Tujuan pembelajaran:
Pokok Pembelajaran:
Sejenak Merenung
Gambaran kasus2 persoalan fiqh/agama yang berkaitan dengan kedokteran yang harus
diketahui dokter
Berikut ini adalah kisah nyata seorang pemuda yang sedang mengobrol ria dengan ibunya yang
sudah lama tak berjumpa. Nama dan tempat kejadian dirahasiakan untuk menjaga privasi.
Pemuda yang baru pulang dari bermain itu langsung menuju ruang makan. Perutnya terasa
sangat lapar sekali. Dia mengambil nasi beserta lauk-pauknya yang telah tersedia di meja
makan. Di ruang keluarga duduk Ibunya yang sedang menonton TV. Singkat cerita Ibu itu
memanggilnya..
Ibu : “Nak… Duduk sini dekat Ibu ya! Makannya disini aja. Sudah lama kita ga pernah ngobrol-
ngobrol” (panggilnya).
Anak : “Ada apa Bu, tumben ngajak ananda mengobrol ria??” (sambil membawa piring yang
berisi nasi dan lauk pauknya)
Ibu : “Sekarang kamu udah gede ya, ga terasa sudah 22 tahun berlalu…”
Anak : “Ya dong, masa kecil mulu… namanya juga orang hidup!”
Ibu : “Btw, waktu kecil dulu ibu sering lihat kamu Sholat, lha kenapa udah gede kamu jadi ga
pernah sholat lagi??”
Anak : “Hee..Hee… Ibu bisa aja, nyindir nih” (sambil menyuapkan nasi ke mulutnya)
Ibu : (meneruskan pertanyaan nya) “Kenapa sekarang kamu ga pernah ngaji lagi sama teman-
teman??”
Anak : “Bosen ngaji terus Bu, kan dulu udah pernah ngaji masa ngaji lagi” (jawabnya dengan
santai)
Ibu : “Owh.. mentang-mentang dulu udah pernah ngaji jadi sekarang kamu ga mau belajar
mengaji lagi!”
Anak : “Ya kan ngaji mah gitu-gitu aja… sedikit banyak ananda juga tau kok tentang agama
(baca: ISLAM)” (dengan percaya diri).
Ibu : “Ibu mau nanya nih ke kamu, kenapa kamu makan padahal dulu juga kan udah makan??”
(dengan nada yang lembut)
Anak : (mengerutkan keningnya) “Ibu ini ada-ada aja, klo ananda ga makan nanti ananda bisa
kurus dan lama-lama bisa mati! emangnya Ibu mau lihat ananda mati karena tidak makan?!”
(candanya )
Ibu : “Walaupun kamu makan, tetap saja suatu saat nanti kamu pasti akan mati!
Perhatikanlah… diri ini terdiri dari Jasmani dan Ruhani. Makan adalah salah satu contoh
pemenuhan kebutuhan jasmani. Salah satu contoh pemenuhan kebutuhan ruhani apa?? yaitu
salah satunya mengaji Al-Qur’an! mengaji itu sangat penting nak dan merupakan salah satu
cara untuk memenuhi kebutuhan ruhaniah kita!”
Anak : “Iya.. Iya.. malah ceramah Ibu mah bawel…”
Ibu : “Ibu cuma ngingetin kamu karena Ibu sayang kamu. Ruhaniah pun harus dipenuhi
kebutuhannya, kalau ga maka ruhaniah itu akan kurus dan lama-lama mati. Ibu ga mau kamu
kurus-mati ruhaniahnya!!! Belajar agama itu seumur hidup nak, selama hayat dikandung badan
maka teruslah belajar mengaji Al-Qur’an. Yang harus diingat adalah mengaji Al-Qur’an itu bukan
hanya sekedar dibaca akan tetapi juga haruslah dimengerti-dipahami-diamalkan baik di diri
maupun sosial.”
Al-Qur’an wajib dijadikan pedoman, petunjuk hidup bagi seluruh mukmin, muslim yang harus
dilandingkan/ diaplikasikan menjadi hukum baik dikehidupan pribadi maupun kehidupan sosial
sehingga akan menghasilkan furqon.
Mari terus belajar dan ber-Islam yang bukan hanya sekedar identitas di KTP saja, bukan hanya
sekedar menjadi Islam karena faktor keturunan, bukan hanya sekedar menjadi Islam karena
ikut-ikutan (teman-orang tua/ nenek moyang).
Hayu kita rubah paradigma pola pikir bahwa belajar Agama itu cupu alias ucup, ga gaul, ga
maen, muka tua atau apa pun itu sebutannya karena hanya dengan terus belajar dan belajar
terus-menerus kita bisa mengerti-memahami-mengamalkan Islam secara Kaffah sesuai Al-
Qur’an dan Al-Sunnah.
http://rosendi.wordpress.com/2010/10/04/belajar-agama-itu-seumur-hidup/
Materi
Jadi, kebutuhan manusia terhadap ilmu jauh lebih besar dibandingkan kebutuhannya terhadap
makanan dan minuman, bisa jadi kebutuhanmu terhadap makanan atau minuman dalamsehari
cukup satu atau dua kali. Berbeda dengan kebutuhanmu terhadapilmu, kadang engkau
membutuhkannya sebanyak dua puluh kali, lima puluhkali, bahkan lebih dalam sehari.
Manusia tidak akan mengetahui perkara halal-haram kecuali dengan ilmu. Untuk beribadah
engkau butuh ilmu. Di rumah engkau butuh ilmu, di pasar engkau butuh ilmu, bermu'amalah
engkau butuh ilmu, bahkan ketika menghadapi musuhmu pun engkau butuh ilmu; semakin
berkurangnya ilmu (akan menyebabkan) semakin bertambahnya kebodohan, kejelekan, serta
musibah yang akan menimpamu.
(red-bayangkan...korelasi pernyataan diatas dengan kondisi Indonesia saat ini... pas banget
kan!!!-)
Oleh karena itu, kewajiban seseorang dalam menuntut ilmu syar'i berlangsung sampai
menjelang wafat. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam senantiasa
menyampaikan dakwah dan nasehat hingga menjelang wafat beliau. Diriwayatkan oleh Al
Hakim di dalam Mustadraknya dan dia berkata : -di atas syarat dua syaikh- dari hadits Anas
radliyallahu'anhu dari Nabi Shallallahu'alaihi wasallam bahwasanya beliau bersabda :
“Dua keinginan yang tidak pernah merasa puas darinya : “Keinginan terhadap ilmu dan tidak
pernah merasa
puas darinya, dan keinginan terhadap dunia dan tidak pernah merasa puas darinya.”
Oleh karena itu, motivasi belajar dalam Islam bukanlah untuk mencari pekerjaan. Melainkan
sebagai wujud ibadah atau bentuk pengabdian kepada Allah SWT. Karena bagian dari ibadah,
maka umat Islam harus melakukan sepanjang hidup. Inilah yang menjadi jawaban “Mengapa
seorang muslim mau belajar seumur hidup?”
“Menuntut ilmu adalah wajib bagi muslim dan muslimah” (HR. Ibnu Majah)
KLASIFIKASI ILMU
1. Ilmu yang diwajibkan untuk tiap individu (Fardhu 'Ain)
a) Ilmu pengetahuan tentang prinsip keimanan
i) Allah
ii) Malaikat
iii) Kitab-kitabNya
iv) RasulNya
v) Hari Akhirat
vi) Qodho dan Qodar
b) Ilmu pengetahuan tentang syariat-syariat Islam
i) Wudhu
ii) Sholat
iii) Zakat
iv) Puasa
v) Haji
c) Ilmu pengetahuan tentang hal-hal yang diharamkan/dihalalkan
i) Babi
ii) Bangkai
iii) Riba
iv) Judi
v) Darah
d) Ilmu tentang muamalah atau kemasyarakatan
i) Perdagagangan
ii) Administrasi Negara
iii) Pemerintahan
Maksud kewajiban menuntut imu bagi setiap muslim, bukan berarti mempelajari
segala macam ilmu. Setiap muslim wajib mempelajari ilmu sesuai kondisi yang dibutuhkan.
Misalnya, bila ia telah berkewajiban sholat maka berarti ia wajib mengetahui ilmu tentang
sholat sehingga ia benar dalam melaksanakan sholatnya. Demikian pula menjadi wajib
memepelajari ilmu-ilmu lain yang menjadi sarana dalam melaksanakan yang wajib , karena
sarana yang menunjang kesempurnaan suatu yang wajib, maka hukumnya wajib pula.
Para ulama klasik seperti Imam Ghozali dalam Ihya-nya sering mengemukakan ilmu tabib
(kedokteran) sebagai contoh ilmu fardhu kifayah. Mereka juga sepakat bahwa apabila
dalam masyarakat tidak ada yang mempelajari ilmu tersebut sehingga kesehatan
masyarakat terabaikan, maka setiap anggota masyarakat tersebut akan menanggung dosa
karena mengabaikan fardhu kifayah tersebut (kedokteran).
Teman... sekarang sudah tau kan... bagaimana hukumnya kita menuntul ilmu profesi ini... So,
jangan pernah sia-siakan kesempatan kita untuk kuliah di bidang kesehatan ini (dokter, perawat,
gizi) karena faedahnya memang sangat banyak dan itu juga untuk kemaslahatan umat..
Inilah seklias tentang pembagian ilmu. Para ulama pun tidak kaku membagikan fardhu 'ain
adalah setiap ilmu agama dan fardhu kifayah adalah setiap ilmu dunia. Misalnya ilmu
agamapun ada yang tidak wajib (tidak fardhu 'ain) dipelajari, seperti ilmu tafsir atau ilmu
hadits. . Dua hal tersebut hukumnya juga fardhu kifayah, cukup ada satu orang atau lebih
yang mendalami ilmu tafsir atau ilmu hadits yang mensyarakatkan belajar sastra arab,
rijalul hadits, hafal ratusan ribu hadits dan syarat syarat berat lainnya. Masyarakat cukup
mendapatkan hasil instant dari ilmu tersebut berupa kitab kitab tafsir ataupun kitab kitab
hadits.
Tetapi kalau ada orang yang mengatakan bahwa saya ingin mendapatkan syahadah (MA
atau Doktor, misalnya) bukan karena ingin mendapatkan dunia, tetapi karena sudah
menjadi peraturan yang tidak tertulis kalau seseorang yang memiliki pendidikan yang
lebih tinggi, segala ucapannya menjadi lebih didengarkan orang dalam menyampaikan
ilmu atau dalam mengajar. Niat ini Insya Allah termasuk niat yang benar.
Dalam mencari kebenaran ini kita harus sabar, jangan tergesa-gasa, jangan cepat merasa
bosan atau
keluh kesah. Jangan sampai kita mempelajari satu pelajaran setengah-setengah, belajar
satu kitab sebentar lalu ganti lagi dengan kitab yang lain. Kalau seperti itu kita tidak akan
mendapatkan apa dari yang kita tuntut.
Di samping itu, mencari kebenaran dalam ilmu sangat penting karena sesungguhnya
pembawa berita terkadang punya maksud yang tidak benar, atau barangkali dia tidak
bermaksud jahat namun dia keliru dalam memahami sebuah dalil. (Na... ini kalo' kuliah..
jangan nerima mateng aja dari dosen... tapi coba di kroscek ke buku... siapa tau
dosennya lupa... namanya juga manusia.... selain itu... dengan begitu... kita akan
memiliki banyak referensi dan yang jelas menambah wawasan kita...)
Yang dimaksud dengan berangkatnya sekelompok dari umat islam untuk memperdalam agama
islam adalah agar mereka menghadap para ulama, guru yang terpercaya yiatu mereka yang
mengajarkan dan mengamalkan ilmunya. Mendekat dan menghadap secara langsung,
menanyakan apa yangbelum diketahui dan mendiskusikan ynag diragukan.
Maka dengan sistem yang demikian intensif ini akan terbit otoritas lmiah dan kemampuan
intelektual sehingga lahirlah individu yang mengetahui kebenaran melalui perantara dalil-
dalilnya.
Allah swt berfirman, “...maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui
(Muhammad) tentang Dia.” (al-Furqan : 59) dan dalam firmanNya yang lain, “...maka
bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (an-
Nahl : 43)
Oleh karena itu, apara pendahulu generasi muslim mensdyaratkan dalam mencari ilmu
hendaklah mendatangi sang ulama yang hadir dalam majelis-majelis ilmu. Tidak hanya cukup
dengan membaca buku-buku tanpa menghadap secara langsung. Karena apabila da
kesalahpahaman, merekalah yang akan menerangkan dan meluruskannya.
POTRET ULAMA
Ibnu Taimiyyah
Al Hafizh Ibnu Abdul Hati, murid Ibnu Taimiyyah, menyebutkan beberapa sifat mulia
gurunya. Ia berkata, “jiwanya tak pernah merasa kenyang dengan ilmu, tak pernah puas
dengan menelaah, tak pernah letih melakukan penelitian.
Hampir setiap kali beliau menelaah satu bab dalam sebuah bidang ilmu, pasti akan
menciptakan beberapa bab yang baru dari satu bab terssebut. Selain itu, ia senantiasa
mendapatkan berbagai hal baru dari ilmu tersebut melebihi kemahiran para ahlinya.”
Ibnu Uqail
Menjaga waktu dan kesibukannya dalam belajar dan menelaah buku.
Dalam sebuah tulisannya ada yang menyatakan,’Sesungguhnya, saya tak boleh sesaat
pun menyia-nyiakan waktu sayam, meskipiun lisan saya tak lagi melakukan kajian dan
diskusi, seta mata saya tak dapat lagi menelaah. Maka pada saat itu saya akan tetap
mengaktifkan otak dan pikiran saya, walaupun saya dalam keadaan sakit dan terbaring.’