sengit di depan
masjid di Kelurahan Kayamanya itu. Sekitar 1 jam pertempuran itu
terjadi, dan tiba-tiba terdengar pekik Allahu Akbar yang keras
disertai robohnya kedua orang pimpinan Kelompok Merah, yaitu
Lateka dan Paulina. Pasukan Merah mundur, setelah tahu kedua
pemimpinnya itu menemui ajalnya oleh pasukan Habib Shaleh. Saat
itu sudah sangat pagi, sekitar jam 06.15 Wita.

Setelah Lateka menemui ajalnya, di Tentena berlangsung konsentrasi


massa yang sangat besar di sebuah lapangan sepak bola. Saat itu,
dibacakan "surat wasiat" dari Lateka yang menunjuk Tibo sebagai
pimpinan Kelompok Merah. Maka saat itulah, Tibo resmi menjadi
pimpinan Kelompok Merah. Sebagai tambahan informasi, jaksa
agung muda Prasetyo dalam wawancara di AN TV menyebutkan
latar belakang Fabianus Tibo yang pernah menjadi residivis karena
membunuh 4 orang Muslim atas dasar masalah agama !!!

Puluhan istri dan anak-anak mengaku bahwa suami dan ayah mereka
digantung dan dipenggal di depan mata kepala mereka, lalu mayatnya
dibuang ke sungai Poso. Semuanya menunjuk Tibo, Dominggus dan
Marinus. Korban Muslim di Tagolu dan sekitarnya itu dibantai oleh
pasukan Tibo. Ditemukan di baruga (tempat pertemuan) di Desa
Tagolu, banyak sekali tali bekas gantungan dan bekas darah orang
diseret dan sudah mengering. Ada kuburan massal yang berisi 19
mayat. Ada yang tinggal kepala, ada yang hanya kaki, tangan dan ada
yang masih utuh. Tibo Cs juga menyerang dan membunuh warga
Muslim di Pesantren Walisongo dan sekitarnya. Pesantren Walisongo
dibakar habis dan penghuninya dibunuh. Pada pembantaian dan
pembakaran ini banyak saksi hidup yang melihat Tibo Cs sebagai
penjagal. Pesantren Walisongo terletak di Kilometer 9 menuju
Tentena dari arah Poso Kota.

Pantaslah kalau ketiga PENJAGAL POSO itu dihukum mati karena


perbuatannya. Penolakan grasi dari presiden 9 November 2005
kepada Tibo Cs, itu sudah memenuhi rasa keadilan masyarakat.

Itulah peristiwa penting dan pahit dalam Kerusuhan Poso. Mereka


sudah didamaikan atas prakarsa HM Yusuf Kalla dan Susilo
Bambang Yudoyono di Malino, Sulawesi Selatan. Salah satu butir
kesepakatan dalam Perdamaian Malino adalah proses hukum bagi
yang bersalah berjalan terus. Mengingat itu kasus Tibo Cs mestinya
tidak diposisikan sebagai subjek tunggal. Dilihat dari latar
belakangnya, riwayat hidup dan tingkat pemahaman terhadap konflik
yang terjadi, dapat dipastikan sangat tidak mungkin Tibo Cs sebagai
otak (aktor intelektual), melainkan hanya sekadar sebagi operator
lapangan. Tibo Cs menunjuk 16 orang tokoh, terutama dari pihak
Tentena.

Setelah Tibo bernyanyi tentang 16 nama dalam Kerusuhan Poso,


Tibo Cs kembali melantunkan nyanyian baru pada 15 April 2006 di
Lapas Kelas II A di Jalan Dewi Sartika Palu, soal keterlibatan
Majelis Sinode GKST di Tentena dalam konspirasi dgn Yahya Patiro
untuk cari jabatan sebagai Bupati Poso saat itu, yang berakibat
Kerusuhan Poso. "Saya tidak tahu mengapa (mereka yang memegang
jabatan di Majelis Sinode) tidak pernah diperiksa polisi," kata Tibo
dalam wawancara eksklusif dengan sejumlah wartawan. "Saya
katakan bahwa sebelum kami turun ke Poso, kami didoakan di
halaman GKST oleh para pendeta," kata dia meyakinkan. Senada
dengan nyanyian Tibo, Dominggus juga bernyanyi: "Bagaimana
mereka tidak terlibat kalau mereka yang mendanai dan memimpin
doa saat suruh kita pergi baku bunuh," katanya. Dengan nada bicara
meledak-ledak, Dominggus bahkan mendesak polisi segera
menangkap Yahya Patiro, yang menjabat sekretaris daerah Poso saat
itu. "Saat itu saya berada di kantor GKST dan mengangkat telepon
dari Yahya yang mencari Tungkanan. Karena Tungkanan tidak ada di
tempat, Yahya kemudian menitip pesan supaya Tungkanan
menghalangi jalan (Trans Sulawesi) yang akan dilalaui pasukan TNI
dari arah Palopo, Sulawesi Selatan," katanya. "Justru dia itu (Yahya
Patiro) yang mau cari jabatan hingga Poso jadi bagini," timpal
Marinus Riwu. Berita sepenting ini tidak muncul di Koran KOMPAS
! Padahal beberapa hari sebelum nyanyian itu KOMPAS cukup rajin
menampilkan artikel yang mendukung "pembebasan" Tibo!
Nyanyian baru Tibo Cs ini diberitakan oleh Republika dan Media
Indonesia.
Untuk Republika di
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=243803&kat_id=375
Untuk Media Indonesia di
http://www.mediaindo.co.id/berita.asp?id=96740

Hasil nyanyian Tibo Itu perlu dituntaskan untuk memenuhi rasa


keadilan, sehingga memang sebaiknya eksekusi Tibo Cs ditunda,
untuk dijadikan saksi dalam pengusutan. Tentu saja dengan tidak
mengganggu-gugat keputusan hukuman mati yang telah mempunyai
kekuatan hokum tetap dengan ditolaknya grasi mereka ketiganya oleh
Presiden RI.

Khutbah kedua dalam khutbah Jum'at biasanya ditutup dengan S. An


Nahl, 90:
-- AN ALLH YWaMR BAL'ADL WLAhSAN, dibaca:
-- innaLlaha ya'muru bil 'adli wal ihsa-n, artinya:
-- Sesungguhnya Allah memerintahkan berbuat adil dan kebajikan
(16:90). WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 23 April 2006 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]
725 Partai Lokal di Aceh

Di Metro TV pada malam Rabu 25 April berlangsung talkshow


memperbincangkan Partai Politik Lokal di Aceh. Pembicara dari
PDIP mengemukakan sikap politik PDIP yang menyatakan tidak
terikat dengan Memorandum of Understanding (MoU) dan menolak
pembentukan Partai Politik Lokal.

Kalau ditelusuri yang menyangkut Aceh, PDIP selalu menjadi batu


sandung dengan sikap politik yang negatif dari PDIP. Marilah kita
telusuri:

PDIP menolak pemberlakuan Syari'at Islam dalam RUU Nanggroe


Aceh Darusslam yang sedang dibahas dalam Pansus DPR. Demikian
ditegaskan Sutjipto, Sekjen yang juga ketua fraksi PDIP di MPR,
setelah menghadiri rapat tertutup PDIP yang dipimpin Ketua Umum
PDIP Megawati Soekarnoputri. RUU Nanggroe Aceh merupakan
salah satu fokus utama pembahasan dalam rapat tertutup itu. [Seri
474, berjudul: Syari'at Islam di Aceh, PDIP Tidak Mendukung,
bertanggal 13 Mei 2001]

***

Tak ayal lagi gempa tektonik 150 kilometer sebelah Barat Daya Aceh
yang menyebabkan timbulnya tsunami yang menyapu Aceh sebagai
front terdepan adalah isyarat Allah SWT yang perlu kita tepekur
merenungkan makna isyarat itu. Air mata dan duka menyatukan dan
melapangkan dada kedua pihak yang bertikai yaitu Jakarta vs GAM.
Aceh perlu dibangun dari reruntuhan. Sejarah pertikaian politik dan
senjata perlu dilupakan. Blok-blok psikologis ditepis, semuanya
memfokuskan perhatian pada kerja berat, dan dana yang tidak sedikit
sekitar Rp.10 triliun, serta makan waktu yang panjang untuk
membangun Aceh kembali. Ya, semuanya, bukan orang Aceh saja
tetapi seluruh rakyat Indonesia, rakyat sipil, birokrat, Polri, ABRI
dan GAM. Darurat sipil dicabut disertai amnesti umum dan GAM
mundur selangkah, menerima kenyataan Otonomi Khusus "Syari'at
Islam" di Nanggroe Aceh Darussalam dalam pangkuan Republik
Indonesia. Semoga isyarat Allah berupa tsunami itu dapat dihayati
dengan baik, sehingga terciptalah damai di Aceh. [Seri 657, berjudul:
Gempa Diikuti Tsunami, Isyarat Allah bertanggal 2 Januari 2005]

Isyarat Allah ini tidak mampu dihayati oleh para petinggi PDIP.
***

Perundingan RI-GAM memasuki babak baru. Delegasi GAM mulai


melunak dengan melepaskan tuntutan merdeka yang dikampanyekan
sejak gerakan itu berdiri hampir 30 tahun lalu (kalau tidak salah pada
30 Oktober 1976 GAM dimaklumkan dari Pasi Lokh, Aceh). Dalam
perundingan itu GAM menggantikan tuntutan merdeka itu dengan
usulan pemerintahan sendiri untuk dioperasionalkan di seluruh
kawasan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). [Seri 665, berjudul:
GAM Mundur Selangkah, bertanggal 27 Februari 2005]

***

Ketua Umum DPP PDIP Megawati menunjukkan sikap negatifnya


terhadap Kesepakatan Helsinki yang tertuang dalam MoU tersebut.
Hal itu terbongkar ketika Megawati di hadapan peserta kursus reguler
Lemhanas angkatan 38 di Gedung Lemhanas, Jalan Medan Merdeka
Selatan, Jakarta, Kamis, 28 juli 2005 yang telah melambungkan salto
penentangannya terhadap MoU tersebut.

Tampaknya ada kartu kuat yang dimiliki oleh pihak Eksekutif


dibanding kartu yang dimiliki pihak Legislatif dari kelompok PDIP
yang hanya memperoleh sekitar 109 kursi di DPR. Apabila harus
terjadi sampai pemungutan suara untuk meratifikasi MoU yang
ditandatangani 15 Agustus 2005, dan amandemen Undang Undang
No.18/2001 atau Undang Undang No.31/2002, maka melihat secara
teoritis pihak PDIP akan kalah dalam pemungutan suara. Dan hal ini
niscaya telah diperhitungkan pihak Eksekutif, sehingga Jusuf Kalla
pada hari Jumat 22 Juli 2005 berani menyatakan: Kalau yang
menolak MoU Helsinki hanya satu partai artinya 80 persen suara
sudah menerima. Jadi selesai. [Seri 689, berjudul: Memorandum of
Understanding, bertanggal 14 Agustus 2005]

***

Dengan ditandatanganinya MoU, maka itu berarti baik pemerintah RI


maupun GAM, telah mampu menerapkan win-win solution di tengah
konflik kepentingan, termasuk konflik bersenjata, sosial, politik, atau
lainnya. MoU adalah hadiah yang terpenting bagi Ulang Tahun ke-60
Negara Kesatuan Repiblik Indonesia. Namun dari kedua belah pihak
ada yang tersendat, ibarat gangguan batu kerikil di dalam sepatu.
Dari pihak ex-GAM batu kerikil itu berupa Komite Penyelamat
Revolusi, sedangkan dari pihak kita batu kerikil itu brupa "ancaman"
dari PDIP yang akan mengajukan Judicial Review MoU ke
Mahkamah Konstitusi.

Apabila apa yang termaktub dalam MoU itu diapresiasi dengan hati
nurani dalam suasana kebatinan merasakan penderitaan saudara-
saudara kita di tanah Aceh yang dirajam penderitaan puluhan tahun,
yang bagaimanapun juga kedamaian adalah keinginan dan cita-cita
setiap manusia yang memiliki hati nurani dan iman, maka MoU itu
tidaklah melabrak UUD. Akan tetapi jika itu dilihat dengan kaca-
mata kesombongan nasionalisme sempit di atas segala-galanya,
bahwa simbol wilayah berupa bendera itu merupakan negara dalam
negara yang mencederai Negara Kesatuan Republik Indonesia,
dibumbui pula dengan sikap politik beroposisi terhadap apa saja yang
dibuat oleh SBY+JK maka niscaya terjadi distorsi pandangan yang
miring, yaitu MoU itu melabrak UUD. [Seri 690, Berjudul: Hati
Nurani vs Sikap Politik, bertanggal 21 Agustus 2005]

***

Nasionalisme sempit yang diberhalakan PDIP, yang menjadi


landasan pertimbangan politik, sudah ketinggalan zaman. Mengapa?
Karena ikatannya bersifat emosional, yang selalu didasarkan pada
perasaan yang muncul secara spontan dari naluri mempertahankan
diri. Ikatan yang bersifat emosional sangat mudah untuk berubah-
ubah, sehingga tidak boleh dijadikan ikatan yang lestari (permanen)
di antara satu individu dengan yang lain. Apa yang menjadi perekat
yang dapat diandalkan bagi PEREKAT kebangsaan ialah keadilan.
Firman Allah:
-- W AQYMWA ALWZN BALQSTH W LA TKHSRWA
ALMYZAN (S. ALRHMN, 55:9), dibaca:
-- wa aqi-mul wazna bil qisthi wa la- tukhsarul mi-za-na, artinya:
-- Tegakkanlah timbangan dengan adil (yang terbit dari nurani kamu)
dan janganlah kurangi timbangan (waktu membuat penilaian).
WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 30 April 2006 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

726 Hidangan di atas Meja

Hari Pendidikan Nasional diisi oleh IMMIM dengan demontrasi di


dalam ruang yang dibatasi dinding, yaitu kegiatan mujadalah
(diskusi). Pada hari Selasa, 2 Mei 2006 yang lalu itu, di Aula Mini
IMMIM Jalan Jenderal Sudirman oleh DPP IMMIM diselenggarakan
diskusi bertemakan motto IMMIM: "Bersatu dalam 'Aqidah,
Toleransi dalam Khilafiyah-Furu'iyah." Penceramah adalah Prof HM
Quraisy Syihab, salah seorang di antara para pendiri Pesantren
IMMIM Tamalanrea. Pak Quraisy kemukakan bagaimana cara
memanej perbedaan pendapat dalam bingkai Khilafiyah-Furu'iyah,
yang diibaratkan oleh Pak Quraisy sebagai Hidangan di Atas Meja.

Terakhir saya bertemu dengan Pak Quraisy 18 tahun yang lalu, yaitu
pada tahun 1988 di lapangan terbang Cengkareng Sukarno Hatta
yang waktu itu bersama-sama dengan Allahu Yarham H.Ismail
Hasan Metareum dan Dr 'Imaduddin Abd Rahim. Ada cirikhas Pak
Quraisy dalam berceramah, maupun menulis buku, yaitu Pak Qurisy
pada umumnya mengemukakan beberapa pendapat beserta dengan
alasannya masing-masing, jadi terserah kepada kita untuk memilih
pendapat itu. Jadi betul-betul Pak Quraisy ibarat menyuguhkan
hidangan di atas meja. Itulah tehnik (bukan teknik) memanej
perbedaan pendapat. Selama hidangan itu ada di atas meja maka kita
bebas (bukan liberal) memilih keinginan kita, dan tidak boleh kita
paksakan kepada orang lain untuk memilih seperti yang kita pilih.
Pokoknya kalau hidangan itu ada di atas meja maka itu semuanya
benar.

Antara lain Pak Quraisy mengemukakan dua contoh:

Pertama, ayat:
-- WALMTHLQ YTRBSHN BANFSHN TSLTSt QRWa (S.
ALBQRt, 2:228), dibaca:
-- walmuthallaqa-tu yatarabbashna bianfusihinna tsala-tsata quru-in
(s. albaqarah), artinya: Perempuan-perempuan yang ditalak
hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru'. Dalam hal ini
ada dua pendapat, tiga kali haid atau tiga kali bersih dari haid.

Kedua, instruksi RasuluLlah SAW:


-- "Jangan shalat 'Ashar sebelum tiba di pemukiam Banu Quraizhah."
Ada sekelompok sahabat yang shalat Ashar sebelum tiba karena
memperhitungkan kalau akan shalat Ashar di tempat Banu
Quraizhah, maka waktu shalat akan terliwat, sedangkan ada
sekelompok yang betul-betul baru shalat waktu tiba di tempat yang
dituju walaupun waktu Ashar sudah liwat. Dan itu kedua-duanya
dibenarkan oleh RasuluLlah SAW.
Elok kiranya saya kemukakan asbabul wurud instruksi tsb, yakni
seperti berikut: Pernah Madinah dikepung pasukan konfederasi
Quraisy, Ghatafan dan Yahudi Banu Nadhir dari lembah Khaibar
dengan kekuatan di antara 18.000 hingga 20.000 orang. Ada bagian
Kota Madinah yang terlindung oleh benteng-benteng Yahudi Banu
Quraizhah dan pepohonan kurma. Akan tetapi ada pula bagian yang
terbuka sama sekali. Atas saran Salman Al Farisi pada bagian terbuka
itu dibuat lini pertahanan dengan menggali parit (khandaq). Itulah
sebabnya perang melawan konfederasi Quraisy, Ghatafan dan Yahudi
Banu Nadhir yang datang menyerbu Madinah itu disebut dalam
sejarah dengan "Perang Khandaq". Ada pakta antara Kaum Muslimin
dengan banu Quraizhah yang antara lain berbunyi: Jika ada musuh
menyerang Madinah banu Quraizhah bersama-sama kaum Muslimin
mempertahankan Madinah dan masing-masing mengeluarkan biaya
untuk peperangan mempertahankan kota. Banu quraizhah membelot,
bergabung dengan pasukan konfederasi, akan menyerang Madinah
dari belakang lini. Pengepungan itu digagalkan Allah SWT pada
malam sebelum hari H, yaitu:
-- FARSLNA 'ALYHM RYhA WJNWDA LM TRWHA (S.
ALAhZAB, 33:9), dibaca:
fa arsalna- 'alayhim ri-haw wajunu-dal lam tarawha-, artinya: maka
Kami kirim kepada mereka angin badai dan pasukan yang kamu tidak
melihatnya.

Angin yang sangat dingin bertiup dengan sengitnya, yang


menyebabkan pasukan konfederasi malam itu juga semuanya
mundur. Pasukan konfederasi bubar, Perang Khandaq berakhir.
Namun bagi Banu Quraizhah belumlah selesai. Baru saja Rasululah
akan menaruh senjata beliau di rumah, Jibril datang dan menunjuk ke
arah Banu Quraizhah. [H.R. Bukhariy].

Contoh shalat Ashar di atas itu, ialah tatkala RasuluLlah masih hidup,
jadi mudah untuk merujuk kepada beliau. Karena sekarang ini kita
sudah jauh dari zaman RasuluLlah SAW, lagi pula banyaknya isme-
isme yang mempengaruhi ummat Islam, maka kita harus jeli melihat
hidangan-hidangan yang seba-neka itu, mana yang ada terhidang
berbingkai meja yang dimaksud Pak Quraisy.

Dalam diskusi itu sebenarnya saya tidak bermaksud ikut bicara.


Namun tatkala Pak Quraisy selesai menjawab tanggapan pada pukul
12.00, dan disambut oleh moderator Prof. H Ahmad Sewang
memberikan kata akhir menutup acara diskusi, saya maju ke depan
berbisik kepada keduanya Pak Quraisy dan Pak Ahmad untuk
memberi saya 5 menit, berhubung tadi disepakati diskusi berakhir
pukul 12.15. Pasalnya, ada pembicara mengemukakan Jaringan Ulil
Absar yang dijawab Pak Quraisy hanya secara umum saja, tambahan
pula mungkin banyak peserta diskusi yang belum pernah dengar
nama jaringan yang seperti itu.

Maka saya kemukakan bahwa yang dimaksud oleh pembicara tadi


Jariangan Ulil Absar adalah yang menamakan diri Jaringan Islam
Liberal (JIL). Saya tegaskan dalam pembicaraan saya itu, bahwa JIL
itu hidangannya tidak ada dalam bingkai meja yang dimaksud Pak
Quraisy. Adapun alasannya ialah JIL menganggap sekularisme,
liberalisme dan pluralisme adalah kebenaran mutlak dan dijadikan
paradigma untuk mengkritisi Al-Quran. Apa yang saya kemukakan
itu dibenarkan oleh Pak Quraisy dengan menambahkan bahwa Ulil
menganggap Al-Quran itu biasa-biasa saja, ya seperti buku sastra
biasa saja. Itukan tidak benar, demikian Pak Quraisy, yang
maksudnya terletak di luar bingkai meja tempat hidangan disajikan.

Alhasil bebas memilih bukan secara liberal, melainkan bebas


memilih di antara hidangan yang terhidang di atas meja, di mana
hidangan di atasnya, itu semuanya benar: "Bersatu dalam 'Aqidah,
Toleransi dalam Khilafiyah-Furu'iyah." WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 7 Mei 2006 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

727 Virus Hermeneutika yang Ditebarkan oleh Orientalis

Dengan menggunakan hermeneutika yaitu alat biblical criticism sejak


abad ke-19, para orientalis telah membuat berbagai teori baru
mengenai sejarah Al-Quran, seperti yang diformulasikan Theodor
Noldeke (1836-1930), Friedrich Schwally (1919), Edward Sell
(1839-1932), Gotthelf Bergstraesser (1886-1933), Leone Caentani
(1869-1935), Otto Pretzl (1893-1941), Hartwig Hirschfeld (1854-
1934), Joseph Horovitz (1874-1931), Richard Bell (1876-1953),
Alphonse Mingana (1881-1937), Arthur Jeffery (1893-1959), Regis
Blachere (1900-1973), John Wansbrough (1928-2002), dan yang
masih hidup seperti Andrew Rippin, Harald Motzki dan masih
banyak lagi lainnya.

Inilah antara lain buku-buku yang menebarkan virus hasil


hermeneutika itu.
A. Mingana and A. Smith (ed.), Leaves from Three Ancient Qurans,
Possibly Pre-'Othmanic with a List oftheir Variants, Cambridge,
1914;
G. Bergtrasser, "Plan eines Apparatus Criticus zum Koran",
Sitrungsberichte Bayer. Akad., Munchen, 1930;
O. Pretzl, "Die Fortfuhrung des Apparatus ('riticus zum Koran",
Sitzungsberichte Bayer. Akad., Miinchen, 1934;
A. Jeffery, The Qur'an as Scripture, R.F. Moore Company, Inc., New
York, 1952. Ternyata Jefferylah yang paling banyak menguras tenaga
dalam menebarkan virus hermeneutika tsb.

Arthur Jeffery berpendapat agama yang memiliki kitab suci akan


memiliki masalah dalam sejarah teks (textual history). Sebabnya,
menurut asumsinya tidak ada satupun autografi dari naskah asli dulu
yang masih ada. Dengan menggunakan hermeneutika, Jeffery
mengedit Al-Quran secara kritis, sebagaimana dilakukan terhadap
Bible (biblical criticism). Ia menganalisis sejarah teks Al-Quran dari
zaman Rasulullah SAW sampai tercetaknya teks qiraah. Ia
menyimpulkan sebenarnya terdapat berbagai mushhaf tandingan
terhadap mushhaf Uthmani. Arthur Jeffery menyatakan Al-Quran
tidak memuat Al-Fatihah, Al-Nass dan Al-'Alaq, karena surah-surah
tersebut tidak ada dalam mushhaf Abdullah ibn Mas'ud. Arthur
Jeffery juga menyatakan mushhaf Ubayy ibn Ka'b mengandung dua
surah ekstra. Inilah antara lain kata-kata nyeleneh Arthur Jeffery:
Sura I of the Koran bears on its face evidence that it was not
originally part of the text, but was a prayer composed to be placed at
the head of the assembled volume, to be recited before reading the
book, a custom not unfamiliar to us from other sacred books of the
Near East [The Muslim World, Volume 29 (1939), pp. 158-162. The
Text of the Qur'an Answering Islam Home Page]

Pada tahun 1977, John Wansbrough menerapkan hermeneutika


literary, source dan form criticism ke dalam studi Al-Quran.
Wansbrough berpendapat kanonisasi teks Al-Quran terbentuk pada
akhir abad ke-2 Hijrah. Oleh sebab itu, semua hadits yang
menyatakan tentang himpunan Al-Quran harus dianggap sebagai
informasi yang tidak dapat dipercaya secara historis.
Semua informasi tersebut adalah fiktif yang punya maksud-maksud
tertentu. Semua informasi tersebut mungkin dibuat oleh para fuqaha'
untuk menjelaskan doktrin-doktrin syariah yang tidak ditemukan di
dalam teks, atau mengikut model periwayatan teks orisinal
Pantekosta dan kanonisasi Kitab Suci Ibrani. Semua informasi
tersebut mengasumsikan sebelum wujudnya standar (canon) dan
karena itu, tidak bisa lebih dahulu dari abad ke-3 Hijriah. Menurut
Wansbrough, untuk menyimpulkan teks yang diterima dan selama ini
diyakini oleh kaum Muslimin sebenarnya adalah fiksi yang
belakangan yang direkayasa oleh kaum Muslimin. Teks Al-Quran
baru menjadi baku setelah tahun 800 M.

Pemikiran para Orientalis itu mempengaruhi para pengecer antara


lain Mohammed Arkoun dan Nasr Hamid Abu Zayd. Melacak
sejarah Al-Quran, Mohammed Arkoun sangat menyayangkan jika
sarjana Muslim tidak mau mengikuti jejak kaum Yahudi-Kristen.
Akibat menolak metode hermeneutika biblical criticism, maka dalam
pandangan Arkoun, studi Al-Quran sangat ketinggalan dibanding
dengan studi Bibel. Ia berpendapat metodologi John Wansbrough
yang menerapkan hermeneutika, memang sesuai dengan apa yang
selama ini memang ingin ia kembangkan. Arkoun mengusulkan
supaya membudayakan pemikiran liberal (free thinking).

Seirama dengan Mohammed Arkoun, Nasr Hamid berpendapat teks


Al-Quran terbentuk dalam realitas dan budaya, selama lebih dari 20
tahun. Oleh sebab itu, Al-Quran adalah 'produk budaya' (muntaj
thaqafi). Disebabkan realitas dan budaya tidak bisa dipisahkan dari
bahasa manusia, maka Nasr Hamid juga menganggap Al-Quran
sebagai teks bahasa (nas lughawi). Realitas, budaya, dan bahasa,
merupakan fenomena historis dan mempunyai konteks spesifikasinya
sendiri. Oleh sebab itu, Al-Quran adalah teks historis. Dengan
berpendapat seperti itu, Nasr Hamid menegaskan bahwa teks-teks
agama adalah teks-teks bahasa yang bentuknya sama dengan teks-
teks yang lain di dalam budaya. Nasr Hamid menyalahkan penafsiran
yang telah dilakukan oleh mayoritas mufassir yang selalu
menafsirkan Al-Quran dengan muatan metafisis Islam.

Di Indonesia virus hermeneutika menjangkiti para pengecer yang


bergabung dalam kelompok yang menamakan dirinya Jaringan Islam
Liberal (JIL). Pengecer Luthfi Asysyaukani, dosen Sejarah Pemikiran
Islam di Universitas Paramadina, Jakarta, dan Editor JIL, yang
menjiplak tulisan para orientalis, menulis antara lain:
"Al-Quran kemudian mengalami berbagai proses "copy-editing" oleh
para sahabat, tabi'in, ahli bacaan, qurra, otografi, mesin cetak, dan
kekuasaan. Kaum Muslim yang meyakini bahwa Al-Quran yang
mereka lihat dan baca hari ini adalah persis seperti yang ada pada
masa Nabi lebih dari seribu empat ratus tahun silam, adalah
keyakinan yang sesungguhnya lebih merupakan formulasi dan angan-
angan teologis (al-khayal al-dini) yang dibuat oleh para ulama
sebagai bagian dari formalisasi doktrin-doktrin Islam."

Di Makassar ini virus itu menjangkit pula dalam diri pengecer Taufik
Adnan Amal, dosen di IAIN Alauddin Makassar (nama yang dahulu,
sekarang Universitas Islam Makassar), aktivis JIL, juga menjiplak
pemikiran para orientalis, antara lain menulis:
"Bagi rata-rata sarjana Muslim, "keistimewaan" Mushhaf 'Utsmani
merupakan misteri ilahi dan karakter kemukjizatan al-Quran. Tetapi,
pandangan ini lebih merupakan mitos."

Firman Allah:
-- ANA NhN NZLNA ALDzKR WANA LH LhFZHWN (S. ALhJR,
15:9), dibaca:
-- inna- nahnu nazalnadz dzikra wainna- lahu- laha-fizhu-n, artinya:
-- Sesungguhnya telah Kami turunkan Al Dzikr (Al Quran) dan
sesungguhnya Kami memeliharanya.

Insya-Allah dalam seri berikutnya akan dipaparkan bagaimana


caranya Allah memelihara keaslian Al-Quran dan menunjukkan
Arthur Jeffery memfitnah Abdullah ibn Mas'ud dan Ubayy ibn Ka'b
dan kesia-siaan upaya John Wansbrough. WaLlahu a'lamu
bisshawab.

*** Makassar 14 Mei 2006 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

728. Melawan Virus Hermeneutika dengan Ejaan

Hasil metode hermeneutika yang process oriented tersebut akan saya


babat dengan metode numerik yang output oriented.

Adapun cara Allah memelihara Al-Quran yaitu:

Pertama, Allah memberikan kemampuan bagi sejumlah ummat Islam


yang dapat menghafal Al-Quran. Lagi pula sejak zaman Nabi SAW
hingga sekarang ini dan insya-Allah hingga hari kiamat, setiap bulan
Ramadhan di Masjid Al-Haram di Makkah dalam shalat Tarwih
ditammatkan Al Quran. Sehingga perubahan mustahil akan bisa
terjadi. Terjadi perubahan/kesalahan ucapan imam, maka langsung
akan dikoreksi oleh makmum.
Kedua, ialah secara numerik:
-- 'ALYHA TS'At 'ASyR (S. ALMDTSR, 74:30), dibaca:
-- 'alayha- tis'ata 'asyara, artinya
-- padanya 19.

Allah SWT memberikan kepada kita alat kontrol berupa sistem


keterkaitan matematis angka 19, disingkat dengan "sistem-kontrol
angka 19". Yang dikontrol adalah jumlah bilangan dalam Surah, ayat,
bahkan huruf.

Dalam Seri ybl dijelaskan bahwa Arthur Jeffery menyatakan Al-


Quran tidak memuat Al-Fatihah, Al-Nass dan Al-'Alaq, karena surah-
surah tersebut tidak ada dalam mushhaf Abdullah ibn Mas'ud. Arthur
Jeffery juga menyatakan mushhaf Ubayy ibn Ka'b mengandung dua
surah ekstra. Jumlah Surah dalam Al-Quran yaitu output mushhaf
'Utsmani, 114 = 6 x 19. Kalau Al-Quran tidak memuat Al-Fatihah,
Al-Nass dan Al-'Alaq, maka jumlah Surah hanya 111 tidak bisa
dibagi 19. Alat kontrol sistem 19 menunjukkan jumlah Surah 114,
yang output mushhaf 'Utsmani adalah asli. Kalau Al-Quran
mengandung dua Surah ekstra, berarti jumlah Surah akan menjadi
116, ini juga tidak bisa dibagi 19. Alhasil Jefri mefitnah Ibn Mas'ud
dan Ibn Ka'b. Arthur Jeffery samada memungut mushhaf Ibn Mas'ud
dan Ibn Ka'b yang palsu, atau Jeffery berdusta mengada-ada
memungut dari yang tidak ada. Karena bukankah semua mushhaf dan
tulisan sepenggal-sepenggal dari para sahabat telah dimusnahkan?

Selanjutnya marilah kita kaji ejaan yang dipakai dalam output yang
kita dapati sekarang berupa output mushhaf 'Utsmaniy, kata-kata
seperti berikut:

[1]-- Dalam Surah Al-Fatihah, ayat 1, kata bismi dieja pakai pakai 3
huruf: Ba-Sin-Mim
Dalam Surah Al-'Alaq, ayat 1, bismi dieja pakai 4 huruf: Ba-Alif-
Sin-Mim

[2]-- Dalam Surah Al-Baqarah ayat 3, kata shalat dipakai ejaan Shad-
Lam-Waw-Ta, juga dieja demikian dalam Surah-surah yang dibuka
Alif-Lam-Mim sesudah Basmalah.
Dalam Surah Al-Maa'uwn, ayat 5, kata shalat dipakai ejaan Shad-
Lam-Alif-Ta.

[3]-- Dalam Surah Al-Baqarah ayat 75, kata kalam dipakai ejaan Kef-
Lam-Alif-Mim. Dalam Surah At-Tawbah, 6 dan Surah Al-Fath 15,
kata kalam dipakai ejaan Kef-Lam-Mim.

[4]-- Pada waktu Jibril datang kepada Nabi Muhammad SAW


membawa ayat 69 dari S. Al-A'raaf, Jibril menginstuksikan kepada
Nabi Muhammad SAW agar menyuruh tulis Bashthatan dengan
huruf Shad walaupun sebenarnya barus dibaca dengan bunyi sin, dan
untuk itu harus dibubuhkan huruf Sin kecil di atas huruf Shad. Kata
yang sama artinya dituliskan dengan Sin pada Basthatan dalam surah
alBaqarah ayat 247, karena memang harus dibaca kata itu dengan
bunyi Sin.

Perbedaan ejaan untuk kata yang sama, merupakan hal yang rawan
untuk diubah menjadi sama ejaannya, namun tetap dibiarkan tetap
berbeda dalam output Mushhaf 'Utsmaniy menunjukkan bahwa tidak
pernah terjadi perubahan dalam Mushhaf 'Utsmaniy sepanjang waktu.

Apa rahasia dibalik perbedaan ejaan untuk kata sama tersebut? Itu
dijawab secara numerik:

[1]-- Bismi dieja pakai 3 huruf dalam S. Al-Fatihah ayat 1


(1)Ba, (2)Sin, (3)Mim, (4)Alif, (5)Lam, (6)Lam, (7)Ha, (8)Alif,
(9)Lam, (10)Ra, (11)ha, (12)Mim, (13)Nun, (14)Alif, (15)Lam,
(16)Ra, (17)ha, (18)Ya, (19)Mim, jumlahnya 19.
BSM sangat rawan untuk diubah menjadi BASM, karena memang
Bismi itu sesungguhnya terdiri atas bi + ismi (B + ASM). Huruf Alif
dari sononya sampai sekarang dan seterusnya dicopot dari BASM.
Namun sungguhpun demikian tidak ada tangan gatal yang mengubah
menjadikan seragam ejaan Bismi (BSM) menjadi 4 huruf (BASM).
Kalau dipakai ejaan 4 huruf BASM, maka jumlahnya menjadi 20
huruf. Sistem kontrol angka 19 menunjukkan keaslian dengan ejaan 3
huruf BSM dalam S. Al-Fatihah ayat 1.

Bismi dieja pakai 4 huruf Surah Al-'Alaq, ayat 1


Ayat-ayat yang mula-mula turun yaitu ayat 1 s/d 5 dari S. Al-'Alaq).
Kelima ayat tersebut termasuk sangat penting, sebab itu merupakan
SK pengangkatan Muhammad yang Basyar menjadi Nabi dan Rasul
Allah. Perhatikan tabel di bawah:

no. ayat jumlah kata jumlah huruf


1 5 18
2 4 14
3 3 14
4 3 13
5 4 17
-----------------------------------
jumlah 19 Jumlah 76 = 4 x 19

Kalau ada tangan gatal yang mengubah ejaan 4 huruf BASM dalam
S. Al-Alaq menjadi seragam 3 huruf BSM seperti dalam S. Al-
Fatihah ayat 1, maka ayat 1 dalam S. Al-'Alaq hanya akan terdiri 17
huruf, sehingga jumlah huruf dalam kelima ayat di atas, hanya akan
terdiri 75 huruf tidak bisa dibagi 19. Sistem kontrol angka 19
menunjukkan keaslian dengan ejaan 4 huruf BASM dalam S. Al-
Alaq 1. Dalam menghitung jumlah huruf itu haruslah pada Al-Quran
hadiah dari Raja Fahd yang memakai Rasm (Mushhaf) 'Utsmani, di
mana insan dituliskan 4 huruf: Alif, Nun, Sin, Nun, tidak seperti
dalam Al Quran cetakan Indonesia yang pakai 5 huruf: Alif, Nun,
Sin, Alif, Nun.

[2]-- Perhatikan tabel dari 8 Surah yang mempunyai Al-


Muqaththa'aat (potongan huruf) Alif-Lam-Mim di bawah:

Tabel Alif, Lam, Mim

No. Nama Jumlah huruf


Surah Surah Mim Lam Alif Alif,Lam,Mim
2 alBaqarah 2195 3204 4592 9991
3 Ali 'Imraan 1251 1885 2578 5714
7 alA'raaf 1165 1523 2572 5260
13 alRa'd 260 479 625 1364
29 al'Ankabuwt 347 554 784 1685
30 alRuwm 318 396 545 1259
31 Luqmaan 177 298 348 823
32 alSajadah 158 154 268 580
Jumlah 5871 8493 12312 26676 = 1404 x 19

Kalau ada tangan gatal menyeragamkan ejaan kata shalat pakai Alif
setelah Lam, maka jumlah Alif + Lam + Mim dalam kedelapan Surah
dlm tabel di atas, akan lebih besar dari 26676 karena akan kelebihan
Alif, berhubung ejaan shalat dalam ke-8 Surah itu dituliskan Waw
sesudah Lam. Alat kontrol 19 menunjukkan keasliannya output ejaan
Utsmani.

[3]-- Kalau ada tangan gatal menyeragamkan ejaan KLAM tidak


pakai alif supaya ejaannya seragam dengan KLM, maka dalam
tabulasi di atas itu kekurangan satu Alif, sehingga jumlahnya Alif +
Lam + Mim hanya 26675, ini tidak habis dibagi 19. Alat kontrol 19
menunjukkan keasliannya output ejaan Utsmani.

[4] -- Akhirnya kata yang sama ditulis berbeda; basthatan dan


bashthatan.
Perhatikan tabel 3 Surah yang punya Al-Muqaththa'ah persekutuan
huruf Shad di bawah:

Nama Surah Jumlah huruf Shad


alA'raaf 98
Maryam 26
Shad 28
Jumlah 152 = 8 x 19.

Kalau ada tangan gatal menyamakan ejaan kedua kata itu dengan
pakai huruf Sin pada huruf kedua, karena memang kedua kata itu
pada huruf kedua berbunyi Sin, maka jumlah huruf Shad dalam S.
Al-A'raf akan menjadi 97, sehingga jumlah huruf Shad dalam ketiga
Surah tersebut, akan susut menjadi 151, yang tidak bisa dibagi 19.
Sistem komtrol angka 19 menunjukkan bahwa huruf-huruf itu asli.

Khatimah:
Tidak ada tangan-tangan gatal mengubah ejaan Mushhaf 'Utsmani,
sehingga para orientalis yang telah membuat berbagai teori baru
mengenai sejarah Al-Quran dengan memakai hermeneutika, telah
terbabat, karena sampai-sampai pada hurufpun tidak ada tangan gatal
yang mengubahnya. Dan terkhusus hasil pendekatan hermeneutika
John Wansbrough yang menelurkan teori bahwa Teks Al-Quran baru
menjadi baku setelah tahun 800 M itu telah saya babat, karena
pendekatan numerik di atas itu menunjukkan bahwa tidak mungkin
ada manusia hingga tahun 800 M, bahkan sampai kiamatpun yang
mampu menyusun redaksinal teks yang terkait dengan sistem
kelipatan 19 itu. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 21 Mei 2006 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

729. Apa itu Binatang yang Disebut Hermeneutika

Sebermula, Seri 729 ini direncanakan masih lanjutan jihad intelektual


yang saya emban (execute) melawan serangan-serangan para
orientalis terhadap Al-Quran, yaitu jihad lanjutan melawan serangan
seorang orientalis yang lain lagi yang bernama samaran Luxenberg.
Namun karena banyaknya deringan telepon yang saya terima yang
menanyakan, yang salah seorang di antaranya memakai ungkapan:
Apa itu "binatang" yang disebut hermeneutika," maka jihad melawan
Luxenberg ini insya-Allah nanti dalam Seri 730 yang akan datang.

Hermeneutika lagi bertrend terutama buat yang berpaham liberal.


Istilah hermeneutika berkaitan dengan mitos dewa Hermes yang
memiliki kebiasaan "memintal" (spin), yang dalam realitasnya
menurut Sayyid Hussain Nasr adalah Nabi Idris AS, karena konon
dewa Hermes dalam mitologi Yunani tersebut menyampaikan pula
warta para dewa kepada manusia, bahkan bukan hanya sekadar
menyampaikan, namun juga memberikan tambahan berupa ulasan.
Mitos ini mengungkap dua hal, pertama: memastikan maksud, isi
suatu kata, kalimat, teks, kedua: menemukan instruksi-instruksi
dibalik simbol.

Secara harfiah, kata ini pernah digunakan oleh Aristoteles (384-322)


SM, dalam karyanya: Peri Hermeneias, yang kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dengan De Interpretatione; dan
baru kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan On
the Interpretation. Sebelumnya, al-Fârabi (870?-950) M, telah
menterjemahkannya ke dalam bahasa Arab: Fi al-'Ibârah, dan
memberi komentar karya Aristoteles tersebut. Hermeneias yang
dikemukakan Aristoteles, hanya untuk membahas fungsi ungkapan
dalam memahami pemikiran, serta pembahasan tentang satuan-satuan
bahasa, seperti kata benda, kata kerja, kalimat, ungkapan, dan lain-
lain yang berkaitan dengan tata-bahasa. Ketika membicarakan
hermeneias, Aristoteles tidak mempersoalkan teks, ataupun
mengkritik teks. Yang menjadi topik pembahasan Aristoteles adalah
interpretasi itu sendiri, tanpa mempersoalkan teks yang
diinterpretasikan.

Binatang hermeneutika ini ibarat ulat bermetamorphosis menjadi


kupu-kupu, dimulai sejak para theolog Yahudi dan Kristen berusaha
mengembangkan metode dan aturan yang dapat memandu penafsiran
dan mengevaluasi kembali teks-teks dalam Bible yang sudah hilang
teks aslinya yang dalam bahasa Hebrew Kuno (Al-'Ibriyyah Al-
Qadimah) untuk Perjanjian Lama dan bahasa Aram (Al-'Ibriyyah Al-
Jadidah) untuk Injil(*). Kemudian selama tahun-tahun pertama abad
ke sembilan belas, metode itu ibarat kupu-kupu malam(**) terbang
melebar menjadi hermeneutika umum oleh filosof dan theolog
Protestan, Friedrich Schleiermacher (1768-1834). Perkembangan
hermeneutika sangat berkaitan dengan filologi, alegori yang juga
sebagai sistem penafsiran terhadap teks.

Demikianlah hermeneutika itu bermetamorphosis lebih lanjut dari


konteks theologi ke dalam konteks filsafat yang telah dibidani oleh
Friedrich Schleiermacher tersebut. Maka tatkala hermeneutika itu
ibarat kupu-kupu malam telah terbang melebar bermetamorphosis ke
filsafat, menjamurlah serba-neka aliran yang menciutkan posisi
hermeneutikanya Schleiermacher menjadi hanya sebagai salah satu
aliran hermeneutika yang ada. Selain hermeneutikanya
Schleiermacher, ada hermeneutikanya Emilio Betti (1890-1968),
seorang sarjana hukum Romawi berbangsa Itali; ada
hermeneutikanya Eric D. Hirsch (1928- ?) seorang kritikus sastra
berbangsa Amerika; ada hermeneutikanya Hans-Georg Gadamer
(1900- ?) seorang filosof dan ahli bahasa, dan lain-lain aliran-aliran,
dsb.

Arkian, perkembangan hermeneutika mencapai puncaknya yang


ekstrem keliwat batas, yaitu menerobos masuk wilayah
epistemologis. yaitu penafsiran terhadap teks yang dibangun
berdasarkan teori epistema (dari bhs Yunani Kuno episteme), yang
menyangkut tentang parameter pengetahuan berupa:
-- asal-usul,
-- anggapan,
-- karakter,
-- cakupan,
-- kecermatan,
-- keabsahan.

Hermeneutika epistemologis yang ekstrem ini digunakan oleh


pengecer Mohammad Arkoun dalam Rethinking Islam, (Kayfa
na'qilu l-Islama, Bagaimana kita mengakali Islam). Saya dapat
menimba dalam debat saya vs Ulil Absar Abdalla di cyber space,
yang panglimanya komunitas yang menamakan diri Islam Liberal,
bahwa komunitas ini memakai hermeneutika epistemologis, yaitu
menurut mereka ayat-ayat Makkiyah bermuatan nilai universal,
namun ayat-ayat Madaniyah diciutkan posisinya oleh parameter
cakupan menjadi hanya bermuatan local, dan inilah yang menjadi
paradigma yang dipakai oleh meraka dalam pendekatan kontekstual.
Seperti contohnya khimar (telekung) panjang menutupi dada, itu
bermuatan lokal, hanya wajib untuk daerah Arab yang berpadang-
pasir dan berdebu, yang secara kontekstual tidak cocok bagi negeri
seperti Indonesia ini. Karena hermeneutika epistemologis cakupan
muatan lokal tersebut, mereka tidak lagi mengenal ayat-ayat Qath'i.
Ayat tentang wajibnya khimar panjang yang qath'i sudah menjadi
relatif.

-- WLYDHRBN BKHMRHN 'ALY JYWBHN (S. ALNWR, 24:31),


dibaca:
-- walyadhribna bikhumurihinna 'ala- juyu-bihinna (s. annu-r).
WLYDHRBN - walyadhribna dalam ayat (24:31) terdapat Lam Al
Amr (Lam yang menyatakan perintah), maka kata tersebut berarti:
Diperintahkan kepada mereka menutupkan, sehingga ayat (24:31)
terjemahannya adalah:
-- Diperintahkan kepada mereka menutupkan khumur mereka ke atas
dada mereka. (Khumur adalah bentuk jama' = plural dari khimar,
artinya tutup kepala, yang di Indonesia ini tutup kepala yang
dipanjangkan menutup dada itu disebut "jilbab", padahal dalam
bahasa Al-Quran: jalabib, bentuk jama' dari jilbab adalah baju
longgar yang panjang sampai mata-kaki yang menutupi lekuk-lekuk
tubuh).

Hermeneutika epistemologis dengan parameter anggapan


memperanakkan paradigma tritunggal: sekularisme - liberalisme -
pluralisme, yang di atas paradigma ini, komunitas yang menamakan
diri Islam Liberal ini mengadakan pendekatan kontekstual bahkan
mengkritisi ayat-ayat Al-Quran. Seperti disebutkan di atas itu, tidak
ada lagi ayat Qath'i, ayat-ayat itu dijadikannya relatif. Jadi terjadi
pergeseran nilai, yaitu ayat-ayat Al-Quran direlatifkan, sedangkan
paradigma berupa parameter epistemologis yang ukuran akal itu,
dijadikannya mutlak. Wahyu menjadi relatif, akal dimutlakkan.
Penggunaan hermeneutika terhadap Al-Quran sudah merusak aqidah,
karena akal sudah mengungguli wahyu. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 28 Mei 2006 [H.Muh.Nur Abdurrahman]


-------------------
(*) Injil = Perjanjian Baru minus Surat-surat Paulus
(**) Kupu-kupu malam sayapnya senantiasa melebar, berbeda
dengan kupu-kupu siang yang kalau hinggap sayapnya menutup.

[BACK] [HOME]

730. Hypothesis Christoph Luxenberg

Pertama-tama, ta'ziah untuk semua yang mengalami musibah gempa


bumi di Yogya dan Jateng, semoga Allah memberikan rahmat
kesabaran atas segala ujianNya. Hendaknya bantuan dapat cepat
sampai semuanya dan distribusinya lancar merata.

Seri ini masih dalam rangkaian perwujudan jihad intelektual


melawan serangan-serangan para orientalis terhadap Al-Quran.
Sayang sekali, sementara ini di pelupuk mata ada dua sosok penganut
pluralisme yang menista Al-Quran. Begitulah rupanya praktek
pluralisme, menggunting dalam lipatan, menohok kawan seiring. Gus
Dur menyatakan Al-Quran itu Kitab Suci yang paling porno(*) dan
Sulhawi Rubah anggota JIL dosen Sejarah Peradaban Islam pada
IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 6 Mei 2006 di hadapan para
mahasiswa/inya, ia menginjak-injak lafadz Allah, karena katanya itu
adalah bagian dari Al-Quran yang makhluq jadi dapat saja diiinjak-
injak, katanya pula untuk keilmuan. Mana bisa jadi, menginjak-injak
itu bukan keilmuan tetapi kebiadaban. Terhadap Gus Dur dan Rubah
ini di luar dari konteks jihad intelektual, melainkan ini bagian hukum,
supaya LSM-LSM Islam mengadukan keberatan secara resmi ke
pranata hukum agar kedua sosok penganut pluralisme itu dapat
dimasukkan ke dalam penjara. Kalau kejadiannya di Nanggroe Aceh
Darussalam, maka keduanya itu akan kena pula bonus hukuman
cambuk.

***

Majalah Newsweek edisi 28/7-2003 mempublikasikan tulisan


berjudul "Menantang Al-Qur'an", yang mengedepankan penegasan-
penegasan (claims) penulisnya, yang pakai nama samaran Christoph
Luxenberg, seorang intelek yang bekerja di Universitas Jerman
kenamaan yang juga disamarkan. Ia dibantu oleh seorang Tunisia
yang juga dengan nama samaran Mudhir Tusfar.

Setelah Luxenberg berupaya melacak asal-usul Al-Quran (the search


for the origins of the Qur'an) Luxenberg menelurkan hypothesis spb:
At the time of Muhammad, Arabic was not a written language. Since
written Syriac -a dialect of Aramaic-, was the written language of the
Arabs, and since it informed the cultural matrix of the Near East,
much the same way that Akkadian did before it and Arabic after it,
then it is very likely that Syriac exerted some influence on those who
developed written Arabic. These Arabs were Christianized, and were
participants in the Syriac Christian liturgy.

Akan saya layani hypothesis tersebut dengan kerat pisau analisis


sejarah, yaitu:
Pertama, apakah betul pada zaman Nabi Muhammad SAW orang
Arab tidak mengenal tulisan,
Kedua, dari mana aliran itu, dari Hijaz ke Suriah atau dari Suriah ke
Hijaz dan
Ketiga, apakah di Makkah dan Madinah orang-orang Arab telah
dikristenkan yang berupa partisipan dari tata-ibadah Kristen Suriah
(Syriac Christian liturgy).

Pertama, masyarakat Arab pra-Islam melakukan perlombaan-


perlombaan menggubah syair pada waktu-waktu tertentu. Syair yang
masuk nominasi digantungkan di Ka'bah. Perjanjian kafir Quraisy
memboikot komunitas Islam juga digantungkan di Ka'bah. Jadi
hypothesis Luxenberg dalam hal: "At the time of Muhammad, Arabic
was not a written language", itu tidak benar.

Kedua, Qabilah 'Ad, kaum terkuat bangsa Semit, penghuni asli


Arabia, menguasai padang pasir luas Arabia Tenggara dari pantai
teluk Parsi sampai perbatasan Iraq. Al Quran menyebutkan daerah
yang dikuasai kaum 'Ad itu dengan Al Ahqaf (46:21), yang juga
menjadi nama surah. Karena merasa dirinya kuat, kaum 'Ad
menyombongkan diri dengan berkata kepada Nabi Hud AS:
"Siapakah yang lebih unggul dari kami dalam kekuatan?" Maka
mereka dihancurkan Allah dengan angin kencang dan dingin selama
7 malam 8 hari terus-menerus (69:6-7). Kaum 'Ad yang dibinasakan
Allah ini adalah kaum 'Ad yang terdahulu.
-- WANH AHLK 'AADN ALAWLW (S. ALNJM, 53:50), dibaca:
-- Wa annahu- ahlaka 'a-danil u-la- (s. annajm), artinya:
-- Sesungguhnya Dia telah membinasakan (kaum) 'Ad yang awal.

Nabi Hud AS beserta semua pengikutnya pindah ke Hijaz sebelum


angin itu datang. Mereka ini disebut kaum 'Ad yang akhir
menurunkan seorang yang terkenal yaitu Luqman al-Hakim. Kaum
'Ad yang akhir ini dikenal dalam sejarah sebagai kaum Al-'Ibriyah
Al- Qadimah (Proto 'Ibriyah). Kata 'Ibriyah berasal dari 'Ain, Ba, Ra,
'Abara artinya menyeberang. Proto 'Ibriyah yang menyeberang
(beremigrasi) ini kemudian menjadi pelaut ulung yang menguasai
Laut Tengah, dikenal sebagai bangsa Finiqy (Phunicia). Dalam
dokumen hieroglyph, orang Mesir menamakan bangsa 'Ibriyah ini
dengan nama Khabiru. Bangsa Proto 'Ibriyah ini mendirikan
kerajaan-kerajaan di Babilonia, di Kan'an, kemudian ke Mesir
mendirikan Dinasti Hyksos setelah menundukkan Dinasi Fir'aun.
Bangsa Proto 'Ibriyah ini disusul kemudian dengan emigrasi
gelombang kedua yaitu kaum Al-'Ibriyah Al-Jadidah (Deutro
'Ibriyah), di bawah pimpinan Nabi Ibrahim AS. Menurut Dokumen
Amarna, bangsa Khabiru banyak terlibat dalam politik lokal. (Pada
tahun 1894 di situs Tell el Amarna didapatkan dalam penggalian
arkheologis 300 keping bersurat tulisan paku yang dikenal dengan
Dokumen Amarna).

Demikianlah dari Hijaz beremigrasi bangsa 'Ad yang akhir, atau


bangsa Al-'Ibriyah Al-Qadimah, atau bangsa Finiqiy sebagai pelaut
ulung, atau bangsa Khabiru yang datang di Mesir yang menempati
posisi seperti orang-orang Yunani memegang peranan dalam
percaturan politik di Kerajaan Romawi, atau seperti Daeng Mangalle
(adik Sultan Hasanudin) di Kerajaan Siam yang menjabat sebagai
Docda Pacdi (semacam jabatan Khaza-in al-Ardhi dari Nabi Yusuf
AS di Mesir). Tatkala dalam pemerintahan Dinasti Fir'aun terjadi
dekadensi yang melahirkan anarkhi, maka para emigran Khabiru ini,
yang menempati posisi birokrat dalam percaturan politik, mengambil
alih mekanisme pemerintahan Fir'aun dengan bantuan kekuatan dari
pasukan kaum Al'Ibriyah Al Qadimah dari Kan'an mendirikan
Dinasti Hyksos. Maka tumbang dan berakhirlah Dinasti Fir'aun XIV
(1730) SM.

Sejarah kaum Ad itu menunjukkan aliran acuan budaya (cultural


matrix) sebaliknya dengan yang dihypothesiskan oleh Luxenberg
yang menyatakan dari Suriah ke Hijaz, yang dibawa orang-orang
Arab yang di-Kristenkan. Padahal justru yang sebenarnya terjadi
adalah aliran dari Hijaz ke Laut Tengah, Asia Kecil dan Mesir.
Adanya persamaan antara bahasa Arab dengan Syro-Aramaic, karena
kedua bahasa itu berasal dari bahasa 'Ad, yang tentu saja bahasa Arab
di Hijaz lebih dekat ke bahasa 'Ad, ketimbang bahasa Aramaic di
Asia Kecil, yaitu Kan'an dan Suriah. Aliran acuan budaya dari Suriah
ke Hijaz, ditolak oleh sejarah.

Ketiga, pada zaman pra-Islam tidak ada itu jejak kegiatan


Kristenisasi di Makkah dan Madinah, tidak ada missi mengkristenkan
Arab, kecuali serangan Abraha dari Yaman dengan pasukan
bergajahnya yang gagal pada hari lahirnya Nabi Muhammad SAW,
empat puluh tahun dari berlalunya kekuasaan kisra Anusyirwan. Jadi
apa yang ditulis Luxenberg: "these Arabs were Christianized, and
were participants in the Syriac Christian liturgy", juga ditolak
sejarah.

Alhasil, hypothesis hasil lacakan (the search for the origins of the
Qur'an) dari Luxenberg, yang pakai alat hermeneutika epistemologis
dengan parameter asal-usul (origin) itu ditolak oleh sejarah. WaLlahu
a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 4 Juni 2006 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

------------------------------
(*) http://www.thejakartapost.com/detailnational.asp?

[BACK] [HOME]

Anda mungkin juga menyukai