Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Titik berat pendidikan kebidanan adalah proses mencerdaskan dan
meningkatkan kemampuan individu menjadi bidan yang mampu melaksanakan
praktek kebidanan ilmiah. Outcome dari pendidikan kebidanan adalah individu
yang menunjukkan kemampuannya dalam upaya untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Selama masa pendidikan DIV yang lamanya kurang lebih
satu tahun, para calon bidan ini melewati pembelajaran klinik baik di lapangan
maupun di rumah sakit. Metode pengajaran yang dapat digunakan untuk masa
pembelajaran ini adalah konferensi, studi kasus dan bed-side teaching).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa metode
pengajaran klinik yang selama ini dijalankan terutama untuk pengalaman di
klinik kurang dapat meningkatkan kompetensi klinik para calon bidan. Kurang
dapat dicapainya kompetensi klinik ini akan menyebabkan tidak siap untuk
memasuki dunia kerja dan juga tidak dapat memenuhi tuntutan penyedia jasa
pelayanan kesehatan. Untuk itulah diperlukan suatu metode pembelajaran baru
yang mampu secara khusus dan seksama memantau perkembangan pencapaian
tujuan pembelajaran. Bentuk pengajaran klinik tersebut adalah preseptorship dan
mentorship atau mentoring.
Salah satu cara untuk pengembangan dan pengendalian mutu kebidanan
adalah dengan cara mengembangkan lahan praktek kebidanan disertai dengan
adanya pembinaan masyarakat profesional kebidanan untuk melaksanakan
pengalaman belajar di lapangan dengan benar bagi peserta didik.
Tanggung jawab masyarakat profesional kebidanan dalam melaksanakan
kebidanan profesional, dengan sistem nilai dan tradisi profesionalnya adalah hal
yang mutlak dalam pendidikan kebidanan sebagai pendidikan profesional. Lahan
praktek kebidanan adalah merupakan komponen pendidikan yang perlu
mendapat perhatian bagi para pengelola lahan praktek. Maka dengan adanya
lahan praktek yang baik akan dapat dikembangkan pengalaman belajar klinik /
lapangan dengan benar.

1
Perubahan sikap dan keterampilan profesional yang benar dengan melalui
pengalaman belajar lapangan yang diselenggarakan dengan benar dalam tatanan
pelayanan kebidanan profesioanl. Maka lingkungan yang condusive akan sangat
membantu tumbuhnya sikap dan keterampilan profesional khususnya
bagi bidan. Dalam hal ini sangat diperlukan sarana agar terlaksananya sikap dan
keterampilan profesional bagi para bidan.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana konsep, tujuan, criteria, kelemahan dan kelebihan preceptoring ?
2. Bagaimana konsep, tujuan, criteria, kelemahan dan kelebihan mentoring ?
3. Bagaimana konsep, tujuan, criteria, kelemahan dan kelebihan supervise ?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui konsep, tujuan, criteria, kelemahan dan kelebihan
preceptoring.
2. Untuk mengetahui konsep, tujuan, criteria, kelemahan dan kelebihan
mentoring
3. Untuk mengetahui konsep, tujuan, criteria, kelemahan dan kelebihan
supervisi

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Perseptoring
Menurut Mahen dan Clark (1996), preceptoring adalah seorang bidan yang
mengajar, memberikan bimbingan, dapat menginspirasi rekannya, menjadi tokoh
panutan (Role model), serta mendukung pertumbuhan dan perkembangan
individu (trainee) untuk jangka waktu tertentu dengan tujuan khusus
mensosialisasikan trainee pada peran barunya.

A. Konsep Perseptoring
Bimbingan klinik adalah segala bentuk tindakan edukatif yang
dilaksanakan oleh pembimbing klinik untuk memberikan pengetahuan nyata
secara optimal dan membantu peserta didik agar mencapai kompetensi yang
diharapkan. Tujuan pelaksanaan bimbingan klinik yaitu membantu peserta
didik menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat praktek, memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang dipelajari dikelas secara terintegrasi ke situasi nyata, dan
mengembangkan potensi peserta didik dalam menampilkan perilaku atau
keterampilan yang bermutu ke situasi nyata dalam praktek. Selain itu,
bimbingan klinik juga bertujuan untuk memberi kesempatan kepada peserta
didik mencari pengalaman kerja secara tim dalam membantu proses
kesembuhan klien, memberi pengalaman awal dan memperkenalkan kepada
peserta didik tentang situasi kerja profesional kebidanan, dan membantu
peserta didik mengatasi masalah yang dihadapi di lahan praktek, serta
membantu peserta didik dalam mencapai tujuan praktek klinik.

B. Tujuan Perseptoring
Secara mikro bertujuan untuk melibatkan pengembangan bidan didalam
organisasi. Shamian dan Inhaber (1985) menyatakan bahwa model
preceptorship digunakan sebagai alat sosialisasi dan orientasi. Hill dan
loweinstein (1992) memandang model preceptorship sebagai salah satu

3
metode rekrutmen staf. Akses ke pengetahuan organisasi dan praktik klinik
tidak dapat di prediksi oleh perawat baru, sehingga diskusi antara preceptor
dan preceptee diperlukan untuk memberikan praktik terkini dalam
lingkungan klinik dengan harapan preceptee akan memiliki kemampuan
yang sama dengan preceptornya.
Preceptoring secara mikro (bagi individu) adalah untuk membantu proses
transisi dari pembelajar ke praktisioner (mahen dan Clark, 1996) mengurangi
dampak syok realita (Kramer, 1947) dan memfasilitasi perawat untuk
berkembang apa yang dihadapi dalam lingkungan barunya (bain, 1996).
Fokus pada efisiensi dan efektifitas layanan keperawatan yang berkembang
cepat sering kali menimbulkan culture shock tersendiri khususnya bagi
perawat baru

C. Kriteria Perseptoring
Tidak semua bidan senior dan medio dapat memiliki criteria sebagai
seorang preceptor. UKCC (1993) menganjurkanbahwa preceptor adsalah
bidan yang memiliki pengalaman minimal 12 tahun dibidang yang sama atau
bidang yang masih berhubungan. Ketrampilan komunikasi dan
kepemimpinan, kemampuan membuat keputusan yang tepat, dan mendukung
perkembangan professional merupakan hal terpenting (shamian dan Inhaber,
1985). Secara garis besar dapat disimpulkan criteria seorang preceptor yang
berkualitas adalah berpengalaman dan ahli di lingkungan klinik, berjiwa
kepemimpinan, keetrampilan komunikasi yang baik, kemampuan membuat
keputusan, mendukung perkembangan professional, memiliki kemauan
untuk mengajar dan mengambil peran dalam penerapan model preceptorship,
tidak mempunyai sikap yang menilai terlalu awal pada rekan kerja asertif,
fleksibilitas untuk berubah, mampu beradaptasi dengan pembelajaran
individu.
Faktor kunci dalam pengembangan dan implementasi model
preceptorship adalah keterlibatan staf yang berpengalaman di semua
tingkatan, ketersediaan literature untuk mendapatkan kepahaman praktik
yang terbaik, dan penggunaan pengetahuan yang diperoleh untuk dijadikan

4
panduan dalam praktik. Penggunaan kombinasi dari strategi perubahan dan
program pendidikan staf dapat diimplementasiakn untuk meningkatkan
model preceptoship. Komitmen dan dukungan dari bidang kebidanan
merupakan salah satu faktor penting. Hal terakhir untuk menilai keberhasilan
penerapan model preceptorship harus dilakukan melalui audit yang sudah
distandarisasi.
Isu-isu yang dipertimbangkan dlam memberikan panduan bagi program
kemitraan preceptor dan preceptee adalah sebagai berikut :
a. Mengenalkan program
b. Mengidentifikasi dari tujuan pribadi serta institusi dan tujuan yang dapat
diukur
c. Identifikasi kebutuhan pelatihan
d. Menyediakan sumber dukungan
e. Rencanakan praktik terkini
f. Diskusi awal mengenai pengembangan profesioanal dan pengenalan
supervise klinik
Menurut Cerinus dan Ferguson (1994) bahwa tanggung jawab dari
seorang preceptor diantaranya sebagai berikut :
a. Preceptor bertanggung jawab terhadap pengkajian yang dilakukan
preceptee
b. Merencanakan model preceptorship untuk mendesain sesuai kebutuhan
preceptee
c. Melakukan peran pengajaran dan sebagai role model
d. Melakukan evaluasi pada preceptee selama penerapan model
preceptorship.

Secara umum tanggung jawab seorang preceptor dibagi menjadi dua


golongan sebagai berikut :
a. Mengorientasikan dan mensosialisasikan preceptee pada masing-masing
unit
b. Menilai perkembangan dari tujuan yang akan dicapai preceptee

5
c. Merencanakan kolaborasi dan implementasi program pembelajaran untuk
memenuhi kebutuhan preceptee
d. Melakukan tindakan sebagai role model
e. Mengobservasi dan mengevaluasi perkembangan preceptee
f. Memfasilitasi pengembangan dari apa yang harus dikuasai preceptee
melalui model preceptorship

D. Kelebihan Perseptoring
Ada beberapa keuntungan dari preceptorship, keuntungan bagi bidan
baru atau mahasiswa, keuntungan bagi perawat klinik,keuntungan
bagi preceptor sendiri dan keuntungan bagi profesi. Keuntungan-keuntungan
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Bidan Baru
Sebagai bidan baru, preceptorship dapat memberikan beberapa manfaat,
yaitu: preceptoship dapat membantu seorang perawat baru dalam
mengembangkan kepercayaan diri, preceptorship dapat menjadi tempat
sosialisasi profesional untuk masuk kedalam lingkungan kerja,
meningkatkan kepuasan kerja sehingga meningkatkan kepuasan
pasien/klien, dihargai dan dihormati oleh organisasi pelayanan, diakui
dan adanya kepastian pengembangan karier dimasa depan, merasa
bangga dan berkomitmen dalam tujuan dan strategi organisasi
perusahaan, mengembangkan kesepahaman tentang komitmen untuk
bekerja dalam profesi dan ketentuan-ketentuan dari lembaga yang
berwenang/ konsil keperawatan, pribadi yang tanggung jawab untuk
memelihara pengetahuan terkini, preceptorship mengurangi stress
seorang perawat baru karena ia dibimbing dan diarahkan sesuai
kompetensinya, untuk pengembangan diri yang signifikan karena lebih
membentuk pemahaman yang lebih atas kompetensinya sehingga dapat
mengembangkan karakternya, dan manfaat yang terakhir
dari preceptorship pada seorang perawat baru adalah menunjukkan sikap,
pengetahuan dan keahlian (kompetensi) baru.
b. Perawat klinik

6
Preceptorship juga memberikan beberapa manfaat pada perawat
klinik, yaitu: dapat meningkatkan kualitas perawatan pasien, membantu
meningkatkan perekrutan dan pengurangan perawat klinik, dapat
mengurangi sakit dan absen karena tidak ada lagi alasan stres dan takut
masuk kerja karena kekurangannya dalam sebuah atau beberapa bidang
yang diluar kompetensinya, pengalaman pemberian pelayanan semakin
meningkat setelah masuk dalam preceptorship, dapat meningkatkan
kepuasan staf, peluang mengidentifikasi staf yang membutuhkan
dukungan tambahan atau perubahan peran, mengurangi risiko keluhan
dari pasien dan keluarga pasien, kesempatan mencari bakat pemimpin
yang ada pada dirinya sendiri, praktisi memahami dampak peraturan–
peraturan terhadap pemberian pelayanan dan mengembangkan hasil
(outcome) / pendekatan berbasis bukti (evidence base), mengidentifikasi
staf yang memerlukan dukungan tambahan lebih lanjut.
c. Pembimbing Klinik/Preceptor
Manfaat preceptorship pada preceptor sendiri adalah dapat
mengembangkan penilaian, supervisi, bimbingan dan ketrampilan yang
mendukung. Dapat menimbulkan perasaan tentang nilai organisasi,
praktisi perawat baru dan pasien. Dapat mengidentifikasi komitment
profesi dan ketentuan-ketentuan peraturan. Dapat mendukung
pembelajaran sepanjang hayat, serta dapat membantu dalam
meningkatkan keinginan karier dan aspirasi kedepan seorang preceptor.
d. Profesi.
Manfaat dari preceptorship bagi profesi mencakup tanggung jawab
profesional diantaranya: memberikan standar praktek tinggi dan
pelayanan perawatan sepanjang waktu. Keperawatan menjadi prioritas,
pengguna pelayanan keperawatan, sebagai individu dan menghormati
martabatnya. Dapat bekerja sama dengan orang lain untuk melindungi
dan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan keperawatan, keluarga,
karier dan masyarakat luas. Menjadi lebih terbuka dan jujur, bertingkah
laku dengan integritas, menegakkan reputasi profesi. Meningkatkan
image pelayanan keperawatan kesehatan profesional. Meningatkan

7
dukungan kepada lulusan baru. Membantu perawat dalam menjaga dan
memperoleh kompetensi. Meningkatkan jumlah perawat dengan jiwa
kepemimpinan dan kemampuan mengajar. Meningkatakan retensi
keperawatan. Mengurangi kebutuhan untuk melakukan rekrutmen dan
pendidikan kepada perawat (CNA, 2004).

2. Mentoring
Mentorship adalah suatu hubungan antara dua orang yang memberikan
kesempatan untuk berdiskusi yang menghasilkan refleksi, melakukan
kegiatan/tugas dan pembelajaran untuk keduanya yang didasarkan kepada
dukungan, kritik membangun, keterbukaan, kepercayaan, penghargaan dan
keinginan untuk belajar dan berbagi.
A. Konsep Mentoring
Fase hubungan dalam mentoring terdiri dari 4 fase yaitu fase inisiasi,
fase perencanaan, fase pelaksanaan dan fase terminasi. Fase inisiasi berfokus
pada mengidentifikasi kesamaan karakteristik antara individu mentor
dan menti, kemampuan atau pengakuan nilai-nilai yang dianut. Hal yang
penting disadari pada fase perencanaan adalah bahwa terhadap keterbatasan-
keterbatasan dari peran mentor dan kemampuan menti. Negosiasi atas
pengharapan dilakukan dan klarifikasi dikemukakan untuk meningkatkan
kepuasan pada akhir hubungan mentorship. Pada fase kerja, fokus utamanya
adalah pertumbuhan dan perkembangan dari hubungan dan pencapaian
tujuan dalam mentoring. Kesinambungan hubungan mentoring
dipertahankan melalui interaksi mentor dan menti dan meningkatnya rasa
percaya dan kedekatan yang dibangun.
Sejalan dengan perkembangan fase ini, rasa percaya dan berbagi menjadi
terbentuk dan menti menjadi lebih siap untuk memilah bentuk bantuan yang
sesuai dengan kebutuhannya. Menti secara bertahap menjadi lebih mandiri
dan hanya kadang-kadang mengharapkan bantuan. Pada perjalanan
selanjutnya, menti dengan segala pemahaman barunya menjadi seorang yang

8
ingin mencoba dan mengambil resiko yang terus dipantau serta didukung.
Pada akhir fase ini, kepercayaan diri menti terus meningkat.
Pada fase terminasi, menti bekerja dan bertindak atas inisiatif sendiri dan
pada posisi ini menti telah bekerja secara mandiri. Jika proses dirasakan
bermanfaat oleh kedua pihak, maka keduanya dapat mempertahankan
hubungan pertemanan. Masalah potensial dalam hubungan mentorship dapat
berupa mentor yang over protektif atau terlalu mengontrol sehingga
membekukan kreatifitas dan inovasi menti. Eksploitasi dapat terjadi jika
mentor memiliki tujuan untuk pelayanan pribadi mentor.

B. Tujuan Mentoring
Mentorship dapat juga diartikan sebagai proses pembelajaran dimana
mentor mampu membuat mentee (peserta mentorship) yang tadinya
tergantung menjadi mandiri melalui kegiatan belajar. Kegiatan belajar yang
diharapkan terjadi yaitu mengalami sendiri dan menemukan sendiri
fenomena praktek kebidanan dimana hal ini diharapkan dapat membangun
kepercayaan diri, harga diri dan kesadaran diri yang merupakan fundamental
dalam penyelesaian masalah.
Metode ini telah diaplikasikan sejak lama dalam pendidikan keperawatan
dan disiplin ilmu lainnya dalam kesehatan, khususnya diluar negeri. Bahkan
hasil review atas pelaksanaan mentorship menyatakan bahwa mentorship
dapat mengatasi kekurangan tenaga bidan, meningkatkan kepuasan bidan
serta memperbaiki kualitas pelayanan.
Metode ini memberikan kesempatan kepada para mentor untuk
memantau secara mendetil perkembangan menti, dimana satu
orangmenti digandengkan dengan 1 orang mentor, kemudian diberikan
kesempatan untuk membangun pengetahuan dan keterampilan yang
didapatkan melalui interaksi dengan teman sejawat yang telah memiliki
pengalaman sehingga terbangun rasa percaya. Untuk dapat membuktikan
bahwa mentorship ini memang mampu untuk menjawab kekurangan yang
ada dari metode pengajaran klinik sebelumnya serta dapat diaplikasikan pada
sistem pelayanan kebidanan di Indonesia

9
C. Kriteria Mentoring
Adapun 5 karakteristik mentorship yaitu : sifat hubungan yang
menguatkan dan memberdayakan, menawarkan serangkaian fungsi
menolong/membantu untuk memfasilitasi pembinaan dan memberikan
dukungan, perannya meliputi keterkaitan antara aspek personal, fungsional
dan hubungan, dan tujuan individu (menti) dan fungsi penolong ditetapkan
oleh individu yang terlibat, serta bisa saling memilih (siapa mentor
dan menti) dan diidentifikasi fase hubungannya. Hal ini akan memberikan
kenyamanan bagi mentor maupunmenti dalam membangun hubungan dan
bagi pengembangan diri.

D. Kelemahan Mentoring
a. Kesulitan / Problem untuk mentoring
b. Memerlukan waktu
c. Kesempatan dan biaya untuk karyawan
d. Saat stress atau krisis konseling dibutuhkan
e. Saat hubungan menjadi disfungsional

E. Kelebihan Mentoring
Keuntungan Mentor (pembimbing klinik)
a. Mentor akan belajar dan melakukan refleksi-perspektif yang luas,
mengembangkan pandangan baru tentan masalah dan mengetahui lebih
baik dari kebutuhan / peralatan lain.
b. Kesempatan untuk melangkah diluar rutinitas normal, menjadi lebih
objektiv dan untuk belajar terhadap pertanyaan asumsi sendiri dan mental
model
c. Puas dalam memberikan kontribusi positif untuk pengembangan individu
dan organisasi
Keuntungan Mentee (peserta didik)
a. Perpindahan fundamental dalam ketrampilan individu dan
kemawasdirian

10
b. Pengembangan pendekatan seumur hidup untuk belajar mandiri
Meningkatkan penerimaan untuk kompetensi manajerial.
c. Mengembangkan jaringan melintasi spektrum yang luas dari penyedia
layanan dalam kondisi normal.
d. Meningkatkan kapasitas untuk membuat “kemampuan belajar
mengaplikasikan” dengan konteks organisasi.
e. Meningkatkan kemampuan sebagai sumber ide dan praktek dari
pandangan organisasi dan di intergrasikan kedalam dirinya.
f. Meningkatkan mawas diri, otonomi dan percaya diri.

3. Supervisi
Arti Supervisi menurut asal usul (etimologi), bentuk perkataannya
(morfologi), maupun isi yang terkandung dalam perkataan itu (semantik). Secara
morfologis, Supervisi berasal dari dua kata bahasa Inggris, yaitu super dan
vision. Super berarti diatas dan vision berarti melihat, masih serumpun dengan
inspeksi, pemeriksaan dan pengawasan, dan penilikan, dalam arti kegiatan yang
dilakukan oleh atasan - orang yang berposisi diatas, pimpinan-terhadap hal-hal
yang ada dibawahnya. Supervisi juga merupakan kegiatan pengawasan tetapi
sifatnya lebih human, manusiawi. Kegiatan supervise bukan mencari-cari
kesalahan tetapi lebih banyak mengandung unsur pembinnaan, agar kondisi
pekerjaan yang sedang disupervisi dapat diketahui kekurangannya (bukan
semata-mata kesalahannya) untuk dapat diberitahu bagian yang perlu diperbaiki.
Secara Etimologi, supervisi diambil dalam perkataan bahasa Inggris “
Supervision” artinya pengawasan di bidang pendidikan.

A. Konsep Supervisi
Kegiatan supervisi dahulu banyak dilakukan adalah Inspeksi, pemeriksaan,
pengawasan atau penilikan. Supervisi masih serumpun dengan inspeksi,
pemeriksaan dan pengawasan, dan penilikan, dalam arti kegiatan yang
dilakukan oleh atasan orang yang berposisi diatas, pimpinan terhadap hal-hal
yang ada dibawahnya. Inspeksi : inspectie (belanda) yang artinya

11
memeriksa dalam arti melihat untuk mencari kesalahan. Orang yang
menginsipeksi disebut inspektur. Inspektur dalam hal ini mengadakan :
1) Controlling : memeriksa apakah semuanya dijalankan sebagaimana
mestinya
2) Correcting : memeriksa apakah semuanya sesuai dengan apa yang telah
ditetapkan/digariskan
3) Judging : mengandili dalam arti memberikan penilaian atau keputusan
sepihak
4) Directing : pengarahan, menentukan ketetapan/garis
5) Demonstration : memperlihatkan bagaimana mengajar yang baik
Pemeriksaan artinya melihat apa yg terjadi dalam kegiatan sedangkan
Pengawasan adalah Melihat apa yg positif & negatif. Adapun Supervisi juga
merupakan kegiatan pengawasan tetapi sifatnya lebih human, manusiawi.
Kegiatan supervisi bukan mencari - cari kesalahan tetapi lebih banyak
mengandung unsur pembinaan, agar kondisi pekerjaan yang sedang
disupervisi terpenting adalah pembinaannya

B. Tujuan Supervisi
Tujuan utama supervisi adalah memperbaiki pengajaran. Tujuan umum
Supervisi adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan
kepada guru dan staf agar personil tersebut mampu meningkatkan kwalitas
kinerjanya, dalam melaksanakan tugas dan melaksanakan
prosesbelajar mengajar.
Secara operasional dapat dikemukakan beberapa tujuan konkrit
dari supervisi pendidikan yaitu :
dapat diketahui kekurangannya (bukan semata-mata kesalahannya) untuk
dapat diberitahu bagian yang perlu diperbaiki. Supervisi dilakukan untuk
melihat bagian mana dari kegiatan sekolah yg masih negatif untuk
diupayakan menjadi positif, dan melihat mana yang sudah positif untuk
ditingkatkan menjadi lebih positif lagi dan yang Meningkatkan mutu kinerja
guru

12
 Membantu guru dalam memahami tujuan pendidikan dan apa peran
sekolah dalam mencapai tujuan tersebut.
 Membantu guru dalam melihat secara lebih jelas dalam memahami
keadaan dan kebutuhan siswanya.
 Membentuk moral kelompok yang kuat dan mempersatukan guru
dalam satu tim yang efektif, bekerjasama secara akrab dan bersahabat
serta saling menghargai satu dengan lainnya.
 Meningkatkan kualitas pembelajaran yang pada akhirnya
meningkatkan prestasi belajar siswa.
 Meningkatkan kualitas pengajaran guru baik itu dari segi strategi,
keahlian dan alat pengajaran.
 Menyediakan sebuah sistim yang berupa penggunaan teknologi yang
dapat membantu guru dalam pengajaran.
 Sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan bagi kepala sekolah
untuk reposisi guru.
1) Meningkatkan keefektifan kurikulum sehingga berdaya guna dan
terlaksana dengan baik.
2) Meningkatkan keefektifan dan keefesiensian sarana dan prasarana yang
ada untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan baik sehingga mampu
mengoptimalkan keberhasilan siswa
3) Meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah khususnya dalam
mendukung terciptanya suasana kerja yang optimal yang selanjutnya
siswa dapat mencapai prestasi belajar sebagaimana yang diharapkan.
4) Meningkatkan kualitas situasi umum sekolah sehingga tercipta situasi
yang tenang dan tentram serta kondusif yang akan meningkatkan
kualitas pembelajaran yang menunjukkan keberhasilan lulusan.

C. Kriteria Supervisi
 Supervisi hendaknya memberikan rasa aman kepada pihak yang
disupervisi.
 Supervisi hendaknya bersifat Kontrukstif dan Kreatif

13
 Supervisi hendaknya realistis didasarkan pada keadaan dan kenyataan
sebenarnya.
 Kegiatan supervisi hendaknya terlaksana dengan sederhana.
 Dalam pelaksanaan supervisi hendaknya terjalin hubungan profesional,
bukan didasarkan atas hubungan pribadi.
 Supervisi hendaknya didasarkan pada kemampuan, kesanggupan, kondisi
dan sikap pihak yang disupervisi.
 Supervisi harus menolong guru agar senantiasa tumbuh sendiri tidak
tergantung pada kepala sekolah

Pendapat lain mengenai Prinsip-prinsip Supervisi adalah :


1) Supervisi bersifat memberikan bimbingan dan memberikan bantuan
kepada guru dan staf sekolah lain untuk mengatasi masalah dan
mengatasi kesulitan dan bukan mencari-cari kesalahan.
2) Pemberian bantuan dan bimbingan dilakukan secara langsung, artinya
bahwa pihak yang mendapat bantuan dan bimbingan tersebut tanpa
dipaksa atau dibukakan hatinya dapat merasa sendiri serta sepadan
dengan kemampuan untuk dapat mengatasi sendiri.
3) Apabila supervisor merencanakan akan memberikan saran atau umpan
balik, sebaiknya disampaikan sesegera mungkin agar tidak lupa.
Sebaiknya supervisor memberikan kesempatan kepada pihak yang
disupervisi untuk mengajukan pertanyaan atau tanggapan.
4) Kegiatan supervisi sebaiknya dilakukan secara berkala misalnya 3 bulan
sekali, bukan menurut minat dan kesempatan yang dimiliki oleh
supervisor.
5) Suasana yang terjadi selama supervisi berlangsung hendaknya
mencerminkan adanya hubungan yang baik antara supervisor dan yang
disupervisi tercipta suasana kemitraan yang akrab. Hal ini bertujuan agar
pihak yang disupervisi tidak akan segan-segan mengemukakan pendapat
tentang kesulitan yang dihadapi atau kekurangan yang dimiliki.

14
6) Untuk menjaga agar apa yang dilakukan dan yang ditemukan tidak
hilang atau terlupakan, sebaiknya supervisor membuat catatan singkat,
berisi hal – hal penting yang diperlukan untuk membuat laporan.

Sedangkan menurut Tahalele dan Indrafachrudi (1975) prinsip-prinsip


supervisi sebagai berikut :
1) Supervisi harus dilaksanakan secara demokratis dan kooperatif
2) Supervisi harus kreatif dan konstruktif
3) Supervisi harus ”scientific” dan efektif
4) Supervisi harus dapat memberi perasaan aman pada guru-guru
5) Supervisi harus berdasarkan kenyataan
6) Supervisi harus memberi kesempatan kepada supervisor dan guru-guru
untuk mengadakan “self evaluation”

D. Kelemahan Supervisi
 Perlu biaya yang banyak, waktu yang tepat, sekolah jadi kurang efektif.
 Perlu penyediaan waktu yang tepat
 Tidak mencerminkan keadaan sehari-hari
 Kurang demokratis
 Mengganggu kelas lain dalam KBM, kelas sendiri ditinggalkan
 Agak sulit menentukan dan cukup menyita waktu
 Agak sulit menemukan waktu
 Guru merasa canggung dan kurang bebas

E. Kelebihan Supervisi
 Dapat mengetahui kelebihan yang dapat dikembangkan, mengetahui
kelemahan untuk perbaikan, memberikan saran sesuai dengan kebutuhan
 Bantuan diberikan kepada seluruh guru dalam satu kali pertemuan,
pertukaran pikiran secara umum
 Hal-hal yang baik dapat dijadikan contoh, hal yang kurang dapat
didiskusikan

15
 Dapat memberikan bimbingan actual
 Guru dapat menunjukan hasil usahanya
 Dapat melayani kebutuhan khusus setempat
 Dapat mengetahui kelebihan yang dapat dikembangkan, mengetahui
kelemahan untuk perbaikan, memberikan saran sesuai dengan kebutuhan.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keuntungan preseptorship ada 4, yaitu bagi:
1. Perawat Baru
2. Perawat klinik
3. Pembimbing klinik
4. profesi
Keuntungan mentorship ada 2, yaitu bagi:
1. Mentor (pembimbing klinik)
2. Mentee (peserta bimbingan klinik)
Keuntungan supervise
1. Dapat mengetahui kelebihan yang dapat dikembangkan
2. Bantuan diberikan kepada seluruh guru dalam satu kali pertemuan
3. Hal-hal yang baik dapat dijadikan contoh
4. Dapat memberikan bimbingan actual
5. Guru dapat menunjukan hasil usahanya
6. Dapat melayani kebutuhan khusus setempat
7. Dapat mengetahui kelebihan yang dapat dikembangkan

B. Saran
Makalah yang kami susun masih banyak terdapat kekurangan dan mungkin
kekeliruan. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca
yang positif dan membangun, guna penyusunan makalah kami berikutnya agar
dapat tersusun lebih baik lagi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Rahayu, G. R. (2007). Menyusun Tools untuk program preseptorship dan


mentorship. Disampaikan pada Pelatihan Nasional Preceptorship dan
Mentorship untuk Pendidikan Ners. Yogyakarta, 12 – 14 Februari 2007.

Pusdiknakes (2004). Panduan pembelajatan klinik. Jakarta: Badan


Pengambangan dan Pemberdayaan Sumber daya Kesehatan

http://ulfiamrha.blogspot.co.id/2014/04/preceptorship-dan-mentorship.html?m=1

http://thismycare.blogspot.co.id/2014/03/metodik-khusus.html?m=1

18

Anda mungkin juga menyukai