Tugas
Tugas
Disusun Oleh :
SARTIAN RUKU
S-1
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI ANUGRAH
2016
TEOLOGI SISTEMTIKA
DEFINISI TEOLOGIA
Sebuah ide atau gagasan hanya dapat ditasmisikan dan dikomunikasikan melalui kata-kata
maupun tertulis. Itulah sebabnya, definisi sangatlah penting. Menurut James Leo Garret,
ketidakmampuan mendefinisikan Teologi, menyebabkan banyak orang Kristen memiliki
sikap yang keliru dan menolak terhadap Teologi.
Ketiga dimensi tersebut tidak dapat dipisahkan dari eksisten si Pelaku Teologi atau Teolog.
Ketiganya sama penting dan harus dikerjakan bersama dengan konsistensi. Ketiga dimensi
tersebut antara lain :
Orang Kristen yang hanya beriman,tetapi tidak berpikir atau bertindak,ia hanyalah
seorang fideis ( suatu sikap mental, sekaligus ide atau ideology, yang menganggap
iman keagamaan berada diatas segalanya,bahkan diatas semua fakta sains)
Orang Kristen yang hanya berpikir namun tidak percaya, hanyalah seorang rasionalis,
seseorang yang mempunyai cara pandang bahwa kebenaran haruslah ditentukan
melalui pembuktian, logika, dan analisis yang berdasarkan fakta, daripada melalui
iman, dogma, atau ajaran agama.
Orang Kristen yang hanya bertindak, namun tidak konsisten dengan iman percaya dan
logikanya, dapat terjebak dalam pragmatism, yaitu pemahaman bahwa yang benar
adalah segala sesuatu yang dapat dikerjakan dan dibuktikan dengan melihat akibat-
akibat atau hasilnya yang bermanfaat secara praktis.
KONSEP TEOLOGI
PENGGOLONGAN TEOLOGI
4. Semangat Pistek-Etik
Sebuah kecenderungan (perasaan ketergantungan secara mutlak) yang menganggap
kesalehan pribadi dan pengalaman rohani yang bersifat emosional, efeksional, moral
dan etikal, sebagai yang paling sesensial dalam Kekristenan.
5. Kemalasan
Kemalasan membuat jarak antara apa yang kita seharusnya (apa yang akan kita
dapatkan) dengan apa kita sebenarnya (kita saat ini)
6. Pengaruh Pragmatisme
Ini adalah aliran Teologi yang paling berpengaruh pada awal abad ke 21. Bagi mereka
kebenaran terlihat pada “akibat” yang dapat dialami.
7. Natur Dosa
Akibat dosa, membuat “lahan” Kekristenan lebih mudah tumbuh ilalang daripada
gandum. Kej 3:17-19
Lebih senang mendengarkan “sang pengkhotbah” daripada “firman Tuhan.”Kel 20:19
J.E Sahetapy, seorang guru besar ilmu hokum katakana :”Teologi tanpa Alkitab
bukanlah Teologi, tetapi tolologi.” 2 Tim 3:16
Dwight L. Moody mengatakan: “Dosa akan menghalangi kita dari Kitab ini, atau
Kitab ini akan menghalangi kita dari dosa.”
PROLEGOMENA TEOLOGI
Prolegomena berarti kata-kata pembukaan, pendahuluan atau pengantar kepada sesuatu yang
akan dibahas. Teologi sendiri adalah ilmu/pengetahuan tentang Allah. Jadi Prolegomena
Teologi sebagai pengantar kepada pengetahuan akan Allah menuntun dan melayani
pertanyaan-pertanyaan kita yang dihantarnya sehingga siap masuk dalam pengetahuan itu
sendiri. Demikian pula dalam upaya pengenalan kita akan dunia yang kelihatan ini hingga
yang belum/tidak kelihatan seperti : angkasa luar,dasar bumi, dan alam tak terjamah.
Sejujurnya kita tidak mengenal Allah, bahkan tidak ada ingatan sama sekali perihal pribadi
dan karya Allah. Jadi Teologi adalah kemustahilan bagi manusia, kecuali sejauh rekayasa ide
manusia tentang yang illahi (mitos), yang lebih cocok dikenal sebagai mitologi.
Tidak adakah kemungkinan sama sekali kita mengenal Allah? Pengetahuan akan Allah
(teologi) hanya mungkin bila Allah yang menyatakan (mewahyukan) diri-Nya kepada kita,
Apa perlunya kita mengetahui bahwa mengenali Allah? Pertanyaan ini cocok muncul dikala
menemui kebuntuan. Guna menetapkan untuk melanjutkan pergumulan ini atau
meningglkannya. Banyak orang yang sampai matinya dalam ketidak perdulian akan isu ini.
Tidak sdikit orang meninggalkan, berbalik dan bernikmat dalam hidup dunia fana ini, yang
menurut mereka lebih bermanfaat daripada bergulat dalam kebuntuan yang absurd. Sebagaian
menyimpang mengambil jalamn kedamaian semu keagamaan manusia. Sedikit orang yang
dalam penantian akan pernyataan diri dan karya Allah.
Lalu apa atau siapa Allah itu? Apakah Allah adalah sesuatu ataukah seseorang? Siapakah
yang bisa menjawab pertanyaan itu? Bahkan di antara komunitas terakhir itu terbelah.
Sebagaiannya hanya berteologi dan puas dengan pengetahuan akan Allah. Allah sebagai
konsep entah pribadi atau benda atau ide, yang jelas tinggal sebagai konsep keallahan yang
rawan dengan perdebatan.
Jadi bagi kita pengetahuan akan Allah memimpin kita kepada mengenal Allah, serta
mengenal Allah meneguhkan pengetahuan kita akan Allah. Semuanya itu dimulai dari Allah
yang beranugerah berkenan memberi (mewahyukan) diri dan karya-Nya untuk dikenali oleh
kita. Apa guna tahu tapi tak kenal? Apa pula guna hanya sembarag kenal, bila tak memahami
kedalaman Dia yang kita kenal? Apa gunanya juga kita kenal Dia tapi tidak dikenal oleh Dia?
Bagaimana juga bila hanya dikenal Dia tapi tidak dikenan oleh Dia?
Mari kita tilik sejenak sejarah perjalanan pergumulan manusia akan cahaya pengetahuan
sejak Adam dan Hawa memutuskan memakan buah darpada pohon pengetahuan yang baik
dan jahat yang dilarang Tuhan, daripada bersyukur menikmati buah dari pohon kehidupan
dan segala buah dari semua pohon yang lain yang diberikan Tuhan. Manusia telah mengenali
dirinya sebagai makhluk rasional atau berpikir, yang berarti mereka berkemampuan untuk
berpengetahuan, berbeda dari makhluk lain. Pengetahuan itu bisa dibagi menjadi dua kategori
besar, yaitu pengetahuan biasa/ pengalaman keseharian dan yang luar biasa/ pengetahuan atas
pengetahuan yang biasa itu.
Disisi lain, filsuf juga melakukan disiplin berpikir yang mendasar, menyeluruh, tuntas,
reflektif dan sistematis dari perspektif lahiriah terhadap segala hal dan perkara yang dapat
Sedangkan ilmuwan sebagai turunan dari filsuf meneliti bagian-bagian dari keseluruhan yang
bisa diamati itu secara objektif, metodis-sistematis-kritis, koheren secara keseluruhan, dan
berlaku universal, yang dikenali sebagaian pengetahuan berbagai bidang keilmuan. Bila
diumpamakan sebagai suatu pohon, teologi adalah akar yang tak terlihat, filsafat adalah
batang bercabang dua bahkan empat, dan keilmuan adalah ranting-rantingnya yang bisa
sangat banyak dan yang menghasilkan serba teknologi pada daun,bunga dan buahanya. Dua
atau empat cabang dari batang filsafat yang dimaksudkan adalah diatas akar ada batang
epistemology/pengetahuan yang benar atas pengetahuan,yang bercabang dua yaitu ontology/
pengetahuan perihal keberadaan dan aksiologi/ pengetahuan perihal nilai-nilai. Cabang
omtologi bercabang dua yaitu teologi/ keberadaan yang illahi dan kosmologi/ keberadaan
alam semesta, sedangkan cabang aksiologi jug abercabang dua yaitu etika dan estetika. Dari
ke empat cabang itulah bertumbuh ranting-ranting keilmuan alam dan social,serta terapan.
Teologi akar itu telah menjadi suatu sumber misterius yang selalu memberikan nutrisi yang
tiada hentinya untuk perkembangan dan pertumbuhan segala pengetahuan manusia.
Sedangkan teologi batang adalah hanya suatu cabang pengetahuan atas pengalaman
ketuhanan primordial, bukan pengetahuan akan yang illahi itu sendiri, namun seringkali
dinisbahkan atau diberlakukan seolah-olah menjadi pengetahuan akan yang illahi itu sendiri.
Kesimpulan