Anda di halaman 1dari 49

Nama : Selva Afriana, S.

Pd

No. peserta : 19060818710019

Kompetensi : Pedagogi – UPI Kimia-S52019 – Kelas A

Tugas Akhir Modul Kimia-3

Instructions
Sistem koloid (selanjutnya disingkat "koloid" saja) merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat
homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 1000 nm), sehingga mengalami efek Tyndall. Bersifat homogen
berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dik enakan kepadanya; sehingga tidak terjadi
pengendapan. Misalnya, sifat homogen ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi). Kol oid dijumpai
di mana-mana: susu, agar-agar, tinta, sampo, sabun serta awan merupakan contoh-contoh koloid yang dapat dijumpai sehari-hari. Sitoplasma
dalam sel juga merupakan sistem koloid. Dalam kenyataannya, banyak produk industri yang diperlukan dalam kehidupan sekarang i ni
berupa koloid, baik sebagai bahan makanan, bahan bangunan, maupun produk-produk lain. Mengapa sistem koloid digunakan dalam produk
industri? Salah satu ciri khas koloid, yaitu partikel padat dari suatu zat dapat tersuspensi dalam zat lain, terutama dalam b entuk cairan. Hal
ini merupakan dasar dari berbagai hasil industri yang dibutuhkan manusia.
Tugas Saudara adalah membuat resume beberapa koloid: cat, keju, sampo dan sabun yang berisi tentang karakteristik masing -masing koloid,
bahan-bahan yang digunakan, proses pembuatan dan jika mungkin cara kerja dari koloid tersebut ap abila dipergunakan. Sebagai contoh,
sampo bekerja tidak hanya membersihkan rambut maupun kulit kepala namun juga dapat memperbaiki penampilan rambut agar mudah
disisir dan kelihatan mengembang.

Jawab:

Analisis Makanan, Kosmetik &


Perbekalan Farmasi

SHAMPOO
SHAMPOO

• Suatu bentuk sediaan untuk digunakan pada


rambut, yang mengandung detergen.
• Tujuan utama dari shampoo :
Untuk mencuci, menghilangkan lemak, debu
dan sel-sel korneal yang lepas.
Komposisi Shampoo

• Surfaktan, booster foam, dan stabilizer,


conditioning agent, bahan tambahan khusus
seperti : pengawet, sequestering agent, bahan
pelembab(moisturizer), bahan modifikasi
viskositas, bahan pengopak atau clarifying
agent, pewangi dan pewarna.
Jenis-Jenis Shampoo

• Shampoo cair jernih


• Shampoo krim/losion cair
• Shampoo krim
• Shampoo gel
• Shampoo bubuk
• Shampoo foam aerosol
berdasarkan modifikasi jumlah surfaktan,
lemak padat, pengopak & penjernih.
ANALISIS UMUM
• Uji senyawa basa
• Berat bersih sediaan nitrogen termasuk
• Deskripsi shampoo ammonia.
• pH shampoo • Pengujian kadar air
dengan destilasi Toluena.
• Pengabuan pada 600°C
• Pengujian kadar EDTA
• Pengujian kadar abu
• Pengujian kadar Asam
• Pengujian bahan tidak lemak, Alkanolamin &
menguap pada 105°C logam Alkali
• Pengujian Inframerah
bahan tidak menguap
• Pengujian gom yang
larut air
CONTOH FORMULA
SHAMPOO

• SOAP SHAMPOO

komposisi Jumlah (g)

Coconut-oil fatty acid 4

Oleic Acid 5
Triethanolamine 5,4

Tetrasodium etilendiamina 0,4


tetrasetat

Propilenglycol 5

Water 80
ANALISIS SHAMPOO
• Berat Bersih • Pengabuan pada 600°C
Pengukuran volume 5 g sampel dipanaskan pada
sediaan. steam bath selama 1 jam.
• Deskripsi Shampoo Tambahkan 1 g serbuk abu
selulosa, lalu diabukan
meliputi: warna, bau dan pada suhu 600°C dalam
karakteristik fisik dari oven.
shampoo.
• Pengujian kadar abu
• pH Shampoo
baik kualitatif maupun
Pengukuran dengan kuantitatif. Dengan uji nyala
menggunakan instrument dan instrumentasi
elektroda gelas. (spektrofotometer IR)
ANALISIS SHAMPOO
bahan yang tidak menguap (
• Pengujian bahan tidak 2 jam pada 105°C)
menguap pada 105°C
Ditimbang 1 g sampel dalam
botol timbang, panaskan
pada steam bath selama 3o
menit. Lanjutkan pemanasan
di oven pada suhu 105°C
selama 2 jam.
Dinginkan dlm deksikator,
timbang & laporkan sebagai
• Pengujian Inframerah
bahan yang tidak
menguap.
Bahan tidak menguap dlm
bentuk kristal garam
memiliki spektrum IR pada
film.Pengujian ini untuk
melihat adanya ester,
hidrokarbon, senyawa
polihidroksi alkohol, amida,
sabun, asam lemak dan

alkanolamin.
ANALISIS SHAMPOO
• Uji Ammonia • Uji senyawa
basa nitrogen
Buat campuran shampoo
dengan basa kuat NaOH Campurkan 1 g shampoo
30%, tandai jika bau dengan 8 g Na₂CO₃ anhidrat
ammonia timbul. panaskan campuran dgn
nyala api gas. Jika campuran
Cara lainnya, yaitu dgn tsb mengubah warna kertas
menggunakan kertas lakmus menjadi biru dan
lakmus pada shampoo yang
telah dicampurkan dengan tercium bau spesifik , maka
basa kuat. Jika kertas positif adanya ammonia atau
menjadi biru, maka positif basa nitrogen lainnya.
adanya ammonia.
Lanjutan….. toluena pd suhu kamar.
Hitung persentase air.
• Uji Kadar Air
dengan destilasi
Toluena.
Pindahkan 10-20g sampel
kedalam erlenmeyer,
tambahkan 50 mL Toluena
dan batu didih. Hubungkan
dengan alat detilasi, dan
destilasi hingga tidak
adalagi air yang menetes ke
penampung. Dinginkan &
baca volume air dibawah
kelebihan kalsium asetat
dengan penambahan
Na₂CO₃.
• Uji EDTA
Dilakukan dengan

asam lemak dengan


ekstraksi,
mengendapkan senyawa
fosfat dengan kalsium
asetat dan
menghilangkan
Lanjutan…. spektro IR dan titrimetri
dengan titran NaOH.

• Pengujian Kadar
Asam Lemak
Larutkan 2-3 g sampel
dlm 50 mL air, asam kan
dengan HCl lalu
ekstraksi dengan pelarut
organik. Penentuan
kadar dilakukan dgn
katekol dan H₂SO₄
• Pengujian (orange-merah)
Alkanolamin dan
senyawa Polihidroksi
Dari residu ekstraksi
yang tidak larut
kloroform, dilakukan test
untuk gliserol dengan
metil merah, NaOH &
KMnO₄ (merah). Test
lainnya dgn
menggunakan larutan
Lanjutan…..

• Pengujian gom yang larut air


Gom dalam larutan diendapkan dengan
alkohol, lalu disentrifugasi. Larutkan residu
dalam 10-25 mL air. Panaskan pada steam
bath. Identifikasi dengan spektro IR, dengan
membandingkan antara spektrum gom dalam
sampel dengan spektrum gom yang telah
diketahui (pembanding).
Daftar Pustaka
• Cosmetics Processes & Formulations hand Book
With Herbal Cosmetics Technology & Formulae
, Eiri Board Of Consultants & Engineers India
Research Institute.
• Amparo Salvador, Alberto Chisvert, 2007,
Analysis Of Cosmetic Product (Electronic
Version), Elsevier.
• Alan J. Senzel, 1977, Newburger’s Manual Of
nd
Cosmetic Analysis 2 Edition, The Association
Of Official Analytical Chemists, Inc., Washington.
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH
A. Cat
Banyak industri menggunakan sistem koloid untuk menghasilkan produk yang diinginkan
misalnya, pembuatan cat.
Cat adalah suatu cairan yang dipakai untuk melapisi permukaan suatu bahan dengan tujuan
memperindah (decorative), memperkuat (reinforcing) atau melindungi (protective) bahan
tersebut. Setelah dikenakan pada permukaan dan mengering, cat akan membentuk lapisan tipis
yang melekat kuat dan padat pada permukaan tersebut. Pelekatan cat ke permukaan dapat
dilakukan dengan banyak cara: diusapkan (wiping), dilumurkan, dikuas, disemprotkan (spray),
dicelupkan (dipping) atau dengan cara yang lain.
Cat adalah istilah umum yang digunakan untuk keluarga produk yang digunakan untuk
melindungi dan memberikan warna pada suatu objek ataupermukaan dengan melapisinya
dengan lapisan berpigmen. Cat dapat digunakan pada hampir semua jenis objek, antara lain
untuk menghasilkan karya seni (olehpelukis untuk membuat lukisan), salutan
industri (industrial coating), bantuan pengemudi (marka jalan), atau pengawet (untuk
mencegah korosi atau kerusakan oleh air).
Cat merupakan bahan yang digunakan untuk melindungi dan menambahkan warna
pada permukaan objek dengan melapisinya menggunakan lapisan berpigmen.
Pada dasarnya pembuatan cat menggunakan teknologi yang berkaitan dengan teknologi
kimia organik dan kimia polimer. Prosesnya dengan memanfaatkan kimia antar permukaan,
kimia koloid, elektrokimia dan petrokimia.
Rancangan polimer untuk cat berupa komposit dengan persyaratn tinggi untuk
mencapai tinggi untuk mencapai berbagai fungsi, sebagai aplikasi utama dari kimia polimer.
Resin sintetis untuk cat berupa polimer yang dibuat dengan menggabung beberapa monomer
untuk mencapai berbagai karakteristik. Ada banyak jenis resin seperti resin linier termoplastik,
resin thermosetting yang dapat ditaut silang, resin tak jenuh, dan masih banyak lagi jenis yang
lain. Yang diterapkan terutama teknologi sintetis resin, polimerisasi tambahan dan polimerisasi
kondensasi, sementara teknologi polimerisasi baru lainnya saat ini banyal dikembangkan oleh
para ahli kimia.
Untuk mencapai mutu mendasar sebagai cat, yang sangat penting adalah berbagai
faktor yang terkait dengan kimia antara cat dan substract, kadar basah (wettability) cat, adhesi
dan absorpsi, serta reologi.
Kurang lebih 75% dari bahan utama cat seperti resin, aditif dan pelarut bergantung pada
produk minyak bumi, sehingga petrokimia dan kimia organik sangat terkait erat dengan cat.
Cat didefinisikan sebagai tebaran koloid dari pigmen dalam sarana (resin dan pelarut).
Dengan demikian properti cat sangat tergantung pada ukuran partikel dan permukaan pigmen.
Tebaran pigmen adalah proses untuk membasahi dan melepas partikel utama pigmen dan
menebarkannya ke dalam sarana secara merata. Untuk menghindari koagulasi dan menjaga
agar kondisi tetap stabil, yang sangat penting adalah kontrol yang didasarkan atas kimia koloid
dan kimia antar permukaan. Berbagai properti cat, seperti fluiditas, kehalusan, kilap, kekuatan
menyembunyikan dan stabilitas penyimpanan sangat dipengaruhi oleh penebaran pigmen ini.
B. Bahan-Bahan Penyusun Cat
1. Resin Atau Binder
Resin atau binder merupakan komponen utama dalam cat. Resin berfungsi merekatkan
komponen-komponen yang ada dan melekatkan keseluruhan bahan pada permukaan suatu
bahan (membentuk film). Resin pada dasarnya adalah polymer dimana pada temperatur ruang
bentuknya cair, bersifat lengket dan kental. Ada banyak jenis resin, seperti: Natural Oil, Alkyd,
Nitro Cellulose, Polyester, Melamine, Acrylic, Epoxy, Polyurethane, Silicone, Fluorocarbon,
Venyl, Cellolosic, dll.
Resin dibagi berdasarkan mekanisme mengering atau mengerasnya (pembentukan
film), yaitu:
a. Penguapan Solvent (Lacquer dan Duco)
Mengering atau mengerasnya resin terjadi karena penguapan solvent yang ada. Bahan yang
padat akan tertinggal dan menempel merata pada seluruh permukaan bahan yang dicat. Selama
solventnya masih ada maka resin ini belum mengeras. Untuk mempercepat proses menguapnya
solvent, biasanya dibantu dengan pemanasan. Resin jenis ini secara alamiah polymer-nya sudah
cukup besar sehingga film yang terbentuk sekalipun tidak terjadi reaksi kimia sudah cukup kuat
dan padat. Kecepatan mongering, kualitas rata dan kilap dari permukaan film sangat
dipengaruhi oleh pemilihan jenis dan komposisi solventnya. Contoh resin jenis ini adalah Nitro
Cellulosa (NC), Cellolose Acetate Butyrate (CAB), Chlorinated Rubber, Acrylic Co-polymer,
dll
b. Reaksi dengan Udara (Varnish dan Syntetic Enamel)
Mengering atau mengeras karena ada reaksi kimia antara komponen udara (oksigen atau
air) dengan resin tersebut membentuk molekul-molekul baru yang lebih besar dan saling
berikatan satu sama lain. Resin Alkyd atau Natural Oil (atau kombinasi keduanya) mempunyai
ikatan rangkap (tak jenuh) dalam struktur molekulnya, oleh karenanya resin ini bersifat reaktif
terhadap oksigen, namun pada temperatur ruang raktifitasnya masih kurang, perlu ditingkatkan
reaktifitasnya dengan penambahan katalis (dryer) jika akan dipakai. Pada resin Prepolymer
Polyisocyanate terjadi reaksi “ moisture cure” antara gugus fungsional yang reaktif dengan air
(kelembaban) di udara. Ciri utama cat yang mempergunakan Resin jenis ini adalah akan mudah
mengeras pada permukaannya (atau mengulit), bila kena udara (terbuka kalengnya cukup
lama).
c. Reaksi Polymerisasi
Campuran akan mengeras atau mengering karena terjadi reaksi kimia antara dua resin yang
ada dalam campuran cat, reaksi ini sering disebut reaksi polymerisasi. Reaksi polymerisasi
(baik kondensasi maupun addisi) dapat berlangsung karena adanya katalis, tanpa katalis (non
katalis), panas atau radiasi UV. Hasil reaksinya adalah sebuah campuran polymer yang
mempunyai berat molekul jauh lebih besar dan mempunyai ikatan tiga demensi (crosslink)
yang jauh lebih kuat dibanding reaksi yang dijelaskan sebelumnya.
Tanpa katalis Pada suhu ruang, dua pasang resin jenis ini sudah cukup reaktif untuk
memulai reaksi, maka pasangan resin jenis ini harus dipisahkan satu sama lain sebelum dipakai,
dicampur satu dengan lainnya jika hanya akan digunakan. Tergolong dalam jenis ini adalah
resin Epoxy dengan Polyamide dan Polyol dengan Polyisocyanate. Resin kedua dalam
pasangan tersebut, polyamide atau polyisocyanate biasa disebut sebagai “hardener”, karena
setelah resin ini dicampurkan dengan pasangannya akan terjadi reaksi polymerisasi dimana
hasilnya ditandai dengan mengerasnya campuran tersebut.
Dengan Katalis, karena pasangan dua resin ini tidak cukup reactive, maka perlu
ditambahkan katalis untuk memulai reaksinya. Resin jenis ini bisa dicampur dan disimpan
dalam satu wadah satu dengan lainnya. Selama katalis belum dicampurkan maka tidak akan
terjadi pengerasan pada bahan-bahan tersebut. Contoh resin ini adalah resin amino (melamine)
dan alkyd polyol yang akan bereaksi atau mengeras bila ditambahkan katalis yaitu berupa asam
organik atau anorganik.
Disamping katalis seperti sudah disebutkan di atas, panas juga biasa digunakan sebagai
alat untuk mempercepat reaksi kimia. Contohnya adalah resin amino dan alkyd polyol yang
dipakai pada cat jenis stoving (pangggang) pada cat-cat mobil.
Beberapa resin tertentu, seperti: Polyester tidak jenuh, bisa bereaksi satu dengan yang
lain bila diradiasi dengan sinar UV. Pengeringan dan pengerasan terjadi setelah campuran resin
dikenai sinar UV.
Setiap jenis resin mempunyai banyak sekali type dan turunanya, bahkan kombinasi antara
satu resin dengan resin yang lain juga menambah perbendaharaan jenis resin baru. Daya tahan,
kekuatan dan karakter cat secara keseluruhan sangat dipengaruhi oleh jenis resin yang dipakai.
Pemilihan resin yang dipakai sangat dipengaruhi oleh banyak pertimbangan diantaranya
adalah sebagai berikut:
 Pemakaian, jika akan digunakan dengan kuas maka sebaiknya dipakai resin yang secara
alami encer dan agak lambat keringnya. Resin yang cocok adalah alkyd dengan kadar oil yang
cukup banyak (alkyd long oil). Resin dengan kekentalan tinggi dan cepat kering sangat tidak
cocok dipakai untuk pemakain dengan kuas, akan menimbulkan permukaan yang tidak rata
setelah cat kering. Begitu juga resin yang encer dan lambat kering sangat tidak cocok untuk
pemakaian dengan spray pada permukaan vertical.
 Kekuatan, jika dibutuhkan cat dengan daya tahan tinggi terhadap sinar matahari, maka
resin yang tepat adalah Acrylic atau Polyurethane, namun jika dibutuhkan cat dengan kekuatan
tinggi terhadap kimia, gesekan, benturan, dll namun untuk pemakian di dalam, maka resin
Epoxy adalah jawabannya.
 Dan pertimbangan-pertimbangan yang lain seperti ongkos/harga, substrat (permukaan
bahan yang akan di cat), lingkungan (berair, kering, korosif,…), dan lain-lain.

2. Pigment Dan Extender (Filler)


Pigment dan dyestuff adalah bagian dari colorant. Dyestuff bersifat larut dalam solvent,
sedang pigment tidak. Pigment merupakan padatan halus (bubuk) yang ditambahkan ke dalam
cat dengan beberapa fungsi berikut:
a. OPTIS. Memberi karakter khas pada penampakan cat tersebut, seperti: warna, derajat kilap
(gloss) maupun daya tutupnya.
b. PROTECTIVE. Memberi nilai tambah pada karakter kekutan cat tersebut, seperti: kekuatan
terhadap cuaca, korosi, panas atau api, dll.
c. REINFORCING. Meningkatkan sifat, seperti meningkatkan kekerasan, kelenturan, daya
tahan terhadap abrasi, dll.
Kekuatan, daya tahan dan sifat-sifat lain yang diinginkan dari cat dapat dibentuk atau
diciptakan dengan menambahkan pigment yang tepat dan konsentrasi yang sesuai. Untuk
memilih pigment yang tepat dan benar perlu dipelajari sifat-sifat umum dari pigment itu
sendiri. Sifat-sifat pigment tersebut adalah:
 Warna dasar
 Bentuk dan ukuran partikel
 Berat jenis, density atau specific gravity
 Oil absorption
 Hiding power (refractive index)
 Daya tahan terhadap panas dan asam basa
 PH
 Muatan Listrik
 Bleeding
Secara umum pigment terbagi dalam dua kategori besar berikut:
PIGMENT ORGANIK. Pigment yang terbentuk dari senyawa-senyawa organic (karbon)
PIGMENT ANORGANIK. Terbentuk dari mineral-mineral atau garam-garaman logam yang
terbentuk secara alami (bahan galian) ataupun dari hasil reaksi kimia di pabrik. Pada jenis ini
dikenal true pigment (atau disebut sebagai pigment saja) dan extender atau filler.
Pigment anorganik mempunyai daya tahan solvent, kimia, daya tutup, kemudahan
terdispersi, stabilitas terhadap panas, cahaya dan cuaca yang lebih bagus dibanding pigment
organic. Namun dalam kecerahan dan tinting strength, pigment organic umumnya lebih bagus
dibanding anorganik. Extender atau filler ditambahkan ke dalam cat dengan tujuan untuk
menurunkan harga, namun dalam hal tertentu extender ditambahkan untuk memberbaiki sifat
cat. Extender umumnya mempunyai refractive index yang kecil (atau rendah daya tutupnya)
dibanding pigment.

3. Solvent
Seperti sudah dijelaskan dalam bagian sebelumnya bahwa masing-masing komponen
penyususun cat mempunyai fungsi dan peran yang berbeda-beda. Resin membentuk film dan
memberi kontribusi terhadap karakter film yang terbentuk, sedang pigment disamping
memberi warna juga berfungsi menambah kekuatan mekanis film. Sekalipun setelah
pemakaian solvent akan terbuang ke lingkungan dan tidak menjadi bagian dari lapisan cat,
namun peran solvent selama proses pembuatan, penyimpanan dan pemakaian cat,
memperlihatkan peran yang dominan dibanding komponen lainnya. Pada saat pembuatan cat,
solvent memberi kontribusi sedemikian rupa sehingga campuran mempunyai kekentalan yang
pas untuk diproses: diaduk, dicampur, digiling dan lain-lain. Dengan penambahan solvent yang
tepat dan cukup akan menurunkan kekentalan dari resin atau campuran pada suatu titik dimana
kekentalannya memenuhi syarat untuk masing-masing proses. Demikian halnya pada saat
pemakaian cat, dengan penambahan jenis solvent yang tepat dan dengan takaran pas, maka cat
bisa dikuas, dispray atau dilumurkan dengan mudah pada obyek yang akan dicat. Komposi
solvent yang tepat juga memberi pengaruh optimal pula pada mekanisme penguapan dari
solvent-solvent yang ada, sehingga akan membentuk film yang maksimal karakteristiknya,
baik textur permukaannya, sifat kilapnya maupun kecepatan keringnya.
Cat merupakan sebuah system campuran yang kompleks, ada padatan (solute) yang
terlarut atau terdispersi dalam pelarut cair (solvent), ada juga cairan (solvent active) yang
terlarut dalam cairan lain (diluent). Jadi definisi solvent adalah cairan (biasanya mudah
menguap) yang berperan melarutkan atau mendispersi komponen-komponen pembentuk film
(resin, pigment dan/atau additive) yang akan menguap terbuang ke lingkungan selama proses
pengeringan.
Membicarakan solvent tidak bisa lepas dari thinner, karena keduanya saling berkaitan satu
dengan yang lain. Thinner adalah campuran beberapa solvent yang dipakai untuk melarutkan
resin di dalam cat atau mengencerkan cat selama penggunaan. Di dalam prakteknya resin atau
cat dilarutkan oleh tidak hanya satu jenis solvent , tetapi oleh beberapa macam kategori
solvent. Bagaimana dengan cat water base, solvent dan thinner-nya adalah setali tiga uang atau
sama saja, yaitu air.

4. Additive
Disamping ke tiga komponen yaitu resin, pigment dan solvent, ada beberapa komponen
lain yang ditambahkan dalam jumlah sangat sedikit ke dalam cat. Komponen-komponen ini,
sekalipun ditambahkan dalam jumlah sedikit, namun memberi kontribusi yang sangat besar
terhadap sifat cat, sehingga cat dapat diproses, disimpan dan dipakai seperti harapan kita.
Penambahan additive yang ada dalam cat tidaklah serta merta muncul begitu saja, merupakan
suatu proses panjang dari beberapa percobaan atau riset pada cat tersebut. Selama proses
pembuatan, penyimpanan dan pemakaian dinilai kualitasnya secara menyeluruh, kemudian
kelemahan dan masalah yang timbul dicoba untuk diatasi dengan variasi jenis dan takaran
beberapa additive, hingga akhirnya muncul nama jenis dan takaran additive tertentu yang pas
untuk campuran cat tersebut. Additive ditambahkan ke dalam cat disesuaikan dengan solvent
apa yang dipakai (solvent atau water base), apa jenis resinnya, bagaimana pemakaiannya dan
bagaimana mekanisme pengeringannya. Setiap supplier additive biasanya memberi informasi
yang jelas tentang apa dan bagaimana additive harus digunakan.
Additive biasanya dibagi berdasarkan fungsinya. Berikut ini adalah beberapa additive yang
biasa dipakai dalam industri cat, diantaranya :
a. Wetting Agent. Mempermudah atau mempercepat proses penggantian udara dan air oleh
resin pada permukaan pigment atau extender.
b. Dispersing Agent. Mempermudah distribusi pigment dan extender ke dalam cairan resin.
c. Anti Skinning Agent. Mencegah proses pengulitan pada permukaan cat (oil atau alkyd base
resin) selama penyimpanan.
d. Thickening Agent. Mempertahankan kekentalan cat atau melindungi cat selalu dalam kondisi
koloid.
e. Anti Settling Agent. Mempertahankan pigment selalu berada pada kondisi dispersi yang
stabil dalam campuran, sehingga tidak mengendap.
f. Anti Sagging. Mencegah turunnya atau melelehnya cat jika dipakai pada permukaan tegak.
g. Anti Foaming. Mencegah atau menghilangkan timbulnya busa pada permukaan cat.
h. Anti Flooding and Foating. Mencegah pemisahan pigment baik secara vertikal maupun
horisontal
i. Anti Fungus. Mencegah timbulnya jamur.
Tahapan pembuatan cat sangat dipengaruhi oleh seberapa canggih teknologi yang
dipakai untuk menunjang pembuatan cat tersebut, makin canggih tinggi teknologi yang dipakai
maka makin singkat dan mudah proses pembuatan catnya.

1. Persiapan
Pada tahap ini dimulai dengan mempersiapkan bahan-bahan baku sesuai dengan
formula atau resep cat yang akan dibuat. Bahan-bahan diambil dari gudang yang sudah teruji
kualitasnya, tidak kedaluwarsa dan tidak pula cacat atau rusak baik fisik maupun kimia (yang
ditandai dengan adanya perubahan bau, warna, bentuk, atau kekentalan pada bahan tersebut).
Mengukur bahan yang akan diproses, bisa dilakukan dengan cara ditimbang beratnya atau
diukur volumenya, tergantung dengan basis apa yang digunakan dalam formula atau resepnya.
Ketelitian dan keakuratan penimbangan merupakan faktor penting terhadap hasil akhir
pembuatan cat, terutama pada penimbangan additive atau pigment. Bahan-bahan tersebut
kemudian diangkut ke area produksi, bisa dilakukan dengan tenaga manusia biasa, forklif atau
melalui sistim pemipaan (untuk bahan cair).

2. Produksi
Proses produksi cat dibagi menurut jenis cat yang akan dibuat:

Cat Tanpa Pigment, Extender atau Filler


Pembuatannya hanya melibatkan proses penuangan, mixing dan stiring saja, yaitu
menuang bahan-bahan dengan urutan dan cara sesuai dengan jenis cat yang akan dibuat ke
dalam sebuah tangki dengan ukuran pas. Kemudian mencampur bahan-bahan dengan putaran
mixer relatif pelan, hingga diperoleh suatu campuran yang benar-benar merata di semua titik.
Waktu stiring dan kecepatan mixer disesuikan dengan jumlah dan kekentalan campuran.
Perlakuan seperti ini juga dipakai untuk membuat thinner, hardener, wood stain (solvent +
dyestuff) atau campuran bahan lain yang tidak mengandung pigment atau extender asli
(padatan). Namun jika pigment atau extender-nya sudah diproses menjadi bahan setengah jadi
(pasta) terlebih dulu, maka bahan atau campuran ini bisa diproses seperti tersebut di atas.

Cat Dengan Pigment dan/atau Extender.


Proses pembuatan cat jenis ini juga dibagi berdasarkan pada seberapa halus padatan
(pigment atau extender) terdispersi di dalam campuran. Jika diinginkan padatan terdispersi
secara kasar (dengan kehalusan antara 20 – 50 mikron), maka proses yang dibutuhkan adalah
cukup dengan proses dispersi saja; namun jika dikehendaki padatan terdispersi secara halus (5
– 20 micron) maka diperlukan proses penggilingan partikel padat dalam mesin giling. Contoh
jenis cat yang dibuat cukup dengan proses dispersi saja adalah dempul atau filler, cat primer,
undercoat, intermediate atau tembok dimana kehalusan partikel bukan merupakan sifat yang
harus dicapai.

3. Proses Dispersi
Tahapan dispersi meliputi:
 Proses pembasahan permukaan partikel-partikel pigment dan/atau extender oleh bahan-
bahan cair (millbase).
 Proses pemecahan secara mekanis terhadap kelompok-kolompok partikel pigment
dan/extender menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil atau partikel-partikel primernya
sesuai dengan derajad kehalusan yang dikehendaki.
 Mempertahan agar supaya kelompok-kelompok partikel yang lebih kecil atau partikel-
partikel primer ini tetap terpisah satu sama lain, tidak bersatu kembali.
Proses dispersi akan mendapatkan hasil optimal bila prinsip-prinsip dispersinya
terpenuhi. Adapun prinsip-prinsip dispersi yang perlu mendapat perhatian adalah kecepatan
peripheral campuran, bentuk cakram, diameter cakram terhadap tangki, tinggi cakram dari
dasar tangki, diameter tangki, tinggi tangki dan perbandingan padatan dan cairan campuran
(kadar padatan = PVC) serta penambahan secara tepat additive wetting dan dispersingnya. Jika
kondisi ideal terpenuhi, maka akan terbentuk sebuah aliran yang menyerupai donat, terbentuk
“doughnut effect”. Pada kondisi ini diperoleh proses dispersi yang optimal.
4. Penggilingan
Dengan hanya dispersi, kita belum mendapatkan kehalusan partikel lebih rendah dari
20 mikron, yaitu ukuran rata-rata partikel primer dari pigment dan/atau extender. Untuk itu
diperlukan sebuah tahap lanjutan dimana ikatan fisik partikel-partikel pigment akan
dipecahkan lebih lanjut menjadi patikel-partikel yang lebih kecil lagi. Tahapan ini disebut
penggilingan. Untuk memudahkan dalam pembuatan cat; biasanya pigmen, extender, sebagian
resin dan additive digiling terlebih dahulu untuk dibuat pasta (bahan setengah jadi). Pasta ini
bisa disimpan dalam gudang atau langsung diproses untuk dibuat cat, yaitu hanya dengan
proses mixing biasa, seperti dijelaskan pada proses pembuatan cat tanpa pigment di atas. Alat
dan prinsip penggilingan bermacam-macam, diantaranya adalah:
 Melewatkan millbase diantara dua buah atau lebih silinder yang berhimpitan satu
dengan lainnya, dimana jarak diantara dua buah silinder ini bisa diatur sesuai dengan derajad
kehalusan yang diinginkan. Contoh dari alat ini adalah Triple roll Mill.
 Melewatkan secara vertical atau horizontal millbase ke dalam mesin giling yang terdiri
dari agitator dan banyak glass bead di dalamnya. Di dalam silinder giling, glass bead bersama
dengan millbase akan diputar oleh agitator pada kecepatan tertentu, menyebabkan pigment-
pigment secara mekanis akan terpecah karena tertumbuk oleh glass bead secara terus menerus.
Millbase melalui saringan akan keluar, sedangkan glass bead akan tetap tertahan di dalam
silinder giling. Sekalipun glass bead terbuat dari bahan yang keras dan kuat, pada akhirnya juga
akan terpecah, ini akan menyebabkan proses penggilingan akan menurun performance-nya dan
glass bead harus diganti dengan yang baru. kecepatan putar agitator, kekentalan, kadar padatan
dan waktu tinggal millbase di dalam mesin adalah faktor-faktor yang mempengaruhi
efektifitasnya proses penggilingan. Jika satu tahap proses penggilingan belum mencapai hasil
yang diinginkan, millbase biasanya dikembalikan lagi ke dalam mesin, dilakukan bisa berkali-
kali hingga diperoleh derajad kehalusan yang diinginkan.
5. Penyelesaian
Seperti sudah dijelaskan bahwa proses pembuatan cat dibagi menjadi dua bagian besar,
yaitu proses yang melibatkan dispersi dan/atau penggilingan dan proses yang hanya melibatkan
proses mixing saja. Tahap akhir dari kedua proses ini juga berbeda, pada proses yang
melibatkan dispersi dan/atau penggilingan pigment, maka mengukur derajad kehalusan dari
partikel-partikelnya adalah tahap yang penting guna mengakhiri proses tersebut. Sedang proses
lain, yang hanya melibatkan proses mixing, maka untuk melihat seberapa jauh campuran sudah
tercampur sempurna dan sesuai komposisi yang ditentukan, cukup mengukur kekentalan atau
viskositas campuran tersebut. Namun bila campuran tersebut mengandung beberapa jenis
pasta, maka menyamakan warna (colour matching) campuran cat secara kasar perlu dilakukan,
agar campuran tidak terlalu jauh berbeda dengan warna standardnya. Kedua tahapan ini
biasanya disebut uji kualitas pendahuluan, yaitu tahapan antara sebelum cat diuji secara
seksama pada tahap paling akhir dari proses pembuatan cat, yaitu tahap pengujian kualitas cat.

6. Proses Pembuatan Cat Secara Umum


Proses produksi cat melalui beberapa proses, yaitu pre-mixing, grinding, let-down,
filtering, color matching, dan packaging. Pre-mixing yaitu proses pencampuran awal dimana
bagian padat dari cat seperti pigmen dan extender/filler didispersikan ke pelarutnya dengan
tambahan aditif yang sesuai seperti dispersing agent dan wetting agent. Pada proses grinding
partikel-partikel pigmen dihaluskan dengan mesin giling/grinder agar ukuran partikel menjadi
lebih kecil dan diperoleh kehalusan dan warna yang diinginkan. Kemudian selanjutnya adalah
proses finishing yang meliputi let-down, filtering, color matching sampai packaging. Pada
proses ini cat diatur kekentalannya, ditambahkan zat aditif, disaring dari kotoran saat
pengadukan, disesuaikan dan dipilah-pilah warnanya, dan pada akhirnya di kemas.
B. Jenis-jenis Cat
Jenis-jenis cat diantaranya :
a. Berdasarkan fungsi : Cat dempul (filler), anti karat (anti corrosion), anti jamur (anti fungus),
tahan api, tahan panas (heat resistance), anti bocor (water proofing), decorative, protective,
heavy duty, industrial dll.
b. Berdasarkan Methode Pengecatan : Cat kuas, spray, celup, wiping, elektrostatik, roll, dll.
c. Berdasarkan letak pemakaian : Cat Primer (sebagai dasar), undercoat, intermediate (ditengah-
tengah), top coat/finishing (pada permukaan paling atas dari beberapa lapisan cat), interior (di
dalam tidak terkena secara langsung sinar matahari) dan exterior (di luar), dll.
d. Berdasarkan jenis substrat : Cat besi (metal protective), lantai (flooring systems), kayu (wood
finishing), beton (concrete paint), kapal (marine paint), mobil (automotive paint, plastik, kulit,
tembok, dll.
e. Berdasarkan kondisi dan bentuk campuran : Cat pasta, ready-mixed, emulsi, aerosol, dll.
f. Berdasarkan mekanisme pengeringan : Cat kering udara (varnish dan syntetic enamel), cat
stoving (panggang), cat UV curing, cat penguapan solvent (lacquer dan duco), dll.

C. Kualitas Cat
Untuk mendapatkan kualitas cat seperti yang diharapkan oleh pelanggan, berbagai usaha
harus diarahkan untuk mendapatkan kualitas hasil akhir dari setiap proses seoptimal mungkin.
Setiap proses dimulai dari pembelian bahan baku, penyimpanan bahan baku, pemrosesan bahan
baku menjadi bahan setengah jadi maupun bahan jadi, penyimpanan bahan jadi dan pengiriman
bahan jadi ke pelanggan harus dikontrol dengan jadwal, pengujian dan pelayanan yang
memadai. Beberapa pengujian harus dilakukan untuk meyakinkan bahwa resin, pigment,
extender, solvent dan additive yang dibeli dan kemudian disimpan di dalam gudang sesuai
spesifikasi, tidak terjadi salah barang, penyimpangan dan perubahan kualitasnya. Proses
pembuatan pasta menghasilkan pasta yang stabil, tidak gampang mengulit, mengeras dan
dengan dengan derajad kehalusan sesuai kebutuhan.Proses pembuatan cat menghasilkan cat
dan film dengan kualitas seperti yang diharapkan.

Berdasarkan fase terdispersi maupun fase pendispersi suatu koloid dibagi


sebagai berikut :

Fase Pendispersi Nama koloid Contoh


Terdispersi

Gas Gas Bukan koloid, karena gas bercampur


secara homogen

Gas Cair Busa Buih, sabun, ombak,


krim kocok

Gas Padat Busa padat Batu apung, kasur busa

Cair Gas Aerosol cair Obat semprot, kabut,


hair spray di udara

Cair Cair Emulsi Air santan, air susu,


m a yo n e s

Cair Padat Gel Mentega, agar-agar

Padat Gas Aerosol padat Debu, gas knalpot,


asap

Padat Cair Sol Cat, tinta

Padat Padat Sol Padat Tanah, kaca, lumpur

Koloid Liofil

Koloid liofil ini terjadi pada sol, yaitu fasa terdispersinya padatan dan fasa pendispersinya
cairan. Koloid liofil adalah koloid sol di mana partikel koloid (sebagai fasa terdispersi) senang
(dapat menarik/dapat mengikat) cairannya (sebagai) fasa pendispersi. Liofil berasal dari
kata lio = cairan dan philia =senang/cinta.
Contoh koloid liofil : kanji, agar-agar, lem, cat, gelatin. protein, sabun dan lain-lain.
Cat merupakan salah satu contoh aplikasi penggunaan koloid di kehidupan. Cat dikatakan
sebagai koloid karena prosesnya yaitu pembentukan sol cat. Untuk proses ini di dalam kaleng
terdapat zat pewarna utama yang berbentuk bubuk. Yang akan mengental setelah tercampur
dengan cairan base. Base bisa berupa air, minyak, latex, alcohol atau lainnya. Komposisi base
dan pewarna sendiri berbeda untuk tiap merek cat. Untuk mencampurkan antara base dengan
pewarna, mengaduknya-ngaduk cat tersebut hingga homogen. Fase ini bisa dikatakan fase sol,
karena pigmen pewarna yang bentuknya padat terdispersi pada fase medium cair. Jenis cat
bermacam-macam, salah satunya yaitu cat semprot.
Cat semprot atau dikenal dengan pylox termasuk koloid, Di dalam kaleng cat ada 3 proses
utama yang perlu diperhatikan. Pertama, pembentukan sol cat. Lalu tekanan gas aerosol di
dalamnya, dan percampuran aerosol dengan cat.
Untuk proses pertama, di dalam kaleng pylox terdapat zat pewarna utama yang berbentuk
bubuk. Yang akan mengental setelah tercampur dengan cairan base. Base bisa berupa air,
minyak, latex, alcohol atau lainnya. Komposisi base dan pewarna sendiri berbeda untuk tiap
merek cat semprot. Untuk mencampurkan antara base dengan pewarna, di dalam kaleng juga
diberi beberapa bola logam (pea). Fungsinya, seperti pengaduk saat kita mengocok-ocok
kaleng. Fase ini bisa dikatakan fase sol, karena pigmen pewarna yang bentuknya padat
terdispersi pada base yang medium cair.
Hal kedua yang perlu diperhatikan adalah adanya gas bertekanan tinggi yang
menyebabkan cat tetap cair. Saat kita menekan caps, maka gas ini akan keluar bersama dengan
sol cat. Lubang di caps bisa ditentukan besar-kecilnya, semakin kecil lubang semakin keras
semprotannya dan semakin merata pula semprotan yang terbentuk. Hal ini karena ukuran
partikel cat saat keluar menjadi jauh lebih kecil dan bercampur dengan gas. Inilah yang disebut
fase aerosol, cairan cat terdispersi dalam medium gas.
Di bawah ini ada beberapa bahan yang umum terdapat dalam salah satu jenis cat yaitu cat
semprot.

KOLOID DALAM PEMBUATAN KEJU


KOLOID DALAM PEMBUATAN KEJU

Keju merupakan salah satu hasil olahan susu yang telah dikenal masyarakat.Keju merupakan
suatu sistem koloid jenis emulsi.Menurut Elaine(2006) sistem koloid terdiri atas dua fase atau
bentuk, yakni fase terdispersi (fase dalam) dan fase pendispersi (fase luar, medium). Emulsi
ialah koloid dengan zat terdispersinya fase cair. Emulsi dapat terbentuk karena adanya koloid
lain (emulgator/pengemulsi) sebagai pengadsorpsi.
Keju dibuat dengan cara koagulasi (penggumpalan) kasein susu membentuk dadih
ataucurd(Koswara,2007).Bilateganganpermukaantinggiantarafasa sebaran dan medium
sebaran menyebabkan emulsiterpisah (setiap fasa menggumpal).Disamping menggunakan
rennet, penggumpalan kasein dapat juga dilakukan dengan fermentasi bakteri asam laktat.
Mayoritas keju dibuat dari susu dengan perlakuan panas atau susu pasteurisasi (baik penuh,
rendah lemak, maupun tanpa lemak dan non-pasteurisasi susu. (Koswara,2007). Pasteurisasi
merupakan suatu cara untuk menghambat pertumbuhan bakteri dengan cepat tanpa
mempengaruhi rasa makanan dan minuman(Pararaja,2008).
Kombinasi efek dari tiga perlakuan ini – pertumbuhan bakteri, perlakuan mekanik, dan
perlakuan panas – menghasilkan sineresis, yaitu pemisahan whey dari butiran-butiran dadih.
Dadih yang telah selesai diletakkan dalam cetakan keju yang terbuat dari metal, kayu atau
plastik, yang menentukan bentuk keju akhir(Koswara,2007).

Mengetahuiproses produksi keju untuk menjaga system koloid pada kestabilan emulsi padat.
Pada dasarnya campuran koloid itu bersifat homogen, dan unsur-unsur pembentuk campuran
itu sudah menyatu dan sulit dibedakan. Hanya saja campuran itu tidak dibentuk oleh sebaran-
sebaran molekuler, melainkan berupa gabungan dari beberapa molekul. Namun karena
bentuknya sangat kecil, gabungan-gabungan molekul itu sulit dikenali lagi. Muatan partikel
koloid adalah sejenis cenderung karena sering tolak-monolak.Sehingga perlu adanya
penstabil dalam system koloidnya.
Partikel-partikel koloid yang bersifat stabil karena memiliki muatan listrik sejenis. Apabila
muatan listrik itu hilang , maka partikel koloid tersebut akan bergabung membentuk
gumpalan. Proses penggumpalan partikel koloid dan pengendapannya disebut
Koagulasi(Verliany,2008). Salah satu bahan penolong yang penting dan perlu disiapkan
dalam pembuatan keju ialah bahan penggumpal kasein (protein dalam susu sebagai bahan
keju). Sampai sekarang bahan penggumpal susu yang paling ideal ialah enzim rennin. Bahan
ini dapat diperoleh dalam bentuk ekstrak rennet maupun bubuk/tepung, yang dapat dibuat
secara sederhana dari bahan abomasum (lambung ke 4) anak sapi yang masih menyusui atau
ternak ruminansia muda lainnya(Koswara,2007).
Susu keju diberi perlakuan pendahuluan, bisa berupa pematangan awal setelah penambahan
kultur bakteri yang tepat untuk setiap tipe keju, dan dicampur dengan rennet. Aktivitas enzim
pada rennet menyebabkan susu terkoagulasi menjadi jelly padat yang dikenal dengan
koagulum. Selama periode proses pembuatan dadih (curd), bakteri tumbuh dan membentuk
asam laktat, dan butiran-butiran dadih dikenai perlakuan mekanik dengan alat pengaduk,
sementara itu pada saat yang bersamaan dadih dipanaskan menurut seting program.

Langkah-langkah berbeda dalam pembuatan keju dibahas di bawah ini(Koswara,2007):

1.Pasteurisasi

Susu yang diperuntukkan untuk tipe keju yang memerlukan pematangan lebih dari sebulan
sebenarnya tidak perlu dipasteurisasi, tetapi biasanya tetap dipasteurisasi. Susu yang
diperuntukkan untuk keju mentah (keju segar) harus dipasteurisasi. Hal ini mengindikasikan
bahwa susu keju untuk tipe yang membutuhkan periode pematangan lebih dari sebulan tidak
harus dipasteurisasi. Susu yang diperuntukkan untuk Emmenthal, Parmesan dan Grana asli,
beberapa tipe keju ekstra keras, tidak boleh dipanaskan melebihi 40°C, agar tidak
mempengaruhi rasa, aroma, dan pengeluaran whey. Secara tradisional, bahan-bahan kimia
tertentu telah ditambahkan dalam susu keju sebelum produksi. Hal ini untuk mencegah
“blowing” dan perkembangan rasa tidak enak yang disebabkan oleh bakteri tahan panas dan
pembentuk spora (terutama Clostridium tyrobutyricum). Bahan kimia yang paling sering
digunakan adalah sodium nitrat (NaNO3), tetapi pada produksi keju Emmenthal , hidrogen
peroksida (H2O2) juga digunakan.

2.Biakan Biang

Tugas utama biakan adalah mengembangkan asam dalam dadih.Ketika susu mengental, sel-
sel bakteri terkonsentrasi dalam koagulum dan kemudian dalam keju.Dua tipe utama biakan
yang digunakan dalam pembuatan keju:
1.biakan mesophilic dengan suhu optimum antara 20 dan 40 °C
2.biakan thermophilic yang berkembang sampai suhu 45 °C
Tiga sifat biakan biang yang paling penting dalam pembuatan keju yaitu:
1.kemampuan memproduksi asam laktat
2.kemampuan memecah protein dan, jika memungkinkan,
3.kemampuan memproduksi karbondioksida

Biakan turunan tunggal (single-strain) terutama digunakan ketika obyek dipakai untuk
mengembangkan asam dan berkontribusi terhadap degradasi protein, misalnya pada keju
Cheddar dan tipe keju yang sejenis.

Perkembangan asam menurunkan pH yang penting untuk membantu sineresis (kontraksi


koagulum disertai dengan pengurangan whey). Selanjutnya, garam kalsium dan phosphor
dilepaskan, yang mempengaruhi konsistensi keju dan membantu meningkatkan kekerasan
dadih. Fungsi penting lain yang dilakukan oleh bakteri pemroduksi asam adalah menekan
bakteri yang tahan pasteurisasi atau rekontaminasi bakteri yang membutuhkan laktosa atau
tidak bisa mentolerir asam laktat. Produksi asam laktat berhenti ketika semua laktosa dalam
keju (kecuali pada keju tipe lembut) telah terfermentasi.

Masalah fermentasi bisa dialami jika susu keju mengandung bakteri asam butirat (Clostridia)
dan/atau bakteri coliform. Overdosis saltpetre bisa mempengaruhi pematangan keju atau
bahkan menghentikan proses pematangan. Saltpetre dengan dosis tinggi bisa merubah warna
keju, menyebabkan lapisan-lapisan kemerah-merahan dan rasa yang tidak murni. Dosis
maksimum yang diijinkan sekitar 30 gram saltpetre per 100 kg susu. Dalam dekade terakhir
ini, penggunaan saltpetre dipertanyakan dari sudut pandang kedokteran, dan juga dilarang di
beberapa negara.

Bahan-bahan pewarna
Warna keju dalam cakupan yang luas ditentukan oleh warna lemak susu dan melalui variasi
musiman.

.Rennet

Kecuali untuk tipe-tipe keju segar seperti keju cottage dan guarg dimana susunya
digumpalkan/dikentalkan terutama oleh asam laktat, semua pembuatan keju tergantung pada
formasi dadih oleh aksi rennet atau enzim-enzim sejenis. Penggumpalan kasein merupakan
proses dasar dalam pembuatan keju. Hal ini umumnya dilakukan dengan rennet, tetapi enzim
proteolitik yang lain juga bisa digunakan, dan juga pengasaman kasein ke titik iso-elektrik
(pH 4.6-4.7). Prinsip aktif pada rennet adalah enzim yang disebut chymosine , dan
penggumpalan terjadi dengan singkat setelah rennet ditambahkan ke dalam susu.

Mengetahui efektivitas pada produksi keju keras dan semi-keras

Proses pemotangan pada keju keras dan semi-keras merupakan efek kombinasi proteolitik
dimana enzim asli dari susu dan dari bakteri dalam biakan, bersama dengan enzim rennet,
menyebabkan dekomposisi protein(Koswara,2007). Dekomposisi protein dihasilkan oleh
sistem enzim dari
• Ürennet
• ümikroorganisme plasmin,
• üsuatu enzim pengurai protein .

Jika biakan juga mengandung bakteri pembentuk CO2, pengasaman dadih disertai dengan
produksi karbondioksida, melalui aksi bakteri pemfermentasi asam sitrat. Biasanya
fermentasi asam laktat merupakan proses yang relatif cepat. Pada beberapa tipe keju, seperti
Cheddar, fermentasi harus lengkap sebelum keju dipres, dan pada tipe lain dalam seminggu.
Pada keju-keju yang halus-sedang seperti Tilsiter dan Limburger, dua proses pematangan
saling terjadi secara paralel, yaitu proses pemasakan normal pada rennet keju keras dan
proses pemasakan pada hapusan (bakteri) yang terbentuk di permukaan.

Tergantung pada tipe keju, pemanasan bisa dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

1.Dengan steam di dalam tong/jaket tong saja.


2.Dengan steam di dalam jaket dikombinasikan dengan penambahan air panas ke dalam
campuran dadih/whey.
3.Dengan penambahan air panas ke dalam campuran dadih/whey saja.

.KESIMPULAN

Muatan partikel koloid adalah sejenis cenderung karena sering tolak-monolak.Sehingga perlu
adanya penstabil dalam system koloidnya. Susu keju diberi perlakuan berupa pematangan
awal setelah penambahan kultur bakteri yang tepat untuk setiap tipe keju, dan dicampur
dengan rennet. Aktivitas enzim pada rennet menyebabkan susu terkoagulasi menjadi jelly
padat yang dikenal dengan koagulum. Secara konvensional proses produksi keju adalah
selama pengadukan, selama pemotongan , selama pengeringan whey ,dan selama
pengepresan/penekanan akan mempengaruhi jenis produksi keju.Adapun yang
mempengaruhi efektivitas pada produksi keju keras dan semi-keras adalah adanya
dekomposisi protein,dekomposisi laktosa,biang bakteri,pematangan keju dan penyimpanan
keju dimanakombinasi spesifik antara suhu dan kelembaban relatif ( relative humidity atau
RH) harus dijaga di dalam ruangan penyimpanan yang berbeda selama masa tahapan-tahapan
penyimpanan.
Keju (dipinjam dari bahasa Portugis, queijo) adalah sebuah makanan yang dihasilkan
dengan memisahkan zat-zat padat dalam susu melalui proses pengentalan atau koagulasi.

Proses pengentalan ini dilakukan dengan bantuan bakteri atau enzim tertentu yang
disebut rennet. Hasil dari proses tersebut nantinya akan dikeringkan, diproses, dan diawetkan
dengan berbagai macam cara. Dari sebuah susu dapat diproduksi berbagai variasi produk keju.
Produk-produk keju bervariasi ditentukan dari tipe susu, metode pengentalan, temperatur,
metode pemotongan, pengeringan, pemanasan, juga proses pematangan keju dan
pengawetan.Umumnya, hewan yang dijadikan sumber air susu adalah sapi. Air
susu unta, kambing, domba, kuda, atau kerbau digunakan pada beberapa tipe keju lokal. Keju
memiliki gaya dan rasa yang berbeda-beda, tergantung jenis air susu yang digunakan,
jenis bakteri atau jamur yang dipakai dalam fermentasi, lama proses fermentasi maupun
penyimpanan ("pematangan"). Faktor lain misalnya jenis makanan yang dikonsumsi oleh
mamalia penghasil susu dan proses pemanasan susu. Walaupun ada ratusan jenis keju yang
diproduksi di seluruh dunia, namun keju secara mendasar dibuat dengan cara yang sama. Keju
merupakan makanan yang penuh dengan nutrisi. Keju memiliki banyak elemen yang sama
dengan susu, yaitu protein, lemak, kalsium dan vitamin. Satu pon keju memiliki protein dan
lemak yang sama jumlahnya dengan satu galon susu. Keju dengan tingkat kelembaban yang
tinggi memiliki konsentrasi nutrisi yang lebih rendah dibandingkan dengan keju yang tingkat
kelembabannya rendah.

Macam-macam Keju
Berdasarkan tekstur  Keju keras
 Keju iris
 Keju iris semi keras
 Keju lunak
Berdasarkan proses pematangan  Keju yang bakterinya
dimatangkan dari dalam
 Keju yang dicuci kulitnya
 Keju bercoreng biru
 Keju berlapis kapang
 Keju yang tidak dimatangkan
Berdasarkan kulit  Keju berkulit keras
 Keju yang tertutup dengan bulu
halus
 Keju berkulit alami
 Keju yang kulitnya dicuci dengan
air asin
 Keju biru
 Keju segar
 Berdasarkan jenis susu yang
digunakan
Berdasarkan jenis susu yang  Keju dari susu kambing
digunakan  Keju dari susu domba atau biri-
biri
 Keju dari susu campuran (dibuat
dari kombinasi dua jenis susu atau lebih)
 Keju dari susu mentah
Keju proses Keju proses berbeda dengan keju-keju
kategori lainnya karena keju ini tidak
diproduksi langsung dari susu segar tetapi
dibuat dari keju yang sudah matang. Sisa-
sisa dari berbagai macam keju dicampur
menjadi satu kemudian digiling, diberi
garam dan dipanaskan. Keju proses
tersedia dalam berbagai macam bentuk.
Keju segar Keju segar tidak melalui proses
pematangan seperti keju-keju
lainnya. Bagian padat dari keju ini
mencapai 20%.
Pasta filata Pasta filata merupakan nama untuk
sekelompok keju yang dadihnya
dipanaskan dengan air panas, diadoni dan
dibuat menjadi untaian tali setelah
diasamkan.
Keju krim asam Kandungan air pada keju krim asam
berkisar antar 60-73%. Keju tipe ini
diproduksi dari keju asam rendah lemak,
karena itulah keju ini memiliki
kandungan kalori yang rendah
dan protein yang tinggi.
Keju vegetarian Sebagian besar keju diproduksi dengan
menggunakan rennet yang berasal dari
binatang, yang diambil dari perut sapi
atau domba.Saat ini, ada banyak alternatif
pengganti rennet yang berasal dari
binatang.

KEJU SEBAGAI KOLOID

Keju merupakan suatu sistem koloid jenis emulsi. Menurut Elaine(2006) sistem koloid
terdiri atas dua fase atau bentuk, yakni fase terdispersi (fase dalam) dan fase pendispersi (fase
luar, medium). Emulsi ialah koloid dengan zat terdispersinya fase cair. Emulsi dapat terbentuk
karena adanya koloid lain (emulgator/pengemulsi) sebagai pengadsorpsi. Keju dibuat dengan
cara koagulasi (penggumpalan) kasein susu membentuk dadih atau curd(Koswara,2007).
Penggumpalan kasein dapat juga dilakukan dengan fermentasi bakteri asam laktat. Pada
dasarnya campuran koloid itu bersifat homogen, dan unsur-unsur pembentuk campuran itu
sudah menyatu dan sulit dibedakan. Hanya saja campuran itu tidak dibentuk oleh sebaran-
sebaran molekuler, melainkan berupa gabungan dari beberapa molekul. Apabila muatan listrik
itu hilang , maka partikel koloid tersebut akan bergabung membentuk gumpalan. Proses
penggumpalan partikel koloid dan pengendapannya disebut Koagulasi. Dengan demikian keju
dapat dikatakan sebagai koloid.
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam pembuatan keju yang dikatakan sebagai koloid,
1. Pasteurisasi
Susu yang diperuntukkan untuk keju mentah (keju segar) harus dipasteurisasi. Secara
tradisional, bahan-bahan kimia tertentu telah ditambahkan dalam susu keju sebelum produksi.
Hal ini untuk mencegah “blowing” dan perkembangan rasa tidak enak yang disebabkan oleh
bakteri tahan panas dan pembentuk spora (terutama Clostridium tyrobutyricum). Bahan kimia
yang paling sering digunakan adalah sodium nitrat (NaNO3), tetapi pada produksi keju
Emmenthal , hidrogen peroksida (H2O2) juga digunakan.

2. Biakan Biang
Tugas utama biakan adalah mengembangkan asam dalam dadih. Ketika susu mengental, sel-
sel bakteri terkonsentrasi dalam koagulum dan kemudian dalam keju. Dua tipe utama biakan
yang digunakan dalam pembuatan keju biakan mesophilic dengan suhu optimum antara 20 dan
40 °C serta biakan thermophilic yang berkembang sampai suhu 45 °C. Jika biakan juga
mengandung bakteri pembentuk CO2, pengasaman dadih disertai dengan produksi
karbondioksida, melalui aksi bakteri pemfermentasi asam sitrat.
Penambahan lain sebelum pembuatan dadih
Kalsium Klorida (CaCl2 )
Jika susu untuk pembuatan keju merupakan kualitas rendah, maka koagulum akan halus. Hal
ini menyebabkan hilangnya “ fines ” (kasein) dan lemak, serta sineresis yang buruk selama
pembuatan keju. Dengan penambahan CaCl2 akan menghasilkan koagulum yang keras.
Karbondioksida (CO2)
Penambahan CO2 adalah salah satu cara untuk memperbaiki kualitas susu keju.
Saltpetre (NaNO3 atau KNO3)
Masalah fermentasi bisa dialami jika susu keju mengandung bakteri asam butirat (Clostridia)
dan/atau bakteri coliform. Saltpetre (sodium atau potassium nitrate) bisa digunakan untuk
menghadapi bakteri jenis ini.

3. Rennet
Penggumpalan kasein merupakan proses dasar dalam pembuatan keju. Hal ini
umumnya dilakukan dengan rennet, tetapi enzim proteolitik yang lain juga bisa digunakan, dan
juga pengasaman kasein ke titik iso-elektrik (pH 4.6-4.7). Prinsip aktif pada rennet adalah
enzim yang disebut chymosine , dan penggumpalan terjadi dengan singkat setelah rennet
ditambahkan ke dalam susu. Berbagai macam tipe bakteri dan jamur telah diteliti, dan enzim
pengentalan yang diproduksi dikenal dalam berbagai macam nama pasaran. Teknologi DNA
telah digunakan belakangan ini, dan sebuah rennet DNA dengan karakteristik identik dengan
rennet anak sapi saat ini sedang dites secara menyeluruh dengan satu maksud untuk menjamin
persetujuan/penerimaan.
Inilah tahapan-tahapan dalam pembuatan keju, secara ringkas keju dikatakan sebagai
koloid emulsi padat, yaitu emulsi dalam medium pendispersi padat( rennet) dan zat terdispersi
kasein susu . Keju juga dikatakan sebagai koloid karena prosesnya merupakan sifat dari suatu
koloid yaitu dengan proses penggumpalan atau yang disebut dengan koagulasi yang nantinya
sebelum membentuk keju disebut dadih. Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan
membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk
koloid. Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan
atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.
Intinya dalam pembuatan keju ini dengan rennet yang ditambahkan ke dalam susu yang
dipanaskan yang kemudian membuat protein menggumpal dan membagi susu menjadi
bagian cair (air dadih) dan padat (dadih). Kemudian Beberapa keju lunak dipindahkan dengan
hati-hati ke dalam cetakan. Sebaliknya pada keju-keju lainnya, dadih diiris dan dicincang
menggunakan tangan atau dengan bantuan mesin supaya mengeluarkan lebih banyak air
dadih. Semakin kecil potongan dadih maka keju yang dihasilkan semakin padat.
Sabun adalah bahan yang dapat berbuih, digunakan untuk mandi, mencuci pakaian, piring,
dan sebagainya, biasanya berupa campuran alkali, garam, dan natrium. Beberapa bentuk
sabun menurut kamus besar Bahasa Indonesia:

 bubuk sabun yang diperdagangkan dalam bentuk serbuk;


 cair sabun dalam bentuk cairan;
 colek sabun yang lunak untuk mencuci pakaian, piring, dan sebagainya, digunakan dengan
cara mencoleknya sedikit-sedikit;
 cuci sabun untuk mencuci;
 cukur sabun yang digunakan bersama sikat cukur, menghasilkan busa yang cukup tebal dan
lama hilangnya, dibuat dari minyak kelapa atau turunannya dan turunan minyak lainnya,
tersedia dalam bentuk krim atau padat;
 harum sabun mandi (karena harum baunya);
 karbol sabun yang dibuat dengan campuran karbol, biasanya digunakan oleh orang yang
mempunyai penyakit kulit yang ringan;
 keras Kimia garam natrium dari asam lemak berantai panjang yang kurang larut dalam air
apabila dibandingkan dengan garam lunak;
 mandi sabun untuk mandi;
 wangi sabun mandi;

Definisi sabun mandi menurut SNI 3532-2016

Sabun adalah sediaan pembersih kulit yang dibuat dari proses saponifikasi atau netralisasi
dari lemak, minyak, wax, rosin atau asam dengan basa organik atau anorganik tanpa
menimbulkan iritasi pada kulit
Bahan Pembuatan Sabun
Berdasarkan cara/reaksi pembuatan sabun dan bahan yang digunakan dalam pembuatan,
maka sabun didefinisikan sebagai garam alkali dari rantai panjang trigliserida (tersusun atas
asam lemak). Perlu anda tahu bahwa reaksi kimia yang digunakan dalam pembuatan sabun
disebut dengan reaksi saponifikasi (penyabunan).

Minyak dan alkali


Dengan penjelasan di atas, maka dapat diketahui bahwa bahan dasar sabun adalah bahan
alami berupa trigliserida (asam lemak) dan bahan kimia berupa alkali kuat. Kedua bahan
tersebut direaksikan sehingga membentuk garam.

KOH dan NaOH

Sabun cair dan sabun padat (batang) itu berbeda. Untuk membuat sabun padat digunakan
alkali berupa sodium hidroksida (NaOH). sedangkan untuk membuat sabun cair digunakan
kalium hidroksida (KOH). Namun, seiring perkembangan jaman, sabun mengalami
metamorfosis dalam hal warna dan bentuk sediaan. Sabun juga tersedia dalam bentuk serbuk.
Masyarakat mengenalnya dengan deterjen. Deterjen terbuat dari bahan yang disebut dengan
surfaktan atau surfactant (surface active agent, bahan aktif permukaan). Surfaktan dipandang
lebih praktis jika diterapkan dalam aplikasi pembuatan produk pembersih. Dengan demikian,
pengertian sabun menjadi berkembang berdasarkan bahan pembuatannya.

Standar Mutu Sabun Mandi Menurut SNI


Syarat Mutu Sabun mandi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel persayaratan mutu dan karakteristik kimia pembuatan sabun mandi berdasar SNI 3532-
2016

No Kriteria uji Satuan Mutu

1 Kadar air % fraksi massa maks. 15,0

2 Total lemak % fraksi massa min. 65,0


3 Bahan tak larut dalam etanol % fraksi massa maks. 5,0

4 Alkali bebas (dihitung sebagai NaOH) % fraksi massa maks. 0,1

Jenis-Jenis Sabun Berdasarkan Kejernihannya


Sabun mandi banyak jenisnya. Umumnya masyarakat mengenal sabun keras (hard soap) dan
sabun lunak (soft soap) dan bentuk di antara keduanya. Tingkat keras dan lunaknya sabun
dapat diatur dengan menambahkan bahan kimia yang berfungsi untuk mengeraskan sabun
(hardening agent). Pengertian sabun menjadi lebih luas dengan perkembangan teknologi.

Berikut ini adalah jenis sabun berdasarkan clarity atau kejernihan sabun

Sabun transparan

Sabun transparan adalah jenis sabun yang memiliki kejernihan tinggi. Bisa dikatakan jenis
sabun ini bisa tembus cahaya dengan mudah. Beberapa uji coba untuk mengetahui tingkat
kejernihan sabun transparan adalah meletakkan sabun di atas tulisan (koran atau majalah) dan
membaca tulisan di balik sabun tersebut. Hal ini berguna untuk mengatur tingkat ketebalan
sabun yang optimal saat akan dijual.

Sabun translucent

Jenis sabun translusen disebut juga dengan sabun semi transparan. Jika dilihat sabun ini tidak
sebening sabun transparan tapi masih lebih jernih dibandingkan dengan sabun opaque.

Sabun opaque

Sabun opaque adalah jenis sabun batang (mandi) yang paling sering dijumpai. Berbagai
merek sabun tidak tembus cahaya ini tersedia di pasaran. Beberapa brand ternama sabun jenis
ini adalah Lux, Giv, Lifebuoy, Dettol, Nuvo, dll.

Gambar macam macam sabun adalah sabun cair dan sabun batang
Jenis Sabun berdasarkan fungsi bahan di dalamnya

Sabun alami (natural soap)

Sabun alami adalah sabun yang komponen terbesanya berupa bahan alami. Namun demikian,
jika reaksi saponifikasi digunakan maka pasti menggunakan bahan kimia alkali seperti NaOH
atau KOH. Hanya saja proporsinya yang dibuat lebih kecil sehingga bisa diklaim sebagai
sabun alami.

Sabun scrub

Scrub yang memiliki tekstur kasar bisa dimasukkan dalam pembuatan sabun mandi. Dengan
sabun yang mengandung scrub, maka pengelupasan sel kulit mati dan kotoran yang
menempel menjadi lebih mudah. Sebaiknya anda jangan terlalu sering menggunakan scrub
karena dapat mengakibatkan kulit menjadi kering berlebihan.

Gambar body scrub buatan ADEV Natural Indonesia

Sabun jerawat (Acne soap)

Sesuai dengan namanya, sabun jerawat dibuat dengan kandungan bahan aktif yang dapat
menetralisir jerawat. Sabun transparan yang kaya alkohol dan gliserin dapat menjadi pilihan
untuk mengatasi masalah jerawat di wajah.

Sabun busa (foam soap)

Jika anda sering berendam untuk relaksasi, maka anda memerlukan sabun busa. Sabun jenis
ini diperkaya dengan foam agent dalam formulanya sehingga pada saat diaplikasikan akan
membentuk busa yang banyak.
Gambar sabun busa atau foam soap

Semoga penjelasan ini makin menambah wawasan anda tentang pengertian sabun dan jenis-
jenisnya.

Jenis sabun berdasarkan wujud fisiknya

Sabun batang

Sabun batang disebut juga dengan sebut padat. Masyarakat Indonesia lebih banyak
mengunakan jenis sabun batang untuk mandi sehari-hari. Sabun batang dihasilkan reaksi
penyabunan antara minyak dan NaOH.

Gambar jenis jenis sabun batang

Sabun cair
Sabun cair adalah jenis sabun yang dihasilkan reaksi saponifikasi antara minyak dan KOH.
Sabun cair lebih banyak dijumpai di area publik seperti rumah sakit, rumah makan atau
restoran, kafe, dan perkantoran. Beberapa perusahaan sabun memproduksi sabun cair dengan
varian khusus, misalnya sabun untuk cuci piring, cuci tangan dan sabun khusus untuk anak-
anak.

Krim dan Gel

Sabun berbentuk krim atau gel biasanya digunakan untuk mencuci peralatan dapur.
Masyarakat mengenalnya sebagai sabun colek untuk mencuci pakaian. Teksturnya berupa
pasta kental. Perkembangan jenis sabun menjadikan sabun ini tidak populer untuk mencuci
wajah.

Serbuk

Sabun dengan bentuk serbuk sebenarnya merupakan varian dari jenis sabun padat. Hanya saja
ukurannya yang lebih kecil. Masyarakat mengenal jenis sabun ini sebagai deterjen.
Kandungan bahan aktif permukaan dalam deterjen menjadikan jenis sabun ini banyak
digunakan untuk mencuci pakaian. Kandungan asam benzene sulfonat (ABS) merupakan
adalah salah satu bahan baku/dasar untuk membuat deterjen.

Gambar sabun bubuk deterjen

Karakteristik Sabun
Jika anda membuat salah satu jenis sabun di atas, maka anda perlu menguji karakteristiknya.
Karakteristik sabun cair dan sabun padat sedikit berbeda, namun dari segi uji kualitatif relatif
sama (contohnya pH).

Karakteristik sabun batang (padat)

Ni Wayan Sri Agustini dan Agustina H. Winarni melakukan penelitian tentang sabun
berjudul “Karakteristik Dan Aktivitas Antioksidan Sabun Padat Transparan Yang
Diperkaya Dengan Ekstrak Kasar Karotenoid Chlorella Pyrenoidosa“. Karakteristik
sabun padat yang diamati adalah warna, kekerasan sabun, pH, kadar air, asam lemak bebas,
lemak tidak tersabunkan, aktivitas antioksidan dan daya stabilitas sabun. Hasil penelitian
mereka menghasilkan sabun dengan karakteristik pada tabel berikut.

Karakteristik Karotenoid 5% Karotenoid 10% Karotenoid 15%

Aktivitas
66,42 µg/ml 59,18 µg/ml dan 10,21 µg/ml
antioksidan (IC50)

Warna kuning neon carrot kuning pizzaz kuning pumpkin

Aroma lemongrass lemongrass lemongrass

pH 9,31-10,47

Kadar air 14,45-16,28%,

Hardness 1,40-1,81 mm/detik

asam lemak bebas 0,42-0,68%

Lemak tidak
1,79-1,84%.
tersabunkan

Stabilitas relatif stabil pada penyimpanan suhu 60 °C selama 3 minggu

Karakteristik sabun cair

Asti Permata Nauli, Yudhomenggolo Sastro Darmanto, Eko Susanto melakukan penelitian
pembuatan sabun berjudul Karakteristik Sabun Cair Dengan Penambahan Kolagen Ikan
Air Laut Yang Berbeda. Karakteristik sabun cair yang diamati adalah pH, hedonik,
kestabilan busa, alkali bebas, dan viskositas. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Karakteristik Sabun dg kolagen Sabun dg Kolagen Sabun dg Kolagen


sabun ikan kurisi ikan tengiri ikan kakap
pH 10,77 10,94 10,87

Alkali bebas 0,031% 0,070% 0,060%

Kestabilan busa 84,90 66,44 84,57

Viskositas 922,83 cPs 962,33 cPs 932,66 cPs

Berdasarkan data hasil penelitian di atas hasil terbaik yaitu pada sabun cair dengan
penambahan kolagen tulang ikan Kurisi.

Manfaat Sabun
Sabun adalah salah satu produk yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai produk
pembersih, sabun dibuat dari bahan alami beruapa minyak/lemak (terutama komponen fatty
acid) dan alkali (basa) kuat. Reaksi antara minyak dan alkali tersebut disebut dengan reaksi
penyabunan. Oleh karena itu, dalam satu molekul sabun tersusun atas komponen polar (basis
air) dan komponen non polar (basis minyak).

Begitu pentingnya manfaat sabun mandi membuat produk ini hampir pasti ditemui dalam
kamar mandi setiap warga. Secara personal, penulis mengucapkan kepada produsen sabun
dan penemu sabun yang telah membantu kehidupan manusia lebih bersih dgn mudah.

Anda mungkin juga menyukai