Anda di halaman 1dari 18

Laporan Praktikum

Laboratorium Teknik Material 1

Modul D Uji Bending

Oleh :

Nama : Dimas Palgunadi

NIM : 13711058

Kelompok :3

Anggota (NIM) : - Rieza Pahlawan ( 13711005 )

- Hakim Ginanjar ( 13711040 )

- Merdiva Agung Saputra ( 13711057 )

Tanggal Praktikum : 21 Maret 2013

Tanggal Penyerahan Laporan : 25 Maret 2013

Nama Asisten (NIM) : Agung Sriwongo ( 13709004)

Laboratorium Teknik Metalurgi dan Teknik Material

Program Studi Teknik Material

Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara

Institut Teknologi Bandung

2013
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagian material yang ada bukan hanya mengalami beban tarik atau tekan
saja, namun kombinasi dari keduanya. Kombinasi dari beban tekan dan tarik
merupakan beban bending (tekukan). Beban jenis ini terdiri dari direct stress,
transverse shear, serta torsional shear. Pengujian untuk beban bending akan
mendapatkan kekuatan lentur dan kekakuan dari material tersebut. Pada
percobaan ini dilakukan uji three point bending, yaitu pemberian beban pada tiga
sumbu.

1.2 Tujuan Praktikum


- Menentukan kekuatan lentur (flexural strength) material.
- Menentukan modulus elastisitas material.
- Mengetahui distribusi momen dan tegangan ketika terjadi pembebanan.
BAB II

TEORI DASAR

Pada pengujian kekuatan lentur dan kekerasan dilakukan dengan


pemberian beban pada material sehingga secara bersamaan mulai terbentuk
tegangan tarik, tekan, dan geser. Beban tersebut akan maksimum pada permukaan
spesimen, serta bernilai nol pada neutral axis-nya. Secara umum pengujian
dilakukan dengan menggunakan dua tipe pembebanan, yakni: 3 point bending dan
4 point bending. Berikut ini merupakan skema pengujian keduanya beserta
diagram gaya geser serta momen lenturnya.

Saat material diberi beban pada daerah elastis, maka akan timbul tegangan
pada penampang melintang sebagai akibat dari momen lentur.
σ = tegangan normal
MB = momen lentur di penampang melintang yang ditinjau
c = jarak dari neutral axis ke elemen yang ditinjau
I = momen inersia penampang
Bila spesimen uji merupakan spesimen berpenampang segiempat, maka tegangan
normal maksimum terjadi saat MB = (PL/4) dengan c = h/2 dan I = (bh3/12). Maka
persamaan tegangan normal maksimumnya:
P = beban yang bekerja
L = panjang spesimen
b = lebar spesimen
h = tebal spesimen
Pemberian beban tersebut mengakibatkan defleksi pada daerah elastis
penampang. Persamaan defleksi adalah:

Persamaan defleksi tersebut dapat digunakan untuk menentukan nilai E


(modulus elastisitas). Kurva hasil pengujian menunjukkan nilai P (beban yang
bekerja) terhadap δ (defleksi):

Maka diperoleh gradien y = Ax + B. Nilai A merupakan P/ δ. Persamaan


dimodifikasi sehingga diperoleh:
𝑃𝐿3
𝛿 =
48𝐸𝐼
𝛿 𝐿3
=
𝑃 48𝐸𝐼
𝑃 48 𝐼
= 3 𝐸
𝛿 𝐿
𝑃 48 𝐼
Diasumsikan y = dengan A =
𝛿 𝐿3
E = modulus elastisitas bahan spesimen
L = panjang spesimen
I = momen inersia penampang
Keakuratan dari nilai modulus elastisitas tersebut bergantung pada
orientasi spesimen terhadap arah pengerolan, besar butir, tegangan sisa, sejarah
regangan sebelumnya, persiapan spesimen dan dimensinya, orientasi butir
terdeformasi terhadap arah tegangan normal, serta kondisi pengujian (temperatur,
peralatan, dan standarisasi).
BAB III

DATA PERCOBAAN

3.1 Data Percobaan


Material = ST - 37
Panjang Spesimen (l) = 305 mm
Lebar Spesimen (b) = 19,3 mm
Tebal Spesimen (h) = 19,0 mm
Kekerasan Awal = 6 HRa
Kekerasan Akhir = 12 HRa
Jarak Tumpuan = 150 mm
Diameter Penumpu = 30 mm
Beban Maksimum = 27000 N
Mesin Uji = Tarno Grocki
Defleksimeter = Mitutayo

No. Beban (N) Defleksi (mm)


1. 1000 0,06
2. 2000 0,11
3. 3000 0,15
4. 4000 0,19
5. 5000 0,26
6. 6000 0,29
7. 7000 0,32
8. 8000 0,37
9. 9000 0,41
10. 10000 0,45
11. 11000 0,49
12. 12000 0,54
13. 13000 0,61
14. 14000 0,74
Gambar spesimen hasil percobaan:

3.2 Pengolahan Data

Kurva P terhadap δ
18000
16000 y = 20945x + 34.723
R² = 0.9809
14000
12000
Beban (N)

10000
8000
6000
4000
2000
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
Deflrksi (mm)

Melalui regresi linier, diperoleh y = A x + B

y = 20945x + 34,72

Momen inersia penampang:


1
I= bh3
12
19,3mm × (19,0mm)3
I=
12
I = 11031,5583 mm4

Kekuatan lentur :

PL h
Mc
σ= = 4 32
I bh
12
27000𝑁 × 150𝑚𝑚 19,0𝑚𝑚
×
𝜎= 4 2
11031,5583𝑚𝑚4

σ = 0,8719 GPa

Modulus elastisitas percobaan:

P L3
δ=
48 E I
P 48 EI
= 3
δ L
48 EI
tan ϴ = 3
L
48 × E × 11031,5583
20945 =
150 3
E = 133,4984 GPa
Modulus elastisitas literatur ST 37:

E = 205 GPa
BAB IV

ANALISIS DATA

4.1 Analisis

Uji bending dilaksanakan dengan pemberian beban pada spesimen baik


dengan prinsip 3-point bending maupun 4-point bending. Pada 3-point bending
momen maksimum hanya terbentuk pada satu titik, yaitu pada titik pemberian
beban uji. Namun pada 4-point bending, momen maksimum terbentuk sepanjang
jarak antara titik pembebanan satu dengan titik pembebanan yang lain. Dengan
demikian pengujian yang lebih baik adalah dengan prinsip 4-point bending karena
daerah pengujian lebih panjang sehingga lebih mudah diamati. Kekurangan dari
prinsip 3-point bending adalah titik yang diuji defleksinya belum tentu
merupakan titik dimana momennya meksimum. Namun pada percobaan kali ini
digunakan prinsip 3-point bending.
Spesimen yang digunakan dalam percobaan ini adalah ST – 37. Setelah
pengujian, spesimen menekuk (mengalami deformasi plastis) tanpa ada retakan
dan tidak patah. Tebal dari mengalami perbedaan, dimana tebal didalam tekukan
(daerah tekanan) menjadi lebih gendut dibanding tebal di luar tekukan (daerah
terikan). Fenomena tersebut diakibatkan karena sentroid spesimen turun pada titik
pembebanan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa spesimen uji bersifat
ulet.

4.2 Interpretasi Data Percobaan

Sebelum melakukan pengujian bending, dilakukan uji kekerasan terlebih


dahulu. Didapat kekerasan spesimen sebelum uji bending adalah sebedar 6 HRA.
Kemudian kekerasa spesimen setelah uji bending adalah sebesar 12 HRA.
Terdapat peningkatan kekerasan setelah pemberian beban bending. Peningkatan
tersebut diakibatkan oleh adanya dislokasi butir pada daerah deformasi plastis,
serta adanya residual stress (tegangan dari pembebanan bending terserap sebagian
oleh spesimen) sehingga akan menyebabkan material mengalami strain hardening
dan kekerasannya pun bertambah.
Dari percobaan didapat data beban (N) dan defleksi (mm). Data diregresi
sehingga diperoleh nilai tan ϴ. Nilai tersebut digunakan untuk mencari nilai
modulus elastisitas (E) dari spesimen. Untuk mencari nilai momen inersia
digunakan data tebal spesimen dan lebar spesimen. Kemudian kekuatan lentur
dapat dihitung dari data jarak tumpuan, beban maksimum, serta nilai momen
inersia yang diperoleh sebelumnya.
Modulus elastisitas hanya berlaku pada daerah elastisitas material. Nilai E
hasil percobaan adalah 133,4984 GPa sementara nilai modulus elastisitas ST-37
literatur adalah 205 GPa. Terdapat perbedaan nilai modulus elastisitas yang cukup
besar. Hal ini desebabakan oleh kesalahan prosedur praktikum. Yaitu pada saat
menempatkan defleksimeter pada spesimen kurang tepat (tidak tepat pada titik
pembebanan), atau kesalahan dalam pembacaan nilai defleksi pada alat karena
pembacaan dilakukan secara manual dan cepat.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

- Kekuatan lentur (flexural strength) spesimen adalah 0,8719 GPa.


- Modulus elastisitas material hasil percobaan adalah 133,4984 GPa.
- Distribusi momen pada uji 3-point bending adalah berbentuk segitiga
dimana nilai maksimum terdapat pada titik pembebanan.

5.2 Saran

Sebaiknya percobaan dilakukan dengan lebih teliti, terutama pada saat


pembacaan nilai defleksi agar nilai modulus elastisitas serta kekuatan lentur yang
diperoleh mendekati literatur. Sebisamungkin menempatkan defleksimeter tepat
pada titik pembebanan.
DAFTAR PUSTAKA

Callister, William D. 2003. Materials and Science Engineering An Introduction.


6th edition. New York: John Wiley & Sons, Inc. p. 485-490.

Dieter, G. E. 1988. Mechanical Metallurgy. SI Metric Edition. UK: Mc Graw-Hill


Book Co. p. 3-16.

Hibbeler, R. C. 2011. Mechanics of Materials. 8th edition. USA: Pearson Prentice


Hall. p. 179 - 239.
LAMPIRAN

Tugas Setelah Praktikum

1. Buat kurva antara P - δ dari data uji lentur, dengan menggunakan persamaan
garis regresi linier.

2. Hitung harga Flexural Strength dan Modulus Elastisitas dengan menggunakan


kurva tersebut.

3. Bandingkan harga Modulus Elastisitas yang diperoleh dari literatur dan


percobaan, bila ada perbedaan jelaskan mengapa hal itu bisa terjadi!

4. Bandingkan keadaan kekerasan akhir (setelah diuji bending pada daerah yang
terdeformasi plastis) dengan kekerasan awal (sebelum diuji bending) dan
jelaskan.

Jawab:

1. Kurva P - δ dari data percobaan:

Kurva P terhadap δ
18000
16000 y = 20945x + 34.723
R² = 0.9809
14000
12000
Beban (N)

10000
8000
6000
4000
2000
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
Deflrksi (mm)

2. Kekuatan lentur :
PL h
Mc
σ= = 4 32
I bh
12
27000𝑁 × 150𝑚𝑚 19,0𝑚𝑚
×
𝜎= 4 2
19,3mm × (19,0mm)3
12
σ = 0,8719 GPa

Modulus elastisitas percobaan:

P L3
δ=
48 E I
P 48 EI
= 3
δ L
48 EI
tan ϴ = 3
L
48 × E × 11031,5583
20945 =
150 3
E = 133,4984 GPa

3. Modulus elastisitas hanya berlaku pada daerah elastisitas material. Nilai E hasil
percobaan adalah 133,4984 GPa sementara nilai modulus elastisitas ST-37
literatur adalah 205 GPa. Terdapat perbedaan nilai modulus elastisitas yang cukup
besar. Hal ini desebabakan oleh kesalahan prosedur praktikum. Yaitu pada saat
menempatkan defleksimeter pada spesimen kurang tepat (tidak tepat pada titik
pembebanan), atau kesalahan dalam pembacaan nilai defleksi pada alat karena
pembacaan dilakukan secara manual dan cepat.

4. Didapat kekerasan spesimen sebelum uji bending adalah sebedar 6 HRA.


Kemudian kekerasa spesimen setelah uji bending adalah sebesar 12 HRA.
Terdapat peningkatan kekerasan setelah pemberian beban bending. Peningkatan
tersebut diakibatkan oleh adanya dislokasi butir pada daerah deformasi plastis,
serta adanya residual stress (tegangan dari pembebanan bending terserap sebagian
oleh spesimen) sehingga akan menyebabkan material mengalami strain hardening
dan kekerasannya pun bertambah.
Tugas Tambahan

1. Cari uji dinamis untuk elastisitas.

Jawab:

Uji dinamis untuk menentukan modulus elastisitas dari material adalah


dengan metoda vibrasi. Metoda tersebut meliputi metoda frekuensi resonansi dan
metoda perambatan gelombang suara didalam suatu bahan. Perubahan sifat
mekanik material dapat ditentukan dengna mengukur frekuensi resonansi
(memenfaatkan getaran) dari spesimen uji.

𝜆=𝑣×𝑇

𝑣 = 𝜆×𝑓

Terdapat persamaan untuk kecepatan rambat pada bidang solid:

𝐸 (1 − 𝜇) 𝐸
𝑣 𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 = √ dan 𝑣 𝑔𝑒𝑠𝑒𝑟 = √
𝜌(1 + 𝜇)(1 − 2𝜇) 2𝜌(1 + 𝜇)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa

𝐸
𝑣 = 𝑘√
𝜌

dengan k merupakan faktor pengali yang berubah sesuai jenis getaran.

Dari kedua persamaan diatas:

𝑣=𝑣

𝐸
𝜆 × 𝑓 = 𝑘√
𝜌

𝐸
(𝜆 × 𝑓)2 = 𝑘 2
𝜌
𝜌 × (𝜆 × 𝑓)2
𝐸≈
𝑘2

Modulus elastisitas dapat dicari dengan mengetahui frekuensi rambat


gelombang pada spesimen dan masa jenis dari spesimen tersebut. Metoda vibrasi
ini cenderung lebih tepat dibanding dengan uji statis (uji bending, uji tarik, uji
keras, dll) karena bersifat lebih mikroskopis (berhubungan dengan atom dari
molekul spesimen), sehingga terdapat eror atau kesalahan yang lebih sedikit.

2. Rangkuman modulus elastisitas.

Jawab:

Menurut hukum Hooke, modulus elastisitas (E) merupakan nilai konstan


dari perbandingan tegangan (σ) dengan regangan (ε).

𝜎 𝑃⁄𝐴
𝐸= =
𝜀 ∆𝑙⁄
𝑙

Deformasi dengan nilai tegangan dan regangan sebanding biasa disebut dengan
deformasi elastis. Modulus tersebut sering juga dikenal sebagai kekakuan dari
material. Semakin besar modulus elastisitas maka semakin kaku material tersebut.
Pada skala atomik, regangan elastisitas mikroskopis merupakan perubahan kecil
pada jarak antar atom dan kekuatan ikatan antar atom. Semakin jauh jarak antar
atom maka modulus elastisitasnya semakin kecil dan mengakibatkan sifatnya
semakin lentur. Lentur disini berarti mempunyai kamungkinan untuk menambah
jarak/merenggang antar atom tanpa memutuskan ikatan (patah/gagal) bila diberi
gaya persatuan luas (tegangan).

𝑑𝑠
𝑣∝
𝑑𝑡

𝑑𝑣
𝐹∝
𝑑𝑡
𝑑𝐹
𝐸∝
𝑑𝑟

𝐹⁄
𝐸= 𝐴
∆𝑙⁄
𝑙

3. Perbedaan pembebanan tekan dan tarik.


4. Nick Bending.

Anda mungkin juga menyukai